BAB I PENDAHULUAN - PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE SNOWBALL DRILLING PADA SISWA KELAS X A SMAN 1 GANGGA TAHUN PELAJARAN 2009-2010 - Repository UNRAM

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Undang-Undang pendidikan nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional Indonesia berlandasakan Pancasila yang bertujuan untuk membentuk pribadi-pribadi yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kecerdasan dan keterampilan hidup, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan sehingga dapat melahirkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut, guru mempunyai tugas dan peranan yang sangat penting. Tugas seorang guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa tetapi lebih jauh dari itu yaitu turut mengambil bagian dalam upaya pembentukan pribadi moral anak didik agar menjadi manusia pembangunan sesuai dengan palsafah pancasila dan UUD 1945.(Diana, 2009:1)

  Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi lingkungan yang ada, pengaruh informasi dan kebudayaan, serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Pemerintah telah banyak berupaya untuk meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini sangat erat kaitannya dengan pengembangan Sumber Daya manusia (SDM) dan pesatnya sikap dan perilaku seseorang akan mengalami perubahan khususnya kalangan pelajar. Kondisi di lapangan ini menunjukkan bahwa cara pendekatan konvensional kurang efektif dan menimbulkan kejenuhan siswa di dalam kelas. Pemecahan masalah pendidikan dengan permasalahan yang telah dijelaskan di atas sebenarnya telah dilakukan oleh pemerintah (Depdiknas) dengan berbagai pembaharuan, antara lain dengan pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pembelajaran, perbaikan sarana dan prasarana, serta meningkatkan sistem manajemen sekolah agar pendidikan selanjutnya berorientasi lokal, barwawasan nasional dan global. Konsekuensi dari semua permasalahan tersebut, guru merupakan kunci dan sekaligus ujung tombak pencapaian misi pembaharuan pendidikan. Oleh karenanya, guru dituntut untuk lebih profesional, inovatif, dan kreatif.

  Mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang keberadaannya cukup digemari oleh siswa kelas X A SMAN 1 Gangga.

  Kamampuan siswa mengikuti dan mengerjakan tugas dalam proses pembelajaran dapat dikategorikan pada tahap standar rata-rata. Jumlah siswa kelas X A SMAN 1 Gangga sebanyak 40 orang siswa. Nilai membaca siswa di kategorikan cukup dan sangat perlu ditingkatkan. Dalam mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia khususnya pelajaran membaca, beberapa siswa terkadang terlihat malas dan tidak konsentrasi. Hal ini dikarenakan siswa kurang senang membaca bahan-bahan pelajaran dan merasa jenuh. Mereka lebih senang membaca komik, novel dan sebagainya.(Sabri, Hasil Observasi Kelas)

  Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru di depan kelas terlihat monoton, guru hanya menggunakan metode ceramah dan siswa menulis dalam buku catatan kemudian diberikan tugas. Metode pembelajaran yang lain jarang dan hampir tidak pernah digunakan untuk menarik minat siswa dalam proses pembelajaran. Dalam proses pelaksanaan pembelajaran terkadang tidak lancar. Hal ini disebabkan oleh kegiatan belajar mengajar yang terlalu berpatokan dengan situasi kelas yang formal tanpa diselingi dengan metode-metode pembelajaran yang bervariasi. Apabila hanya menggunakan buku paket saja, tentu akan menjadi kendala bagi siswa untuk dapat mengembangkan kreatifitas dalam belajar. Hal ini berdampak pada prestasi belajar siswa. Dalam pembelajaran membaca cerpen, nilai rata-rata kelas yang dicapai adalah 64,5 dengan persentase kelulusan mencapai 67,5% dengan jumlah siswa yang lulus sebanyak 27 orang, dan siswa yag tidak lulus sebanyak 13 orang atau 32,5%. Data ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa masih di bawah standar Kriteria Ketuntasan Minimal yang digunakan di SMAN 1 Gangga yaitu 70,00 dengan persentase kelulusan mencapai 75%. (Sabri, Daftar Nilai Bahasa Kelas X A Semester I).

  Salah satu cara untuk mengatasi masalah pembelajaran membaca cerpen di kelas X A SMAN 1 Gangga sebagaimana dijelaskan di atas, peneliti bersama guru kelas memilih metode snowball drilling untuk mengatasinya. Adapun alasan pemilihan metode snowball drilling adalah (a) mudah dipraktekkan di kelas; (b) tidak memerlukan biaya yang banyak; (c) siswa belajar sambil bermain; (e) melatih otak siswa untuk berpikir cepat; dan (f) pernah diterapakan di sekolah lain dan hasilnya mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. (http//pdfsense. Com/en/ebook/snowball drilling method-1- html). Diakses pada hari jumat 19 maret 2010 pukul 11.00 Wita.

  1.2 Rumusan Masalah

  Secara umum berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah “Bagaimanakah peningkatan kemampuan membaca cerpen dengan menggunakan metode

  snowball drilling pada siswa kelas X A SMAN 1 Gangga tahun pelajaran

  2009/2010? ” Sedangakan secara khusus, masalah yang akan dibahas adalah:

  1. Bagaimanakah proses peningkatan kemampuan membaca cerpen dengan menggunakan metode snowball drilling pada siswa kelas X A SMAN 1 Gangga tahun pelajaran 2009/2010?

  2. Bagaimanakah hasil kemampuan membaca cerpen siswa setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan metode snowball drilling?

