Bibel Kring Panangkasi Di Kecamatan Lumban Julu Tahun 1959-2007

BAB II
GAMBARAN UMUM KECAMATAN LUMBANJULU

2.1 Kondisi geografis Kecamatan Lumbanjulu
Kecamatan Lumbanjulu adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Toba
Samosir

yang

dimekarkan

dari

Kabupaten

Tapanuli

Utara

pada


tahun

1999.Kecamatan Lumbanjulu terletak pada 2º 29’ - 2º 39’ LU dan 99º 02’ - 9º 15’ BT
dan terletak pada ketinggian 900 s/d 1.200 m dpl dengan curah hujan rata-rata 2.200
mm/tahun serta keadaan iklim sedang/sejuk dengan temperatur udara berkisar 26ºC 28ºC. Batas-batas wilayah kecamatan Lumbanjulu adalah sebagai berikut :


Sebelah Utara

: Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Asahan,



Sebelah Selatan

: Danau Toba,



Sebelah Timur


: Kabupaten Asahan,



Sebelah Barat

: Danau Toba. 7

Luas wilayah Kecamatan Lumbanjulu 14.220 Ha. Lahan dikecamatan
lumbanjulu yang lebih luas adalah hutan. Selain itu lahan dikecamatan ini juga
digunakan masyarakat untuk lahan pertanian mereka. Penggunaan lahan di kecamatan
lumban julu dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

7

Profil Kecamatan Lumbanjulu2016, hal. 4.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 1
Luas wilayah Kecamatan Lumbanjulu menurut penggunaan lahan
No

Lahan

Luas (ha)

1

Sawah

2.010

2

Sawah Kering

3.114


3

Perkampungan

101

4

Hutan

7.170

5

Lain-lain

1.625

Sumber : Monografi Kecamatan Lumban Julu tahun 1987.


Pusat pemerintahan Kecamatan Lumbanjulu yakni di Desa Pasar Lumbanjulu.
Kecamatan Lumbanjulu terdiri dari 54 desa 8 yaitu:
1.

Siregar Aek Nalas

2.

Pardomuan Sigaol

3.

Pardamean Sigaol

4.

Aek Mual

5.


Siganjang-ganjang

6.

Hutagurgur

7.

Narom Barat

8

Data Monografi Kecamatan Lumbanjulu tahun 1988.

Universitas Sumatera Utara

8.

Narom Tengah


9.

Narom Timur

10. Sibuntuon Toruan
11. Sibuntuon Dolok
12. Dolok Saribu Janji Matogu
13. Partor Janji Matogu
14. Parbagasan Janji Matogu
15. Partoruon Janji Matogu
16. Parhabinsaran Janji Matogu
17. Lumban Binanga
18. Dolok Nagodang
19. Parik
20. Lumban Nabolon
21. Lumban Holbung Lumban Nabolon
22. Dolok Saribu Lumban Nabolon
23. Sampuara
24. Sibadihon
25. Nagatimbul

26. Lumban Sitorus
27. Lumban Sirait
28. Lumban Sangkalan
29. Partoruon Lumban Lobu

Universitas Sumatera Utara

30. Pasar Lumban Lobu
31. Pardolok Lumban Lobu
32. Silombu
33. Silalahi Sabungan
34. Sihiong
35. Jangga Toruan
36. Jangga Dolok
37. Sibaruang
38. Hatinggian
39. Lintong Julu
40. Pasar Lumban Julu
41. Sionggang Utara
42. Sionggang Tengah

43. Sionggang Selatan
44. Parsaoran Sibisa
45. Pardamean Sibisa
46. Simarata Motung
47. Motung
48. Pardomuan Motung
49. Sirungkungon
50. Horsik
51. Sigapiton

Universitas Sumatera Utara

52. Parsaoran Ajibata
53. Pardomuan Ajibata
54. Pardamean Ajibata.

2.2 Demografi
Jumlah penduduk di kecamatan Lumbanjulu yakni 12.996 jiwa. 9 Berikut akan
diterangkan melaluit tabe-tabel dibawah ini.


Tabel 2
Jumlah Penduduk di Kecamatan Lumbanjulu menurut umur
No

Umur (tahun)

Jiwa

1

0–5

2.306

2

6 – 10

2.336


3

11 – 16

2.317

4

17 – 55

1.937

5

56 keatas

4.100

JUMLAH

12.996

Sumber: Monografi Kecamatan Lumbanjulu tahun 1987

9

Monografi (Data Potensi) Kecamatan Lumbanjulu tahun 1987.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3
Jumlah Penduduk menurut pendidikan
No

Pendidikan

Jiwa

1

SD

4.648

2

SLTP

1.917

3

SLTA

325

4

Akademi

19

5

Tidak Sekolah

9.087

Jumlah

12.996

Sumber: Monografi Kecamatan Lumbanjulu tahun 1987

Tabel 4
Jumlah penduduk menurut Pekerjaan
No

Pekerjaan

Jumlah (orang)

