Kepastian Hukum Akta Pendirian Perseroan Komanditer (Commanditaire Vennootschap) Yang Tidak Diumumkan Dalam Berita Negara Ditinjau Dari Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bentuk usaha adalah organisasi usaha atau badan usaha yang menjadi
wadah penggerak setiap jenis kegiatan usaha, yang disebut bentuk hukum
perusahaan.1 Bentuk hukum perusahaan perseorangan belum ada pengaturannya
dalam undang-undang tetapi berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
pengusaha, dalam prakteknya dibuat tertulis dimuka notaris berupa akta pendirian
perusahaan perseorangan.2
Bentuk-bentuk perusahaan atau badan usaha (business organization) yang
dapat dijumpai di Indonesia sekarang ini demikian beragam jumlahnya. Sebagian
besar dari bentuk-bentuk badan usaha tersebut merupakan peninggalan masa lalu
(Pemerintah Belanda), di antaranya ada yang telah diganti dengan sebutan dalam
bahasa Indonesia, tetapi masih ada juga sebagian yang tetap mempergunakan
nama aslinya. Nama-nama masih terus digunakan dan belum diubah
pemakaiannya misalnya, Burgelijk Maatschap/Maatschap, Vennootschap onder
Firma atau Firma (Fa), dan Commanditaire Vennootschap (CV). Selain itu, ada
pula yang sudah di Indonesiakan, seperti perseroan terbatas atau PT, yang
sebenarnya berasal dari Naamloze Vennootschap (NV). Kata "vennootschap"
diartikan menjadi kata "perseroan", sehingga dapat dijumpai sebutan Perseroan

Firma, Perseroan Komanditer (CV) dan Perseroan Terbatas bersamaan dengan itu,
1

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Cetakan Keempat Revisi, Citra
Aditya Bakti, Bandung 2010, hal.1.
2
Ibid, hal. 1-2.

1
Universitas Sumatera Utara

2

ada juga yang menggunakan kata perseroan dalam arti luas, yaitu sebagai sebutan
perusahaan pada umumnya.3
Pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usaha selalu dihadapan pada
dua kondisi yakni kondisi usaha berhasil mendapat keuntungan dan kondisi usaha
mengalami kerugian. Kondisi kedua risiko dalam usaha, oleh karena setiap pelaku
usaha dalam memulai usaha harus telah mengantisipasi risiko dengan aturanaturan hukum.
Risiko usaha dapat dibagi kepada para pihak yang menjalankan usaha, hal

ini disepakati para pihak ketika mereka bersepakatan memilih badan usaha apa
yang akan mereka gunakan dalam menjalankan usaha tersebut. Salah satu
pertimbangan adalah masalah tanggungjawab utang piutang perusahaan terhadap
harta pribadi dalam hal pengembanan wewenang dan tanggung jawab, pemilih
biasanya memikirkan faktor risiko yang akan dihadapi. Pada perusahaan yang
jenis badan usahanya memiliki tanggungjawab tidak terbatas, apabila perusahaan
mengalami

risiko

kerugian,

maka

harta

pribadi

jadi


jaminan

atas

hutang/kewajibannya. Badan usaha adalah organisasi usaha yang didirikan oleh
lebih dari satu individu untuk melaksanakan tujuan usaha yaitu meraih
keuntungan.4
Baik secara teoritis maupun ditinjau dari status hukumnya, bentuk usaha
atau perusahaan memiliki dua bentuk :
a. Bentuk usaha atau perusahaan bukan badan hukum

3

Mulhadi, Hukum Perusahaan (Bentuk-Bentuk Badan Usaha Di Indonesia), Ghalia
Indonesia, Anggota IKAPI, Bogor, 2010, hal. 22.
4
H.M. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, (Hukum Persekutuan
Perdata), Jilid I, Jakarta: Djambatan, 1982, hal. 23.

Universitas Sumatera Utara


3

b. Bentuk usaha atau perusahaan badan hukum
Sepintas lalu kedua badan usaha yang disebut terakhir tidak ada
perbedaan. Namun jika dilihat dari perspektif hukum perusahaan, ada perbedaan
yang cukup mendasar, yakni masalah tanggung jawab.5
Bahwa tidak semua badan usaha merupakan suatu badan hukum, disini
kami
akan sedikit memberikan
penjelasan
secara singkat
mengenai perbedaan antara badan usaha yang telah berbadan hukum
dengan badan usaha yang tidak berbadan hukum, sebagai berikut: Badan
usaha yang berbadan hukum:
1. Subjek hukumnya adalah badan usaha itu sendiri, karena ia telah
menjadi badan hukum yang juga termasuk subyek hukum di samping
manusia. ,
2. Harta kekayaan perusahaan terpisah dari harta kekayaan pribadi para
pengurus/anggotanya Akibatnya kalau perusahaannya pailit, yang

