Implikasi Uji Materil Mengenai Batas Usia Anak Dalam Proses Penanganan Anak Pelaku Tindak Pidana (Kajian Terhadap Putusan: Nomor 1 Puu-Viii 2010)

BAB II
UNDANG-UNDANG NO 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN
ANAK DIKAITKAN DENGAN PRINSIP PERLINDUNGAN
TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK PIDANA

A. Perlindungan Anak Dalam Berbagai Instrumen Hukum Internasional
Dan Hukum Nasional
Anak adalah anugerah dari Yang Maha Kuasa sebagai titipan yang
diberikan kepada orang tua, selain itu anak merupakan generasi penerus bangsa,
yang akan bertanggung jawab atas eksistensi bangsa ini di masa yang akan
datang. Tidaklah mengherankan jika ada ungkapan yang menyatakan jika hendak
menghancurkan suatu bangsa maka hancurlah generasi mudanya. Sebagai negara
yang bijak maka selayaknya hal tersebut dijadikan sebuah peringatan kepada
bangsa ini, agar senangtiasa menjaga generasi mudanya dari segala kemungkinan
buruk yang mungkin terjadi. Pembinaan terhadap generasi muda haruslah selalu
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya demi kelangsungan hidup, pertumbuhan dan
perkembangan fisik dan mental serta perkembangan sosialnya. Kondisi yang
paling memungkinkan guna pencapaian hasil yang optimal atas cita-cita tersebut
adalah terciptanya kondisi sosial yang kondusif, dan merupakan tanggung jawab
negara dalam menciptakan kondisi semacam itu. Kondisi sosial yang kondusif
selalu di tandandai dengan perkembangan perekonomian yang merata di seluruh

masyarakat yang ada, dan hal itu sudah tentu harus didukung dengan sebuah
sistem hukum yang baik dalam mengawal pembangunan ekonomi yang baik.
Realitas sosial menunjukkan bahwa kondisi kondusif tersebut belum dapat
diwujudkan oleh pemerintah, di tengah globalisasi yang terus melaju, negara ini

Universitas Sumatera Utara

nampaknya mengalami anomie kondisi di mana sosial kehilangan nilai dan dan
patokan-patokan hidup. Pemenuhan ekonomi yang menjadi barometer kesuksesan
hidup menyebabkan banyaknya peyimpangan-peyimpangan yang dilakukan oleh
masyarakat dalam mencapainya, tidak terkecuali juga dilakukan oleh anak yang
merupakan generasi muda bangsa ini.
Keadaan seperti itu maka nampaknya penanganan secra hukum terhadap
anak harus pula memperhatikan sifat-sifat khas anak. Penanganan terhadap
prilaku menyimpang anak merupakan perhatian dunia. Adalah UNICEF badan
dunia yang dibentuk oleh PBB yang diperuntukkan untuk menangani anak.
UNICEF telah melakuka riset di seluruh dunia guna menemukan bagaimana
menangani prilaku menyimpang anak secara universal atau paling tidak
menentukan patron yang tepat dalam pembentukan hukum perlindungan bagi
anak-anak di seluruh dunia. Namum demekian out put hukum perlindungan anak

pada akhirnya digantungkan kepada kebijakan negara. Indonesia sendiri
mengeluarkan UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak dan

UU

No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Aturam perundang-undangan
tersebut merupakan bagian dari hukum pidana perlindungan anak. Dua regulasi
tersebut memiliki peran masing-masing dalam upaya memberikan perlindungan
terhadap anak. Pada UU No. 3/1997 berfungsi melindungi anak yang melakukan
tindak pidana, dalam hal ini anak adalah pelaku tindak pidana tertentu,
sedanmgkan UU No. 23/2002 berfungsi melindungi anak dalam konteks anak
yang menjadi korban kejahatan. Dengan kedua regulasi tersebut diharapkan dapat
menopang upaya pemerintah dalam memberikan perlindungan kepada anak.

Universitas Sumatera Utara

Untuk membahas perlindungan terhadap anak secara lebih jelas lagi, maka disini
penulis akan memaparkan secara khusus mengenai perlindungan terhadap anak
baik secara hukum internasional, maupun perlindungan terhadap anak secara
hukum nasional. 30


1. Instrumen Hukum Internasional
Melihat situasi buruk atas anak, menyadarkan masyarakat internasional
membangun sebuah bangunan dunia yang lebih baik bagi anak (a better place for
children). Secara global UNICEF mengembangkan dan mengkampanyekan tesis
pembangunan yang pro anak, di mana sudah tiba saatnya bagi bangsa dan negara
di dunia meletakkan kebbutuhan dan hak anak dalam pusat strategi pembangunan.
Untuk menjamin tegaknya hak-hak anak, pada tahun 1989 PBB menyetujui
Konvensi Hak Anak (KHA-UN’s Conventionn on the Rights of the child) yang
menegakan jaminan hak-hak anak untuk hidup, hak untuk berkembang, hak atas
perlindungan dan hak partisipasi anak.
Konvensi Hak Anak menjadi dokumen HAM yang spesifik mengenai hak
anak, terlengkap dan telah diratifikasi oleh paling banyak negara peserta (state
parties). Sebelum lahir Konvensi Hak Anak, masyarakat internasional telah
memiliki dokumen hak anak yang merupakan bahan pertimbangan dilahirkannya
Konvensi Hak Anak. 31

30

http://justital.Worpress.com/2010/10/17/sinkronisasi-hukum-nasional-terhadap standarinternasional-perlindungan-anak/ Diakses tanggal 2 Mei 2012. Jam. 15.00

31
Muhammad Joni & Zulcaina, Hukum Perlindungan Anak Dalam Perspektif Konvensi
Hak Anak, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, halaman 98.

Universitas Sumatera Utara

Perlindungan hukum terhadap anak dapat diartikan sebagai upaya
perlindungan hukum terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi anak
(fundamental rights and freedoms of children), serta berbagai kepentingan yang
berhubungan dengan kesejahteraan anak. Dengan demikian, masalah perlindu
ngan hukum bagi anak mencakup ruang lingkup yang sangat luas. Perhatian
kepada anak dalam masyarakat internasional memang sedikit dan dapat dilihat
dari ditetapkannya sejumlah instrumen internasional yang berkenaan dengan anak.
Beberapa diantaranya yang eksplisit menyebut anak dapat dijumpai dalam :
1. 1924 Geneva Declaration of the Rights of the child
2. 1959 UN General Assembly Declaration on Civil and Rights of the Child
3. 1966 Internasional Convenant on Civil and Rights of the Child
4. 1966 Internasional Convenant on Economic, Sosial & Cultural Rights
5. 1989 UN Convenant on the Rights of the Child 32
Menurut Arif Gosita, usaha-usaha perlindungan anak ini sebenarnya

merupakan suatu tindakan hukum yang mempunyai akibat hukum, oleh karena itu
perlu adanya jaminan hukum bagi kegiatan perlindungan anak tersebut. Kepastian
hukumnya perlu diusahakan demi kelangsungan kegiatan perlindungan anak dan
mencegah penyelewengan yang membawa akibat negatif yang tidak diinginkan
dalam pelaksanaan kegiatan perlindungan anak. 33
Berbagai dokumen/instrumen Internasional dalam upaya memberikan
perlindungan terhadap anak sudah sepantasnya mendapat perhatian semua negara
termasuk juga negara Indonesia dan diimplementasikan kedalam berbagai bentuk
32

Nandang Sambas. Op. Cit, hlm. 76
Maulana Hassan Wadong, Advokasi Dan Perlindungan Anak, PT Grasindo, Jakarta,
2000, hlm.40
33

Universitas Sumatera Utara

kebijakan perundang-undangan dan kebijakan sosial lainya. Mengabaikan
masalah perlindunhan anak berarti tidak akan memantapkan pembangunan
nasional. Maka ini berarti bahwa perlindungan anak harus diusahakan dalam

berbagai cara apabila kita ingin mengusahakan pembangunan nasional yang
memuaskan.
Berikut diuraikan prinsip-prinsip perlindungan atas hak anak yang
berkonflik

dengan

hukum

dalam

berbagai

dokumen/instrumen

hukum

internasional:
1.