  1.3 Cara Pemecahan Masalah

  Melihat permasalahan yang ada, maka untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas X A SMAN 1 Gangga akan dilakukan beberapa tindakan. Untuk merealisasikan hal tersebut dipecahkan dengan metode

  

Snowball Drilling. Adapun tindakan yang akan dilakukan sebagai berikut : a.Persiapan Pada tahap ini, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Para siswa tetap di kelas. Guru menyiapkan alat-alat yang diperlukan selama proses pembelajaran.

  b. Pelaksanaan Tindakan

  1. Guru memberikan penjelasan singkat tentang cara kerja siswa, kemudian memberikan materi yang akan dibaca;

  2. Guru membagikan soal-soal pilihan ganda yang dibuat sebanyak 20 butir yang terdiri atas dua paket yaitu paket A dan paket B. Bentuk soalnya sama antara kedua paket tersebut, hanya urutan nomornya saja yang diacak;

  3. Siswa membaca materi yang dibagikan;

  4. Siswa menjawab soal-soal di LKS yang telah dibagikan oleh guru;

  5. Guru menunjuk salah seorang siswa secara acak untuk menjawab salah satu soal secara lisan yang telah dijawab sebelumnya di LKS;

  6. Apabila siswa yang telah ditunjuk tersebut bisa menjawab soal yang diberikan oleh guru, siswa tersebut berhak menunjuk salah seorang temannya yang lain untuk menjawab soal berikutnya. Begitu seterusnya sampai soal habis terjawab;

  7. Jawaban siswa yang telah ditulis kemudian dikumpulkan kepada guru

  8. Agar siswa lebih bersemangat kelompok yang paling banyak menjawab dengan benar akan diberikan hadiah.

  1.4 Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan penelitian ini yaitu:

  1. Untuk mendeskripsikan proses peningkatan kemampuan membaca cerpen dengan menggunakan metode snowball drilling pada siswa kelas X A SMAN 1 Gangga tahun pelajaran 2009/2010.

  2. Untuk mendeskripsikan hasil kemampuan membaca cerpen siswa setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan metode snowball drilling.

  1.5 Manfaat Penelitian

  Dengan penelitian tindakan kelas ini diharapkan memberikan manfaat antara lain: a. Bagi siswa

  1. Meningkatkan kemampuan membaca dalam pelajaran Bahasa Indonesia;

  2. Meningkatkan prestasi belajar siswa;

  3. Memotivasi siswa agar lebih bergairah menerima pelajaran di kelas karena disajikan dalam bentuk permainan;

  4. Membantu siswa untuk mendapatkan proses belajar mengajar yang lebih baik.

  b. Bagi guru

  2. Meningkatkan keprofesionalan dan kompetensi guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia SMA;

  3. Tersusunnya prosedur pembelajaran dengan menggunakan metode

snowball drilling untuk meningkatkan kemampuan membaca.

  c. Bagi sekolah

  1. Menambah pengetahuan tentang metode pembelajaran kooperatif bagi para guru, siswa, dan kepala sekolah;

  2. Menciptakan pembelajaran yang berkompetensi; 3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia siswa.

1.6 Hipotesis Tindakan

  Adapun hipotesis tindakan dalam penalitian ini adalah akan terjadi peningkatan kemampuan membaca cerpen dengan menggunakan metode

  snowball drilling pada siswa kelas X A SMAN 1 Gangga tahun pelajaran 2009/2010.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

  Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan kemampuan membaca masih sedikit sekali. Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Leny Kusumayanti (2009) dengan judul penelitian “Pengaruh Kemampuan Membaca Cepat Terhadap Hasil Belajar dalam Memahami Isi Cerpen Pada Siswa Kelas X B SMAN 1 Pujut Tahun Pelajaran 2009/2010”. Dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat bahwa nilai kecepatan membaca siswa rata-rata mencapai 64,4 atau 65. Sedangkan nilai pemahaman yang diperoleh rata-rata mencapai 69. Dengan memperhatikan hasil belajar siswa tersebut maka secara kuantitatif rata-rata nilai siswa 66,7. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca cepat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa kelas X B SMAN 1 Pujut. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif, yaitu metode penelitian untuk memperoleh informasi mengenai sustu fenomena atau kenyataan sosial dengan cara mendeskripsikan sejumlah variabel terkait dengan masalah yang diteliti.

  Penelitian yang dilakukan oleh Sri Hartati (2008) yang berjudul “Peningkatan Daya Serap Kemampuan Membaca Melalui Pemodelan di Kelas

  XI SMA PGRI 5 Bima Kecamatan Sape Tahun Pelajaran 2006/2007”. Dalam penelitian ini secara kuantitatif dilaksanakan dalam bentuk tes awal dan rata-rata nilai yang dicapai adalah 66.5 dengan persentase kelulusan mencapai 91,42%. Berdasarkan hasil belajar siswa tersebut, maka secara kuantitatif kemampuan siswa dalam pembelajaran membaca menunjukkan hasil yang cukup baik dan dikatakan berhasil (sesuai dengan indikator penelitian yaitu 65,71). Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Rensinyo Karso (2009) dengan judul penelitian “Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi Dengan Teknik Jigsaw Pada Siswa Kelas VIII A SMPK Mataram Tahun Pelajaran 2008/2009”. Penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus. Hasil penelitian siklus satu menunjukkan proses pembelajaran mengalami beberapa kendala meskipun berjalan sesuai dengan skenario pembelajaran yang direncanakan. Persentase ketuntasan penguasaan materi siswa juga belum maksimal yaitu 50% dengan nilai rata-rata 64,51. Pada siklus dua ketuntasan belajar siswa mencapai 93,3% dengan nilai rata-rata 73,13.

