Pengaruh Kolonialisme terhadap Sistem Hu

Pengaruh Kolonialisme terhadap Sistem Hukum di Indonesia
Hukum dan masyarakat merupakan hal yang memiliki keterkaitan satu sama lain
karena keduanya saling berkesinambungan. Dimana terdapat masyarakat, dapat
dipastikan terdapat pula hukum di masyarakat itu, baik yang tertulis maupun tidak
tertulis, sehingga masyarakat lah yang mendasari terbentuknya hukum yang
merupakan sarana pembangunan. Aturan-aturan yang terdapat dalam hukum ini
kemudian oleh masyarakat digunakan untuk mengatur kehidupan dalam
bermasyarakat yang secara perlahan namun pasti terus berkembang.

Sistem hukum negara Indonesia pada dasarnya dipengaruhi oleh tiga pilar sistem
hukum, yaitu sistem hukum Islam, sistem hukum adat, dan sistem hukum barat.
Sejarah menyebutkan bahwa sebelum penjajahan Belanda, terdapat hukum Islam
yang diterima oleh masyarakat karena Islam datang jauh sebelum Belanda
menjajah bangsa Indonesia. Hal tersebut diperkuat dengan adanya bukti seperti
keberadaan berbagai kerajaan yang bercorak Islam, antara lain Samudra Pasai,
Mataram, Banten, Cirebon, dan Demak. Selain itu terbitnya buku hukum Islam “asSirath al-Mustaqim” pada tahun 1628, serta perlawanan Diponegoro terhadap
Belanda yang diduga sebagai upaya penegakan Islam semakin memperkuat
hipotesis tersebut.

Meskipun pada awalnya kedatangan Belanda ke Indonesia tidak memiliki kaitan
dengan agama melainkan untuk kepentingan penjajah, namun secara otomatis

terjadi gesekan-gesekan terutama dalam aspek hukum dengan penduduk pribumi.
Berawal darisana lah muncul berbagai teori seperti Receptio in Complexu yang
membahas penduduk berlaku agamanya masing-masing, Receptie yang membahas
hukum Islam mengikuti hukum adat, Receptie Exit seperti Piagam Jakarta, Receptio
A Contrario yang mengatakan bahwa hukum adat berlaku jika tidak bententangan
dengan Islam, dan eksistensi yang berarti terdapat hukum Islam dalam hukum
nasional di Indonesia.

Di sisi lain keberadaan hukum adat yang terdapat di Indonesia juga tidak lepas dari
pengaruh Belanda, walaupun di beberapa daerah di Indonesia seperti Aceh telah
mengenal hukum adat contohnya seperti hukuman mati bagi istri yang melakukan
perzinahan, hukuman potong tangan bagi pencuri, dan sebagainya. Cornelis Snouk
Hoorgronje, orang yang memperkenalkan hukum adat di Indonesia,
mengungkapkan bahwa yang mengendalikankehidupan masyarakat di daerah Aceh
adalah adat yang berkonsekuensi hukum. Dari sisi efek penjajahan, campur tangan
Belanda dapat dilihat dari adanya Papakem Cirebon yang merupakan pegangan
bagi hakim di peradilan Barat yang berisikan hukuman seperti pemukulan, cap

bakar, dirantai, dan lain sebagainya (Lev, t.t). Sistem hukum barat merupakan
warisan dari zaman penjajahan kolonial Belanda yang bersifat individualistik yang

disebabkan dari pengalaman bangsa Indonesia yang telah dijajah oleh Belanda
selama kurang lebih 3,5 abad. Sebagai penjajah pada masa itu, Belanda pun
menerapkan hukum yang telah menjadi landasannya di Indonesia, yang pada
akhirnya mempengaruhi sistem hukum nasional. Hal tersebut dapat dilihat dari
peninggalan yang berupa hukum perdata atau private yang lebih dikenal dengan
Burgerlijk Wetboek (BW) yang berlaku atas dasar Aturan Peralihan Undang-Undang
Dasar 1945 yang berbunyi semua peraturan yang ada hingga pada saat Indonesia
merdeka masih tetap berlaku selama belum diadakan yang baru (Lev, t.t). Di zaman
penjajahan Jepan pun, sistem hukum BW masih kerap kali ditetapkan.

Pengaruh Belanda dalam hukum pidana dapat dilihat dari pembedaan perlakuan
yang diterapkan seperti golongan Eropa mendapat hukuman lebih ringan
dibandingkan dengan golongn pribumi dan Timur Asing. Semua hukuman tersebut
berlaku untuk semua orang Hindia Belanda pada tahun 1918.

Pengalaman dijajah oleh bangsa asing, terutama Belanda, sedikit banyak
mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara bangsa Indonesia. Hal tersebut
dapat dibuktikan dengan adanya tiga pilar hukum yang menjadi dasar hukum
nasional Indonesia. Akan tetapi, sistem hukum tersebut tidak serta merta ada tanpa
adanya campur tangan dari pihak Belanda yang menginginkan sistemnya juga

diterapkan di Indonesia, yang notabene merupakan negara jajahannya pada saat
itu.