Jurnal Peningkatan hasil belajar siswa m
1
Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih Pokok Bahasan
Sholat Witir di Kelas III Hudaibiyyah SD NU Insan Cendekia
Ngadiluwih
Ashlih Izzy
Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Tribakti Kediri
ABSTRAK
Permasalahan utama penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa kelas III
Hudaibiyyah SD NU Insan Cendekia Ngadiluwih pada mata pelajaran Fiqih pokok
bahasan sholat witir. Telah dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan
untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih pokok bahasan sholat
witir melalui penerapan metode demonstrasi di kelas III Hudaibiyyah SD NU Insan
Cendekia Ngadiluwih. Penelitian ini dilaksanakan dua siklus, setiap siklus terdiri dari
empat tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi, dengan
jumlah siswa 21 yaitu terdiri dari 14 orang laki-laki dan 7 orang perempuan. Dari hasil
evaluasi akhir siklus I diperoleh ketuntasan belajar klasikal sebesar 48% dengan nilai ratarata 67,8. Hasil evaluasi akhir siklus II diperoleh ketuntasan belajar klasikal sebesar 76%,
dengan nilai rata-rata 78,3. Dapat disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih pokok bahasan sholat
witir di kelas III Hudaibiyyah SD NU Insan Cendekia Ngadiluwih.
Kata Kunci: Metode Demonstrasi, Fiqih, Solat Witir
ABSTRACT
The main problem of this research is the low learning result of third grade student
of Hudaibiyyah SD NU Insan Cendekia Ngadiluwih on subject of Fiqih subject of prayer
of witr. Classroom Action Research (PTK) has been conducted to improve students'
learning outcomes in the subject of Fiqh subject of witir prayer through the
implementation of demonstration method in class III Hudaibiyyah SD NU Insan Cendekia
Ngadiluwih. This study was conducted two cycles, each cycle consists of four stages:
planning, action implementation, observation and reflection, with the number of students
21 consisting of 14 men and 7 women. From the results of the final evaluation of the cycle
I obtained classical learning completeness of 48% with an average value of 67,8. The
result of final evaluation of cycle II obtained by classical learning completeness equal to
76%, with average value 78,3. It can be concluded that the implementation of
demonstration methods can improve student learning outcomes in the subjects of Fiqh
subject of prayer witir in class III Hudaibiyyah SD NU Insan Cendekia Ngadiluwih.
Keywords: Demonstration Method, Fiqh, Solat Witr
A. PENDAHULUAN
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan pada siswa kelas III
Hudaibiyyah SD NU Insan Cendekia Ngadiluwih, menunjukkan bahwa suasana
pembelajaran sudah lumayan bagus meski masih terdapat beberapa kelemahan dan
kekurangan sehingga mengakibatkan kekurang berhasilan dalam belajar yang
rata-rata dihadapi oleh beberapa siswa yang kurang memiliki motivasi belajar.
2
Nilai rata-rata perolehan mata pelajaran Fikih pokok bahasan sholat witir hanya
mencapai 58,6 dan ketuntasan belajar klasikal hanya mencapai 38%. Dari data
tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih tergolong belum
mencukupi.
Sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang berlaku di SD NU
Insan Cendekia Ngadiluwih untuk kelas III mata pelajaran Fikih terhitung sangat
tinggi yakni 70, sehingga perlu ada solusi untuk mengatasi masalah tersebut.
Penulis dapat menyimpulkan bahwa lemahnya nilai perolehan siswa pada mata
pelajaran Fiqih disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adanya metode
pembelajaran konvensional yang masih sering diterapkan oleh guru, dalam proses
pembelajaran masih cenderung menggunakan metode ceramah, dan jarang
menggunakan media atau alat peraga sehingga proses pembelajaran terkesan satu
arah, siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar dan terkesan bahwa
pelajaran Fiqih khususnya pada pokok bahasan sholat witir dianggap sebagai
pelajaran hafalan.
Mengajar dibutuhkan upaya untuk membangkitkan motivasi belajar siswa
yaitu dengan membimbing siswa untuk terlibat langsung dan aktif dalam
menemukan konsep Fiqih khususnya pada bahasan sholat witir. Setelah
dilaksanakan beberapa metode pembelajaran diantaranya metode ceramah, metode
pemberian tugas dan metode tanya jawab tapi belum juga mencapai target
ketuntasan. Sedangkan belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu
dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut koognitif, afektif, dan
psikomotor.1
Melalui penggunaan metode yang tepat, sebagaimana metode adalah cara
yang digunakan untuk menyampaikan meteri pembelajaran dalam upaya mencapai
tujuan kurikulum. Suatu metode mengandung pengertian terlaksananya kegiatan
guru dan kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Metode dilaksanakan melalui
prosedur tertentu2. Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara-cara yang
berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berada di bawah kondisi yang
berbeda3,.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlu dilakukan suatu perbaikan
metode pembelajaran dengan menerapkan metode demonstrasi.
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan
barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara
langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan
pokok bahasan atau materi yanga sedang disajikan.4 Metode demonstrasi adalah
metode yang membuat perhatian siswa dapat berpusat pada apa yang
didemonstrasikan. Jadi, proses siswa akan lebih terarah dan akan mengurangi
perhatian siswa pada hal-hal lain diluar pembelajaran, dapat merangsang siswa
untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar, dapat menambah pengalaman
1 Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya:Usaha
Nasional, 1994
2 Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara2005
3 Hamdah, Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. 2008
4 Muhibbi Syah (2000). Metode Demonstrasi. http://www.academia.edu/ 5374249/ untuk
demonstrasi dalam belajar metode demonstrasi.
3
siswa, dapat membantu siswa mengingat lebih lama tentang materi yang
disampaikan, dapat mengurangi kesalah fahaman materi pengajaran, dapat
menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap siswa karena ikut
serta berperan secara langsung, memupuk perkembangan dan keberanian,
mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri, sehingga hasil belajar
sesuai dengan apa yang diharapkan
Berdasarkan pemikiran tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
Fiqih siswa dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode pembelajaran yang
menciptakan kondisi yang menarik dan menyenangkan bagi guru dan siswa yaitu
dengan penerapan metode demonstrasi.
B. METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan tindakan partisipasi dengan bentuk
Penelitian Tindakan Kelas. Peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian sejak
awal sampai dengan akhir penelitian yang berupa hasil penelitian. Penelitian ini
mengikuti tahap tindakan yang bersiklus. Tiap siklus dilakukan beberapa kegiatan,
diantaranya 1) perencanaan tindakan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi, dan 4)
refleksi.