Berdasarkan

Peraturan-Peraturan

Minimum

Standar

PBB

Mengenai

Administrasi Peradilan Bagi Anak (The Beijing Rules) secara umum, bahwa
remaja adalah seorang anak muda yang menurut sistem hukum masing-masing,
dapat diperlukan atas suatu pelanggaran hukum dengan cara yang berbeda dari
perlakuan terhadap orang dewasa. Mengacu pada peraturan di atas, terlihat bahwa,
penentuan umur bagi seorang anak/remaja ditentukan berdasarkan sistem hukum
masing-masing negara. Ini berarti, batas usia anak/remaja untuk masing-masing
negara berbeda. “Beijing Rules” hanya memberikan rambu-rambu agar penentuan
batas usia anak, jangan ditetapkan dalam usia yang terlalu rendah. Hal ini, akan

berkaitan dengan masalah emosional, mental dan intelektual. Artinya, “Beijing
Rules” menganggap, bahwa pada usia yang terlalu rendah, seseorang belum dapat
dikatakan dewasa secara emosional, dewasa secara mental dan dewasa secara
intelektual, sehingga perbuatannya tidak dapat dipertanggungjawabkan secara

Universitas Sumatera Utara

pidana. 34 Untuk lebih jelasnya Peraturan-peraturan minimum standar PBB
mengenai administrasi peradilan anak (The Beijing Rules) adalah sebagai berikut:
a. Pelaksanaan peradilan pidana terhadap anak harus efektif, adil, dan bersifat
manusiawi tanpa adanya perbedaan diskriminasi;
b. Penentuan batas usia pertanggungjawaban pelaku anak berkisar tujuh tahun
hingga delapan belas tahun atau lebih tua;
c. Pelaku anak memiliki hak praduga tak bersalah, hak diberitahu akan
tuntutannya, hak untuk tetap diam, hak didampingi pengacara, hak kehairan
orangtua atau wali, hak untuk menghadapi dan memeriksa sidang saksisaksi dan hak untuk naik banding ke tingkat berikutnya serta perlindungan
privasi;
d. Pemberitahuan penangkapan anak pelaku tindak pidana secepatnya kepada
orangtua atau walinya;
e. Pada saat penangkapan pelaku anak harus terhindar dari tindakan kekerasan

fisik, bahasa kasar, atau terpengaruh oleh lingkungan;
f. Anak pelaku tindak pidana diupayakan untuk dilakukan pengalihan dari
proses formal ke informal oleh pihak yang berwenang yang berkompeten;
g. Penahanan sebelum pemutusan pengadilan dilakukan sebagai pilihan
terakhir dan dalam waktu yang singkat;
h. Pelaku yang berada di bawah penahanan sebelum pengadilan, mempunyai
hak dan mendapat jaminan pemenuhan hak;

34

Wuluyadi, Op. Cit., hlm. 41

Universitas Sumatera Utara

i. Pelaku yang ditahan sebelum putusan pengadilan dipisahan dari orang
dewasa;
j. Selama proses pengadilan, pelaku mempunyai hak untuk diwakili oleh
seorang penasehat hukum atau untuk memohon bantuan hukum dengan
biaya bebas;
k. Orangtua atau wali pelaku anak berhak ikut serta dalam proses peradilan

dan berwenang untuk menghadiri persidangan demi kepentingan pelaku;
l. Hakim dalam memutuskan perkara anak pelaku tindak pidana harus
memperhatikan laporan penelitian dari lembaga sosial;
m. Hukuman hanya dijalankan sebagai upaya terakhir dan penjara terhadap
anak harus dihindarkan dari bentuk penderitaan fisik;
n. Hukuman mati tidak dapat dikenakan pada setiap kejahatan apapun yang
dilakukan oleh anak;
o. Anak pelaku tindak pidana tidak boleh menjadi subyek hukuman badan dan
mengupayakan tindakan alternatif sebagai hukuman;
p. Pihak yang berwenang secara hukum memiliki kekuasaan untuk mengakhiri
proses peradilan pada setiap saat;
q. Pelaku anak sedapat mungkin dihindarkan dari penhanan kecuali terhadap
perlindungan secara maksimal terhadap pelaku;
r. Upaya menghindarkan penempatan anak pada Lembaga Pemasyarakatan,
jika terpaksa diupayakan sesingkat mugkin;

Universitas Sumatera Utara

s. Pelaku mendapatkan bantua seperti; penginapan, pendidikan, atau latihan
keterampilan, pekerjaan atau bantuan lain yang bersifat membantu dan

praktis dengan tujuan mempermudah proses rehabilitasi;
t. Anak pelaku tindak pidana ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan
terpisah dengan orang dewasa dan ditahan pada lembaga terpisah;
u. Pelanggar hukum wanita muda ditempatkan pada Lembaga Pemasyarakatan
terpisah dan patut mendapat perhatian khusus terhadap keperluan dan
masalah pribadinya;
v. Demi kepentingan dan kesejahteraan remaja yang ditahan di Lembaga
Pemasyarakatan,

orangtua

atau

wali

memiliki

hak

akses

untuk

mengetahuinya;
w. Adanya penggalangan sukarelawan dan pelayanan masyarakat dalam
pembinaan anak pelaku tindak pidana;
x. Pembebasan bersyarat terhadap anak pelaku tindak pidana oleh Lembaga
Pemasyarakatan sedini mungkin dan adnya pengawasan dan bantuan
terhadap pelaku yang diberi pembebasan bersyarat.
2. Berdasarkan Konvensi Hak-Hak Anak (Convention on teh Right of the Child)
Perserikatan Banga-Bangsa 1989:
Melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang telah mengesahkan Konvensi
Hak Anak (UN,s Convention on the Rights of the Child) pada 20 November 1989,
yang hingga kini telah mengikat 191 (seratus sembilan puluh satu) negara peserta
(state parties), maka upaya promosi, penyebaran penegakan hak-hak anak
digerakkan ke seluruh dunia, utamanya di negara-negara yang telah meratifikasi