  Penelitian yang dilakukan oleh Hariyanti (2008) yang berjudul “Pengaruh Latar Belakang Keluarga Terhadap Kemampuan Membaca Siswa SLTPN 1 Batukliang Kelas VII D Tahun Pelajaran 2007/2008”. Penelitian ini menitikberatkan pada bagaimana pengaruh latar belakang keluarga terhadap kemampuan membaca siswa. Menurut hasil penelitiannya, siswa yang berasal dari keluarga dengan latar belakang pekerjaan orang tua sebagai buruh dan tukang atau dengan kategori tingkat sosial-ekonomi rendah mendapatkan nilai membaca yang kurang. Sedangkan siswa yang berasal dari orang tua sebagai PNS atau dengan kategori sosial-ekonomi bagus mendapat nilai tinggi. dilakukan oleh Husni (2000) yang berjudul “Upaya Meningkatkan Minat Baca Puisi Pada Siswa Kelas 1-1 SLTPN 2 Praya Barat Melalui Latihan Bertahap” Dari hasil penelitian tersebut dijelaskan bahwa pada umumnya siswa memiliki minat baca yang sangat rendah. Akan tetapi, peningkatan dapat dilakukan dengan pola latihan bertahap yang mencakup dua siklus. Siklus satu dilakukan untuk peningkatan teknik membaca puisi secara tepat. Kemudian siklus dua dilakukan untuk peningkatan kemampuan memahami isi puisi melalui pembacaan heuristik dan hermeneutik. Dengan latihan bertahap dalam penelitian tersebut menunjukkan minat baca puisi pada siswa meningkat. Kalau dipersentasikan keberhasilan masing-masing siklus adalah 22% untuk siklus satu dan 85% untuk siklus dua.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Kemampuan Membaca

  Kemampuan mempunyai banyak penafsiran dari berbagai pendapat, namun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan (KBBI, 2005:707).

  Pengertian yang sejenis pula diberikan oleh Hasan Alwi (dalam Nuraini, 2007:10) bahwa kemamapuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Kompetensi atau kemampuan biasanya diartikan sebagai kecakapan yang memadai untuk melaksanakan tugas serta memiliki kemampuan ialah untuk mengembangkan manusia bermutu dan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan sebagaimana yang disyaratkan.

  Menurut Anderson, (dalam Tarigan, 1998:7) membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi yang mencakup pengubahan tulisan atau cetakan menjadi bunyi yang bermakna. Membaca merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media tulis.

  Allen dan Vallete (dalam Tarigan, 1998:94) mengemukakan membaca merupakan proses yang berkembang (a development process).

  Pada tahap awal membaca sebagai pengenalan simbol huruf cetak (word

  

recognitif) yang terdapat pada sebuah wacana. Dari membaca per huruf,

  per kata, per kalimat kemudian berlanjut membaca paragraf dan esay pendek.

  Menurut Hodgson (dalam Tarigan, 1998:7), membaca merupakan suatu keterampilan, proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis melalui media tulisan.

  Sedangkan membaca menurt KBBI adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dihati) ( KBBI, 2005: 83).

  Kegiatan membaca merupakan kegiatan yang aktif dan interaktif. Dengan pengetahuannya pembaca harus mengikuti jalan pemikiran penulis dan dengan daya kritisnya ditantang untuk dapat merespon, dengan jalan menyetujui atau tidak menyetujui gagasan atau ide yang dikemukakan oleh seorang penulis.

  Adapun tujuan membaca adalah: (a) siswa mampu memahami isi bacaan dengan tepat; (b) siswa mampu mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan serta memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam lingkungan sekolah maupun masyarakat; dan (c) siswa mampu mencari sumber informasi, mendapatkan, menyimpulkan, serta menyerap informasi tersebut.

2.2.2 Jenis-Jenis Membaca

  Adapun jenis-jenis membaca yang dikemukakan oleh Tarigan sebagai berikut: (1) membaca diam; (2) membaca nyaring; (3) membaca telaah isi; (4) membaca telaah bahasa; dan (5) membaca sastra. (Tarigan, 1998:11). Membaca telaah isi meliputi: membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan membaca telaah bahasa. (Tarigan, 1998:13).

  1. Membaca Teliti Membaca teliti membutuhkan keterampilan: (a) membaca secara seksama; (b) membaca ulang paragraf-paragraf untuk

  2. Membaca Pemahaman Membaca pemahaman adalah jenis membaca yang bertujuan untuk memahami standar atau norma kesustraan, resensi, kritik, drama tulis dan pola fiksi.

  3. Membaca Kritis Membaca kritis bertujuan: (a) memahami maksud penulis; (b) memahami organisasi dari tulisan; (c) menilai penyajian penulis atau pengarang; (d) menerapkan prinsip kritis pada bacaan sehari-hari; (e) meningkatkan minat baca; (f) meningkatkan kemampuan membaca dan berpikir kritis; dan (g) mengetahui prinsip pemilihan bahan bacaan.

  4. Membaca Telaah Bahasa Membaca telaah bahasa terdiri atas membaca bahasa (foreigen language reading) dan membaca sastra (literaty reading).

  Tujuan utamanya adalah untuk mengembangkan kosa kata serta memahami isi dan menikmati keindahannya.

  Dalam penelitian ini difokuskan pada membaca pemahaman cerpen. Hal ini berarti siswa diarahkan untuk memahami isi cerpen dan unsur-unsur yang membangun sebuah cerpen.

  Sedangkan kriteria pembaca yang baik menurut Tarigan sebagai berikut: (a) tahu mengapa ia membaca; (b) memahami apa yang dibaca; (c) mengenal media cetak, bentuk-bentuk media cetak menguasai kecepatan membaca dan beberapa hal seperti membaca sekilas, memetik secara kasar tiga atau empat hal dalam satu halaman untuk memperoleh gambaran umum bagian sebagai satu keseluruhan. (Tarigan, 1998:117-119)

2.2.3 Tahapan Membaca

  Adapun tahapan dalam membaca menurut Burn sebagai berikut:

  1. Tahap Prabaca Tahap prabaca adalah pengajaran yang dilaksanakan sebelum siswa melakukan kegiatan membaca. Dalam kegiatan prabaca, guru mengarahkan pengaktifan skemata siswa yang berhubungan dengan topic bacaan. Pengaktifan skemata siswa bisa dilakukan dengan berbagai cara, dengan review awal, pemetaan makna, pedoman antisipasi, menulis sebelum membaca, dan drama kreatif. (Burn, 1996:22)

  2. Tahapan Saat Baca Kegiatan saat baca membutuhkan beberapa strategi untuk meningkatakan pemahaman siswa. Akhir-akhir ini perhatian banyak dicurahakan pada penggunaan strategi metakognitif selama membaca. Strategi metakognitif merujuk pada pengetahuan seseorang tentang fungsi intelektual yag datang dari pikiran mereka sendiri serta kesadaran mereka untuk memonitor dan mengontrol

  3. Tahapan Pascabaca Kegiatan pascabaca digunakan untuk membantu siswa memadukan informasi baru yang dibacanya ke dalam skemata yang dimilikinya sehingga diperoleh tingkat pemahaman yang lebih tinggi.

