Bibel Kring Panangkasi Di Kecamatan Lumban Julu Tahun 1959-2007

(1)

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Lomo Samosir Umur : 91 Tahun Pekerjaan : Petani Alamat : Tiga Dolok 2. Nama : Polmer Sitorus

Umur : 38 Tahun

Pekerjaan : Kepala Desa Aeknatolu Jaya Alamat : Desa Aeknatolu Jaya

3. Nama : Sodenti Pardede Umur : 32 Tahun Pekerjaan : Petani

Alamat : Hutaraja, Lumbanjulu 4. Nama : Lamhot Sijabat

Umur : 28 Tahun Pekerjaan : Petani

Alamat : Hutaraja, Lumbanjulu 5. Nama : Royalek Rajagukguk

Umur : 26 Tahun Pekerjaan : Petani


(2)

6. Nama : Raigen Nainggolan Umur : 40 Tahun

Pekerjaan : Petani

Alamat : Desa Aeknatolu Jaya 7. Nama : Anten Silalahi

Umur : 52 Tahun Pekerjaan : Petani

Alamat : Desa Aeknatolu Jaya 8. Nama : Ruslina Sitorus

Umur : 58 Tahun Pekerjaan : Petani

Alamat : Desa Aeknatolu Jaya 9. Nama : Jifles Sirait

Umur : 25 Tahun Pekerjaan : Polisi

Alamat : Pea Limut, Lumbanjulu 10.Nama : Meslyana Tamba

Umur : 42 Tahun Pekerjaan : Wirausaha


(3)

11.Nama : Tiur Manurung Umur : 67 Tahun Pekerjaan : Petani

Alamat : Desa Aeknatolu Jaya 12.Nama : Riani Sirait

Umur : 50 Tahun Pekerjaan : Petani


(4)

(5)

LAMPIRAN 1

FOTO GEREJA HKBP TIGA DOLOK

Sumber: Koleksi Pribadi


(6)

LAMPIRAN II

FOTO-FOTO PENGANUT BIBEL KRING PANANGKASI Penatua dan penyebar sekte Bibel Kring Panangkasi

L. Samosir


(7)

Foto Salah Satu Keluarga Penganut Bibel Kring Panangkasi di Kecamatan Lumbanjulu


(8)

LAMPIRAN III

FOTO-FOTO RUMAH PENGANUT BIBEL KRING PANANGKASI Rumah L. Samosir di Tiga Dolok


(9)

Rumah salah satu penganut Bibel Kring Panangkasi di Kecamatan Lumbanjulu


(10)

Lampiran IV

PetaLokasiPenelitian

LokasiPenelitian

Sumber: wikipedia, ensiklopedia bebas, https:// id. Wikipedia,org/Lumbanjulu, diakses pada tanggal 10 April 2017, Jam 11.00.Wib.


(11)

DAFTAR PUSTAKA

Adat Istiadat Daerah Sumatera Utara, Medan: Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, 1976.

Alkitab Indonesia, Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.

Berkala Arkeologi “Sangkhakala”, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Medan: Balai Arkeologi Medan, 2006

Fazlur, Muhammad, Islam dan Kristen dalam Dunia Modern, Jakarta: Bumi Aksara, 1998.

Gultom, Nesrawaty, Tinjauan historis komunitas penganut Bibel Kring Panangkasi di Desa Sionggang Utara Kecamatan Lumbanjulu Kabupaten Toba Samosir, Skripsi Sarjana, Medan: Universitas Negeri Medan, 2012.

Hamid, Azhar, Reka Cipta dan Inovasi Dalam Perspektif Kreativiti, Johor: Universiti Teknologi Malaysia, 2006.

Kantor Camat Lumbanjulu, Data Umum Kecamatan Lumbanjulu, 1988.

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995. Panjaitan, Binsar, dkk, Operasional Prosedur Penelitian, Medan: Penerbit Poda,

2012.

Samosir, L, Sejarah Bibel Kering Panak Kasih, Tiga Dolok: tanpa penerbit, 2003. Sangti, Batara, Sejarah Batak, Balige: Karl Sianipar Company, 1997.

Situmorang, M.P, Mengenal Daerah Kecamatan Lumbanjulu, Lumbanjulu: Tanpa Penerbit, 1987.

Simanjuntak, Bungaran Antonius, Konflik Status Dan Kekuasaan Orang Batak toba, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011.

Simandjuntak, BA, Pemikiran Tentang Batak, Medan: Pusat Dokumentasi Dan Pengkajian Kebudayaan Batak, 1986.


(12)

Soejono, dkk, Sejarah Nasional Indonesia, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1984.


(13)

BAB III

BIBEL KRING PANANGKASI DI KECAMATAN LUMBANJULU

3.1 Sejarah Bibel Kring Panangkasi

Bibel Kring panangkasi adalah sebuah Aliran keagamaan yang merupakan perpecahan dari gereja HKBP Tiga Dolok.19Bibel Kring Panangkasi ada sejak tahun 1944 yang digerakkan oleh Pilemon Simatupang. Pilemon Simatupang adalah seorang guru SD di Balata dan juga seorang pengurus gereja di HKBP Tiga Dolok. Awal terbentuknya komunitas ini karna banyak masyarakat yang resah akan keadaan pada masa Perang Dunia ke II. Sehingga mereka lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta dengan rajin beribadah ke gereja. Namun khotbah di gereja kurang memberi ketenangan bagi umat. Hal ini memicu pengurus gereja untuk lebih mendalami Alkitab. Sehingga seusai ibadah pengurus gereja, guru umat dan pendeta berkumpul di rumah-rumah untuk menyelidiki dan mendalami Alkitab.20

Dalam pendalaman Alkitab tersebut mereka mendapat pandangan baru dan menyimpulkan bahwa yang terjadi dan yang akan terjadi telah tertulis disana. Seperti keadaan masa perang dunia ke II mereka mengatakan menemukan faktayang tertulis di Alkitab pada 2 Tawarikh 15 : 6 yaitu Bangsa menghancurkan Bangsa, Kota menghancurkan Kota, karna Allah mengacaukan mereka dengan berbagai

19

Tiga Dolok merupakan salah satu desa di Kecamatan Dolok Panribuan Kabupaten Simalungun.

20


(14)

kesesakan.21

Setelah Proklamasi Kemerdekaan, pengikut Bibel Kring Panangkasi semakin berkembang dan menyebar ke Tiga Dolok yang dekat dengan Kota Balata.

Dari naats tersebut mereka semakin menyelidiki isi Alkitab yang kemudian menemukan bahwa banyak penyimpangan dalam gaya hidup dan dalam gereja. Gaya hidup dan gaya dalam gereja mereka anggap terlalu menonjolkan kenikmatan duniawi. Kepemimpinan dalam gereja, alat musik dan tata ibadah yang lebih mengarah terhadap kenikmatan duniawi dibanding mengarah terhadap Alkitab. Kemudian pemikiran mereka tersebut mereka bawa kedalam gereja dan memprotes segala aturan yang salah dengan alasan yang jelas dari Alkitab. Dalam pembawaan ini, ada yang menerima dan banyak yang menolak.

Pada hari minggu selanjutnya, salah satu diantara kelompok tersebut dipulangkan (tidak diterima) di gereja.Hal ini membuat 1 kelompok tersebut memutuskan untuk tidak pergi ke Gereja lagi. Mereka pun akhirnya mengasingkan diri dan membentuk komunitas sendiri yaitu Bibel Kring Panangkasi yang berkumpul dirumah-rumah pada hari minggu untuk mendalami Alkitab. Komunitas ini memiliki tujuan untuk hidup sesuai dengan Alkitab baik dalam pekerjaan, perbuatan dan perkataan.

22

21

Isi Alkitab dari 2 Tawarikh 15 : 6 adalah Bangsa menghancurkan Bangsa, Kota menghancurkan Kota, karna Allah mengacaukan mereka dengan berbagai kesesakan.

22

L. Samosir, op.cit, hal. 2.

Didaerah tiga dolok pengikut komunitas ini sangat banyak. Didaerah tiga dolok yang ikut bergabung juga pendeta, sintua dan masyarakat sekitar termasuk pemuda yaitu L. Samosir. Meskipun Indonesia sudah merdeka, Belanda kembali lagi menjajah dan


(15)

menguasai daerah-daerah di Indonesia yaitu tahun 1946-1949. Pada masa itu banyak yang tersiksa, dibunuh dan dipenjara. Komunitas Bibel Kring Panangkasi juga banyak yang ditahan karena menolak pemberian Belanda berupa makanan dan pakaian. Mereka menolaknya karena menilai pemberian Belanda itu adalah pemberian politik bukan pemberian hati ikhlas23

1. L. Samosir

. Mereka yang ditahan yaitu :

2. J. Saragi 3. F. Sitepu 4. J. Manik 5. K. Gultom 6. E. Manurung 7. M. Manurung.

Namun setelah memberi keterangan bahwa mereka tidak menerima pemberian itu karna alasan di Alkitab tertulis pada Amsal 23:6-7.24

Karena banyaknya peraturan dalam negara seperti harus memiliki KTP pada masa itu, mereka tidak mau memiliki dan menggunakannya. Mereka menganganggap orang menggunakan KTP sebagai penyelamat. Karna tidak mematuhi peraturan, mereka kembali ditangkap. Ketua dari komunitas inipun dicari namun mereka

“Karena penjelasan tersebut, merekapun akhirnya dibebaskan dari tahanan.

23

Ibid, hal. 26. 24

Isi Alkitab dari Amsal 23:6-7 adalah Jangan makan roti yang kikir, jangan ingin makanannya yang lezat. Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia “silakan makan dan minum” katanya kepadamu, tetapi ia tidak tulus hati kepadamu.


(16)

menerangkan bahwa tidak ada ketua dalam komunitas mereka. Mereka disiksa dan tetap bertahan dengan keterangan mereka bahwa tidak ada Ketua dan tidak ingin memiliki KTP karna kepercayaan bukan politik. Lomo Samosir menjadi sasaran utama yang disiksa dan dipaksa bahkan diancam ditembak mati agar memberitahukan siapa ketua komunitas mereka karena beliau yang sangat aktif dalam komunitas Bibel Kring Panangkasi di Tiga Dolok. Setelah diteliti oleh polisi kebenarannya, akhirnya L. Samosir dibebaskan dari tahanan dengan permintaan maaf.

Gaya hidup Bibel Kring Panangkasi yang juga tidak mau menghormat bendera mendapat tantangan bagi Pilemon Simatupang yang merupakan penggerak komunitas ini. Beliau adalah seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang merupakan Guru SD. Beliau diperingati karna tidak mengikuti aturan negara namun menerima gaji dari negara. Karena peringatan tersebut, Pilemon Simatupang mengajukan dalam komunitas agar kembali mengikuti peraturan negara. Terjadilah perdebatan didalam komunitas tersebut yang membuat komunitas ini pecah dari Pilemon Simatupang. Pilemon Simatupang pun keluar dari komunitas tersebut dan kembali ke gereja lama. Yang aktif dalam penyebaran selanjutnya adalah L. Samosir. Beliau diajak oleh praeses25

25

Praeses adalah pimpinan distrik menurut aturan dan peraturan HKBP. Tugas praeses adalah

memimpin distrik bersama-sama dengan para bidang, menyusun rencana strategis dan program kerja tahunan di distrik sesuai dengan keputusan sinode agung, membimbing dan mengawasi semua kegiatan yang berkenaan dengan kerohanian, meresmikan jemaat-jemaat dan resort-resort baru yang sudah ditetapkan oleh pimpinan HKBP, mengunjungi jemaat-jemaat dan memimpin pesta jubileum jemaat, dan menyelesaikan masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh majelis resort.

untuk ikut berkhotbah kedaerah-daerah seperti Samosir dan Siantar. Hal ini juga membuat perkembangan yang baik untuk komunitas mereka sehingga menyebar kedaerah lain yaitu:


(17)

- Simanindo - Simbolon - Tamba - Siantar - Kanopan - Bombongan - Kerasaan - Perdagangan - Aeknatolu - Lumbanjulu26

3.2 Masuknya Bibel Kring Panangkasi ke Kecamatan Lumbanjulu

Sebelum Indonesia merdeka, diwilayah Kecamatan ini telah ada dan berkembang agama Kristen Protestan, Khatolik dan aliran kepercayaan parmalim. Masuknya agama Kristen Protestan dan Roma Katolik pada mulanya adalah dibawa oleh missionar-missionar dan pastor-pastor berkebangsaan Jerman, Belanda dan Italia. Sedangkan Parmalim adalah kepercayaan yang tumbuh dan dikembangkan oleh orang Batak sendiri. Kemudian agama Islam pun masuk ke wilayah kecamatan ini dan mengalami perkembangan yang sangat pesat sekali.27

26

Ibid, hal. 7.