Universitas Sumatera Utara

Konvensi Hak Anak. Hak-hak Anak yang dimaktub dalam Konvensi Hak Anak,
merupakan sebuah instrumen internasional yang secara hukum mengikat negaranegara peratifikasi untuk mengimplementasikan Konvensi Hak Anak yang terdiri
atas 54 (lima puluh empat) pasal itu. 35 Adapun perlindungan terhadap Anak
adalah sebagi berikut:
a. Seorang anak tidak akan dikenai penyiksaan atau pidana dan tindakan
lainnya yang kejam, tidak manusiawi dan merendahkan martabat;
b. Pidana mati maupun pidana penjara seumur hidup tanpa kemungkin
memperoleh pelepasan/pembebasan (“without possibility of release”) tidak
akan dikenakan kepada anak yang berusia di bawah 18 tahun;
c. Tidak seorang anak pun dapat dirampas kemerdekaannya secara melawan
hukum atau sewenang-wenang;
d. Penagkapan, penahanan dan pidana penjara hanya akan digunakan sebagai
tindakan dalam upaya terakhir dan untuk jangka waktu yang sangat
singkat/pendek;
e. Setiap anak yang dirampas kemerdekaanya akan diperlakukan secara
manusiawi dan dengan menghormati martabatnya sebagai manusia;
f. Anak yang diraampas kemerdekaanya akan dipisah dari orang dewasa dan
berhak melakukan hubungan/kontak dengan keluargaya;
g. Setiap anak yang dirampas kemerdekaannya berhak memperoleh bantuan
hukum, berhak melawan/menentang dasar hukum perampasan kemerdekaan
atas dirinya di muka pengadilan atau pejabat lain yang berwenang dan tidak
35

M.Joni & Zulchaina, Op. Cit., hlm. 3

Universitas Sumatera Utara

memihak, serta berhak untuk mendapat keputusan yang cepat/tepat atas
tindakan terhadap dirinya itu;
h. Tiap anak yang dituduh, dituntut atau dinyatakan telah melanggar hukum
pidana berhak diperlukan dengan cara-cara:
1. Yang sesuai dengan kemajuan pemahaman anak tentang harkat dan
martabatnya;
2. Yang meperkuat penghargaan/penghormatan anak ada hak-hak asasi dan
kebebasan orang lain;
3. Mempertimbangkan

usia

anak

dan

memajukan/mengembangkan pengintegrasian

keinginan
kembali

anak

untuk
serta

mengembangkan harapan anak akan perannya yang konstruktif di
masyarakat.
i.

Tidak seorang anak pun dapat dituduh, dituntut atau dinyatakan melanggar
hukum pidana berdasarkan perbuatan (atau “tidak berbuat sesuatu”) yang
tidak dilarang oleh hukum nasional maupun internasional pada saat
perbuatan itu dilakukan;

j.

Tiap anak yang dituduh atau dituntut telah melanggar hukum pidana,
sekurang-kurangnya memperoleh jaminan-jaminan (hak-hak):
1. Untuk dianggap tidak bersalah sampai terbukti kesalahannya menurut
hukum;
2. Untuk diberitahu tuduhan-tuduhan atas dirinya secara cepat dan
langsung (“promptly dan directly”) atau melalui orang tua, wali atau
kuasa hukumnya;

Universitas Sumatera Utara

3. Untuk perkaranya diputus/diadili tanpa penundaan (tidak berlarut-larut)
oleh badan/kekuasaan yang berwenang, mandiri dan tidak memihak;
4. Untuk tidak dipaksa memberikan kesaksian atau pengakuan bersalah;
5. Apabila dinyatakan telah melanggar hukum pidana, keputusan dan
tindakan yang dikenakan kepadanya berhak ditinjau kembali oleh
badan/kekuasaan yang lebih tinggi menurut hukum yang berlaku;
6. Apabila anak tidak memahami bahasa yang digunakan, ia berhak
memperoleh bantuan penterjemah secara cuma-cuma (gratis);
7. Kerahasian pribadinya dihormati/dihargai secara penuh pada semua
tingkatan pemeriksaan.
8. Negara harus berusaha membentuk hukum, prosedur, pejabat yang
berwenang

dan

lembaga-lembaga

yang

secara

khusus

diperuntukkan/diterapkan kepada anak yang dituduh, dituntut atau
dinyatakan telah melanggar hukum pidana, khususnya:
1. Menetapkan batas usia minimal anak yang dipandang tidak mampu
melakukan pelanggaran hukum pidana;
2. Apabila perlu diambil/ditempuh tindakan-tindakan terhadap anak
tanpa melalui proses peradilan, harus ditetapkan bahwa hak-hak
asasi dan jaminan-jaminan hukum bagi anak harus sepenuhnya
dihormati.
i. Bermacam-macam putusan terhadap anak (a.1. perintah/tindakan untuk
melakukan perawatan/pembinaan, bimbingan,

pengawasan, program-

progaram pendidikan dan latihan serta pembinaan institusional lainnya)

Universitas Sumatera Utara

harus dapat menjamin bahwa anak diperlakukan dengan cara-cara yang
sesuai dengan kesejahteraanya dan seimbang dengan keadaan lingkungan
mereka serta pelanggaran yang dilakukan.
Setelah dilakukannya ratifikasi atas Konvensi Hak-Hak Anak oleh
Pemerintah Indonesia dengan mengeluarkan Keppres Nomor 6 Tahun 1990, maka
secara hukum menimbulkan kewajiban kepada Indonesia (negara peserta) untuk
mengimplementasikan hak-hak anak tersebut dengan menyerapnya ke dalam
hukum nasioanal.
Dalam hal Undang-Undang Pengadilan Anak, dapat dikemukakan
merupakan perwujudan dan penampungan dari kaidah hukum Konvensi Hak
Anak mengenai peradilan khusus untuk anak-anak yang berkonflik dengan hukum
(children in conflict with law). 36

2. Instrumen Hukum Nasional
Perlindungan

hukum

bagi

anak

dapat

diartikan

sebagai

upaya

perlindungan hukum terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi anak
(fundamental right and freedom of children) serta berbagai kepentingan yang
berhubungan dengan kesejaheraan anak. Jadi masalah perlindungan hukum bagi
anak mencakup lingkup yang sangat luas.
Berangkat dari pembatasan di atas, maka lingkup perlindungan hukum
bagi anak-anak mencakup: (1) Perlindungan terhadap kebebasan anak; (2)

36

Ibid., hlm 3

Universitas Sumatera Utara

Perlindungan terhadap hak asasi anak; dan (3) Perlindungan hukum terhadap
semua kepentingan anak yang berkaitan dengan kesejahteraan. 37
Prinsip-prinsip perlindungan terhadap anak dalam sistem peradilan pidana
anak diatur oleh peraturan perundang-undangan secara nasional. Perlindungan
terhadap anak ini berhadapan dengan hukum diatur dalam perundang-undangan
Republik Indonesia yaitu:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 34
tentang “Fakir Miskin dan Anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara”. 38
2. Undang-Undang RI No. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak,
menentukan : 39
a. Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asyhan dan bimbingan
berdasarkan kasih sayang, baik dalam keluarganya maupun di dalam
asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar mendapatkan
perlindungan

dari

lingkungan

hidup

yang

membahayakan

atau

menghambat pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar
b. Untuk kesejahteraan anak dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.
3. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 tahun 1997 Tentang Pengadilan
Anak: 40
a. Hak untuk diperiksa dalam suasana kekeluargaan pada Sidang Anak (Pasal
6);
b. Hak untuk diadili secara khusus berbeda dengan orang dewasa (Pasal 7);
37

Wuluyadi, Op. Cit., hlm. 1
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 34
39
Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak
40
Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak.

