UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR MELALUI METODE PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN DI KELAS I SEKOLAH DASAR NEGERI 1 GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN T.P 2011/2012

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR MELALUI METODE PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN DI KELAS I

SEKOLAH DASAR NEGERI 1 GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN

T.P 2011/2012 Oleh Ida Heriyani

Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya keterampilan berbicara Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara Bahasa Indonesia yang baik dan benar di kelas I SD Negeri 1 Gedong Tataan.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan di SD Negeri 1 Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dengan subyek penelitian adalah peserta didik kelas I. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dalam 4 langkah kegiatan, meliputi kegiatan perencanaan, melakukan tindakan, observasi, dan refleksi. Instrumen yang digunakan adalah perangkat tes, lembar observasi, catatan lapangan dan kamera yang digunakan untuk mengamati aktivitas peserta didik dan kinerja guru.

Hasil dari penelitian ini adalah: (1) peserta didik dalam proses pembelajaran melalui penerapan metode pembelajaran bermain peran membuat peserta didik lebih aktif dan bersemangat dalam mengikuti pelajaran, (2) metode pembelajaran bermain peran dapat meningkatkan keterampilan berbicara dan hasil belajar peserta didik dimana keterampilan berbicara dan hasil belajar menunjukkan kemajuan yang signifikan baik secara individu maupun secara kelompok yaitu siklus 1 mencapai 51,43% atau sekitar 18 orang saja, pada siklus 2 mengalami peningkatan yaitu mencapai 80% atau sekitar 28 orang dan pada akhir siklus 3 peserta didik yang telah mencapai skor ketuntasan minimal yang telah ditetapkan sebanyak 31 orang atau sekitar 88,57%. Dengan demikian metode pembelajaran bermain peran dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan keterampilan berbicara Bahasa Indonesia peserta didik, khususnya di kelas I SD. Kata kunci : Keterampilan berbicara, metode pembelajaran bermain peran


(2)

SEKOLAH DASAR NEGERI 1 GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN

T.P 2011/2012

Oleh IDA HERIYANI NPM. 1013109020

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi PGSD Strata 1 Dalam Jabatan Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(3)

DAN BENAR MELALUI METODE PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN DI KELAS I SEKOLAH DASAR NEGERI 1 GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN T.P 2011/2012

Nama Mahasiswa : Ida Heriyani No.Pokok Mahasiswa :1013109020

Program Studi : S-1 PGSD Dalam Jabatan Jurusan : Ilmu Pendidikan

Jenis Penelitian : Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Lokasi Penelitian : SD Negeri 1 Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Dosen Pembimbing

Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. Dr. Sultan Djasmi, M.Pd. NIP.19510607 198103 1 002 NIP.19520504 197903 1 002


(4)

1. Tim Penguji

Penguji : Dr. Sultan Djasmi, M.Pd. ………

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs.Siswantoro, S.Pd, M.Pd. . .………….

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 19600315 198503 1 003


(5)

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama Mahasiswa : Ida Heriyani

NPM : 1013109020

Judul Skripsi : UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR MELALUI METODE PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN DI KELAS I SEKOLAH DASAR NEGERI 1 GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN T.P 2011/2012

Menyatakan bahwa penelitian ini adalah merupakan hasil kerja saya sendiri dan menurut sepengetahuan saya tidak berisi tentang materi yang pernah dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan ini yang saya kutip dari hasil karya orang lain dan telah ditulis sumbernya secara jelas sesuai norma dan kaidah penulisan karya ilmiah.

Demikian pernyataan ini saya buat berdasarkan kondisi yang sebenar-benarnya.

Gedong Tataan, Februari 2012 Yang membuat pernyataan,


(6)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar menyiapkan peserta didik untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta mewariskan nilai-nilai luhur budaya bangsa sehingga membentuk manusia yang berkualitas. Pemenuhan tuntutan tersebut, ditempuh jalur pendidikan. Jalur pendidikan merupakan media yang efektif. Pendidikan bertujuan agar budaya yang merupakan nilai-nilai luhur budaya bangsa dapat diwariskan dan dimiliki oleh generasi muda. Agar tidak ketinggalan zaman senantiasa relevan dan signifikan dengan tuntutan hidup. Di antara sekian banyak budaya yang perlu diwariskan kepada generasi muda adalah bahasa, karena bahasa merupakan alat yang sangat penting untuk berkomunikasi.

Kemampuan berbahasa Indonesia adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi masyarakat Indonesia, tidak terkecuali peserta didik. Dalam bidang pendidikan dan pengajaran di sekolah, Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran pokok. Pelajaran Bahasa Indonesia diajarkan berdasarkan kurikulum yang berlaku, yang di dalamnya (kurikulum pendidikan) tercantum beberapa tujuan pembelajaran. Salah satu tujuan pokoknya adalah mampu dan terampil berbahasa Indonesia dengan baik dan benar setelah mengalami proses pembelajaran di sekolah.


(7)

manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kamus linguistik (Kridalaksana, 1982) berbicara (wicara) diartikan sebagai perbuatan menghasilkan bahasa untuk berkomunikasi sebagai salah satu keterampilan dasar dalam berbahasa. Berdasarkan definisi kamus ini, berbicara atau wicara merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat produktif lisan.

Menurut Zahroh dan Sulistyorini (2010: 82) untuk menghasilkan tuturan yang baik, pembicara atau pewicara dituntut mengikuti aturan berbicara, di samping menguasai komponen-komponen yang terlibat dalam kegiatan berbicara atau wicara, antara lain penguasaan aspek kebahasaan dan aspek non kebahasaan. Aspek-aspek tersebut meliputi lafal, tatabahasa, kosakata, kefasihan, dan pemahaman.

Pendidikan sastra dan Bahasa Indonesia mempunyai peranan yang penting di dalam dunia pendidikan. Seperti yang kita ketahui bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita menggunakan Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Oleh karena itu, kita harus mempelajari ilmu pendidikan tentang bahasa dan sastra Indonesia. Agar kita dapat belajar dan mengetahui bagaimana cara kita menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Karena ketika seorang pendidik memberikan pengajaran kepada anak-anak didiknya, ia harus bisa menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Apabila seorang pendidik mengunakan bahasa yang kurang baik, maka akan di contoh oleh anak-anak didiknya.

Seperti yang diungkapkan Galda (dalam Supriadi, 2005: 178) keterampilan berbicara di SD merupakan inti dari proses pembelajaran bahasa di


(8)

di dalam maupun di luar kelas sesuai dengan perkembangan jiwanya. Pendapat tersebut juga didukung oleh Farris (dalam Supriadi, 2005: 179) yang menyatakan bahwa pembelajaran keterampilan berbicara penting diajarkan karena dengan keterampilan itu seorang peserta didik akan mampu mengembangkan kemampuan berpikir, membaca, menulis, dan menyimak. Kemampuan berpikir tersebut akan terlatih ketika mereka mengorganisasikan, mengonsepkan, dan menyederhanakan pikiran, perasaan, dan ide kepada orang lain secara lisan.

Berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang bersifat produktif, artinya suatu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menyampaikan gagasan, pikiran atau perasaan sehingga gagasan-gagasan yang ada dalam pikiran pembicara dapat dipahami orang lain.

Dari hasil pengamatan peneliti terhadap sebagian besar peserta didik SD Negeri 1 Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, ternyata masih banyak peserta didik yang belum menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam melakukan komunikasi di sekolah, baik terhadap teman sekolah maupun terhadap guru. Kurangnya keterampilan berbicara bahasa Indonesia disebabkan karena faktor lingkungan dimana masyarakat di sekitar tempat tinggal peserta didik dan sekolah belum menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam percakapan sehari-hari.

Dalam pembelajaran sastra, keterampilan berbicara khususnya drama dapat dilakukan dengan bermain peran. Hal ini dapat memotivasi peserta didik untuk mengembangkan kreativitas dan imajinasinya. Dialog (percakapan) dalam teks drama perlu diucapkan, sehingga melatih peserta didik untuk berbicara.


(9)

di depan umum, tentunya bermanfaat dalam kehidupannya. Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk menghadirkan peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu pertunjukkan peran di dalam kelas. Dalam metode ini, anak-anak berperan sebagai orang lain tanpa perlu latihan/spontan dan tidak untuk hiburan, namun lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam pertunjukkan dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran. Metode bermain peran biasanya menyampaikan suatu masalah sebelum memberikan pemecahan atas masalah itu. Anak-anak yang memainkan peran itu menunjukkan apa yang akan mereka lakukan, bagaimana reaksi mereka terhadap suatu kejadian atau situasi.

Metode pembelajaran ini dipilih karena pada dasarnya peserta didik yang masih duduk di kelas I sangat menyukai aktivitas belajar dalam bentuk permainan, diharapkan melalui metode pembelajaran bermain peran ini peserta didik dapat lebih mudah mengikuti dan mamahami pelajaran yang disampaikan oleh guru sehingga dapat meningkat keterampilan berbicara Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Sebagai suatu metode pembelajaran, bermain peran berakar pada dimensi pribadi dan sosial. Dari dimensi pribadi metode ini berusaha membantu peserta didik menemukan makna dari lingkungan sosial yang bermanfaat bagi dirinya. Juga melalui metode ini para peserta didik diajak untuk belajar memecahkan masalah pribadi yang sedang dihadapinya dengan bantuan kelompok sosial yang beranggotakan teman-teman sekelas. Dari dimensi sosial, metode ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dalam menganalisis situasi sosial, terutama masalah yang menyangkut hubungan antar


(10)

demikian melalui metode ini peserta didik juga dilatih untuk menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis

Berdasarkan hal tersebut peneliti terdorong untuk melakukan penelitian terhadap keterampilan berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar peserta didik khususnya kelas I SD Negeri 1 Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran melalui penerapan metode pembelajaran bermain peran, dengan harapan hasil penelitian ini dapat membuat peserta didik terbiasa menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam percakapan sehari-hari, baik dengan teman, guru, orang tua, maupun masyarakat di sekitar sekolah dan rumah.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Rendahnya keterampilan berbicara Bahasa Indonesia yang baik dan benar peserta didik kelas I di SD Negeri 1 Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran. 2. Masih banyak peserta didik yang belum menggunakan Bahasa Indonesia yang

baik dan benar dalam melakukan komunikasi di lingkungan SD Negeri 1 Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.

