Upaya Penderita Kanker Serviks Mencari Pengobatan di rumah sakit umum pusat H. Adam Malik

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Kesehatan telah menjadi kebutuhan utama bagi setiap manusia di dunia

dalam menjalankan aktivitas hidup. Berdasarkan pengertiannya bahwa keadaan
sehat merupakan kondisi dimana seseorang, sejahtera secara fisik, secara sosial
dan ekonomi. Artinya apabila salah satu dari ketiga unsur tersebut tidak dalam
kondisi yang baik (dengan kata lain sehat) maka akan timbul suatu gangguan
masalah kesehatan. Hal ini akan sangat merugikan penderita karena akan
menurunkan produktivitas terhadap kehidupan pribadinya.
Kesehatan sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia karena
tanpa tubuh yang sehat, manusia tidak akan bisa memenuhi segala kebutuhan
hidupnya. Oleh sebab itu, setiap manusia menginginkan hidup sehat. Untuk
mendapatkan tubuh yang sehat manusia harus menjaga keseimbangan tubuh agar
dapat terhindar dari penyakit. Untuk menyatakan bahwa seseorang sakit, terdapat
keadaan yang menunjukkan tidak berfungsinya suatu organ tubuh yang
mempengaruhi kehidupan sosialnya. Mengalami sakit tidak hanya berarti adanya

perubahan biologis, akan tetapi keadaan sosial yang tampak dari adanya
penyimpangan yang terjadi dan tidak dikehendaki.
Ketika seseorang dikatakan berpenyakit bila ia mempunyai tanda dan
gejala seperti ciri-ciri penyakit tersebut. Dan orang tersebut akan pergi ke rumah

1
Universitas Sumatera Utara

sakit untuk mendapat pengobatan dan penanggulangan untuk penyakit tersebut.
Tetapi bagi orang-orang tertentu, gejala-gejala tersebut mengkin dibiarkan saja
dalam jangka waktu lama, atau pasrah terhadap setiap kemunduran, dengan jalan
mencoba mengobati sendiri, meremehkannya atau tidak memperdulikannya, atau
dengan jalan mengubah pola hidupnya. Itu dikarenakan bagaimana setiap orang
menanggapi apa arti sebuah penyakit bagi mereka sesuai dengan pengalaman
hidup mereka masing-masing. Salah satu alasan mengapa beberapa penderita
gejala penyakit yang cukup berat namun tidak meminta pertolongan dokter ialah
karena mereka dapat bertoleransi dengan rasa sakit dan meragukan bahwa rasa
sakit itu akan membawa akibat negatif pada kehidupannya. Dan beberapa
keluarga sanggup bertoleransi dengan kerugian-kerugian yang disebabkan oleh
adanya anggota keluarga yang sakit parah. Orang yang menganggap bahwa gejala

yang dialaminya merupakan ancaman maka ia akan melakukan kunjungan ke
dokter dan meminta pertolongan dari dokter.
Menanggapi hal tersebut, Hippocrates (460-377 SM) muncul sebagai
Bapak kedokteran yang menangani kasus kejadian sakit yang menitik beratkan
pada metode pengobatan dan penyembuhan. Penyembuhan ini dilakukan setelah
terjadi insiden sakit. Akan tetapi setelah perkembangan zaman, penyembuhan
melalui bidang kedokteran saja tidak cukup berhasil dalam menyelesaikan
masalah kesehatan di masyarakat, tetapi membutuhkan pengobatan secara
tradisional juga. Dalam pemilihan metode penyembuhan ditentukan oleh
bagaimana sudut pandang si penderita menanggapi penyakit yang dialaminya, ia

2
Universitas Sumatera Utara

memilih ke dokter dikarenakan ia menyadari bahwa gejala penyakit merupakan
suatu masalah, dan mengunjungi dokter adalah tindakan yang tepat dan ia akan
berusaha untuk mendapat pertolongan. Ia akan mengupayakan bagaimana
penyakit tersebut dapat diatasi sehingga dapat memperlambat pertumbuhan dari
penyakit tersebut sehingga ia masih dapat melakukan aktivitas hidupnya.
Dan ketika seseorang memilih untuk pengobatan di luar daripada medis

adalah merupakan faktor sosial dan budaya yang mempengaruhi orang
merumuskan suatu gejala penyakit sebagai ancaman maupun merumuskan
untung-ruginya suatu tindakan yang akan dilakukan. Kelompok penduduk
berdasarkan usia, jenis kelamin, status perkawinan, sukubangsa, ras dan semuanya
mempengaruhi persepsi suatu gejala penyakit sebagai suatu persoalan. Sehingga
ada beberapa kelompok yang lebih suka meminta nasihat dan saran dari temantemannya, keluarganya daripada pergi ke dokter. Sehingga kita akan diberi saran
untuk melakukan pengobatan tradisional seperti ke dukun, dan jenis yang lainlainnya. Dan dengan segala koneksi yang dimiliki, seorang penderita akan
berupaya untuk mencari penyembuhan dari penyakit yang dialaminya.
Dan dengan itu peneliti tertarik untuk mengungkapkan, menggambarkan
bagaimana upaya seseorang untuk mencari penyembuhan, penanggulangan akan
penyakit yang dialaminya. Peneliti ingin mengkaji penyakit kanker serviks
sebagai penyakit yang merupakan ancaman bagi kesehatan seseorang bahkan yang
dapat mematikan.

3
Universitas Sumatera Utara

Kanker serviks merupakan kanker yang terdapat pada serviks dan
penyebab utamanya adalah human papiloma virus (HPV). Kanker serviks
merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher rahim, suatu daerah pada

organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim, letaknya
antara rahim (uterus) dan liang senggama atau vagina. Kanker serviks (leher
rahim) biasanya menyerang wanita berusia 33-55 tahun. Beberapa faktor risiko
yang dapat meningkatkan terjadinya kanker serviks adalah usia, usia hubungan
seksual pertama, dan jumlah pasangan seksual, jumlah paritas, penggunaan KB.
Cara untuk pemeriksaan kanker serviks adalah papsmear. Papsmear
adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui aanya keganasan
(kanker) dengan mikroskop. Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat, dan tidak
tidak sakit. Dan ada baiknya dilakukan pencegahan kanker serviks terhadap kaum
wanita, dengan sosialisasi pentingnya menjaga kebersihan dari organ intim,
menjaga vagina tidak lembab dengan mengganti celana dua kali sehari,
penggunaan antiseptik, dan juga perubahan pada pola hidup untuk tidak merokok
dan menghindari hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan.
Kanker serviks adalah penyakit yang merupakan ancaman bagi setiap
kesehatan wanita yang sudah menikah atau wanita yang telah melakukan
hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan. Kanker serviks adalah
penyakit yang gejalanya yang mudah dikenali tetapi banyak wanita yang
mendapat pertolongan setelah kanker serviks menyebar dan berkembang di
seluruh tubuh.


