Upaya Penderita Kanker Serviks Mencari Pengobatan di rumah sakit umum pusat H. Adam Malik

(1)

Daftar Pustaka

Anderson, Foster. 2009. Antropologi Kesehatan. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Ariani, ssSofi, S.ked. 2015. Stop Kanker. Yogyakarta : Istana Media.

Asmara, Fiung.2014. Pengalaman pasien yang menderita kanker leher rahim di

RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2013. Karya Tulis Ilmiah, program D-IV Bidan Pendidik FKEP : Universitas Sumatera Utara.

Dewi, 2008. Keterlambatan Penderita Kanker Serviks dalam Memeriksakan Diri ke Pelayanan Kesehatan. Buletin Penelitian RSU. Dr. Soetomo 10(3):97-100

Elizabeth, 2001. Cegah Kanker Pada Wanita. Jakarta: EGC

Ember, Carol L, Melvin Ember, Peter N. Peregrine.

2007. Anthropology twelfth edtion. Pearson : Prentice Hall.

Landro, Laura. 1998. Survivor (taking control of your fight against cancer). United States of America.

Mahesa, 2009. Bersahabat dengan kanker; Panduan Mengelola dan Mengobati


(2)

Mead, Margaret. 1988.Taruna Samoa; Remaja dan Kehidupan Seks dalam Kebudayaan Primitif Suatu Penelitian Antropologi-Budaya.Jakarta: Bhratara.

Moule, Terry. 2000. Cancer the healthy option. London : Parliamentary press.

Muzaham, Fauzi. 1995. Sosiologi Kesehatan. Jakarta : Universitas Indonesia.

Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: UI Press.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sarwono, Solita. 2012. Sosiologi Kesehatan (Beberapa Konsep beserta Aplikasinya).Yogyakarta : Gadjah Mada University press.

Spradley, James P. 2007. Metode Etnografi. Yogykarta : Tiara Wicara.

Situmorang, Ester Farida. 2015. Faktor-faktor resiko terjadinya kanker serviks di RSUP H. Adam Malik. Skripsi, prodi S1 Ilmu Kedokteran, Medan : Universitas Sumatera Utara.

Sumber-sumber dari Internet:

http://alodokter.com/kanker-serviks/diagnosis

(Diakses pada 27 Juni 2016, Pukul 21:06 WIB). https://id.m.wikipedia.org/wiki/antiseptik.


(3)

(Diakses tanggal 23 maret 2016, pukul 11:16 WIB) http://id.m.wikipedia.org/wiki/virus_papiloma_manusia.

(Diakses pada 23 maret 2016, pukul 11:08 WIB) http://kbbi.web.id/figur.

(Diakses tanggal 22 maret 2016, pukul 10:23 WIB) http://kbbi.web.id/diagnosis.

(Diakses tanggal 22 maret 2016, pukul 10:39 WIB) https://id.m.wiktionary.org/wiki/kuratif.

(Diakses 20 Maret 2016, pukul 07:57 WIB)

http://meongnoque.blogspot.co.id/2011/12/antropologi-kesehatan.html?m=1 (Diakses tanggal 16 Maret 2016, pukul 19:20 WIB)

https://burangasitamaymo.wordpress.com/2015/06/26/makalah-kanker-serviks/ (Diakses tanggal 19 Maret 2016, pukul 20:40 WIB)

https://sayedmuddasir.wordpress.com/2014/05/01/pandangan-ahli-antropologi-terhadap-penyakit/ (Diakses pada 14 Maret 2016, pukul 20:58 WIB)

http://www.ilmudokter.com/2014/05/pengertian-ovarium.html?m=1, Diakses pada 27 Juni 2016, Pukul 21:09 WIB.

http://samoke2012.wordpress.com/2012/10/13/kateterisasi-urine/, Diakses pada 27 Juni 2016, Pukul 21:18 WIB.

http://www.pengeartianologi.com/2014/12/Pengertian-Rektum-Adalah.html?m=1, Diakses pada 27 Juni 2016, Pukul 21:06 WIB.