3. Keaktifan peserta didik dan variasi guru dalam mengajar berpengaruh dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.


(11)

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut maka penelitian ini hanya dibatasi pada: Keterampilan berbicara Bahasa Indonesia yang baik dan benar melalui penerapan metode pembelajaran bermain peran di kelas I di SD Negeri 1 Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah penerapan metode pembelajaran bermain peran dalam meningkatkan keterampilan berbicara Bahasa Indonesia yang baik dan benar di kelas I SD Negeri 1 Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar di kelas I SD Negeri 1 Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peserta didik

1. Dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berbicara Bahasa Indonesia yang baik dan benar bagi peserta didik kelas I SD Negeri 1 Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.


(12)

1. Menumbuhkan kreativitas guru dalam menerapkan metode pembelajaran bermain peran terhadap peningkatan

keterampilan berbicara bahasa peserta didik.

2. Mengetahui pemecahan masalah dalam pembelajaran bahasa Indonesia sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan efektivitas pembelajaran di kelas.

3. Bagi Sekolah

1. Memberikan masukan yang baik untuk mengadakan

pembaharuan dalam pelaksanaan pembelajaran di SD Negeri 1 Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.


(13)

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar

Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari.

Dalam pengertian umum, belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu atau yang sekarang ini dikenal dengan guru. Orang yang banyak pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yang banyak belajar, sementara orang yang sedikit pengetahuannya didentifikasi sebagai orang yang sedikit belajar, dan orang yang tidak berpengetahuan dipandang sebagai orang yang tidak belajar. Pengertian belajar demikian, secara konseptual tampaknya sudah mulai ditinggalkan orang. Guru tidak dipandang sebagai satu – satunya sumber informasi yang dapat memberikan informasi apa saja kepada para pembelajar.

Menurut Slameto (1995: 2) belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” Selanjutnya Winkel (1996: 53) belajar adalah “suatu aktivitas


(14)

mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstant.” Kemudian Hamalik (1983: 28) mendefinisikan belajar adalah “suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.”

Menurut teori belajar (Mudairin, 2003) anak-anak memperoleh pengetahuan bahasa melalui tiga proses; asosiasi, imitasi dan peneguhan. Asosiasi berarti melazimkan suatu bunyi dengan obyek tertentu. Imitasi berarti menirukan pengucapan dan struktur kalimat yang didengarnya. Peneguhan dimaksudkan sebagai suatu ungkapan kegembiraan yang dinyatakan ketika anak mengucapkan kata-kata dengan benar. Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak yang didahului oleh keterampilan menyimak, pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari. Berbicara sudah barang tentu erat berhubungan dengan perkembangan kosakata yang diperoleh anak melalui kegiatan menyimak dan membaca.

Dari beberapa pengertian belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar.

B. Hakekat Pembelajaran Bahasa Indonesia

Karakteristik bahasa Indonesia adalah ciri khas atau sifat pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai sebuah ilmu. Adapun karakteristik pembelajaran Bahasa


(15)

Indonesia adalah bersifat kontekstual, bersifat komunikatif, bersifat sistematis, menantang pembelajar untuk memecahkan masalah-masalah nyata, membawa pembelajar ke arah pembelajaran yang aktif, dan penyusunan bahan pembelajaran dilakukan oleh guru sesuai dengan minat dan kebutuhan pebelajar.

Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia pada dasarnya tergolong ke dalam 3 jenis tujuan, yaitu tujuan afektif, kognitif, dan psikomotorik. Tujuan afektif berkaitan dengan penanaman rasa bangga dan menghargai Bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi. Tujuan kognitif berkaitan dengan proses pemahaman bentuk, makna, dan fungsi bahasa Indonesia. Tujuan psikomotorik berkaitan dengan kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk berbagai kepentingan. (Depdikbud, 1995).

Fungsi pembelajaran bahasa Indonesia dapat digolongkan ke dalam 2 jenis, yaitu fungsi instrumentatif dan fungsi intrinsik. Fungsi instrumentatif adalah fungsi pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi. Fungsi intrinsik adalah fungsi pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai proses pembinaan dan pengembangan Bahasa Indonesia. (Depdikbud, 1995).

Manfaat pembelajaran Bahasa Indonesia dapat bersifat praktis dan strategis. Adapun yang menjadi manfaat pembelajaran Bahasa Indonesia adalah meningkatkan kemampuan komunikasi, pembentuk perilaku positif, sarana pengembang ilmu pengetahuan, sarana memperoleh ilmu pengetahuan, sarana pengembang nilai norma kedewasaan, sarana ekspresi imajinatif; sarana penghubung dan pemersatu masyarakat Indonesia, dan sarana transfer kultural.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa


(16)

diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis (Depdikbud, 1995). Hal ini relevan dengan kurikulum 2004 bahwa kompetensi pebelajar bahasa khususnya Bahasa Indonesia peserta didik dituntut untuk melalui tahap- tahap sebagai berikut, yaitu membaca, berbicara, menyimak dan mendengarkan.

C. Pengertian Metode Pembelajaran Bermain Peran

Bermain peran (Role Playing) adalah suatu cara mengajar dengan jalan mendramatisasikan bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial. Pada metode pembelajaran bermain peran, titik tekanannya terletak pada keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah yang secara nyata dihadapi oleh peserta didik.

Metode pembelajaran bermain peran adalah salah satu proses belajar mengajar yang tergolong dalam metode simulasi. Menurut Dawson yang dikutip oleh Dimyati dan Moedjiono (2002: 76) mengemukakan bahwa simulasi merupakan suatu istilah umum yang berhubungan dengan menyusun dan mengoperasikan suatu model yang mereplikasi proses-proses perilaku.

Proses interaksi antar peserta didik dan antara peserta didik dengan guru dalam kegiatan pembelajaran dengan metode pembelajaran bermain peran akan lebih aktif, komunikasi berjalan dua arah dari guru ke peserta didik dan dari peserta didik ke guru. Dengan demikian, peserta didik tidak hanya menerima penjelasan materi secara teoritis tetapi juga ikut mengamati dan menganalisa masalah yang sedang diperankan yang merupakan ilustrasi dari materi yang akan disampaikan. Hal ini jelas sangat berbeda ketika peserta didik mengikuti proses pembelajaran dengan metode konvensional.


(17)

Kesan yang muncul ketika peserta didik mengikuti kegiatan pembelajaran dengan metode konvensional adalah peserta didik menjadi objek dari materi yang disampaikan oleh guru. Sedangkan metode pembelajaran bermain peran memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk ikut berperan sebagai subjek dan mengembangkan pemahaman yang lebih luas tentang masalah yang dihadapi.

Bermain peran adalah salah satu bentuk permainan pendidikan yang digunakan untuk menjelaskan perasaan, sikap, tingkah laku dan nilai, dengan tujuan untuk menghayati perasaan, sudut pandang dan cara berfikir orang lain (Depdikbud, 1994: 171).

Melalui bermain peran (Role Playing), para peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan antar manusia dengan cara memperagakannya dan mendiskusikannya sehingga secara bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi perasaan, sikap, nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah. Sebagai suatu metode pembelajaran, bermain peran berakar pada dimensi pribadi dan sosial. Dari dimensi pribadi metode ini berusaha membantu peserta didik menemukan makna dari lingkungan sosial yang bermanfaat bagi dirinya. Juga melalui metode ini para peserta didik diajak untuk belajar memecahkan masalah pribadi yang sedang dihadapinya dengan bantuan kelompok sosial yang beranggotakan teman-teman sekelas. Dari dimensi sosial, metode ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dalam menganalisis situasi sosial, terutama masalah yang menyangkut hubungan antar pribadi peserta didik. Pemecahan masalah dilakukan secara demokratis. Dengan demikian melalui metode ini peserta didik juga dilatih untuk menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis.


(18)

Proses belajar dengan menggunakan metode bermain peran diharapkan siswa mampu menghayati tokoh yang dikehendaki, keberhasilan siswa dalam menghayati peran itu akan menentukan apakah proses pemahaman, penghargaan dan identifikasi diri terhadap nilai berkembang (Hasan, 1996: 226).

Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut di atas, maka dapat dapat disimpulkan ke dalam beberapa hal berikut bahwa melalui metode pembelajaran bermain peran para peserta didik dapat berlatih untuk menerapkan prinsip-prinsip demokrasi. Kelas dapat diibaratkan sebagai suatu kehidupan sosial tempat para peserta didik belajar mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat orang lain. Dengan adanya keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah yang secara nyata dihadapi, penerapan metode bermain peran (Role Playing) diharapkan mampu meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar peserta didik kelas I SD Negeri 1 Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran sehingga tujuan proses pembelajaran bisa tercapai dengan baik.