27


(18)

Setelah Indonesia merdeka, perkembangan agama-agama semakin terbuka diwilayah ini sehingga pada saat iniberbagai sekte-sekte agama Kristen terdapat di wilayah Kecamatan ini. Pada mulanya seluruh sekte-sekte kelompok protestant tersebut berasal dari HKBP sebagai agama tertua diwilayah Kecamatan ini. Hal ini disebabkan karna terdapatnya perbedaan pandangan theologis dan dogmatis mengakibatkan mereka berpisah sehingga lahirlah sekte-sekte baru dari agama induknya.28

1. Huria kristen Batak Protestan (HKBP), adalah agama tertua dan terbesar di Kecamatan Lumbanjulu.

Adapun agama-agama yang ada di kecamatan Lumbanjulu sebelumnya yaitu:

2. Roma Katolik (RK)

3. Gereja Pentakosta Indonesia (GPI) 4. Gereja Pentakosta di Indonesia (GPDI) 5. Gereja Masehi Advent (Adventis) 6. Sidang Jemaat Allah

7. Gereja Bethel Indonesia (GBI) 8. Islam

9. Parmalim.29

28

Ibid

29


(19)

Bibel Kring Panangkasi ada di kecamatan Lumbanjulu sejak tahun 1959.30

1. Pandis Sinurat

Lomo Samosir mengajak kerabatnya dari kecamatan Lumbanjulu yaitu:

2. Jesayas Pardede

untuk ikut berkumpul saat Bibel Kring Panangkasi ingin melaksanakan ibadah. Selesai berkumpul dan beribadah, mereka menjadi tertarik untuk ikut dalam komunitas Bibel Kring Panangkasi. Mereka belajar untuk mendalami Alkitab. Setelah mahir, Lomo Samosir mengarahkan mereka agar berkhotbah dan mengajak saudara-saudaranya yang di Kecamatan Lumbanjulu untuk bergabung. Yang ikut bergabung juga mengajak keluarga dan kerabat mereka sehingga penganut komunitas ini bertambah banyak di Kecamatan Lumbanjulu.

Pada tahun 1971, Pandis Sinurat meneteskan darah terakhir karena tidak mau mengikuti perintah Tentara Pusat. Beliau disiksa namun tetap bertahan untuk tidak mengikuti yang salah menurut ajaran mereka, sehingga beliaupun akhirnya ditembak. Meskipun demikian, pengikut komunitas ini tetap bertahan. Pengikut pada masa itu yaitu:

1. Jesayas Pardede 2. Borahim Manurung 3. Betuel Butar-butar 4. Tiung Butar-butar 5. Justin Butar-butar

30


(20)

6. Daniel Sinurat 7. Joriantan Pardede 8. Makmur Manurung 9. Ualtara Sirait 10.Parlindungan Sirait 11.Kostan Sitorus. 12.Op. Sonta Manurung 13.Op. Duma Manurung 14.N. Saida Simanjuntak 15.N. Bonur Sinurat 16.Tiomas Manurung 17.Hotna Sirait

18.Pondang Simanjuntak 19.Merlan Sitorus

20.Roida Sitorus 21.Marta Sirait 22.Taruli Sirait 23.Esteria Manurung 24.Jorianta Pardede 25.Saida Pardede


(21)

Mayoritas penganut Bibel Kring Panangkasi di Kecamatan Lumbanjulu masih merupakan keluarga atau kerabat karna mereka hanya mengajak keluarga dan kerabat dekatnya. Mereka juga tidak mau mengganggu masyarakat atau tetangga yang sudah memiliki agama yang tetap. Mereka tidak masuk pintu ke pintu untuk memperkenalkan komunitas mereka di Kecamatan Lumbanjulu. Mereka hanya menceritakan kepada saudara-saudara atau kerabat mereka dan mencoba mengajak ikut berkumpul beribadah. Meskipun mereka mengajak masyarakat, itu hanya orang-orang yang dilihat kurang rajin beribadah. Sehingga pertambahan pengikut komunitas ini tidak terlalu pesat. Mereka juga mengajak anak-anak mereka untuk ikut berkumpul setiap hari minggu, tetapi tidak dipaksakan. Begitulah sehingga ada perkumpulan Bibel Kring Panangkasi di Kecamatan Lumbanjulu.

Bibel Kring Panangkasidi Kecamatan Lumbanjulu ditemui di desa sionggang utara, sionggang tengah dan hatinggian. Komunitas ini tidak menyebar ke semua desa di Kecamatan Lumbanjulu dikarenakan anggota komunitas hanya disebarkan kepada keluarga dan kerabat dekat. Mereka tidak mengajak masyarakat lainnya yang sudah memiliki tempat ibadah. Hal inilah yang membuat komunitas Bibel Kring Panangkasihanya terdapat pada beberapa desa di Kecamatan Lumbanjulu.


(22)

BAB IV

GAYA HIDUP BIBEL KRING PANANGKASI DI KECAMATAN LUMBANJULU

Gaya hidup adalah suatu norma yang disepakati oleh sebuah komunitas atau masyarakat.31

Di Kecamatan Lumbanjulu, Bibel Kring Panangkasi memiliki gaya hidup yang berbeda dari masyarakat setempat. Dalam kehidupan sehari-hari gaya hidup yang mereka terapkan sangat disesuaikan dengan Alkitab. Gaya hidup yang mereka sesuaikan dengan Alkitab itu mengarah kepada kesederhanaan. Meskipun sederhana namun gaya hidup mereka dipandang kurang ber-adat

Gaya Hidup dibentuk oleh sistem kepercayaan, nilai, norma, kebiasaan dan lingkungan. Setiap orang memiliki gaya hidup yang berbeda-beda. Perbedaan adalah bagian dari kehidupan. Kehidupan dimulai dari perbedaan atau dengan kata lain perbedaan yang menggerakkan kehidupan.

32

di Kecamatan Lumbanjulu.33

Cara hidup setiap orang memang berbeda-beda. Begitu juga antara komunitas Bibel Kring Panangkasi dengan masyarakat Batak Toba di Kecamatan Lumbanjulu. Hal ini dikarenakan mereka merupakan suku Batak Toba asli dan tinggal dilingkungan Batak Toba namun tidak mau mengikuti Upacara Adat Batak Toba.

31

Azhar Hamid, Reka Cipta dan Inovasi Dalam Perspektif Kreativiti (Johor: Universiti Teknologi Malaysia, 2006), Hal. 36

32

Keseluruhan hidup orang batak diatur oleh dan didalam adat. Adat adalah aturan hukum yang mengatur kehidupan manusia sehingga bisa menciptakan keteraturan, ketentraman dan keharmonisan. Sesudah orang Batak menganut agama Kristen, keteraturan dan sebagainya dikonotasikan didalam istilah kedamaian.

33


(23)

Semakin lama perbedaan gaya hidup Bibel Kring Panangkasi sudah mulai dipandang biasa oleh masyarakat. Sehingga masyarakat sering menyebut mereka parbibel34 dan panangkasi35

Dengan adanya falsafah Dalihan Natolu yang merupakan Norma dan nilai pokok dari kehidupan sosial masyarakat, maka diwilayah kecamatan Lumbanjulu keadaan sosial berjalan dengan baik. Dalihan natolu adalah pertalian kekeluargaan masyarakat Batak yang unik karena tidak ditemukan pada suku-suku lain di

. Selain tidak mengikuti Upacara Adat, komunitas ini juga tidak ada upacara kebesaran Kristen yang terdapat dalam agama Kristen pada umumnya.Berikut akan saya paparkan bagaimana gaya hidup Bibel Kring Panangkasi di Kecamatan Lumbanjulu.

4.1 Tidak Mengikuti Adat Istiadat

Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan hidup bermasyarakat. Manusia yang hidup menyendiri, dengan sendirinya kehilangan sifat-sifatnya sebagai manusia yang normal. Hidup bermasyarakat itu melahirkan kebiasaan-kebiasaan di kalangan anggota-anggota masyarakat dan kebiasaan itu ada dan berjalan secara turun temurun dari nenek moyangnya yang sudah diadatkan. Kebudayaan yang langgeng dan unggul ialah kebudayaan yang bersatu-padu antara kebudayaan kerohanian dengan kebudayaan kemasyarakatan.Misalnya seperti kebudayaan Debata Natolu dengan Dalihan Natolu pada suku bangsa Batak Toba tua.

34

Parbibel adalah orang-orang yang bepedoman penuh dengan Alkitab.

35

Panangkasi berasal dari bahasa batak Toba yaitu Tangkasi artinya menyelidiki. Jadi panangkasi adalah orang-orang-orang yang menyelidiki Alkitab.


(24)

Indonesia. Yang dimaksud dengan Dalihan Natolu itu adalah tiga golongan fungsional dikalangan suku Batak yaitu Dongan Sabutuha, boru, dan hula-hula. Ketiga-tiganya disebut sebagai tiang utama pada kelompok masyrakat Batak.

Dongan sabutuha berarti teman semarga, atau saudara seasal perut ibu, maupun saudara seibu.36 Karena masih keturunan satu bapak dan satu ibu moyang, maka satu marga diartikan sebagai satu perut (Sumber Kelahiran). Artinya, mereka masih satu darah. Ungkapan budaya yang mengukuhkan hubungan bersaudara semarga berbunyi “manat mardongan tubu”37 menekankan garis kebijaksanaan didalam hubungan sosial dengan saudara semarga, sejak nenek moyang telah mengantisipasi bahwa hubungan bersaudara dapat menjadi buruk dan berbahaya, bahkan cenderung menimbulkan konflik yang mengarah pada perpecahan sosial.38

Kelompok boru yaitu kelompok pengambil istri yaitu kelompok sosial yang dipandang secara fisik bertaraf lebih rendah dibandingkan dengan hula-hula.39 Kelompok ini dapat diperintah oleh hulahula dan wajib mematuhinya. Pada setiap horja40 yang diselenggarakan oleh kelompok hula-hula, boru adalah pelaksana dan penanggung jawab dalam pelaksanaannya.41

36

Bungaran Antonius Simanjuntak, Konflik Status Dan Kekuasaan Orang Batak toba, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011), hal. 81.

37

Manat mardongan tubu ungkapan yang memiliki makna hati-hati dan bijaksana terhadap

saudara semarga. Ungkapan tersebut dipandang sebagai ungkapan peringatan bagi orang yang satu marga, agar tetap wapada dan hati-hati demi menjaga keutuhan.

38

Ibid.

39

Ibid.

40

Huta-horja-bius merupakan elemen dasar daripada sistem kelembagaan masyarakat Toba. Huta bukanlah desa, melainkan persetujuan hukum dan adat terkecil didalam masyarakat Toba. Horja


(25)

Hula-hula pada masyarakat Batak mempunyai kedudukan yang tinggi dan sangat dihormati oleh pihak boru. Ungkapan somba marhula-hula diartikan sebagai sikap sujud, tunduk dan loyal terhadap hula-hula. Sikap sujud yang dimaksud adalah sebagai imbalan perlakuan sayang yang senantiasa ditujukkan kepada borunya. Didalam masyarakat Batak, Hula-hula juga dikatakn mata ni ari sosuharon yang artinya matahari yang tidak boleh ditentang. Perkataan ini dimaksudkan untuk melambangkan kedudukan hula-hula sebagai orang terhormat dan sumber keturunan.

Falsafah Dalihan Natolu diatas tidak diterapkan penganut Bibel Kring Panangkasi meskipun mereka berada di lingkungan masyarakat Batak Toba. Mereka mengatakan didalam Alkitab semua orang sama dimata Sang Pencipta. Tidak ada tingkatan-tingkatan yang membedakan manusia didunia. Kepada sesama manusia seharusnya saling mengasihi dan menghargai perbedaan.42

Adat merupakan konsepsi tentang organisasi sosial dan upacara-upacara. Orang Batak Toba sering memandang adat sebagai kebiasaan dan hukum. Adat juga berfungsi sebagai lembaga untuk menciptakan perdamaian. Konflik yang terjadi akibat pertentangan tafsir atau persepsi dalam penerapan adat, harus diselesaikan Mereka mengasihi keluarga dan sesamanya sudah cukup dan adil tanpa ada perbedaan antara hula-hula, boru dan dongan sabutuha.

adalah bentuk kerjasama selamanya antara keturunan pionir dan pendatang. Horja terbentuk oleh kelompok marga-raja bersama mereka yang leluhurnya dari semula ikut dalam pembukaan huta dan pendatang baru. Horja dalam artian lainnya adalah pesta marga. Bius merupakan paguyuban dari beberapa horja.