4
Universitas Sumatera Utara

Ketika kanker serviks sudah menyebar di dalam tubuh maka penderita
harus mendapatkan pertolongan serius, sehingga si penderita baik keluarga
berupaya mencari penyembuhan. Seeorang berupaya untuk sembuh dari penyakit
dilatar belakangi bagaimana kehadiran seseorang dianggap di dalam sebuah
lingkungannya. Contoh, seseorang berupaya sembuh karena dia memiliki anakanak yang masih kecil dan persepsi dia bahwa anak-anaknya masih sangat
membutuhkan figur1 seorang ibu untuk perkembangan anak. Sehingga si ibu atau
keluarga akan mengusahakan bagaimana si ibu bisa bertahan hidup dengan
penyakit yang dideritanya. Baik itu harus keluar kota bahkan sampai ke luar
negeri, dan dapat menoleransi segala kerugian-kerugian yang akan dihadapi.
Pengobatan kanker serviks tergantung kepada beberapa faktor. Kanker
serviks bisa diobati dengan cara operasi jika diagnosis dilakukan pada tingkat
awal. Pada beberapa kasus, hanya serviks yang diangkat dan rahim bisa dibiarkan
saja. Jika lebih lanjut, rahim perlu diangkat seluruhnya. Proses operasi untuk
pengangkatan rahim disebut sebagai histerektomi. Sedangkan radioterapi adalah
langkah alternatif untuk kanker serviks stadium awal. Pada kasus tertentu,
radioterapi juga dipakai berdampingan dengan operasi. Untuk kasus kanker
serviks stadium lanjut, biasanya dirawat dengan metode kombinasi kemoterapi

dan radioterapi. Beberapa penanganan bisa memiliki efek samping yang berat dan
jangka panjang, termasuk di antaranya adalah menopause dini dan kemandulan.

1

Figur adalah bentuk, wujud, tokoh. Peran ini merupakan sentral yang menjadi pusat perhatian.
http://kbbi.web.id/figur, diakses tanggal 22 maret 2016, pukul 10:23 WIB.

5
Universitas Sumatera Utara

Diagnosis2 kanker serviks membuat si penderita harus memikirkan
kejadian buruk yang akan terjadi pada hidupnya. Dan beberapa orang yang
terkena kanker serviks sudah mengetahui resiko dari pengobatan yang akan
dilakukan untuk mengurangi pertumbuhan sel kanker di tubuhnya tetapi mereka
tetap melakukannya untuk bertahan hidup.
Ketika seseorang berupaya untuk sembuh dari penyakit kanker serviks
mereka akan mengupayakannya, baik itu dari segi finansial yang harus
membutuhkan materi yang tidaklah kecil. Oleh karena itu si peneliti akan melihat
bagaimana ikhtiar dari si penderita atau keluarga untuk mendapatkan materi untuk

memperlancar segala biaya pengobatan yang akan dilakukan. Dan juga bagaimana
hubungan dari lingkungan sosial memotivasi si penderita agar dapat bertahan
hidup dan berjuang untuk mencari penyembuhan kanker serviks tersebut. Karena
di saat seseorang sedang sakit maka semua aktivitas hidup yang biasa dilakukan
akan terganggu sehingga kita membutuhkan kerabat atau keluarga untuk
memotivasi kita untuk bertahan dengan penyembuhan penyakit sehingga kita bisa
melakukan aktivitas kita kembali. Dengan itu peneliti akan membuat judul
penelitian yaitu “Upaya Penderita Kanker Serviks Mencari Pengobatan”.

2

Diagnosis adalah penentuan jenis penyakit dengan cara meneliti (memeriksa) gejala-gejalanya.
http://kbbi.web.id/diagnosis, diakses tanggal 22 maret 2016, pukul 10:39 WIB

6
Universitas Sumatera Utara

1.2

Tinjauan Pustaka


1.2.1 Wanita
Wanita dan pria adalah sama-sama ciptaan Tuhan. Wanita adalah mitra
pria. Wanita memilki peran yang sangat banyak, baik itu di politik, hukum,
ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan lain-lain.
Wanita adalah kata umum yang digunakan untuk menggambarkan
perempuan dewasa. Perempuan yang sudah menikah juga bisa dipanggil sebutan
ibu. Untuk perempuan yang belum menikah atau berada antara umur 16 hingga 21
tahun disebut juga dengan anak gadis. Wanita yang sudah dewasa adalah dimana
masa pemebentukan kemandirian pribadi dan ekonomi, masa perkembangan karir,
dan bagi banyak orang, masa pemilihan pasangan, belajar hidup dengan sesorang
secara akrab, memulai keluarga, dan mengasuh anak-anak.
Secara Etimologi, wanita berdasarkan asal bahasanya tidak mengacu pada
wanita yang ditata atau diatur oleh laki-laki atau suami pada umumnya terjadi
pada kaum patriarki. Arti kata wanita sama dengan perempuan, perempuan atau
wanita memiliki wewenang untuk bekerja dan menghidupi keluarga bersama
dengan sang suami. Tidak ada pembagian peran perempuan dan laki-laki dalam
rumah tangga, pria dan wanita sama-sama berkewajiban mengasuh anak hingga
usia dewasa. Jika ada wacana perempuan harus di rumah menjaga anak dan
memasak untuk suami maka itu adalah konstruksi peran perempuan karena lakilaki juga bisa melakukan hal itu.


7
Universitas Sumatera Utara

a.

Reproduksi
Reproduksi adalah suatu proses biologi suatu individu organisme baru

diproduksi. Reproduksi merupakan cara dasar mempertahankan diri yang
dilakukan oleh semua bentuk kehidupan oleh pendahulu setiap individu
organisme untuk menghasilkan suatu generasi selanjutnya. Perempuan yang
memiliki organ reproduksi yang baik akan memiliki kemampuan untuk
mengandung, melahirkan dan menyusui, yang tidak bisa dilakukan oleh pria ini
disebut dengan tugas perempuan/ibu/wanita.
b.

Organ reproduksi (Rahim)
Rahim atau uterus adalah organ reproduksi betina yang utama pada


kebanyakan mamalia, termsuk manusia. Salah satu ujungnya adalah servik,
membuka ke dalam vagina, dan ujung satunya lebih luas, yang dianggap badan
rahim, disambung dengan tabung Fallopian. Rahim terdapat dalam berbagai
bentuk dan ukuran di organisme yang berbeda, tetapi pada manusia berbentuk
buah pir dan seukuran telur ayam.
1.2.2 Pengertian kanker serviks
Kanker serviks adalah kanker yang muncul pada leher rahim wanita. Leher
rahim sendiri berfungsi sebagai pintu masuk menuju rahim dari vagina. Pada usia
berapa pun, semua wanita bisa menderita kanker serviks. Tapi penyakit ini
cenderung mempengaruhi wanita yang aktif secara seksual antara usia 30-45
tahun. Kanker serviks sangat jarang terjadi pada wanita berusia di bawah 25
tahun. Kanker serviks merupakan keganasan yang terjadi pada leher rahim dan

8
Universitas Sumatera Utara

disebabkan oleh infeksi Human Papiloma Virus (HPV).3 Pada penyakit kanker
serviks menunjukkan adanya sel-sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel jaringan
yang tumbuh terus-menerus dan tidak terbatas pada bagian leher rahim.
Kanker serviks yang diderita individu berkaitan dengan perilaku seksual dan

reproduksi, seperti berhubungan seksual pada usia muda, berganti-ganti pasangan
dalam berhubungan seksual, infeksi beberapa jenis virus, merokok, serta tingkat
kebersihan dan higinenis sehari-hari individu yang rendah terutama kebersihan
organ genital.
Menurut WHO, terdapat 490.000 perempuan di dunia terkena kanker
serviks pada tiap tahunnya. Dan 80 persen di antaranya berada di negara-negara
berkembang, salah satunya adalah Indonesia. Tiap satu menit muncul kasus baru
dan tiap dua menit terdapat satu orang meninggal akibat kanker serviks.
Di Indonesia, pada tiap harinya diperkirakan muncul 40-45 kasus baru dan
sekitar 20-25 orang meninggal akibat kanker serviks. Berarti tiap bulan Indonesia
kehilangan 600-750 perempuan akibat kanker serviks. Angka kematian kanker
serviks di Indonesia tergolong tinggi dan sebagian besar disebabkan oleh
keterlambatan dalam diagnosis. Biasanya kanker sudah menyebar ke organ lain di
dalam tubuh ketika seseorang memeriksakan kondisinya. Inilah penyebab
pengobatan yang dilakukan menjadi makin sulit.