terkena sita hanyalah harta perusahaan saja (harta pribadi
pengurus/anggotanya tetap bebas dari sitaan)
3. Badan usaha yang termasuk badan hukum yaitu Perseroan Terbatas,
Perusahaan Negara, Perusahaan Daerah, Koperasi, Perum, Perjan,
Persero dan Yayasan.
Badan usaha yang bukan badan hukum :
1. Subjek hukumnya adalah orang-orang yang menjadi pengurusnya, jadi
bukan badan itu sendiri karena ia bukanlah badan hukum sehingga
tidak dapat menjadi subjek hukum.
2. Harta
perusahaan
bersatu
dengan
harta
pribadi
para
pengurus/anggotanya. Akibatnya kalau perusahaannya pailit, maka
harta pengurus/anggotanya ikut tersita juga.
3. Badan usaha yang bukan badan hukum adalah Burgelijk
Maatschap/Maatschap, Vennootschap onder Firma atau Firma (Fa),

dan Commanditaire Vennootschap (CV).6
Perusahaan bukan badan hukum adalah perusahaan swasta yang didirikan
dan dimiliki oleh beberapa orang pengusaha secara kerjasama. Bentuk perusahaan
ini merupakan perusahaan persekutuan yang dapat menjalankan usaha dalam
bidang perekonomian, yaitu bidang perindustrian, perdagangan, dan perjasaan.

5
6

Mulhadi., op.cit., hal. 23
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, Aneka Cipta, Jakarta, 2007,

hal.10.

Universitas Sumatera Utara

4

Perusahaan persekutuan dapat mempunyai bentuk hukum firma dan Perseroan
Komanditer (CV).7

Perseroan

Komanditer

(CV)

atau

sering

kali

disebut

dengan

Commanditaire Vennootschap (untuk selanjutnya disebut CV) adalah suatu
Perusahaan yang didirikan oleh satu atau beberapa orang secara tanggung
menanggung, bertanggung jawab secara seluruhnya atau secara solider, dengan
satu orang atau lebih sebagai pelepas uang (Geldschieter), dan diatur dalam

KUHD.8
Keberadaan Perseroan Komanditer (CV) (selanjutnya disebut CV) dalam
lalu lintas bisnis telah dikenal masyarakat, terutama masyarakat pengusaha,
sebagai salah satu bentuk badan usaha. Dasar pengaturan Perseroan Komanditer
(CV) dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (selanjutnya disebut KUHD)
tidak diatur secara khusus/tersendiri sebagaimana persekutuan firma dan
persekutuan perdata (Maatschap), namun beberapa kalangan ahli hukum
berpendapat bahwa bagi Perseroan Komanditer (CV) dapat diberlakukan terhadap
pasal-pasal mengenai persekutuan firma maupun persekutuan perdata. Ketentuan
Perseroan Komanditer (CV) terdapat pada pasal 19, 20, 21 dan pasal 32 KUHD.9
Pengaturan hukum atas CV sama dengan persekutuan firma dimana diatur
secara tegas pada Pasal 19 sampai dengan Pasal 35 KUHD. Akan tetapi yang
membedakan pengaturan antara Perseroan Komanditer (CV) dengan persekutuan
firma adalah adanya pengaturan sekutu pelepas-uang yang diatur menurut
7

Abdulkadir Muhammad, Op., Cit, hal. 84
I.G. Rai Widjaya, Hukum Perusahaan, cet. 7, Kesaint Blanc, Bekasi, 2007, hal. 51.
9
I.G. Rai Widjaya, Hukum Perusahaan (Undang-Undang dan Peraturan Pelaksana

Undang-Undang di Bidang Usaha), Mega Poin, Divisi dari Kesain Blanc, 2005, Bekasi Indonesia,
hal.1.
8

Universitas Sumatera Utara

5

ketentuan Pasal 19, 20 dan 21 KUHD. Dalam hal ini dapat dikatakan juga
Perseroan Komanditer (CV) adalah persekutuan firma yang mempunyai satu atau
beberapa orang sekutu komanditer. Karena dalam persekutuan firma hanya
terdapat sekutu kerja firmant, sedangkan dalam Perseroan Komanditer (CV)
selain sekutu kerja terdapat juga sekutu komanditer, yaitu sekutu diam yang hanya
memberikan pemasukannya saja dan tidak mengurus perusahaan.10
Sebagaimana yang disebutkan didalam pasal 19 KUHD,
Ayat (1) : Perseroan yang terbentuk dengan cara meminjamkan uang atau
disebut juga perseroan komanditer, didirikan antara seseorang atau antara
beberapa orang persero yang bertanggung jawab secara tanggung- renteng
untuk keseluruhannya dan satu orang atau lebih sebagai pemberi pinjaman
uang.