  Disamping sebagai salah satu keterampilan, membaca juga kegiatan yang kompleks dan bukan kegiatan memandangi lambang- lambang tertulis semata-mata, tetapi kemampuan yang diarahkan seseorang agar mampu memahami materi yang dibaca melainkan memahami, menerima, menolak, membandingkan, dan meyakini pendapat-pendapat para pengarang.

2.2.4 Membaca Cerpen

  Cerpen sesuai dengan namanya adalah cerita yang pendek. Akan tetapi, berapa ukuran panjang pendeknya tidak ada aturannya, tak ada satu kesepakatan diantara para pengarang atau para ahli. Walaupu sama- sama pendek, panjang cerpen itu sendiri bervariasi. Ada cerpen yang pendek (short short story), cerpen yang panjangnya berrkisar antara 500- 750 kata, cerpen yang panjangnya 750-1000 kata, dan cerpen panjang (long short story), cerpen yang panjangnya berkisar antara 10.000 kata. (Nurgiantoro, 2007:100)

  Menurut KBBI cerpen adalah kisahan pendek (kurang dari 10.000 pengertian lainnya cerpen adalah cerita yang hanya menceritakan satu peristiwa dari seluruh kehidupan pelakunya. (Wijayanto, 2005:77).

  Menurut Poe (dalam Nurgiantoro, 2007:10) mengatakan bahwa, cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam.

  Jadi dari pendapat di atas dapat disimpulkan, cerpen adalah cerita yang menceritakan satu peristiwa dari seluruh kehidupan pelakunya dan selesai dibaca dalam sekali duduk.

  Adapu ciri-ciri cerpen menurut Wijayanto (2005:100) yaitu: (a) tema mengupas masalah yang sederhan; (b) alur (plot) cerita sederhana; (c) tokoh yang dimunculkan hanya beberapa; dan (d) latar (setting) yang dilukiskan hanya sekilas dan amat terbatas.

  Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca cerpen adalah suatu keterampilan proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca cerpen untuk memperoleh pesan yang hendak disampaiakan oleh pengarang melalui media tulisannya yaitu cerpen.

  Membaca cerpen tidaklah sama dengan membaca berita di majalah ataupun surat kabar. Adapun cara membaca cerpen yang baik adalah: (1) melatih intonasi; (2) melatih ekspresi; (3) konsentrasi; dan (4) memahami ide-ide pokok yang terkandung di dalam tiap kalimat. (http// justicer4u. blogspot. Com/2010/11/ cara-membaca-cerpen-yang-baik. html), diakses hari senin 22 maret 2010 pukul 14.30 Wita.

  Ada pula yang harus diperhatikan dalam membaca cerpen yaitu: (a) tema : untuk mengetahui apa isi cerita tersebut; (b) tokoh: untuk dapat mengetahui seperti apa wataknya dan ketika membacanya tidak semuanya datar; (c) latar: untuk mengetahui situasi dan keadaan dalam cerita; dan (e) alur: untuk mengetahui jalan cerita agar tidak bingung saat membaca.

  (http//justicer4u. blogspot. Com/2010/11/ cara-membaca-cerpen-yang- baik. Html, diakses hari senin 22 maret 2010 pukul 14.30 Wita.

   2.2.5 Metode Snowball Drilling

  Secara harfiah snowball berarti bola salju dan drilling berarti menggelinding. Jadi, dapat disimpulkan bahwa snowball drilling berarti bola salju menggelinding. Istilah ini digunakan untuk menganalogikan suatu proses pembelajaran yang dilakukan dengan cara menggelindingkan bola salju berupa soal latihan kemudian guru menunjuk atau mengundi untuk mendapatkan peserta didik yang akan menjawab soal-soal tersebut. Snowball drilling adalah salah satu metode yang digunakan dalam pembelajran kooperatif. Metode snowball

  drilling dikembangkan untuk menguatkan pengetahuan yang diperoleh

  peserta didik dari membaca bahan-bahan bacaan ( Suprijono, 2009: 104)

   2.2.6 Cara Kerja Metode Snowball Drilling

  Dalam penerapan metode snowball drilling, peran guru adalah soal latihan dengan cara menunjuk atau mengundi untuk mendapatkan seorang peserta didik yang akan menjawab soal yang dipilih oleh guru secara acak. Jika peserta didik yang mendapat giliran pertama menjawab soal nomor tersebut langsung menjawab benar, maka peserta didik itu diberi kesempatan menunjuk salah satu temannya untuk menjawab soal nomor berikutnya. Seandainya, peserta didik yang pertama mendapat kesempatan menjawab soal gagal, maka peserta didik itu diharuskan menjawab soal berikutnya dan seterusnya hingga peserta didik tersebut berhasil

  Jika pada gelindingan (putaran) pertama bola salju masih terdapat item-item soal yang belum terjawab, maka soal-soal itu dijawab oleh peserta didik yang mendapatkan giliran. Mekanisme giliran menjawab sama seperti yang telah diuraikan di atas. Di akhir pelajaran guru memberikan ulasan terhadap hal yang dipelajari peserta didik. (Suprijono, 2009 : 105)

BAB III METODE PENELITIAN

  3.1 Setting Penelitian

  Penelitian tindakan kelas ini akan dilakukan di kelas X A SMAN 1 Gangga tahun pelajaran 2009/2010. Jumlah siswa yang menjadi objek penelitian adalah 40 orang terdiri atas 16 orang laki-laki dan 24 orang perempuan.