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Menstruasi , Diakses pada 27 Juni 2016, Pukul 20:52 WIB.


(4)

Http://www.dunia-ibu.org/artikel/kesehatan/pengertian-menopause-pada- wanita.html, diakses pada 27 Juni 2016, Pukul 20:57 WIB.


(5)

BAB III

Penderita Kanker Serviks

3.1 Riwayat singkat Penderita Kanker Serviks 3.1.1 Sulasmi (Informan I)

Ibu Sulasmi adalah seorang ibu rumah tangga kelahiran 26 Juni 1959yang berasal dari Serdang Bedagai.Ia merupakan ibu dari tujuh anak-anaknya, yaitu enam laki-laki dan 1 perempuan. Suaminya adalah seorang petani yang kesehariannya berada di sawah untuk menghidupi istri dan anak-anaknya. Ibu Sulasmi tinggal di Serdang bersama suami dan dua anak-anaknya, sedangkanlima anak-anaknya yang lain tinggal di luar kota dan diantara mereka sudah ada yang menikah.Pendidikan terakhir yang ditempuh oleh ibu Sulasmi adalah Sekolah menengah pertama begitu juga dengan suami ibu Sulasmi.Ibu Sulasmi adalah seorang pekerja keras yang selalu menyelesaikan tugas rumah tangga dengan baik dan membantu suami ke sawah untuk mengerjakan sawah.Beliau juga dikenal yang selalu mementingkan kesehatan dan selalu memperingatkan anak-anaknya untuk menjaga pola makan dan menjaga kesehatan.Kegiatan yang selalu dikerjakannya adalah bangun pagi untuk memasak,membersihkan rumah dan semua pekerjaan rumah adalah pekerjaannya.Sedangkan suaminya sudah berangkat kerja pada pukul 08.00 WIB dan harus sarapan agar dapat bekerjadi sawah. Anak satu-satunya perempuan bekerja sebagai menjaga kios pulsa


(6)

kecil-kecilan yang berada di depan rumahnya, sedangkan anak laki-lakinya sedang menempuh kuliah di medan, dan pergi dan pulang kuliah menempuh serdang dan medan.

Ketika pekerjaan rumah sudah selesai, ibu Sulasmi tidak pernah absen untuk membantu suaminya di sawah karena suaminya hanya sendiri untuk mengurus sawah. Jadi beliau meninggalkan rumah sebelum jam makan siang untuk membawa bekal suaminya dan harus kembali sebelum sore agar mempersiapkan makan malam suaminya dan juga anak-anaknya. Anaknya yang perempuan sangat dimanja oleh ibu Sulasmi, karena ia adalah anak perempuan satu-satunya yang menjadi teman cerita jika mengalami hal-hal yang bertopik tentang wanita. Anak-anaknya yang merantau terkadang sibuk dan jarang menghubungi mereka sehingga rumah yang ditinggali mereka sangat sepi karena hanya ada suami dan anak perempuannya, karena anak laki-lakinya bekerja pada siang hari dan kuliah pada malam hari.Ibu Sulasmi tidak pernah mengeluh kepada siapapun ketika sakit yang dialami masih bisa diatasi dengan pengobatan ala kadarnya tanpa pergi ke dokter. Dan ketika beliau masih bisa menahan rasa sakit dan dapat melanjutkan pekerjaanya, beliau tidak akan mengeluh kepada keluarganya. Ibu Sulasmi selalu menyerahkan masalah pengobatan terhadap anaknya sri karena ibu Sulasmi berpikir bahwa beliau hanya tamatan Sekolah Menengah Pertama dimana anaknya tamatan Sekolah Menengah Atas, dan pastinya pengetahuan anaknya lebih luas dibanding dengan pengetahuannya. Oleh sebab itu ibu Sulasmi menyerahkan masalah pengobatan terhadap putrinya.