D. Kegunaan Metode Pembelajaran Bermain Peran

Secara umum metode bermain peran (Role Playing) dapat digunakan apabila (Muthoharoh, 2010):

1. Pelajaran dimaksudkan untuk melatih dan menanamkan pengertian dan perasaan seseorang

2. Pelajaran dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa kesetiakawanan sosial dan rasa tanggung jawab dalam memikul amanah yang telah dipercayakan

3. Jika mengharapkan partisipasi kolektif dalam mengambil suatu keputusan

4. Apabila dimaksudkan untuk mendapatkan ketrampilan tertentu sehingga diharapkan peserta didik mendapatkan bekal pengalaman yang berharga, setelah mereka terjun dalam masyarakat kelak

5. Dapat menghilangkan malu, dimana bagi peserta didik yang tadinya mempunyai sifat malu dan takut dalam berhadapan dengan sesamanya


(19)

dan masyarakat dapat berangsur-angsur hilang, menjadi terbiasa dan terbuka untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya

6. Untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki oleh peserta didik sehingga amat berguna bagi kehidupan dan masa depannya kelak, terutama yang berbakat bermain drama, lakon film dan sebagainya.

7. Untuk meningkatkan kemampuan penalaran peserta didik secara lebih kritis dan detail dalam pemecahan masalah.

8. Untuk meningkatkan pemahaman konsep dari materi yang diajarkan.

E. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Bermain Peran Seperti metode-metode pembelajaran yang lain metode pembelajaran bermain peran (Role Playing) juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Maksudnya, tidak semua materi bisa menjadi lebih baik bila menggunakan metode ini, melainkan harus dipilih dengan teliti oleh guru pengampu, mana yang baik menggunakan metode ini dan mana yang tidak.

Berikut beberapa kelebihan dan kekurangan dari metode pembelajaran bermain peran (Role Playing) dalam kegiatan pembelajaran menurut Ahmad (2009):

1. Kelebihan metode pembelajaran bermain peran

a) Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan peserta didik. Disamping merupakan pengalaman yang menyenangkan dan sulit untuk dilupakan.

b) Sangat menarik bagi peserta didik, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias.

c) Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri peserta didik serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi.

d) Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan peserta didik sendiri.

2. Kekurangan/kelemahan metode pembelajaran bermain peran

Metode pembelajaran bermain peran memiliki sisi-sisi kelemahan. Namun yang penting disini, kelemahan dalam suatu metode tertentu dapat ditutupi


(20)

dengan memakai metode yang lain. Kelemahan metode pembelajaran bermain peran ini terletak pada:

a) Bermain peran memerlukan waktu yang relatif panjang/banyak.

b) Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun peserta didik dan tidak semua guru memilikinya.

c) Kebanyakan peserta didik yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerankan suatu adegan tertentu.

d) Apabila pelaksanaan bermain peran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pembelajaran tidak tercapai dan waktu menjadi sia-sia.

e) Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini

F. Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Bermain Peran

Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menerapkan metode bermain peran, antara lain:

1. Bila sosiodrama baru ditetapkan dalam pengajaran, maka hendaknya guru menerangkannya terlebih dahulu teknik pelaksanaanya, dan menentukan diantara peserta didik yang tepat untuk memerankan lakon tertentu, secara sederhana dimainkan di depan kelas.

2. Menerapkan siatuasi dan masalah yang akan dimainkan dan perlu juga diceritakan jalannya peristiwa dan latar belakang cerita yang akan dipentaskan tersebut.

3. Pengaturan adegan dan kesiapan mental dapat dilakukan sedemikian rupa.


(21)

4. Setelah sosiodrama itu dalam peuncak klimas, maka guru dapat menghentikan jalannya drama. Hal ini dimaksudkan agar kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat diselesaikan secara umum, sehingga penonton ada kesempatan untuk berpendapat dan menilai sosiodrama yang dimainkan. Sosiodrama dapat pula dihentikan bila menemui jalan buntu.

5. Guru dan peserta didik dapat memberikan komentar, kesimpulan atau berupa catatan jalannya sosiodrama untuk perbaikan-perbaikan selanjutnya

G. Teori Yang Melandasi Metode Pembelajaran Bermain Peran 1. Teori Kognitif

Teori kognitif dikembangkan oleh Jean Piaget seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Piaget menjabarkan implikasi teori kognitif pada pendidikan yaitu 1) memusatkan perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada hasil tersebut. Pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh perhatian terhadap pendekatan yang digunakan peserta didik untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan pengalaman yang dimaksud, 2) mengutamakan peran peserta didik dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran pengetahuan jadi (ready made knowledge) anak didorong menentukan sendiri pengetahuan itu


(22)

melalui interaksi spontan dengan lingkungan, 3) memaklumi adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan. (Dian, 2010)

Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh peserta didik tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbungan itu berlangsung pada kecepatan berbeda. Oleh karena itu guru harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari individu-individu ke dalam bentuk kelompok- kelompok kecil peserta didik daripada aktivitas dalam bentuk klasikal, 4) mengutamakan peran peserta didik untuk saling berinteraksi. Menurut Piaget, pertukaran gagasan-gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan penalaran. Walaupun penalaran tidak dapat diajarkan secara langsung, perkembangannya dapat disimulasi. (Dian, 2010)

Menurut teori ini, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Asumsi dasar teori ini adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Menurut teori ini proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi secara klop dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh peserta didik.

Prinsip kognitif banyak dipakai di dunia pendidikan, khususnya terlihat pada perancangan suatu sistem instruksional, prinsip-prinsip tersebut antara lain (Dian, 2010):

1. Seseorang yang belajar akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu.


(23)

2. Penyusunan materi pelajaran harus dari sederhana ke kompleks.

3. Belajar dengan memahami akan jauh lebih baik daripada dengan hanya menghafal tanpa pengertian penyajian.

Kesimpulan dari teori belajar kognitif serta implikasinya dalam pembelajaran adalah guru harus memahami bahwa peserta didik bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda konkret, keaktifan peserta didik sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana ke kompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatian perbedaan individual peserta didik untuk mencapai keberhasilan peserta didik.

2. Teori Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan adalah bentukan (konstruksi) kita sendiri. Pengetahuan bukan tiruan dari realitas, bukan juga gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang dengan membuat struktur, kategori, konsep, dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan tersebut.

Konstruktivisme menekankan perkembangan konsep dan pengertian yang mendalam, pengetahuan sebagai konstruksi aktif yang dibuat peserta didik. Jika seseorang tidak aktif membangun pengetahuannya, meskipun usianya tua tetap tidak akan berkembang pengetahuannya. Suatu pengetahuan dianggap benar bila


(24)

pengetahuan itu berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan atau fenomena yang sesuai.

Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja, melainkan harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing orang. Penerapan konstruktivisme dalam proses belajar mengajar menghasilkan metode pengajaran yang menekankan aktivitas utama pada peserta didik (Fosnot, 1996; Lorsbach & Tobin, 1992). Pengetahuan juga bukan sesuatu yang sudah ada, melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus. Dalam proses itu keaktifan seseorang sangat menentukan dalam mengembangkan pengetahuannya.

Penerapan konstruktivisme dalam proses pembelajaran menghasilkan metode pembelajaran yang menekankan aktivitas utama pada peserta didik. Teori pendidikan yang di dasari konstruktivisme memandang peserta didik sebagai orang yang menanggapi secara aktif objek-objek dan peristiwa-peristiwa dalam lingkungannya, serta memperoleh pemahaman tentang seluk-beluk objek-objek dan peristiwa-peristiwa itu. Menurut teori ini, perlu disadari bahwa peserta didik adalah subjek utama dalam kegiatan penemuan pengetahuan. Mereka menyusun dan membangun pengetahuan melalui berbagai pengalaman yang memungkinkan terbentuknya pengetahuan. Mereka harus menjalani sendiri berbagai pengalaman yang pada akhirnya memberikan percikan pemikiran (insight) tentang pengetahuan-pengetahuan tertentu. Hal terpenting dalam pembelajaran adalah peserta didik perlu menguasai bagaimana caranya belajar (Novak dan Gowin, 1984). Dengan itu, ia bisa jadi pebelajar mandiri dan menemukan sendiri pengetahuan-pengetahuan yang ia butuhkan dalam kehidupan.


(25)

Berdasarkan ciri tersebut maka jelas bahwa belajar bagi konstruktivis adalah kegiatan yang aktif, yang dibangun sendiri oleh peserta didik. Pencarian terhadap arti dari yang mereka pelajari merupakan proses penyesuaian konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berpikir yang telah ada dalam pikiran mereka. Belajar juga merupakan tanggung jawab diri peserta didik yang meliputi pengalaman, pengetahuan yang telah dipunyai dan kemampuan kognitif serta lingkungan.

H. Hipotesis

Berdasarkan deskripsi teoritis di atas hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: Melalui penerapan metode pembelajaran bermain peran akan dapat meningkatkan keterampilan berbicara Bahasa Indonesia yang baik dan benar peserta didik Kelas I di Sekolah Dasar Negeri 1 Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.


(26)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research), yaitu bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah melalui penerapan langsung di kelas. Pada penelitian tindakan kelas bukan lagi mengetes sebuah perlakuan tetapi sudah mempunyai keyakinan akan ampuhnya suatu perlakuan.

Prosedur penelitian yaitu penelitian tindakan yang berbentuk siklus (tindakan). Tahap-tahap penelitian tindakan kelas yang dikemukakan oleh Kemmis dan McTaggart (Aqib, 2006: 31) adalah sebagai berikut:


(27)

Gambar 1: Alur Penelitian Tindakan

B. Setting Penelitian 1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini terfokus pada peserta didik SD Negeri 1 Gedong Tataan Kelas I yang berjumlah 35 orang.