41

Ibid.

42


(26)

lewat jalur adat pula.43

4.1.1 Upacara Perkawinan.

Di Kecamatan Lumbanjulu hingga saat ini acara-acara kebudayaan Batak Toba masih terlihat. Namun acara-acara ini tidak diikuti dan diterapkan oleh Bibel Kring Panangkasi karena bertentangan dengan keyakinan mereka. Acara-acara adat di Kecamatan Lumbanjulu memang mereka asingkan dari kehidupan mereka, mereka lebih mengutamakan yang diajarkan Alkitab. Berikut saya jelaskan apa-apa saja Acara Kebudayaan di Kecamatan Lumbanjulu.

Salah satu yang paling kuat mengikat hidup kelompok manusia adalah perkawinan. Sebelum masuknya agama Kristen ke Tapanuli, pengesahan perkawinan hanya ada pengesahan secara adat. Tetapi dengan masuknya agama Kristen sudah ada pengesahan tambahan yaitu pemberkatan di Gereja.44

Pada masyarakat Batak di Kecamatan Lumbanjulu, peranan perkawinan menduduki tempat penting dalam keseluruhan peranan dan kegiatan masyarakat. Dimana ada perkawinan disana pulalah peranan Dalihan Natolu tampil kedepan secara menonjol. Namun dalam komunitas Bibel Kring Panangkasi pernikahan hanya

Sulit dikatakan mana yang lebih penting diantara keduanya sebab pasangan yang perkawinannya sudah disahkan secara adat masih merasakan perkawinannya itu belum sempurna selama belum diberkati di Gereja. Demikian pula sebaliknya, pemberkatan secara gerejani harus disempurnakan lagi secara adat.

43

Ibid.

44

BA. Simandjuntak, Pemikiran Tentang Batak, (Medan: Pusat Dokumentasi Dan Pengkajian Kebudayaan Batak, 1986), hal. 111.


(27)

dilakukan pemberkatan, itupun tidak di Gereja melainkan dirumah-rumah. Mereka tidak menjalankan pengesahan secara adat seperti dilakukan oleh masyarakat Batak diluar penganut ini. Mereka tidak menjalankan secara adat karena perkawinan yang sah bagi Sang Pencipta adalah pemberkatan secara gerejani. Pemberkatan secara adat itu berasal dari pemikiran manusia bukan tertulis di Alkitab.45

Sebelum dilaksanakan perkawinan diadakan acara Marhata Sinamot untuk menentukan banyaknya mas kawin yang akan diberikan pihak laki-laki kepada pihak perempuan.46

Pernikahan dalam komunitas Bibel Kring Panangkasi dikenal dengan pernikahan massal dimana pernikahan dilakukan dari 3 sampai 7 pasang sekaligus. Hal ini dilakukan agar menghemat biaya untuk acara yang akan dilaksanakan. Selesai ibadah pemberkatan pernikahan, mereka mengadakan acara makan bersama. Dalam acara makan bersama tidak ada parjambaran seperti acara makan pada masyarakat Pada waktu itu dibicarakan juga jumlah ulos yang akan diberikan oleh pihak gadis kepada pihak lelaki. Dalam komunitas Bibel Kring Panangkasi tidak ada acara marhata sinamot untuk menerima mas kawin. Mereka hanya menerima pemberian seikhlas hati untuk membeli pakaian nikah pengantin perempuan. Mereka memberi istilah pemberian itu adalah parsiabit. Jika dalam masyarakat Batak Toba pernikahan anak adalah pesta yang meriah namun dalam Bibel Kring Panangkasi acara pernikahannya dilaksanakan secara sederhana.

45

Wawancara, L. Samosir, Tiga Dolok, 13 maret 2017.

46

Adat Istiadat Daerah Sumatera Utara, (Medan: Proyek Penelitian dan Pencatatan


(28)

batak diluar komunitas ini. mereka membagi sama rata setiap hidangan dan potongan daging. Tidak adanya parjambaran dalam komunitas mereka adalah untuk menghindari timbulnya sakit hati akibat salah pemberian bagian.47

Gaya hidup Bibel Kring Panangkasi yang seperti ini pernah mendapat tantangan dari masyarakat sekitarnya. Masyarakat melempari rumah seorang komunitas Bibel Kring Panangkasi karena menikahkan putranya tetapi tidak menghargai adat istiadat sekitarnya. Masyarakat menuntut mereka untuk membayar adat sesuai dengan adat Batak Toba yang seharusnya.

Mereka juga menghindari timbulnya iri hati dari pihak yang lain. Selain itu juga mereka tidak memakai simbol-simbol batak yaitu ulos. Sehingga dalam acara pernikahan tidak ada penyampaian ulos seperti yang dilakukan masyarakat Batak Toba pada umumnya.

48

4.1.2 Upacara Kelahiran

Merekapun menjelaskan kepada masyarakat bahwa mereka tidak dapat membayar secara adat karena bertentangan dengan keyakinan mereka. Masyarakatpun akhirnya tidak mengganggu komunitas mereka lagi sejak penjelasan tersebut.

Kelahiran anak ditengah-tengah keluarga adalah merupakan berkat bagi setiap keluarga. Oleh sebab itu setiap kelahiran selalu disambut dengan rasa gembira. Sejalan dengan itu dilangsungkan malam siaga selama tujuh hari semenjak kelahiran yang dihadiri oleh pendududuk kampung serta kerabata-kerabat dekat keluarga

47

L. Samosir, op.cit, hal. 8.

48


(29)

tersebut. Kemudian akan ada juga upacara kelahiran yang disebut “esek-esek”. Ibu-ibu dari lingkungan kampung tersebut akan datang membawa pemberian berupa beras sipirnitondi dari kelompok hula-hula dan pemberian uang dari kelompok parboru.

Dalam komunitas Bibel Kring Panangkasi, kelahiran anak juga disambut gembira. Satu komunitas mereka akan datang kerumah keluarga yang mendapatkan berkat tersebut. Mereka bebas membawa apa saja menurut keikhlasan hati dan kemampuan mereka. Hari minggu yang ditemui setelah kelahiran akan mengadakan ibadah dirumah yang melahirkan anak tersebut. Mereka mengadakan syukuran atas kelahiran anak didalam keluarga komunitas mereka. Sehingga komunitas Bibel Kring Panangkasi di Kecamatan ini tidak mengenal upacara kelahiran.

4.1.3 Upacara Kematian

Bila seseorang meninggal dunia, upacara untuk ini telah ditentukan menurut adat. Peristiwa kematian diberitahukan kepada hula-hula, dongan sabutuha dan boru. Selama jenazah tersebut belum dikebumikan, siang malam keluarga yang bersangkutan akan menyediakan makanan dan minuman. Pihak hula-hula wajib memberi ulos Batak kepada suami atau istri yang kemalangan. Ulos tersebut harus dipakai selama jenazah belum dikubur. Satu atau dua hari lagi sebelum jenazah dikuburkan, pihak hula-hula memberikan ulos untuk jenazah tersebut.49

49

Adat istiadat daerah Sumatera Utara, Op.cit, hal. 49.

Hari penguburan jenazah akan diadakan pesta yang diiringi gendang dan tor-tor batak. Seluruh keluarga, hula-hula, dongan sabutuha, boru dan teman sekampung datang ke upacara adat tersebut. Disana juga diadakan makan bersama dihalaman rumah yang


(30)

kemalangan tersebut. Diadakan juga pembagian jambar yang ditentukan menurut tata adat Batak setempat.

Dalam komunitas Bibel Kring Panangkasi tidak ada upacara kematian. Di Kecamatan Lumbanjulu jika dalam komunitas Bibel Kring Panangkasi ada yang meninggal dunia, maka mereka satu komunitas akan datang kerumah yang berduka. Mereka akan melakukan ibadah untuk memanjatkan doa penyerahan yang meninggal kepada sang pencipta. Mereka akan memberi bantuan seikhlas hati kepada yang berduka. Tidak ada acara kematian yang lain selain ibadah dan penguburan didalam komunitas Bibel Kring Panangkasi di Kecamatan Lumbanjulu.

4.1.4 Mendirikan Tambak atau Tugu

Salah satu kegiatan masyarakat yang dirangkaikan dengan adat istiadat di

Kecamatan Lumbanjulu adalah mendirikan tambak atau tugu. Dengan mendirikan tambak bagi orang yang meninggal dan mendirikan tugu bagi nenek moyang dikategorikan menghormati orang tua dengan harapan akan mendapatkan berkat dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Dalam Bibel Kring Panangkasi tidak mengenal pendirian Tambak atau Tugu. Hal ini karena mereka melihat usaha dan Kegiatan mendirikan tambak dan tugu diwilayah ini merupakan kompetisi antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga kadang menimbulkan perpecahan marga yang satu dengan yang lain. Mereka tidak mau menimbulkan perselisihan atau pandangan lain. Mereka juga


(31)

4.1.5 Upacara Mangongkal Holi50

Sebelum masuknya pengaruh agama Kristen ke wilayah etnis Batak, orang Batak percaya Bahwa kematian merupakan masa transisi saat manusia akan berpindah dari kehidupan alam nyata menuju kehidupan alam orang mati. Kematian itu tidak sendiri dianggap tidak membawa perubahan esensial dalam kedudukan dan sifat seseorang, karena manusia yang telah mati tetap akan mempunyai kedudukan yang sama seperti ketika masih hidup.51 Maka sudah sepantasnya ada campur tangan orang yang masih hidup untuk membantu orang yang mati, saat akan berpindah ke alam kehidupannya yang baru. Setelah masuknya Kristen, fungsi terbaru mangongkal holi adalah motivasi untuk mencoba mencegah runtuhnya persaudaraan satu garis keturunan karena anggota keluarga telah tersebar ke berbagai daerah. Dengan pembangunan kubur sekunder harapannya dapat dijadikan sebagai tanda penyatuan kekuatan dengan memperlihatkan kebesaran keturunan mereka dan masa depan kekerabatan dari generasi ke generasi akan tetap selalu kuat.52

Pada komunitas Bibel Kring Panangkasi tidak ada upacara mangongkal holi. Orang yang sudah mati sudah kembali kepada sang pencipta. Mengongkal holi mereka tafsirkan sebagai penyembahan kepada berhala. Karena hal itulah mereka

50

Dalam bahasa Batak Toba, holi berarti tulang atau tulang belulang sedangkan mangongkal berarti menggali. Jadi, Mangongkal holi adalah menggali tulang-belulang orang mati untuk dikuburkan ditempat lain. Disebut juga saring-saring yaitu tulang tengkorak orang yang meninggal.

51

Soejono, et.al., Sejarah Nasional Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1984), hal. 210

52

Berkala Arkeologi “Sangkhakala”, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (Medan:


(32)

tidak mau mengikuti ataupun melaksanakan acara mangongkal holi. Acara-acara adat mangongkal holi tetangganya pun tidak akan mereka hadiri karena alasan bertentangan dengan keyakinan mereka. Upacara ini mereka katakan hasil pemikiran manusia bukan dari Alkitab sehingga mereka tidak mau mengikutinya.53

Ada beberapa upacara kebesaran dalam agama kristen protestan ialah Natal, Jumat Agung, Paskah, kenaikan Yesus dan pentakosta. Natal adalah perayaan sukacita karena kelahiran sang pencipta. Natal dirayakan oleh umat Kristen setiap tanggal 25 Desember. Perayaannya dilakukan dengan kebaktian gereja, berkumpul dengan keluarga dan memberi hadiah. Perayaan natal memang cukup meriah bagi umat Kristen. Berbeda dengan Bibel Kring Panangkasi, bagi mereka tidak ada tanggal perayaan hari kelahiran yang sang pencipta. Tanggal 25 desember sebagai natal tidak ada tertulis didalam Alkitab. Sukacita natal mereka terapkan setiap hari, bukan setiap akhir tahun.