38

Universitas Sumatera Utara

c. Hak untuk diperiksa dalam sidang tertutup untuk umum (Pasal 8 ayat (1));
d. Hak untuk dipisahkan dari tempat tahanan orang dewasa, dan selama masa
tahanan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial anak harus tetap dipenuhi
(Pasal 45);
e. Hak untuk dikeluarkan dari tahanan demi hukum apabila jangka waktu
penahanan telah habis (Pasal 46 ayat (5), Pasal 47 ayat (4), Pasal 48 ayat
(4), Pasal 49 ayat (4), Pasal 50 ayat (5));
f. Hak untuk mendapatkan bantuan hukum dari seorang atau lebih Penasehat
Hukum sejak ditangkap atau ditahan dan pada setiap tingkat pemeriksaan
(Pasal 51 ayat (1));
g. Hak untuk berhubungan langsung dengan Penasehat Hukum dengan diawasi
tanpa didengar oleh pejabat yang berwenang pada saat ditangkap atau
ditahan (Pasal 51 ayat (3));
h. Hak untuk didampingi oleh orang tua, wali, atau orang tua asuh, penasehat
hukum dan Pembimbing Kemasyarakatan selama proses pemeriksaan (Pasal
57 ayat (2));
i. Hak untuk menjalani pidana atau di didik di Lembaga Pemasyarakatan
Anak yang harus terpisah dari orang dewasa, serta memperoleh pendidikan
dan latihan sesuai bakat dan kemampuannya (Pasal 60).
4. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak:
a. Hak memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan, penyiksaan, atau
penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi (Pasal 16 ayat (1));

Universitas Sumatera Utara

b. Hak memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum (Pasal 16 ayat (2));
c. Penangkapan, penahanan atau tindak pidana penjara sesuai dengan hukum
yag berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir (Passal 16
ayat (3));
d. Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk mendapat perlakuan
secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan dari orang dewasa,
memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya dalam setiap tahapan
upaya hukum, membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan
anak yang objektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum
(Pasal 17 ayat (1)).
5. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun1999 Tentang Hak Asasi
Manusia: 41
a. Hak perlindungan hukum (Pasal 58 ayat (1));
b. Hak untuk tidak dijadikan sasaran penganiayan, penyiksaan, atau
penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi dimana hukuman mati atau
hukuman seumur hidup tidak dapat dijatuhkan kepada anak (Pasal 66 ayat
(1),(2));
c. Hak untuk dirampas kemerdekaanya secara melawan hukum (Pasal 66 ayat
(3));
d. Hak penagkapan, penahanan, atau pidana penjara hanya sebagai upaya
terakhir (Pasal 66 ayat (4));

41

Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

Universitas Sumatera Utara

e. Hak perlakuan yang manusiawi bagi anak yang dirampas kemerdekaanya
dan dipisahkan dari orang dewasa (Pasal 66 ayat (5));
f. Hak bantuan hukum dan bantuan lainnya secra efektif bagi anak yang
dirampas kebebasaanya (Pasal 66));
g. Hak membela diri dan memperoleh keadilan bagi anak yang dirampas
kebebasannya di depan pengadilan yang objektif, tidak memihak dan sidang
tertutup untuk umum.
6. Berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP):
Dalam

masalah

menyangkut

hak-hak

anak

yang

menjadi

tersangka/terdakwa atau anak yang berkonflik dengan hukum, ketentuan KUHAP
masi tetap diperlukan karena Undang-Undang Pengadilaan Anak sendiri tidak ada
mencabut hak-hak tersangka/terdakwa didalam KUHAP, namun justru ketentuan
yang terdapat dalam KUHAP tersebut dapat melengkapi apa yang diatur dalam
Undang-Undang Pengadilan Anak. 42
Hak-hak tersebut diatur dalam BAB VI Pasal 50 sampai Pasal 68, kecuali
Pasal 64 karena pasal tersebut menentukan hak terdakwa untuk diadili dalam
persidangan yang terbuka untuk umum. Hal ini bertentangan dengan prinsip
persidangan anak yang harus dilakukan secara tertutup.
Adapun hak-hak tersangka/terdakwa anak atau yang berkonflik dengan
hukum menurut KUHAP dapat diperinci sebagai berikut:
a.

Hak untuk segera mendapat pemeriksaan oleh penyidik dan selanjutnya
dapat diajukan kepada Penuntut Umum (Pasal 50 ayat (1));

42

Gatot Supramono, Op. Cit., hlm.24.

Universitas Sumatera Utara

b.

Hak agar perkaranya segera diajukan ke pengadilan oleh Penuntut
Umum (Pasal 50 ayat (2));

c.

Hak untuk segera diadili oleh pengadilan (Pasal 50 ayat (3));

d.

Hak untuk diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang dimengerti
olehnya tentang apa yang disangkakakan kepadnya pada waktu
pemeriksaan dimulai dan tentang apa yang didakwakan kepadanya
(Pasal 51);

e.

Hak untuk memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik atau
hakim (Pasal 52) ;

f.

Hak untuk setiap waktu mendapat bantuan juru bahasa dalam
pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan pengadilan (Pasal 53 ayat (1));

g.

Hak mendapat bantuan hukum dari seorang atau lebih Penasehat
Hukum selama dalam waktu pada setiap tingkat pemeriksaan (Pasal 54);

h.

Hak memilih sendiri Penasehat Hukumnya (Pasal 55);

i.

Dalam hal tersangka/terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak
pidana yang diancam dengan pidana mati atau ancaman pidana lima
belas tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang
diancam dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai
Penasehat Hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada semua
tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib menunjuk Penasehat
Hukum bagi mereka yang memberikan bantuannya dengan cuma-cuma
(Pasal 56 ayat (1),(2));

j.

Hak menghubungi penasehat hukumnya (Pasal 57 ayat (1));

Universitas Sumatera Utara

k.

Tersangka atau terdakwa yang berkebangsaan asing yang dikenakan
penahanan berhak menghubungi dan berbicara dengan perwakilan
negaranya (Pasal 57 ayat (2));

l.

Tersangka atau terdakwa yang ditahan berhak menghubungi dan
menerima kunjungan dokter pribadinya untuk kepentingan kesehatan
baik yang ada hubungannya dengan proses perkara maupun tidak (Pasal
58);

m. Tersangka

atau

terdakwa

yang

dikenakan

penahanan

berhak

diberitahukan tentang penahanan atas dirinya, kepada keluarganya atau
orang lain yang serumah dengan tersangka atau terdakwa ataupun orang
lain yang bantuaanya dibutuhkan oleh tersangka atau terdakwa untuk
mendapat bantuan hukum atau jaminan bagi penaggulangan (Pasal 59);
n.

Hak menghubungi dan menerima kunjungan dari pihak yang
mempunyai hubungan kekeluargaan atau lainnya dengan tersangka atau
terdakwa guna mendapat jaminan bagi penangguhan penahanan ataupun
untuk usaha mendapatkan bantuan hukum (Pasal 60);

o.