1

Petani

6.167

2

Pedagang

15

3

Pensiun

52

4

Pegawai Negeri

243

5

ABRI

20

Sumber: Monografi Kecamatan Lumbanjulu tahun 1987

Universitas Sumatera Utara

2.3

Mata Pencaharian
Masyarakat di kecamatan Lumbanjulu mayoritas bermata pencaharian di

sektor pertanian seperti yang tedapat di tabel III. Dengan luas lahan yakni:




Untuk Sawah : 2.010 Ha
Sawah Kering : 3.114 Ha

Untuk hasil produksinya, masyarakat lebih banyak menghasilkan Padi. Hasil
lainnya yaitu jagung, kacang, ubi, kopi, kemenyan, tanaman buah dan tanaman sayur.
Selain itu masyarakat juga ada yang beternak. Komoditas ternak merupakan
salah satu prioritas dalam rangka mencapai tujuan pengembangan sub sektor
peternakan. Hasil usaha dari upaya tersebut akan memberikan kontribusi yang besar
dalam program diversifikasi pangan dan gizi.Adapun Hewan yang diternak oleh
masyarakat kecamatan lumbanjulu adalah beternak Kerbau, Sapi, Kambing, babi,
Kuda dan Ayam kampung.

2.4 Sistem kepercayaan
Dikecamatan Lumbanjulu terdapat beberapa sistem kepercayaan (Agama)
meliputi agama Islam, Kristen protestan, Katolik dan aliran lainnya termasuk aliran
Kegamaan Bibel Kring panangkasi. Masyarakat di kecamatan ini mayoritas memeluk
agama Kristen Protestan seperti yang terlihat pada jumlah penduduk tahun 1987,
jumlah pemeluk agama Kristen Protestan ada sebanyak 12.699 dari 12.996 penduduk
di Kecamatan Lumbanjulu. Berikut adalah tabel penduduk menurut Agama:

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5
Penduduk Kecamatan Lumbanjulu menurut Agama
No

Agama

Jumlah (Orang)

1

Islam

75

2

Kristen Protestan

12.699

3

Khatolik

168

4

Lain-lain

54

Sumber: Monografi Kecamatan Lumbanjulu tahun 1987

2.5

Sarana Dan Prasarana

2.5.1 Sarana Pendidikan
Pembangunan sektor pendidikan merupakan kunci keberhasilan dan
merupakan investasi peningkatan SDM. Sampai awal tahun 1983, pendidikan tingkat
Sekolah Dasar sudah memadai di Kecamatan ini. 10 Namun, pendidikan Menengah
Tingkat Pertama terasa masih sangat kurang . Jumlah SD pada tahun 1983 ada 46
sekolah namun jumlah SMP dikecamatan ini hanya ada 3 sekolah dengan daya
tampung sekitar 500 orang murid baru per tahun. Sehingga pendidikan terakhir
masyarakat di Kecamatan ini dominan SD dibanding SMP.
Di Kecamatan Lumbanjulu hingga tahun 1983 tidak terdapat Sekolah
Menengah Tingkat Atas (SMTA) Negeri selain SMTA swasta yang berlokasi di

10

M.P. Situmorang, Mengenal Daerah Kecamatan Lumbanjulu, (Lumbanjulu, 1987), hal. 67.

Universitas Sumatera Utara

lintong julu yang baru dibuka pada tahun 1983 dengan jumlah murid 52 orang. 11
Dikecamatan ini sangat sedikit murid SMP yang melanjut ke SMTA swasta tersebut
akibat kurangnya tenaga pengajar yang bermutu disamping mahalnya SPP yang harus
dibayarkan oleh orang tua.
Selain pendidikan formal, pendidikan non formal juga dikembangkan di
kecamatan ini. Disamping menambah keterampilan dalam berbagai bidang,
pendidikan non formal juga mengambil peranan dalam pembinaan mental spiritual.
Pendidikan non formal itu diantaranya kegiatan-kegiatan dalam bidang kepramukaan,
perkumpulan olahraga, kesenian dan sebagainya.

2.5.2 Sarana Kesehatan
Pembinaan dan Pengawasan Pemeliharan Kesehatan Masyarakat dan
Lingkungan, dilaksanakan dan bekerjasama dengan Pimpinan Puskesmas Kecamatan
Lumbanjulu, melaksanakan koordinasi setiap bulannya tentang apa yang diharapkan
masyarakat dan apa yang harus dikerjakan, sehingga masyarakat tidak ada yang sakit
sesuai dengan program pemerintah. Pada tahun 1987 masih terdapat 1 buah
puskesmas di kecamatan lumbanjulu. 12

11
12

Ibid
Monografi (Data Potensi) Kecamatan Lumbanjulu tahun 1987.