Lokasi dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD NU Insan Cendekia Ngadiluwih, dengan
alamat jalan Prof. Dr. Moestopo 77 Ngadiluwih Kediri Jawa Timur.
Subyek penelitian ini adalah siswa di kelas III Hudaibiyyah SD NU Insan
Cendekia Ngadiluwih. Pemilihan subyek penelitian berdasarkan masalah yang
terdapat pada kelas tersebut. Siswa dikelas III Hudaibiyyah berjumlah 21 orang 14
orang laki-laki dan 7 orang perempuan.
Jenis data dan Pengambilan data
Jenis data dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif dan data kualitatatif.
1. Data kuantitatif yaitu berupa kemampuan siswa menyelesaikan soal pokok
bahasan sholat witir yang terdiri dari hasil tugas siswa, hasil tes awal dan
tes akhir.
2. Data kualitatif yaitu data aktivitas guru dan siswa pada pembelajaran Fiqih
pada pokok bahasan sholat witir serta data kesulitan siswa dalam
memahami materi.
Dalam penelitian ini, Pengumpulan data dilakukan dengan cara:
1. Pemberian tes awal dan tes pada setiap akhir tindakan.
Tes awal diberikan sebelum tindakan dengan tujuan untuk mengumpulkan
informasi tentang pemahaman awal siswa pada pokok bahasan sholat witir,
sedangkan tes pada akhir tindakan dalakukan untuk memperoleh data
tentang peningkatan hasil belajar siswa yang dicapai oleh siswa.
2. Observasi
Observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dengan
menggunakan lembar observasi. Dengan tujuan untuk mengamati aktivitas
guru (peneliti) dan siswa, yang melakukan observasi atau observer adalah
teman sejawat.
Catatan Lapangan
4
Catatan ini tentang hasil penelitian.
Data yang dikumpulkan kemudian diolah, dimulai dengan menelaah
seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dari hasil observasi, catatan
lapangan dan pemberian tes.
Adapun tahap-tahap pengelolahan data adalah sebagai berikut:
1. Mereduksi Data
Yaitu menyeleksi dan menyederhanakan data sejak awal pengumpulan data
sampai dengan penyusunan.
2. Penyajian Data
Dilakukan dengan cara menyusun informasi yang telah diperoleh sehingga
dapat memberikan kesimpulan pengambilan tindakan. Data yang disajikan
tersebut selanjutnya dibuat penafsiran dan evaluasi untuk membuat
perencanaan tindakan berikutnya.
3. Verifikasi Data
Merupakan pengambilan initsari/kesimpulan dan sajian data yang telah
terorganisasikan dalam bentuk pernyataan singkat, padat dan bermakna.5
Pengelolaan data kualitatif diambil dari data aktivitas guru dan siswa yang
diperoleh melalui lembar observasi siswa, dianalisis dan dinyatakan dalam
bentuk persentase yang dihitung dengan mengkriteriakan prestasi belajar
yang telah dicapai oleh siswa menurut tingkat penguasaannya terhadap
materi pembelajaran, digunakan rumus :
1. Prestasi belajar sangat baik apabila siswa dapat menguasai materi pelajaran
antara 90–100%
2. Prestasi belajar baik apabila siswa dapat menguasai materi pelajaran antara
80–89%
3. Prestasi belajar cukup apabila siswa dapat menguasai materi pelajaran
antara 65–79%
4. Prestasi belajar dikatakan kurang apabila siswa dapat menguasai materi
pelajaran antara 55 – 64%
5. Prestasi belajar dikatakan sangat kurang apabila siswa dapat menguasai
materi pelajaran kurang dari 55%
Data kualitatif diperoleh siswa dari tes awal, tes akhir siklus I dan tes akhir
siklus II. Data kemudian diolah dan dinyatakan dalam bentuk persentase yang
dihitung dengan menggunakan rumus. Suatu kelas dikatakan tuntas belajar secara
inividu jika persentase daya serap individu sekurang-kurang 65%.
Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian indakan kelas (PTK) adalah apabila hasil
belajar siswa kelas III Hudaibiyyah SD NU Insan Cendekia selama proses
pembelajaran setiap siklus mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II.
C. HASIL PENELITIAN
Siklus I
5 Jauhar Fuad dan Hamam, Teori Dan Praktik Penelitian Tindakan Kelas (PTK),
(Tulungagung: STAIN Tulunggung Press, 2012)
5
Kegiatan pembelajaran pada siklus 1 dilaksanakan dalam waktu 1 jam
pelajaran dengan lama pembelajaran 35 menit. Dimulai dengan perkenalan dan
persipan kelas.
Pada kegiatan awal siklus 1, peneliti menyiapkan perangkat Pembelajaran
(RPP) dan lembar soal. Pada awal kegiatan peneliti menyampaikan materi dengan
tema solat witir. Pada pembelajaran ini, peneliti lebih banyak menjelaskan konsep
dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Dalam proses
pembelajaran sebagian besar siswa hanya mendengarkan dan terkadang berbicara
sendiri dengan temannya.
Kegiatan diawali dengan perkenalan, dan apersepsi atas materi yang
disamapaika guru kelas pada pertemuan sebelumnya yakni sholat tarowih. Pada
siklus 1 peneliti menyampaikan materi dasar hukum solat witir, jumlah rokaat,
tata cara pelaksanaan solat witir, waktu pelaksanaan solat witir, bacaan solat witir,
dan menghafalkan do’a solat witir. Kemudian peneliti mengevaluasi kemampuan
siswa dalam menerima dan memahami materi pembelajaran dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan sela yang berkaitan dengan solat witir.
Gambar 1
Peneliti menyampaikan materi di kelas
Setelah materi terasa cukup disaampaikan, peneliti memberikan demonstrasi
tentang cara melaksanakan solat witir. Peneliti mempraktikkan cara melaksanakan
solat witir dan seluruh siwa memperhatikan. Praktik solat diulang tiga kali sampai
sekiranya semua siswa dapat memahami betul tata cara solat witir.
Di akhir pembelajaran, tidak lupa peneliti memberikan beberapa pertanyaan
tebakan untuk menambah kefahaman siswa.