3

Human Papiloma Virus adalah virus yang menyerang kulit dan membran mukosa manusia dan
hewan. Lebih dari 100 jenis virus paploma manusia telah diidentifikasikan. Beberapa jenis virus
papiloma dapat menyebabkan kutil, sementara lainnya dapat menyebabkan infeksi yang
menyebabkan esi. Semua HPV ditransmisikan melalui hubungan kulit ke kulit.
http://id.m.wikipedia.org/wiki/virus_papiloma_manusia, diakses pada 23 maret 2016, pukul 11:08
Wib

9
Universitas Sumatera Utara

1.2.3

Gejala kanker serviks
Gejala kanker serviks tidak selalu bisa terlihat dengan jelas, bahkan ada

kemungkinan gejala tidak muncul sama sekali. Sering kali, kemunculan gejala
terjadi saat kanker sudah memasuki stadium akhir. Gejala yang biasa terjadi
adalah:
a.

Pendarahan pada vagina
Pendarahan tidak normal dari vagina, termasuk flek adalah gejala yang
sering terlihat dari kanker serviks. Pendarahan biasanya terjadi setelah
berhubungan seks, di luar masa menstruasi4 atau setelah menopouse5.

b.

Gejala-gejala lainnya yang mungkin muncul
Selain pendarahan yang abnormal, gejala lain yang mungkin muncul
adalah:


Cairan yang keluar tanpa berhenti dari vaginadengan bau yang aneh atau
berbeda dari biasanya, bewarna merah muda, pucat, cokelat, atau
mengandung darah (keputihan). Keputihan akibat virus, keputihan jenis ini
dapat diakibatkan oleh virus HPV, HIV, Herpes. Keputihan yang
diakibatkan virus ini dapat memicu kanker rahim termasuk serviks.



Rasa sakit tiap kali melakukan hubungan seksual.

4

Menstruasi atau datang bulan adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara
berkala dan dipengaruhi hormon reproduksi. http://id.m.wikipedia.org/wiki/Menstruasi , Diakses
pada 27 Juni 2016, Pukul 20:52 WIB.
5
Menopause merupakan kondisi alamiah tubuh yang terjadi akibat adanya pertambahan usia.
Http://www.dunia-ibu.org/artikel/kesehatan/pengertian-menopause-pada-wanita.html, diakses
pada 27 Juni 2016, Pukul 20:57 WIB.

10
Universitas Sumatera Utara



Perubahan siklus menstruasi tanpa diketahui penyebabnya, misalnya
menstruasi yang lebih dari 7 hari untuk 3 bulan atau lebih, atau pendarahan
dalam jumlah yang sangat banyak.

c.

Gejala pada kanker serviks stadium akhir
Kanker pada stadium akhir akan menyebar ke luar dari leher rahim menuju
ke jaringan serta organ di sekitarnya. Pada tahapan ini, gejala yang akan
terjadi akan berbeda, antara lain:


Terjadinya hematuria6 atau darah dalam urin.



Bermasalah saat buang air kecil karena penyumbatan ginjal atau ureter7.



Perubahan pada kebiasaan buang air besar dan kecil.



Penurunan berat badan.



Pembengkakan pada salah satu kaki.



Nyeri pada tulang.



Kehilangan selera makan.



Rasa nyeri pada punggung dan samping, ini disebabkan pembengkakan
pada ginjal.

1.2.4

Penyebab kanker serviks
Menurut Dianda (2007), faktor yang mempengaruhi kanker serviks yaitu :

1. Usia >35 tahun mempunyai resiko tinggi terhadap kanker leher rahim.
Semakin tua usia seseorang, maka semakin meningkat risiko terjadinya
6

Hematuria adalah kondisi adanya darah di dalam urine. http://www.alodokter.com/hematuria,
Diakses pada 27 Juni 2016, Pukul 20:58 WIB.
7
Ureter adalah tabung yang mengalirkan urine dari ginjal ke kandung kemih.
http://kamuskesehatan.com/arti/ureter/, Diakses pada 27 Juni 2016, Pukul 21:01 WIB.

11
Universitas Sumatera Utara

kanker leher rahim. Meningkatnya resiko kanker leher rahim pada usia
lanjut merupakan gabungan dari meningkatnya dan bertambah lamanya
waktu terhadap karsinogen serta makin melemahnya sistem kekebalan
tubuh akibat usia.
2. Usia pertama kali menikah. Menikah pada usia kurang 20 tahun dianggap
terlalu muda untuk melakukan hubungan seksual dan berisiko terkena
kanker leher rahim 10-12 kali lebih besar daripada mereka yang menikah
pada usia >20 tahun. Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang
wanita benar-benar matang. Ukuran kematangan bukan hanya dilihat dari
sudah menstruasi atau belum. Kematangan juga bergantung pada sel-sel
mukosa yang terdapat di selaput kulit bagian dalam rongga tubuh.
Umumnya sel-sel mukosa8 baru matang setelah wanita berusia 20 tahun ke
atas. Jadi, seorang wanita yang menjalin hubungan seks pada usia remaja,
paling rawan bila dilakukan di bawah usia 16 tahun. Hal ini berkaitan
dengan kematangan sel-sel mukosa pada serviks. Pada usia muda, sel-sel
mukosa pada serviks belum matang. Artinya, masih rentan terhadap
rangsangan sehingga tidak siap menerima rangsangan dari luar termasuk
zat-zat kimia yang dibawa sperma. Karena masih rentan, sel-sel mukosa
bisa berubah sifat menjadi kanker. Sifat sel kanker serviks selalu berubah
setiap saat yaitu mati dan tumbuh lagi. Dengan adanya rangsangan, sel
bisa tumbuh lebih banyak dari sel yang mati, sehingga perubahannya tidak
8

Mukosa adalah lapisan kulit dalam, sel ini melapisi berbagai rongga tubuh yang memiliki kontak
dengan lingkungan luar, dan organ internal. http://id.m.wikipedia.org/wikimembran_mukosa,
diakses tanggal 23 maret 2016, pukul 11:16 Wib

