Kepastian Hukum Akta Pendirian Perseroan Komanditer (Commanditaire Vennootschap) Yang Tidak Diumumkan Dalam Berita Negara Ditinjau Dari Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

23

BAB II
KEDUDUKAN HUKUM PERSEROAN KOMANDITER (CV)
(COMMANDITAIRE VENNOOTSCHAP) YANG TIDAK DIUMUMKAN
DALAM BERITA NEGARA MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG
HUKUM DAGANG

A. Pengaturan Hukum Perseroan Komanditer (CV)
Pasal 19 KUHD dinyatakan bahwa Commanditaire Venootschap adalah
Perseroan yang terbentuk dengan cara meminjamkan uang atau melepas uang
disebut juga Perseroan Komanditer (CV), didirikan antara satu orang atau antara
beberapa orang pesero yang bertanggung jawab secara tanggung renteng untuk
keseluruhannya, dan satu orang atau lebih sebagai pemberi pinjaman uang. Pihak
yang memberi pinjam uang dikenal juga dengan mitra diam/komanditer.
Kehadiran mitra diam merupakan ciri utama dari Commanditaire Vennootschap
atau permitraan terbatas.44
Perkataan komanditer berasal dari perkataan commandere yang berarti
mempercayakan, jadi Perseroan Komanditer (CV) adalah perseroan atas dasar
kepercayaan.45 M. Manullang menyebut terjemahan dalam bahasa Indonesia
dengan istilah "perseroan", berbeda dengan literatur yang lain dengan menyebut

istilah "perseroan"4. Dalam bentuk perusahaan seperti ini seseorang atau beberapa
orang mempercayakan uang atau barang kepada seseorang yang menjalankan
perusahaan. Orang yang menjalankan perusahaan inilah yang bertanggung jawab
sepenuhnya, yang sering disebut sekutu pemelihara atau sekutu komplementer,

44
45

IG Rai Widjaja, Hukum Perusahaan, Jakarta: Kesaint Blanc, 2005, Hal.51.
M. Manullang, Pengantar Ekonomi Perusahaan, Ghalia Indonesia, 1980, hal. 37

23
Universitas Sumatera Utara

24

sedangkan orang atau sekutu yang mempercayakan modal lazim disebut sekutu
komanditer.
Apabila diperhatikan kata ”perseroan”, berasal dari kata ”sero” yang
artinya saham atau andil, sehingga perusahaan yang mengeluarkan saham atau

sero disebut perseroan, yang sedangkan memiliki sero dinamakan "pesero" atau
lebih dikenal dengan sebutan pemegang saham. Kemudian, tentu dipertanyakan,
bagaimana halnya dengan perusahaan yang tidak mengeluarkan sero (saham)?
Ternyata, perusahaan tersebut juga disebut perseroan.
Perseroan Komanditer (CV) adalah suatu perseroan yang menurut
ketentuan Pasal 19 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) adalah :
Ayat 1 "Perseroan secara melepas uang yang juga dinamakan Perseroan
Komanditer (CV), didirikan antara satu orang atau beberapa sekutu yang secara
tanggung menanggung, bertanggung jawab untuk seluruhnya pada pihak satu dan
satu orang atau lebih sebagai pelepas uang pada pihak lain".
Ayat 2 "Dengan demikian bisalah terjadi, suatu perseroan itu pada suatu ketika
yang sama merupakan perseroan firma terhadap para sekutu firma didalamnya dan
merupakan Perseroan Komanditer (CV) terhadap si pelepas uang".
Jadi, Perseroan Komanditer (CV) itu mempunyai dua macam sekutu, yaitu
sekutu kerja dan sekutu tidak kerja (stille vennoot). Sekutu kerja atau sekutu
komplementer adalah sekutu yang menjadi pengurus persekutuan, sedangkan
sekutu tidak kerja atau sekutu komanditer tidak mengurus persekutuan. Baik
sekutu

kerja


maupun

sekutu

tidak

kerja

masing-masing

memberikan

pemasukannya, yang berwujud uang, barang atau tenaga (fisik atau pikiran) atas

Universitas Sumatera Utara

25

dasar pembiayaan bersama, artinya untung rugi dipikul bersama antara sekutu

kerja dan sekutu komanditer, meskipun tanggung jawab sekutu komanditer
terbatas pada modal yang disanggupkan untuk dimasukkan. Prof.Soekardono46
menamakan sekutu kerja itu sekutu komplementer, sedangkan sekutu yang tidak
kerja disebut sekutu komanditer.47
Bahwa Perseroan Komanditer (CV) itu mempunyai dua macam sekutu, yaitu
sekutu kerja (sekutu komplementer) dan sekutu komanditer. Adapun perbedaan kedua
sekutu itu adalah sebagai berikut :
a. Sekutu komanditer wajib menyerahkan uang, benda atau tenaga kepada persekutuan

sebagai yang telah disanggupkan dan berhak menerima keuntungan dari persekutuan.
Tanggung jawab sekutu komanditer terbatas pada jumlah pemasukan yang telah
disanggupkan untuk disetor. Sekutu komanditer tidak boleh mencampuri tugas
sekutu kerja (komplementer), yaitu pengurusan persekutuan (Pasal 20
KUHD). Bila larangan ini dilanggar, maka Pasal 21 KUHD memperluas
tangung jawabnya sekutu komanditer sama dengan tanggung jawab sekutu
kerja (komplementer), yaitu tangung jawab secara pribadi untuk keseluruhan
(Pasal 18 KUHD).
b. Sekutu kerja berhak memasukkan modal ke dalam persekutuan, bertugas
mengurus


persekutuan

dan bertanggung jawab seca| pribadi untuk

keseluruhan. Bila sekutu kerja lebih dari seorang harus ditegaskan apakah di
antara mereka ada yang dilarang berarti tidak keluar (Pasal 17 KUHD).

46

Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, I, Bagian II, cet. 3, hal. 101.
H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2 Bentuk-Bentuk
Perusahaan, Jakarta : Djambatan, 2007, hal.74-75.
47

Universitas Sumatera Utara

26

Meskipun sekutu tersebut tidak berhak bertindak keluar, tetapi tanggung
jawabnya tetap sebagai yang ditetapkan dalam Pasal 18 KUHD.48

Pengaturan CV ini berada di dalam pengaturan masalah firma sebab pada
dasarnya

CV

juga

merupakan

firma

dengan

bentuk

khusus,

dimana

kekhususannya terletak pada adanya sekutu komanditer yang pada firma tidak

ada. Pada firma hanya ada sekutu kerja atau firmant, sedangkan pada CV, kecuali
Ketentuan pasal 19 kitab KUHD tersebut memperlihatkan bahwa dalam suatu
Perseroan Komanditer (CV) terdapat perseroan firma. Rumusan pasal 19 ayat (2)
KUHD memperlihatkan bahwa Perseroan Komanditer (CV) adalah :
1. Suatu perseroan firma dalam hubungan eksternalnya dengan pihak ketiga.
2. Merupakan suatu Perseroan Komanditer (CV) dalam hubungan internalnya.
Menurut pandangan klasik, Burgelyke Maatschap atau lebih popular
disebut Maatschap merupakan bentuk genus (umum) dari Persekutuan Firma
(VoF) dan Perseroan Komanditer (CV). Bahkan menurut pandangan klasik,
Maatschap tersebut mulanya merupakan bentuk genus pula dari Perseroan
Terbatas (PT). Hanya saja, karena saat ini tentang PT sudah jauh berkembang,
maka ada pendapat yang mengatakan PT bukan lagi termasuk bentuk spesies
(khusus) dari Maatschap. Bila Firma dan CV sebagai bentuk Maatschap, maka ia
akan mengandung pula karakteristik-karakteristik dari Maatschap, sepanjang
tidak diatur secara khusus dan menyimpang dalam KUHD. Jelasnya, apa yang
diatur dalam KUHPerdata mengenai Maatschap berlaku pula terhadap Firma dan
Perseroan Komanditer (CV). Keadaan ini terbaca dalam Pasal 15 KUHD, yang

48


Ibid, hal. 75-76.