Ayat (2) Suatu perseroan dapat sekaligus berwujud firma terhadap perseropersero firma di dalamnya dan perseroan komanditer terhadap pemberi
pinjaman uang. (KUHD. 16,20,22 dan seterusnya)
Perseroan komanditer atau juga disebut perseroan dengan penanaman
modal diadakan antara seseorang pesero yang mempunyai beheer atau beberapa
pesero yang bertanggung jawab secara sendiri-sendiri untuk seluruhnya (solider)
dengan seorang Peseroan Komanditer (CV) atau beberapa orang lain yang hanya
bertanggung jawab sampai dengan uangnya yang ditanam dalam usaha itu.
Persero-persero yang bertindak sebagai penanam modal tidak ikut bertanggung
jawab secara solider. Pertanggunggan jawab hanya meliputi sampai jumlah uang
yang ditanamkan itu. Dalam perseroan itu persero komanditer tidak bertindak
keluar. Struktur dari Perseroan Komanditer (CV) itu tergantung dari pada
persetujuan yang diadakan antara pihak-pihak yang bersangkutan.11

10

H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Bentuk
Perusahaan, Jilid 2, cet. 12, Djambatan, Jakarta, 2008, hal.75.
11
Ahmad Ichsan, Hukum Dagang (Lembaga Perserikatan, Surat-Surat Berharga, Aturan
Angkutan, Pradnya Paramita, cetakan kelima, Jakarta, 1993, hal. 129.


Universitas Sumatera Utara

6

Cara mendirikan Perseroan Komanditer (CV) Dalam KUHD tidak ada
pengaturan secara khusus mengenai cara mendirikan Perseroan Komanditer (CV).
karena Perseroan Komanditer (CV) adalah firma, Pasal 22 KUHD dapat
diberlakukan. Dengan demikian, Perseroan Komanditer (CV) didirikan dengan
pembuatan anggaran dasar yang dituangkan dalam akta pendirian yang dibuat di
muka notaris. Akta kemudian didaftarkan di kepaniteraan pengadilan negeri
setempat. Akta yang sudah didaftarkan itu diumumkan dalam Berita Negara.12
Sama halnya dengan firma, syarat pengesahan dari Menteri Hukum dan
HAM diperlukan karena persekutuan komanditer bukan badan hukum. Praktik
perusahaan yang berbentuk persekutuan komanditer di Indonesia membuktikan
hal ini. Pada Perseroan Komanditer (CV) tidak ada pemisahan antara harta
kekayaan persekutuan dan harta kekayaan pribadi para sekutu komplementer.
Karena Perseroan Komanditer (CV) adalah firma yang lebih sempurna atau
khusus, maka tanggung jawab sekutu komplementer secara pribadi untuk
keseluruhan.13
Perseroan Komanditer (CV) mengenal dua macam pesero yaitu bagi
pesero yang hanya memasukkan uang atau barang kedalam perseroan disebutkan
sebagai pesero komandit-diam, sedangkan pesero yang selain memasukkan uang
atau barang juga melakukan pengurusan perseroan yang disebut pesero pengurus
dan mereka inilah yang menjalahkan perusahaan dan bertindak keluar atas nama
perseroan, dan menyelenggarakan pemeliharaan, pengurusan perseroan seharihari.14

12

Abdulkadir Muhammad, op.cit, hal.94.
Ibid
14
M.Nadzir Said, Hukum Perusahaan di Indonesia I, Alumni, Bandung, 1987, hal. 191.

13

Universitas Sumatera Utara

7

Hubungan intern diantara sekutu biasa atau pengurus (gewone vennooten)
dengan Perseroan Komanditer (CV) terdapat perbedaan, dimana sekutu biasa atau
pengurus (gewone vennooten), selain memasukkan uang atau benda kedalam
persekutuan, juga memasukkan tenaga, dalam rangka mengurus dan menjalankan
persekutuan. Disamping itu, sekutu biasa atau pengurus juga memikul tanggung
jawab tidak terbatas ada kerugian yang diderita persekutuan dalam usahanya,
kecuali jika ditentukan lain dalam perjanjian persekutuan. Sedangkan sekutu
komanditer, tidak terbebani kerugian yang lebih dari jumlah modal yang
dimasukkannya.15
Dapat dilihat, pada persekutuan komanditer terdiri dari dua macam sekutu:
1.

Sekutu pengurus atau sekutu komplementer (complimentaris) yang bertindak
sebagai pesero pengurus dalam persekutuan komanditer. Selain dia sekutu
komanditer

yang

juga

ikut

memberi

pemasukan

modal,

sekutu

komplementaris sekaligus menjadi pengurus Perseroan Komanditer (CV).
2.

Perseroan Komanditer (CV) yang disebut juga sekutu tidak kerja, yang
statusnya hanya sebagai pemberi modal atau pemberi pinjaman. Oleh karena
sekutu komanditer tidak ikut mengurus persekutuan komanditer dia tidak ikut
bertindak keluar.16
Dalam soal pengurusan persekutuan, sekutu komanditer dilarang

melakukan pengurusan meskipun dengan surat kuasa. Dia hanya boleh mengawasi
pengurusan jika ditentukan dalam anggaran dasar persekutuan. Apabila ketentuan
ini dilanggar, Pasal 21 KUHD memberi sanksi bahwa tanggung jawab sekutu
15

Mulhadi, Op., Cit. Hal 61-62.
M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Sinar Grafika, Cetakan ketiga,
Jakarta, 201 l, hal. 17-18.
16