2. Obyek Penelitian

Obyek penelitiannya adalah semua kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas tersebut.

Refleksi

Tindakan & Observasi I

Rencana Umum (Silabus)

Perubahan Rencana Refleksi

Tindakan & Observasi II

Perubahan Rencana Refleksi

Tindakan & Observasi III

Siklus 1

Siklus 2

Siklus 3


(28)

3. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada Tahun Pelajaran 2011/2012 bulan September – Desember 2011.

4. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di SD Negeri 1 Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.

C. Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data utama adalah peneliti sendiri. Sedangkan sebagai alat pengumpul data penunjang yang digunakan antara lain lembar evaluasi, lembar observasi, lembar tes, dan kamera yang digunakan untuk mengamati aktivitas peserta didik.

D. Teknik Pengumpul Data

1) Sumber data : personil penelitian yang terdiri dari peserta didik dan guru.

2) Jenis data : data kuantitatif yang diperoleh dari tes hasil belajar dan data kualitatif yang diperoleh melalui lembar evaluasi, lembar observasi, lembar tes dan catatan lapangan. Cara pengambilan data:

a) Data situasi pelaksanaan metode pembelajaran bermain peran menggunakan lembar observasi.

b) Data refleksi diri serta perubahan-perubahan yang terjadi dalam kelas, diambil dengan menggunakan lembar evaluasi.


(29)

c) Data tentang hasil belajar bahasa Indonesia peserta didik diambil dengan menggunakan tes hasil belajar.

d) Guru memberi nilai kepada yang memainkan peran dengan kriteria penilaian: 8 – 10 = Sangat Baik ( A)

7 – 7,9 = Baik (B) 6 – 6,9 = Cukup (C) ≥ 5,9 = Kurang (K)

E. Analisis Data

Data dalam penelitian ini berupa data tindakan, pengamatan, tuturan, dan penilaian hasil. Data yang diperoleh dari peserta didik dan guru tersebut merupakan proses dan produk tindakan pembelajaran berbicara dengan metode bermain peran.

Analisis dilakukan dengan menggunakan hasil pengumpulan informasi yang telah dilakukan dalam tahap pengumpulan data. Dari hasil pengamatan guru dalam kegiatan pembelajaran dan membahas masalah-masalah yang menjadi perhatian penelitian bersama dengan dosen. Pada proses analisis dibahas apa yang diharapkan terjadi, apa yang kemudian terjadi, mengapa terjadi tidak seperti yang diharapkan, apa penyebabnya atau ternyata sudah terjadi seperti yang diharapkan, dan apakah perlu dilakukan tindak lanjut.


(30)

F. Indikator Keberhasilan

Penelitian ini berhasil apabila:

1. Tingkat keterampilan peserta didik berbicara Bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam proses pembelajaran dinilai berhasil apabila masing-masing aktivitas yang menunjang keberhasilan belajar persentasenya di atas 65 %. 2. Keterlaksanaan langkah-langkah dalam pembelajaran dengan menggunakan

metode bermain peran mencapai 70%.

G. Tahapan Penelitian

Tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian ini, meliputi: 1. Siklus 1

2. Perencanaan Tindakan a) Pemilihan topik

b) Melakukan review silabus untuk mendapatkan kejelasan tujuan pembelajaran untuk topik tersebut dan mencari ide-ide dari materi yang ada dalam buku pelajaran.

c) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

d) Merencanakan penerapan metode pembelajaran bermain peran. e) Menentukan indikator yang akan dijadikan acuan

f) Membuat format evaluasi. g) Membuat format observasi.

2. Pelaksanaan Tindakan

a) Menerapkan tindakan sesuai dengan rencana dan langkah-langkah dalam pembelajaran dengan metode bermain peran.


(31)

b) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.

c) Peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok beranggotakan 3-4 peserta didik.

d) Guru menyiapkan skenario/naskah dengan tema cerita yang menarik. e) Ketua kelompok membagi peran masing-masing sesuai yang terdapat

dalam skenario. Guru pun dapat memegang salah satu peran apabila dirasakan memang perlu.

f) Tiap-tiap pemain menghapalkan dialog dalam skenario.

g) Guru menunjuk salah satu kelompok yang sudah benar-benar siap untuk menampilkan naskah pementasan.

h) Demikian seterusnya sampai seluruh kelompok tampil.

i) Evaluasi, meliputi lafal,intonasi,ekspresi, penghayatan dan penampilan. j) Kesimpulan.

k) Tes siklus 1

3. Pengamatan (observasi)

a) Guru melakukan pengamatan sesuai rencana dengan menggunakan lembar observasi.

b) Menilai tindakan dengan menggunakan format evaluasi.

c) Pada tahap ini guru melakukan implementasi rencana pembelajaran yang telah disusun. Selain itu dilakukan pemotretan sebagai dokumentasi kejadian-kejadian khusus selama pelaksanaan pembelajaran.


(32)

4. Refleksi

a) Refleksi dilakukan secepatnya setelah kegiatan pelaksanaan pembelajaran, untuk memperoleh masukan dari guru lain yang mengajar pelajaran bahasa Indonesia tentang keseluruhan proses serta saran sebagai peningkatan pembelajaran, jika akan mengulangi siklus untuk topik yang berbeda. b) Mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan dan mendiskusikan tindakan

bersama dengan guru lain.

c) Pendapat peserta didik dan guru lain tentang metode pembelajaran yang telah dilakukan.

d) Kesimpulan dan saran untuk perbaikan pada siklus berikutnya.

2. Siklus 2

1. Perencanaan Tindakan

a) Berdiskusi dengan guru mitra menyusun perangkat pembelajaran diantaranya RPP yang berdasarkan silabus yang ada dan menyusun media pembelajaran.

b) Menyusun skenario pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran bermain peran.

c) Menyusun lembar kegiatan yang akan diberikan kepada peserta didik pada saat pembelajaran.

d) Mempersiapkan lembar observasi aktivitas peserta didik dan kinerja guru. e) Mempersiapkan perangkat tes hasil tindakan siklus 2.


(33)

2. Pelaksanaan Tindakan

a) Menerapkan tindakan sesuai dengan rencana dan langkah-langkah dalam pembelajaran dengan metode bermain peran.

b) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.

c) Guru menyiapkan skenario/naskah dengan tema cerita yang menarik. d) Guru menunjuk salah satu kelompok yang sudah benar-benar siap untuk

menampilkan naskah pementasan.

e) Evaluasi, meliputi lafal,intonasi,ekspresi, penghayatan dan penampilan. f) Kesimpulan.

g) Tes siklus 2

3. Pengamatan (observasi)

a) Guru melakukan pengamatan sesuai rencana dengan menggunakan lembar observasi.

b) Menilai tindakan dengan menggunakan format evaluasi.

c) Pada tahap ini guru melakukan implementasi rencana pembelajaran yang telah disusun. Selain itu dilakukan pemotretan sebagai dokumentasi kejadian-kejadian khusus selama pelaksanaan pembelajaran.

4. Refleksi

a) Refleksi dilakukan secepatnya setelah kegiatan pelaksanaan pembelajaran, untuk memperoleh masukan dari guru lain yang mengajar pelajaran bahasa Indonesia tentang keseluruhan proses serta saran sebagai peningkatan pembelajaran, jika akan mengulangi siklus untuk topik yang berbeda.


(34)

b) Mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan dan mendiskusikan tindakan bersama dengan guru lain.

c) Pendapat peserta didik dan guru lain tentang metode pembelajaran yang telah dilakukan.

d) Kesimpulan dan saran untuk perbaikan pada siklus berikutnya.

3. Siklus 3

1. Perencanaan Tindakan

a) Berdiskusi dengan guru mitra menyusun perangkat pembelajaran diantaranya RPP yang berdasarkan silabus yang ada dan menyusun media pembelajaran. Media pembelajaran yang digunakan adalah menggunakan media lingkungan sebagai media pembelajaran yang disesuaikan dengan pokok bahasan yang telah ditentukan.

b) Menyusun skenario pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran bermain peran.

c) Menyusun lembar kegiatan yang akan diberikan kepada peserta didik pada saat pembelajaran.

d) Mempersiapkan lembar observasi aktivitas peserta didik dan kinerja guru. e) Mempersiapkan perangkat tes hasil tindakan siklus 3.

2. Pelaksanaan Tindakan

a) Menerapkan tindakan sesuai dengan rencana dan langkah-langkah dalam pembelajaran dengan metode bermain peran.


(35)

c) Peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok beranggotan 3-4 peserta didik.

d) Guru mengajak peserta didik keluar kelas untuk mengamati lingkungan sekitar.

e) Peserta didik bersama kelompoknya melakukan diskusi.

f) Guru menunjuk salah satu kelompok yang sudah benar-benar siap untuk menunjukkan dan menceritakan hasil temuannya.

g) Evaluasi, meliputi lafal,intonasi,ekspresi, penghayatan dan penampilan. h) Kesimpulan.

i) Tes siklus 3

3. Pengamatan (observasi)

a) Guru melakukan pengamatan sesuai rencana dengan menggunakan lembar observasi.

b) Menilai tindakan dengan menggunakan format evaluasi.

c) Pada tahap ini guru melakukan implementasi rencana pembelajaran yang telah disusun. Selain itu dilakukan pemotretan sebagai dokumentasi kejadian-kejadian khusus selama pelaksanaan pembelajaran.