Universitas Sumatera Utara

27

menyatakan bahwa persekutuan-persekutuan yang disebut dalam Buku I, Bab III,
Bagian I KUHD, diatur oleh perjanjian-perjanjian antara para pihak dan oleh
KUHPerdata. Sebenarnya, apa yang diatur dalam Pasal 15 KUHD sejalan dengan
apa yang diatur dalam Pasal 1 KUHD. Sebab KUHD itu sendiri merupakan
spesies dari KUHPerdata yang merupakan genusnya.
Dalam kepustakaan dan ilmu hukum, istilah persekutuan bukanlah istilah
tunggal, karena ada istilah pendampingnya yaitu perseroan dan perserikatan.
Ketiga istilah ini sering digunakan untuk menerjemahkan istilah Belanda
"maatschap" dan "vennootschap". Moat maupun vennoot dalam bahasa aslinya
(Belanda) berarti kawan atau sekutu.49
Maatschap termasuk salah satu jenis permitraan (partnership) yang
dikenal dalam Hukum Perusahaan di Indonesia, di samping bentuk lainnya,
seperti Vennootschap Onder Firma (Fa) dan Commanditaire Vennooschap (CV).
Maatschap merupakan bentuk usaha yang biasa dipergunakan oleh para

Konsultan, Notaris, Dokter, Arsitek, dan profesi-profesi sejenis lainnya.50
Sebuah Perseroan Komanditer (CV) merupakan suatu perseroan dibawah
Firma (para anggotanya bertanggung jawab secara berenteng) ditambah dengan
anggota-anggota sebagai pelepas uang (geldschieters), sehingga ketentuanketentuan mengenai Firma harus digabungkan dengan ketentuan-ketentuan
mengenai Perseoran Komanditer.51
Mengenai istilah geldschieters dalam Pasal 19 KUHD terdapat terjemahan
yang berbeda beda, yakni : Subekti menerjemahkan dengan istilah "pelepas uang",
49

Mulhadi, op.cit, hal. 34-35.
Ibid, hal. 37.
51
R.Soerjatin, Hukum Dagang I dan II. Pradnya Paramita, Jakarta, 1987, hal. 37.
50

Universitas Sumatera Utara

28

Tirtaamidjaya menerjemahkannya dengan istilah "seorang yang mempercayakan

uang"52.
Seperti diketahui tentang Firma dan CV dalam KUHD diatur dari Pasal 5
sampai dengan Pasal 35, atau dengan kata lain sekedar terdiri dari 20 (dua puluh)
pasal. Akan tetapi jangan dikira bahwa Firma dan CV itu semata-mata dan
terbatas diatur dengan 20 (dua puluh) pasal tersebut. Jelasnya segala apa yang
diatur dalam KUH Perdata mengenai Maatschap berlaku pula terhadap Firma dan
Perseroan Komanditer (CV).
Sebaliknya dalam Perseroan Komanditer (CV) ada 2 (dua) kelompok
sekutu, yaitu :
1. Ada sekutu yang dinamakan sebagai "sekutu komplementer" atau dinamakan
juga "sekutu kerja" atau "sekutu aktif" yang bertanggung jawab penuh sampai
kepada harta kekayaan pribadi.
2. Ada kelompok sekutu yang dinamakan sebagai "sekutu komanditer" atau
"sekutu diam" atau "sekutu pasif" yang hanya bertanggung jawab tidak lebih
dari bagiannya dalam perseroan.
Karena Perseroan Komanditer (CV) dasar hukumnya ialah Maatschap,
maka dalam hal kerjasama, baik pesero komplementer maupun pesero komanditer
berkewajiban untuk memasukkan modal dalam perseroan. Modal yang
dikumpulkan itu khusus disediakan untuk mengejar tercapainya tujuan perseroan,
jadi modal perseroan itu dijadikan objek tuntutan dari pihak-pihak ketiga yang

mengadakan hubungan dengan perseroan.

52

C.S.T, Kansil, Hukum Perusahaan Indonesia, Pradnya Paramita, Jakarta, 1985, hal. 16.

Universitas Sumatera Utara

29

Meskipun tempat pengaturan perseroan komanditer ini terletak di
antara pengaturan firma, antara kedua perseroan ini mempunyai beberapa
perbedaan. Perbedaannya tersebut adalah sebagai berikut :
a. Syarat pembentukan dan pendirian firma diatur dalam KUHD, sedangkan
syarat pembentukan dan pendirian Perseroan Komanditer (CV) tidak diatur
secara jelas.
b. Dalam Perseroan Komanditer (CV), dikenal ada dua jenis sekutu yang
masing-masing berbeda fungsi, tugas dan tanggung jawabnya, sedangkan
firma hanya mempunyai satu macam sekutu.
c. Tanggung jawab sekutu dalam firma adalah tanggung jawab pribadi untuk
keseluruhan. Sementara itu, untuk Perseroan Komanditer (CV) tergantung dari
siapa sekutunya. Untuk sekutu komplementer tanggung jawabnya adalah
pribadi untuk keseluruhan, sedangkan sekutu komanditer tanggung jawabnya
terbatas pada modal yang dimasukkannya dalam perseroan.
d. Pailitnya suatu firma mengakibatkan juga semua sekutu, dinyatakan pailit,
sedangkan pailitnya Perseroan Komanditer (CV) hanya mengakibatkan sekutu
komplementer ikut dinyatakan pailit, sedangkan sekutu komanditer tidak.
Secara umum, Perseroan Komanditer (CV) adalah bahagian dari Firma,
karena Perseroan Komanditer (CV) lahir dan merupakan pengembangan yang
lebih sempurna dari Firma. Namun demikian, sedikitnya terdapat lima perbedaan
yang dapat diidentifikasi antara Perseroan Komanditer (CV) dan Firma
sebagaimana ditunjukkan oleh matrik dibawah ini:53

53

Mulhadi, op.cit, hal. 67-68.