Universitas Sumatera Utara

8

komanditer disamakan dengan tanggung jawab sekutu komplementer secara
pribadi untuk keseluruhan. Untuk menjalankan, perusahaan, persekutuan
komanditer dapat menempatkan sejumlah modal atau barang sebagai harta
kekayaan persekutuan, dan ini dianggap sebagai harta kekayaan yang dipisahkan,
dari harta kekayaan pribadi sekutu komplementer. Hal ini dibolehkan berdasarkan
rumusan Pasal 33 KUHD mengenai pemberesan firma. Kekayaan terpisah ini
dapat diperjanjikan dalam anggaran dasar (akta pendirian) walaupun bukan badan
hukum.17
Hanya sekutu komplementer yang dapat mengadakan hubungan hukum
dengan pihak ketiga. Pihak ketiga hanya dapat menagih sekutu komplementer
sebab sekutu inilah yang bertanggung jawab penuh. Sekutu komanditer hanya
bertanggung jawab kepada sekutu komplementer dengan menyerahkan sejumlah
pemasukan (Pasal 19 ayat (1) KUHD), sedangkan yang bertanggung jawab
kepada pihak ketiga hanya sekutu komplementer. Dengan kata lain, sekutu
komanditer hanya bertanggung jawab ke dalam, sedangkan sekutu komplementer
bertanggung jawab ke luar dan ke dalam.18
Pendirian persekutuan komanditer pada dasarnya tidak jauh berbeda
dengan persekutuan firma, yaitu umumnya dengan akta notaris kemudian
didaftarkan di kepaniteraan PN di mana persekutuan komanditer tersebut
berkedudukan dan kemudian mengumumkan ikhtisar akta pendirian dalam Berita
Negara RI. Adapun isi akta pendirian :
1. Nama lengkap, pekerjaan, dan tempat tinggal para pendiri.
17
18

Abdulkadir Muhammad, op.cit, hal. 95.
Ibid, hal. 95-96

Universitas Sumatera Utara

9

2. Penetapan nama Perseroan Komanditer (CV) dan kedudukan
hukumnya.
3. Keterangan mengenai Perseroan Komanditer (CV) yang menyatakan
sifat CV itu di kemudian harinya akan bersifat khusus atau terbatas
untuk menjalankan sebuah perusahaan cabang secara khusus.
4. Nama sekutu yang tidak berkuasa untuk menandatangani perjanjian
atas nama persekutuan.
5. Mulai dan berakhirnya Perseroan Komanditer (CV).
6. Klausul-klausul lain yang penting berkaitan dengan pihak ketiga
terhadap sekutu pendiri.
7. Pendaftaraan akta pendirian ke PN harus diberi tanggal.
8. Pembentukan kas atau uang dari Perseroan Komanditer (CV) yang
khusus disediakan bagi penagih dari pihak ketiga yang jika sudah
kosong maka berlakulah tanggung jawab pribadi untuk keseluruhan.
9. Pengeluaran satu atau beberapa sekutu dari wewenangnya untuk
bertindak atas nama persekutuan.
10. Maksud dan tujuan persekutuan komanditer.
11. Modal persekutuan komanditer.
12. Penunjukan siapa sekutu biasa dan sekutu komanditer.
13. Hak, kewajiban, dan tanggung jawab masing-masing sekutu.
14. Pembagian keuntungan dan kerugian sekutu.19
Sama halnya dengan firma, tata cara pendirian Perseroan Komanditer
(CV) tidak ada ketentuan yang tegas dalam ketentuan Kitab Undang-undang
Hukum Dagang, tetapi dalam praktek diabuat secara Autentik (akta notaris).
Perseroan Komanditer (CV) didirikan dengan pembuatan Anggaran dasar yang
dituangkan dalam akta pendirian yang dibuat dimuka notaris. Akta pendirian
kemudian didaftarkan di kapaniteraan Pengadilan Negeri setempat. Akta pendirian
yang sudah didaftarkan itu diumumkan dalam Berita Negara.20
Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 perubahan dari Undang-Undang
Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, pada Pasal 1 ayat (1) menerangkan
bahwa :

19

Handri Raharjo, Hukum Perusahaan (Step By Step Prosedur Pendirian Perusahaan),
Pustaka Yustisia, Cetakan pertama, Yogyakarta, 2013, hal. 56-59.
20
Farida Hasyim, Hukum Dagang, Sinar Grafika, cetakan pertama, Jakarta, 2009,
hal.146.