4. Refleksi

a) Refleksi dilakukan secepatnya setelah kegiatan pelaksanaan pembelajaran, untuk memperoleh masukan dari guru lain yang mengajar pelajaran bahasa Indonesia tentang keseluruhan proses serta saran sebagai peningkatan pembelajaran, jika akan mengulangi siklus untuk topik yang berbeda.


(36)

b) Mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan dan mendiskusikan tindakan bersama dengan guru lain.

c) Pendapat peserta didik dan guru lain tentang metode pembelajaran yang telah dilakukan.

d) Kesimpulan dan saran untuk perbaikan pada kegiatan pembelajaran berikutnya.


(37)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka kesimpulan yang diperoleh adalah metode pembelajaran bermain peran dapat meningkatkan keterampilan berbicara Bahasa Indonesia yang baik dan benar bagi peserta didik. Hal ini didasarkan adanya peningkatan keterampilan berbicara Bahasa Indonesia yang baik dan benar yang terlihat dari hasil belajar peserta didik yang meningkat dari siklus ke siklus. Siklus 1 sekitar 51,43% atau 18 orang saja yang telah mencapai KKM, pada siklus 2 mengalami peningkatan yaitu mencapai 80% atau sekitar 28 orang dan pada akhir siklus 3 peserta didik yang telah mencapai kriteria ketuntasan minimal sebanyak 31 orang atau 88,57% dari keseluruhan peserta didik yang berjumlah 35 orang.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti dapat mengemukakan beberapa saran dalam penerapan metode pembelajaran bermain peran yaitu sebagai berikut:

1. Untuk dapat meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik khususnya pada pelajaran Bahasa Indonesia, maka dalam proses pembelajaran hendaknya guru dapat memilih metode yang mengharuskan peserta didik untuk berlatih


(38)

dan berani berbicara di depan kelas salah satunya dengan menggunakan metode bermain peran.

2. Guru hendaknya dalam kegiatan pembelajaran mampu mengelola waktu dengan baik dan melibatkan peserta didik untuk aktif dalam mengerjakan tugas dan mengikuti proses pembelajaran sehingga pembelajaran yang dilakukan dapat berlangsung sesuai dengan yang direncanakan dan diharapkan.

3. Sebagai pihak yang memiliki kewenangan dalam menentukan kebijakan-kebijakan pendidikan pada tingkat sekolah, maka Kepala Sekolah diharapkan dapat lebih memperhatikan pengadaan sarana dan prasarana dalam mendukung proses pembelajaran.


(39)

SEKOLAH DASAR NEGERI 1 GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN

T.P 2011/2012 (Skripsi)

Oleh IDA HERIYANI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(40)

Lampiran 4

JARINGAN TEMA

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK

Pkn

Menyebutkan 5 suku terbesar di Indonesia

Membedakan ciri-ciri suku bangsa dilihat dari bahasa dan adat istiadat/budayanya

Menjelaskan arti dari semboyan Bhineka Tungga Ika

IPS

Menyebutkan nama guru TK dan nama beberapa teman sekelas Menceritakan tentang teman main di rumah

Menceritakan peristiwa masa kecil yang paling berkesan

TEMA KELUARGA

BAHASA INDONESIA

•Mendemonstrasikan sesuatu sesuia dengan perintah atau permintaan guru

•Menceritakan kembali isi dongeng dengan kalimatnya sendiri

•Menjawab pertanyaan dan menjelaskan isi dongeng

•Memperagakan tokoh dongeng di depan kelas

•Menyapa teman sebaya, guru, dan orang lain serta orang yang lebih tua dengan bahasa dan cara yang santun

•Bercerita berdasarkan gambar •Memasangkan gambar buah

dengan nama dan ciri-ciri yang tepat

•Mengenali huruf-huruf dan membacanya sebagai suku kata, kata-kata dan kalimat sederhana •Membaca nyaring kalimat

sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat

•Membaca teks pendek dengan intonasi dan lafal yang benar •Menjiplak berbagai bentuk

gambar dan bentuk huruf •Menebalkan berbagai bentuk

gambar dan bentuk huruf •Menyalin/mencontoh huruf kata,

kalimat, dari papan tulis atau buku dengan benar

•Menyalin/mencontoh kalimat dari buku atau papan tulis yang ditulis guru dan menyalinnya pada buku sendiri

•Melengkapi kalimat yang belum selesai sesuai dengan gambar

MTK

Memecahkan masalah sehari-hari yang terkait penjumlahan sampai dengan 20

Memecahkan masalah sehari-hari yang terkait pengurangan sampai 20 Mengurangkan bilangan dengan bilangan itu sendiri hingga hasilnya 0 Mengenal konsep waktu melalui kegiatan sehari-hari yang sebentar dan lama


(41)

i

Kita semua adalah guru dan orang tua pada saat bersamaan, seorang pendidik untuk siapa saja yang

berada di sekitar kita dengan semua tindakan dan kata-kata kita

Kupersembahkan untuk

suamiku tercinta serta anak-anakku dan cucuku tersayang


(42)

ii

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena petunjuk dan hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul :”Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar Melalui Metode Pembelajaran Bermain Peran Di Kelas I Sekolah Dasar Negeri 1 Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2011/2012” Penulisan Penelitian Tindakan Kelas ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana pada Program S-1 PGSD.

Banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik secara moral maupun material dalam penyelesaian penulisan penelitian ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. sebagai Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Dr. Sultan Djasmi, M.Pd. sebagai dosen pembimbing yang senantiasa memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran dari awal hingga Penelitian Tindakan Kelas ini selesai


(43)

iii Penelitian Tindakan Kelas ini selesai.

5. Bapak/Ibu Dosen selaku tim pengajar dalam pelaksanaan Program S1 PGSD dalam Jabatan yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan selama peneliti menyelesaikan studi pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Teman-teman peserta Program S1 PGSD Dalam Jabatan yang telah banyak memberikan semangat dan bantuan serta rasa persahabatan dan kekeluargaan yang akan menjadi kenangan indah.

7. Suamiku Zakaria, beserta anak-anakku Sobbiyansyah. Z, Arie Ramadiansyah, Reza Irvansyah, dan Septi Amelia serta cucuku Chalista Indah Tri Utami, atas do’a dan dukungan yang selama ini diberikan.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan laporan penelitian ini yang namanya tidak dapat disebutkan satu per satu.

Peneliti mengakui bahwa Penelitian Tindakan Kelas ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan untuk perbaikan lebih lanjut dan masukan bagi peneliti sebagai pedoman acuan dalam penelitian yang akan datang.

Gedong Tataan, Februari 2012


(44)

iv

Halaman I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1 B. Identifikasi Masalah ... 5 C. Pembatasan Masalah ... 6 D. Rumusan Masalah ... 6 E. Tujuan Penelitian ... 6 F. Manfaat Penelitian ... 6 II. KAJIAN PUSTAKA... 8 A. Pengertian Belajar ... 8 B. Hakekat Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 9 C. Pengertian Metode Pembelajaran Bermain Peran ... 11 D. Kegunaan Metode Pembelajaran Bermain Peran... 13 E. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Bermain Peran... 14 F. Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Bermain Peran ... 15 G. Teori yang Melandasi Metode Pembelajaran Bermain Peran ... 16 1. Teori Kognitif... 16 2. Teori Konstruktivisme ... 18 H. Hipotesis... 20 III. METODE PENELITIAN... 21 A. Metode Penelitian... 21 B. Setting Penelitian... 22 C. Alat Pengumpul Data ... 23 D. Teknik Pengumpul Data... 23 E. Analisis Data... 24 F. Indikator Keberhasilan... 25 G. Tahapan Penelitian ... 25 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 32 A. Hasil Penelitian ... 32 1. Siklus 1... 32 a. Tahap Perencanaan... 32 b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus 1... 33 c. Observasi Tindakan ... 35


(45)

v

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus 2... 39 c. Observasi Tindakan ... 41 d. Refleksi ... 44 3. Siklus 3... 45 a. Tahap Perencanaan... 45 b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus 3... 46 c. Observasi Tindakan ... 48 d. Refleksi ... 51 B. Pembahasan Hasil Penelitian... 52 V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 56 A. Kesimpulan ... 56 B. Saran ... 56 DAFTAR PUSTAKA


(46)

vi


(47)

vii

Tabel 1. Keterampilan Berbicara Peserta Didik Siklus 1... 36 Tabel 2. Keterampilan Berbicara Peserta Didik Siklus 2... 43 Tabel 3. Keterampilan Berbicara Peserta Didik Siklus 3... 50 Tabel 4. Hasil Keterampilan Berbicara Peserta Didik ... 53


(48)

viii

Lampiran 1 Surat Pengantar Penelitian ... 60 Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian ... 61 Lampiran 3 Silabus ... 62 Lampiran 4 Jaringan Tema... 66 Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1... 67 Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2 ... 73 Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 3... 79 Lampiran 8 Tabel Aktivitas Peserta Didik Siklus 1... 86 Lampiran 9 Tabel Aktivitas Peserta Didik Siklus 2... 89 Lampiran 10 Tabel Aktivitas Peserta Didik Siklus 3... 91 Lampiran 11 Tabel Kinerja Guru Siklus 1... 93 Lampiran 12 Tabel Kinerja Guru Siklus 2... 95 Lampiran 13 Tabel Kinerja Guru Siklus 3... 96 Lampiran 14 Tabel Nilai Tes Awal dan Siklus 1, 2, dan 3 ... 97 Lampiran 15 Gambar Kegiatan Siklus 1... 99 Lampiran 16 Gambar Kegiatan Siklus 2... 100 Lampiran 17 Gambar Kegiatan Siklus 3... 101


(49)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar menyiapkan peserta didik untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta mewariskan nilai-nilai luhur budaya bangsa sehingga membentuk manusia yang berkualitas. Pemenuhan tuntutan tersebut, ditempuh jalur pendidikan. Jalur pendidikan merupakan media yang efektif. Pendidikan bertujuan agar budaya yang merupakan nilai-nilai luhur budaya bangsa dapat diwariskan dan dimiliki oleh generasi muda. Agar tidak ketinggalan zaman senantiasa relevan dan signifikan dengan tuntutan hidup. Di antara sekian banyak budaya yang perlu diwariskan kepada generasi muda adalah bahasa, karena bahasa merupakan alat yang sangat penting untuk berkomunikasi.