(7)

3.1.2 Junariah (Informan II)

Ibu Junariah adalah ibu rumah tangga yang kelahiran 13 april 1972 berasal dari Langkat, dan memiliki tiga anak, dua laki-laki dan satu perempuan. Pendidikan terakhir dari ibu Junariah adalah Sekolah Menengah Atas, dan sukunya adalah jawa dimana suaminya juga lulusan Sekolah Menengah Atas dan bekerja di salah satu pabrik yang berada di Langkat.Anak pertama berusia 20 tahun, anak kedua berusia 15 tahun dan anak terakhir berusia 7 tahun.Suami adalah seorang buruh di salah satu pabrik yang berada di langkat.Dan pekerjaan ibu Junariah adalah mengurus pekerjaan rumah dan mempersiapkan segala perlengkapan anak-anaknya.Ibu Junariah tidak memiliki riwayat kanker serviks atau kanker lainnya di keluarganya.Pekerjaannya di saat pagi adalah memasak dan mempersiapkan sarapan untuk suami dan anak-anaknya. Anak pertama yaitu Peri, sudah tamat sekolah perguruan tinggi satu tahun yang lalu, dan anak kedua berada di kelas tiga SMP dan akan melanjut ke SMA dan anak terakhir sedang duduk di kelas dua SD. Ketika ibu Junariah tidak memiliki pekerjaan di rumah, beliau pergi ke rumah tetangga dan saling bercerita mengenai rumah tangga masing-masing. Tetapi saat ibu Junariah sakit, beliau tidak mau pergi ke rumah tetangganya, karena dia sedang sakit dan beliau mengatakan seharusnya saat dia sakit, dia harus menunjukkan keadaan sakit sehingga orang lain tidak bercerita negatif mengenai penyakit dan juga keluarganya.


(8)

”kalo kita sakit dek, kita diam aja dirumah jangan pigi ke rumah orang,nanti diceritain, sakit tapi pigi pigi, sakit tapi kerja, sakit tapi ini itu, kadang kita dengarnya sakit hati juga dek, kita ada disitu orang lain yang diceritakan, kalo kita ngga ada kita yang diceritain, mamak mamak sekarang gitulah dek,,cerita ibu Junariah” tapi pas baru baru sakit itu, ibu Tanya juga si sama orang itu berobat kemana, manatau ada yang tau kan…tambahnya”

Ibu Junariah selalu mencari pengobatan pra kanker serviks dengan usahanya sendiri, karena suaminya sibuk bekerja dan beliau mencoba pengobatan karena keinginannya sendiri. Tetapi setelah didiagnosa kanker serviks pada awal Januari 2016 maka beliau memutuskan untuk pengobatan rumah sakit. Karena menurut beliau bahwa pengobatan Rumah sakit adalah jalan satu-satunya untuk menyembuhkan kanker serviks yang dideritanya.

3.1.3 Asmah Hayati (Informan III)

Asmah Hayati adalah Seorang ibu rumah tangga yang berusia 52 tahun, kelahiran di Kisaran pada tanggal 26 November 1964 dimana istri dari seorang suami bernama Muklis, pak Muklis berusia 55 tahun. Bekerja di ladang sebagai petani untuk memenuhi kehidupan keluarganya. Ibu Asmah memiliki anak 5, yaitu 3 perempuan dan 2 laki-laki. Pendidikan terakhir dari ibu Asmah adalah Sekolah Menengah Pertama dan sukunya adalah Jawa. Anak pertama adalah perempuan berumur 27 tahun yang sudah menikah dan memiliki anak 2 anak yang beralamat di Pekan Baru. Anak kedua adalah laki-laki berumur 25 tahun dan sudah menikah dan belum memiliki anak yang beralamat di Pekan Baru. Anak