Universitas Sumatera Utara

30

Perbedaan Comanditer Vennootschap dan Vennootschap Onder Firma
NO

FIRMA

NO

Perseroan Komanditer (CV)

1

Tidak ada perbedaan
1
kedudukan diantara para sekutu

Ada perbedaan kedudukan di antara
para sekutu

2

Semua sekutu memiliki hak 2
dan tanggung jawab yang sama

Para sekutu memiliki hak dan
tanggung jawab berbeda

3

Jumlah inbreg di antara suku
sama

3

Jumlah inbreng di antara sekutu
tidak sama

4

Semua sekutu
Firma
adalah pengurus Firma,
tetapi boleh ditunjuk satu
atau lebih sekutu tertentu
dalam akta pendirian

4

Pengurus CV mutlak dan sekutu
komplementer

5

Walaupun pada dasarnya
5
sekutu pengurus bias mewakili
Firma keluar, tetapi boleh
ditetapkan secara tegas satu atau
lebih sekutu yang boleh
melakukan
perbuatan
hukum dengan pihak ketiga
(pemegang kuasa)

Hanya pengurus atau sekutu
komplementer yang berwenang
melakukan perbuatan hukum keluar
dengan pihak ketiga tanpa surat
kuasa

Keunggulan Perseroan Komanditer (CV)
Perseroan Komanditer (CV) memiliki keunggulan sebagai berikut :
1.

Kemampuan manajemen yang lebih besar

2.

Proses pendiriannya relatif mudah

3.

Modal yang dikumpulkan dapat lebih besar

Kelemahan Perseroan Komanditer (CV)
Selain memiliki keunggulan, Perseroan Komanditer (CV) memiliki beberapa
kelemahan, antara lain :

Universitas Sumatera Utara

31

1. Sebagai sekutu yang menjadi persero aktif memiliki tanggung jawab tidak
terbatas.
2. Sulit untuk menarik modal kembali
3. Kelangsungan hidup perusahaan tidak menentu
Namun, jika kita mengupas tentang Firma dan Perseroan Komanditer
(CV),

kita

perlu

mempelajari

ketentuan-ketentuan

tentang

Maatschap

sebagaimana diatur dalam Bab VII Bagian Satu Buku III KUHPerdata. Menurut
pandangan klasik, Maatschap ini merupakan bentuk genus (umum) dari Firma dan
Perseroan Komanditer (CV). Bahkan pula dari Perseroan Terbatas (PT). Hanya
saja, karena tentang PT itu sudah jauh berkembang, maka sekarang tidak dapat
lagi dimasukkan sebagai bentuk spiesies dari Maatschap maka ia akan
mengandung pula karakteristik-karakteristik dari Maatschap, sepanjang tidak
diatur secara khusus dan menyimpang dalam KUHD. Seperti diketahui tentang
Firma dan Perseroan Komanditer (CV), dalam KUHD diatur dari Pasal 15 sampai
dengan Pasal 35, atau dengan kata lain sekedar terdiri dari 20 (dua puluh) pasal.
Akan tetapi jangan dikira bahwa Firma dan Perseroan Komanditer (CV) itu
semata-mata dan terbatas diatur dengan 20 (dua puluh) pasal tersebut. Jelasnya
segalah apa yang diatur dalam KUHPerdata mengenai Maatschap, berlaku pula
terhadap Firma dan Perseroan Komanditer (CV). Keadaan ini terbaca dalam Pasal
15 KUHD, yang menyatakan bahwa perseroan-perseroan yang disebut dalam Bab
III, Bahagian Satu Buku I KUHD, diatur oleh perjanjian-perjanjian antara para
pihak dan oleh Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Sebenarnya, apa yang
diatur dalam Pasal 15 KUHD sejalan dengan apa yang diatur dalam pasal 1

Universitas Sumatera Utara

32

KUHD. Sebab KUHD itu sendiri merupakan spesies dari KUHPerdata yang
merupakan genusnya. Karena itulah, menurut Pasal 1 KUHD dalam kita
memperlakukan KUHD berlaku pula Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
sekedar tidak secara khusus dan menyimpang dalam KUHD.
Pasal 19 ayat (2) KUHD menyatakan, "Suatu perseroan dapat juga ada
waktu yang sama berwujud perseroan dengan firma terhadap sekutu-sekutu yang
memakai nama bersama dan perseroan secara peminjaman uang bagi si
peminjamkan uang". Pasal ini mengatur manakala dalam Perseroan Komanditer
(CV) ada lebih dari seorang sekutu kerja. Maka dalam hal ini hubungan diantara
para sekutu kerja yang ada adalah hubungan firma. Artinya, para sekutu kerja itu 1
(satu) terhadap yang lain diantara sesama sekutu kerja bertanggung jawab
tanggung menanggung renteng sebagaimana Pasal 18 KUHD54.
Pendapat umum di Indonesia berlaku ketentuan bahwa Persekutuan Firma
belum dikategorikan sebagai badan hukum. Ada beberapa syarat atau unsur
materil agar suatu badan dapat dinamakan badan hukum, seperti berikut ini.
a.

Adanya harta kekayaan (hak-hak) dengan tujuan tertentu, terpisah dari
kekayaan para sekutu badan itu.

b.

Ada kepentingan yang menjadi tujuan adalah kepentingan bersama yang
bersifat stabil, yakni dalam rangka mencari laba atau keuntungan.

c.

Adanya beberapa orang sebagai pengurus dari badan itu.
Berdasarkan beberapa syarat atau unsur materil di atas, sebenarnya

Persekutuan Firma sudah layak menjadi badan hukum, tetapi belum memenuhi

54

Rudi Prasetya, op.cit, hal. 4.

Universitas Sumatera Utara

33

syarat atau unsur formil, maka Persekutuan Firma belum bisa dikatakan sebagai
badan hukum. Unsur formil yang dimaksud adalah pengakuan undang-undang,
pengesahan dari Pemerintah (Menteri Kehakiman, sekarang Menteri Hukum dan
HAM), dan pengakuan atau pernyataan dalam yurisprudensi yang mengakui
Persekutuan Firma sebagai badan hukum. Bila syarat atau unsur formil ini
dipenuhi maka Persekutuan Firma baru dapat disebut sebagai badan hukum.55
Badan usaha adalah organisasi usaha yang didirikan oleh lebih dari satu
individu melaksanakan tujuan usaha yaitu meraih keuntungan56. Pada dasarnya
bila ditinjau dari sudut status yuridisnya, maka badan usaha itu dapat dibedakan
atas57:
1. Badan usaha yang termasuk badan hukum, dan
2. Badan usaha yang bukan badan hukum.
Pembedaan dua jenis dalam badan usaha diatas didasarkan atas tanggung
jawab para pihak yang terlibat dalam badan usaha tersebut. Jika dalam badan
usaha yang berbadan hukum maka tanggung jawab para pihak telah terbatas
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur jenis badan hukum
tersebut. Jika dalam badan usaha yang belum berbadan hukum maka tanggung
jawab para pihak bertanggung jawab secara pribadi sesuai aturan badan usaha
tersebut.
Yang acapkali dipertanyakan Maatschap, Firma dan atau Perseroan
Komanditer (CV) itu adalah badan hukum ? Sebagaimana diketahui, menurut

55

Mulhadi, op.cit, hal. 53.
H.M.N.Purwosutjipto. op.cit, hal. 23.
57
Chaidir Ali, Badan Hukum, Bandung, Alumni 2005, hal. 07-08.
56