12
Universitas Sumatera Utara

seimbang lagi. Kelebihan sel ini akhirnya bisa berubah sifat menjadi sel
kanker. Lain halnya bila hubungan seks dilakukan pada usia di atas 20
tahun, dimana sel-sel mukosa tidak lagi terlalu rentan terhadap perubahan.
3. Wanita dengan aktivitas seksual yang tinggi, dan sering berganti-ganti
pasangan. Berganti-ganti pasangan akan memungkinkan tertularnya
penyakit kelamin, salah satunya Human Papiloma Virus (HPV). Virus ini
akan mengubah sel-sel di permukaan mukosa hingga membelah lebih
banyak sehingga tidak terkendali sehingga menjadi kanker.
4. Penggunaan
menggunakan

antiseptik9.
obat-obatan

Kebiasaan
antiseptik

pencucian
maupun

vagina
deodoran

dengan
akan

mengkibatkan iritasi di serviks yang merangsang terjadinya kanker.
5. Wanita yang merokok. Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar
terkena kanker serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok.
Penelitian menunjukan, lendir serviks pada wanita perokok mengandung
nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di dalam rokok. Zat-zat tersebut akan
menurunkan daya tahan serviks di samping merupakan karsinogen infeksi
virus. Nikotin, mempermudah semua selaput lendir sel-sel tubuh beraksi
atau menjadi terangsang, baik pada mukosa tenggorokan, paru-paru
maupun serviks. Namun tidak diketahui dengan pasti berapa banyak
jumlah nikotin yang dikomsumsi yang bisa menyebabkan kanker leher
rahim.
9

Antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pada jaringan hidup di permukaan kulit.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/antiseptik, Diakses pada tanggal 22 maret 2016, pukul 09:31 Wib.

13
Universitas Sumatera Utara

6. Riwayat penyakit kelamin seperti kutil genitalia. Wanita yang terkena
penyakit akibat hubungan seksual berisiko terkena virus HPV diduga
sebagai penyakit utama terjadinya kanker leher rahim sehingga wanita
yang mempunyai riwayat penyakit kelamin berisiko terkena kanker leher
rahim.
7. Paritas (jumlah kelahiran). Semakin tinggi resiko pada wanita dengan
banyak anak, apalagi dengan jarak persalinan yang terlalu pendek. Dari
berbagai literatur yang ada, seorang perempuan yang sering melahirkan
(banyak anak) termasuk golongan resiko tinggi untuk terkena penyakit
kanker leher rahim. Dengan seringnya seorang ibu melahirkan, maka akan
berdampak pada seringnya terjadi perlukaan di organ reproduksinya yang
akhirnya dampak dari luka tersebut akan memudahkan timbulnya Human
Papiloma Virus (HPV) sebagai penyebab terjadinya penyakit kanker leher
rahim.
8. Penggunan kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama. Penggunaan
kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka lama yaitu lebih dari tahun
dapat meningkatkan risiko kanker leher rahim 1,5-2,5 kali. Kontrasepsi
oral mungkin dapat meningkatkan risiko kanker leher rahim karena
jaringan kanker leher rahim merupakan salah satu sasaran yang disukai
oleh hormon stroid perempuan. Hingga tahun 2004, telah dilakukan studi
epidemiologis tentang hubungan antara kanker leher rahim dan

14
Universitas Sumatera Utara

penggunaan kontasepsi oral. Meskipun demikian, efek penggunaan
kontrasepsi oral terhadap risiko kanker leher rahim masih kontroversional.
1.2.5

Pengobatan untuk kanker serviks

a

Pengobatan Modern
Pengobatan modern adalah pengobatan yang dilakukan secara ilmiah atau

telah diuji cobakan dengan sebah penelitian dan dapat dipertanggungjawabkan
yang dipelajari dalam ilmu kedokteran yang merupakan cabang ilmu kesehatan
yang mempelajari tentang cara mempertahankan kesehatan dan menyembuhkan
manusia dari berbagai jenis penyakit. Ilmu kedokteran meliputi pengetahuan
tentang sistem tubuh manusia dan penyakit serta cara pengobatannya. Dalam
pengobatan modern ada empat hal yang aan dibahas yaitu pasien, rumah sakit,
perawat dan dokter.Pemilihan pengobatan untuk kanker serviks tergantung kepada
lokasi dan ukuran tumor, Stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita dan
rencana penderita untuk hamil lagi. Pengobatan terhadap kanker serviks
tergantung pada beberapa faktor. Misalnya stadium kanker, usia pasien, keinginan
untuk memilikki anak, kondisi medis lain yang sedang dihadapi dan pilihan
pengobatan yang diinginkan. Kanker serviks biasanya akan ditangani oleh tim
yang terdiri dari dokter dari berbagai spesialisi. Jenis penanganan menurut
stadium kanker, terbagi dua:
a.

Penanganan kanker serviks tahap awal, yaitu operasi pengangkatan
sebagian atau seluruh organ rahim, radioterapi, atau kombinasi keduanya.

15
Universitas Sumatera Utara

b.

Penanganan kanker serviks stadium akhir, yaitu radioterapi dan atau
kemoterapi, kadang operasi juga perlu dilakukan.



Prosedur pengangkatan sel-sel kanker :
a.

Biopsi kerucut: yaitu pengangkatan wilayah tempat jaringan yang
abnormal melalui prosedur operasi.

b.

Terapi laser: pemakaian laser untuk membakar sel-sel abnormal.

c.

LLETZ atau large loop excision of transformation zone: sel-sel abnormal
dipotong memakai kawat tipis dan arus listrik.



Operasi pengangkatan kanker serviks
a.

Operasi untuk kanker serviks yang terdeteksi pada stadium awal dan akan
ditawarkan kepada wanita yang masih ingin memiliki anak. Operasi ini
bertujuan mengangkat leher rahim, jaringan sekitarnya, dan bagian atas
dari vagina tanpa mengangkat rahim.

b.

Operasi pengangkatan rahim wanita. Dilakukan untuk wanita yang
stadium kanker serviks stadium awal agar kanker tidak kembali lagi,
raditerapi juga mungkin perlu dilakukan.





Efek samping atau komplikasi jangka pendek dari operasi:
a.

Pendarahan

b.

Infeksi

c.

Risiko cidera pada ureter, kandung kemih dan rektum

d.

Penggumpalan darah
Komplikasi jangka panjang:

16
Universitas Sumatera Utara

a)

Ketidakmampuan menahan kencing.

b) Vagina menjadi pendek dan lebih kering, hubungan seksual bisa terasa
sangat menyakitkan.
c)

Pencernaan dalam usus terhalang karena adanya penumpukan bekas luka.

d) Pembengkakan pada lengan dan kaki karena penumpukan cairan.


Penanganan dengan radioterapi
Penanganan kanker serviks stadium awal, radioterapi bisa dilakukan

sendiri atau dikombinasikan dengan operasi. Sedangkan untuk kanker serviks
stadium akhir, radioterapi digabung dengan kemoterapi. Kombinasi ini untuk
mengendalikan pendarahan dan rasa nyeri.
Proses radioterapi biasanya berjalan sekitar satu sampai dua bulan. Meski
begitu, radioterapi tidak hanya menghancurkan sel-sel kanker, terkadang
radioterapi juga menghancurkan jaringan yang sehat. Efek samping bisa bertahan
selama berbulan-bulan atau bahkan tahunan. Pada beberapa kasus, feek samping
bersifat permanen. Efek samping dari radioterapi adalah:


Sakit perut buang air kecil.