(9)

ketiga adalah perempuan berumur 23 tahun dan belum menikah yang beralamat di Kisaran. Anak keempat yang berumur 18 tahun adalah laki-laki yang baru saja menamatkan pendidikan sekolah menengah atas di salah satu SMA di Kisaran dan masih tinggal dengan orang tuanya. Anak yang bungsu adalah perempuan yang berumur 8 tahun yang sedang duduk di kelas II SD di sekolah Negeri di Kisaran. Kegiatan ibu Asmah adalah keseharian adalah ibu rumah tangga dimana setelah selesai menyelesaikan pekerjaannya, beliau terkadang menerima cucian dari tetangga untuk menambah keuangan keluarga. Dan yang mengerjakan semua pekerjaan rumah adalah ibu Asmah baik itu memasak, membersihkan rumah, dan merapikan semua isi rumah. Yang mencari nafkah adalah suami ibu Asmah sebagai petani dimana mereka sudah memiliki tanah untuk dikelola sendiri sehingga mereka tidak harus membayar sewa kepada siapapun hanya fokus untuk belanja untuk biaya penanaman dan pemupukan padi. Dengan bekerja di ladang bapak Muklis menghidupi istri dan anak-anaknya sampai anak-anaknya menyelesaikan pendidikan. Sedangkan ibu Asmah selalu mengantar bekal untuk suaminya di ladang dan terkadang menemani suaminya ketika tidak ada cucian yang harus diselesaikannya.

3.1.4 Jamilah (Informan IV)

Ibu Jamilah adalah ibu dari 6 anak. Kelahiran Medan, 11 Maret 1943 yang berumur 73 tahun pada tahun ini. Suami dari ibu Jamilah adalah alm tentara yang bertugas di Kodam yang beralamat di Gatot Subroto. Pendidikan terakhir dari ibu Jamilah adalah Sekolah Menengah Atas. Ibu dari 6 anak ini sudah menikahkan


(10)

semua anak-anaknya dan sudah menamatkan pendidikan anak-ankanya sampai ke jenjang perkuliahan. Anak ibu Jamilah adalah 4 perempuan dan 2 laki-laki, dimana 5 dari mereka adalah bertempat tinggal di luar sumatera. Anak ketiga dari ibu Jamilah, yaitu ibu Aida yang berumur 54 tahun tinggal bersama ibunya di Kodam bersama suami dan anaknya untuk menjaga dan merawat ibunya. Dikarenakan anak-anaknya yang lain jauh sehingga yang menjadi penanggung jawab ibu Jamilah adalah ibu Aida. Suami dari ibu Jamilah meninggal dunia ketika berumur 56 tahun, yaitu 17 tahun lalu dimana beliau terkena sakit paru-paru dan sempat dirawat dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik. Pekerjaan ibu Jamilah adalah penjahit pakaian wanita yang dibuka di rumahnya dan juga mereka memiliki sebuah toko kecil yang menjadi tempat ibu Jamilah untuk menjahit. Dimana tempat jahitan dan pekerjaan tersebut diturunkan kepada anaknya yang tinggal bersama dia dan untuk menjalankan bisnis jahit tersebut.

3.1.5 Sri Syariana (Informan V)

Sri Syariana adalah wanita wiraswasta kelahiran 19 Agustus 1966 Binjai yang memiliki anak tiga yaitu dua perempuan dan satu laki-laki. Pendidikan terakhir dari ibu Sri adalah Sekolah Menengah Atas dan begitu juga dengan suami ibu Sri. Anak pertama berusia 20 Tahun yang sedang berkuliah di Umsu jurusan manajemen, dan anak kedua sedang duduk di kelas dua SMA, sedangkan anak terakhir duduk di kelas dua SD. Ibu Sri adalah pedagang bakso yang berada di Binjai. Keseharian ibu Sri adalah membuat bakso dan mengurus rumah tangganya. Bakso yang dimiliki oleh ibu Sri sangat terkenal dan banyak


(11)

pelanggan yang sering membeli baksonya. Ibu Sri tipe orang yang bekerja keras dan rajin membantu suami untuk mengembangkan usaha mereka. Anak-anak mereka masih bergantung terhadap orang tua mereka, sehingga kehadiran orang tua mereka masih sangat mempengaruhi perkembangan anak-anak mereka. Usaha bakso yang dikelola oleh keluarga ibu Sri ini sangatpraktis dan dekat dengan sekolah sehingga mereka tidak pernah kehabisan pelanggan. Usaha dagang bakso sudah berdiri sekitar 5 tahun sehingga sudah banyak yang mengetahui bakso mereka.

