MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PERAN PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 TANJUNG SENANG BANDAR LAMPUNG

(1)

ABSTRAK

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE

BERMAIN PERAN PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V

SD NEGERI 1 TANJUNG SENANG BANDAR LAMPUNG

Oleh Emmilya

Berdasarkan hasil observasi awal pada pembelajaran bahasa Indonesia di kelas V SD Negeri 1 Tanjung Senang diperoleh data masih rendahnya tingkat aktivitas, keterampilan berbicara dan hasil belajar dari 34 siswa terdapat 13 siswa atau 38,2% yang belum mencapai nilai KKM 65. Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan aktivitas, kinerja guru dan keterampilan berbicara siswa , menggunakan metode bermain peran.

Metode penelitian yang di gunakan adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus terdiri atas 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, tes dan refleksi. Teknik pengumpulan data di peroleh dengan observasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa melalui metode bermain peran dapat meningkatkan aktivitas dan keterampilan berbicara siswa. Hal ini ditujukan dengan rata rata persentase aktivitas belajar siswa pada siklus 1 sebesar 67,06 dengan kategori cukup dan pada siklus ke dua sebesar 76,91 dengan kategori aktif. Rata-rata keterampilan berbicara siswa pada siklus pertama sebesar 66,47 dengan kategori cukup dan pada siklus kedua sebesar 77,50 dengan kategori baik.


(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang masalah

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 (ayat 1) menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan prose pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pendidikan formal di mulai dari SD sampai dengan SMP. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi kebodohan yang ada di Indonesia. Nilai positif dari program ini adalah dapat melepaskan rasa kekhawatiran masyarakat yang menganggap bahwa pintar itu harus mahal. Sebenarnya yang dibutuhkan agar menjadi insan bangsa yang cerdas hanyalah kemauan.

Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) bertujuan meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tertulis.

Bahasa sebagai alat komunikasi dan kontak sosial, bahasa nasional, maupun bahasa daerah tidak menuntut kemungkinan kita berkomunikasi dengan menggunakan bahasa asing, hal ini menunjukkan bahwa peranan penting bahasa mengarah kepada unsur kekayaan pada tingkat penguasaan dan perbendaharaan kata.


(3)

2

Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia pada hakikat pembelajaran bahasa yaitu belajar bahasa adalah berkomunikasi, dan belajar sastra menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena itu belajar bahasa Indonesia mengupayakan peningkatan siswa untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis serta menghargai karya cipta bangsa Indonesia. Ruang lingkup standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar terdiri dari atas aspek mendengarkan (menyimak lisan), berbicara dan menulis ( Solchan T.W dkk , 2011: 116).

Menurut Idra, dkk (2002: 5) kegiatan mengungkapkan isi hati kepada orang lain kita kenal dengan sebutan komunikasi. Komunikasi tersebut dapat berlangsung secara lisan dan tulisan. Komunikasi secara lisan mencakup aktivitas menyimak dan berbicara, sedangkan secara tertulis mencakup kegiatan membaca dan menulis.

Keempat aktivitas keterampilan berbahasa tersebut (mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis) sangat erat. Walaupun demikian, masing-masing keerampilan tetap mempunyai wilayah dan kemandirian. Hal itu dapat terlihat dari gerakan-gerakan otak yang sedang bekerja, Solchan T.W, dkk (2011: 118).

Kita tahu bahwa berbicara merupakan wujud dari aktivitas lisan dalam komunikasi. Meskipun demikian komunikasi yang efektif tidak hanya berkaitan dengan apa yang dikatakan oleh seseorang, tetapi juga pada bagaimana dia mengatakannya. Pada waktu seseorang akan berbicara, terlebih dahulu akan terbentuk pesan di kepala orang itu. Apabila saatnya


(4)

tiba pesan itu kemudian dilontarkan menjadi ujaran yang kemudian didengar komunikasinya, terjadi perubahan pelontaran ujaran ini sebenarnya dipengaruhi oleh banyak hal. Oleh karena itu, wujud penjabaran pesan yang berupa bentukan linguistik itu dapat bermacam-macam, tergantung pada macam dan kualitas butir-butir yang mempengaruhinya.

Menurut Dawson (1962) yang dikutip oleh Moedjiono & Dimyati (1992: 80) mengemukakan bahwa simulasi merupakan suatu istilah umum berhubungan dengan menyusun dan mengoperasikan suatu model yang mereplikasi proses-proses perilaku. Sedangkan menurut Ali (1996: 83) mengemukakan bahwa metode simulasi adalah suatu cara pengajaran dengan melakukan proses tingkah laku secara tiruan. Metode bermain peran adalah salah satu proses belajar mengajar yang tergolong dalam metode simulasi.

Metode pengajaran simulasi terbagi menjadi 3 kelompok seperti yang dikemukakan oleh Ali (1996: 83) berikut ini ; (1) sosiodrama : semacam drama sosial berguna untuk menanamkan kemampuan menganalisa situasi sosial tertentu, (2) psikodrama : hampir mirip dengan sosiodrama . Perbedaan terletak pada penekannya. Sosia drama menekankan kepada permasalahan sosial, sedangkan psikodrama menekankan pada pengaruh psikologisnya dan (3) role-playing : role playing atau bermain peran bertujuan menggambarkan suatu peristiwa masa lampau.

Sedangkan Moedjiono dan Dimyati (1992: 80) juga membagi metode pengajaran simulasi menjadi 3 kelompok seperti berikut ini : (1) permainan simulasi (simulation games) yakni suatu permainan di mana para pemainnya


(5)

4

berperan sebagai tempat pembuat keputusan, bertindak seperti jika mereka benar-benar terlibat dalam suatu situasi yang sebenarnya, atau berkompetisi untuk mencapai tujuan tertentu sesuai dengan peran yang ditentukan untuk mereka, (2) bermain peran (role playing) yakni memainkan peranan dari peran-peran yang sudah pasti berdasarkan kejadian terdahulu, yang dimaksudkan untuk menciptakan kembali situasi sejarah/peristiwa masa lalu, menciptakan kemungkinan-kemungkinan kejadian masa yang akan datang, menciptakan peristiwa mutakhir yang dapat diperkaya atau mengkhayal situasi pada suatu tempat atau waktu tertentu, dan (3) sosiodrama (sociodrama) yakni suatu pembuatan pemecahan masalah kelompok yang dipusatkan pada suatu masalah yang berhubungan dengan relasi kemanusiaan. Sosiodrama memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan alternatif pemecahan masalah yang timbul dan menjadi perhatian kelompok.