4.2 Tidak Ada Upacara Kebesaran Kristen

54

Upacara kebesaran lainnya seperti Jumat Agung, Paskah, kenaikan yesus dan pentakosta tidak mereka jalankan juga. Mereka mengatakan tidak ada hari yang diistimewakan. Hari-hari yang diistimewakan oleh umat Kristen lainnya cukup mereka terapkan maknanya dan mereka tunjukkan melalui cara hidup mereka. Didalam Alkitab tidak ada tertulis tanggal-tanggal yang akan diistimewakan. Mereka

53

Wawancara, R. Sirait, Aeknatolu Jaya, 12 Maret 2017.

54


(33)

cukup memperingati dan mengingatnya. Memperingati dan mengingat bukan berarti merayakan. Hal ini mereka sesuaikan dengan isi Alkitab dari Roma 14:5 “yang seseorang menganggap hari yang satu lebih penting daripada hari yang lain, tetapi yang lain menganggap semua hari sama saja. Hendaklah setiap orang benar-benar yakin dalam hatinya sendiri”.55

Selain itu, komunitas ini juga tidak mengenal adanya Pembabtisan56

4.8 Tidak Memiliki Struktur Kepemimpinan

seperti Kristen pada umumnya. Mereka meyakini bahwa tidak ada didunia yang berhak memberi babtisan. Setiap anak yang lahir akan dibabtis oleh Sang Pencipta. Sehingga dalam komunitas ini tidak ada surat tanda bukti anak yang sudah dibabtis.

Bibel Kring Panangkasitidak memiliki struktur kepemimpinan dalam komunitas mereka. Mereka hanya megenal penatua. Penatua adalah orang yang dituakan. Penatua biasanya adalah orang yang lebih tua dan layak untuk menjadi penatua. Penatua hanya bertugas sebagai orang yang menunjuk siapa-siapa yang akan bertugas saat akan dimulai ibadah setiap minggunya. Dalam komunitas mereka tidak ada yang bertugas sebagai Sekretaris ataupun Bendahara sehingga tidak ada uang khas dalam komunitas mereka. Mereka tidak ingin memiliki struktur tersebut karena pemimpin yang benar adalah Sang Pencipta. Sehingga dalam komunitas ini tidak mau menggunakan struktur kepemimpinan.

55

Alkitab, op.cit, hal 196.

56

Babtisan merupakan salah satu Sakramen yang diakui dan dilaksanakan oleh gereja sampai saat ini. babtisan adalah upacara melambangkan permulaan hidup rohani. melambangkan pembersihan dosa dan melambang kematian bersama Sang Pencipta.


(34)

4.9 Tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP)

Kartu Tanda Penduduk (KTP) adalah identitas resmi penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh instansi pelaksana yang berlaku diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. KTP sangat diperlukan dalam berbagai hal dan sebagai salah satu syarat kebirokrasian.

Meskipun KTP diperlukan dalam berbagai hal, Bibel Kring Panangkasi tidak memerlukan kartu identitas tersebut. Hal ini berawal ketika pada masa Agresi Militer Belanda, Bibel Kring Panangkasi melihat penggunaan KTP sebagai identitas agar tidak dianggap sebagai pemberontak.57 Masyarakat yang memiliki KTP menggunakannya sebagai penyelamat dalam kekacauan. Ketika hendak menyebrangi sebuah desa, orang-orang yang memiliki KTP akan bebas dari pemeriksaan. Sedangkan orang-orang yang tidak memiliki KTP akan ditangkap dan ditahan. Melihat hal tersebut, komunitas Bibel Kring Panangkasi memandang peraturan ini salah. Alasannya karena KTP itu sewaktu dalam keadaan kacau, penggunaannya bisa jadi penyelamat. Mereka tidak menggantungkan keselamatan atas KTP, mereka percaya Sang Pencipta adalah Pelindung dan Penyelamat mereka.58

Komunitas Bibel Kring Panangkasi di Kecamatan Lumbanjulu yang tidak memiliki KTP pada tahun 1970 ditangkap dan ditahan di Gudang Lumbung Padi Lumbanjulu59

57

Wawancara, L. Samosir, Tiga Dolok, 13 Maret 2017.

58

L. Samosir, op.cit, hal. 20.

59

Ibid, hal. 30.

. Mereka telah menyimpang dari aturan yang ada pada tahun itu. Meskipun ditahan mereka tetap teguh dengan keyakinan mereka untuk tidak


(35)

menggunakan KTP. Pengikut Komunitas Bibel Kring Panangkasi yang ditangkap pada tahun 1970 adalah:

1. Pandis Sinurat 2. Borahim Manurung 3. Betuel butar-Butar 4. Daniel Sinurat 5. Joriantan Pardede 6. Makmur Manurung 7. Ualtara Sirait 8. Jesayas Pardede 9. Parlindungan Sirait 10. Kostan Sitorus.60

Meskipun banyak masalah yang timbul karena tidak memiliki KTP, mereka tetap percaya akan bebas dari masalah tersebut. KTP bukan penyelamat karena mereka temukan tertulis di Alkitab:

a. Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan ia akan bertindak (Mazmur 37:5)

b. Dan kamu akan mengetahui kebenaran itu akan memerdekakan kamu (Yohannes 8:32)

60


(36)

4.10 Tidak Ikut Pemilu

Pemilihan Umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang untuk mengisi jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beranekaragam mulai dari Presiden, Wakil Rakyat diberbagai tingkat pemerintahan sampai Kepala Desa. Sesudah terpilih, Orang tersebut akan duduk dalam pemerintahan untuk memimpin dan mengatur daerah yang didudukinya. Pemilu di Indonesia menganut asa LUBER yang merupakan singkatan dari Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia. Langsung berarti pemilih diharuskan memilih secara langsung dan tidak boleh diwakilkan. Umum berati Pemilu dapat diikuti seluruh warga negara yang sudah memiliki hak pilih. Bebas berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Dan Rahasia berarti suara yang diberikan oleh pemilih bersifat rahasia, hanya diketahui oleh sepimilih itu sendiri.

Tujuan pemilu diatas bertentangan dengan keyakinan Bibel Kring Panangkasi di Kecamatan Lumbanjulu. Mereka tidak mau memilih pemimpin yang lain selain Sang Pencipta. Jika ikut pemilu berarti menduakan pemimpin hidupnya yaitu Sang Pencipta. Keyakinan mereka ini juga berasal dari Alkitab yang tertulis dalam Mazmur 75:7-8 dan dari Roma 13:161

61

Isi Alkitab dari Mazmur 75:7-8 adalah Sebab bukan dari timur atau barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian itu, tetapi Allah adalah Hakim: Direndahkan-Nya yang satu dan ditinggikan-Nya yang lain. Dan isi dari Roma 13:1 adalah Tiap-tiap orang harus tunduk kepada

. Jadi komunitas Bibel Kring Panangkasi tidak ikut dalam Pemilu karena keyakinan mereka, sesuai dengan naats Alkitab diatas.


(37)

4.11 Tidak Menghormat dan Mendirikan Bendera

Bendera merah putih merupakan simbol kebangsaan Indonesia yang diperjuangkan oleh pahlawan agar berkibar sebagai lambang kemerdekaan. Penghormatan kepada Bendera Merah Putih merupakan salah satu bentuk kecintaan terhadap bangsa Indonesia. Menghormati simbol negara itu bentuk yang paling sederhana untuk menunjukkan rasa Nasionalisme.

Di Kecamatan Lumbanjulu, setiap hari Kemerdekaan pada tanggal 17 agustus selalu mendirikan Bendera didepan Rumahnya. Kebiasaan ini hingga saat ini belum pudar dikecamatan ini. Bendera selalu berkibar pada tanggal 17 Agustus di depan rumah-rumah penduduk di kecamatan ini selain didepan rumah Komunitas Bibel Kring Panangkasi. Komunitas ini memang tidak mau mendirikan dan menghormati bendera Merah Putih. Seseorang tidak mau menghormat bendera biasanya disebabkan keyakinan beragama. Orang tersebut menganggap hormat bendera sebagai perbuatan terlarang. Begitu juga dengan Bibel Kring Panangkasi yang tidak menghormat dan mendirikan bendera.

Bibel Kring Panangkasi tidak menghormat dan mendirikan Bendera memang karena bertentangan dengan keyakinan mereka. Alasannya karena Bendera bukan orang atau manusia yang berhak mendapat Hormat.62

pemerintah yang diatasnya, sebab tidak ada pemerintahan yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada ditetapkan oleh Allah.

Penghormatan kepada suatu benda adalah memuliakan atau puja kepada benda ciptaan manusia. Gaya hidup ini

62


(38)

mereka buat berdasarkan Alkitab yang tertulis dalam Yesaya 2:8-963dan dari Roma 1:2564

4.12 Hidup Sederhana

. Jadi karena naats dari Alkitab diataslah yang membuat mereka tidak mau menghormat dan mendirikan bendera.

Hidup sederhana yang dimaksud adalah hidup tanpa memikirkan kenikmatan duniawi. Mereka hidup dengan kebiasaan sederhana. Bagi ibu-ibu penganut komunitas Bibel Kring Panangkasi wajib memakai sarung dalam kegiatan apapun. Ini merupakan sebuah ciri khas bagi komunitas mereka. Ketika menemui ibu-ibu komunitas ini baik dipajak, sawah atau dimanapun pasti menggunakan sarung. Mereka juga tidak diperkenankan menggunakan kosmetik atau perhiasan. Mereka harus tampil sederhana dan apa adanya.

Mereka juga komunitas yang ketinggalan dalam teknologi, mereka tidak mau mengunakan kemajuan teknologi seperti Televisi dan Handphone. Kesederhanaan dalam teknologi ini berlangsung sampe tahun 2000-an. Namun setelah tahun 2005 mereka mulai menggunakan televisi yang kemudian disusul dengan penggunaan Handphone.

63

Isi Alkitab dari Yesaya 2:8-9 adalah Negerinya penuh berhala-hala, mereka sujud menyembah kepada buatan tangannya sendiri dan kepada yang dikerjakan oleh tangannya. Maka manusia ditundukkan dan orang direndahkan, janganlah ampuni mereka

64

Isi Alkitab dari roma 1:25 adalah Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya.


(39)

Hal diakibatkan oleh permintaan dari anak-anak mereka. Gaya hidup ini bergeser dalam komunitas mereka karena dua faktor:

1. Faktor kemajuan teknologi

2. Faktor tuntutan dari anak-anak mereka

Tuntutan dari anak-anak mereka ini juga karena pengaruh lingkungannya. Lingkungan di Kecamatan Lumbanjulu sudah banyak menggunakan teknologi seperti televisi dan handphone. Hal inilah yang memicu anak-anak mereka menuntut untuk menggunakan teknologi seperti yang sudah digunakanmasyarakat sekitarnya.


(40)

BAB V

KEBERTAHANAN BIBEL KRING PANANGKASI DI KECAMATAN LUMBANJULU

Kecamatan Lumbanjulu adalah sebuah Kecamatan yang mayoritas bersuku Batak Toba.Menurut pandangan orang Batak Toba, kebudayaannya memiliki sistem nilai budaya yang amat penting, yang menjadi tujuan dan pandangan hidup secara turun-temurun yakni kekayaan (hamoraon), banyak keturun (hagabeon) dan kehormatan (hasangapon). Hubungan sosial diatur oleh sistem sosial yang berlandaskan kepada marga (clan).65

Tujuan dan pandangan hidup Batak Toba tersebut tidak diterapkan oleh Bibel Kring Panangkasi didalam kehidupan mereka. Mereka lebih menyenangi hidup sederhana tanpa memiliki tujuan untuk hamoraon, hagabeon dan hasangapon. Mereka tidak ada yang ingin berpendidikan tinggi atau ingin menjadi pemimpin. Bagi mereka hal itu akan mendekatkan dirinya dengan kesombongan. Semua masyarakat komunitas Bibel Kring Panangkasi sumber mata pencaharian pokoknya adalah bertani. Mereka memiliki ketergantungan yang sangat besar terhadap tanah. Sawah dan ladang adalah lahan produksi yang utama bagi kalangan mereka. Tidak ada pekerjaan yang mereka senangi selain bertani.