Hak secara langsung atau dengan perantaraan penasehat hukumnya
menghubungi atau menerima kunjungan sanak keluarganya dalam hal
yang tidak ada hubungannya dengan perkara (Pasal 61);

p.

Hak untuk mengirim surat kepada penasehat hukumnya, dan menerima
surat dari penasehat hukumnya dan sanak keluarganya (Pasal 62 ayat
(1));

Universitas Sumatera Utara

q.

Hak menghubungi dan menerima kunjungan dari rohaniawan (Pasal
63);

r.

Hak untuk mengusahakan dan mengajukan saksi atau seseorang yang
memiliki

keahlian

khusus

guna

memberikan

keterangan

yang

menguntungkan bagi dirinya (Pasal 65);
s.

Hak untuk tidak dibebani kewajiban pembuktian (Pasal 6)

t.

Hak untuk meminta banding terhadap putusan pengadilan tingkat
pertama (Pasal 67);

u.

Hak untuk menuntut ganti kerugian dan rehabilitasi (Pasal 68).

Apabila disinkronisasikan hukum nasional dan standar internasional
terhadap perlindungan terhadap anak dimana Negara dalam melakukan upaya
perlindungan anak yang standarnya diakui secara internasioanl dapat melakukan
ratifikasi

terhadap

konvensi-konvensi

internasional

tersebut,

dengan

menyesuaikan pada kondisi sosial yang ada di suatu negara tentunya. Indonesia
sendiri telah mengeluarkan dua undang-undang No. 3 Tahun 1997 tentang
Pengadilan Anak dan undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak.
Melihat substansinya dan jika dikaitkan dengan standar internasional
perlindungan anak, maka sebagaian besar hal-hal yang diatur di dalam konvensikonvensi tersebut di atur dalam kedua regulasi tersebut. Walaupun demikian
masih ada beberapa hal yang sebenarnya sangat urgen yang belum diatur dalam
regulasi indonesia, hal tersebut adalah upaya pencegahan kenakalan anak.
Pencegahan merupakan suatu usaha yang dilakukan sebelum terjadinya tindak

Universitas Sumatera Utara

pidana atau antisipasi mulai sejak dini (Preventif). Langkah pencegahan
kriminalitas yang dilakukan oleh anak haruslah bertitik tolak dari penyebab
terjadinya kriminalitas tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
langkah pencegahan tersebut adalah: 43
1 Menciptkan kondisi lingkungan masyarakat yang kondusif;
Adalah tanggung jawab suatu pemerintah dalam upaya menciptakan
lingkungan masyarakat yang kondusif, menciptakan masyarakat yang kondusif
tidak akan terlepas dari pembangunan ekonomi pun akan dapat berjalan dengan
baik jika dikawal oleh sistem hukum yang benar-benar baik.
Sementara dalam

mencegah terjadinya Anomie,

maka

negara perlu

mengakomodir kultur dalam masyarakat menjadi sebuah hukum yang mesti
dipertahankan dalam rangka menjaga norma-norma tersebut tetap utuh.
Organisasi masyarakat juga sudah selayaknya menghentikan pengotak-kotakan
masyarakat, khususnya dalam memberikan kesan buruk terhadap sebuah
komunitas tertentu.
2 Menciptakan lingkungan keluarga dan rumah tangga yag harmonis;
Keluarga merupakan pilar utama dalam memonitor perkembangan anak,
keluarga harus menjaga kedisiplinan anak namun pula haru dengan mengubah
cara pendekatan otoriter menjadi pendekatan yang persuasif kekeluargaan.
Namun demikian hal tersebut baru akan dapat tercapai apabila terjadi di
lingkungan keluarga yang harmonis.
3 Memberikan pendidikan moralitas, etika dan agama bagi anak.
43

http://justital. Worpress.com/2010/10/17/sinkronisasi-hukum-nasional-terhadapstandar-internasional-perlindungan-anak/ Diakses tanggal 2 Mei 2012. Jam. 15.00

Universitas Sumatera Utara

Pendidikan moralitas, etika dan agama selayaknya didapatkan oleh anak sejak
di linkungan keluarganya sebagai lingkungan yang paling bertanggung jawab
atas perkembangan etika anak. Selain pendidikan moral, etika dan agama
harusnya mendapatkan porsi lebih institusi pendidikan formal, sebagai harapan
agar pembelajaran atas etika betul-betul menjadi perhatian anak, jadi tidak
semata-mata hanya menjadi pelajaran sampingan yang disepelekan oleh anak.

B. Perlindungan Anak Pelaku Tindak Pidana Dalam Undang-Undang No. 3
Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak.
1. Tahap Pemeriksaan Penyidikan dan Penyelidikan
Pada hakekatnya ketentuan KUHAP tentang penyidikan didefenisikan
bahwa Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut
cara yang diatur dalam Undang-Undang ini (KUHAP) untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana
yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. 44 Tindakan itu dapat meliputi
pemanggilan
pengeledahan,

dan

pemeriksaan

pemanggilan,

saksi-saksi,

dan

penyitaan

pemeriksaan

alat-alat

tersangka,

bukti,

melakukan

penangkapan, melakukan penahanan, dan lain sebagainya. Sementara penyidik
sesuai dengan Pasal 1 angka 1 KUHAP, adalah Pejabat Polisi RI atau Pejabat
Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang
untuk melakukan penyidikan. Penyidikan yang dilakukan oleh pejabat kepolisian
negara RI bertujuan untuk menggumpulkan bukti guna menemukan apakah suatu

44

Pasal 1 butir 2 KUHAP

Universitas Sumatera Utara

peristiwa yang terjadi merupakan peristiwa pidana, dengan penyidikan juga
ditujukan untuk menemukan pelakunya. Setelah adanya penyidikan tahapan
selanjutnya dilakukan penyelididkan. Penyelidikan kasus pidana dilakukan oleh
kepolisian sesuai dengan KUHAP dan Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 tentang
Pengadilan Anak. Polisi dalam melakukan penyelidikan terhadap anak pelaku
tindak pidana harus memperhatikan berbagai ketentuan mengenai upaya
penanganan anak mulai dari penangkapan sampai proses penempatan. 45
Sebelum melakukan penyelidikan tentu harus diketahui terlebih dahulu
apakah telah terjadi suatu tindak pidana. Jalur untuk mengetahuinya adalah
melalui pengaduan, 46 laporan, 47 atau tertangkap tangan. 48
Berdasarkan Pasal 1 butir 5 KUHAP penyelidikan adalah serangkaian
tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga
sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan
menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang..
Secara umum berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 3 Tahun
1997 bahwa penyidikan terhadap pelaku tindak pidana anak hanya dapat
dilakukan apabila pelaku tindak pidana telah berusia 8 (delapan) tahun tetapi