Evaluasi yang dilakukan oleh peneliti selama pembelajaran berlangsung,
bertujuan untuk melihat kesesuian rencana pembelajaran dengan proses
pembelajaran. Temuan yang didapat :
a. keengganan siswa untuk menanggapi
b. kurangnya keterlibatan siswa dalam menjawab pertanyaan guru
c. selain itu, keadaan kelas yang minim ventilasi udara menyebabkan siswa
gerah dan cenderung ramai sendiri untuk mecari aktifitas lain
Peneliti memberikan tes akhir kepada setiap siswa untuk mengukur
kemampuan siswa setelah mengikuti pelajaran. Berdasarkan pelaksanaan
perbaikan pembelajaran tersebut, diperoleh hasil sebagai berikut:
6
Siswa
6
5
4
Siswa
3
2
1
0
40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-99
Grafik 1
Prestasi belajar Siswa Tahap Siklus 1
Jika dilihat pada grafik 1, dari total 21 siswa kelas III Hudaibiyyah pada
mata Fiqih siswa yang tuntas mencapai 10 siswa (48%) dengan rata-rata nilai
67,8. Pada pembelajaran siklus I ada permasalahan yang ditemukan : ada siswa
yang kurang aktif dalam mendengarkan penjelasan, dan ada pula siswa yang
lambat dalam memahami materi pelajaran.
Hasil refleksi pada siklus I ada beberapa hal yang menjadi masalah dan
sebagai evaluasi : pertama, pada siklus I, pada saat pembelajaran banyak siswa
yang hanya mendengarkan. Demonstrasi yang dilakukan oleh peneiliti yang
semula diharapkan mampu menjadi pembelajaran bagi siswa belum begitu mampu
menarik perhatian siswa pada materi pelajaran. Hal ini didukung oleh keadaan
kelas yang kekurangan ventilasi udara, sehingga perhatian siswa yang terpecahpecah mempengaruhi siswa lain sehingga mengurangi konsentrasi belajar. Selain
itu, waktu belajar yang singkat belum mampu mengakomodir seluruh materi yang
seharusnya mampu disampaikan oleh peneliti. Seharusnya di siklus berikutnya hal
itu lebih diperkuat dengan partisipasi murid dalam mempraktikkan cara solat di
depan temanya. Selain itu peneliti harus lebih intensif dalam membimbing siswa
yang mengalami kesulitan dalam memahami. Keterbatasan waktu menyebabkan
peneliti hanya fokus pada analisis kelas dan penyampaian materi tanpa sempat
merencanakan penanganan kepada siswa yang memiliki perhatian lebih untuk
mampu memahami pelajaran. Peneliti pun seharusnya bisa meminta bantuan pada
siswa lain untuk memberikan bantuan belajar kepada siswa yang lemah dalam
belajar, atau dengan memberikan hadiah untuk menambah semangat belajar pada
siswa.
Kedua, prosentasi hasil tes yang telah dilakukan oleh peneliti pada siklus I
belum mampu mencapai ketuntasan belajar yang sesuai dengan Standar
Ketuntasan Belajar Minimum (SKBM) yaitu 75%, maka perlu diadakan perbaikan
pembelajaran pada perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II.
Diharapkan setelah siklus II berlangsung, hasil tes akhir siswa dapat meningkat
dan mencapai ketuntasan sesuai dengan Standar Ketuntasan Belajar Minimum
(SKBM) yang telah ditentukan.
7
Siklus II
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus II praktek solat witir yang
dilaksanakan di musholla SD NU Insan Cendekia. Berdasarkan evaluasi siklus I
peneliti memfokuskan siklus II dengan praktik dan demonstrasi di luar kelas.
Pembelajaran dilakukan di musholla untuk menghindari kekurangfokusan siswa
lain saast pelajaran. Pada awal kegiatan siklus II, peneliti mengulangi secara
singkat materi yang telah disampaikan sebelumnya di siklus I. Peneliti
mendemonstrasikan ulang secara singkat solat witir. Kemudian membagi kelas
menjadi lima kloter/kelompok untuk mampu memperagakan di depan teman satu
kelasnya. Hal ini selain akan memudahkan siswa dalam menghafal dan
memahami dengan melakukan secara langsung, juga agar setiap siswa
bertanggung jawab dengan kefahaman yang telah didapatnya. Setiap kelompok
memperagakan di depan teman satu kelasnya dengan salah satu menjadi imam dan
lainya menjadi makmum. Setelah demondtrasi per kelompok selesai, kemudian
peneliti memotivasi siswa dengan memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan oleh siswa tadi.
Langkah-langkah yang dilakukan pada siklus II ini sedikit berbeda dengan
langkah-langkah pada siklus I. Proses demonstrasi silakukan langsung oleh siswa
kepada teman satu kelasnya, sehingga siswa benar-benar menyiapkan dan
menghafal semua gerakan solat yang telah diajarkan oleh peneliti.
Pada dasarnya hampir sama pada kegiatan awal sampai akhir dengan
kegiatan pada siklus I, perbedaanya pada saat demonstrasi. Pada siklus I
demonstrasi hanya dilakukan oleh peneliti, pada siklus II peneliti meminta siswa
untuk mampu mendemonstrasikan kepada teman satu kelasnya senditi, hal ini
digunakan untuk mempertegas pemahaman siswa dan sebagai acuan untuk tes.
Peneliti memberikan tes akhir (tes individu) untuk mengukur kemampuan
siswa setelah mengikuti pelajaran. Pada akhir kegiatan pembelajaran peneliti
melakukan refleksi bersama dengan siswa. Peneliti membimbing siswa untuk
menyimpulkan materi yang telah dipelajari, untuk mengetahui apakah tujuan
pembelajaran sudah bisa tercapai atau belum.
Gambar 2
Praktik demonstrasi pembelajaran yang dilakukan oleh siswa.
Berdasarkan pelaksanaan perbaikan pembelajaran tersebut, diperoleh hasil
sebagai berikut:
8
Siswa
7
6
5
4
3
2
1
0
40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-99
Siswa
Grafik 2
Prestasi belajar Siswa Tahap Siklus II
Jika dilihat pada Grafik 2, dari 21 siswa kelas III Hudaibiyyah pada
pelajaran fikih materi solat witir yang tuntas sudah mencapai 16 siswa (76%)
dengan rata-rata nilai 78,3. Dengan demikian ada 5 siswa yang dinyatakan belum
tuntas. Prosentase tersebut sudah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal.
Dari data di atas, presentase ketuntasan prestasi belajar siswa sudah mampu
dianggap memuaskan dan ketuntasan belajar secara klasikal dianggap sudah
tuntas. Dengan demikian tidak perlu dilakukan perbaikan dalam siklus II.
D. PEMBAHASAN
Pada siklus I, peneliti mulai menggunakan metode demonstrasi. Penggunaan
metode ini sangat tepat digunakan untuk menyampaikan materi solat witir, karena
siswa mampu melihat secara langsung bagaimana pelaksanaan solat witir.