Pendarahan dari vagina dan rektum.



Diare.



Kelelahan.



Mual.



Merusak kandung kemih dan usus.



Mempersempit vagina sehingga seks menjadi sakit.

17
Universitas Sumatera Utara



Kulit seperti terbakar di daerah panggul.



Kemandulan.



Merusak ovarium10



Penanganan dengan kemoterapi
Untuk mengobati kanker serviks, kemoterapi bisa digabung dengan

radioterapi.

Untuk kanker

stadium

akhir,

kemoterapi

dilakukan

untuk

memperlambat penyebaran dan mengurangi penyebaran dan mengurangi gejala
yang muncul.
Kemoterapi memakai obat-obatan untuk menghancurkan sel kanker.
Berbeda dengan radioterapi atau operasi yang berdampak pada bagian tertentu
saja, kemoterapi akan berdampak pada seluruh tubuh. Obat ini mengincar sel yang
tumbuh dan berkembang biak dnegan cepat, terutama sel kanker. Tapi sel sehat
yang berkembang biak dengan cepat juga bisa terpengaruh.
Efek samping yang sering terjadi adalah:
a.

Mengalami sariawan.

b.

Kehilangan selera makan.

c.

Mersakan kelelahan.

d.

Mual dan muntah.

e.

Rambut rontok: rambut bisa tumbuh kembali dalam waktu tiga sampai
enam bulan setelah kemoterapi selesai.

10

Ovarium adalah salah satu diantara beberapa organ reproduksi wanita yang berfungsi untuk
menghasilkan sel telur. http://www.ilmudokter.com/2014/05/pengertian-ovarium.html?m=1,
Diakses pada 27 Juni 2016, Pukul 21:09 WIB.

18
Universitas Sumatera Utara

f.

Jumlah sel darah merah berkurang: mengakibatkan kelelahan dan sesak
nafas. Dan infeksi karena kekurangan sel darah putih.

b

Pengobatan Tradisonal
Pengobatan tradisional adalah suatu upaya kesehatan dengan cara lain dari

ilmu kedokteran dan berdasarkan pengetahuan yang diturunkan secara lisan
maupun tulisan yang yang berasal dari Indonesia atau luar Indonesia.
WHO menyatakan pengobatan tradisional ialah ilmu dan seni pengobatan
berdasarkan himpunan dan pengetahuan dan pengalaman praktek, baik yang dapat
diterangkan secara ilmiah ataupun tidak, dalam melakukan diagnosis, prevensi,
dan pengobatan terhadap ketidakseimbangan fisik, mental ataupun sosial.
Sesuai keputusan “seminar pelayanan pengobatan tradisonal departemen
kesehatan RI (1978). Tedapat 2 defenisi pengobatan tradisonal Indonesia
(PETRIN) yaitu :
a.

Ilmu atau seni pengobatan yang dilakukan oleh pengobatan Tradisonal
Indonesia dengan cara yang tidak bertentangan dengan kepercayaan
kepada Tuhan YME sebagai upaya penyembuhan, pencegahan penyakit,
pemulihan dan peningkatan kesehatan jasmani, rohani dan sosial
masyarakat.

b.

Usaha yang dilakukan untuk mencapai kesembuhan, pemeliharaan dan
peningkatan taraf kesehatan masyarakat yang berlandaskan cara berpikir,
kaidah-kaidah atau ilmu di luar pengobatan ilmu kedokteran modern,
diwariskan secara turun-temurun atau diperoleh secara pribadi dan

19
Universitas Sumatera Utara

dilakukan dengan cara-cara ang tidak lazim dipergunakan dalam ilmu
kedokteran yang meliputi : akupuntur, dukun/ahli kebatinan, sinshe, tabib,
jamu, pijat, dan sebagainya yang banyak di jumpai dalam masyarakat.
Antropologi kesehatan merupakan salah satu bagian dari ilmu antropologi.
Masalah yang menjadi kajian dalam antropologi kesehatan adalah aktivitas
manusia yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit. Antropologi
kesehatan menjelaskan berbagai faktor dan proses yang memainkan peranan di
dalam atau mempengaruhi cara-cara di mana individu-individu dan kelompokkelompok terkena atau oleh atau berespon terhadap penyakit dan mempelajari ini
dengan penekanan terhadap pola-pola tingkah laku (Fabrega, 1972 : 167).
Manusia selalu berusaha untuk menyembuhkan penyakit. Karena
keharusan, manusia tidak mau senantiasa memberikan perhatian terhadap
masalah-masalah kesehatan serta usaha mempertahankan kelangsungan hidup
sejauh batas pengetahuannya mencari penyelesaian terhadap masalah penyakit
(Foster dan Anderson, 1986 : 42).
Untuk menghadapi dan mengatasi penyakitnya, manusia mempunyai
sistem medis yang menerangkan sebab terjadinya penyakit, metode pencegahan,
dan penyembuhan penyakit disesuaikan dengan konsep masyarakat terhadap
penyembuh yang menangani penyakitnya (Foster dan Anderson, 1986 : 61-73).
Manusia lebih sering berusaha untuk menyembuhkan si sakit. "Karena
keharusan, manusia tidak mau senantiasa menaruh perhatian terhadap masalahmasalah kesehatan serta usaha mempertahankan kelangsungan hidup dan sejauh

20
Universitas Sumatera Utara

batas-batas pengetahuannya, mencari penyelesaian terhadap masalah-masalah
penyakit" (Rubin 1960 : 785). Perhatian ini bukan semata-mata manusiawi,
walaupun pada sebagian besar masyarakat ada usaha untuk merawat yang sakit,
melainkan lebih merupakan suatu bentuk tingkah laku adaptif baru yang didasari
oleh logika dan juga rasa sedih.
Tiap manusia memerankan sejumlah peran, baik sebagai orang tua, anak,
suami, istri, koki, pembantu rumah tangga, pemburu, nelayan, peramu, ahli-ahli
ramuan, spesialis keagamaan dan sebagainya. Apapun peranannya, si pemeran "si
orang sakit" memiliki hak-hak tertentu dan mengharapkan bentuk-bentuk
tingkahlaku tertentu dari orang-orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Seorang
suami memiliki hak-hak seksual dalam hubungan dengan istrinya; dalam
masyarakat tradisional, paling sedikit ia mengharapkan istrinya akan memasak
makanannya, mendidik anak-anaknnya dan mungkin pula menjahit baju-bajunya.
Tanpa istrinya, ia akan mengalami kesulitan hidup. Sama pentingnya, yakni yang
berkewajiban atau tugas-tugas terhadap rekan-rekannya dan hal itu berlangsung
timbal-balik. Peranan wajib dan peranan yang diharapkan juga meluas di luar
keluarga intinya, meliputi kerabat, rekan-rekan dan tetangga-tetangga. Secara
singkat, bahkan masyarakat-masyarakat yang tingkatan teknologinya sederhana
pun ditandai dengan jaringan yang saling terkait dalam hubungan-hubungan
dukung-mendukung dan ketergantungan. "Secara langsung, semua anggota
memiliki keawajiban-kewajiban mempersiapkan yang dibutuhkan bagi upacara
penyembuhan, dan seringkali harus mentaati pantangan-pantangan tertentu setelah