Kelebihan metode bermain peran bagi siswa di antaranya siswa lebih tertarik perhatiannya pada materi pembelajaran dan siswa lebih memahami materi pelajaran. Berdasarkan kutipan tersebut, berarti metode bermain peran adalah metode pembelajaran yang di dalamnya menampakkan adanya perilaku pura-pura dari siswa yang terlihat atau peniruan situasi dari tokoh-tokoh sejarah sedemikian rupa. Metode bermain peran adalah metode yang melibatkan siswa untuk pura-pura memainkan peran/tokoh yang terlibat dalam proses sejarah.

Pada hakikatnya berbicara merupakan ungkapan pikiran dan perasaan pikiran seseorang dalam bentuk bunyi-bunyian bahasa, kemampuan berbicara adalah


(6)

kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaaan.

Sebagaimana kita ketahui, keterampilan berbahasa bisa diklasifikasikan dua kelompok, yaitu berdasarkan peran subjek dan sarana yang digunakan. Bila ditinjau dari aspek peran subjek, keterampilan berbahasa dapat dibedakan menjadi subjek pasif, yang terdiri atas keterampilan menyimak dan keterampilan membaca, sedangkan bila dilihat dari aspek subjek aktif, keterampilan berbahasa dapat dibedakan menjadi keterampilan berbicara dan keterampilan menulis.

Secara alami perkembangan keterampilan berbahasa seseorang berawal dari keterampilan menyimak, kemudian diikuti keterampilan berbicara. Hal ini dapat kita lihat dalam perkembangan seorang anak. Setelah fase itu, seorang anak dapat berlatih keterampilan membaca, yang kemudian diikuti keterampilan menulis. Hanya saja taraf keterampilam berbahasa lebih lanjut tidak sebatas perkembangan alami sebagaimana contoh di atas. Taraf keterampilan berbahasa tentu saja sesuai dengan taraf perkembangan psikologis seseorang. Hal ini dapat kita lihat dalam perkembangan kompetensi yang dimiliki oleh pembelajar, mulai sekolah dasar hingga ke sekolah menengah, bahkan hingga perguruan tinggi.

Aktivitas dalam penelitian ini membahas keterampilan berbicara. Keterampilan ini amat berkorelasi dan menunjang keterampilan bahasa lainnya. Sehingga kita memilliki keterampilan berbicara yang baik, tentu saja


(7)

6

amat erat kaitannya dengan keterampilan menyimak (konsep, informasi, opini) yang kita lakukan.

Seorang pembicara yang andal mampu melakukan hal tersebut, di samping keterampilan membaca atas hal di atas. Di sisi lain, pada hakikatnya seorang pembicara juga memiliki keterampilan menulis yang mumpuni. Pembicara yang baik tentu saja dapat memberikan contoh agar dapat ditiru oleh penyimak yang baik. Pembicara yang baik mampu memudahkan penyimak untuk menangkap pembicaraan yang disampaikan.

Berbicara dan menyimak merupakan kegiatan berbahasa lisan yang saling berkaitan dengan lambang bunyi bahasa. Bila kita menyampaikan gagasan secara lisan, informasi disampaikan melalui suara atau bunyi bahasa, sedangkan bila kita menyimak gagasan atau informasi. melalui ucapan atau suara juga sebagai medianya.

Di dalam praktik kehidupan sehari-hari kegiatan berbicara dan menyimak merupakan dua keterampilan berbahasa yang saling terkait. Kegiatan berbicara selalu disertai kegiatan menyimak, demikian pula kegiatan menyimak akan didahului kegiatan berbicara, meski subjek pelakunya berbeda. Hal itu menandakan bahwa kedunya amat penting dalam proses komunikasi.

Hakikat kehidupan manusia sebagai makhluk sosial mencerminkan adanya tuntutan bahwa keterampilan berbahasa amat beperanan dalam kehidupannya. Kesadaran betapa pentingnya berbicara dalam kehidupan manusia dalam


(8)

bermasyarakat dapat berupa aneka wacana, mulai dari lingkungan terkecil: keluarga, kumpulan sosial, agama, kesenian, olah raga, dan kelompok-kelompok lain dalam masyarakat.

Realitanya pola budaya manusia menuntut seseorang untuk terampil berkomunikasi: menyatakan pendapat, gagasan, konsep/ide, hingga perasaan. Ini terwujud dalam fase kenyataan bila keterampil menangkap informasi-informasi akan diikuti keterampilan menyampaikan informasi-informasi-informasi-informasi serupa. Semua konstitut pendidikan amat berperan dalam hal ini. Tata sopan santun dan etika bicara dapat dilatihkan dan dibina mulai dari lingkungan keluarga, lingkungan, budaya hingga ke jalur pendidikan formal. Adat kebiasaan, norma-norma yang berlaku juga seringkali diajarkan secara lisan dan diterapkan dalam konteks semua komunitas masyarakat, baik yang tradisional maupun masyarakat modern.

Berdasarkan pada hasil pra penelitian yang peneliti lakukan tanggal 07 Januari 2013 diperoleh keterangan bahwa, masih rendahnya tingkat keterampilan berbicara siswa kelas V SD Negeri 1 Tanjung Senang Bandar Lampung.

Nilai keterampilan berbicara yang mendapat nilai mencapai KKM 13 siswa (38,2%), dan yang mendapat nilai dibawah KKM 21 siswa (61,8%) dengan KKM yang telah ditentukan 65.

Aktivitas dan keterampilan berbicara pada siswa kelas V SD Negeri 1 Tanjung Senang Bandar Lampung masih tergolong rendah. Rendahnya


(9)

8

aktivitas dan keterampilan berbicara bagi siswa diantaranya dikarenakan guru belum menggunakan media dan model pembelajaran yang lebih menarik, siswa dalam pembelajaran masih pasif , pada saat pembelajaran siswa banyak yang ribut , dan guru kurang menguasai kelas.