Universitas Sumatera Utara

34

hukum subjek hukum (pendukung dan pengemban hak-hak) dapat dibagi 2 (dua),
yaitu :
1. Dapat berwujud manusia alamiah.
2. Dapat pula berwujud non manusia alamiah, melainkan berwujud suatu badan
yang sekedar merupakan imajinasi dari hukum.
Menurut hukumnya, Perseroan Komanditer (CV) bukanlah badan hukum,
sebagaimana PT. Perkumpulan, dan Yayasan umpamanya dalam sistem common
law partnersip (Firma) dan limited partnership Perseroan Komanditer (CV)58
tidak pula tergolong sebagai badan hukum (it does not have a legal existence
separate and apart from the person associated together to create it). Pandangan
yang mengatakan bahwa Perseroan Komanditer (CV) merupakan badan hukum,
namun sebagai badan hukum masihlah belum sempurna (nonvolledige rechts
person). Apa yang sebenarnya dimaksud tidak lain adalah atas dasar fenomena
bahwa jika timbul tagihan dari pihak ketiga maka terlebih dahulu akan diambilkan
dari harta kekayaan perseroan dan jika harta kekayaan perseroan belum
mencukupi, maka barulah diambilkan dari harta kekayaan pribadi para sekutu.
"Namun, pandangan ini sudah lama ditinggalkan. Yang tepat adalah peraturan di
negara kita di bidang pertanahan. Jika perseroan Firma atau Perseroan Komanditer
(CV) mempunyai hak atas tanah, maka tanah tersebut tidak akan didaftar atas
nama perseroan, tetapi didaftar atas nama pribadi para sekutu untuk bagian tidak
terbagi.59

58

John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Indonesia-Inggris, An Indonesian-English
Dictionary, Edisi Ketiga, Third Edition, Gramedia, Jakarta, 1992, hal.303.
59
Rudhi Prasetya, op.cit, hal.6.

Universitas Sumatera Utara

35

Ciri khas daripada badan hukum ialah bahwa dia dapat bertindak sebagai
satu kesatuan subyek hukum dalam lalu lintas hukum. Pendapat umum di
Indonesia perseroan firma itu belum merupakan badan hukum. Adapun syaratsyarat agar suatu badan dapat dinamakan badan hukum ialah :
(1) Adanya harta kekayaan (hak-hak) dengan tujuan tertentu, terpisah dari
kekayaan pribadi para sekutu badan itu;
(2) Kepentingan yang menjadi tujuan adalah kepentingan bersama yang bersifat
stabil;
(3) Adanya beberapa orang sebagai pengurus dari badan itu.
Saya mengakui bahwa unsur-unsur materiil yang ada dalam perseroan firma
sudah mencukupi untuk menjadi badan hukum, tinggal unsur formil yang belum,
yaitu "Pengesahan dari Pemerintah." Kalau unsur terakhir ini sudah terpenuhi,
maka perseroan firma adalah badan hukum. Kalau perseroan firma sudah menjadi
badan hukum, maka Perseroan Komanditer (CV) pun menjadi badan hukum,
karena Perseroan Komanditer (CV) itu adalah perseroan firma yang salah satu
atau lebih sekutunya adalah sekutu komanditer. Dengan begitu dari jenis
persekutuan tinggal perseroan perdata saja yang bukan badan hukum.60
“Perseroan Komanditer (CV)”61 merupakan salah satu Subjek Hukum
yakni subjek hukum bukan badan hukum. Mengenai Perseroan Komanditer (CV)
termasuk ke dalam Hukum Perusahaan. “Hukum Perusahaan ialah hukum yang
mengatur tentang seluk beluk bentuk perusahaan. Sesuai dengan obyek

60

HMN. Poerwosudjipto, op.cit, hal 66.
Yan Pramadya Puspa, Kamus Hukum Edisi Lengkap Bahasa Belanda Indonesia,
Inggris, Aneka Ilmu, Semarang, Indonesia, Commanditaire Vennootcshap (Belanda) : Perseroan
Komanditer, 1977, hal. 225.
61

Universitas Sumatera Utara

36

pengaturan, maka Hukum Perusahaan bersumber pada KUHS, KUHD dan
Peraturan Perundangan lainnya.62
Menurut Subekti badan hukum adalah suatu badan atau perkumpulan yang
dapat memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan seperti seorang manusia, serta
memiliki kekayaan sendiri, dapat digugat atau menggugat di depan hakim.
Rochmat Soemitro mengatakan bahwa badan hukum (rechtspersoon) ialah suatu
badan yang dapat mempunyai harta, hak, serta kewajiban seperti orang pribadi.63
Selanjutnya Wirjono Prodjodikoro mengemukakan pengertian suatu badan
hukum sebagai badan yang disamping manusia perseoran juga dianggap dapat
bertindak dalam hukum dan yang mempunyai hak-hak, kewajiban-kewajiban dan
perhubungan hukum terhadap orang lain atau badan lain.64
"Kedudukan hukum Perseroan Komanditer (CV) dikenal dalam keadaan
statis, tunduk sepenuhnya dalam Hukum Perdata, demikian pula dalam keadaan
bergeraknya".65 Kedudukan hukum Perseroan Komanditer (CV) dalam keadaan
statis dimaksudkan semua perbuatan dan perhubungan hukum intern Perseroan
Komanditer (CV), seperti antara lain perbuatan hukum pendirian Perseroan
Komanditer (CV) yang dilakukan dihadapan Notaris berdasarkan ketentuan Pasal
22 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, perhubungan hukum intern
Perseroan Komanditer (CV) antara pesero pengurus maupun pesero komanditer.
Kedudukan hukum Perseroan Komanditer (CV) dalam keadaan bergeraknya

62

C.S.T, Kansil, op.cit, hal. 2.
Rochmat Soemitro, Badan Hukum Perseroan, Bandung : IKAPI, 1997, hal.75.
64
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perseroan dan badan Hukum, Jakarta : Sinar Grafika,
2000, hal.37.
65
M. Natzir Said, op.cit, hal. 217.
63

Universitas Sumatera Utara

37

dimaksudkan setiap perbuatan dan perhubungan hukum keluar (extern) dengan
pihak ketiga yang mengikat Perseroan Komanditer (CV).
Menurut Abdul Muis, untuk keikutsertaannya dalam pergaulan hukum,
maka suatu Badan Hukum harus mempunyai syarat-syarat atau karakter yang
telah ditentukan oleh hukum yaitu :
1. Mempunyai organisasi.
2. Mempunyai pengurus. "Penunjukan pengurus dapat dilakukan pada saat
pendirian bersama-sama dengan perjanjian pendirian (gerant statutair) dan
dapat pula dilakukan setelah berdirinya (gerant mandatair)".66 Umumnya
kepengurusan ini terbagi 2 (dua) ialah :
a. Perbuatan beheeren, yakni pengurusan dalam arti yang sempit adalah
menjalankan perbuatan yang lazim dilakukan sehari-hari dalam hubungan
dengan tujuan badan yang bersangkutan. Dalam teori perbuatan
beheeren itu merupakan wewenang harus menjalankan perbuatan
sehari-hari.
b. Perbuatan beschikking atau pemilikan atau penguasaan yaitu perbuatan itu
tidak secara langsung menyangkut bidang usaha yang menjadi tujuan dari
badan yang bersangkutan. Dalam teori perbuatan beschikking bukan
merupakan tindakan sehari-hari yang menyangkut tujuan dari suatu badan,
tetapi merupakan suatu tindakan insidentil, yang apabila dilakukan harus
memperoleh izin yang diperlukan sesuai dengan ketentuan yang telah
ditentukan.67
3. Mempunyai tujuan baik komersil maupun non komersil.
4. Mempunyai harta kekayaan terpisah dari harta kekayaan anggota-anggotanya.
5. Mempunyai tanggung jawab terbatas.
Menurut Abdul Muis, Badan Hukum yang tidak sempurna ini terdiri dari :

66

Abdul Muis I. Hukum Persekutuan dan Perseroan, Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara, Medan, 1995, hal. 83.
67
Abdul Muis. (Selanjutnya disingkat Abdul Muis II), Yayasan Sebagai Wadah Kegiatan
Masyarakat, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 1991, hal. 79.