Universitas Sumatera Utara

10

Notaris adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta autentik dan
memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini
atau berdasarkan undang-undang lainnya.
Kewenangan tersebut dispesifik pada pasal-pasal berikutnya yaitu pada
Pasal 15 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) dijelaskan kewenangan notaris yaitu :
(1)

(2)

(3)

Notaris berwenang membuat akta autentik mengenai semua perbuatan,
perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan perundangundangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk
menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya
itu sepanjang pembuatan akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan
kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang.
Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), notaris berwenang
pula:
a. Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat
dibawah tangan dengan mendaftar dalam buku klepper.
b. Membukukan surat dibawah tangan dengan mendaftar dalam buku
khusus.
c. Membuat copy dari asli surat dibawah tangan berupa salinan yang
memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang
bersangkutan
d. Melakukan pengesahan kecocokan photo copy dengan surat aslinya.
e. Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta
f. Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan; atau
g. Membuat akta risalah lelang.
Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),
notaris mempunyai kewenangan lain yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan
Di dalam Pasal 28 KUHD "selain dari pada itu para pesero diwajibkan

pula menyelenggarakan pengumuman dan petikan akta sebagaimana termaksud
dalam ketentuan Pasal 26 dalam Berita Negara". Selama ini pada umumnya yang
dipenuhi hanya pasal 27 KUHD yang menyebutkan "pendaftaran itu harus
ditanggali pada hari akta atau petikannya dibawa di ke paniteraan. Pada umumnya
Akta pendirian CV hanya sebatas didaftarkan di kepaniteraan Pengadilan Negeri
setempat, sedangkan untuk pengumuman di Berita Negara jarang dilakukan.

Universitas Sumatera Utara

11

Selama ini walaupun Akta pendirian CV belum ada diumumkan di dalam Berita
Negara akan tetapi dapat melakukan dan atau menjalankan kegiatan usaha,
meskipun

didalam

Undang-undang

secara tegas

diwajibkan

untuk

diumumkan dalam Berita Negara.
Dari uraian diatas, Perlu penelitian lebih lanjut mengenai Akta Pendirian
Perseroan Komanditer (Commanditaire Vennootschap), yang dituangkan dalam
judul

tesis

"Kepastian

Hukum

Akta

Pendirian

Perseroan

Komanditer

(Commanditaire Vennootschap) yang tidak diumumkan dalam berita Negara
ditinjau dari Kitab Undang-undang Hukum Dagang"
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut di atas, maka agar lebih jelasnya perlu
dirumuskan pokok masalahnya sebagai berikut :
1.

Bagaimana kedudukan hukum Perseroan Komanditer (Commanditaire
Vennootschap) yang tidak diumumkan dalam berita Negara menurut Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang?

2.

Bagaimana

tanggung

jawab

para

pengurus

Perseroan

Komanditer

(Commanditaire Vennootschap) yang Akta pendirian tidak diumumkan dalam
berita Negara ?
3.

Apa yang menjadi persoalan dalam pendirian Perseroan Komanditer (CV)
(Commanditaire Vennootschap) dalam praktek notaris sehari-hari ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan
yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

Universitas Sumatera Utara

12

1.

Untuk mengetahui kedudukan hukum Perseroan Komanditer (Commanditaire
Vennootschap) yang tidak diumumkan dalam berita Negara menurut Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang.

2.

Untuk mengetahui tanggung jawab para pengurus Perseroan Komanditer
(Commanditaire Vennootschap) yang Akta pendirian tidak diumumkan dalam
berita Negara

3.

Untuk mengetahui yang menjadi persoalan dalam pendirian Perseroan
Komanditer (Commanditaire Vennootschap) dalam praktek notaris seharihari.

D. Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian dan manfaat penelitian merupakan satu rangkaian yang
hendak dicapai bersama, dengan demikian dari penelitian ini diharapkan dapat
memberi manfaat sebagai berikut :
1.

Secara akademis-teoritis, penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi ilmu
pengetahuan, khususnya ketentuan tentang Akta pendirian Perseroan
Komanditer (Commanditaire Vennootschap) yang tidak diumumkan dalam
berita Negara sebagaimana diatur didalam Kitab Undang-undang Hukum

2.

Secara sosial praktis, adalah memberikan sumbangan pemikiran terhadap
mahasiswa-mahasiswa atau praktisi-praktisi hukum dalam melaksanakan
ketentuan hukum yang mengatur Akta pendirian Perseroan Komanditer
(Commanditaire Vennootschap) yang tidak diumumkan dalam berita Negara
sebagaimana diatur didalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang.

Universitas Sumatera Utara

13

E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan informasi yang ada dan sepanjang penelusuran kepustakaan
yang ada di lingkungan Universitas Sumatra Utara, khususnya di lingkungan
Magister Kenotariatan dan Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatra Utara
Medan, belum ada penelitian sebelumnya yang berjudul "Kepastian Hukum Akta
Pendirian CV yang tidak diumumkan dalam berita Negara ditinjau dari Kitab
Undang-undang Hukum Dagang". Akan tetapi ada beberapa penelitian yang
menyangkut masalah CV antara lain penelitian yang dilakukan oleh :
1. Saudari Lusiana (NIM. 002111030), Mahasiswi Magister Kenotariatan
Universitas Sumatra Utara, dengan judul penelitian "Kreteria Perseroan
Komanditer (Commanditaire Vennootschap) Sebagai Subjek Hak Atas Tanah
Penelitian Di Kota. Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini
adalah :
a. Apakah Peseroan Komanditer dapat dimasukan sebagai Badan Hukum ?
b. Apakah Perseroan Komanditer dapat mempunyai Hak Atas Tanah ?
c. Bagaimana penerapan peraturan perundang-undangan terhadap Perseroan
Komanditer sebgai Subjek Hak Atas Tanah ?
2. Saudara Asrul (NIM. 017011006), Mahasiswa Magister Kenotariatan
Universitas Sumatra Utara, dengan judul penelitian "Perseroan Komanditer
(Commanditaire Vennootschap) Dalam Kedudukannya Sebagai Pemberi Hak
Tanggungan Pada Pengikatan Hak Tanggungan). Adapun permasalahan
penelitian ini adalah :