65

Marga adalah dasar terjadinya hubungan Dalihan Natolu. Marga merupakan nama kolektif


(41)

Dengan adanya falsafah Dalihan Natolu yang merupakan norma dan nilai pokok dari kehidupan sosial masyarakat, maka di wilayah Kecamatan Lumbanjulu keadaan sosial kemasyarakatan berjalan dengan baik.Didalam implementasinya, jelas terlihat bahwa inti dari falsafah Dalihan Natolu adalah sifat kegotong-royongan. Komunitas Bibel Kring Panangkasi dalam pesta adat keluarga ataupun tetangganya tidak hadir dan tidak menduduki peran sesuai Dalihan Natolu.

5.1 Peran Bibel Kring Panangkasi

Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa komunitas Bibel Kring Panangkasi tidak mau mengikuti adat karena keyakinan mereka. Awalnya masyarakat di Kecamatan ini kurang memberi respon baik kepada komunitas ini karena kurang bersosial dengan lingkungannya. Mereka juga tidak boleh diganggu pada hari sabat untuk kepentingan sekitar, karena mereka mengatakan hari sabat harus dikuduskan.66

66

Wawancara, Meslyana Tamba, Aeknatolu, 11 Maret 2017.

Lama kelamaan gaya hidup mereka ini sudah dipandang biasa oleh masyarakat di Kecamatan Lumbanjulu. Hal ini terlihat pada saat akan ada pesta adat, mereka tidak diundang lagi karena masyarakat sudah mengerti bahwa mereka akan menolak adat tersebut. Begitu juga dengan komunitas Bibel Kring Panangkasi, mereka tidak sakit hati ketika tidak diundang dalam pesta adat di Kecamatan Lumbanjulu.


(42)

Komunitas Bibel Kring Panangkasi meskipun tidak memberi peran seperti yang penulis terangkan diatas, mereka memberi peran dibagian yang lainnya. Mereka memberi peran bagi masyarakat di kecamatan lumbanjulu, memberi peran dalam komunitas mereka dan memberi peran dalam pemerintahan. Berikut akan penulis terangkan bagaimana peran mereka di Kecamatan Lumbanjulu.

5.1.2 Peran Bibel Kring Panangkasi dalam lingkungan Masyarakat Kecamatan Lumbanjulu.

Bibel Kring Panangkasi menolak undangan yang berhubungan dengan adat didaerahnya namun mereka memberi peran diluar adat. Mereka menghadiri pesta pernikahan didalam gereja. Mereka juga ikut bergotong royong membantu yang akan mengadakan pesta, namun ketika akan membicarakan yang berhubungan dengan adat mereka tidak ikut serta.

Didalam masyarakat, mereka dikenal sebagai orang yang suka menolong. Mereka suka membantu orang yang membutuhkan bantuannya. Mereka juga memberikan bantuan materi ketika ada yang kesusahan. Mereka rajin menjenguk orang yang sakit didaerahnya dan memberikan sesuatu menurut kerelaan hati mereka.

5.1.2 Peran Bibel Kring Panangkasi dalam Komunitas mereka

Sesama anggota komunitas Bibel Kring Panangkasi, mereka saling membantu. Ketika ada anggota komunita yang kekurangan, mereka akan membantu tanpa diminta. Anggota yang kurang mampu membangun rumah akan mereka bantu


(43)

agar bisa membangun rumahnya. Ketika ada yang sakit, mereka akan berkumpul kerumah yang sedang sakit dan berdoa agar segera sembuh dari penyakit yang diderita. Kekeluargaan mereka sesama komunitas memang sangat harmonis. Mereka saling membantu dan akrab dalam bidang apapun didalam komunitasnya. Ketika akan ada pernikahan, mereka akan saling membantu untuk mempersiapkan kebutuhan dalam pesta yang akan diselenggarakan. Begitulah peran mereka dalam komunitas mereka.

5.1.3 Peran Bibel Kring Panangkasi dalam Pemerintahan

Meskipun komunitas Bibel Kring Panangkasi tidak berperan dalam pemilu, tidak mengormat dan mendirikan bendera, tidak memiliki KTP, tetapi komunitas ini juga memberi perannya dalam pemerintahan. Kepala Desa dan Camat cukup mengenal mereka sebagai pembayar pajak yang baik. Mereka tidak pernah terlambat dalam membayar pajak. Mereka membayar pajak karena mengutip naats Alkitab dari Roma 13:7.67Selain itu, ketika diminta sumbangan untuk desa, mereka memang pemberi sumbangan yang baik. Hal inilah yang membuat pemerintah di Kecamatan Lumbanjulu menyenangi komunitas ini karena memperlancar pembangunan dalam kecamatan ini.68

Gaya hidup Bibel Kring Panangkasi di Kecamatan Lumbanjulu sudah mengalami pergeseran dari gaya hidup Bibel Kring Panangkasi yang sebelumnya.

67

Isi Alkitab dari Roma 13:7 adalah Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar.

68


(44)

Dibawah tahun 2005 penggunaan televisi dan telepon seluler tetap mereka hindarkan dari kehidupan mereka. Kemajuan teknologi ini semakin lama semakin memudarkan gaya hidup mereka. Sejak tahun 2005, mereka sudah ada yang menggunakan televisi karena tuntutan dari anak mereka.69

Kemudian pendidikan tinggi yang dilarang dalam komunitas ini juga mendapat tantangan dari anak-anak mereka. Sekolah dan lingkungan memajukan pemikiran anak-anaknya. Anak-anaknya sudah menuntut untuk menempuh pendidikan tinggi seperti teman-temannya. hal ini tentu sudah melanggar aturan hidup Bibel Kring Panangkasi. Dalam komunitas mereka, yang melanggar aturan hidup yang tidak sesuai dengan Alkitab akan merenerima siasat perkumpulan mereka atau

Lambat laun, hampir seluruh anggota komunitas ini menggunakan televisi dan telepon seluler. Ini merupakan salah satu dampak teknologi yang semakin maju bagi komunitas mereka.

Selain itu, kebiasaan wanita komunitas ini yang sederhana dengan selalu menggunakan sarung dan tidak menggunakan kosmetik itu ditentang oleh putri mereka. Putri mereka sudah menggunakan kosmetik dan perhiasan. Mereka juga tidak mau menggunakan sarung sebagai tanda kesederhanaan dan kesopanan. Anak-anaknya sudah mengikuti perkembangan yang ada. Anak-anak mereka juga jarang ada yang mau ikut berkumpul beribadah pada hari minggu.

69


(45)

mereka sebut dengan hona ban.70

1. Pendidikan tinggi yang ditempuh anaknya mendapat siasat perkumpulan (hona ban) mereka. Selama anaknya masih menempuh pendidikan tinggi, mereka hona ban dalam perkumpulan itu. Orang yang hona ban tidak dapat berbicara atau ditunjuk sebagai pengkhotbah. Selain itu, berkumpul beribadah dirumah yang hona ban juga tidak dapat dilakukan. Ini seperti hukuman bagi mereka yang melanggar aturan hidup yang sesuai dengan ajaran mereka. Hona ban karena pendidikan tinggi biasanya dirasakan oleh anggota komunitas yang tidak memiliki uang simpanan lebih atau hidupnya serba cukup.

Menyekolahkan anak dengan pendidikan tinggi dalam komunitas boleh saja namun memiliki dua aturan yaitu:

2. Jika tidak ingin hona ban, maka orang tua ketika ingin menyekolahkan anaknya harus memberikan seluruh uang yang akan dibutuhkan anak sampai menyelesaikan pendidikannya. Uang yang diserahkan tersebut diberikan diawal sebelum memulai pendidikan tinggi. Setelah itu tidak ada tambahan materi dari orang tua terhadap anak yang melanjutkan pendidikannya tersebut. Hal inipun mencegah orang tua tidak hona ban dalam komunitas mereka.

Pendidikan tinggi anak merupakan keadaan buruk yang harus orang tua komunitas ini hadapi. Selain antara hona banatau memberikan seluruh yang dimilikinya untuk anaknya, mereka juga kehilangan sosok anaknya dari komunitas

70


(46)

mereka.71

Selain itu, dalam pernikahan jika anaknya menikah dengan yang diluar komunitas Bibel Kring Panangkasi, mereka dianggap keluar dari komunitas itu. Orang tuanya pun tidak diperbolehkan mengikuti dan menghadiri acara yang akan diselenggarakan. Ketika putra Bibel Kring Panangkasi akan menikah dengan putri diluar komunitas ini, putranya tersebut tidak perlu membawa calon istrinya kerumah orang tuanya. Ini merupakan ajaran dan kebiasaan dalam komunitas ini. sehingga ketika putranya menikah, orang tuanya hanya bisa menyerahkan pernikahan anaknya kepada keluarganya yang tidak menganut Bibel Kring Panangkasi.

Anak yang melanjutkan pendidikan tinggi dianggap keluar dari komunitas Bibel Kring Panangkasi. Begitu juga anak mereka yang memilih untuk pergi merantau, anggota komunitas yang pergi merantau keluar daerah dianggap keluar dari komunitas Bibel Kring Panangkasi.

72

71

Wawancara, R. Sirait, Aeknatolu, 12 Maret 2017. 72

Wawancara, A. Silalahi, Aeknatolu, 12 Maret 2017.

Orang tuanya hanya memberikan dana untuk kebutuhan pesta pernikahan anaknya. Mereka tidak mencampuri apa dan bagaimana pesta pernikahan anaknya. Ketika ada orang tua yang mengikuti pernikahan anaknya dengan anak dari luar komunitas Bibel Kring Panangkasi, mereka dianggap sudah keluar dari komunitas tersebut. Hal ini juga yang membuat berkurangnya penganut Bibel Kring Panangkasi di Kecamatan Lumbanjulu.


(47)

5.2 Faktor Kebertahan Bibel Kring Panangkasi di Kecamatan Lumbanjulu

Dengan kemajuan permintaan anak dalam komunitas Bibel Kring Panangkasi, maka banyak orang tua yang memilih keluar dari komunitas ini. Mereka memilih untuk masuk lagi kedalam gereja daripada bertahan didalam komunitas Bibel Kring Panangkasi. Sebelumnya, anggota komunitas Bibel Kring Panangkasi mencapai 60 orang. Akhir tahun 2007, anggota komunitas ini tertinggal beberapa orang. Berkurangnya penganut sekte ini diakibatkan oleh gaya hidup Bibel Kring Panangkasi yang tidak terikuti oleh mereka lagi. Namun ada yang memilih bertahan di komunitas Bibel Kring Panangkasikarena dua faktor yaitu faktor intern dan ekstern.

5.1.1 Faktor Intern

Faktor intern yaitu faktor yang berasal dari dalam diri komunitas Bibel Kring Panangkasi. Mereka bertahan memang karena keyakinan dari dalam diri mereka dan merupakan turunan kepercayaan dari orang tua mereka.

a. Keyakinan

Mereka yakin dan percaya bahwa ajaran Bibel Kring Panangkasi adalah kebaikan. Meskipun banyak tantangan yang harus mereka hadapi namun tidak memudarkan kepercayaan mereka tersebut. Kebertahanan mereka dengan


(48)

ajaran ini memang karena dorongan dari dalam diri untuk menjalankan hidup sesuai dengan Alkitab.

b. Turunan kepercayaan Orang Tua

Mereka yang bertahan dalam komunitas ini Bibel Kring Panangkasi adalah keturunan dari penganut Bibel Kring Panangkasi sebelumnya di Kecamatan Lumbanjulu. Kepercayaan itu sudah diajarkan diamanahkan oleh Orang Tua mereka. Mereka sudah nyaman dengan ajaran yang diajarkan oleh Orang Tua mereka. Hal ini juga yang membuat mereka mempertahankan komunitas mereka.

5.1.2 Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar. Mereka yang bertahan dalam komunitas Bibel kring Panangkasikarena sudah mendapat dukungan dari pemerintah dan masyarakat di Kecamatan Lumbanjulu.

a. Dukungan Pemerintah

Dukungan pemerintah terhadap komunitas ini dilihat dari kenyamanan mereka di Kecamatan Lumbanjulu. Pemerintah sudah tidak mengganggu komunitas Bibel Kring Panangkasi lagi. Hal ini dikarenakan mereka adalah pembayar pajak yang baik. Selain itu sekte mereka tidak mengganggu dilingkungan masyarakat Kecamatan Lumbanjulu.


(49)

b. Dukungan Masyarakat

Dukungan masyarakat terhadap komunitas mereka dilihat dari kenyamanan mereka dilingkungan masyarakat. Masyarakat sudah memberi respon yang baik kepada mereka. Masyarakat sudah memaklumi perbedaan ajaran mereka sehingga sudah terjalin hubungan yang baik diantara mereka. Dengan adanya peran mereka dalam hidup bermasyarakat, komunitas ini sudah diterima baik oleh masyarakat sekitar. Masyarakat juga sudah ikut serta menghadiri acara pernikahan dalam komunitas mereka.