1.2.Identifikasi masalah

1. Guru belum menggunakan media dan model pembelajaran yang lebih menarik. 2. Siswa dalam pembelajaran masih pasif.

3. Pada saat pembelajaran berlanngsung, anak banyak yang ribut. 4. Guru kurang menguasai kelas.

1.3.Rumusan masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah dalam penelitian tindakan kelas ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan metode bermain peran pada pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Tanjung Senang Bandar Lampung?

2. Bagaimanakah meningkatkan keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan metode bermain peran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Tanjung Senang Bandar Lampung?


(10)

1.4.Tujuan penelitian

1. Meningkatkan aktivitas belajar dengan menggunakan metode bermain peran pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Tanjung Senang Bandar Lampung ?

2. Meningkatkan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode bermain peran dalam mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Tanjung Senang Bandar Lampung ?

1.5.Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

Memberikan motivasi siswa dalam kegiatan belajar sehingga suasana belajar lebih menyenangkan.

2. Bagi Sekolah

Memberikan sumbangan pemikiran yang positif bagi guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di sekolah sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik

3. Bagi penulis

Meningkatkan kemampuan guru dalam merancang pembelajaran yang baik, memperbaiki kinerja guru serta memperbaiki proses pembelajaran di kelas.


(11)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kemampuan keterampilan dan sikap. Seseorang dapat belajar dari pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain untuk individu pembelajaran itu sendiri maupun untuk masyarakat luas.

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan suatu perubahan pengetahuan, keterampilan dan perilaku dan perubahan yang lain akibat belajar (Sujanto, 2001: 67). Belajar adalah suatu kegiatan yang meliputi intelektual baik fisik maupun pisikhis untuk memperoleh suatu pengetahuan dan pemahaman pada diri seseorang (Dimiyati dan Mujiono, 2006: 65)

Pendapat yang lain mengemukakah bahwa, belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu interaksi antara guru sebagai sumber belajar dangan murid (Hamalik, 2001: 76).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses diperolehnya pengetahuan, keterampilan, pemahaman,


(12)

prilaku dan sikap serta perubahan prilaku yang dilakukan oleh seseorang dalam upaya mencapai suatu tujuan.

2.2.Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar merupakan faktor yang menentukan keberhasilan proses belajar siswa, karena pada dasarnya belajar adalah berbuat. Setiap yang belajar harus beraktivitas, tanpa ada aktivitas maka proses belajar tidak akan terjadi secara maksimal.

Menurut Djamarah (2001: 72) mengemukakah bahwa, aktivitas belajar adalah suatu tindakan yang melibatkan fisik maupun psikis pada diri seseorang untuk mencapai suatu tujuan yaitu tujuan belajar. Menurut Sudjana (2005:105) aktivitas belajar sebagai proses terdiri atas enam unsur yaitu tujuan belajar, peserta didik yang termotivasi, tingkat kesulitan belajar, stimulus dari lingkungan, peserta didik yang memahami situasin, dan pola respon peserta didik.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa, aktivitas belajar adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bersifat fisik dan psikologis yang dilakukan seseorang (peserta didik) dalam upaya memperoleh pengetahuan dan keterampilan, baik yang dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah.


(13)

13

2.3.Keterampilan Berbicara

Menurut Idra, dkk (2002: 5) kegiatan mengungkapkan isi hati kepada orang lain kita kenal dengan sebutan komunikasi. Komunikasi tersebut dapat berlangsung secara lisan dan tulisan. Komunikasi secara lisan mencakup aktivitas menyimak dan berbicara, sedangkan secara tertulis mencakup kegiatan membaca dan menulis.

Hubungan keempat aktivitas keterampilan berbahasa tersebut (mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis) sangat erat. Walaupun demikian, masing-masing keterampilan tetap mempunyai wilayah dan kemandirian. Hal itu dapat terlihat dari gerakan-gerakan otak yang sedang bekerja (Solchan T.W dkk, 2011: 118).

Berdasarkan pendapat tersebut di atas penulis menyimpulkan bahwa, berbicara adalah suatu ungkapan perasaan isi hati seseorang untuk menyampaikan sebuah pesan kepada orang lain melalui ungkapan kata secara lisan sehinga terjadi komunikasi antar keduanya.

2.3.1 Komponen berbicara

Menurut Tarigan (1998: 157) butir-butir atau komponen yang selalu terlihat dan mempengaruhi pembicaraan adalah:

1. Pembicara 2. Pembicaraan 3. Penyimak 4. Media

5. Sarana penunjang 6. Interaksi


(14)

Menurut Harold D. Lasswell dalam Idra (2002: 7) menawarkan model dalam proses komunikasi, kemudian dikenal dengan model Lasswell, menurutnya komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator (communicator, source, sender) kepada komunikan (communicant, resever, recipient) melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

Ada lima komponen yang dipaparkan yaitu: 1. Komunikator

2. Pesan/topik pembicaraan 3. Komunikacan

4. Media 5. Efek.

2.3.2 Hakikat Berbicara

Berbicara sangat penting dalam berkomunikasi, berbicara dilakukan setiap hari dalam kehidupan baik dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat. Kamus besar bahasa Indonesia Poerwadarminta (1996: 144) tertulis bahwa berbicara adalah berkata, bercakap, berbahasa atau melahirkan pendapat (dengan perkataan, tulisan dan sebagainya) atau berunding.

Menurut Tarigan, (1998: 159) memberikan batasan bahwa berbicara adalah kemampun mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atas kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Sedangkan sebagai bentuk atau sebagai wujudnya berbicara


(15)

15

disebut sebagai suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.

Selanjutkan dikatakan bahwa berbicara merupakan bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor fisik, psikhis, neurologis, sematik dan linguistic secara ekstensif sehingga dapat dianggap sebagai alat yang sangat penting untuk melakukan kontrol sosial (Solchan T.W dkk, 2011: 119)

Berdasarkan pengertian berbicara tersebut di atas penulis menyimpulkan bahwa, berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa atau kata-kata untuk mengekspresikan pikiran.