21
Universitas Sumatera Utara

upacara, agar pasien tetap sembuh. Adalah kepentingan utama mereka juga agar
pasien sembuh, karena dalam suatu komuniti yang saling tergantung
(interdependent) seperti pada rumah panjang, orang akan kehilangan anggotaanggotanya yang sakit"Torrey 1972 :97. (Garis bawah oleh Foster dan Anderson).
Sampai titik tertentu, orang biasanya bersedia untuk mempertaruhkan
waktu, sumber-sumber daya, dan beban pekerjaan tambahan (dalam merawat dan
sementara memenuhi peran dasar kewajiban-kewajiban), untuk menghindarkan
kerusakan sosial yang lebih besar dan biaya-biaya yang mau tak mau menyertai
kematian. Segala usaha akan dilakukan untuk menolong seorang bapak atau
seorang ibu uang berada pada usia produktifnya, yang mempunyai anak-anak
kecil yang masih membutuhkan perawatan, dan yang memberi sumbangan
terhadap kesejahteraan sosial ekonomi dari anggota-anggota kelompok yang lain.
Dalam

usahanya

untuk

menanggulangi

penyakit,

manusia

telah

mengembangkan "suatu kompleks luas dari pengetahuan, kepercayaan, teknik,
peran, norma-norma, ideologi, sikap, adat-istiadat, upacara-upacara dan lambanglambang yang saling berkaitan dan membentuk suatu sistem yang saling
menguatkan dan saling membantu" (Saunders 1954 : 7). "Komplek yang luas"
tersebut, membentuk suatu "sistem medis". Istilah tersebut mencakup keseluruhan
dari pengetahuan kesehatan, kepercayaan, keterampilan dan praktek-praktek dari
para anggota dari tiap kelompok. Istilah itu harus digunakan dalam artian
kompreherensif yang mencakup semuaaktivitas klinik dan non-klinik, pranatapranata formal dan informal serta segala aktivitas lain, yang betapapun

22
Universitas Sumatera Utara

menyimpangnya, berpengaruh terhadap derajat kesehatan kelompok tersebut dan
meningkatkan berfungsinya masyarakat secara optimal.
Suatu sistem teori penyakitmeliputi kepercayaan-kepercayaan mengenai
ciri sehat, sebab-sebab sakit, serta pengobatan dan teknik-teknik penyembuhan
lain yang digunakan oleh para dokter. Sebaliknya suatu sistem perawatan untuk
merawat orang sakit dan untuk memanfaatkan "pengetahuan" tentang penyakit
untuk menolong si pasien. Sistem-sistem teori penyakit berkenaan dengan
kausalitas, penjelasan yang diberikan oleh penduduk mengenai hilangnya
kesehatan, dan penjelasan mengenai pelanggaran tabu, mengenai pencurian jiwa
orang, mengenai gangguan keseimbangan antara unsur panas-dingin dalam tubuh
atau kegagalan pertahanan immunologi organ manusia terhadap agen-agen
patogen seperti kuman-kuman dan virus. Sistem-sistem kausalitas penyakit hanya
dapat dipandang sebagai suatu yang tidak rasional oleh masyarakat lain, yang
percaya bahwa premis yang mendasari penjelasan itu seluruhnya atau sebagiannya
bertentangan dengan fakta. Suatu sistem perawatan kesehatan adalah suatu
pranata sosial yang melibatkan interaksi antara sejumlah orang, sedikitnya pasien
dan penyembuh. Fungsi yang terwujudkan dari suatu sistem perawatan adalah
untuk memobilisasi sumber-sumber daya si pasien, yakni keluarganya dan
masyarakatnya, untuk menyertakan mereka dalam mengatasi masalah tersebut.

23
Universitas Sumatera Utara

1.3

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, bahwa besarnya upaya orang yang sakit untuk

mencari pengobatan maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Bagaimana upaya penderita kanker serviks dalam mencari pengobatan penyakit
yang dialaminya?
1.4

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggali bagaimana upaya

penderita kanker serviks dalam mencari pengobatan untuk penyakitnya. Serta
menambah pengetahuan bagi mahasiswa serta masyarakat bagaimana upaya
penderita kanker serviks dalam mencari pengobatan, yang mungkin belum banyak
masyarakat mengetahuinya. Penelitian ini juga sebagai suatu bentuk tulisan ilmiah
yang bermaksud untuk menambah pengetahuan tentang kanker serviks.
1.5

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian adalah sebagai berikut :

1.

Untuk pengembangan kajian ilmu kesehatan mengenai kanker serviks
dalam bidang ilmu sosial, seperti antropologi sosial.

2.

Untuk menambah pengetahuan serta wawasan untuk mahasiswa
antropologi dan untuk sebagai penambah tulisan di Antropologi Fisip
USU.

1.6

Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun dalam enam bab. Bab pertama adalah pembahasan

mengenai latar belakang masalah dari penelitian ini. Kemudian tinjauan pustaka

24
Universitas Sumatera Utara

yang berisikan teori dan konsep yang mendukung penelitian ini. Selanjutnya
pembahasan rumusan masalah yang disusul dengan tujuan dan manfaat dari
penelitian ini. Dua bagian terakhir adalah pembahasan mengeani sistematika
penulisan dan metode penelitian yang berisi tentang pengalaman penelitian.
Pada bab kedua berisi hal-hal yang menyangkut gambaran umum tempat
lokasi penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.
Pada bab ketiga berisi tentang hasil penelitian yaitu mengenai riwayat
singkat penderita kanker serviks.
Pada bab keempat berisi mengenai hasil penelitian mengenai sudut
pandang pasien dan keluarga terhadap kanker serviks.
Pada bab kelima berisi mengenai pengobatan kanker serviks oleh
penderita kanker serviks.
Bab terakhir atau bab keenam berisi tentang kesimpulan yang bisa diambil
dari bab-bab sebelumnya mengenai besarnya upaya penderita kanker serviks
dalam mencari pengobatan. Bab ini juga berisi saran-saran yang diperlukan dan
diharapkan bisa menjadi masukan bagi para pihak yang berkepentingan terhadap
penulisan skripsi ini.
1.7

Metode Penelitian
Penelitian ini adalah suatu tindakan seseorang yang dilakukan sistematis

dan mengikuti aturan-aturan metodologi, misalnya: observasi, dikontrol dan
berdasarkan paa teori yang dapat diperkuat dengan gejala yang ada. Awalnya
peneliti menentukan informan yang dapat memberikan informasi dengan