Ibu Sri selalu memperhatikan kesehatannya, sehingga ketika sesuatu yang terjadi pada keadaan ibu Sri, beliau langsung memeriksakan ke dokter dan mendapatkan pengobatan. Pekerjaan yang banyak tidak membuat ibu Sri untuk lupa memperhatikan kesehatan, terutama saat makan. Makan adalah hal yang tidak boleh terlewatkan oleh keluarga ibu Sri, tidak boleh lupa atau sengaja melupakan.Sehingga anak-anak dan suami beliau juga termasuk keluarga yang berbadan besar dan terlihat sangat sehat. Kemungkinan sangat kecil jika penyakit yang dialami oleh keluarga ibu Sri dikarenakan kekurangan makanan.

3.2 mengenal tahapan sakit yang dialaminya

Informan yang saya teliti secara tidak langsung menjelasakan mengapa mereka pada akhirnya memeriksakan dirinya ke rumah sakit dikarenakan mereka mengenal tahapan sakit, dimana tahapan sakit yaitu mereka mengalami gejala-gejala kanker serviks dan mereka tidak menyadarinya. Dan banyak peristiwa-peristiwa yang membuat pasien memutuskan bagaimana mereka mengatasi


(12)

penyakit yang mereka alami sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki. Di bawah ini ada beberapa tahapan sakit yang diketahui oleh informan saya sehingga mereka memutuskan untuk ke rumah sakit.

3.2.1 Tahap pengalaman gejala-gejala

Informan saya mengalami gejala-gejala yang berbeda dan juga da yang sama, dari kelima informan saya yang membuat saya tertarik untuk membahasnya di bagian ini, yaitu ibu Sri dikarenakan beliau tidak menyadari bahwa gejala yang yang dialaminya adalah berbahaya bahkan memicu terjadinya kanker serviks. Ibu Sri masih saja mengkomsumsi jus timun dengan alasan dapat mengurangi keputihan yang dialaminya, sedangkan sebaliknya bahwa mentimun dapat memicu keputihan berlebihan. Dengan kejadian tersebut membuktikan bahwa yang diketahui oleh ibu Sri bahwa buah apa saja dapat membuat tubuh kita sehat, sehingga beliau mengkomsumsi buah tersebut seperti obat untuk menyembuhkan keputihannya.

Dari segi pengetahuan ibu Sri yang membuat beliau mengatasi dengan meminum jus, keputihan yang dialaminya semakin bertambah bahkan berubah menjadi kekuning-kuningan dan berbau. Dengan segala perubahan fisik yang dialmi oleh ibu Sri, informan saya memutuskan untuk memeriksakan diri ke petugas kesehatan karena informan saya menyadari bahwa ada yang tidak beres di dalam tubuhnya. Dan dengan semua gejala-gejala yang dialminya, informan saya tidak menyadari bahwa keputihan yang dialaminya adalah gejala kanker serviks


(13)

sehingga saat dia melakukan pemeriksaan, yang menjadi prioritas dari informan saya adalah menghentikan keputihan yang berlebihan yang dilaminya.

3.2.2 Sadar butuh pengobatan

Setelah menginterpretasikan gejala-gejala yang dialaminya sebuah penyakit dan memutuskan untuk melakukan pengobatan terhadap dirinya dan harus sembuh, upaya yang sangat maksimal yang dilakukan oleh informan saya yang ke-dua yaitu ibu Junariah. Setelah mengetahui ada yang tidak beres di dalam dirinya dan memriksakan ke rumah sakit bahwa itu adalah penyakit berbahaya, informan saya memutuskan untuk menjalani pengobatan apapun itu asalkan beliau sembuh. Informan saya tersebut sempat menjalani pengobatan tradisional dan hasilnya nihil sehingga membuatnya semakin tidak berdaya dan memutuskan untuk tidak melanjutkannya. Mencari sumber pengobatan untuk penyakit yang berbahaya sangatlah sulit didapatkan oleh informan saya tersebut. semua kerabat menyarankan untuk ke rumah sakit sedangkan informan ke-dua saya tidak ingin pergi ke rumah sakit dengan alasan banyak peranan yang tidak berjalalan saat beliau harus di rumah sakit. Di bawah ini ada keterangan dari informan saya yang menjelaskan peranan sehat dan sakit sehingga harus membuat keputusan untuk melakukan pengobatan kanker serviks.