(50)

BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan

Bibel Kring Panangkasi adalah sebuah aliran keagamaan yang pecah dari gereja HKBP Tiga Dolok. Bibel Kring Panangkasi ada sejak tahun 1944 dan berkembang pertama sekali di Kota Balata. Bibel Kring Panangkasi digerakkan oleh seorang guru SD sekaligus pengurus gereja HKBP. Bibel Kring Panangkasi pecah dari gereja HKBP karena terdapatnya perbedaan teologis dan dogmatis. Perbedaan pandangan ini membuat komunitas mereka tidak diterima lagi di gereja lama sehingga mereka mengasingkan diri dan membentuk komunitas sendiri. Kemudian mereka menyebarkan sektenya dengan mengajak keluarga dan kerabatnya ikut beribadah pada hari minggu. Hal inilah yang membuat komunitas Bibel Kring Panangkasimenyebar ke berbagai daerah seperti Tiga Dolok, Tebing, Bombongan, Kerasaan, Siantar, Perdagangan, Aeknatolu dan ke Kecamatan Lumbanjulu.

Bibel Kring Panangkasimenyebar ke Kecamatan Lumbanjulu pada tahun 1959. Komunitas ini dibawa oleh teman L. Samosir, penerus penyebar sekte Bibel Kring Panangkasi. Yang membawa komunitas Bibel Kring Panangkasi ke Kecamatan Lumbanjulu adalah Pandis Sinurat dan Jesayas Pardede. Mereka juga menyebarkan sekte ini dengan mengajak saudara dan keluarganya ikut beribadah. Mereka tidak menerapkan pintu ke pintu untuk mengajak masyarakat masuk kedalam


(51)

komunitas mereka. Komunitas ini juga beribadah dirumah-rumah penganut Bibel Kring Panangkasi secara bergantian, komunitas mereka tidak mendirikan gereja.

Di Kecamatan Lumbanjulu, komunitas Bibel Kring Panangkasitidak mau ikut pemilu, tidak menghormat dan mendirikan bendera, tidak memiliki KTP, tidak mengikuti adat istiadat didaerahnya karena bertentangan dengan keyakinan mereka. Bagi mereka, yang benar dan yang dijalankan harus sesuai dengan ajaran Alkitab. Karena memiliki gaya hidup berbeda, mereka memang sedikit terasing dari lingkungan Batak Toba di Kecamatan Lumbanjulu. Komunitas ini tidak lagi diundang dalam pesta adat dikecamatan ini karena tidak pernah menghadiri acara adat.

Dikecamatan Lumbanjulu Bibel Kring Panangkasihidup sangat sederhana. Mereka tidak mementingkan pendidikan tinggi. Bertani adalah sumber mata pencaharian mereka. Apabila ada anggota komunitas yang melanjutkan pendidikan tinggi atau merantau, maka orang tersebut dianggap keluar dari komunitas. Begitu juga dengan anggota komunitas yang menikah dengan orang diluar komunitas maka orang tersebut dianggap keluar dari komunitas. Komunitas Bibel Kring Panangkasi memberikan peran di Kecamatan Lumbanjulu dengan membantu orang susah, menjenguk orang sakit dan memberi sumbangan kepada yang membutuhkan. Didalam pemerintahan mereka adalah pembayar pajak yang baik dan tepat waktu.


(52)

Gaya hidup Bibel Kring Panangkasiyang harus sesuai dengan Alkitab mendapat tantangan dari jaman yang semakin maju. Hal ini mengakibatkan anggota komunitas banyak yang keluar sehingga penganut komunitas ini sudah tinggal sedikit. Mereka yang bertahan karena dua faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern (dari dalam) yaitu karena keyakinan dari dalam diri dan karena sudah nyaman dengan ajaran yang diterapkan oleh orang tua mereka. Sedangkan faktor ekstern karena sudah mendapat dukungan dari pemerintah dan masyarakat. komunitas ini sudah tidak lagi diganggu di Kecamatan Lumbanjulu. Hal ini dikarenakan mereka memberi peran yang baik dilingkungan Kecamatan Lumbanjulu.

6.2 Saran

Melihat kesimpulan diatas, sebagai masyarakat kita harus saling menghargai setiap perbedaan didalam lingkungan kita. Setiap orang memiliki pemikiran dan kepercayaan yang berbeda-beda. Meskipun ada pemikiran atau kepercayaan yang berbeda dari kita, sebaiknya jangan menjadi pemecah persatuan dalam masyarakat. Jadikanlah perbedaan sebagai pemersatu. Perbedaan itu menjadi keragaman bukan menjadi pembanding siapa yang benar dan siapa yang salah.

Sebagai masyarakat kita juga jangan bersaudara hanya ketika satu komunitas. Meskipun sudah tidak satu komunitas dan sudah berbeda gaya hidup, tetaplah jangan merubah tali persaudaraan yang sebelumnya pernah terjalin.


(53)

BAB II

GAMBARAN UMUM KECAMATAN LUMBANJULU

2.1 Kondisi geografis Kecamatan Lumbanjulu

Kecamatan Lumbanjulu adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Toba Samosir yang dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 1999.Kecamatan Lumbanjulu terletak pada 2º 29’ - 2º 39’ LU dan 99º 02’ - 9º 15’ BT dan terletak pada ketinggian 900 s/d 1.200 m dpl dengan curah hujan rata-rata 2.200 mm/tahun serta keadaan iklim sedang/sejuk dengan temperatur udara berkisar 26ºC - 28ºC. Batas-batas wilayah kecamatan Lumbanjulu adalah sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Asahan,

 Sebelah Selatan : Danau Toba,

 Sebelah Timur : Kabupaten Asahan,

 Sebelah Barat : Danau Toba.7

Luas wilayah Kecamatan Lumbanjulu 14.220 Ha. Lahan dikecamatan lumbanjulu yang lebih luas adalah hutan. Selain itu lahan dikecamatan ini juga digunakan masyarakat untuk lahan pertanian mereka. Penggunaan lahan di kecamatan lumban julu dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

7


(54)

Tabel 1

Luas wilayah Kecamatan Lumbanjulu menurut penggunaan lahan

No Lahan Luas (ha)

1 Sawah 2.010

2 Sawah Kering 3.114

3 Perkampungan 101

4 Hutan 7.170

5 Lain-lain 1.625

Sumber : Monografi Kecamatan Lumban Julu tahun 1987.

Pusat pemerintahan Kecamatan Lumbanjulu yakni di Desa Pasar Lumbanjulu. Kecamatan Lumbanjulu terdiri dari 54 desa8

1. Siregar Aek Nalas

yaitu:

2. Pardomuan Sigaol 3. Pardamean Sigaol 4. Aek Mual

5. Siganjang-ganjang 6. Hutagurgur

7. Narom Barat

8


(55)

8. Narom Tengah 9. Narom Timur 10. Sibuntuon Toruan 11. Sibuntuon Dolok

12. Dolok Saribu Janji Matogu 13. Partor Janji Matogu

14. Parbagasan Janji Matogu 15. Partoruon Janji Matogu 16. Parhabinsaran Janji Matogu 17. Lumban Binanga

18. Dolok Nagodang 19. Parik

20. Lumban Nabolon

21. Lumban Holbung Lumban Nabolon 22. Dolok Saribu Lumban Nabolon 23. Sampuara

24. Sibadihon 25. Nagatimbul 26. Lumban Sitorus 27. Lumban Sirait 28. Lumban Sangkalan 29. Partoruon Lumban Lobu


(56)

30. Pasar Lumban Lobu 31. Pardolok Lumban Lobu 32. Silombu

33. Silalahi Sabungan 34. Sihiong

35. Jangga Toruan 36. Jangga Dolok 37. Sibaruang 38. Hatinggian 39. Lintong Julu 40. Pasar Lumban Julu 41. Sionggang Utara 42. Sionggang Tengah 43. Sionggang Selatan 44. Parsaoran Sibisa 45. Pardamean Sibisa 46. Simarata Motung 47. Motung

48. Pardomuan Motung 49. Sirungkungon 50. Horsik


(57)

52. Parsaoran Ajibata 53. Pardomuan Ajibata 54. Pardamean Ajibata.

2.2 Demografi

Jumlah penduduk di kecamatan Lumbanjulu yakni 12.996 jiwa.9

No

Berikut akan diterangkan melaluit tabe-tabel dibawah ini.

Tabel 2

Jumlah Penduduk di Kecamatan Lumbanjulu menurut umur

Umur (tahun) Jiwa

1 0 – 5 2.306

2 6 – 10 2.336

3 11 – 16 2.317

4 17 – 55 1.937

5 56 keatas 4.100

JUMLAH 12.996

Sumber: Monografi Kecamatan Lumbanjulu tahun 1987

9


(58)

Tabel 3

Jumlah Penduduk menurut pendidikan

No Pendidikan Jiwa

1 SD 4.648

2 SLTP 1.917

3 SLTA 325

4 Akademi 19

5 Tidak Sekolah 9.087

Jumlah 12.996

Sumber: Monografi Kecamatan Lumbanjulu tahun 1987

Tabel 4

Jumlah penduduk menurut Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah (orang)

1 Petani 6.167

2 Pedagang 15

3 Pensiun 52

4 Pegawai Negeri 243

5 ABRI 20


(59)

2.3 Mata Pencaharian

Masyarakat di kecamatan Lumbanjulu mayoritas bermata pencaharian di sektor pertanian seperti yang tedapat di tabel III. Dengan luas lahan yakni:

• Untuk Sawah : 2.010 Ha

• Sawah Kering : 3.114 Ha

Untuk hasil produksinya, masyarakat lebih banyak menghasilkan Padi. Hasil lainnya yaitu jagung, kacang, ubi, kopi, kemenyan, tanaman buah dan tanaman sayur. Selain itu masyarakat juga ada yang beternak. Komoditas ternak merupakan salah satu prioritas dalam rangka mencapai tujuan pengembangan sub sektor peternakan. Hasil usaha dari upaya tersebut akan memberikan kontribusi yang besar dalam program diversifikasi pangan dan gizi.Adapun Hewan yang diternak oleh masyarakat kecamatan lumbanjulu adalah beternak Kerbau, Sapi, Kambing, babi, Kuda dan Ayam kampung.

2.4 Sistem kepercayaan

Dikecamatan Lumbanjulu terdapat beberapa sistem kepercayaan (Agama) meliputi agama Islam, Kristen protestan, Katolik dan aliran lainnya termasuk aliran Kegamaan Bibel Kring panangkasi. Masyarakat di kecamatan ini mayoritas memeluk agama Kristen Protestan seperti yang terlihat pada jumlah penduduk tahun 1987, jumlah pemeluk agama Kristen Protestan ada sebanyak 12.699 dari 12.996 penduduk di Kecamatan Lumbanjulu. Berikut adalah tabel penduduk menurut Agama:


(60)

Tabel 5

Penduduk Kecamatan Lumbanjulu menurut Agama

No Agama Jumlah (Orang)

1 Islam 75

2 Kristen Protestan 12.699

3 Khatolik 168

4 Lain-lain 54

Sumber: Monografi Kecamatan Lumbanjulu tahun 1987

2.5 Sarana Dan Prasarana 2.5.1 Sarana Pendidikan

Pembangunan sektor pendidikan merupakan kunci keberhasilan dan merupakan investasi peningkatan SDM. Sampai awal tahun 1983, pendidikan tingkat Sekolah Dasar sudah memadai di Kecamatan ini.10

Di Kecamatan Lumbanjulu hingga tahun 1983 tidak terdapat Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA) Negeri selain SMTA swasta yang berlokasi di

Namun, pendidikan Menengah Tingkat Pertama terasa masih sangat kurang . Jumlah SD pada tahun 1983 ada 46 sekolah namun jumlah SMP dikecamatan ini hanya ada 3 sekolah dengan daya tampung sekitar 500 orang murid baru per tahun. Sehingga pendidikan terakhir masyarakat di Kecamatan ini dominan SD dibanding SMP.