Antusiasme yang didapatkan peneliti dari siswa hanya sekitar separuh lebih
sedikit saja dikarenakan keadaan kelas yang kurang mendukung dan sempitnya
waktu yang dimuliki peneliti untuk mampu menyampaikan seluruh materi
pelajaran. Ketuntasan siswa pada siklus 1 belum menyentuh angka minimal, hal
ini dikarenakan banyaknya proses materi ceramah yang harus disampaikan
peneliti kepada siswa sebelum mendemonstrasikan tata cara solat witir.
Pada siklus II ini ketuntasan belajar siswa terus meningkat dari
pembelajaran siklus 1 yang dilakukan sampai perbaikan pembelajaran siklus II.
Hanya 5 orang siswa yang masih memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan
Minimal. Perbaikan pembelajaran berhasil dilaksanakan sampai siklus II. Ternyata
dengan menggunakan demonstrasi dengan melibatkan siswa yang dipacu untuk
mampu melakukan di hadapan teman sekelanya mampu membuat siswa menyerap
secara cepat materi pelajaran sehingga prestasi belajar yang diharapkan dapat
dicapai.
Peningkatan aktivitas belajar siswa mulai dari siklus I sampai siklus II.
Siswa termotivasi dan tertarik mengikuti pelajaran yang ditunjukkan dengan
kesiapan siswa untuk mampu melakukan praktik solat witir di depan teman satu
kelasnya. Hasil evaluasi prestasi belajar pada siklus II ini, prosentase ketuntasan
siswa meningkat dari 48% menjadi 76%, maka proses perbaikan pembelajaran
9
dikatakan tuntas karena sudah lebih dari 70%, sehingga tidak perlu diadakan
tindak lanjut perbaikan pembelajaran.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, pemahaman
siswa pada materi prasyarat sangat dibutuhkan. Informasi baru harus dikaitkan
dengan informasi sebelumnya sehingga menyatu dalam skema yang dimiliki
siswa. Jadi dengan mengecek keterkaitan antara pengetahuan dengan prasyarat
yang dimiliki siswa dengan materi yang dipelajari dapat membentuk pemahaman
awal siswa terhadap materi tersebut.6
Peningkatan hasil tersebut di atas disebabkan karena proses perbaikan
pembelajaran yang terus diupayakan peneliti pada dua tindakan di siklus II.
Aktivitas peneliti yang semakin membaik berpengaruh pada membaiknya
aktivitas kinerja siswa, sehingga berdampak pula pada hasil belajar siswa yang
terlihat dari hasil evaluasi yang dilaksanakan pada akhir tindakan siklus II.
Berdasarkan rekapitulasi prestasi belajar di atas, dapat ditunjukkan pada
diagram berikut ini:
7
6
5
4
siklus 1
siklus 2
3
2
1
0
40-4950-5960-6970-7980-8990-99
Grafik 3
Ketuntasan Prestasi Belajar
Berdasarkan grafik 3, dalam penelitian ini, maka dapat dijelaskan bahwa
melalui metode demonstrasi terjadi peningkatan prestasi belajar siswa sebesar
28%. Pada siklus I dari 48% dengan nilai rata-rata 67,8 meningkat pada siklus II
menjadi 76%, dengan nilai rata-rata 78,3.
Mata Pelajaran Fikih
78.3
67.8
Siklus I
Siklus II
Grafik 4
Rata-rata Prestasi Belajar
6 Hujodo dkk, Upaya-upaya Meningkatkan Peran Pedidikan dalam Era Globalisasi.
Program Pasca Sarjana. IKIP. Malang. 1998
10
Dengan demikian pemilihan metode demonstrasi sangat tepat dalam
penyampaian materi pada mata pelajaran fiqih terkhusus materi pembelajaran
solat witir pada kelas III Hudaibiyyah SD NU Insan Cendekia Ngadiluwih. Hal ini
dapat dibuktikan dengan beberapa peneliti sebelumnya yang menggunakan
metode demonstrasi ini dalam menyampaikan pelajaran.
Pada proses pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi ini,
memiliki kesamaan tujuan yaitu meningkatkan prestasi belajar siswa. Siswa
menjadi aktif dalam mengikuti pelajaran dan tercipta suasana belajar yang
menyenangkan. Siswa yang diberi kewajiban untuk mampu mendemonstrasikan
solat di depan teman satu kelasnya akan terdorong untuk belajar sehingga
berdampak pada meningkatnya prestasi belajar. Namun terdapat perbedaan pada
peneliti sebelumnya yakni penelitian ini menggunakan subyek siswa sebagai
pelaku utama dalam mendemonstrasikan materi pelajaran. Bukan hanya dilakukan
oleh guru atau peneliti semata.
E. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian ini maka kesimpulan yang diperoleh
sebagai berikut:
Hasil belajar siswa kelas III Hudaibiyyah SD NU Insan Cendekia
Ngadiluwih pada siklus 1 dengan materi pengertiansolat witir dan syarat-syarat
solat witir memperoleh nilai rata-rata sebesar 67,8 dengan ketuntasan belajar 48%
dan hasil belajar siswa pada siklus II dengan materi tata cara solat witir dan
hikmahnya mengalami peningkatan dengan memperoleh nilai rata-rata 78,3 dan
ketuntasan belajar secara klasikal 76%.
Saran
Agar siswa lebih cepat memahami materi belajar, serta mampu menangkap
secara langsung inti dari pembelajaran dengan mengajarkan siswa untuk mampu
merekonstruksi secara mandiri pemahaman dalam dirinya masing-masing maka
metode pembelajaran yang tepat adalah metode demonstrasi.
Metode demonstrasi ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih metode pembelajaran yang
sesuai dan efektif khususnya untuk mengajarkan mata pelajaran Fiqih.
DAFTAR PUSTAKA
Djaramah, Syaiful Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi
Guru, Surabaya: Usaha Nasional
Fuad, Jauhar dan Hamam. 2012. Teori Dan Praktik Penelitian Tindakan
Kelas (PTK), Tulungagung: STAIN Tulunggung Press
Hamalik. 2005. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Hamdah. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hujodo, dkk. 1998. Upaya-upaya Meningkatkan Peran Pedidikan dalam
Era Globalisasi. Program Pasca Sarjana. IKIP. Malang
Syah, Muhibbi. 2000. Metode Demonstrasi. http://www.academia.edu/
5374249/ untuk demonstrasi dalam belajar metode demonstrasi.
Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih Pokok Bahasan
Sholat Witir di Kelas III Hudaibiyyah SD NU Insan Cendekia
Ngadiluwih
Ashlih Izzy
Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Tribakti Kediri
ABSTRAK
Permasalahan utama penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa kelas III
Hudaibiyyah SD NU Insan Cendekia Ngadiluwih pada mata pelajaran Fiqih pokok
bahasan sholat witir. Telah dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan
untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih pokok bahasan sholat
witir melalui penerapan metode demonstrasi di kelas III Hudaibiyyah SD NU Insan
Cendekia Ngadiluwih. Penelitian ini dilaksanakan dua siklus, setiap siklus terdiri dari
empat tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi, dengan
jumlah siswa 21 yaitu terdiri dari 14 orang laki-laki dan 7 orang perempuan. Dari hasil
evaluasi akhir siklus I diperoleh ketuntasan belajar klasikal sebesar 48% dengan nilai ratarata 67,8. Hasil evaluasi akhir siklus II diperoleh ketuntasan belajar klasikal sebesar 76%,
dengan nilai rata-rata 78,3. Dapat disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih pokok bahasan sholat
witir di kelas III Hudaibiyyah SD NU Insan Cendekia Ngadiluwih.
Kata Kunci: Metode Demonstrasi, Fiqih, Solat Witir
ABSTRACT
The main problem of this research is the low learning result of third grade student
of Hudaibiyyah SD NU Insan Cendekia Ngadiluwih on subject of Fiqih subject of prayer
of witr. Classroom Action Research (PTK) has been conducted to improve students'
learning outcomes in the subject of Fiqh subject of witir prayer through the
implementation of demonstration method in class III Hudaibiyyah SD NU Insan Cendekia
Ngadiluwih. This study was conducted two cycles, each cycle consists of four stages:
planning, action implementation, observation and reflection, with the number of students
21 consisting of 14 men and 7 women. From the results of the final evaluation of the cycle
I obtained classical learning completeness of 48% with an average value of 67,8. The
result of final evaluation of cycle II obtained by classical learning completeness equal to
76%, with average value 78,3. It can be concluded that the implementation of
demonstration methods can improve student learning outcomes in the subjects of Fiqh
subject of prayer witir in class III Hudaibiyyah SD NU Insan Cendekia Ngadiluwih.
Keywords: Demonstration Method, Fiqh, Solat Witr
A. PENDAHULUAN
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan pada siswa kelas III
Hudaibiyyah SD NU Insan Cendekia Ngadiluwih, menunjukkan bahwa suasana
pembelajaran sudah lumayan bagus meski masih terdapat beberapa kelemahan dan
kekurangan sehingga mengakibatkan kekurang berhasilan dalam belajar yang
rata-rata dihadapi oleh beberapa siswa yang kurang memiliki motivasi belajar.
2
Nilai rata-rata perolehan mata pelajaran Fikih pokok bahasan sholat witir hanya
mencapai 58,6 dan ketuntasan belajar klasikal hanya mencapai 38%. Dari data
tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih tergolong belum
mencukupi.
Sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang berlaku di SD NU
Insan Cendekia Ngadiluwih untuk kelas III mata pelajaran Fikih terhitung sangat
tinggi yakni 70, sehingga perlu ada solusi untuk mengatasi masalah tersebut.
Penulis dapat menyimpulkan bahwa lemahnya nilai perolehan siswa pada mata
pelajaran Fiqih disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adanya metode
pembelajaran konvensional yang masih sering diterapkan oleh guru, dalam proses
pembelajaran masih cenderung menggunakan metode ceramah, dan jarang
menggunakan media atau alat peraga sehingga proses pembelajaran terkesan satu
arah, siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar dan terkesan bahwa
pelajaran Fiqih khususnya pada pokok bahasan sholat witir dianggap sebagai
pelajaran hafalan.
Mengajar dibutuhkan upaya untuk membangkitkan motivasi belajar siswa
yaitu dengan membimbing siswa untuk terlibat langsung dan aktif dalam
menemukan konsep Fiqih khususnya pada bahasan sholat witir. Setelah
dilaksanakan beberapa metode pembelajaran diantaranya metode ceramah, metode
pemberian tugas dan metode tanya jawab tapi belum juga mencapai target
ketuntasan. Sedangkan belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu
dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut koognitif, afektif, dan
psikomotor.1
Melalui penggunaan metode yang tepat, sebagaimana metode adalah cara
yang digunakan untuk menyampaikan meteri pembelajaran dalam upaya mencapai
tujuan kurikulum. Suatu metode mengandung pengertian terlaksananya kegiatan
guru dan kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Metode dilaksanakan melalui
prosedur tertentu2. Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara-cara yang
berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berada di bawah kondisi yang
berbeda3,.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlu dilakukan suatu perbaikan
metode pembelajaran dengan menerapkan metode demonstrasi.
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan
barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara
langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan
pokok bahasan atau materi yanga sedang disajikan.4 Metode demonstrasi adalah
metode yang membuat perhatian siswa dapat berpusat pada apa yang
didemonstrasikan. Jadi, proses siswa akan lebih terarah dan akan mengurangi
perhatian siswa pada hal-hal lain diluar pembelajaran, dapat merangsang siswa
untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar, dapat menambah pengalaman
1 Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya:Usaha
Nasional, 1994
2 Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara2005
3 Hamdah, Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. 2008
4 Muhibbi Syah (2000). Metode Demonstrasi. http://www.academia.edu/ 5374249/ untuk
demonstrasi dalam belajar metode demonstrasi.
3
siswa, dapat membantu siswa mengingat lebih lama tentang materi yang
disampaikan, dapat mengurangi kesalah fahaman materi pengajaran, dapat
menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap siswa karena ikut
serta berperan secara langsung, memupuk perkembangan dan keberanian,
mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri, sehingga hasil belajar
sesuai dengan apa yang diharapkan
Berdasarkan pemikiran tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
Fiqih siswa dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode pembelajaran yang
menciptakan kondisi yang menarik dan menyenangkan bagi guru dan siswa yaitu
dengan penerapan metode demonstrasi.
B. METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan tindakan partisipasi dengan bentuk
Penelitian Tindakan Kelas. Peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian sejak
awal sampai dengan akhir penelitian yang berupa hasil penelitian. Penelitian ini
mengikuti tahap tindakan yang bersiklus. Tiap siklus dilakukan beberapa kegiatan,
diantaranya 1) perencanaan tindakan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi, dan 4)
refleksi.