Universitas Sumatera Utara

2.5.3 Sarana Ibadah
Mayoritas Rumah Ibadah di Kecamatan Lumbanjulu adalah gereja. Dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 6
Jumlah Sarana Ibadah di Kecamatan Lumbanjulu
No

Tempat Ibadah

Jumlah

1

Mesjid

4

2

Gereja

21

Sumber: Monografi Kecamatan Lumbanjulu tahun 1987

2.6 Sistem Kebudayaan dan Sosial
Sebagaimana umumnya orang batak dimanapun berada tidak dapat dipisahkan
dari kebudayaannya. Maka di kecamatan ini pun penduduk termasuk anggota
masyarakat yang terikat dengan kebudayaan yang telah lama ada. Kebudayaan yang
langgeng dan unggul adalah kebudayaan yang bersatu-padu antara kebudayaan
kerohanian dengan kebudayaan kemasyarakatan. 13 Contoh seperti kebudayaan
Debata Mulajadi Nabolon 14 dengan Dalihan Natolu 15 pada suku bangsa Batak Tobatua. Kebudayaan Jawa-Hindu pada suku jawa dan lain sebagainya. 16

13

Batara Sangti, Sejarah Batak, (Balige: Karl Sianipar Company, 1977), hal. 30.
Masyarakat Batak Toba menamai Allahnya dengan Mulajadi Nabolon. Mulajadi Nabolon
merupakan komposisi dari 3 kata yaitu mula, jadi dan bolon. Mula berarti awal atau permulaan, jadi
14

Universitas Sumatera Utara

Pola kebudayaan adat Dalihan Natolu masih tetap bertahan dan berkembang
mengikuti jaman karena dari masa ke masa senantiasa ditingkatkan dan ditarafkan
sesuai dengan perkembangan kondisi dan situasi, berdasarkan hasil gotong royong
musyawarah Lembaga-lembaga masyarakat hukum adat Dalihan Natolu. Disinilah
keunikan pola kebudayaan Dalihan Natolu. Acara Kebudayaan seperti Upacara
Perkawinan, Melahirkan, memberi nama, meninggal dunia, mendirikan tambak dan
Benda-benda budaya seperti Gendang. Rumah-rumah adat juga masih terdapat
dikecamatan Lumbanjulu yaitu di desa Naga Timbul, Lumban Sirait, Jangga dolok,
Silalahi Sabungan, Lumban Sangkalan, Lumban Nabolon, Janji Matogu dan
sebagainya. 17
Dengan adanya falsafah Dalihan Natolu yang merupakan norma dan nilai
pokok dari kehidupan sosial masyarakat, maka diwilayah kecamatan ini keadaan
sosial kemasyarakatan berjalan baik. Didalam Implementasinya, jelas terlihat bahwa
inti dari falsafah Dalihan Natolu itu adalah sifat kegotong-royongan. Selain ikatan
kekeluargaan yang diwujudkan dalam Dalihan natolu, diwilayah ini masih terdapat
lagi bentuk organisasi sosial seperti Serikat Tolong Menolong (STM), Sarikat
Sarimatua, Sarikat Parsahutaon dan sebagainya. 18 Organisasi Sosial ini sangat

berarti menjadi, sedangkan bolon merupakan besar dan agung. Jadi Mulajadi Nabolon diartikan
sebagai pemula agung genesis.
15
Dalihan Natolu adalah falsafah hidup orang batak sebagai sistem kekerabatan yang bertahan
hingga saat ini. Dalihan Natolu itu mengandung tiga pihak yang sama kuat dalam menjadi satu
kesatuan yang seimbang. Ketiganya terdiri dari Somba Marhula-hula, Manat Mardongan Tubu dan
Elek marboru
16
Ibid
17
M.P. Situmorang, op.cit, hal. 79.
18
Ibid

Universitas Sumatera Utara

banyak ditemui dikecamatan ini. Hubungan sosial di kecamatan ini memang masih
terlihat baik. Hal ini juga dipicu karena dikecamatan ini masyarakatnya mayoritas
bersuku batak toba. Selain itu, kecamatan ini juga masih keturunan satu kelompok
marga yaitu kelompok toga narasaon.
Suku-suku atau marga-marga yang terdapat di wilayah ini adalah Kelompok
toga narasaon yaitu Manurung, Sitorus, Sirait dan Butar-butar dan merupakan
kelompok marga terbesar. Kemudian disusul dengan kelompok Silahi Sabungan yaitu
Tambunan, Dolok Saribu, Sinurat, Naiborhu dan Nadapdap. Kelompok yang terkecil
ialah kelompok Siraja Lontung yaitu Sinaga, Siregar, gultom, Gurning dan
sebagainya.

Universitas Sumatera Utara