25
Universitas Sumatera Utara

pengetahuan yang dimiliki informan. Yang informasinya tersebut bersangkutan
dengan apa yang dibutuhkan oleh peneliti. Peneliti juga rajin berkunjung ke
lapangan guna mendapatkan kesan yang baik dari informan. Peneliti juga
memperhatikan bagaimana interaksi masing-masing penderita kanker serviks
dengan

keluarganya,

memperhatikan

reaksi-reaksi

dari

informan

saat

melaksanakan wawancara, bagaimana ekspresi wajah dan gerakan tubuh lain saat
melakukan wawancara.
Penelitian ini bersifat etnografi dengan menggunakan metode kualitatif
bagaimana pengetahuan penderita kanker serviks memandang kanker serviks,
bagaimana upayanya untuk mendapatkan pengobatan dan alasan apa mengapa
penderita tersebut ingin sembuh. Bagaimana tanggapan mereka saat menghadapi
kanker serviks baik itu sebelum ke rumah sakit dan sampai di rumah sakit. peneliti
juga menggali mengapa penderita kanker serviks menyanggupi pengobatan
dengan segala resiko yang tinggi. Karena semua jawaban yang diberikan dari
informan memiliki alasan tersendiri, oleh karena itu peneliti melakukan
pendekatan yang intens agar mendapat kepercayaan dari informan sehingga
peneliti mendapat apa yang dibutuhkan di penelitian ini.
1.7.1

Sifat dan Pendekatan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif

melalui etnografi. Menurut Spradley (1997:12) tujuan utama etnografi ialah
memahami sudut pandang penduduk asli dan hubungan dengan kehidupannya,

26
Universitas Sumatera Utara

untuk mendapatkan pandangan dengan dunianya. Dalam hal ini, peneliti akan
berusaha membangun raport yang baik dengan penderita kanker serviks
Secara langsung, bahwa penulis akan menulis bentuk laporan atas
penelitian lapangan (field work) selama dua bulan di rumah sakit. penulis akan
membuat catatan-catatan ketika berada di ruangan sedang mewancarai pasien.
Sewaktu meneliti pasien, penulis akan melakukan pendekatan secara holistik dan
mendiskripsikannya secara mendalam untuk memperoleh native‟s point of view
mengenai penderita kanker serviks dan bagaimana upaya mereka dalam
memerangi kanker serviks.
Dengan itu penulis akan melakukan observasi partisipasi di rumah sakit
dengan berkunjung setiap hari ke rumah sakit. penulis berusaha untuk
membangun rapport dengan pasien dan juga keluarga penderita kanker serviks.
Pendekatan yang dilakukan yaitu tidak menggunakan seragam rumah sakit atau
seragam yang formal untuk menjauhkan batasan antara peneliti dengan penderita
kanker serviks.
1.7.2

Teknik Pengumpulan Data



Data Primer
Data primer adalah salah satu data yang di peroleh secara langsung

berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi. Data primer yang saya dapat yaitu
ruangan penderita kanker serviks yang ada di rumah sakit umum pusat H. Adam
Malik beserta nama-nama dari penderita tersebut. Tetapi sebelumnya penulis
harus menyelesaikan berkas-berkas yang ada di rumah sakit agar penulis dapat

27
Universitas Sumatera Utara

melakukan penelitian secara bebas di rumah sakit. Dengan bantuan tersebut
penulis merencanakan cara-cara untuk pengumpulan data dengan cara, yaitu :
a.

Observasi
Pengamatan yang dilakukan dengan cara melihat dan mengamati secara

langsung untuk mendapatkan gambaran mengenai upaya penderita kanker serviks
dalam mencari pengobatan di rumah sakit dan cara bertahan dalam memerangi
kaknker serviks. Bagaimana peneliti berusaha untuk mengetahui respon dari
penderita terhadap penyakitnya, dengan cara itu peneliti akan mencoba mendekati
dengan berpihak kepada pendapat dari pasien tersebut. Dan peneliti juga
mendekati informan dengan menceritakan mengapa penleiti tertarik dengan
penderita kanker serviks karena dimulai dengan alasan pribadi bahwa ibu dari
penulis juga salah satu penderita kanker serviks, sehingga penderita merasa
nyaman bercerita kepada penulis karena merasa bercerita terhadap keluarga
sendiri. Dengan cara itu peneliti akan mendapatkan simpati dari penderita kanker
serviks. Observasi yang peneliti lakukan yaitu, mengamati bagaimana penderita
kanker serviks dan pasien saling berinteraksi dan begitu juga hubungan penderita
kanker serviks dengan petugas rumah sakit.
b.

Wawancara Mendalam
Peneliti akan menggunakan teknik wawancara mendalam (indepth

interview) untuk mendapatkan data dari informan. Interview guide digunakan
penulis untuk menjadi alat bantu di dalam melakukan wawancara dengan
penderita kanker serviks dan keluarganya. Wawancara mendalam dilakukan oleh

28
Universitas Sumatera Utara

penulis setelah memulai percakapan yang ringan dan bertahap, dan penulis juga
menyesuaikan diri dengan penderita kanker serviks sehingga penderita kanker
serviks mengutarakan sendiri tentang perasaaan mengenai penyakit yang
dialaminya.
b.

Pengembangan Rapport
Dalam melakukan observasi maupun wawancara, sangat diperlukan

adanya rapport (hubungan baik) dengan para informan. Peneliti akan berusaha
menyesuaikan diri dengan kebiasaan-kebiasaan dan aturan yang berlaku di tempat
penelitian dan bersosialisasi dengan orang-orang yang berkaitan dengan
penelitian. Peneliti juga mendekati keluarga penderita agar penderita mendapat
respon dan membantu penulis untuk berkomunikasi dengan informan.


Data Sekunder
Merupakan data yang berhubungan dengan aspek yang di teliti bersumber

dari buku, majalah, jurnal, artikel (baik media massa maupun elektronik) yang
dianggap sinkron dan relevan dengan pembahasan dalam penelitian tersebut.
Selama proses pengumpulan data, peneliti akan menggunakan alat bantu untuk
merekam dan memotret serta catatan lapangan (fieldnote), untuk membantu
mendokumentasikan hal-hal yang diteliti untuk memperkecil kemungkinan ada
bagian dari pengumpulan data yang terlewat.
1.8

Teknik Analisa Data

Terhadap rumusan masalah dipergunakan analisis data studi kasus dengan
pendekatan etnografi. Pada dasarnya seluruh analisis melibatkan suatu cara

29
Universitas Sumatera Utara

berpikir yang berujung pada pengujian sistematis terhadap sesuatu untuk
menentukan bagian-bagiannya, serta hubungan bagian-bagian itu dengan
keseluruhannya. Data yang diperoleh dalam proses penggalian data dianalisis
secara kualitatif, artinya setiap perkembangan data diperoleh dan ditampilkan
dalam laporan penelitian menurut kronologis waktu secara naratif. Dengan model
ini, maka kegiatan analisis data sudah mulai dilakukan pada saat-saat awal
pengumpulan data lapangan. Sedangkan keseluruhan data yang dimiliki akan
dicoba diinterpretasikan dan dinarasikan sebaik mungkin, dengan harapan dapat
memahami dengan sebaik-baiknya data yang diperoleh, sehingga dapat
memahami dan menentukan jawaban bagaimana kondisi penderita kanker serviks
yang berada di rumah sakit.
1.9

Pengalaman Pribadi
Saya mengajukan judul skripsi bertema kanker serviks dikarenakan ketika

saya kecil alm. Ibu saya juga mengalami kasus yang sama yaitu kanker serviks
dan tidak dapat diselamatkan. Sehingga mulai saya sekolah Sekolah Menengah
Pertama (SMP) saya memiliki tekad untuk memberantas kanker serviks, dan saya
juga sangat menyukai buku-buku atau majalah mengenai kanker serviks dan
penanggulangan kanker serviks. Sehingga di saat mengajukan judul skripsi saya
sangat berharap bahwa judul saya akan disetujui oleh ketua jurusan Departemen
Antropologi.
Pada saat saya mengajukan judul mengenai kualitas hidup penderita
kanker serviks, saya sempat bercerita kepada ketua jurusan mengenai masa lalu