a. Peran ketika sehat

Semua orang memiliki peranan masing-masing di keluarganya. Sama layaknya dengan semua informan saya. Mereka memiliki peranan masing-masing di keluarganya sebagai ibu rumah tangga yang menyelesaikan semua pekerjaan


(14)

rumah dan mengurus rumah tangga mereka. Informan ke-dua saya memiliki peranan yang sangat penting di dalam keluarganya yaitu mengurus suami dan anak-anaknya yang masih kecil sehingga membutuhkan kehadiran seorang ibu. Tanpa seorang ibu di keluarganya, tidak ada kehidupan lagi di dalam keluarga tersebut. anaknya akan terlantar dan tidak akan bersekolah karena anak-anaknya sangat tergantung terhadap ibunya. Dan suaminya juga yang ttidak dapat melakukan pekerjaan rumah dan hanya bisa mencari nafkah membuat informan ke-dua saya yakin bahwa keluarganya akan berantakan apabila tidak ada dirinya. Sehingga dia harus sembuh supaya beliau dapat mengurus rumah tangganya kembali dan membuat anak-anaknya mandiri.

b. Peran ketika sakit

Ketika sedang sehat, peranan ibu adalah mengurus rumah tangganya masing-masing sama dengansemua informan saya. Peran informan saya sangat penting didalam keluarganya masing-masing, tetapi saat sakit, semua peran yang dilakukannya saat sembuh tidak dapat dilakukannya lagi karena fisik yang lemah. Di saat seseorang terkena sakit dan memaksakan dirinya harus mendapatkan pengobatan segala peranannya di saat sehat akan berhenti sementara. Meskipun orang yang membutuhkan peran kita dalam kehidupannya harus bisa mandiri karena apabila tidak, kita tidak dapat meneruskan segala aktvitas yang biasa kita lakukan.


(15)

Berbeda pendapat yang saya dapat dari innforman-informan saya mengenai arti kanker serviks dan juga penyebabnya. Mereka memiliki pandangan yang berbeda mengenai apa itu kanker serviks dan juga penyebabnya, berikut ini pendapat dari informan –informan saya mengenai kanker serviks :

1. Ibu Sulasmi

Ibu Sulasmi sama sekali tidak mengetahui apa itu kanker serviks sebelum terkena kanker serviks. Beliau hanya mengetahui bahwa kanker itu adalah penyakit yang mematikan dan tidak dapat disembuhkan. Tidak pernah terpikirkan oleh ibu Sulasmi bahwa beliau akan terkena kanker serviks karena beliau hanya seorang ibu rumah tangga dan selalu menjaga kesehatannya. Dan tidak ada riwayat keluarga yang memiliki penyakit kanker serviks sehingga meyakinkan ibu Sulasmi tidak akan terkena kanker serviks. Tetapi yang terjadi adalah ibu Sulasmi didiagnosa kanker serviks stadium II B oleh dokter di RSUP H.Adam Malik dan harus mendapat pengobatan dari rumah sakit. Setelah memeriksakan dirinya ke rumah sakit, beliau mengetahui bahwa kanker serviks yang dialami oleh ibu Sulasmi dikarenakan jumlah kelahiran anak sampai dengan 6, sehingga membuat vagina luka dan belum mendapatkan pengobatan, tetapi terpaksa harus melakukan hubungan seksual,hamil dan melahirkan lagi. Kegiatan sehari-hari beliau memang hanya sebagai ibu rumah tangga yaitu aktivitas sebagai istri yaitu mengurus rumah, melayani suami dan mengurus anak.