Universitas Sumatera Utara

38

a. Bila ke-5 syarat-syarat atau karakter dipenuhinya tetapi Undang-Undang tidak
mengakuinya dengan tegas sebagai Badan Hukum. Contoh Perseroan Terbatas
menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
b. Bila ke-5 syarat-syarat atau karakter tidak terpenuhi tetapi Undang-Undang
mengakuinya sebagai Badan Hukum. Contoh : Koperasi menurut UndangUndang No. 25 Tahun 1992 (mengenai tanggung jawab alternatif yakni
anggota dari suatu perusahaan dapat memilih apakah tanggung jawab terbatas
atau tanggung jawab tidak terbatas).
Selanjutnya Abdulkadir Muhammad, mengatakan sebagai Badan Hukum
secara keilmuan perseroan memenuhi unsur-unsur Badan Hukum seperti
ditentukan dalam Undang-Undang Perseroan, yaitu :
1.

2.

3.

4.

Organisasi yang teratur.
Organisasi yang teratur ini dibuktikan oleh adanya organ perseroan yang
terdiri atas Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi, dan Komisaris
(Pasal 1 butir (2) UUPT). Keteraturan organisasi perseroan dapat diketahui
melalui ketentuan Undang-Undang Perseroan, Anggaran Dasar perseroan,
Anggaran Rumah Tangga perseroan, dan keputusan RUPS.
Harta kekayaan sendiri.
Perseroan memiliki kekayaan sendiri berupa modal dasar yang terdiri atas
seluruh nilai nominal saham (Pasal 24 ayat (1) UUPT), misalnya barang tidak
bergerak berupa gedung kantor perseroan dan barang bergerak berupa
inventaris perseroan.
Melakukan hubungan hukum sendiri.
Sebagai badan hukum perseroan melakukan sendiri hubungan hukum dengan
pihak ketiga. Perseroan diwakili oleh pengurus yang disebut Direksi. Menurut
ketentuan Pasal 82 UUPT Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan
perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan
baik di dalam maupun di luar Pengadilan.
Mempunyai tujuan sendiri.
Sebagai badan hukum yang menjalankan perusahaan, perseroan mempunyai
tujuan sendiri. Tujuan tersebut ditentukan dalam Anggaran Dasar perseroan
(Pasal 12 butir (b) UUPT). Karena perseroan menjalankan perusahaan, maka
tujuan utama perseroan adalah mencari keuntungan dan atau laba.68
Perseroan Komanditer memiliki semua unsur-unsur yang disebut diatas,

tetapi apakah sudah memenuhi syarat sebagai sebuah badan hukum, belum tentu.
Molengraff mengatakan;
68

Abdulkadir Muhammad. Hukum Perseroan Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung,
1996, hal. 8-9.

Universitas Sumatera Utara

39

Berhubung dengan tiada ketentuan dalam undang-undang bahwa
Perseroan Komanditer merupakan suatu Badan Hukum terdapatlah ajaran
(Leer) tentang harta-kekayaan perseroan yang terpisah (leer van het
afgescheiden vennootschapsvermogen). Dengan demikian maka para
anggota perseroan hanya dapat menuntut pembagian keuntungan selama
berdirinya perseroan itu. Setelah perseroan dibubarkan, para anggota
hanya dapat menuntut bagiannya dari sisa yang terdapat setelah dilunasi
segala hutang piutang. Dengan demikian pula, maka hanya dapat dituntut
bagian keuntungan dan pembayaran sisa tadi untuk hutang piutangnya para
anggota perseroan pribadi.69
Menurut Eggens supaya Perseroan Firma atau perseroan Komanditer
diangkat derajatnya menjadi Badan Hukum, yakni Badan Hukum yang tidak
sempurna (onvolkomen Rechtspersoon), karena pada suatu ketika dikhawatirkan
Firma ada wadahnya tetapi tidak dimanfaatkan atau diberdayakan orang.70
Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 18 KUHD : "Dalam Perseroan
Firma, tiap-tiap pesero bertanggung jawab secara tanggung renteng untuk
seluruhnya atas segala perikatan dari peseronya". Tanggung jawab renteng yang
dimaksud dalam Pasal 18 KUHD tersebut adalah merupakan harta kekayaan
Perseroan Firma ditambah dengan harta kekayaan pribadi peseronya. Dalam
Perseroan Firma bukan tanggung jawab terbatas tetapi tanggung jawab renteng,
jadi salah satu syarat atau karakter Badan Hukum tidak terpenuhi. Demikian pula
halnya dengan Perseroan Komanditer (CV), karena Firma hampir sama dengan
Perseroan Komanditer (CV).
Apabila ditinjau atau dilihat dari segi struktur hukumnya, bentuk-bentuk
kesatuan kerja sama tersebut dapat digolongkan dalam :

69

R. Soerjatin, op.cit, hal.31.
op.cit, Penelitian yang dilakukan Abdul Muis dari Universitas Sumatera Utara, Medan,
1999, hal.33.
70

Universitas Sumatera Utara

40

a.

badan usaha dengan status badan hukum

b.

badan usaha yang tidak berstatus hukum

Segala sesuatu dengan melihat sifat dari kesatuan kerja sama tersebut.
Atas dasar hal di atas, maka yang sama sekali dianggap bukan badan
hukum adalah bentuk embrional kesatuan kerja sama yang dikenal dengan
sebutan

maatschap,

suatu

persekutuan

embrional

dari

bentuk

"firma"

(partnership), sedangkan yang benar-benar merupakan badan hukum karena di
lihat dari sifat kerja samanya sera pemenuhan syarat-syarat ketentuan
perundangan atau yang berdasarkan keputusan peradilan adalah bentuk badan
usaha (enterprise forms) sebagai berikut :
-

Perseroan terbatas, suatu limited liability company, yang kini di negeri
Belanda dikenal sebagai public company di samping apa yang disebut sebagai
private company ialah suatu Besloten Vennootschap disingkat BV.

-

Badan usaha dengan sebutan "Perkumpulan" dalam arti zedelij-ke lichamen
berdasarkan pasal 526, 1653 dan seterusnya KUH Perdata.

-

"Koperasi" sebagai badan hukum asli Indonesia yang dibentuk berdasarkan
ketentuan Undang-undang No. 12/1967

-

"Yayasan" sebagai badan hukum Eropa dan “Wakaf” sebagai badan hukum
Indonesia.

-

"Maskapai

Pertanggungan

saling-menjamin"

(wederkerig

onderlinge

verzekerings-waarborg maatschappij) yang dibentuk berdasarkan pasal 286
KUH Dagang.