Kemampuan berbahasa Indonesia adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi masyarakat Indonesia, tidak terkecuali peserta didik. Dalam bidang pendidikan dan pengajaran di sekolah, Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran pokok. Pelajaran Bahasa Indonesia diajarkan berdasarkan kurikulum yang berlaku, yang di dalamnya (kurikulum pendidikan) tercantum beberapa tujuan pembelajaran. Salah satu tujuan pokoknya adalah mampu dan terampil berbahasa Indonesia dengan baik dan benar setelah mengalami proses pembelajaran di sekolah.


(50)

manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kamus linguistik (Kridalaksana, 1982) berbicara (wicara) diartikan sebagai perbuatan menghasilkan bahasa untuk berkomunikasi sebagai salah satu keterampilan dasar dalam berbahasa. Berdasarkan definisi kamus ini, berbicara atau wicara merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat produktif lisan.

Menurut Zahroh dan Sulistyorini (2010: 82) untuk menghasilkan tuturan yang baik, pembicara atau pewicara dituntut mengikuti aturan berbicara, di samping menguasai komponen-komponen yang terlibat dalam kegiatan berbicara atau wicara, antara lain penguasaan aspek kebahasaan dan aspek non kebahasaan. Aspek-aspek tersebut meliputi lafal, tatabahasa, kosakata, kefasihan, dan pemahaman.

Pendidikan sastra dan Bahasa Indonesia mempunyai peranan yang penting di dalam dunia pendidikan. Seperti yang kita ketahui bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita menggunakan Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Oleh karena itu, kita harus mempelajari ilmu pendidikan tentang bahasa dan sastra Indonesia. Agar kita dapat belajar dan mengetahui bagaimana cara kita menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Karena ketika seorang pendidik memberikan pengajaran kepada anak-anak didiknya, ia harus bisa menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Apabila seorang pendidik mengunakan bahasa yang kurang baik, maka akan di contoh oleh anak-anak didiknya.

Seperti yang diungkapkan Galda (dalam Supriadi, 2005: 178) keterampilan berbicara di SD merupakan inti dari proses pembelajaran bahasa di


(51)

di dalam maupun di luar kelas sesuai dengan perkembangan jiwanya. Pendapat tersebut juga didukung oleh Farris (dalam Supriadi, 2005: 179) yang menyatakan bahwa pembelajaran keterampilan berbicara penting diajarkan karena dengan keterampilan itu seorang peserta didik akan mampu mengembangkan kemampuan berpikir, membaca, menulis, dan menyimak. Kemampuan berpikir tersebut akan terlatih ketika mereka mengorganisasikan, mengonsepkan, dan menyederhanakan pikiran, perasaan, dan ide kepada orang lain secara lisan.

Berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang bersifat produktif, artinya suatu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menyampaikan gagasan, pikiran atau perasaan sehingga gagasan-gagasan yang ada dalam pikiran pembicara dapat dipahami orang lain.

Dari hasil pengamatan peneliti terhadap sebagian besar peserta didik SD Negeri 1 Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, ternyata masih banyak peserta didik yang belum menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam melakukan komunikasi di sekolah, baik terhadap teman sekolah maupun terhadap guru. Kurangnya keterampilan berbicara bahasa Indonesia disebabkan karena faktor lingkungan dimana masyarakat di sekitar tempat tinggal peserta didik dan sekolah belum menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam percakapan sehari-hari.

Dalam pembelajaran sastra, keterampilan berbicara khususnya drama dapat dilakukan dengan bermain peran. Hal ini dapat memotivasi peserta didik untuk mengembangkan kreativitas dan imajinasinya. Dialog (percakapan) dalam teks drama perlu diucapkan, sehingga melatih peserta didik untuk berbicara.


(52)

di depan umum, tentunya bermanfaat dalam kehidupannya. Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk menghadirkan peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu pertunjukkan peran di dalam kelas. Dalam metode ini, anak-anak berperan sebagai orang lain tanpa perlu latihan/spontan dan tidak untuk hiburan, namun lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam pertunjukkan dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran. Metode bermain peran biasanya menyampaikan suatu masalah sebelum memberikan pemecahan atas masalah itu. Anak-anak yang memainkan peran itu menunjukkan apa yang akan mereka lakukan, bagaimana reaksi mereka terhadap suatu kejadian atau situasi.

Metode pembelajaran ini dipilih karena pada dasarnya peserta didik yang masih duduk di kelas I sangat menyukai aktivitas belajar dalam bentuk permainan, diharapkan melalui metode pembelajaran bermain peran ini peserta didik dapat lebih mudah mengikuti dan mamahami pelajaran yang disampaikan oleh guru sehingga dapat meningkat keterampilan berbicara Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Sebagai suatu metode pembelajaran, bermain peran berakar pada dimensi pribadi dan sosial. Dari dimensi pribadi metode ini berusaha membantu peserta didik menemukan makna dari lingkungan sosial yang bermanfaat bagi dirinya. Juga melalui metode ini para peserta didik diajak untuk belajar memecahkan masalah pribadi yang sedang dihadapinya dengan bantuan kelompok sosial yang beranggotakan teman-teman sekelas. Dari dimensi sosial, metode ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dalam menganalisis situasi sosial, terutama masalah yang menyangkut hubungan antar


(53)

demikian melalui metode ini peserta didik juga dilatih untuk menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis

Berdasarkan hal tersebut peneliti terdorong untuk melakukan penelitian terhadap keterampilan berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar peserta didik khususnya kelas I SD Negeri 1 Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran melalui penerapan metode pembelajaran bermain peran, dengan harapan hasil penelitian ini dapat membuat peserta didik terbiasa menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam percakapan sehari-hari, baik dengan teman, guru, orang tua, maupun masyarakat di sekitar sekolah dan rumah.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Rendahnya keterampilan berbicara Bahasa Indonesia yang baik dan benar peserta didik kelas I di SD Negeri 1 Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran. 2. Masih banyak peserta didik yang belum menggunakan Bahasa Indonesia yang

baik dan benar dalam melakukan komunikasi di lingkungan SD Negeri 1 Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.

3. Keaktifan peserta didik dan variasi guru dalam mengajar berpengaruh dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.


(54)

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut maka penelitian ini hanya dibatasi pada: Keterampilan berbicara Bahasa Indonesia yang baik dan benar melalui penerapan metode pembelajaran bermain peran di kelas I di SD Negeri 1 Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah penerapan metode pembelajaran bermain peran dalam meningkatkan keterampilan berbicara Bahasa Indonesia yang baik dan benar di kelas I SD Negeri 1 Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar di kelas I SD Negeri 1 Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peserta didik

1. Dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berbicara Bahasa Indonesia yang baik dan benar bagi peserta didik kelas I SD Negeri 1 Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.


(55)

1. Menumbuhkan kreativitas guru dalam menerapkan metode pembelajaran bermain peran terhadap peningkatan

keterampilan berbicara bahasa peserta didik.

2. Mengetahui pemecahan masalah dalam pembelajaran bahasa Indonesia sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan efektivitas pembelajaran di kelas.

3. Bagi Sekolah

1. Memberikan masukan yang baik untuk mengadakan

pembaharuan dalam pelaksanaan pembelajaran di SD Negeri 1 Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.


(56)

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar

Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari.

Dalam pengertian umum, belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu atau yang sekarang ini dikenal dengan guru. Orang yang banyak pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yang banyak belajar, sementara orang yang sedikit pengetahuannya didentifikasi sebagai orang yang sedikit belajar, dan orang yang tidak berpengetahuan dipandang sebagai orang yang tidak belajar. Pengertian belajar demikian, secara konseptual tampaknya sudah mulai ditinggalkan orang. Guru tidak dipandang sebagai satu – satunya sumber informasi yang dapat memberikan informasi apa saja kepada para pembelajar.

Menurut Slameto (1995: 2) belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” Selanjutnya Winkel (1996: 53) belajar adalah “suatu aktivitas


(57)

mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstant.” Kemudian Hamalik (1983:28) mendefinisikan belajar adalah “suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.”

Menurut teori belajar (Mudairin, 2003) anak-anak memperoleh pengetahuan bahasa melalui tiga proses; asosiasi, imitasi dan peneguhan. Asosiasi berarti melazimkan suatu bunyi dengan obyek tertentu. Imitasi berarti menirukan pengucapan dan struktur kalimat yang didengarnya. Peneguhan dimaksudkan sebagai suatu ungkapan kegembiraan yang dinyatakan ketika anak mengucapkan kata-kata dengan benar. Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak yang didahului oleh keterampilan menyimak, pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari. Berbicara sudah barang tentu erat berhubungan dengan perkembangan kosakata yang diperoleh anak melalui kegiatan menyimak dan membaca.

Dari beberapa pengertian belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar.