  3.2 Desain Penelitian

  Dalam rangka mengoptimalkan penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa siklus tindakan. Tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Tahapan pelaksanaan setiap siklus tersebut sebagai berikut:

  1. Tahap perencanaan Ada beberapa hal yang dilakukan dalam tahapan ini yaitu: membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas, merumuskan alternatif tindakan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran, dan membuat alat evaluasi.

  2. Tahap pelaksanaan tindakan Pada tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan yang telah direncanakan dalam skenario pembelajaran serta memberikan pengarahan dan motivasi dalam melaksanakan perannya berdasarkan apa yang telah direncanakan.

  3. Tahap observasi Tahap ini dilakukan dengan observasi terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi.

  4. Tahap refleksi Dari hasil observasi peneliti sebagai guru dapat merefleksi diri terhadap kekurangan-kekurangan yang ada selama proses pembelajaran.

  Hasil refleksi dijadikan acuan untuk melasanakan siklus berikutnya. Siklus berikutnya sangat tergantung pada hasil siklus sebelumnya.

  3.3 Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006:130).

  Dalam penelitian ini, yang menjadi populasinya adalah keseluruhan siswa kelas X SMAN 1 Gangga. Sedangkan sampel adalah sebagian besar atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006: 131). Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X A SMAN 1 Gangga.

  3.4 Teknik Pengumpulan Data

  Pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas termasuk pada tahap observasi. Oleh karena itu, teknik utama pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui pengamatan. Dalam hal ini mengamati pelaksanaan pembelajaran membaca.

  1.Sumber data Sumber data penelitian ini adalah guru, siswa dan proses belajar di kelas X A SMAN 1 Gangga khususnya pembelajaran kemampuan membaca cerpen dengan menggunakan metode snowball drilling.

  2. Jenis data Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif yang terdiri atas (a) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, (b) hasil observasi selama kegiatan belajar, dan (c) hasil belajar siswa.

3. Cara pengumpulan data

  a. Data proses pembelajaran dikumpulkan dengan metode observasi Peneliti melakukan pengamatan/observasi terhadap objek penelitian pada saat tindakan berlangsung. Untuk lebih memudahkan dalam perekaman data. Peneliti menggunakan instrumen observasi yaitu ceck

  

list atau dafter cek. Ceck list atau daftar cek terdiri atas daftar item yang

berisi nama-nama subjek dan faktor-faktor yang diselidiki.

Tabel 3.1 Format Observasi Penilaian Proses

  Aspek Yang Diamati Nama Tekun Dalam

  Disiplin Konsentrasi Belajar Jumlah No Subjek Pembelajaran

  Skor SD D KD ST T KT SK K KK

  3

  2

  1

  3

  2

  1

  3

  2

  1 Keterangan:  SD = Sangat Disiplin  KT = Kurang Tekun  D = Disiplin  SK = Sangat Konsentrasi  KD = Kurang Disiplin  K = Konsentrasi Indikator Penilaian:

  1. Disiplin SD : Siswa sangat mentaati peraturan

  D : Siswa mentaati peraturan KD : Siswa tidak mentaati peraturan

  2. Tekun dalam pembelajaran ST : Siswa segera memperhatikan dan melaksanakan dengan baik instruksi dan arahan guru T :Siswa memperhatikan dan melaksanakan instruksi dan arahan guru KT : Siswa tidak memperhatikan dan melaksanakan instruksi dan arahan guru

  3. Konsentrasi belajar SK : Siswa memperhatikan dengan seksama penampilan teman di depan kelas K : Siswa memperhatikan penampilan teman di depan kelas KK : Siswa tidak memperhatikan penampilan teman di depan kelas

  b. Data hasil pembelajaran dikumpulkan dengan metode tes Data diperoleh dari hasil tes kepada siswa dengan cara menjawab soal-soal pilihan ganda yang telah disiapkan oleh guru. Jumlah soal dibuat yaitu 20 butir yang terdiri atas dua paket yaitu paket A dan paket menjawab soal-soal tersebut dengan cara tulisan dan lisan. Untuk jawaban lisan siswa maju secara bergiliran untuk menjawab salah satu soal dibacakan oleh guru yang dipilih secara acak. Untuk jawaban tulisan, soal-soal tersebut harus dijawab semuanya di Lembar Kerja Siswa (LKS)

Tabel 3.2 Format Penilaian Hasil Jawaban Lisan

  Menjawab Pada Kesempatan Ke- No Nama Siswa

  1

  2

  3

  4

  4

  3

  2

  1 Indikator Penilaian: Nilai 4 : Jika siswa mampu menjawab pada kesempatan pertama Nilai 3 : Jika siswa mampu menjawab pada kesempatan kedua Nilai 2 : Jika siswa mampu menjawab pada kesempatan ketiga Nilai 1 : Jika siswa mampu menjawab pada kesempatan keempat

3.5 Teknik Analisis Data

  Analisis data dalam penelitian tindakan kelas termasuk pada tahap refleksi. Dalam menganalisis data, metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode kuantitatif. Data yang diperoleh dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

  1. Dari segi proses untuk mencari nilai ketuntasan siswa secara individu

  Skor Perolehan x Skor ideal (100) NP =

  Skor Maksimal Keterangan: NP = Nilai Proses Skor Perolehan = Skor yang diperoleh siswa perindividu Skor maksimal = Skor total yang terdapat pada format penilaian.

  2. Dari segi hasil untuk mencari nilai ketuntasan siswa secara individu (menurut BSNP KTSP 2006) dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:

  Skor Perolehan x Skor ideal (100) NH =

  Skor Maksimal Keterangan: NH = Nilai Hasil Skor Perolehan = Skor yang diperoleh siswa perindividu Skor maksimal = Skor total yang terdapat pada format penilaian.