Universitas Sumatera Utara

41

Badan usaha yang menurut ketentuan perundangan bukan merupakan badan
hukum adalah badan usaha dengan sebutan :
-

"Firma" (perseroan di bawah naungan firma) dan di negeri Belanda dikenal
sebagai "general partnership"

-

Firma komanditer (Commanditaire Vennootschap) kini di Negeri Belanda
dikenal sebagai Limited Partnership.71
Jenis-jenis Perseroan Komanditer (CV) terkait dengan hubungan perseroan

dengan pihak ketiga, adapun jenis-jenis perseroan adalah sebagai berikut72 :
a. Perseroan Komanditer (CV) diam-diam
Pihak ketiga mengetahui perseroan ini sebagai firma tetapi mempunyai sekutu
komanditer. Hubungan ke luar menggunakan nama Firma, sedangkan
hubungan ke dalam antar sekutu berlaku hubungan sekutu komplementer dan
sekutu komanditer. Perseroan Komanditer (CV) diam-diam dapat disimpulkan
dari ketentuan pasal 19-21 KUHD. Dengan demikian KUHD tidak melarang
adanya Perseroan Komanditer (CV) diam-diam.
b. Perseroan Komanditer (CV) terang-terangan
Pihak ketiga mengetahui secara terang-terangan bahwa perseroan ini adalah
Perseroan Komanditer (CV). Hal ini dapat diketahui dari penggunaan nama
kantor. Misalnya, CV.Abdi Makmur, sehingga surat keluar dan masuk dalam
KUHD sebab Perseroan Komanditer (CV) pada hakikatnya adalah Firma
dengan kekhususan mempunyai sekutu komanditer. Jadi, ketentuan-ketentuan
71

Achmad Ichsan. Dunia Usaha Indonesia (Segi Hukum, Segi Manajemen,
Struktur/Bentuk Hukum, Kebijakan Pemerintah), Jakarta, Pradnya Paramita, Cetakan pertama,
1986, hal.90-91.
72
Mariam Darus Badrulzaman, Hukum Perusahaan Indonesia, Bandung, Citra Aditya
Bakti, 2000, hal.58-59.

Universitas Sumatera Utara

42

yang berlaku bagi firma dapat diikuti, sedangkan ketentuan mengenai sekutu
komanditer diatur dalam anggaran dasar.
c. Perseroan Komanditer (CV) atas saham
Modal perseroan di bagi atas saham-saham. Perseroan semacam ini tidak diatur
dalam KUHD, tetapi tidak dilarang oleh undang-undang. Pembentukan modal
dengan menerbitkan saham dibolehkan. Perseroan Komanditer (CV) atas
saham merupakan bentuk peralihan dari Perseroan Komanditer (CV) ke
Perseroan Terbatas (PT), Perseroan Komanditer (CV) ternyata lebih mendesak
firma dalam praktik perusahaan di Indonesia. Hal ini mungkin terjadi karena
keadaan yang menghendaki supaya pihak luar yang bukan keluarga atau teman
dekat dapat bergabung dengan perseroan yang masih memerlukan tambahan
modal. Di samping itu, perseroan tidak perlu menggunakan nama bersama.
“Perseroan mengeluarkan saham-saham seperti halnya bagi suatu
Perseroan Terbatas, yang mana sebenarnya oleh KUH Perdata dan KUHD
tidak mengaturnya khusus untuk Perseroan Komanditer (CV), akan tetapi
ketentuan undang-undang yang mengatur tentang saham-saham dan bukti
saham bagi perseroan terbatas, sehubungan dengan hukum materil secara
analogi diperlakukan atasnya”.73
Anggota yang terlibat dalam Commanditaire Venootschap terbagi 2 yaitu
Sekutu Aktif sebagai pihak yang mengurus perseroan, sementara Sekutu Pasif
adalah sekutu yang tidak ikut mengurus perseroan. Keanggotaan Commanditaire
Venootschap antara sekutu aktif dan sekutu pasif memiliki beberapa perbedaan
yaitu74 :

73
74

M. Natzir Said. op.cit, 1987, hal. 222.
Mariam Darus Badrulzaman, op.cit, hal. 53.

Universitas Sumatera Utara

43

a.

Mitra biasa mempunyai hak untuk mengelola Perseroan Komanditer (CV),
sedangkan mitra diam tidak;

b.

Mitra biasa secara pribadi bertanggung jawab untuk seluruh utang Perseroan
Komanditer (CV), sedangkan mitra diam hanya bertanggung jawab untuk
transaksi Perseroan Komanditer (CV) sampai sejumlah kontribusinya. Dalam
hal ini mitra diam di analogikan sebagai pemegang saham dalam perseroan
terbatas.
Molengraaff

melihat

Perseroan

Komanditer

(CV)

sebagai

suatu

perkumpulan (Vereeniging) perjanjian kerja sama, dimana satu atau lebih sekutu
mengikatkan diri untuk memasukkan modal tertentu untuk perkiraan bersama oleh
satu atau lebih sekutu lain menjalankan perusahaan niaga (handelsbedriif)75.
Perumusan ini terlalu sederhana sehingga masih kurang mencakup unsurunsur yang diperlukan oleh suatu Perseroan Komanditer (CV) seperti
pencerminan

adanya

sekutu

secara

tanggung

menanggung

sepenuhnya

bertanggung jawab bersama, disamping adanya sekutu yang bertanggung jawab
terbatas, sekutu pengurus dan sekutu komanditer serta unsur menjalankan
perusahaan76.
Dalam KUHD sekutu komanditer disebut juga dengan sekutu pelepas uang
(geldschieter). Di antara penulis ada yang tidak setuju dengan penggunaan istilah
"pelepas uang" yang dipersamakan dengan istilah "sekutu komanditer". Menurut
Purwosujipto, pada "pelepas uang" (geldschieter), uang atau benda yang telah
diserahkan kepada orang lain dapat dituntut kembali bila si debitor jatuh pailit.
75
76

M. Natzir Said, op.cit, hal.117.
Ibid

Universitas Sumatera Utara

44

Tetapi uang atau modal yang diserahkan oleh sekutu komanditer kepada sebuah
perseroan, tidak dapat dituntut kembali bila perseroan itu jatuh pailit.
Istilah "geldschieter" dan "commanditaire" dalam Pasal 19 ayar (1)
KUHD dapat menimbulkan salah paham. Pada dasarnya kedua istilah itu tidak
bisa disamakan, seperti apa yang dilakukan dalam bunyi undang-undang.
Geldschieter memiliki maksud meminjamkan uang, dan pada saat tertentu
ia bisa berkedudukan sebagai penagih (schuldeiser). Padahal sekutu komanditer
bukanlah peminjam uang atau penagih, mereka adalah para peserta dalam
perseroan yang memikul hak dan kewajiban untuk mendapatkan keuntungan/laba
dan saldo dalam hal perseroan dilikuidasi serta memikul kerugian menurut jumlah
inbreng (saham) yang dimasukkan. Bila hal itu dimasukkan sebagai kreditor
penagih (schuldeiser), maka pembayaran tagihan dapat dilakukan selama masih
ada uang di kas perseroan, sebaliknya bagi pemasukan uang yang dilakukan oleh
sekutu komanditer tidaklah dapat dilakukan penagihan selama perseroan
berlangsung.77
B. Pendaftaran dan Pengumuman Perseroan Komanditer (CV)
Salah satu kewajiban yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha adalah
mendaftarkan perusahaan di kantor perdagangan. Masalah wajib daftar
perusahaan ini diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
1982. Lembaran Negara Nomor 7 Tahun 1982 tanggal 1 Februari 1982, UndangUndang tentang Wajib Daftar Perusahaan. Selanjutnya, dalam tulisan ini disingkat
UUWDP.78

77
78

Ibid, hal. 195.
Sentosa Sembiring, Hukum Dagang, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2008, hal.97.