10


(61)

lintong julu yang baru dibuka pada tahun 1983 dengan jumlah murid 52 orang.11

Pembinaan dan Pengawasan Pemeliharan Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan, dilaksanakan dan bekerjasama dengan Pimpinan Puskesmas Kecamatan Lumbanjulu, melaksanakan koordinasi setiap bulannya tentang apa yang diharapkan masyarakat dan apa yang harus dikerjakan, sehingga masyarakat tidak ada yang sakit sesuai dengan program pemerintah. Pada tahun 1987 masih terdapat 1 buah puskesmas di kecamatan lumbanjulu.

Dikecamatan ini sangat sedikit murid SMP yang melanjut ke SMTA swasta tersebut akibat kurangnya tenaga pengajar yang bermutu disamping mahalnya SPP yang harus dibayarkan oleh orang tua.

Selain pendidikan formal, pendidikan non formal juga dikembangkan di kecamatan ini. Disamping menambah keterampilan dalam berbagai bidang, pendidikan non formal juga mengambil peranan dalam pembinaan mental spiritual. Pendidikan non formal itu diantaranya kegiatan-kegiatan dalam bidang kepramukaan, perkumpulan olahraga, kesenian dan sebagainya.

2.5.2 Sarana Kesehatan

12

11

Ibid

12


(62)

2.5.3 Sarana Ibadah

Mayoritas Rumah Ibadah di Kecamatan Lumbanjulu adalah gereja. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 6

Jumlah Sarana Ibadah di Kecamatan Lumbanjulu

Sumber: Monografi Kecamatan Lumbanjulu tahun 1987

2.6 Sistem Kebudayaan dan Sosial

Sebagaimana umumnya orang batak dimanapun berada tidak dapat dipisahkan dari kebudayaannya. Maka di kecamatan ini pun penduduk termasuk anggota masyarakat yang terikat dengan kebudayaan yang telah lama ada. Kebudayaan yang langgeng dan unggul adalah kebudayaan yang bersatu-padu antara kebudayaan kerohanian dengan kebudayaan kemasyarakatan.13 Contoh seperti kebudayaan Debata Mulajadi Nabolon14 dengan Dalihan Natolu15 pada suku bangsa Batak Toba-tua. Kebudayaan Jawa-Hindu pada suku jawa dan lain sebagainya.16

13

Batara Sangti, Sejarah Batak, (Balige: Karl Sianipar Company, 1977), hal. 30.

14

Masyarakat Batak Toba menamai Allahnya dengan Mulajadi Nabolon. Mulajadi Nabolon merupakan komposisi dari 3 kata yaitu mula, jadi dan bolon. Mula berarti awal atau permulaan, jadi

No Tempat Ibadah Jumlah

1 Mesjid 4


(63)

Pola kebudayaan adat Dalihan Natolu masih tetap bertahan dan berkembang mengikuti jaman karena dari masa ke masa senantiasa ditingkatkan dan ditarafkan sesuai dengan perkembangan kondisi dan situasi, berdasarkan hasil gotong royong musyawarah Lembaga-lembaga masyarakat hukum adat Dalihan Natolu. Disinilah keunikan pola kebudayaan Dalihan Natolu. Acara Kebudayaan seperti Upacara Perkawinan, Melahirkan, memberi nama, meninggal dunia, mendirikan tambak dan Benda-benda budaya seperti Gendang. Rumah-rumah adat juga masih terdapat dikecamatan Lumbanjulu yaitu di desa Naga Timbul, Lumban Sirait, Jangga dolok, Silalahi Sabungan, Lumban Sangkalan, Lumban Nabolon, Janji Matogu dan sebagainya. 17

Dengan adanya falsafah Dalihan Natolu yang merupakan norma dan nilai pokok dari kehidupan sosial masyarakat, maka diwilayah kecamatan ini keadaan sosial kemasyarakatan berjalan baik. Didalam Implementasinya, jelas terlihat bahwa inti dari falsafah Dalihan Natolu itu adalah sifat kegotong-royongan. Selain ikatan kekeluargaan yang diwujudkan dalam Dalihan natolu, diwilayah ini masih terdapat lagi bentuk organisasi sosial seperti Serikat Tolong Menolong (STM), Sarikat Sarimatua, Sarikat Parsahutaon dan sebagainya.18

berarti menjadi, sedangkan bolon merupakan besar dan agung. Jadi Mulajadi Nabolon diartikan sebagai pemula agung genesis.

Organisasi Sosial ini sangat

15

Dalihan Natolu adalah falsafah hidup orang batak sebagai sistem kekerabatan yang bertahan

hingga saat ini. Dalihan Natolu itu mengandung tiga pihak yang sama kuat dalam menjadi satu kesatuan yang seimbang. Ketiganya terdiri dari Somba Marhula-hula, Manat Mardongan Tubu dan

Elek marboru

16

Ibid

17

M.P. Situmorang, op.cit, hal. 79.

18


(64)

banyak ditemui dikecamatan ini. Hubungan sosial di kecamatan ini memang masih terlihat baik. Hal ini juga dipicu karena dikecamatan ini masyarakatnya mayoritas bersuku batak toba. Selain itu, kecamatan ini juga masih keturunan satu kelompok marga yaitu kelompok toga narasaon.

Suku-suku atau marga-marga yang terdapat di wilayah ini adalah Kelompok toga narasaon yaitu Manurung, Sitorus, Sirait dan Butar-butar dan merupakan kelompok marga terbesar. Kemudian disusul dengan kelompok Silahi Sabungan yaitu Tambunan, Dolok Saribu, Sinurat, Naiborhu dan Nadapdap. Kelompok yang terkecil ialah kelompok Siraja Lontung yaitu Sinaga, Siregar, gultom, Gurning dan sebagainya.


(65)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Kecamatan Lumbanjulu1 adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Toba Samosir.2

Di daerah Batak Toba khususnya di kecamatan Lumban Julu ada beragam jenis agama dan aliran kepercayaan meliputi Agama Kristen Protestan, Khatolik, Islam dan kepercayaan lainnya. Dan yang menjadi mayoratis adalah Agama Kristen Protestan. Namun ada ada satu aliran keagamaan di Kecamatan Lumban Julu yang mengaku Kristen tetapi tidak diakui di kecamatan Lumban Julu. Aliran itu adalah Secara administratif Batas Kecamatan Lumbanjulu adalah: disebelah Utara dengan Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Asahan, sebelah Selatan denganDanau Toba, sebelah Timur dengan Kabupaten Asahan dan sebelah Barat dengan Danau Toba. Masyarakat Kecamatan Lumbanjulu mayoritas Etnik Batak dari Sub-etnik Batak Toba.

1

Tapanuli utara merupakan salah satu kawasan yang berada dalam wilayah administratif pemerintah provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara. Pada masa pemerintahan penjajahan Belanda, salah satu afdeling di Keresidenan Tapanuli adalah Afdeling Bataklanden dengan ibukota Tarutung terdiri atas lima onder afdeling. Setelah kemerdekaan kabupaten tanah batak menjadi 4 (empat) kabupaten yaitu :

1. Kabupaten Tapanuli Utara ibukotanya Tarutung.

2. Kabupaten Humbang Hasundutan ibukotanya Dolok Sanggul. 3. Kabupaten Toba Samosir ibukotanya Balige.

4. Kabupaten Dairi Ibukotanya Sidikalang.

2


(66)

Bibel Kring Panangkasi. Bibel Kring panangkasi ada di Kecamatan Lumban Julu sejak tahun 1959.

Bibel Kring Panangkasi merupakan komunitas yang berpedoman kuat dengan isi Alkitab. Mereka menjalankan isi Alkitab dengan baik didalam kehidupan mereka. Bibel Kring Panangkasi lahir di kota Balata pada tahun 1944. Penggeraknya adalah Guru Pilemon Simatupang bersama dengan pengurus-pengurus Gereja. Mereka adalah kelompok yang ingin mengubah aturan-aturan dalam gereja dan mengubah aturan-aturan hidup yang harus sesuai dengan Alkitab.

Bibel Kring Panangkasi merupakan perpecahan dari HKBP tahun 1944 karena situasi Perang Dunia Ke II. Situasi pada Perang Dunia ke II menimbulkan kecemasan ditanah Batak dan mencari kebenaran tentang jaman yang mereka hadapi. Kecemasan ini membuat umat lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Namun khotbah-khotbah di Gereja kurang memberi jawaban yang memuaskan bagi umat sehingga para pengurus gerejaseusai ibadah berdiskusi dirumah-rumah untuk mendalami Alkitab.

Dalam pendalaman Alkitab tersebut mereka mendapati kebenaran bahwa yang terjadi dan yang akan terjadi telah tertulis di dalam Alkitab. Seperti zaman yang mereka hadapi pada perang dunia ke II mereka selidiki dan menemukan bahwa ada tertulis di Alkitab “Bangsa menghancurkan Bangsa, Kota menghancurkan Kota, karna Allah mengacaukan mereka dengan berbagai kesesakan. Dari naats tersebut


(67)

mereka semakin menyelidiki isi Alkitab dan percaya bahwa jaman telah tertulis disana. Selanjutnya mereka jugamendapati banyak penyimpangan dalam hidup dan dalam gereja. Hasil pemikiran yang mereka dapati tersebutmereka bawa kedalam gereja. Dalam pembawaan ini, banyak yang mereka protes dalam peribadatan di gereja dan aturan masyarakat yang mereka anggap menyimpang dan tidak sesuai dengan Alkitab. Pemprotesan itu ada orang yang menerima dan banyak yang menolaknya. Hal ini dikarenakan pemikiran mereka yang terlalu kritis terhadap isi Alkitab dan peraturan digereja selalu bertentangan dengan pemikiran mereka.

Karena banyaknya yang menolak pemikiran mereka, mereka tidak diterima lagi di Gereja lama. Mereka pun mengasingkan diri dan membentuk komunitas sendiri yaitu Bibel Kring panangkasi. Mereka beribadah setiap hari minggu dengan berkumpul dirumah-rumah untuk mendalami isi Alkitab.3

Bibel Kring panangkasiadalah aliran keagamaan yang mengaku sebagai Bangsa Indonesia tetapi mereka tidak mau ikut pemilu, tidak memiliki KTP dan tidak menghormat ataupun mendirikan bendera. Karena hal itu mereka dianggap sebagai Penganut ini hidup dengan damai di Kecamatan lumban Julu. Perbedaan ajaran dalam agama sudah saling dimaklumi didaerah ini. Gaya hidup ibu-ibu penganut Bibel KringPanangkasi memiliki ciri khas yaitu selalu mengenakan sarung baik ke tempat Ibadah, Pajak, atau kemanapun mereka bepergian.

3


(68)

pemberontak sehingga dulu anggota komunitas inisering ditangkap dan ditahan. Namun komunitas ini tetap bertahan dengan gaya hidup mereka tersebut.

Bibel Kring panangkasi juga mengaku sebagai Masyarakat Batak Toba tetapi tidak mau mengikuti adat Batak Toba didaerahnya. Mereka juga tidak memakai simbol-simbol Batak Toba seperti Ulos4 dan Parjambaran5

Bibel Kring panangkasi juga mengaku sebagai orang Kristen tetapi tidak menggunakan simbol Salib seperti orang Kristen pada umumnya. Dalam komunitas merekapun tidak ada ritus perayaan Kristen seperti Natal dan Paskah. Menurut Sarjana Kristen Liberal, setiap perayaan utama tahunan Kristen adalah tradisi kepercayaan kristen. Gereja mengambil kepercayaan orang-orang primitif untuk disesuaikan dan dialihkan kedalam kepercayan Kristen.

dalam Adat Batak Toba.Dalam komunitas mereka juga tidak ada upacara pernikahan, menggali tulang belulang, acara kematian, dll.

6

Penganut Bibel Kring panangkasi dianggap terlalu kritis dalam pendalaman Alkitab. Segala yang menurutnya bertentangan dengan Alkitab tidak mereka jalankan. Isi buku pujian mereka juga harus berasal dari Alkitab dan tidak memiliki Selain itu tidak memiliki tempat ibadah yang tetap.

4

Secara Harafiah ulos adalah selimut. Dalam masyarakat Batak Toba, ulos adalah Kain adat yang merupakan hasil tenunan. Ulos merupakan lambang ikatan kasih, pelengkap upacara adat dan sistem sosial masyarakat Batak.

5

Parjambaran adalah penjatahan bagian daging binatang sembelihan yang berhak diterima

sesorang menurut adat.

6

Muhammad Fazlur, Islam Dan Kristen dalam Dunia Modern, (Jakarta: Bumi Aksara, 1998), hal. 71.