Lokasi dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD NU Insan Cendekia Ngadiluwih, dengan
alamat jalan Prof. Dr. Moestopo 77 Ngadiluwih Kediri Jawa Timur.
Subyek penelitian ini adalah siswa di kelas III Hudaibiyyah SD NU Insan
Cendekia Ngadiluwih. Pemilihan subyek penelitian berdasarkan masalah yang
terdapat pada kelas tersebut. Siswa dikelas III Hudaibiyyah berjumlah 21 orang 14
orang laki-laki dan 7 orang perempuan.
Jenis data dan Pengambilan data
Jenis data dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif dan data kualitatatif.
1. Data kuantitatif yaitu berupa kemampuan siswa menyelesaikan soal pokok
bahasan sholat witir yang terdiri dari hasil tugas siswa, hasil tes awal dan
tes akhir.
2. Data kualitatif yaitu data aktivitas guru dan siswa pada pembelajaran Fiqih
pada pokok bahasan sholat witir serta data kesulitan siswa dalam
memahami materi.
Dalam penelitian ini, Pengumpulan data dilakukan dengan cara:
1. Pemberian tes awal dan tes pada setiap akhir tindakan.
Tes awal diberikan sebelum tindakan dengan tujuan untuk mengumpulkan
informasi tentang pemahaman awal siswa pada pokok bahasan sholat witir,
sedangkan tes pada akhir tindakan dalakukan untuk memperoleh data
tentang peningkatan hasil belajar siswa yang dicapai oleh siswa.
2. Observasi
Observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dengan
menggunakan lembar observasi. Dengan tujuan untuk mengamati aktivitas
guru (peneliti) dan siswa, yang melakukan observasi atau observer adalah
teman sejawat.
Catatan Lapangan
4
Catatan ini tentang hasil penelitian.
Data yang dikumpulkan kemudian diolah, dimulai dengan menelaah
seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dari hasil observasi, catatan
lapangan dan pemberian tes.
Adapun tahap-tahap pengelolahan data adalah sebagai berikut:
1. Mereduksi Data
Yaitu menyeleksi dan menyederhanakan data sejak awal pengumpulan data
sampai dengan penyusunan.
2. Penyajian Data
Dilakukan dengan cara menyusun informasi yang telah diperoleh sehingga
dapat memberikan kesimpulan pengambilan tindakan. Data yang disajikan
tersebut selanjutnya dibuat penafsiran dan evaluasi untuk membuat
perencanaan tindakan berikutnya.
3. Verifikasi Data
Merupakan pengambilan initsari/kesimpulan dan sajian data yang telah
terorganisasikan dalam bentuk pernyataan singkat, padat dan bermakna.5
Pengelolaan data kualitatif diambil dari data aktivitas guru dan siswa yang
diperoleh melalui lembar observasi siswa, dianalisis dan dinyatakan dalam
bentuk persentase yang dihitung dengan mengkriteriakan prestasi belajar
yang telah dicapai oleh siswa menurut tingkat penguasaannya terhadap
materi pembelajaran, digunakan rumus :
1. Prestasi belajar sangat baik apabila siswa dapat menguasai materi pelajaran
antara 90–100%
2. Prestasi belajar baik apabila siswa dapat menguasai materi pelajaran antara
80–89%
3. Prestasi belajar cukup apabila siswa dapat menguasai materi pelajaran
antara 65–79%
4. Prestasi belajar dikatakan kurang apabila siswa dapat menguasai materi
pelajaran antara 55 – 64%
5. Prestasi belajar dikatakan sangat kurang apabila siswa dapat menguasai
materi pelajaran kurang dari 55%
Data kualitatif diperoleh siswa dari tes awal, tes akhir siklus I dan tes akhir
siklus II. Data kemudian diolah dan dinyatakan dalam bentuk persentase yang
dihitung dengan menggunakan rumus. Suatu kelas dikatakan tuntas belajar secara
inividu jika persentase daya serap individu sekurang-kurang 65%.
Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian indakan kelas (PTK) adalah apabila hasil
belajar siswa kelas III Hudaibiyyah SD NU Insan Cendekia selama proses
pembelajaran setiap siklus mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II.
C. HASIL PENELITIAN
Siklus I
5 Jauhar Fuad dan Hamam, Teori Dan Praktik Penelitian Tindakan Kelas (PTK),
(Tulungagung: STAIN Tulunggung Press, 2012)
5
Kegiatan pembelajaran pada siklus 1 dilaksanakan dalam waktu 1 jam
pelajaran dengan lama pembelajaran 35 menit. Dimulai dengan perkenalan dan
persipan kelas.
Pada kegiatan awal siklus 1, peneliti menyiapkan perangkat Pembelajaran
(RPP) dan lembar soal. Pada awal kegiatan peneliti menyampaikan materi dengan
tema solat witir. Pada pembelajaran ini, peneliti lebih banyak menjelaskan konsep
dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Dalam proses
pembelajaran sebagian besar siswa hanya mendengarkan dan terkadang berbicara
sendiri dengan temannya.
Kegiatan diawali dengan perkenalan, dan apersepsi atas materi yang
disamapaika guru kelas pada pertemuan sebelumnya yakni sholat tarowih. Pada
siklus 1 peneliti menyampaikan materi dasar hukum solat witir, jumlah rokaat,
tata cara pelaksanaan solat witir, waktu pelaksanaan solat witir, bacaan solat witir,
dan menghafalkan do’a solat witir. Kemudian peneliti mengevaluasi kemampuan
siswa dalam menerima dan memahami materi pembelajaran dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan sela yang berkaitan dengan solat witir.
Gambar 1
Peneliti menyampaikan materi di kelas
Setelah materi terasa cukup disaampaikan, peneliti memberikan demonstrasi
tentang cara melaksanakan solat witir. Peneliti mempraktikkan cara melaksanakan
solat witir dan seluruh siwa memperhatikan. Praktik solat diulang tiga kali sampai
sekiranya semua siswa dapat memahami betul tata cara solat witir.
Di akhir pembelajaran, tidak lupa peneliti memberikan beberapa pertanyaan
tebakan untuk menambah kefahaman siswa.