  3. Untuk mengetahui ketuntasan belajar kelas (menurut Sulastri, 2008:26) dengan rumus: Qr

  %( KB) x 100%

   T Keterangan: Qr = Jumlah siswa yang tuntas belajar T = Jumlah seluruh siswa KB = Ketuntasan belajar

  4. Untuk mencari nilai rata-rata keseluruhan kelas (menurut Hidayat,2007:29)

  x n x f

    ) (

  Keterangan:

  x

  = Mean atau rata-rata

   ) (x f

  = Jumlah seluruh skor atau nilai n = Jumlah individu atau siswa Berdasarkan pedoman ketuntasan belajar (menurut Sulastri, 2008:27), maka standar penilaian disusun sebagai berikut:

Tabel 3.3 Standar Penilaian

  No Standar Nilai Kriteria 1 85 sampai dengan 100 Sangat Baik 2 70 sampai dengan 84 Baik 3 55 sampai dengan 69 Cukup 4 30 sampai dengan 54 Kurang 5 0 sampai dengan 29 Sangat Kurang

3.6 Indikator Kinerja

  Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah keberhasilan penelitian yang dilihat dari proses dan hasil pembelajaran siswa dengan menggunakan Kriteria Ketuntasan Minimal yang digunakan di SMAN 1 Gangga yaitu nilai minimal 70.00 dan ketuntasan belajar siswa yang apabila telah mencapai 75% dari keseluruhan siswa. Artinya, penelitian ini dikatakan berhasil jika (a) dari segi proses, siswa yang memperoleh nilai 70,00 minimal 75%; dan (b) dari segi hasil, siswa yang memperoleh nilai 70,00 minimal 75%.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

  Observasi kelas merupakan langkah pertama dalam sebuah penelitian tindakan kelas. Observasi ini dilakukan dari bulan Maret hingga April 2010 dan hasil observasinya sebagai berikut.

  1. Minat Siswa Terhadap Pelajaran Bahasa Indonesia Mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang cukup diminati oleh siswa kelas X A SMAN 1 Gangga. Hal ini terlihat pada antusiasnya siswa menerima pelajaran, terbukti dengan banyaknya siswa yang bertanya kepada guru ketika proses pembelajaran berlangsung.

  2. Waktu Belajar dan Keadaan Kelas Pelajaran Bahasa Indonesia di kelas X A SMAN 1 Gangga diadakan dua kali pertemuan dalam satu minggu yaitu pada hari senin jam ke- 5 sampai 6 atau pukul 10.45 -12.15 Wita dan hari sabtu jam ke- 1 sampai 2 atau pukul 07.30- 09.00 Wita. Satu jam pelajaran terdiri atas 45 menit. Hal ini berarti dalam satu minggu pelajaran Bahasa Indonesia diajarkan selama 180 menit

  Adapun keadaan kelas cukup nyaman, bersih, dan tertata dengan rapi. Disamping itu ruang kelas X A ini terletak di pinggir areal persawahan sehingga suasana menjadi sejuk yang dapat membantu meningkatakan konsentrasi belajar siswa.

  3. Kendala Guru dan Siswa Selama Proses Pembelajaran Pada umumnya kendala guru dalam mengajar yaitu kurangnya buku paket saja. Hal ini terkadang membuat siswa merasa bosan tanpa adanya media atau metode pembelajaran yang bervariasi. Sedangkan dari siswa kendala yang dihadapi antara lain adanya jam pelajaran yang berlangsung siang hari yaitu pukul 10.45-12.15 Wita dan biasanya konsentrasi dan antusias siswa mengikuti pelajaran sudah berkurang karena ada yang mengantuk, lapar dan sebagainya. Hal ini bias menyebabkan proses belajar mengajar menjadi terganggu.

  4.2 Pelaksanaan Siklus I Siklus I dilaksanakan dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Sabtu, 1 Mei 2010 jam ke-1 samapai 2 yaitu pukul

  07.30 sampai 09.00 Wita. Pada pertemuan pertama ini dilakukan pretes. Sedangkan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin, 3 Mei 2010 jam ke-5 sampai 6 yaitu pukul 10.45 sampai 12.15 Wita di kelas X A SMAN 1 Gangga. Siklus I dibagi menjadi 4 tahap yaitu tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi, dan tahap refleksi.

4.2.1 Tahap Perencanaan Tindakan

  Adapun hal-hal yang dilkukan pada tahap perencanaan tindakan adalah sebagai berikut: 1) peneliti mensosialisasikan metode snowball drilling pada guru

  Bahasa Indonesia; 2) menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (terlampir);

  4) menyiapakan alat serta media yang akan mendukung pelaksanaan proses tindakan; 5) merancang aspek serta format penilaian yang sesuai dengan standar kompetensi.

4.2.1 Tahap Pelaksanaan Tindakan

  Pada tahap pelaksanaan tindakan, dilakukan sesuai dengan perencanaan. Pembelajaran yang dilakukan pada tahap ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami hasil bacaan khususnya cerpen. Adapun langkah- langkah pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut:

A. Pertemuan Pertama

  1) Tahap Pendahuluan

  a) guru mengabsen siswa;

  b) guru menyampaikan tujuan pembelajaran; c) guru melakukan apersepsi tentang materi pembelajaran.

  2) Tahap Kegiatan Inti

  a) guru menyampaikan materi pembelajaran;

  b) guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran

  c) guru membagi siswa kedalam 4 kelompok yang terdiri atas 10 orang; d) guru membagi cerpen yang telah disiapkan sebelumnya; f) siswa menjawab soal yang telah ditentukan oleh guru di buku latihan; g) siswa bertanya jawab secara lisan dengan teman 1 kelompok kemudian dengan teman kelompok sebelahnya mengenai soal dan jawaban yang telah ditulis di buku latihan.

  3) Tahap Penutup

  a) guru dan siswa melakukan refleksi yaitu mengoreksi dan memperbaiki kekurangan guru dan siswa secara umum dan menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan; b) guru menutup pelajaran.