B. Hakekat Pembelajaran Bahasa Indonesia

Karakteristik bahasa Indonesia adalah ciri khas atau sifat pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai sebuah ilmu. Adapun karakteristik pembelajaran Bahasa


(58)

Indonesia adalah bersifat kontekstual, bersifat komunikatif, bersifat sistematis, menantang pembelajar untuk memecahkan masalah-masalah nyata, membawa pembelajar ke arah pembelajaran yang aktif, dan penyusunan bahan pembelajaran dilakukan oleh guru sesuai dengan minat dan kebutuhan pebelajar.

Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia pada dasarnya tergolong ke dalam 3 jenis tujuan, yaitu tujuan afektif, kognitif, dan psikomotorik. Tujuan afektif berkaitan dengan penanaman rasa bangga dan menghargai Bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi. Tujuan kognitif berkaitan dengan proses pemahaman bentuk, makna, dan fungsi bahasa Indonesia. Tujuan psikomotorik berkaitan dengan kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk berbagai kepentingan. (Depdikbud, 1995).

Fungsi pembelajaran bahasa Indonesia dapat digolongkan ke dalam 2 jenis, yaitu fungsi instrumentatif dan fungsi intrinsik. Fungsi instrumentatif adalah fungsi pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi. Fungsi intrinsik adalah fungsi pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai proses pembinaan dan pengembangan Bahasa Indonesia. (Depdikbud, 1995).

Manfaat pembelajaran Bahasa Indonesia dapat bersifat praktis dan strategis. Adapun yang menjadi manfaat pembelajaran Bahasa Indonesia adalah meningkatkan kemampuan komunikasi, pembentuk perilaku positif, sarana pengembang ilmu pengetahuan, sarana memperoleh ilmu pengetahuan, sarana pengembang nilai norma kedewasaan, sarana ekspresi imajinatif; sarana penghubung dan pemersatu masyarakat Indonesia, dan sarana transfer kultural.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa


(59)

diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis (Depdikbud, 1995). Hal ini relevan dengan kurikulum 2004 bahwa kompetensi pebelajar bahasa khususnya Bahasa Indonesia peserta didik dituntut untuk melalui tahap- tahap sebagai berikut, yaitu membaca, berbicara, menyimak dan mendengarkan.

C. Pengertian Metode Pembelajaran Bermain Peran

Bermain peran (Role Playing) adalah suatu cara mengajar dengan jalan mendramatisasikan bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial. Pada metode pembelajaran bermain peran, titik tekanannya terletak pada keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah yang secara nyata dihadapi oleh peserta didik.

Metode pembelajaran bermain peran adalah salah satu proses belajar mengajar yang tergolong dalam metode simulasi. Menurut Dawson yang dikutip oleh Dimyati dan Moedjiono (2002: 76) mengemukakan bahwa simulasi merupakan suatu istilah umum yang berhubungan dengan menyusun dan mengoperasikan suatu model yang mereplikasi proses-proses perilaku.

Proses interaksi antar peserta didik dan antara peserta didik dengan guru dalam kegiatan pembelajaran dengan metode pembelajaran bermain peran akan lebih aktif, komunikasi berjalan dua arah dari guru ke peserta didik dan dari peserta didik ke guru. Dengan demikian, peserta didik tidak hanya menerima penjelasan materi secara teoritis tetapi juga ikut mengamati dan menganalisa masalah yang sedang diperankan yang merupakan ilustrasi dari materi yang akan disampaikan. Hal ini jelas sangat berbeda ketika peserta didik mengikuti proses pembelajaran dengan metode konvensional.


(60)

Kesan yang muncul ketika peserta didik mengikuti kegiatan pembelajaran dengan metode konvensional adalah peserta didik menjadi objek dari materi yang disampaikan oleh guru. Sedangkan metode pembelajaran bermain peran memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk ikut berperan sebagai subjek dan mengembangkan pemahaman yang lebih luas tentang masalah yang dihadapi.

Bermain peran adalah salah satu bentuk permainan pendidikan yang digunakan untuk menjelaskan perasaan, sikap, tingkah laku dan nilai, dengan tujuan untuk menghayati perasaan, sudut pandang dan cara berfikir orang lain (Depdikbud, 1994: 171).

Melalui bermain peran (Role Playing), para peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan antar manusia dengan cara memperagakannya dan mendiskusikannya sehingga secara bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi perasaan, sikap, nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah. Sebagai suatu metode pembelajaran, bermain peran berakar pada dimensi pribadi dan sosial. Dari dimensi pribadi metode ini berusaha membantu peserta didik menemukan makna dari lingkungan sosial yang bermanfaat bagi dirinya. Juga melalui metode ini para peserta didik diajak untuk belajar memecahkan masalah pribadi yang sedang dihadapinya dengan bantuan kelompok sosial yang beranggotakan teman-teman sekelas. Dari dimensi sosial, metode ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dalam menganalisis situasi sosial, terutama masalah yang menyangkut hubungan antar pribadi peserta didik. Pemecahan masalah dilakukan secara demokratis. Dengan demikian melalui metode ini peserta didik juga dilatih untuk menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis.


(61)

Proses belajar dengan menggunakan metode bermain peran diharapkan siswa mampu menghayati tokoh yang dikehendaki, keberhasilan siswa dalam menghayati peran itu akan menentukan apakah proses pemahaman, penghargaan dan identifikasi diri terhadap nilai berkembang (Hasan, 1996: 226).

Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut di atas, maka dapat dapat disimpulkan ke dalam beberapa hal berikut bahwa melalui metode pembelajaran bermain peran para peserta didik dapat berlatih untuk menerapkan prinsip-prinsip demokrasi. Kelas dapat diibaratkan sebagai suatu kehidupan sosial tempat para peserta didik belajar mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat orang lain. Dengan adanya keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah yang secara nyata dihadapi, penerapan metode bermain peran (Role Playing) diharapkan mampu meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar peserta didik kelas I SD Negeri 1 Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran sehingga tujuan proses pembelajaran bisa tercapai dengan baik.

D. Kegunaan Metode Pembelajaran Bermain Peran

Secara umum metode bermain peran (Role Playing) dapat digunakan apabila (Muthoharoh, 2010):

1. Pelajaran dimaksudkan untuk melatih dan menanamkan pengertian dan perasaan seseorang

2. Pelajaran dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa kesetiakawanan sosial dan rasa tanggung jawab dalam memikul amanah yang telah dipercayakan

3. Jika mengharapkan partisipasi kolektif dalam mengambil suatu keputusan

4. Apabila dimaksudkan untuk mendapatkan ketrampilan tertentu sehingga diharapkan peserta didik mendapatkan bekal pengalaman yang berharga, setelah mereka terjun dalam masyarakat kelak

5. Dapat menghilangkan malu, dimana bagi peserta didik yang tadinya mempunyai sifat malu dan takut dalam berhadapan dengan sesamanya


(62)

dan masyarakat dapat berangsur-angsur hilang, menjadi terbiasa dan terbuka untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya

6. Untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki oleh peserta didik sehingga amat berguna bagi kehidupan dan masa depannya kelak, terutama yang berbakat bermain drama, lakon film dan sebagainya.

7. Untuk meningkatkan kemampuan penalaran peserta didik secara lebih kritis dan detail dalam pemecahan masalah.

8. Untuk meningkatkan pemahaman konsep dari materi yang diajarkan. E. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Bermain Peran

Seperti metode-metode pembelajaran yang lain metode pembelajaran bermain peran (Role Playing) juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Maksudnya, tidak semua materi bisa menjadi lebih baik bila menggunakan metode ini, melainkan harus dipilih dengan teliti oleh guru pengampu, mana yang baik menggunakan metode ini dan mana yang tidak.

Berikut beberapa kelebihan dan kekurangan dari metode pembelajaran bermain peran (Role Playing) dalam kegiatan pembelajaran menurut Ahmad (2009):

1. Kelebihan metode pembelajaran bermain peran

a) Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan peserta didik. Disamping merupakan pengalaman yang menyenangkan dan sulit untuk dilupakan.

b) Sangat menarik bagi peserta didik, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias.

c) Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri peserta didik serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi.

d) Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan peserta didik sendiri.

2. Kekurangan/kelemahan metode pembelajaran bermain peran

Metode pembelajaran bermain peran memiliki sisi-sisi kelemahan. Namun yang penting disini, kelemahan dalam suatu metode tertentu dapat ditutupi


(63)

dengan memakai metode yang lain. Kelemahan metode pembelajaran bermain peran ini terletak pada:

a) Bermain peran memerlukan waktu yang relatif panjang/banyak.

b) Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun peserta didik dan tidak semua guru memilikinya.

c) Kebanyakan peserta didik yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerankan suatu adegan tertentu.

d) Apabila pelaksanaan bermain peran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pembelajaran tidak tercapai dan waktu menjadi sia-sia.

e) Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini

F. Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Bermain Peran

Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menerapkan metode bermain peran, antara lain:

1. Bila sosiodrama baru ditetapkan dalam pengajaran, maka hendaknya guru menerangkannya terlebih dahulu teknik pelaksanaanya, dan menentukan diantara peserta didik yang tepat untuk memerankan lakon tertentu, secara sederhana dimainkan di depan kelas.

2. Menerapkan siatuasi dan masalah yang akan dimainkan dan perlu juga diceritakan jalannya peristiwa dan latar belakang cerita yang akan dipentaskan tersebut.