Evaluasi yang dilakukan oleh peneliti selama pembelajaran berlangsung,
bertujuan untuk melihat kesesuian rencana pembelajaran dengan proses
pembelajaran. Temuan yang didapat :
a. keengganan siswa untuk menanggapi
b. kurangnya keterlibatan siswa dalam menjawab pertanyaan guru
c. selain itu, keadaan kelas yang minim ventilasi udara menyebabkan siswa
gerah dan cenderung ramai sendiri untuk mecari aktifitas lain
Peneliti memberikan tes akhir kepada setiap siswa untuk mengukur
kemampuan siswa setelah mengikuti pelajaran. Berdasarkan pelaksanaan
perbaikan pembelajaran tersebut, diperoleh hasil sebagai berikut:
6
Siswa
6
5
4
Siswa
3
2
1
0
40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-99
Grafik 1
Prestasi belajar Siswa Tahap Siklus 1
Jika dilihat pada grafik 1, dari total 21 siswa kelas III Hudaibiyyah pada
mata Fiqih siswa yang tuntas mencapai 10 siswa (48%) dengan rata-rata nilai
67,8. Pada pembelajaran siklus I ada permasalahan yang ditemukan : ada siswa
yang kurang aktif dalam mendengarkan penjelasan, dan ada pula siswa yang
lambat dalam memahami materi pelajaran.
Hasil refleksi pada siklus I ada beberapa hal yang menjadi masalah dan
sebagai evaluasi : pertama, pada siklus I, pada saat pembelajaran banyak siswa
yang hanya mendengarkan. Demonstrasi yang dilakukan oleh peneiliti yang
semula diharapkan mampu menjadi pembelajaran bagi siswa belum begitu mampu
menarik perhatian siswa pada materi pelajaran. Hal ini didukung oleh keadaan
kelas yang kekurangan ventilasi udara, sehingga perhatian siswa yang terpecahpecah mempengaruhi siswa lain sehingga mengurangi konsentrasi belajar. Selain
itu, waktu belajar yang singkat belum mampu mengakomodir seluruh materi yang
seharusnya mampu disampaikan oleh peneliti. Seharusnya di siklus berikutnya hal
itu lebih diperkuat dengan partisipasi murid dalam mempraktikkan cara solat di
depan temanya. Selain itu peneliti harus lebih intensif dalam membimbing siswa
yang mengalami kesulitan dalam memahami. Keterbatasan waktu menyebabkan
peneliti hanya fokus pada analisis kelas dan penyampaian materi tanpa sempat
merencanakan penanganan kepada siswa yang memiliki perhatian lebih untuk
mampu memahami pelajaran. Peneliti pun seharusnya bisa meminta bantuan pada
siswa lain untuk memberikan bantuan belajar kepada siswa yang lemah dalam
belajar, atau dengan memberikan hadiah untuk menambah semangat belajar pada
siswa.
Kedua, prosentasi hasil tes yang telah dilakukan oleh peneliti pada siklus I
belum mampu mencapai ketuntasan belajar yang sesuai dengan Standar
Ketuntasan Belajar Minimum (SKBM) yaitu 75%, maka perlu diadakan perbaikan
pembelajaran pada perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II.
Diharapkan setelah siklus II berlangsung, hasil tes akhir siswa dapat meningkat
dan mencapai ketuntasan sesuai dengan Standar Ketuntasan Belajar Minimum
(SKBM) yang telah ditentukan.
7
Siklus II
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus II praktek solat witir yang
dilaksanakan di musholla SD NU Insan Cendekia. Berdasarkan evaluasi siklus I
peneliti memfokuskan siklus II dengan praktik dan demonstrasi di luar kelas.
Pembelajaran dilakukan di musholla untuk menghindari kekurangfokusan siswa
lain saast pelajaran. Pada awal kegiatan siklus II, peneliti mengulangi secara
singkat materi yang telah disampaikan sebelumnya di siklus I. Peneliti
mendemonstrasikan ulang secara singkat solat witir. Kemudian membagi kelas
menjadi lima kloter/kelompok untuk mampu memperagakan di depan teman satu
kelasnya. Hal ini selain akan memudahkan siswa dalam menghafal dan
memahami dengan melakukan secara langsung, juga agar setiap siswa
bertanggung jawab dengan kefahaman yang telah didapatnya. Setiap kelompok
memperagakan di depan teman satu kelasnya dengan salah satu menjadi imam dan
lainya menjadi makmum. Setelah demondtrasi per kelompok selesai, kemudian
peneliti memotivasi siswa dengan memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan oleh siswa tadi.
Langkah-langkah yang dilakukan pada siklus II ini sedikit berbeda dengan
langkah-langkah pada siklus I. Proses demonstrasi silakukan langsung oleh siswa
kepada teman satu kelasnya, sehingga siswa benar-benar menyiapkan dan
menghafal semua gerakan solat yang telah diajarkan oleh peneliti.
Pada dasarnya hampir sama pada kegiatan awal sampai akhir dengan
kegiatan pada siklus I, perbedaanya pada saat demonstrasi. Pada siklus I
demonstrasi hanya dilakukan oleh peneliti, pada siklus II peneliti meminta siswa
untuk mampu mendemonstrasikan kepada teman satu kelasnya senditi, hal ini
digunakan untuk mempertegas pemahaman siswa dan sebagai acuan untuk tes.
Peneliti memberikan tes akhir (tes individu) untuk mengukur kemampuan
siswa setelah mengikuti pelajaran. Pada akhir kegiatan pembelajaran peneliti
melakukan refleksi bersama dengan siswa. Peneliti membimbing siswa untuk
menyimpulkan materi yang telah dipelajari, untuk mengetahui apakah tujuan
pembelajaran sudah bisa tercapai atau belum.
Gambar 2
Praktik demonstrasi pembelajaran yang dilakukan oleh siswa.
Berdasarkan pelaksanaan perbaikan pembelajaran tersebut, diperoleh hasil
sebagai berikut:
8
Siswa
7
6
5
4
3
2
1
0
40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-99
Siswa
Grafik 2
Prestasi belajar Siswa Tahap Siklus II
Jika dilihat pada Grafik 2, dari 21 siswa kelas III Hudaibiyyah pada
pelajaran fikih materi solat witir yang tuntas sudah mencapai 16 siswa (76%)
dengan rata-rata nilai 78,3. Dengan demikian ada 5 siswa yang dinyatakan belum
tuntas. Prosentase tersebut sudah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal.
Dari data di atas, presentase ketuntasan prestasi belajar siswa sudah mampu
dianggap memuaskan dan ketuntasan belajar secara klasikal dianggap sudah
tuntas. Dengan demikian tidak perlu dilakukan perbaikan dalam siklus II.
D. PEMBAHASAN
Pada siklus I, peneliti mulai menggunakan metode demonstrasi. Penggunaan
metode ini sangat tepat digunakan untuk menyampaikan materi solat witir, karena
siswa mampu melihat secara langsung bagaimana pelaksanaan solat witir.