30
Universitas Sumatera Utara

saya tentang kanker serviks yang dialami ibu saya. Sehingga membuat beliau
tertarik dan meminta saya untuk mengangkat cerita ibu saya menjadi skripsi yaitu
autoetnografi dimana skripsi kita diangkat dari kisah hidup kita sendri. Tapi saya
tidak dapat menyanggupi judul tersebut karena emosional pribadi yang tidak dapat
saya kontrol sehingga saya lebih tertarik untuk mengangkat kisah dari penderita
kanker serviks yang lain. Dan dengan alasan yang demikian judul saya disetujui
oleh ketua jurusan.
Setelah persetujuan judul skripsi, saya melaporkan kepada bapak
pembimbing saya

yaitu bapak Nurman Ahcmad, S.sos, M.soc untuk

menandatangani surat keterangan bahwa beliau siap untuk membimbing saya.
Dengan segala usaha dalam menyelesaikan proposal penelitian, dan bimbingan
proposal selesai dan saya harus mengurus surat penelitian lapangan karena saya
meneliti di rumah sakit Adam Malik. Dan sebelum meneliti di rumah sakit, saya
sudah mengetahui syarat-syarat yang harus diselesaikan disana sehingga jauh
sebelumnya saya lebih mudah untuk mengurusnya.
Selesai surat lapangan untuk ke rumah sakit, saya dikejutkan oleh kabar
terbaru dari administrasi rumah sakit bahwa syarat untuk penelitian di rumah sakit
harus memiliki surat persetujuan komisi etik dari fakultas keperawatan USU
dikarenakan saya langsung bertemu dengan pasien dan melakukan wawancara.
Sehingga itu akan meyakinkan rumah sakit bahwa saya dapat melakukan
penelitian dan tidak ada kerugian apabila saya melakukan penelitian tersebut.
Waktu saya habis dalama pengurusan administrasi di rumah sakit bahkan saya

31
Universitas Sumatera Utara

menghabiskan uang sebanyak Rp. 350.000,00 untuk mengurus admnistrasi
tersebut. Saya sedikit kecewa terhadap sistem penelitian di rumah sakit tersebut
yang membuat aturan bahwa penelitian harus membayar uang Rp.175.000,00 per
bulan selama penelitian. Tetapi demi penelitian saya rela untuk mengeluarkan
uang tersebut agar saya bebas berkunjung untuk melakukan penelitian di rumah
sakit.
Surat izin lapangan telah selesai dan akhirnya saya dapat melakukan
penelitian di rumah sakit tersebut, saya mendapatkan tanda pengenalan nama
selama saya penelitian dan saya juga diberi berkas-berkas yang saya butuhkan
selama penelitian. Dan surat kuasa dari pihak atasan turun untuk memberitahu
kepada pihak instalasi bahwa saya akan melakukan penelitian. Saya melakukan
penelitian di bagian instalasi Rindu B, dimana semua wanita yang sakit dengan
jenis kanker, tumor dan penyakit wanita lainnya berada di ruangan ini.
Ketika sampai di ruangan saya akan meneliti, saya sedikit kurang suka
dengan petugas rumah sakit yang kurang ramah terhadap sesama petugas dan
suara yang sangat keras saat berbicara di ruangan perawat. Tapi saya langsung
menanyakan siapa saja pasien yang sakit kanker serviks dan yang saya butuhkan
adalah lima. Setelah mengetahui nama dan ruangannya, saya langsung pergi
menjumpai calon informan saya dan meminta izin untuk melakukan wawancara,
dan pada waktu itu saya masih menggunakan pakaian formal seperti kemeja dan
rok yang membuat informan saya sedikit tidak nyaman. Untuk itu saya hanya

32
Universitas Sumatera Utara

meminta tandatangan persetujuan dari pasien untuk bukti rumah sakit, untuk data
penelitian saya menundanya sesuai dengan rencana yang akan saya buat.
Besoknya saya sudah menggunakan celana dan baju sopan, saya datang ke
rumah sakit dengan mengunakan tanda pengenal ketika lewat pintu ruangan. Guna
agar saya bisa bebas masuk walaupun diluar jam besuk. Pada hari itu saya akan
menjumpai informan saya yang pertama yaitu ibu Sulasmi dan melakukan
wawancara, beliau sangat ramah dan duduk ketika saya ingin melakukan
wawancara, tetapi saya selalu berusaha untuk membuat komunikasi yang lancar
dan nyaman dengan informan saya. Bahkan saya juga datang sebagai keluarga dan
menghabiskan waktu bersama keluarganya yang lain. Saya selalu datang pukul
14.00 WIB dan pulang pada pukul 18.00 WIB, saya sangat senang saat
kedatangan saya ditunggu oleh informan saya. Yang menjadi kekecewaan saya
adalah, saya tidak diizinkan untuk mengambil dokumentasi pada beberapa
informan saya karena mereka takut saya akan mempublikasikannya, dan mereka
juga tidak ingin karena keadaan mereka yang sangat kurus dan lemah untuk
difoto. Saya sangat menghargai kemauan dari informan saya, sehingga saya akan
menjaga janji saya kepada mereka.
Informan saya juga sangat suka bercerita kepada saya, karena menurut
mereka saya bisa diajak bercerita dan dapat mengerti apa yang mereka rasakan.
Bahkan ada beberapa dari informan saya meminta nomor telepon saya untuk
berkomunikasi di waktu yang lain. Saya pun sangat senang dan saya selalu
menghabiskan satu hari bersama satu informan, dan demikian selanjutnya.

33
Universitas Sumatera Utara

Terkadang saya diminta oleh keluarganya untuk menjaga ibunya ketika mereka
ingin sholat, dan saya juga membantu untuk mengusap-usap perut ibu tersebut,
saya sangat merasa tidak nyaman melakukan hal tersebut, tetapi saya diminta oleh
keluarga informan saya sendiri sehingga saya dengan rela melakukan hal tersebut.
Keluarga dari pasien juga sangat suka bercerita ke[ada saya, karena di sisi
lain saya juga merasakan hal yang sama di saat saya menjaga ibu saya ketika
sakit, sehingga saat bercerita mereka merasa percakapan kami terhubung dan
bermakna. Dan keluarga dari pasien juga menanyakan bagaimana pencegahan dari
kanker serviks dan bagaimana harusnya wanita dalam menjaga kebersihan dari
organ intim tersebut. Saya sebagai peneliti juga mendapat pengalamanpengalaman yang sangat berkesan di dalam diri saya. Saya juga diperbolehkan
melihat pemeriksaan yang dilakukan terhadap pasien saat di rumah sakit, sehingga
saya melihat bagaimana bentuk dan keadaan dari vagina dari pasien tersebut.
Banyak pengalaman yang saya dapat dari informan saya, baik itu berusaha untuk
mendapatkan pengobatan dan menjala