3. Pengaturan adegan dan kesiapan mental dapat dilakukan sedemikian rupa.


(64)

4. Setelah sosiodrama itu dalam peuncak klimas, maka guru dapat menghentikan jalannya drama. Hal ini dimaksudkan agar kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat diselesaikan secara umum, sehingga penonton ada kesempatan untuk berpendapat dan menilai sosiodrama yang dimainkan. Sosiodrama dapat pula dihentikan bila menemui jalan buntu.

5. Guru dan peserta didik dapat memberikan komentar, kesimpulan atau berupa catatan jalannya sosiodrama untuk perbaikan-perbaikan selanjutnya

G. Teori Yang Melandasi Metode Pembelajaran Bermain Peran 1. Teori Kognitif

Teori kognitif dikembangkan oleh Jean Piaget seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Piaget menjabarkan implikasi teori kognitif pada pendidikan yaitu 1) memusatkan perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada hasil tersebut. Pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh perhatian terhadap pendekatan yang digunakan peserta didik untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan pengalaman yang dimaksud, 2) mengutamakan peran peserta didik dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran pengetahuan jadi


(65)

melalui interaksi spontan dengan lingkungan, 3) memaklumi adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan. (Dian, 2010)

Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh peserta didik tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbungan itu berlangsung pada kecepatan berbeda. Oleh karena itu guru harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari individu-individu ke dalam bentuk kelompok- kelompok kecil peserta didik daripada aktivitas dalam bentuk klasikal, 4) mengutamakan peran peserta didik untuk saling berinteraksi. Menurut Piaget, pertukaran gagasan-gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan penalaran. Walaupun penalaran tidak dapat diajarkan secara langsung, perkembangannya dapat disimulasi. (Dian, 2010)

Menurut teori ini, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Asumsi dasar teori ini adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Menurut teori ini proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi secara klop dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh peserta didik.

Prinsip kognitif banyak dipakai di dunia pendidikan, khususnya terlihat pada perancangan suatu sistem instruksional, prinsip-prinsip tersebut antara lain (Dian, 2010):

1. Seseorang yang belajar akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu.


(1)

dijelaskan oleh guru dan menyusun skenario berdasarkan

pengalaman/kegiatan sehari-hari sesuai dengan materi yang telah disampaikan oleh guru.

2) Elaborasi

a. Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas untuk memunculkan gagasan baru secara lisan maupun tertulis. b. Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja. c. Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang

menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik, seperti berani maju ke depan kelas untuk memainkan peran berdasarkan skenario cerita yang telah disiapkan oleh guru. d. Memfasilitasi peserta didik untuk berani mengemukakan

pendapat dan membuat kesimpulan dari isi cerita berdasarkan skenario yang telah diperankan.

3) Konfirmasi

a. Memberi umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan dan isyarat kepada peserta didik.

b. Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar.

c. Guru berfungsi sebagai nara sumber dan fasilitator yang menjawab pertanyaan, peserta didik yang mengalami kesulitan dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar.

d. Memberi acuan agar peserta didik dapat mengecek hasil tugas. e. Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau

belum berpartisipasi aktif. 3. Kegiatan akhir

1) Memberikan latihan soal.

2) Bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman pelajaran. 3) Melakukan penilaian dan atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah

dilaksanakan secara konsisten dan terprogram.

4) Memberi umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. 5) Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran

remidi, program pengayaan, layanan konseling dan atau memberikan tugas sesuai dengan hasil belajar peserta didik.


(2)

Pertemuan 2 1. Pendahuluan

1) Guru melakukan “apersepsi” dan “ice breaker” dengan mengajukan berbagai pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan awal peserta didik mengenai materi yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya.

2) Guru membagikan lembar soal kepada masing-masing peserta didik. 2. Kegiatan Inti

1. Eksplorasi

1) Menjelaskan kepada peserta didik maksud serta langkah-langkah dalam penyelesaian soal-soal yang ada pada lembar soal.

2) Peserta didik diminta untuk mengerjakan soal secara individu dan tidak saling bertanya pada temannya.

2. Elaborasi

1) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas untuk memunculkan gagasan baru secara lisan maupun tertulis.

2) Memberi kesempatan untuk berfikir menyelesaikan masalah dan bertindak tanpa rasa takut.

3) Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar.

4) Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja. 5) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang

menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik. 3. Konfirmasi

1) Memberi umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan dan isyarat kepada peserta didik.

2) Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar.

3) Memberi acuan agar peserta didik dapat mengecek hasil tugas. 4) Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum

berpartisipasi aktif.

5) Memberikan penghargaan kepada peserta didik yang memperoleh nilai tertinggi.


(3)

3. Kegiatan akhir

1) Bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman pelajaran. 2) Melakukan penilaian dan atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah

dilaksanakan secara konsisten dan terprogram.

3) Memberi umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. 4) Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran

remidi, program pengayaan, layanan konseling dan atau memberikan tugas sesuai dengan hasil belajar peserta didik.

5) Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. IX. Alat dan Sumber

a. Buku IPS SD kelas 1, Kuswanto dan Y. Suharjanto, Pusat Perbukuan Depdiknas, hal 35–52.

b. Buku Bahasa Indonesia SD kelas 1, Sri Purwati, Pusat Perbukuan Depdiknas, hal 58–72.

X. Penilaian

Kinerja/Perbuatan

1. Keberanian menjawab/menyampaikan pendapat 2. Keterampilan jawaban.

3. Keseriusan dan konsentrasi dalam menyimak pertanyaan.

Tes Tertulis

1. BAHASA INDONESIA

1. Di manakah Nenek Minah tinggal ?

2. Bagaimana keadaan rumah Nenek Minah ?

3. Bagaimana sikap Kakek Darmo terhadap Nenek Minah ? 4. Siapakah tokoh-tokoh yang ada dalam dongeng di atas ?

5. Bagaimanakah sifat dari tokoh-tokoh yang kamu sebutkan tadi ?

2. MATEMATIKA

1. Saya berlari sejauh 8000m. Jarak larinya….km. 2. Tuliskan 3 alat pengukur panjang !


(4)

3. Nyatakan dalam meter : a. 7 km

b. 2000 cm

4. Barang yang biasa ditimbang dengan menggunakan neraca adalah…. 5. Pak ahmad membeli 2kg salak dan 15 ons apel. Berat belanjaan Pak

Ahmad……ons

Kunci Jawaban

1. BAHASA INDONESIA

1. Nenek Minah tinggal di Desa Kali Kuning

2. Rumah Nenek Minah terbuat dari bambu yang disebut dengan gedhek. 3. Kakek darmo dan keluarganya tidak pernah peduli dengan Nenek Minah. 4. Tokoh-tokoh dalam cerita Nenek Minah adalah Nenek Minah, Kakek

Darmo, dan Iyem.

5. Nenek Minah memiliki sifat penyabar. Kakek darmo meiliki sifat tidak peduli kepada saudara dan pelit. Iyem memiliki sifat pelit, sadis dan selalu menghina.

2. MATEMATIKA 1. 8 km.

2. Alat-alat pengukur panjang diantaranya penggaris, metelin, rol meter, dan pengukur tinggi badan

3. a. 7000 m b. 20 m 4. Emas

5. Berat belanjaan = 2 kg + 15 ons = 20 ons + 15 ons = 35 ons


(5)

Pedoman Penilaian 2 x 20

Mengetahui, Guru Kelas

Kepala SD Negeri 1 Gedong Tataan

MUHIBAH, S.Pd.SD

NIP. . 19590817 197910 2 004


(6)

IDA HERIYANI, lahir di Sukaraja, 27 Mei 1961 anak ke-10 dari 11 bersaudara dari Bapak M. Sis Abdullah dan Ibu Zaenab. Menikah dengan Zakaria dan dikarunia 4 orang anak yang diberi nama Sobbiyansyah. Z, Arie Ramadiansyah, Reza Irvansyah, dan Septi Amelia.

Memulai pendidikan di SD Negeri 1 Sukaraja lulus tahun 1974. Melanjutkan ke SMP Negeri Gedong Tataan lulus tahun 1977. Melanjutkan ke SPG Negeri 1 Pringsewu lulus tahun 1981. Melanjutkan ke DII PGSD Unila lulus tahun 1999. Kemudian pada tahun 2010 melanjutkan pendidikan ke Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program S-1 PGSD Dalam Jabatan.

Peneliti memulai karir mengajar di SD Negeri 1 Gedong Tataan dari tahun 1982 sampai sekarang.


Dokumen yang terkait

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI KAUMAN 2 MALANG

0 4 14

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR MELALUI METODE PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN DI KELAS I SEKOLAH DASAR NEGERI 1 GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN T.P 2011/2012

0 14 99

PENGGUNAAN MEDIA LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 6 BAGELEN KABUPATEN PESAWARAN T.P 2011/2012

0 16 42

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 1 GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 13 32

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR PASSING ATAS DALAM BERMAIN BOLA VOLI MELALUI PENGGUNAAN MODIFIKASI ALAT PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS V DI SD NEGERI 1 DADAPAN, SUMBEREJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 6 40

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LEMPAR CAKRAM MELALUI MODIFIKASI ALAT PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS V DI SD NEGERI 3 DADAAN KEC. SUMBERREJO KABUPATEN TANGGAMUS T.P 2011/2012

1 7 56

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN DENGAN MEDIA BONEKA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII A DAN B DI SMP NEGERI I NATAR LAMPUNG SELATAN

0 9 23

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION SISWA KELAS VI SD NEGERI 3 GEDONG TATAAN KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN

0 7 102

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PERAN PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 TANJUNG SENANG BANDAR LAMPUNG

3 13 38

View of MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA MELALUI PEMBELAJARAN “BERGANTI PERAN”

0 0 6