B. Pertemuan Kedua

  1) Tahap Pendahuluan

  a) guru mengabsen siswa; b) guru melakukan apersepsi.

  2) Tahap Kegiatan Inti

  a) guru menugaskan siswa untuk berkumpul dengan teman 1 kelompok; b) guru membagikan cerpen dan LKS yang telah disiapkan;

  c) siswa membaca cerpen;

  d) siswa menjawab soal-soal pilihan ganda yang telah e) guru mengambil LKS yang telah dijawab oleh siswa untuk dinilai; f) siswa maju ke depan kelas secara bergiliran untuk menjawab soal secara lisan yang telah dijawab sebelumnya secara tertulis di LKS;

g) guru melakukan penilaian terhadap siswa dengan menggunakan format penilaian proses dan peniaian hasil.

  3) Tahap Penutup

  a) guru melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran; b) guru menutup pelajaran.

4.2.2 Hasil Observasi Tindakan Siklus I

4.2.3.1 Data Kemampuan Membaca Siswa dari Segi Proses

  No Nama Siswa

  2

  1 3 33,3 K BT

  2 Anggi Pratama

  2

  2

  1 5 55,5 C BT

  3 Apriandi

  2

  1

  2 6 66,6 C BT

  4 Bq. Anita Rahayu

  3

  2

  2 7 77,7 B T

  Berikut data kemampuan membaca siswa dari segi proses dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini.

  1

  1 Angga Tri Santosa

  Aspek Yang Diamati Jum lah

  3

  Skor Nilai

  Pro ses Kate gori

  Ketera ngan Disiplin

  Tekun Dalam Pembela- jaran

  Konsen trasi Belajar

  SD D KD ST T KT SK K KK

  2

  1

  1

  3

  2

  1

  3

Tabel 4.1 Data Penilaian Proses Kegiatan Membaca

  2

  9 Diding Supriadi

  1 4 44,4 K BT

  33 Pretty Hamividya

  2 7 77,7 B T

  2

  3

  32 Peti Mulia Sari

  2 7 77,7 B T

  2

  3

  31 Panti Karera

  3 8 88,8 SB T

  3

  2

  30 Nunung Rusmiati

  1

  3

  2

  29 Nunung Munawarah

  2 7 77,7 B T

  2

  3

  28 Nopita Apriani

  2 6 66,6 C BT

  2

  2

  27 Nopia Risnayanti

  1 4 44,4 K BT

  2

  1

  3

  3 9 99,9 SB T

  2 7 77,7 B T

  2

  Persentase Kelulusan 62,5 % Keterangan: SD = Sangat Disiplin D = Disiplin KD = Kurang Disiplin ST = Sangat Tekun T = Tekun KT = Kurang Tekun SK = Sangat Konsentrasi K = Konsentrasi KK =Kurang Konsentrasi

  Nilai Terendah 33,3 Rata-Rata Kelas 70,4

  2819,4 Nilai Tertinggi 99,9

  3 7 77,7 B T Jumlah

  2

  2

  40 Toni Kurniawan

  2 7 77,7 B T

  2

  3

  39 Sugianto

  2 6 66,6 C BT

  2

  38 Sarsah

  34 Rais Gaffar

  2 8 88,8 SB T

  3

  3

  37 Rismiatun

  2 7 77,7 B T

  2

  3

  2 7 77,7 B T 36 Rima Syakriana I.

  2

  3

  35 Redi Aditia

  2 8 88,8 SB T

  3

  3

  26 Nina Anispu

  2

  1

  2

  3

  2

  16 Herlina

  2 7 77,7 B T

  2

  3

  15 Heri Irawan

  1 4 44,4 K BT

  1

  2

  14 Handayani

  1 4 44,4 K BT

  1

  13 Gundhito Gesbryan

  17 Husnatun Mardiah

  1 3 33,3 K BT

  1

  1

  12 Fahrurrazi

  3 8 88,8 SB T

  2

  3

  11 Esi Aprilia

  1 4 44,4 K BT

  1

  2

  10 Elva Pratiwi

  1 3 33,3 K BT

  1

  2 7 77,7 B T

  3

  3

  2 8 88,8 SB T

  25 Nandy Rozzi Hartono

  1 5 55,5 C BT

  2

  2

  24 Mahaenudin

  2 6 66,6 C BT

  2

  2

  23 Lugitasari

  2 7 77,7 B T

  2

  3

  22 Lili Hantrini

  3

  3

  3

  21 Kharisma Triana

  2 7 77,7 B T

  2

  3

  20 Kasturi Amala

  3 9 99,9 SB T

  3

  3

  2 7 77,7 B T 19 Ismi Uswatun H.

  2

  3

  18 Ismayanti

  2 8 88,8 SB T

  SB = Sangat Baik B =Baik C =Cukup K =Kurang T =Tuntas BT =Belum Tuntas Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diperoleh jumlah siswa yang tuntas belajar pada nilai proses yang telah dihitung dengan rumus. Perhitungan nilai akhir dalam skala 0-100 sebagai berikut :

  1. Nilai Proses Individu Siswa NP =

  (100) ideal Skor x Maksimal Skor Perolehan Skor

  Keterangan: NP = Nilai Proses Skor Perolehan = Skor yang diperoleh siswa perindividu Skor maksimal = Skor total yang terdapat pada format penilaian

  Jumlah siswa yang tuntas belajar = 25 orang Jumlah siswa yang tidak tuntas belajar = 15 orang Jumlah seluruh siswa = 40 orang Jumlah nilai siswa keseluruhan kelas = 2819,4

  2. Untuk ketuntasan belajar klasikal dihitung dengan menggunakan rumus 100% x

  T Qr

  KB) %(

   Keterangan: Qr = Jumlah siswa yang tuntas belajar T = Jumlah seluruh siswa KB = Ketuntasan belajar Persentase ketuntasan belajar siswa adalah sebagai berikut:

  = 62,5 % Ketuntasan belajar siswa belum sesuai dengan indikator yang diharapakan oleh peneliti yaitu 75 %. Oleh karena itu perlu di lanjutkan pada siklus II.