Universitas Sumatera Utara

45

Pada waktu mendaftarkan, pengurus wajib menyerahkan salinan resmi
akta pendirian perseroan.
Hal-hal yang harus didaftarkan bagi perusahaan yang berbentuk koperasi,
persekutuan komanditer, persekutuan firma, perusahaan persebrangan dan
perusahaan berbentuk lainnya, harap pelajari pasal 12, 13, 14, 15 dan 16 UU No. 3
Tahun 1982.

Yang dimaksud dengan perusahaan berbentuk lainnya ialah

misalnya : perusahaan negara yang berbentuk perusahaan perseroan, perusahaan
umum, perusahaan daerah sebagai yang telah diatur dalam peraturan perundangan
yang berlaku.79
Pasal 13
(1) Apabila perusahaan berbentuk Perusahaan Komanditer, hal-hal yang wajib
didaftarkan adalah :
a. Tanggal pendirian dan jangka waktu berdirinya persekutuan;
b. 1. Nama persekutuan dan atau nama perusahaan;
2. Merk perusahaan;
c. 1. Kegiatan pokok dan lain-lain kegiatan usaha persekutuan;
2. Izin-izin usaha yang dimiliki;
d. 1. Alamat kedudukan persekutuan dan atau alamat perusahaan;
2. Alamat setiap kantor cabang, kantor pembantu, dan agen serta
perwakilan persekutuan;
e. Jumlah sekutu yang diperinci dalam jumlah sekutu aktip dan jumlah
sekutu pasip;
79

H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 1, Pengetahuan
Dasar Hukum Dagang, Djambatan, Jakarta, 2007, hal.75.

Universitas Sumatera Utara

46

f. Berkenaan dengan setiap sekutu aktip dan pasip;
1.

Nama lengkap dan setiap alias-aliasnya;

2.

Setiap namanya dahulu apabila berlainan dengan huruf angka 1;

3.

Nomor dan tanggal tanda bukti diri;

4.

Alamat tempat tinggal yang tetap;

5.

Alamat dan negara tempat tinggal yang tetap apabila tidak bertempat
tinggal tetap di wilayah Negara Republik Indonesia;

6.

Tempat dan tanggal lahir;

7.

Negara tempat lahir apabila dilahirkan di luar wilayah negara
Republik Indonesia;

8.

Kewarganegaraan pada saat pendaftaran;

9.

Setiap kewarganegaraan dahulu apabila berlainan dengan huruf f
angka 8;

g. Lain-lain kegiatan usaha dari setiap sekutu aktip dan pasip;
h. Besar modal atau nilai barang yang disetorkan oleh setiap sekutu aktip dan
pasip;
i. 1.
2.

Tanggal dimuiainya kegiatan persekutuan;
Tanggal masuknya setiap sekutu aktip dan pasip yang bam bila terjadi
setelah didirikan persekutuan;

3.

Tanggal pengajuan permintaan pendaftaran;

j. Tanda tangan dari setiap sekutu aktip yang berwenang menandatangani
untuk keperluan persekutuan;

Universitas Sumatera Utara

47

(2) Apabila perusahaan berbentuk Persekutuan Komanditer atas saham, selain
hal-hal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, juga wajib
didaftarkan hal-hal mengenai modal yaitu :
a. Besarnya modal komanditer;
b. Banyaknya saham dan besarnya masing-masing saham;
c. Besarnya modal yang ditempatkan;
d. Besarnya modal yang disetor;
(3) Pada waktu pendaftaran wajib diserahkan salinan resmi akta pendirian yang
disahkan oleh pejabat yang berwenang untuk itu.80
Perseroan Komanditer (CV) mempunyai kewajiban yang sama seperti
perseroan firma, sebagai perusahaan juga mempunyai kewajiban untuk melakukan
pendaftaran dan pengumuman dalam Berita Negara RI ketentuannya sama seperti
yang dibahas tersebut di atas dalam perseroan firma. Pendaftaran Perseroan
Komanditer (CV) dengan mengikuti Undang-Undang No.3 Tahun 1982 tentang
Wajib Perusahaan.
Perseroan Komanditer (CV) wajib didaftarkan oleh sekutu komplementer
(pengurus) sesuai dengan UU No. 3 tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan
(WDP).81
Pendaftaran perseroan firma merupakan suatu keharusan, karena Pasal 23
ayat (1) KUHD memang menghendaki demikian. Ketentuan pasal tersebut
bersifat imperatif karena tujuannya memaksa untuk mematuhi norma. Pendaftaran
dilakukan oleh para sekutu firma, dengan cara menyerahkan petikan akta
pendirian dalam bentuk autentik (Pasal 23 ayat (2) KUHD). Agak sulit dipahami
80

Undang-Undang No.3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan.
Tri Budiyono, Hukum Dagang Bentuk Usaha Tidak Berbadan Hukum, Salatiga, Griya
Media, 2010, hal. 73.
81

Universitas Sumatera Utara

48

mengapa yang digunakan untuk pendaftaran itu petikannya, pada hal petikan
isinya hanya sebagian kecil saja dari akta. Sedangkan untuk kepentingan
pendaftaran perlu data yang lengkap. Oleh karena itu mengapa tidak salinannya
yang digunakan. Kalau zaman sekarang mengapa tidak menyerahkan fotocopynya
yang dilegalisir. Sebenarnya hal tersebut merupakan sebuah kekurangan dari
KUHD. Kemudian mengenai perseroan firma yang didirikan dengan perjanjian,
karena ketentuannya tidak konsisten.
Menurut Pasal 25 KUHD, maksud dari pendaftaran di Pengadilan tersebut
adalah agar setiap orang dapat melihat akta pendirian yang memuat ketentuanketentuan anggaran dasar yang bersangkutan, dan bahkan setiap orang berhak
meminta kepada Panitera Pengadilan Negeri turunan dari akta pendirian yang
memuat anggaran dasar tersebut. Demikian jelaslah pendaftaran itu tujuannya
sebagai pengumuman kepada khalayak. Demikian pula maksud diharuskannya
diumumkan dalam Berita Negara sebagaimana ditentukan dalam Pasal 28
KUHD.82
C. Kedudukan Hukum Perseroan Komanditer (CV) yang tidak diumumkan
dalam Berita Negara Sebagaimana diatur dalam KUHD
Pasal 28
Selain dari pada itu para pesero diwajibkan pula menyelenggarakan
pengumuman dan petikan akta sebagaimana termaksud dalam ketentuan pasal 26.
dalam Berita Negara.
Dalam hal adanya perbedaan antara apa yang telah didaftarkan dan apa
yang diumumkannya, maka berlakulah terhadap pihak ketiga hanya ketentuanketentuan itulah diantaranya, yang mana berhubung dengan pasal yang lalu telah
diumumkan dalam Berita Negara.
82

Rudi Prasetya, op.cit, hal.26.