(69)

tangga nada seperti agama lain. Dalam komunitas mereka juga tidak ada istilah Pembabtisansebagai bukti kelahiran baru.

Karena hal-hal diataslah penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang Bibel Kring Panangkasidi Kecamatan Lumbanjulu mulai dari sejarah Bibel Kring Panangkasi, bagaimana mereka bertahan dengan gaya hidup mereka ditengah masyarakat batak Toba yang menjunjung tinggi adat istiadat, apa saja yang menjadi gaya hidup dalam komunitas mereka dan apa peran mereka di Kecamatan Lumbanjulu sehingga penulis memilih judul “Bibel Kring Panangkasi di Kecamatan Lumbanjulu tahun 1959-2007”. Rentang waktu yang dimulai tahun 1959 karena penyebaran Bibel Kring Panangkasi pertama kali adadi kecamatan Lumban Julu pada tahun 1959. Kemudian penulis membatasi hingga tahun 2007 karena pada tahun tersebut penganut Bibel Kring Panangkasisudah banyak yang keluar dari komunitas.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan Masalah merupakan tahapan yang paling penting seperti yang diungkapkan oleh Albert Einstein: “Perumusan sebuah permasalahan sering lebih esensial dibandingkan dengan pemecahannya itu sendiri”. Rumusan masalah merupakan alasan mengapa penelitian diperlukan, dan petunjuk yang mengarahkan tujuan penelitian. Bagian dalam perumusan masalah ini merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan yang akan dicari jawabannya oleh penulis.


(70)

Melihat dari latar belakang diatas maka penulis memberikan batasan kajian pokok permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana sejarah terbentuknya Bibel Kring Panangkasi di Kecamatan Lumbanjulu tahun 1959?

2. Bagaimana gaya hidup dalam komunitas penganut Bibel Kring Panangkasi di Kecamatan Lumbanjulu?

3. Bagaimana kelompok Bibel Kring Panangkasi dapat bertahan dilingkungan masyarakat Batak Toba yang kental akan adat istiadat ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan penelitian mengungkapkan sasaran yang hendak dicapai dalam penelitian. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada isi dan rumusan masalah penelitian. Perbedaannya terdapat dalam cara merumuskannya. Masalah penelitian dirumuskan dengan menggunakan kalimat tanya, sedangkan tujuan penelitian dituangkan dalam bentuk kalimat pernyataan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menjelaskan bagaimana sejarah Bibel Kring Panangkasi.

2. Menjelaskan bagaimana gaya hidup dalam komunitas penganut Bibel Kring Panangkasi di Kecamatan Lumban Julu.


(71)

3. Menjelaskan kebertahanan kelompok Bibel Kring Panangkasi di lingkungan masyarakat Batak Toba yang kental akan adat istiadat dan loyal pada pemerintahan.

Adapun Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Menambah pengetahuan tentang Bibel Kring Panangkasi.

2. Menambah literatur sejarah sehingga dapat digunakan sebagai bahan bacaan.

3. Untuk mempertajam kemampuan penulis dalam melakukan penulisan karangan ilmiah.


(72)

1.4 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka atau kajian teori mempunyai arti: peninjauan kembali pustaka-pustaka yang terkait. Sesuai dengan arti tersebut, suatu tinjauan pustaka berfungsi sebagai peninjauan (review) pustaka (laporan penelitian, dan sebagainya) tentang masalah yang berkaitan tidak selalu harus tepat identik dengan permasalahan yang dihadapi tetapi termasuk pula yang seiring dan berkaitan.

Kajian mengenai Sejarah Bibel Kring Panangkasi sebelumnya telah ada. Peneliti menemukan skripsi yang menulis tentang Bibel Kring Panangkasi di desaSionggang Utara yang merupakan salah satu desa di Kecamatan Lumbanjulu.Skripsi tersebut ditulis oleh Nesrawati Gultom (2008) dalam “Tinjauan Historis komunitas Penganut Bibel Kring Panangkasi di Sionggang Utara Kecamatan Lumbanjulu, Kabupaten Toba Samosir”. Skripsi ini fokus pada sejarah Bibel Kring Panangkasi di Desa Sionggang Utara, perkembangan komunitas penganut Bibel Kring Panangkasi dan kendala-kendala yang dihadapi penganut Bibel Kring Panangkasi dalam pengembangan penganut komunitas nya. Namun tulisan ini masih kurang memberikan informasi yang rinci tentang komunitas ini. Tulisan ini juga belum memenuhi kaidah penulisan skripsi sesuai dengan skripsi Sejarah Universitas Sumatera Utara. Tulisan ini penulis gunakan untuk disesuaikan dengan hasil penelitian penulis.


(73)

Selain itu, Penatua komunitasBibel Kring PanangkasiyaituL. Samosir (2003) dalam “Sejarah Bibel Kering Panak kasih”. Tulisan ini ditujukan agar menjadi buku bersejarah bagi penganut komunitas ini. Buku ini juga ditulis dalam bahasa batak toba. Buku ini akan penulis pergunakan sebagai bahan dalam penulisan sejarah Bibel Kring Panangkasi.

Selanjutnya, penulis menggunakanAlkitab Indonesia yang diterbitkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia yang berisi injil-injil Alkitab yang berkaitan dengan penelitian ini. Buku ini merupakan pedoman hidupBibel Kring Panangkasi. Buku ini akan digunakan penulis mengingat gaya hidup yang komunitas Bibel Kring Panangkasi terapkan beralaskan Alkitab.

Selain itu, penulis menggunakan tulisan Batara Sangti dalam “Sejarah Batak” (1977) menjelaskan sejarah masuknya aliran kepercayaan di tanah Batak, kebudayaan masyarakat Batak Toba yang dimana nanti akan berhubungan dengan penelitian ini karna mengingat daerah penelitian ini berada didaerah Batak Toba yang kental dengan adat istiadat. Komunitas Bibel Kring yang tidak mengikuti upacara adat didaerahnya meskipun mereka adalah suku asli Batak Toba karna tidak sesuai dengan ajaran mereka. Dalam buku ini memberikan gambaran bagaimana kehidupan bermasyarakat Batak Toba yang menjunjung tinggi adat istiadat, bagaimana masyarakat Batak Toba dalam beragama, yang kemudian akan menjadi perbandingan dalam aturan ajaran Bibel Kring Panangkasi yang menyimpang dari suku Batak Toba yang seharusnya.


(74)

1.5 Metode Penelitian

Setiap penelitian diwajibkan menggunakan metode penelitian. Metode penelitian adalah suatu cara atau aturan yang sistematis yang digunakan sebagai proses untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip untuk mencari kebenaran dari sebuah permasalahan. Dalam menulis sebuah peristiwa sejarah pada masa lampau yang direalisasikan dalam bentuk penulisan sejarah (historiografi), tentu harus menggunakan metode sejarah. Metode sejarah merupakan proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan jejak-jejak peninggalan sejarah. Dalam penerapannya, metode sejarah menggunakan empat tahapan pokok, yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi.

Tahap pertama adalah heuristik merupakan proses mengumpulkan dan menemukan sumber-sumber yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Metode yang dilakukan dalam heuristik adalah metode library research (penelitian kepustakaan) dan field research (penelitian lapangan). Sumber dapat merupakan sumber primer maupun sumber sekunder.

Setelah pengumpulan sumber, maka tahap selanjutnya adalah kritik sumber (verifikasi) yaitu sumber-sumber fakta yang dianalisis. Setelah sumber sejarah terkumpul maka dilanjutkan dengan tahapan kritik sumber untuk memperolrh keabsahan/keaslian sumber atau data yang didapat. Penulis dalam melakukan kritik sumber atau menyeleksi terhadap sumber sumber melalui kritik intern dan ekstern.


(1)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAK ... xi

BAB IPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1.4 Tinjauan Pustaka ... 8

1.5 Metode Penelitian ... 10

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN LUMBANJULU 2.1 Kondisi geografis Kecamatan Lumbanjulu ... 12

2.2 Demografi ... 16

2.3 Mata Pencaharian ... 18

2.4 Sistem kepercayaan ... 18

2.5 Sarana Dan Prasarana ... 19


(2)

BAB III BIBEL KRING PANANGKASI DI KECAMATAN LUMBANJULU

3.1 Sejarah Bibel Kring Panangkasi ... 24

3.2 Masuknya Bibel Kring Panangkasi ke Kecamatan Lumbanjulu ... 28

BAB IV GAYA HIDUP BIBEL KRING PANANGKASI DI KECAMATAN LUMBANJULU 4.1 Tidak Mengikuti Adat Istiadat ... 34

4.1.1 Upacara Perkawinan ... 4.1.2 Upacara Kelahiran ... 46

4.1.3 Upacara Kematian ... 48

4.1.4 Mendirikan Tambak atau Tugu ... 49

4.1.5 Upacara Mangongkal Holi ... 50

4.1.6 Tidak ada upacara kebesaran Kristen ... 51

4.2 Tidak Ada Upacara Kebesaran Kristen ... 43

4.3 Tidak Memiliki Struktur Kepemimpinan ... 45

4.4 Tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) ... 45


(3)

BAB V KEBERTAHANAN BIBEL KRING PANANGKASI DI KECAMATAN LUMBANJULU

5.1 Peran Bibel Kring Panangkasi ... 52

5.1.1 Peran Bibel Kring Panangkasi dalam lingkungan masyarakat ... 53

5.1.2 Peran Bibel Kring Panangkasi dalam komunitas mereka ... 53

5.1.3 Peran Bibel Kring Panangkasi dalam pemerintahan ... 57

5.2 Faktor Kebertahanan Penganut Bibel Kring Panangkasi ... 58

5.2.1 Faktor Intern ... 59

5.2.2 Faktor Ekstern ... 59

BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan ... 60

6.2 Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

DAFTAR INFORMAN ... 65 LAMPIRAN


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Luas wilayah Kecamatan Lumbanjulu menurut penggunaan lahan...13

Tabel 2 Jumlah Penduduk di Kecamatan Lumbanjulu menurut umur...16

Tabel 3 Jumlah Penduduk menurut pendidikan...17

Tabel 4 Jumlah penduduk menurut Pekerjaan...17

Tabel 5 Penduduk Kecamatan Lumbanjulu menurut Agama...19


(5)

LAMPIRAN

LAMPIRAN I Foto Gereja HKBP Tiga Dolok

LAMPIRAN II Foto-foto penganut Bibel Kring Panangkasi

LAMPIRAN III Foto-foto rumah penganut Bibel Kring Panangkasi LAMPIRAN IV Peta Kecamatan Lumbanjulu


(6)

ABSTRAK

Bibel Kring Panangkasi adalah aliran keagamaan yang merupakan perpecahan dari gereja HKBP Tiga Dolok. Komunitas ini ada sejak 1944 yang digerakkan oleh guru Filemon Simatupang. Perpecahan ini terjadi karena terdapatnya perbedaan teologis dan dogmatis sehingga membentuk komunitas sendiri. Kemudian komunitas ini menyebar kedaerah lain dan masuk ke Kecamatan Lumbanjulu pada tahun 1959. Setiap hari minggu komunitas ini beribadah dirumah-rumah untuk mendalami Alkitab. Gaya hidup yang mereka terapkan disesuaikan dengan Alkitab. Segala yang bertentangan dengan Alkitab menurut mereka, mereka tidak menjalankan. komunitas ini agak terasing karena memiliki gaya hidup berbeda dengan masyarakat batak toba di Kecamatan Lumbanjulu. Komunitas ini mengaku bersuku batak toba tetapi tidak mau mengikuti adat istiadat batak toba didaerahnya. Mereka juga mengaku Kristen teapi tidak merayakan upacara kebesaran kristen dan tidak memakai symbol Kristen seperti salib. Selain itu komunitas ini juga tidak mau ikut pemilu, tidak memiliki KTP, tidak menghormat atau mendirikan bendera, tidak boleh merantau dan tidak boleh berpendidikan tinggi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah dengan tahapan Heuristik (pengumpulan data atau sumber informasi), Kritik (pengujian sumber informasi), Interpretasi (penafsiran atau penyimpulan data), serta Historiografi (penulisan dalam bentuk skripsi). Tujuan dari penenilitian ini untuk mendeskripsikan sejarah masuknya bibel kring panangkasi ke kecamatan lumbanjulu, serta apa saja yang menjadi gaya hidup mereka dan bagaimana mereka bertahan dengan gaya hidup mereka di Kecamatan Lumbanjulu yang kental akan adat istiadat