45

Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Pengembangan Konsep Diversi dan
Restorative Justice. Bandung: Refika Aditama, 2009. Hlm. 85.
46
Pengaduan adalah pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yang berkepentingan
kepada pejabat yang berwenang untuk menindak menurut hukum seorang yang telah melakukan
tindak pidana adauan yang merugikannya. Pasal 1 butir 25 KUHAP
47
Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh seorang karena hak atau
kewajiban berdasarkan Undang-Undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah atau sedang
atau diduga akan terjadinya peristiwa pidana. Pidana 1 butir 24 KUHAP
48
Tertangkap tangan adalah tertangkapnya seorang pada waktu sedang melakukan tindak
pidana, atau sesaat kemudian diserukan oleh khalayak ramai sebagai orang yang melakukannya,
atau apabila sesaat kemudian padanya ditemukan benda yang diduga keras telah dipergunakan
untuk melakukan tindak pidana itu yang menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya atau turut
melakukan atau membantu melakukan tindak pidana itu. Pasal 1 butir 19 KUHAP

Universitas Sumatera Utara

belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun, terhadap anak dibawah umur
delapan tahun yang melakukan tindak pidana akan mendapat pembinaan dan
dikembalikan pada orang tua/wali.
Penyidikan terhadap anak dalam hal anak nakal dilakukan oleh Penyidik
Anak, yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Kepala Kepolisian RI atau
Pejabat yang ditunjuk olehnya. Dengan demikian Penyidikan Umum tidak dapat
melakukan penyidikan atas Perkara Anak Nakal, kecuali dalam hal tertentu,
seperti belum ada Penyidik Anak di tempat tersebut. Penyidikan terhadap anak
nakal berlangsung dalam suasana kekeluargaan, dan untuk itu penyidik wajib
meminta pertimbangan atau saran dari Pembimbing Kemasyarakatan sesuai
dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 1997. Diperiksa dalam suasana
kekeluargaan, berarti pada waktu memeriksa tersangka anak, penyidik tidak
memakai pakaian seragam/dinas, dan melakukan pendekatan secara efektif, aktif,
dan simpatik.
Suasana kekeluargaan itu juga berarti tidak ada pemaksaan, intimidasi atau
sejenisnya selama penyidikan. Salah satu jaminan terlaksananya suasana
kekeluargaan ketika penyidikan dilakukan, adalah hadirnya Penasehat Hukum,
disamping itu, karena yang disidik adalah anak, maka juga sebenarnya sangat
penting kehadiran orang tua/wali/orang tua asuhnya, agar tidak timbul ketakutan
atau trauma pada diri si anak. Apabila dipandang perlu, penyidik juga dapat
meminta pertimbangan atau saran dari ahli pendidikan, ahli kesehatan jiwa, ahli
agama, atau petugas kemasyarakatan lainnya. Sementara untuk kepentingan si
anak sendiri, maka proses penyidikan wajib dirahasiakan.

Universitas Sumatera Utara

Tindakan yang dapat dilakukan penyidik oleh seorang penyidik adalah
penangkapan, penahanan, mengadakan pemeriksaan di tempat kejadian,
melaksanakan penggeledahan, pemeriksaan tersangka dan interogasi, membuat
Berita Acara Pemeriksaan (BAP), penyitaan, penyimpanan perkara dan
melimpahkan perkara. 49
Berikut penjelasan prosedur yang dilakukan untuk anak pelaku tindak
pidana :
a. Penangkapan
Penangkapan adalah suatu tindakan Penyidik berupa pengekangan
sementara waktu kebebasan tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti
guna kepentingan penyidikan atau penuntutan dan atau peradilan dalam hal serta
menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang. 50 Adapun syarat-syarat untuk
melakukan penangkapan adalah sebagai berikut:
1. Syarat Formal :
a. Dilakukan oleh Penyidik POLRI atau oleh penyelidik atas perintah
penyidik;
b. Dilengkapi dengan Surat Perintah Penangkapan dari penyidik;
c. Menyerahkan Surat Perintah Penangkapan kepada tersangka dan
tembusannya kepada keluarganya.
Surat Perintah Penangkapan itu sendiri harus memenuhi formalitas, yakni
diberi tanggal, nomor surat, dan tanda tangan serta capinstasi yang menugaskan
penangkapan itu. Kemudian juga memuat identitas dari pejabat yang
49

Paramita dan Tamba BIT, perlindungan hak anak dalam proses peradilan pidana pada
tahap penyidikan, Jurnal Hukum no 1 Januari 2003, hlm.29.
50
Pasal 1 butir 20 KUHAP

Universitas Sumatera Utara

memerintahkan penangkapan itu. Surat Perintah Penangkapan itu juga memuat
identitas dari orang yang diperintahkan untuk ditangkap, sangkaan tindak pidana
yang dilakukannya dan tempat di mana ia akan dibawa untuk diperiksa. Uraian
tentang tindak pidana yang disangkakan dilakukan itu harus dibuat secara ringkas,
tegas, dan jelas. Akan tetapi dalam hal tertangkap tangan, maka penangkapan
dapat dilakukan oleh setiap orang tanpa membutuhkan surat perintah
penangkapan. Untuk itu secepatnya tersangka harus diserahkan kepada penyidik
terdekat.
b. Syarat Materil:
1) Ada bukti permulaan yang cukup (Pasal 17 KUHAP)
Bukti permulaan ini harus mengacu pada ketentuan Pasal 184 KUHAP,
yaitu berupa keterangan saksi, Keterangan Ahli, Surat, Petunjuk atau
Keterangan Terdakwa. Sementara hal-hal yang secara umum sudah
diketahui tidak perlu dibuktikan lagi.
2) Penagkapan paling lama untuk satu kali 24 jam.
Penangkapan hanya bisa dilakukan untuk paling lama satu kali 24 jam,
oleh karena itu apabila tenggang waktu itu sudah terlewati maka
penangkapan itu berubah menjadi penahanan.
Agar tenggang waktu itu dapat ditaati, maka sesuai ketentuan Pasal 122
KUHAP dalam waktu satu kali 24 jam sejak ditangkap, tersangka wajib diperiksa
oleh penyidik untuk menentukan apakah ada alasan untuk melakukan penahanan
atas diri tersangka atau tidak ?

Universitas Sumatera Utara

Penangkapan yang tidak memenuhi syarat formil maupun syarat materil
adalah tidak sah dan karenanya dapat diajukan ke praperadilan untuk menyatakan
ketidaksahannya dan sekaligus memintakan ganti kerugian atas penangkapan
itu 51.
Wewenang penagkapan dan penahanan terhadap anak menurut ketentuan
pasal 43 UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak menentukan bahwa
kegiatan yang berhubungan dengan penangkapan dan penahanan mengikut i
ketentuan Hukum Acara Pidana, (UU No. 8/1981 tentang KUHAP). Wewenang
penagkapan, harus memperhatikan asas hukum pidana, yaitu asas praduga tak
bersalah, untuk dihormati dan dijunjung tinggi sesuai dengan harkat dan martabat
anak sebagai kelompok yang tidak mampu atau belum mengetahui tentang
masalah hukum yang terjadi pada diri anak tersebut. Persoalan hukum yang
timbul dari proses penagkapan yang dilakukan Kepolisian sebagai penyidik dan
Kejasaan sebagai Penuntut Umum dalam penggunaan upaya paksa dilakukan dan
semata-mata harus memperhatikan ketentuan pasal 16, 52 17, 53 18, 54 dan 19
KUHAP 55. Di antaranya menyebutkan hal-hal sebagai berikut:
51

Darwan Prints. Hukum Anak Indonesia. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1997. Hlm.