2.3.3 Jenis-Jenis Berbicara

Mengenai jenis-jenis berbicara ada lima landasan tumpu yang dapat digunakan dalam mengklasifikasikan berbicara (Solchan T.W dkk, 2011: 11.10) yaitu:

2.3.3.1 Jenis berbicara berdasarkan situasi pembicaraan

Berdasarkan situasi pembicaraan, berbicara dibedakan atas berbicara formal dan berbicara informal. Berbicara informal meliputi bertukar pengalaman, percakapan, penyampaian berita, pengumuman bertelepon, dan memberi petunjuk. Sedangkan berbicara formal meliputi ceramah, perencanaan dan penilaian, wawancara, debat, dan bercerita dalam situasi formal. Tarigan (1998: 210).


(16)

2.3.3.2 Jenis berbicara berdasarkan tujuan pembicara

Tujuan berbicara pada umumnya dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis yaitu:

1. Berbicara untuk menghibur

2. Berbicara untuk menginformasikan 3. Berbicara untuk menstimuli

4. Berbicara untuk meyakinkan 5. Berbicara untuk menggerakkan

2.3.3.3 Jenis berbicara berdasarkan jumlah pendengar

Berdasarkan jumlah pendengar jenis berbicara dapat dibedakan atas berbicara antarpribadi, berbicara dalam kelompok kecil dan berbicara dalam kelompok besar. Berbicara antarpribadi terjadi bila seseorang berbicara dengan satu pendengar (empat mata) . Suasana pembicaraan yang melatari sangat tergantung dua pribadi yang terlibat serta isi pembicaraan.

1. Jenis berbicara berdasarkan peristiwa khusus yang melatari pembicaraan. Jenis berbicara ini dapat diklasifikasikan menjadi enam macam yaitu:

1. Pidato presentasi 2. Penyambutan 3. Perpisahan 4. Jamuan 5. Perkenalan 6. Nominasi


(17)

17

2. Jenis berbicara berdasarkan metode penyampaian berbicara. Berdasarkan metode penyampaian ada empat macam jenis berbicara yaitu;

1. Metode mendadak 2. Metode tanpa persiapan 3. Metode membaca naskah 4. Metode menghafal

4. Teknik berbicara

Berbiacara di depan umum memerlukan teknik-teknik tertentu. Penguasaan teknik yang digunakan untuk menyajikan pikiran dan gagasan secara oral merupakan persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon pembicara.

Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi yaitu: 1. Memiliki keberanian dan tekad yang kuat 2. Memiliki pengetahuan yang luas

3. Memahami proses komunikasi massa 4. Menguasai bahasa yang baik dan lancar 5. Pelatihan yang memadai

Beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam berbicara adalah: 1. Menentukan maksud pembicaraan

2. Menganalisis pendengar dan situasi 3. Memilih dan menyempitkan topic 4. Mengumpulkan bahan


(18)

5. Membuat kerangka uraian 6. Menguraikan secara mendetail

7. Berlatih dengan suara nyaring Solchan T.W dkk (2011: 114)

5. Fungsi Berbicara

Konsekuensinya dalam kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara siswa dibina dan diarahkan agar memahami dan mendalami teori, konsep, dan generalisasi berbicara serta metodologi pengajaran berbicara. Logisnya, pengetahuan siswa perihal teori, konsep, dan generalisasi berbicara serta metodologi pengajaran berbicara meningkat sejalan dengan tahap pembelajarannya. Pengalaman berbicara dan pengalaman mengajarkan keterampilan berbicara merupakan fungsi aspek kognitif. Secara praktis pragmatis keterampilan berbicara memiliki empat fungsi utama dalam kognitif, aspek afektif, aspek keterampilan berbicara, dan aspek keterampilan mengelola pembelajaran berbicara (Syarif 2011: 13) Di sisi lain kemampuan keterampilan berbicara juga berpengaruh terhadap sikap siswa. Mungkin saja selama ini sikap mereka terhadap keterampilan berbicara belum bersifat positif, namun melalui kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara sikap itu diubah menjadi sikap positif. Siswa menjadi lebih memahami, menghayati, menyenangi, dan mencintai keterampilan berbicara, serta lebih gemar melaksanakan kegiatan dan pengajaran berbicara.


(19)

19

6. Relevansi Berbicara

Keterampilan berbicara merupakan suatu keterampilan menyampaikan pesan secara lisan kepada orang lain. Penggunaan bahasa secara lisan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang secar praktis langusng bisa kita simak: (a) pelafalan; (b) intonasi; (c) ekspresi; dan (d) penampilan.

Segi pelafalan amat erat kaitannya dengan kemampuan fonologi, segi intonasi bersinggungan dengan sisi sintaksis, segi pilihan kata berkaitan dengan sisi semantik bahasa, sisi struktur kata berhubungan dengan linguistik dan sintaksis.

Berdasarkan segi sistematika dan isi pembicaraan berkaitan dengan kompetensi wacana. Keterampilan berbicara juga berkaitan dengan keterampilan analisis. Kesalahan hal tersebut sering membuat kita melakukan kesalahan pelafalan, intonasi, pilihan kata, struktur kata, dan kalimat.

7. Korelasi Keterampilan Berbicara dengan Membaca

Keterampilan berbicara dan membaca berbeda dalam sifat, sarana, dan fungsi. Kegiatan berbicara bersifat produktif, ekspresif melalui sarana bahasa lisan dan berfungsi sebagai penyebar informasi, sedangkan kegiatan membaca bersifat reseptif melalui sarana bahasa tulis dan berfungsi sebagai penerima informasi.


(20)

Kita mengetahui bila mayoritas bahan pembicaraan sebagian besar diperoleh melalui kegiatan membaca. Semakin banyak membaca semakin banyak informasi yang diperoleh seseorang hingga akhirnya bisa menjadi bekal utama bagi yang bersangkutan untuk mengekspresikan kembali informasi yang diperolehnya antara lain melalui berbicara.

8. Korelasi Keterampilan Berbicara dengan Menulis

Sebagaimana kita ketahui, informasi yang digunakan dalam berbicara dan menulis diperoleh melalui kegiatan menyimak ataupun membaca.