Antusiasme yang didapatkan peneliti dari siswa hanya sekitar separuh lebih
sedikit saja dikarenakan keadaan kelas yang kurang mendukung dan sempitnya
waktu yang dimuliki peneliti untuk mampu menyampaikan seluruh materi
pelajaran. Ketuntasan siswa pada siklus 1 belum menyentuh angka minimal, hal
ini dikarenakan banyaknya proses materi ceramah yang harus disampaikan
peneliti kepada siswa sebelum mendemonstrasikan tata cara solat witir.
Pada siklus II ini ketuntasan belajar siswa terus meningkat dari
pembelajaran siklus 1 yang dilakukan sampai perbaikan pembelajaran siklus II.
Hanya 5 orang siswa yang masih memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan
Minimal. Perbaikan pembelajaran berhasil dilaksanakan sampai siklus II. Ternyata
dengan menggunakan demonstrasi dengan melibatkan siswa yang dipacu untuk
mampu melakukan di hadapan teman sekelanya mampu membuat siswa menyerap
secara cepat materi pelajaran sehingga prestasi belajar yang diharapkan dapat
dicapai.
Peningkatan aktivitas belajar siswa mulai dari siklus I sampai siklus II.
Siswa termotivasi dan tertarik mengikuti pelajaran yang ditunjukkan dengan
kesiapan siswa untuk mampu melakukan praktik solat witir di depan teman satu
kelasnya. Hasil evaluasi prestasi belajar pada siklus II ini, prosentase ketuntasan
siswa meningkat dari 48% menjadi 76%, maka proses perbaikan pembelajaran
9
dikatakan tuntas karena sudah lebih dari 70%, sehingga tidak perlu diadakan
tindak lanjut perbaikan pembelajaran.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, pemahaman
siswa pada materi prasyarat sangat dibutuhkan. Informasi baru harus dikaitkan
dengan informasi sebelumnya sehingga menyatu dalam skema yang dimiliki
siswa. Jadi dengan mengecek keterkaitan antara pengetahuan dengan prasyarat
yang dimiliki siswa dengan materi yang dipelajari dapat membentuk pemahaman
awal siswa terhadap materi tersebut.6
Peningkatan hasil tersebut di atas disebabkan karena proses perbaikan
pembelajaran yang terus diupayakan peneliti pada dua tindakan di siklus II.
Aktivitas peneliti yang semakin membaik berpengaruh pada membaiknya
aktivitas kinerja siswa, sehingga berdampak pula pada hasil belajar siswa yang
terlihat dari hasil evaluasi yang dilaksanakan pada akhir tindakan siklus II.
Berdasarkan rekapitulasi prestasi belajar di atas, dapat ditunjukkan pada
diagram berikut ini:
7
6
5
4
siklus 1
siklus 2
3
2
1
0
40-4950-5960-6970-7980-8990-99
Grafik 3
Ketuntasan Prestasi Belajar
Berdasarkan grafik 3, dalam penelitian ini, maka dapat dijelaskan bahwa
melalui metode demonstrasi terjadi peningkatan prestasi belajar siswa sebesar
28%. Pada siklus I dari 48% dengan nilai rata-rata 67,8 meningkat pada siklus II
menjadi 76%, dengan nilai rata-rata 78,3.
Mata Pelajaran Fikih
78.3
67.8
Siklus I
Siklus II
Grafik 4
Rata-rata Prestasi Belajar
6 Hujodo dkk, Upaya-upaya Meningkatkan Peran Pedidikan dalam Era Globalisasi.
Program Pasca Sarjana. IKIP. Malang. 1998
10
Dengan demikian pemilihan metode demonstrasi sangat tepat dalam
penyampaian materi pada mata pelajaran fiqih terkhusus materi pembelajaran
solat witir pada kelas III Hudaibiyyah SD NU Insan Cendekia Ngadiluwih. Hal ini
dapat dibuktikan dengan beberapa peneliti sebelumnya yang menggunakan
metode demonstrasi ini dalam menyampaikan pelajaran.
Pada proses pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi ini,
memiliki kesamaan tujuan yaitu meningkatkan prestasi belajar siswa. Siswa
menjadi aktif dalam mengikuti pelajaran dan tercipta suasana belajar yang
menyenangkan. Siswa yang diberi kewajiban untuk mampu mendemonstrasikan
solat di depan teman satu kelasnya akan terdorong untuk belajar sehingga
berdampak pada meningkatnya prestasi belajar. Namun terdapat perbedaan pada
peneliti sebelumnya yakni penelitian ini menggunakan subyek siswa sebagai
pelaku utama dalam mendemonstrasikan materi pelajaran. Bukan hanya dilakukan
oleh guru atau peneliti semata.
E. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian ini maka kesimpulan yang diperoleh
sebagai berikut:
Hasil belajar siswa kelas III Hudaibiyyah SD NU Insan Cendekia
Ngadiluwih pada siklus 1 dengan materi pengertiansolat witir dan syarat-syarat
solat witir memperoleh nilai rata-rata sebesar 67,8 dengan ketuntasan belajar 48%
dan hasil belajar siswa pada siklus II dengan materi tata cara solat witir dan
hikmahnya mengalami peningkatan dengan memperoleh nilai rata-rata 78,3 dan
ketuntasan belajar secara klasikal 76%.
Saran
Agar siswa lebih cepat memahami materi belajar, serta mampu menangkap
secara langsung inti dari pembelajaran dengan mengajarkan siswa untuk mampu
merekonstruksi secara mandiri pemahaman dalam dirinya masing-masing maka
metode pembelajaran yang tepat adalah metode demonstrasi.
Metode demonstrasi ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih metode pembelajaran yang
sesuai dan efektif khususnya untuk mengajarkan mata pelajaran Fiqih.
DAFTAR PUSTAKA
Djaramah, Syaiful Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi
Guru, Surabaya: Usaha Nasional
Fuad, Jauhar dan Hamam. 2012. Teori Dan Praktik Penelitian Tindakan
Kelas (PTK), Tulungagung: STAIN Tulunggung Press
Hamalik. 2005. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Hamdah. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hujodo, dkk. 1998. Upaya-upaya Meningkatkan Peran Pedidikan dalam
Era Globalisasi. Program Pasca Sarjana. IKIP. Malang
Syah, Muhibbi. 2000. Metode Demonstrasi. http://www.academia.edu/
5374249/ untuk demonstrasi dalam belajar metode demonstrasi.