39.
52

(1).Untuk kepentingan penyelidikan, penyelidik atas perintah penyidik berwenang
melakukan penagkapan
(2). Untuk kepentingan penyidikan, penyidik dan penyidik pembantu berwenang melakukan
penangkapan
53
Perintah penangkapan dilakukan terhadap seorang yang diduga keras melakukan tindak
pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup
54
(1) Pelaksanaan tugas penangkapan dilakukan oleh petugas kepolisian negra Republik
Indonesia dengan memperlihatkan surat tugas serta memberikan kepada tersangka surat perintah
penangkapan yang menvantumkan identitas tersangka dan meyebutkan alasan penangkapan serta
uraian singkat perkara kejahatan yang dipesangkakan serta tempat ia diperiksa
(2)dalam hal tertangkap tangan penangkapan dilakukan tanpa surat perintah, dengan ketentuan
bahwa penagkapan harus segera menyerahkan tertangkap beserta barang bukti yang ada kepada
penyidik atau penyidik pembantu yang terdekat.

Universitas Sumatera Utara

(1) Wewenang penagkapan
a. Untuk dapat menagkap seorang yang diduga telah melakukan tindak
pidana dipersyaratkan harus ada bukti permulaan (pendahuluan) yang
cukup untuk menduga orang tersebut sebagai pelaku kejahatan.
b. Jangka waktu hanya terbatas satu hari.
(2) Perintah penagkapan
a. Perintah penagkapan dilakukan terhadap seorang yang diduga melakukan
tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup.
b. Jangka waktunya terbatas satu hari.
Bentuk dasar penahanan KUHAP yang demikian ini, diperuntukan bagi
semua

subjek

hukum

yang

dipandang

telah

mampu

untuk

mempertanggungjawabkan perbuatan hukum. Persoalan baru akan muncul, yaitu
bentuk penangkapan terhadap seorang anak atau seorang yang belum dewasa. Jika
perilaku penagkapan dilakukan pada seorang anak maka akan timbul hak-hak
anak yang dilindungi oleh hukum sebagai akibat dari belum dewasa, akan menjadi
faktor pertimbangan yang prinsip bagi seorang penyidik dan penuntut umum
sebagai upaya untuk membatasi tindakan upaya paksa. Ditentukan sebagi faktor
pertimbanagan dikarenakan, pernyataan hukum telah melindungi status anak atau
orang yang belum dewasa sebagai unsur ex-officio dari penyidik dan penuntut
umum. Ketentuan pasal 5 UU No. 3 Tahun 1997 menentukan sebagai berikut.

55

(1)penangkapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, dapat dilakukan untuk paling
lama satu hari
(2) terhadap tersangka pelaku pelanggaran tidak diadakan penagkapan kecuali dalam hal ia telah
dipanggil secara sah dua kali berturut-turut tidak memenuhi panggilan itu tanpa alasan yang sah.

Universitas Sumatera Utara

(1) Dalam hal anak belum mencapai umur 8 (delapan) tahun melakukan atau
diduga melakukan tindak pidana, maka terhadap anak tersebut dapat
dilakukan pemeriksaan oleh penyidik.
(2) Apabila menurut hasil pemeriksaan, penyidik berpendapat bahwa anak
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) masih dapat dibina oleh orang tua,
wali, atau orng tua asuhnya penyidik menyerahkan kembali anak tersebut
kepada orang tua, wali atau orang tua asuhnya.
(3) Apabila menurut hasil pemeriksaan, penyidik berpendapat bahwa anak
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak dapat dibina lagi oleh orang
tua, wali, atau orang tua asuhnya, penyidik menyerahkan anak tersebut
kepada Departemen Sosial setelah mendengar pertimbangan dari
Pembimbing Kemasyarakatan. 56
b. Penahanan
Pada dasarnya semua orang yang menjadi tersangka dapat dilakukan
penahanan untuk kepentingan pemeriksaan, dengan maksud agar tersangka tidak
melarikan diri, menghilangkan barang bukti atau mengulangi lagi perbuatannya.
Dan penahanannya dapat dilakukan apabila perbuatan tersangka diancam pidana
penjara lima tahun ke atas.
Meskipun yang melakukan penahanan harus memperhatikan kepentingan
yang menyangkut pertumbuhan dan perkembangan anak baik fisik, mental

56

Maulana Hassan Wadong. Op.Cit. hlm. 63

Universitas Sumatera Utara

maupun sosial anak. Selain itu juga mempertimbangkan kepentingan
masyarakat misalnya dengan ditahannya tersangka anak akan membuat
masyarakat.57
Penahanan terhadap tersangka yang digolongkan oleh KUHAP dengan
Tahanan Rumah Negara, Tahanan Rumah (Keluarga), dan Tahanan Kota
mendapat dispensasi dari ketentuan-ketentuan yang dirumuskan oleh pasal 44
Undang-Undang No. 3/1997 tentang Pengadilan Anak, yaitu penahanan anak
yang melakukan tindak pidana harus diletakkan di tempat khusus di lingkungan
Rumah Tahanan Negara, atau Cabang Rutan dan diperbolehkan di tempat tertentu
yang disediakan untuk itu. Perbedaan status tahanan anak yang melakukan tindak
pidana dengan orang dewasa yang melakukan tindak pidana, dapat juga pada
skala waktu penahanan anak di rumah tahanan pada waktu pemeriksaan.
Penahanan terhadap seorang anak ditentukan dalam batas waktu 20 hari dengan
massa perpanjangan penahanan 10 hari; dalam jangka waktu 30 hari penyidik
sudah harus melimpahkan perkara anak tersebut ke Penuntut Umum. Berbagai
persoalan yang dihadapi hukum tentang masalah penahanan pada umumnya,
memberikan arti kepada petugas penegak hukum untuk merumuskan secara
transparan tentang masalah-masalah penahanan anak.
Penahanan terhadap anak yang melakukan tindak pidana, juga berkenaan
dengan batas waktu penahanan, ketentuan KUHAP telah merumuskan batas
waktu penahanan yang sangat efektif untuk masa penahanan dalam pemeriksaan,
penyidik, yaitu 20 hari dan diperpanjang lagi 20 hari. Hal ini berarti penahanan

57

Gatot Supramono. Op.Cit. hlm. 40

Universitas Sumatera Utara

anak yang ditentukan oleh UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, hanya
mengemukakan agar demi kepentingan hak-hak asasi anak dan perkermbangan
pendidikan anak maka pemeriksaan perkara tindak pidana anak ditetapkan untuk
secepatnya dan diprioritaskan terlebih dahulu dari pemeriksaan lain dengan batas
waktu penahanan paling lama 30 hari 1 bulan. Ini berarti bahwa sidang
pemeriksaan kasus tindak pidana anak masuk menjadi klasifikasi perkara SUMIR.
Dalam batas penalaran KUHAP tidak dapat menolak status untuk lebih
diutamakan pemeriksaan anak, baik dari anak nakal, anak terlantar, dan lain-lain,
terutama yang selalu menimbulkan masalah, yaitu anak-anak yang terkategori
sebagai berikut:
(a) anak nakal;
(b) anak terlantar;
(c) anak yang menjelang usia dewasa (pancaroba);
(d) gerombolan anak-anak nakal.
Anak yang melakukan tindak pidana dan perbuatan yang dilarang oleh
hukum, harus ditafsirkan sebagai ketidakmampuan akal (pikiran), fisik (badan)
atau moral dan mentalitas yang ada pada diri anak yang ditentukan oleh nilai
kodrat. Penahanan penyidik harus lebih mengklasifikasikan kedudukan anak yang
terlibat tindak pidana. Bukan ditetapkan pada anak nakal yang tidak melakukan
tindak pidana. Untuk itu, diperlukan penafsiran untuk mengkelompokkan
perbuatan-perbuatan anak yang lebih transparan dalam pengertian hukum.