Syarif (2011: 64), mengemukakan bahwa kegiatan berbicara maupun kegiatan menulis bersifat aktif produktif-ekspresif. Kedua kegiatan itu berfungsi sebagai penyampai informasi, pikiran-gagasan, maupun konsep/ ide. Keduanya hanya berbeda dalam media yang digunakan. Penyampaian informasi melalui kegiatan berbicara disalurkan melalui bahasa lisan, sedangkan penyampaian informasi dalam kegiatan menulis disalurkan melalui bahasa tulis.

Dalam praktiknya, kedua keterampilan tersebut tetap mengindahkan kaidah berbahasa. Kesalahan atau keteledoran dalam menerapkan kaidah berbahasa kadang bisa berakibat fatal. Wakil putri Indonesia dalam pemilihan Miss Universe gagal ke babak berikutnya karena kesalahannya dalam penggunaan bahasa lisannya. Banyak contoh lain yang dapat kita lihat dalam konteks masyarakat kita, baik melalui media maupun tatap muka.


(21)

21

9. Efektivitas Berbicara

Seorang pembicara yang baik pada umumnya akan menghasilkan suatu pembicaraan efektif. Pembicara yang baik akan meninggalkan kesan yang baik pada diri pendengarnya.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar komunikasi bisa efektif adalah sebagai berikut:

1. Adanya kesamaan kepentingan antara pembicara dan pendengar. 2. Adanya sikap saling mendukung dari kedua belah pihak.

3. Adanya sikap positif artinya pikiran atau ide yang diutarakan dapat diterima.

4. Sebagai suatu yang mendatangkan manfaat bagi keduanya. 5. Adanya sikap keterbukaan yang disampaikan kedua belah pihak.

6. Adanya usaha dari masing-masing pihak untuk menempatkan diri dengan sebaik-baiknya (ada unsur empaty) dari mitra bicara. Muhammad syarief (2011: 64).

Oleh karena itu pembicara yang baik seyogyanya selalu menjaga dan meningkatkan kemampuannya. Faktor fisik, psikhis dan pengalaman seorang pembicara akan sangat berpengaruh terhadap efektivitas suatu pembicaraan.

Ciri-ciri pembicara yang baik antara lain:

1. Pandai menemukan topik yang tepat dan up to date (terkini). 2. Menguasai materi.


(22)

4. Memahami situasi.

5. Merumuskan tujuan dengan jelas (Solchan T.W dkk, 2011:11.17).

10. Kerangka Berfikir

Penelitian tindakan kelas ini penulis menyajikan kerangka pikir sebagai berikut:

Gambar 2.1. Kerangka Pikir

2.4 Metode Bermain Peran (Role playing)

Teknik bermain peran atau sosiodrama adalah siswa dapat mendramatisasikan atau memerankan tingkah laku, atau ungkapan gerak-gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial antar manusia. Teknik role playing dapat berperan atau memainkan peranan dalam mendramatisasi masalah sosial atau psikologi itu. Kedua teknik itu hampir sama, maka dapat dipergunakan secara bergantian.

2.4.1 Pengertian metode bermain peran (Role Playing)

Modifikasi dari Muntofingah (2012: 21) bermain peran suatu teknik yang umumnya digunakan untuk pendidikan sosial dalam hubungannya antar manusia. Bermain peran dapat pula diartikan teknik yang bertalian dengan studi kasus yang melibatkan individu dan tingkah laku atau interaksi antar individu. Teknik ini menekankan kenyataan dimana para siswa diikut

Keterampilan Berbicara

Metode bermain peran


(23)

23

sertakan dalam permainan peran untuk mendemonstrasikan masalah-masalah sosial.

2.4.2 Penggunaan Metode bermain Peran (Role Playing)

Teknik bermain peran digunakan apabila kita ingin melatih siswa agar dapat menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat sosial psikologis. Memilih siswa dapat bergaul dan memberi pemahaman terhadap orang lain serta masalahnya. Teknik ini dipergunakan apabila kita ingin menerangkan suatu peristiwa yang di dalamnya menyangkut orang banyak.

2.4.3 Langkah-langkah Metode Bermain Peran (Role Playing)

Pelaksanaan metode bermain peran, akan berhasil dengan efektif apabila mempertimbangkan langkah-langkahnya.

Modifikasi dari Muntofingah (2012: 22), langkah-langkah metode bermain peran (Role Playing) yaitu:

1. Guru memilih beberapa siswa yang akan berperan, masing-masing akan mencari penyelesaian masalah sesuai dengan peranannya. Siswa yang lain menjadi penonton dengan tugas-tugas tertentu pula.

2. Guru mampu menjelaskan dengan menarik, sehingga siswa terangsang untuk berusaha menyelesaikan masalah tersebut.

3. Guru harus bisa mengatur adegan yang harus diperankan.

4. Bila ada kerelaan dari siswa untuk bermain peran, harap ditanggapi, tetapi guru harus mempertimbangkan apakah ia tepat untuk memerankan peran tersebut. Bila tidak tepat, tunjuk saja siswa yang memiliki kemampuan dan pengetahuan yang diperankan itu.

5. Guru menjelaskan kepada siswa tentang tugas yang diperankan oleh siswa, menguasai masalahnya dan pandai berdialog.

6. Guru membantu siswa dalam bermain peran, apabila siswa tidak memahami jalan penyelesaian dan perlu diadakan tanya jawab atau diskusi.


(24)

2.3.4 Kelebihan dan kelemahan Metode Bermain Peran (Role Playing) Setiap teknik pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahan, begitu juga dengan teknik bermain peran.

Modifikasi dari Muntofingah (2012: 23), kelebihan Metode Bermain Peran (Role Playing) yaitu:

a. Kelebihan Metode Bermain Peran

1) Siswa lebih tertarik perhatiannya pada materi pembelajaran 2) Siswa mudah memahami materi pelajaran

3) Siswa pandai menempatkan diri sebagai watak orang lain 4) Menumbuhkan sikap perhatian

5) Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh 6) Siswa berlatih berinisiatif dan kreatif

7) Bakat siswa dapat dipupuk dan dikembangkan

b. Kelemahan Metode Bermain Peran

1) Bila guru tidak menguasai tujuan pembelajaran hasilnya sulit tercapai

2) Bila kurang memperhatikan norma-norma sosial, adat, kebiasaan, dan keyakinan, maka akan menyinggung perasaan orang lain. 3) Siswa yang tidak memerankan peran tertentu menjadi kurang

kreatif

4) Banyak memakan waktu

5) Memerlukan tempat yang cukup luas

6) Kelas lain sering terganggu oleh suara para siswa yang memerankan peran tertentu.