Universitas Sumatera Utara

49

Hanya sekutu pengurus (komplementer) yang dapat melakukan tindakan,
tidak sekedar melakukan pengurusan terhadap jalannya Perseroan Komanditer
(CV) tetapi juga melakukan perbuatan atau hubungan hukum atas nama Perseroan
Komanditer (CV) dengan pihak ketiga, termasuk pengurusan pendaftaran akta
pendirian Perseroan Komanditer (CV) ke Paniteraan Pengadilan Negeri tempat
kedudukan Perseroan dan mengumumkan dalam Berita Negera Republik
Indonesia.
Setelah melakukan pendaftaran para sekutu firma oleh Pasal 28 KUHD
diwajibkan pengumuman firmanya dalam Berita Negara. Apa tujuan yang hendak
dicapai dengan melaksanakan pendaftaran ? Sebenarnya pendaftaran suatu
perusahaan dilakukan tujuannya untuk mendapatkan ketertiban. Di samping itu
pendaftaran perusahaan adalah untuk kepentingan pengawasan terhadap
perusahaan. Jadi dimaksudkan agar masyarakat dapat tertib dalam menjalankan
perusahaan dan pemerintah mudah melakukan pengawasannya.83
Pasal 29
Selama pendaftaran dan pengumuman itu belum berlangsung, maka
terhadap pihak ketiga perseroan firma itu harus dianggap sebagai perseroan
umum, ialah untuk segala urusan, pula sebagai didirikan untuk waktu tak terbatas
dan akhirnyapun seolah-olah tiada seorang pesero yang dikecualikan dari pihak
bertindak dan hak menandatangani untuk firma itu.
Nyatanya menurut Pasal 29 KUHD jika pendaftaran dan pengumuman
tidak dilakukan, maka tidak akan sampai pendirian Firma itu tidak sah, tetapi
sekedar berakibat :

83

Gatot Supratmono, Kedudukan Perusahaan Sebagai Subjek dalam Gugatan di
Pengadilan, Jakarta : Rine Cipta, 2007, hal. 28-29.

Universitas Sumatera Utara

50

1.

Persekutuan firma terhadap pihak ketiga diadakan secara umum untuk semua
usaha;

2.

Didirikan untuk waktu yang tidak tertentu;

3.

Dan tidak ada sekutu yang diperkecualikan tidak berhak melakukan
pengurusan.84
Pertanggungjawaban sekutu yang bersifat pribadi untuk keseluruhan

(solider; tanggung renteng; tanggung menanggung). Pasal 18 KUHD yaitu :
Setiap anggota atau sekutu Firma memiliki hak dan tanggung jawab yang
sama. Seorang sekutu yang melakukan hubungan hukum dengan pihak ke 3 (tiga),
akan secara serta merta mengikat sekutu yang lainnya. Sehingga sekutu-sekutu
Firma yang lain ikut bertanggung jawab secara tanggung-menanggung hingga
pada harta pribadi masing-masing. Hal ini merupakan wujud kebersamaan yang
berlaku dan menjadi ciri khas Firma serta dalam rangka melindungi kepentingan
pihak ke 3 (tiga). 85
Karena Perseroan Komanditer (CV) itu pada hakekatnya adalah perseroan
firma, (Pasal 19 KUHD), dan perseroan firma adalah perseroan perdata (Pasal 16
KUHD), yang didirikan untuk melakukan perusahaan dengan nama bersama
(firma), maka aturan tentang berakhirnya perseroan juga dikuasai oleh Pasal 1646
s/d 1652 KUHPER ditambah dengan Pasal 21 s/d 35 KUHD. Dengan sendirinya
apa yang telah dibicarakan tentang berakhirnya perseroan firma berlaku juga bagi
Perseroan

Komanditer (CV),

dengan

catatan

Komanditer (CV) ada dua macam sekutu,
84
85

bahwa dalam Perseroan

yaitu sekutu kerja dan sekutu

Rudi Prasetya, op.cit, hal.27.
Mulhadi, op.cit, hal.46-47.

Universitas Sumatera Utara

51

komanditer. Mengenai pembahagian keuntungan dan pembebanan kerugian
berlaku antara yang sudah ditetapkan dalam perjanjian pendirian perseroan. Kalau
aturan itu tidak ada, maka berlaku aturan dalam Pasal 1633,1634, dan 1635
KUHPER86.
Hubungan Antara KUHD dan KUHPER (B.W) merupakan hukum Perdata
Umum. sedang KUHD (W.v.K.) merupakan hukum Perdata Khusus. Jadi
hubungan antara kedua macam hukum ini seperti genus (umum) dan specialis
(khusus). Mengenai hubungan ini berlaku adagium (rechtsspreuk, azas hukum
yang terkandung dalam kalimat pendek, berisi padat) "Lex specialis derogat lex
generali" (hukum khusus menghapus hukum umum). Adagium ini dirumuskan
dalam undang-undang sebagai yang tercantum dalam pasal 1 KUHD yang
bcrbunyi: "Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, seberapa jauh dalam Kitab
Undang-undang

ini

(KUHD)

tidak

khusus

diadakan

penyimpangan-

penyimpangan, berlaku juga terhadap hal-hal yang disinggung dalam Kitab ini
(KUHD).” Bahwa hubungan antara KUHPER dan KUHD sebagai hukum umum
dan hukum khusus dapat dibuktikan lagi dari pasal-pasal: 1319, 1339. 1347.
KUHPER, pasal 15, pasal 396 KUHD dan lain-lain.87
Di Negeri Belanda dulu telah ada kodifikasi hukum perdata, yang
dinamakan "Burgerlijk Wetboek" dan kodifikasi hukum dagang, yang disebut
"Wetboek van Koophandel". Begitu juga di Indonesia, atas dasar'asas
"konkordansi" (pasal 131 I.S.), maka berlakulah "Burgerlijk Wetboek" dan

86
87

Ibid, hal. 67.
H.M.N. Purwosutjipto, op.cit, hal.6.

Universitas Sumatera Utara

52

"Wetboek van Koophandel" di Indonesia (Hindia Belanda), yang diumumkan
dengan publikasi tanggal 30 April 1847, 5. 1847-23.88
Akhirnya, berdasarkan asas konkordasi kedua kodifikasi itu juga
diberlakukan di Indonesia (dahulu Hindia Belanda) dengan nama Kitab UndangUndang Hukum Perdata (KUHPerdata) dan Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang (KUHD). KUHD sendiri dipublikasikan pada 30 April 1847 dalam Stb,
1847/23, yang mulai berlaku pada 1 Mei 1848.89
Bangsa Indonesia sekarang masih memiliki sejumlah besar peraturan
hukum yang berasal dari zaman penjajahan Belanda, termasuk peraturan hukum
perdata dan hukum dagang, yang sekarang masih berlaku berdasarkan ”Aturan
Peralihan” pasal II Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945.90

88

Ibid, hal.7.
Mulhadi, op.cit, hal.16.
90
H.M.N. Purwosutjipto, op.cit, hal.3.
89

Universitas Sumatera Utara