Universitas Sumatera Utara

Kenyataan dimaksud untuk menghindari kesalahan penagkapan dan atau
penahanan terhadap hak-hak anak. 58

2. Tahap Pemeriksaan Penuntutan
a.

Penuntutan Umum Anak
Tahapan setelah penyidikan yaitu tahapan penuntutan, yang dijalankan

oleh penuntut umum. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana memuat
wewenang penuntut umum untuk menerima dan memeriksa berkas perkara
penyidikan dari penyidik atau penyidik pembantu. Setelah menerima dan
memeriksa berkas perkara, penuntut berkewajiban mengadakan prapenuntutan
apabila ada kekurangan pada penyidikan oleh pihak penyidik, dengan memberi
petunjuk dan arahan apa saja yang mesti mendapat penyempurnaan berkas
penyidikan dari penyidik. Apabila diperlukan untuk proses penyidikan penuntut
dapat melakukan perpanjangan penahanan, melakukan penahanan atau penahanan
lanjutan dan atau mengubah status tahanan setelah perkaranya dilimpahkan oleh
penyidik. 59
Pengertian tentang penuntutan dijelaskan dalam KUHAP pasal 1 butir 7
sebagai berikut: “Penuntutan adalah menuntut seorang terdakwa di muka hakim
pidana dengan jalan menyerahkan perkara seorang terdakwa dengan berkas
perkaranya kepada hakim, dengan permohonan, supaya hakim memeriksa dan
kemudian memutuskan perkara pidana itu terhadap terdakwa”. 60

58

Maulana Hassan Wadong. Op.Cit. hlm. 67
Marlina. Op.Cit. hlm. 103
60
Pasal 1 butir 7 KUHAP
59

Universitas Sumatera Utara

Penuntut umum deberi wewenang untuk menahan (penahanan lanjutan)
guna kepentingan penuntutan paling lama 10 hari (Pasal 46 ayat (2) Undangundang Pengadilan Anak). Dalam menahan tersangka di tingkat penuntutan,
penuntut umum anak wajib mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh bahwa
penahanan tersebut dilakukan kepentingan anak dan kepentingan masyarakat. Dan
pertimbangan tersebut harus dinyatakan secara tegas dalam surat perintah
penahanan (Pasal 45 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Pengadilan Anak)
Apabila dalam masa penahanan tersebut (10 hari) penuntut umum belum
dapat menyelesaikan tugasnya, maka atas permintaan penuntut umum penahanan
dapat doperpanjang oleh Ketua Pengadilan Negeri yang berwenang untuk paling
lama 15 hari. Dengan total waktu 25 hari penuntut umum harus dapat
melimpahkan berkas perkara anak kepada pengadilan negeri. Jika waktu tersebut
terlampaui dan berkas perkara juga belum dilimpahkan oleh penuntut umum
akibatnya tersangka harus dikeluarkan dari tahanan demi hukum.
Penuntutan dikaitkan dengan prapenuntutan terlihat adanya hubungan
yang erat antara Jaksa Penuntut Umum dengan pihak Penyidik dalam penanganan
kasus pidana. Jaksa Penuntut Umum berwenang mengembalikan berkas perkara
kepada penyidik dengan tujuan penyempurnaan penyidikan yang disebut dengan
prapenuntutan. Tugas penyidik selesai apabila berkas perkara dinyatakan sudah
lengkap (telah diterbitkan P-21), berakhirlah masa prapenuntutan beralih menjadi
penuntutan.
Berkas yang diterima dari penyidik telah sempurna selanjutnya penuntut
harus membuat surat dakwaan sesuai dengan Pasal 140 ayat (1) KUHAP. Dalam

Universitas Sumatera Utara

membuat suarat dakwaan yang harus dipedomani oleh penuntut umum adalah
Pasal 143 KUHAP terutama ayat (2) dan ayat (3)-nya. Bahwa surat dakwaan
harus memenuhi syarat formil dan syarat materil. Yang dimaksud dengan syarat
formil adalah: 61
a. Diberi tanggal dan ditandatangani.
b. Memuat mengenai identitas terdakwa secara lengkap, seperti:
1) Nama lengkap;
2) Tempat lahir;
3) Umur atau tanggal lahir;
4) Jenis kelamin;
5) Kebangsaan;
6) Tempat tinggal
7) Agama dan pekerjaan terdakwa
Kemudian mengenai syarat materil surat dakwaan adalah sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHP, bahwa dalam surat dakwaan
penuntut umum memuat: 62
a.

Cermat

b.

Cermat berarti, bahwa surat dakwaan itu dipersiapkan sesuai dengan UndangUndang yang berlaku bagi terdakwa, tidak terdapat kekurangan atau
kekeliruan, misalnya: 63
1) Apakah ada pengaduan dalam hal delik aduan?
2) Apakah penerapan hukum/ketentuan pidananya sudah tepat;
61

Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP
Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP
63
Darwan Prints, Op. Cit., hlm. 51
62

Universitas Sumatera Utara

3) Apakah terdakwa dapat dipertanggungjawabkan? Perhatikan ketentuan
Pasal 44, 48, 49, 50 dan 51 KUHAP.
4) Apakah belum daluwarsa?
5) Apakah tidak nebis un idem ?
Dalam hal ini perlu juga diperhatikan, apakah terjadi pelanggaran
Hukum Acara Pidana (KUHAP) ketika memperoses pembuatan Berita
Acara Pemeriksaan atau tidak? Apakah tersangka/terdakwa ketika
disidik didampingi oleh penasehat hukum atau tidak? Ini terutama
sekali dalam hal-hal yang diwajibkan oleh Pasal 56 KUHAP.
c.

Jelas
Jelas berarti, bahwa surat dakwaan harus mampu merumuskan semua unsurunsur delik yang didakwakan dan uraian perbuatan materil yang dilakukan oleh
terdakwa.

d.

Lengkap
Lengkap berarti, bahwa surat dakwaan harus mencakup semua unsur-unsur
yang ditentukan KUHAP, seperti:
1) Locus delicti (tempat kejadian tindak pidana), dan
2) Tempus delicti (waktu terjadinya tindak pidana).
Apabila tidak memenuhi syarat tersebut maka surat dakwaan itu akan

batal demi hukum sesuai dengan Pasal 143 ayat (3) KUHAP yaitu “surat dakwaan
yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b

Universitas Sumatera Utara

batal demi hukum”. Setelah itu surat dakwaan tersebut harus ditanda tangani oleh
penuntut umum. 64
Surat dakwaan yang sudah dilimpahkan ke pengadilan, dapat dirubah oleh
penuntut umum sebelum pengadilan menetapkan hari sidang. Perubahan itu
dimaksud untuk