2.5 Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

“ Bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang memungkinkan kita membina serta mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga ia memiliki ciri-ciri dan identitasnya sendiri yang membedakan dari kebudayaan daerah.” (M. Faisal, 2009).

Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berfikir dan juga memperluas wawasan. Siswa tidak hanya diharapkan


(25)

25

mampu memahami informasi yang disampaikan secara luas atau langsung, tetapi juga dapat memahami informasi yang disampaikan secara terselubung atau tidak langsung.

2.6 Hipotesis Tindakan

Jika pembelajaran bahasa Indonesia menggunakan metode bermain peran, dengan langkah-langkah yang tepat maka dapat meningkatkan aktivitas dan keterampilan berbicara siswa kelas V SD Negeri 1 Tanjung Senang Bandar Lampung.


(26)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yaitu suatu bentuk penelitian dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu, mulai dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi yang dilaksanakan dalam setiap siklus secara berulang sampai tujuan dari penelitian ini dianggap berhasil. Tujuan itu dilakukanlah pengumpulan data dan pengolahan data. (Nurgiantoro, 2006: 71)

Pengumpulan data dilakukan melalui observasi dalam setiap pembelajaran persiklus, kemudian datanya dilakukan rekapitulasi dari perolehan skor yang diolah dalam sebuah tabel hasilnya dideskripsikan dari awal sampai akhir pelaksanaan tindakan dan selanjutnya dapat disimpulkan kriteria keberhasilan dalam bentuk prosentase yaitu adanya ketuntasan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas.

Penelitian ini di lakukan 2 siklus, masing-masing siklus terdiri atas 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.


(27)

27

Peneliti akan melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan mengikuti alur pelaksanaan penelitian sebagai berikut :

Gambar : Alur siklus penelitian tindakan kelas (Arikunto, 2006: 16)

3.2.Setting Penelitian

1. Tempat penelitian

Pelaksanaan penelitian akan dilakukan di kelas V SD Negeri 1 Tanjung Senang Bandar Lampung

Perencanaan

Refleksi Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi

Pengamatan SIKLUS I

SIKLUS II


(28)

2. Waktu Penelitian

Dilaksanakan pada semester genap pada bulan Desember 2012 sampai Februari 2013 tahun pelajaran 2012/2013

3.3.Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Tanjung Senang Bandar Lampung, semester genap tahun pelajaran 2012/2013, pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Siswa kelas V SD Negeri 1 Tanjung Senang berjumlah 34 orang siswa, yang terdiri dari 19 orang siswa laki-laki dan 15 orang siswi perempuan.

3.4.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian tindakan kelas penggunaan metode bermain peran (role playing) dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada aspek aktivitas dan keterampilan berbicara yaitu; dengan teknik tes dan non tes.

3.5.Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu lembar panduan observasi yang terdiri dari:

1. Lembar observasi aktivitas siswa dan kinerja guru 2. Tes keterampilan berbicara

Lembar panduan observasi ini dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dan kinerja guru.


(29)

29

3.6. Analisis Data

1. Analisis data tentang aktivitas belajar siswa

Pelaksanaan analisis data tentang aktivitas belajar siswa menggunakan tolak ukur untuk menentukan kriteria keberhasilan siswa.

Data Kualitatif (Aktivitas Siswa)

Untuk melihat aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung dilakukan observasi dan aktivitas siswa dihitung untuk analisis kualitatif. Untuk lembar aktivitas siswa (terlampir).

Setelah dihitung jumlah siswa yang aktif maka dilakukan perhitungan dengan rumus:

∑ x X = N Keterangan:

X = Nilai rata-rata

∑ x = Jumlah hasil perolehan siswa aktif N = Jumlah siswa keseluruhan

Tabel 3.1 : Aktivitas Belajar Siswa

No Rentang Nilai Kategori

1 86 – 100 Sangat Aktif

2 76 – 85 Aktif

3 65 – 75 Cukup Aktif

4 40 – 64 Kurang

5 0 – 39 Tidak Aktif


(30)

Tabel 3.2 : Kinerja Guru

No Tingkat Kinerja Guru Kategori

1 85% - 100% Sangat Baik

2 75% - 84% Baik

3 60% - 74% Cukup

4 40% - 59% Kurang

5 0% - 39% Sangat Kurang

2. Analisis Data Kuantitatif ( Keterampilan Berbicara )

Keterampilan yang dimaksud dalam analisis ini yaitu kemampuan bermain peran sesuai dengan teks dan tema dialog yang disajikan oleh guru dalam proses pembelajaran sebagaimana interprestasi tolak ukur sebagai berikut :

Tabel 3.3 : Tolak Ukur Keterampilan Berbicara Interval Tingkat Keterampilan

Berbicara

Kategori 86 – 100

71 – 85 56 – 70 41 – 55 0 – 40

Sangat Baik Baik Cukup Kurang Kurang Sekali Sumber : Nurgiantoro, (2001: 399)

Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan metode bermain peran, data diambil dari peran yang dimainkan oleh siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan dengan cara mengamati aktivitas yang dilakukan sesuai dengan aspek yang terdapat dalam lembar observasi.

Untuk keterampilan berbicara nilai yang diberikan setelah tindakan selesai dipergunakan rumus:


(31)

31

N

b = Jumlah Skor Perolehan

Jumlah Siswa

Keterangan :

Nb = Nilai Rata-rata Keterampilan Berbicara

3.7.Prosedur Penelitian 1. Siklus I

Pelaksanaan pembelajaran siklus I kompetensi dasarnya adalah memerankan tokoh drama dengan lafal, intonansi, ekspresi dan penampilan yang tepat. Dilaksanakan dalam satu tatap muka (2 x 35menit). Tahapan pembelajarannya mulai dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

a. Perencanaan

Sebelum melaksanakan proses pembelajaran , peneliti melakukan persiapan sebagai berikut :

1. Menyiapkan perangkat pembelajaran yaitu : pemetaan, SKKD, silabus dan RPP.

2. Menyiapkan alat peraga atau media pembelajaran seperti teks drama 3. Menyiapkan lembar observasi aktivitas siswa

4. Menyiapkan lembar observasi ketrampilan berbicara

5. Menyiapkan lembar observasi untuk melihat kinerja guru selama pembelajaran


(32)

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan penelitian di kelas V SDN 1 Tanjung Senang Bandar Lampung dengan jumlah siswa 34 orang, terdiri atas 19 orang laki-laki dan 15 orang perempuan. Kegiatan siklus I dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 6 Februari 2013 dengan materi pokok drama pendek “ Telor Asin

“ ( cerita terlampir ). Langkah-langkah pembelajaran yaitu :

1. Kegiatan awal

Siswa membaca do’a.