Universitas Sumatera Utara

14

a. Bagaimana kewenangan yuridis Peseroan Komanditer untuk melakukan
pembuatan hukum sebagai pemberi Hak Tanggungan.
b. Bagaimana

melaksanakan

kendala

Peseroan

Komanditer

dalam

pelaksanaan pengikat Hak Tanggungan.
c. Bagaimana upaya yang dilakukan agar pengikat Hak Tanggungan tetap
terlaksana
3. Saudara Muhammad Reza (NIM. 107011092), Mahasiswa

Magister

Kenotariatan Universitas Sumatra Utara, dengan judul penelitian "Analisis
Terhadap Kepailitan Perseroan Komanditer (Commanditaire Vennootschap)
dan akibat hukumnya (studi kasus putusan Pengadilan Niaga Medan Nomor :
01/Pailit/2006/PN.Niaga.Mdn ). Adapun yang permasalahan dalam penelitian
ini adalah :
a. Bagaimana analisis permohonan Kepailitan yang dilakukan oleh Debitor
sendiri yaitu CV. Widya Mandiri dikaitkan dengan Pasal 5 UndangUndang No.37 Tahun 2004 ?
b. Bagaimana akibat hukum kepailitan Persekutuan Komanditer terhadap
harta kekayaan para sekutu menurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun
2004

dalam

Putusan

Pengadilan

Niaga

Medan

nomor

:

01/Pailit/2006/Pn.niaga Mdn atas Kepailitan CV. Widya Mandiri ?
c. Bagaimana pelaksanaan pemberesan harta pailit para sekutu dalam
Kepailitan CV. Widya Mandiri ?

Universitas Sumatera Utara

15

Sehingga penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah,
karena senantiasa memperhatikan ketentuan-ketentuan atau etika penelitian yang
harus dijunjung tinggi sebagai peneliti ataupun akademisi.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1.

Kerangka Teori
Dalam setiap penelitian harus disertai dengan pemikiran-pemikiran

teoritis, teori adalah untuk menerangkan dan menjelaskan gejala spesifik untuk
proses tertentu.21 Kerangka teori merupakan landasan dari teori atau dukungan
teori dalam membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan yang
dianalisis. Kerangka teori dimaksud adalah kerangka pemikiran atau butir-butir
pendapat, teori, tesis, sebagai pegangan baik disetujui atau tidak disetujui.22
Teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini adalah
teori kepastian hukum, guna mendapatkan kepastian hukum akta pendirian
Perseroan Komanditer (CV) yang tidak diumumkan dalam Berita Negara.
Menurat Kalsen, hukum adalah sebuah sistem norma. Norma adalah
pernyataan yang menekankan aspek "seharusnya" atau das sollen, dengan
menyertakan beberapa peraturan tentang apa yang harus dilakukan. Norma-norma
adalah produk dan aksi manusia yang deliberatif. Undang-undang yang berisi
aturan-aturan yang bersifat umum menjadi pedoman bagi individu bertingkah laku
dalam aturan yang bersifat umum menjadi pedoman bagi individu bertingkah laku
dalam bermasyarakat, baik dalam hubungan dengan sesame maupun dalam

21

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas
Indonesia Press,
Jakarta, 1986, hal.122
22
M. Solly Lubis, Filsqfat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, hal. 80.

Universitas Sumatera Utara

16

hubunganya dengan masyarakat. Aturan-aturan itu menjadi batasan bagi
masyarakat dalam membebani atau melakukan tindakan terhadap individu.
Adanya aturan itu dan pelaksanaan aturan tersebut menimbulkan kepastian
hukum.23
Tujuan hukum yang mendekati realitis adalah kepastian hukum dan
kemanfaatan hukum. Kaum Positivisme lebih menekankan pada kepastian hukum,
sedangkan Kaum Fungsionalis mengutamakan kemanfaatan hukum, dan sekiranya
dapat ditemukan bahwa "summum ins, summa injuria, summa lex, summa crux"
yang artinya, hukum yang keras dapat melukai, kecuali keadilan yang dapat
menolongnya, dengan demikian kendatipun keadilan bukan merupakan tujuan
hukum satu-satunya akan tetapi tujuan hukum yang paling substantif adalah
keadilan.24
Bagi suatu penelitian, teori dan kerangka teori mempunyai kegunaan.
Kegunaan tersebut paling sedikit mencakup hal-hal sebagai berikut : 25
a. Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam fakta;
b. Teori sangat berguna di dalam klasifikasi fakta;
c. Teori merupakan ikhtiar dari hal-hal yang diuji kebenarannya.
Teori menguraikan jalan pikiran menurut kerangka yang logis artinya
mendudukan masalah penelitian yang telah dirumuskan didalam kerangka teoritis
yang relevan, yang mampu menerangkan masalah tersebut. Adapun kerangka teori
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kepastian hukum