  3. Untuk mencari nilai rata-rata keseluruhan kelas menggunakan rumus sebagai berikut:

   f ( x ) x

   n

  Keterangan:

  x

  = Mean atau rata-rata

  f (x )

  = Jumlah seluruh skor atau nilai

   n = Jumlah individu atau siswa Dari rumus di atas dapat diperoleh nilai rata-rata kelas sebagai berikut: 2819 ,

  4

   x

  40 = 70,4

  Data kemampuan membaca siswa sebanyak 40 orang pada siklus I diperoleh setelah dilaksanakan penilaian terhadap kemampuan membaca dengan menggunakan metode snowball drilling pada siswa kelas X A SMAN

  1 Gangga. Untuk nilai proses pada siklus 1 ini dapat dikelompokkan ke dalam 4 kategori yaitu Sangat Baik (SB) dengan rentang nilai 85-100, Baik (B) rentang nilai 70-84, Cukup (C) rentang nilai 55-69, dan Kurang (K) rentang nilai 30-54.

  Berikut persentase kelulusan siswa untuk nilai proses seperti yag terlihat pada tabel 4.2 di bawah ini. No Kategori Jumlah Siswa Persentase

  1 Sangat Baik (SB)

  9 Orang 22,5 %

  2 Baik (B)

  16 Orang 40 %

  3 Cukup (C)

  7 Orang 17,5 %

  4 Kurang (K)

  8 Orang 20 % Jumlah

  40 Orang 100 % Keterangan:

  Kategori SB diperoleh oleh 9 orang siswa dengan persentase kelulusan 22,5%. Adapun nama- nama siswa yang memperoleh kategori ini adalah Denda Fitria Hidayah, Esi Aprilia, Husnatun Mardiah, Ismi Uswatun Hasanah, Kharisma Triana, Nunung Rusmiati, Pretty Hamividya, Rais Gaffar, dan Rismiatun. Untuk kategori B diperoleh oleh 16 orang siswa dengan persentase kelulusan mencapai 40%. Adapun nama-nama siswa yang memperoleh kategori ini adalah Bq. Anita Rahayu, Bakti Ardani, Desi Ariana, Heri Irawan, Herlina, Ismayanti, Kasturi Amala, Lili Hantrini, Nandy Rozzi Hartono, Nopita Apriani, Panti Karera, Peti Mulia Sari, Redi Aditia, Rima Syakriana Iqlima, Sugianto, dan Toni Kurniawan. Untuk kategori C diperoleh oleh 7 orang siswa dengan persentase kelulusan mencapai 17,5%. Adapun nama-nama siswa yang memperoleh kategori ini yaitu Anggi Pratama, Apriandi, Dedi Setiawan, Lugitasari, Mahaenudin, Nopia Risnayanti, dan Sarsah. Untuk kategori K diperoleh oleh 8 orang siswa dengan persentase kelulusan mencapai 20%. Adapun nama-nama siswa yang memperoleh kategori ini adalah Angga Tri Santosa, Diding Supriadi, Elva Pratiwi, Fahrurrazi,

  4.2.3.2 Data Kemampuan Membaca Cerpen Siswa Dari Segi Hasil (Tertulis) Berikut data kemampuan membaca siswa dari segi hasil (tertulis) dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini.

  95 SB T

  70 B T

  7 Denda Fitria Hidayah

  18

  90 SB T

  8 Desi Ariana

  19

  9 Diding Supriadi

  6 Dedi Setiawan

  12

  60 C BT

  10 Elva Pratiwi

  12

  60 C BT

  11 Esi Aprilia

  18

  14

  75 B T

  

Tabel. 4.3 Data Nilai Hasil (Tertulis)

  15

  No Nama Siswa Jumlah

  Jawaban Benar Nilai

  Hasil Kategori Keterangan

  1 Angga Tri Santosa

  13

  65 C BT

  2 Anggi Pratama

  75 B T

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI METODE LATIHAN TERBIMBING PADA SISWA KELAS V-B SDN 1 SINAR SEMENDO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 26 54

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PARAFRASE PUISI SISWA KELAS X1 SMA PERTIWI 1 PADANG

0 0 26

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA KATA DENGAN METODE BERMAIN KARTU HURUF SISWA KELAS 1 MI AR-RAHMAN WIDODAREN TAHUN PELAJARAN 20142015 SKRIPSI

0 0 14

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PREVIEW READ REVIEW (P2R) PADA SISWA KELAS VII A SMP MUHAMMADIYAH 1 SURABAYA

0 1 15

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA MELALUI METODE BERCERITA DENGAN WAYANG FANTASI DI KELAS A RA AL-IKHLAS KECANDRAN SIDOMKTI KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 - Test Repository

1 2 115

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR MEMBACA AL QURAN MELALUI METODE CARD SORT PADA SISWA KELAS I SDN REJO SARI 1 KEC.BANDONGAN KAB.MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010 - Test Repository

0 0 115

PENINGKATAN KUALITAS MEMBACA AL-QUR’AN SECARA TARTIL DENGAN METODE QIRO’ATI PADA SISWA KELAS X TKR 1 SMK MA’ARIF TEGALREJO KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 20162017 SKRIPSI

0 3 89

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN METODE PEMBELAJARAN SCRUMBLE SISWA KELAS III SDN KEBONAGUNG 1 PORONG - Repository Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

0 0 9

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN METODE PEMBELAJARAN SCRUMBLE SISWA KELAS III SDN KEBONAGUNG 1 PORONG - Repository Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN - PERBEDAAN MOTIVASI BELAJAR SISWA ANTARA YANG MENGGUNAKAN METODE ACTIVE LEARNING DENGAN YANG MENGGUNAKAN METODE CERAMAH BERVARIASI PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS X DI SMK PGRI 1 JAKARTA - Repository Fakultas Ekonomi UNJ

0 0 12