Mengecek kehadiran siswa.

Menyampaikan tujuan pembelajaran agar siswa mengetahui apa yang akan dicapai setelah pembelajaran berlangsung.

2. Kegiatan Inti Eksplorasi

- Menjelaskan tekhnik bermain peran.

- Memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi pembelajaran.

- Guru membagikan teks drama. Elaborasi

- Siswa dibagi menjadi delapan kelompok.

- Guru mengawasi, membimbing dan mengarahkan siswa untuk menyampaikan drama yang berjudul telor asin.

- Siswa memerankan drama di depan kelas (dialog terlampir).


(33)

33

- Siswa yang tidak praktek mendengarkan teman yang sedang praktek bermain peran ,dan menyampaikan kembali pesan tersebut secara utuh.

Konfirmasi

- Bertanya jawab tentang hal-hal yang belum dipahami oleh siswa

- Guru , kolabolator dan siswa menyimpulkan tentang materi pembelajaran

3. Kegiatan akhir

Guru bersama siswa menyimpulkan materi Guru memberikan pesan moral dan pr Guru menutup pelajaran

c. Observasi

Observasi dilakukan bersama dengan kolabolator dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Observasi dilakukan untuk memperbaiki aktivitas dan keterampilan bicara siswa pada saat bermain peran.

d. Refleksi

Setelah pelaksanaan tindakan dan observasi , peneliti bersama dengan kolabolator mencari solusi sebagi bentuk perbaikan yang diterapkan pada siklus selanjutnya. Refleksi dilakukan terhadap siswa maupun guru sebagai peneliti dapat digunakan sebagai tindak lanjut dalam upaya mencapai tujuan peneliti.


(34)

3.8.Indikator Penelitian

Penelitian ini dikategorikan berhasil apabila:

1. Adanya peningkatan aktivitas siswa pada setiap siklusnya.

2. Ketrampilan berbicara siswa keberhasilannya minimal ≥ 71% dari nilai KKM yang telah ditetapkan di sekolah adalah 65.


(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas, siswa kelas V SDN 1 Tanjung Senang kota Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pembelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dari hasil observasi memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa pada siklus I mendapat nilai sebesar 67,06 dan siklus II mendapat nilai 76,91, aktivitas guru pada siklus I diperoleh hasil 68 dengan kategori cukup dan siklus II diperoleh hasil 81 dengan kategori baik, dan keterampilan berbicara pada siklus I mendapat nilai 66,47 dengan kategori cukup dan siklus II mendapat nilai 77,50 dengan kategori baik.

2. Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan metode bermain peran dapat meningkatkan keterampilan berbicara, terlihat dari ketuntasan pada siklus I terdapat 12 siswa siswa yang belum tuntas (35,29%) yang tuntas terdapat 22 siswa (64,71%). Sedangkan pada siklus II, jumlah siswa yang tuntas mencapai 34 siswa (100%). Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran pada siklus II telah berhasil atau tuntas.


(36)

5.2. Saran

5.2.1. Untuk Guru

Pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran dapat menjadikan salah satu alternatif pembelajaran bagi rekan sejawat di tempat tugas masing-masing dalam melaksanakan pembelajaran di kelas karena dapat meningkatkan aktivitas dan keterampilan berbicara.

5.2.2. Untuk Sekolah

Pihak sekolah agar dapat memberikan perhatian yang maksimal terutama sarana dan prasarana yang dapat mendukung penerapan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru agar lebih baik lagi.

5.2.3. Untuk siswa

1. Siswa harus introspeksi diri dan lebih banyak melakukan pelatihan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang dimiliki.

2. Siswa harus lebih banyak berlatih berbicara dalam suasana-suasana yang formal atau resmi.

3. Siswa harus banyak berlatih mengembangkan potensi atau kemampuan yang dimiliki.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Ali. (1996). Teknik Penilaian Pendidikan. Renika Cipta : Jakarta. Arikunto, S. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Bina Aksara: Jakarta.

Dawson. (1992). Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD. Universitas Indonesia : Jakarta.

Dimiyati, dan Mujiono. (2006). Metode Belajar dan Pembelajaran. Renika Cipta : Jakarta.

Djamarah. (2001). Motivasi Belajar Mengajar. Renika Cipta : Jakarta. Faisal, M. (2009). Kajian Bahasa Indonesia SD. Depdikbud: Jakarta

Hamalik, Oemar. (2001). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Tarsito : Bandung. Idra. (2002). Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Universitas

Terbuka : Jakarta.

Harold D. Laswell. (2002). Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Universita Terbuka : Jakarta.

Muntofingah. (2012). Proses Belajar Mengajar. PT Remaja Rosdakarya: Bandung.

Nurgiyantoro, Burhan. (2006). Teori Evaluasi Pendidikan. Gajah Mada University Press : Yogyakarta.

Poerwadaminta. (1996). Teknik Evaluasi Pendidikan. Tarsito : Bandung.

Purwanto, Ngalim. (2003). Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Remaja Rosda Karya: Bandung.

Solchan T. W, dkk (2001). Pendidikan Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Universitas Terbuka : Jakarta.

Sudjana. (2005). Aktivitas Belajar. http://www.edukasi.kompasiana.com Suyanto. (2001). Proses Belajar Mengajar. Rinneka Cipta: Jakarta: Syarif, M. (2011). Keterampilan Berbicara. Angkasa : Bandung.


(38)

--- (1998). Keterampilan Menulis. Tarsito : Bandung. --- (1998). Keterampilan Berbicara. Angkasa : Bandung.