23

Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jekarta, 2008, hal 158.
Dominikus Rato, Filsafat Hukum Mencari: memahami dan Memahami Hukum,
Laksbang Pressindo, Yogyakarta, 2010, hal. 59.
25
Soerjono Soekanto, op.cit, hal.121.
24

Universitas Sumatera Utara

17

Menurut Utrecht, hukum bertugas menjamin adanya kepastian hukum
(rechtzekerheit) dalam pergaulan manusia dan hubungan-hubungannya dalam
pergaulan kemasyarakatan. Hukum menjamin kepastian pada pihak yang satu
terhadap pihak lain.26
Untuk menjamin keteraturan dan menciptakan hubungan dalam pergaulan
didalam masyarakat dan untuk mehilangkan, kebimbangan keracunan, dan
kekeliruan maka diperlukan kepastian hukum untuk menjamin hal tersebut.
Menurut Radbruch, hubungan antara keadilan dan kepastian hukum perlu
diperhatikan. Oleh karena kepastian hukum harus dijaga demi keamanan dalam
negara, maka hukum positif selalu harus ditaati, walaupun isinya kurang adil atau
juga kurang sesuai dengan tujuan hukum. Tetapi dapat kekecualian yakni
bilamana pertentangan antara isi tata hukum dengan keadilan begitu besar,
sehingga tata hukum itu tampak tidak adil pada saat itu tata hukum boleh
dilepaskan.27
Tanpa kepastian hukum orang tidak tau apa yang harus diperbuatnya, dan
akhirnya timbulnya keresahan. Tetapi terlalu menitikberatkan kepada kepastian
hukum, terlalu ketat menaati peraturan hukum, akibatnya kaku dan akan
menimbulkan rasa tidak adil. Apapun yang terjadi peraturannya adalah demikian
dan harus ditaati atau dilaksanakan. Undang-undang itu sering terasa kejam
apabila dilaksanakan secara ketat" Lex dura, set tamen scripta (Undang-undang
itu kejam tetapi demikianlah bunyinya). 28
26

M. Solly Lubis, Beberapa Pengertian Umum Tentang Hukum (Program Studi Ilmu
Hukum Sekolah Pasca Sarjana USU), hal. 17.
27
Theo Huijbers, Filsafat Dalam Lintas Sejarah, Yogyakarta: Kanisius, 1982), hal. 163
28
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Yogyakarta: Liberty,
1998), hal. 58.

Universitas Sumatera Utara

18

2.

Konsepsi
a. Kepastian Hukum Menurut Sudikno Mertokusumo adalah kepastian
hukum merupakan sebuah jaminan bahwa hukum tersebut harus
dijalankan dengan cara yang baik.29
b. Akta pendirian adalah dokumen hukum yang menjelaskan tujuan
perusahaan, dan memuat anggaran dasar serta pengurus yang dibuat
dihadapan notaris dan pada intinya merupakan perjanjian diantara
sekutu.30
c. Notaris berwenang membuat Akta autentik mengenai semua perbuatan,
perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan perundangundangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk
dinyatakan dalam Akta autentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan
Akta, menyimpan Akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan Akta,
semuanya itu sepanjang pembuatan Akta itu tidak juga ditugaskan atau
dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh
undang-undang.
d. Pesero adalah pemegang saham atau andil.31
e. Persekutuan Komanditer (CV) adalah persekutuan Firma yang memiliki
satu atau beberapa orang sekutu komanditer. Sekutu komanditer adalah
sekutu yang hanya menyerahkan uang, barang, atau tenaga sebagai
pemasukan pada persekutuan (sebagai modal), namun ia tidak ikut campur
dalam pengurusan atau penguasaan persekutuan, dan tanggung jawabnya
29

Pengertian
Asas
Kepastian
Hukum
Menurut
Para
Ahli,
http://tesishukum.com/pengertian-asas-kepastian-hukum-menurut-para-ahli/, 15April, 2015
30
Rudi Prasetya, Maatschap, Firma dan Perseroan Komanditer, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2002, hal.26.
31
Mulhadi, op.cit, hal. 22.

Universitas Sumatera Utara

19

terbatas sampai pada sejumlah uang yang dimasukkannya. Artinya, sekutu
komanditer tidak bertanggung jawab secara pribadi terhadap Perseroan
Komanditer (CV), sebab hanya sekutu komplementer yang diserahi tugas
untuk mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga (pasal 19
KUHDagang).32
f. Lembaran Negara adalah suatu Lembaran (kertas) tempat mengundang
atau mengumumkan suatu peraturan-peraturan negara dan pemerintah agar
sah berlaku. Penjelasan daripada suatu undang-undang dimuat dalam
Tambahan Lembaran Negara, yang mempunyai nomor berurut. Lembaran
Negara diterbitkan oleh Departemen kehakiman (sekarang Secretariat
Negara), yang disebut dengan tahun pemberitahuan dan nomor berurut.33
Misalnya: L.N. tahun 1962 No. 1 (L.N. 1962/1), L.N. tahun 1962 No. 2
(L.N. No. 2 tahun 1962).
g. Berita Negara adalah suatu penerbitan resmi Menteri Kehakiman
(Sekretariat Negara) yang memuat hal-hal yang berhubungan dengan
peraturan-peraturan negara dan pemerintah dan memuat surat-surat yang
dianggap perlu. Seperti : Akta pendirian P.T., Firma, CV, Koperasi, namanama orang dinaturalisasi menjadi Warga Negara Indonesia, dan lain-lain.
G. Metodologi Penelitian
1.