(1)

- Siswa yang tidak praktek mendengarkan teman yang sedang praktek bermain peran ,dan menyampaikan kembali pesan tersebut secara utuh.

Konfirmasi

- Bertanya jawab tentang hal-hal yang belum dipahami oleh siswa

- Guru , kolabolator dan siswa menyimpulkan tentang materi pembelajaran

3. Kegiatan akhir

Guru bersama siswa menyimpulkan materi Guru memberikan pesan moral dan pr Guru menutup pelajaran

c. Observasi

Observasi dilakukan bersama dengan kolabolator dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Observasi dilakukan untuk memperbaiki aktivitas dan keterampilan bicara siswa pada saat bermain peran.

d. Refleksi

Setelah pelaksanaan tindakan dan observasi , peneliti bersama dengan kolabolator mencari solusi sebagi bentuk perbaikan yang diterapkan pada siklus selanjutnya. Refleksi dilakukan terhadap siswa maupun guru sebagai peneliti dapat digunakan sebagai tindak lanjut dalam upaya mencapai tujuan peneliti.


(2)

34

3.8.Indikator Penelitian

Penelitian ini dikategorikan berhasil apabila:

1. Adanya peningkatan aktivitas siswa pada setiap siklusnya.

2. Ketrampilan berbicara siswa keberhasilannya minimal ≥ 71% dari nilai KKM yang telah ditetapkan di sekolah adalah 65.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas, siswa kelas V SDN 1 Tanjung Senang kota Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pembelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dari hasil observasi memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa pada siklus I mendapat nilai sebesar 67,06 dan siklus II mendapat nilai 76,91, aktivitas guru pada siklus I diperoleh hasil 68 dengan kategori cukup dan siklus II diperoleh hasil 81 dengan kategori baik, dan keterampilan berbicara pada siklus I mendapat nilai 66,47 dengan kategori cukup dan siklus II mendapat nilai 77,50 dengan kategori baik.

2. Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan metode bermain peran dapat meningkatkan keterampilan berbicara, terlihat dari ketuntasan pada siklus I terdapat 12 siswa siswa yang belum tuntas (35,29%) yang tuntas terdapat 22 siswa (64,71%). Sedangkan pada siklus II, jumlah siswa yang tuntas mencapai 34 siswa (100%). Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran pada siklus II telah berhasil atau tuntas.


(4)

54

5.2. Saran

5.2.1. Untuk Guru

Pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran dapat menjadikan salah satu alternatif pembelajaran bagi rekan sejawat di tempat tugas masing-masing dalam melaksanakan pembelajaran di kelas karena dapat meningkatkan aktivitas dan keterampilan berbicara.

5.2.2. Untuk Sekolah

Pihak sekolah agar dapat memberikan perhatian yang maksimal terutama sarana dan prasarana yang dapat mendukung penerapan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru agar lebih baik lagi.

5.2.3. Untuk siswa

1. Siswa harus introspeksi diri dan lebih banyak melakukan pelatihan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang dimiliki.

2. Siswa harus lebih banyak berlatih berbicara dalam suasana-suasana yang formal atau resmi.

3. Siswa harus banyak berlatih mengembangkan potensi atau kemampuan yang dimiliki.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ali. (1996). Teknik Penilaian Pendidikan. Renika Cipta : Jakarta. Arikunto, S. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Bina Aksara: Jakarta.

Dawson. (1992). Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD. Universitas Indonesia : Jakarta.

Dimiyati, dan Mujiono. (2006). Metode Belajar dan Pembelajaran. Renika Cipta : Jakarta.

Djamarah. (2001). Motivasi Belajar Mengajar. Renika Cipta : Jakarta. Faisal, M. (2009). Kajian Bahasa Indonesia SD. Depdikbud: Jakarta

Hamalik, Oemar. (2001). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Tarsito : Bandung. Idra. (2002). Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Universitas

Terbuka : Jakarta.

Harold D. Laswell. (2002). Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Universita Terbuka : Jakarta.

Muntofingah. (2012). Proses Belajar Mengajar. PT Remaja Rosdakarya: Bandung.

Nurgiyantoro, Burhan. (2006). Teori Evaluasi Pendidikan. Gajah Mada University Press : Yogyakarta.

Poerwadaminta. (1996). Teknik Evaluasi Pendidikan. Tarsito : Bandung.

Purwanto, Ngalim. (2003). Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Remaja Rosda Karya: Bandung.

Solchan T. W, dkk (2001). Pendidikan Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Universitas Terbuka : Jakarta.

Sudjana. (2005). Aktivitas Belajar. http://www.edukasi.kompasiana.com Suyanto. (2001). Proses Belajar Mengajar. Rinneka Cipta: Jakarta: Syarif, M. (2011). Keterampilan Berbicara. Angkasa : Bandung.


(6)

Tarigan. (1998). Membaca Sebagai Salah Satu Keterampilan Berbicara. Angkasa : Bandung.

--- (1998). Keterampilan Menulis. Tarsito : Bandung. --- (1998). Keterampilan Berbicara. Angkasa : Bandung.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPA MELALUI METODE JIGSAW PADA SISWA KELAS V SD N 1 WAY KANDIS KECAMATAN TANJUNG SENANG BANDAR LAMPUNG

0 3 34

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN Meningkatkan Keterampilan Berbicara Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Menggunakan Metode Pembelajaran Role Playing Siswa Kelas IV SD Negeri Godog

0 1 15

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN Meningkatkan Keterampilan Berbicara Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Menggunakan Metode Pembelajaran Role Playing Siswa Kelas IV SD Negeri Godog

0 2 15

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA PADA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PERAN BAGI SISWA KELAS V SD SWASTA CENDEKIA T. A 2011/ 2012.

0 0 19

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS V SD. NEGERI 101729 KP. LALANG.

0 1 19

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN TAKTAKAN 2.

0 3 26

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA SISWA KELAS V SD DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA: Penelitian Tindakan Kelas di SDN Cipete 1 Kecamatan Curug Kota Serang.

0 1 36

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CITRASARI.

0 2 39

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JAWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI SOROBAYAN SANDEN BANTUL.

1 32 197

Penerapan Model Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing) Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Dalam Drama Siswa Kelas V SD Negeri 168 Pekanbaru

0 2 11