Sifat dan Jenis Penelitian.
Sifat dari penelitian ini adalah bersifat deskriptif analitis, bersifat analisis

deskrptif maksunya dari penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran secara rinci
dan sistematis tentang permasalahan yang akan diteliti. Analisis dimaksudkan
32

Abdul R. Saliman et al, Hukum bisnis untuk perusahaan, Prenada Media, Edisi Kedua
Cetakan Ke-1, Jakarta hal. 95
33
Dwisetiati.Wordpress.Com/2012/06/05/Lembaran-Negara-Dan-Berita-Negara/ (diakses
tanggal 7 Juni 2015). Pukul 18.00 Wib

Universitas Sumatera Utara

20

berdasarkan gambaran, fakta yang diperoleh akan dilakukan analisis secara cermat
untuk menjawab permasalahan.34
Mengingat bahwa penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum
dengan metode pendekatan yuridis normatif, yaitu penelitian hukum doktriner
yang mengacu kepada norma-norma hukum,35 yang terdapat Kitab UndangUndang Hukum Dagang maka penelitian ini menekankan kepada sumber-sumber
bahan sekunder, baik berupa peraturan-peraturan maupun teori-teori hukum,
disamping menelaah kaidah-kaidah hukum yang berlaku dimasyarakat, sehingga
ditemukan suatu asas-asas hukum yang berupa dogma atau doktrin hukum yang
bersifat teoritis ilmiah serta dapat digunakan untuk menganalisis permasalahan
yang dibahas,36 yang dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan pokok
permasalahan dalam penulisan tesis ini, yaitu mengenai Akta Pendirian Perseroan
Komanditer (Commanditaire Vennootschap) dikaitkan ketentuan Kitab Undangundang Hukum Dagang.
2.

Sumber Data
Berdasarkan sifat penelitian tersebut diatas, maka data yang dikumpulkan

berasal dari data sekunder. Data sekunder dimaksud antara lain meliputi bahan
hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier berupa Norma
Dasar, perundang-undangan, hasil penelitian ilmiah, buku-buku dan lain
sebagainya.37

34

Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum Indonesia Pada Akhir Abad ke-20, Alumni,
Bandung, 1994, hal. 101
35
Bambang Waluyo, Metode Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Semarang, 1996,
hal.13.
36
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, hal. 13
37
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Raja
Grafindo Persada, 2004, hal. 30

Universitas Sumatera Utara

21

a.

Bahan hukum primer.38
Yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat sebagai landasan
utama yang dipakai dalam rangka penelitian ini adalah Kitab Undang-undang
Hukum Dagang.
Kitab Undang-undang Hukum Dagang, Kitab Undang-Undang Perdata dan
Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 2 Tahun 2014.

b.

Bahan hukum sekunder.39
Yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer dan
dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer, seperti
hasil-hasil penelitian, hasil seminar, hasil karya dari kalangan hukum, serta
dokumen-dokumen lain yang berkaitan dengan Akta Pendirian Perseroan
Komanditer (Commanditaire Vennootschap) yang tidak diumumkan dalam
berita Negara.

c.

Bahan hukum tertier.40
Yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi tentang bahan hukum primer
dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum, ensiklopedia, dan
lain-lain.

3.

Alat Pengumpul Data
Untuk memperoleh data yang relevan dengan permasalahan yang diteliti

maka dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan teknik studi pustaka,
sedangkan alat pengumpulan data adalah studi dokumen, studi dokumen

38

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 1990, hal. 53
39
Ibid
40
Ibid

Universitas Sumatera Utara

22

dilakukan dengan membaca, mempelajari, dan menganalisis literarur buku-buku,
peraturan peraturan perundang-undangan, dan sumber lainnya yang berkaitan
dengan penulisan tesis.
4.

Analisa Data
Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu analisis data yang berguna

untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Analisis data
dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian dengan
menggunakan metode kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau
fenomena sosial yang bersifat unik dan kompleks. Adanya terdapat regularitas
atau pola tertentu, namun penuh dengan variasi (keragaman).41
Analisis

data

adalah

proses

mengatur

urutan

data,

mengorganisasikan kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.42
Sedangkan metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berapa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati.43

41

Bungi Burhan, Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan
Metodologis Kearah Penguasaan Midal Aplikasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hal.53.
42
Lexy J.Moleong, Metode Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, hal. 103.
43
Ibid, hal.3

Universitas Sumatera Utara