“saya juga heran nak, masa karna punya banyak anak bisa jadi kanker padahal kan banyak anak ya banyak rejeki, kalo uda besar semua kita enak, tinggal nunggu anak-anak ngasi kiriman...jawab ibu sulasmi dengan senyum”


(16)

Ibu Sulasmi tidak setuju bahwa banyak anak dapat mengakibatkan kanker serviks dan mebuat dirinya harus terbaring lemah di rumah sakit dan tidak dapat berjalan walaupun untuk ke kamar mandi. Dan beliau merasa tidak ada yang sakit di dalam tubuhnya tapi seakan bisa melumpuhkan kaki beliau untuk bergerak.

Semua jenis penyakit pastinya memiliki penyebab kenapa terjadi kepada kita, dan menurut ibu Sulasmi bahwa beliau terkena kanker serviks karena mengalami keguguran. Karena beliau pernah mengalami keguguran dan ditangani bidan desa dan kemungkinan karena kurang bersihnya sewaktu mengeluarkan bayi tersebut.

“pas diperiksa dokter, ditanya sih pernah keguguran atau enggak, jadi ibu jawab,,,,”pernah”,,,trus dokternya bilang, itu salah satunya kenapa ibu sakit kanker, katanya gitu,,,,,,”

Ibu Sulasmi mengetahui bahwa itu adalah penyebab mengapa dia terkena kanker serviks karena sewaktu keguguran, beliau hanya ditangani bidan desa tanpa dibawa ke rumah sakit.

2. Ibu Junariah

Ibu Junariah sering mendengar kanker serviks, tetapi beliau tidak pernah memiliki pikiran bahwasanya dia akan menjadi salah satu penderita kanker serviks tersebut. Sepengetahuan ibu Junariah bahwa kanker adalah penyakit menular, dan beliau percaya bahwa kanker yang sedang dialaminya adalah penyakit menular yang kemungkinan didapat dari orang lain yang disekitarnya.

”dulu, di kampung saya ada sakit kanker ya nular katanya, sampek bengkak gitu perutnya. Terus anak-anaknya kena juga bahkan tetangganya juga kena. Dulu ya pikiran saya kanker itu penyakit nular dan orang-orang yang punya banyak dosa yang bisa kena.


(17)

Rupanya saya juga korban padahal orang tua saya nggak ada yang pernah sakit kanker,tapi ini saya sakit kanker. Saya juga bingung ini sakit kok bisa datang sama saya, ya tapi gimana ya kita kan ngga tau juga kapan sakitnya datang, kalo tau datang ya uda berobat dari dulu”

Sesuai dengan hasil wawancara di atas, ibu Junariah tidak pernah menyebutkan kanker serviks tetapi beliau selalu menyebut kanker. Karena menurut ibu Junariah kanker yang dialaminya sama dengan kanker kanker yang sering beliau dengar selama ini yang dialami oleh orang lain juga. Dan si penderita tidak menyadari bahwa dia akan menjadi salah satu petarung kanker serviks dan harus menjalani pengobatan.

Penyebab kanker serviks yang dialami oleh ibu Junariah bermula karena kesakitan pada pinggul dan beliau pergi berkusuk dan ketika sudah mulai membaik beliau kembali melakukan pekerjaan rumah. Sebelum mengetahui bahwa beliau terkena kanker serviks, beliau beranggapan bahwa kanker itu terjadi karena orang yang mengalami banyak kesalahan di masa lalu dan mengalami sakit di saat sekarang. Tetapi setelah memulai memeriksakan dirinya ke dokter, beliau baru mengetahui bahwa kanker serviks itu banyak penyebabnya, dan salah satu yang membuat ibu Junariah yakin dikarenakan keputihan yang sangat berlebihan dan juga mengeluarkan bau yang tidak sedap. Kebiasaan keputihan itu terjadi dikarenakan hormaon yang tidak stabil dan dikarenakan kebersihan organ intim yang kurang. Ibu Junariah beranggapan bahwa keputihan yang dialami selama ini yang membuat beliau jatuh sakit dan terkena kanker serviks.


(18)

3. Ibu Asmah

Ibu Asmah berpendapat bahwa kanker serviks adalah penyakit berbahaya yang bisa saja mengenai semua wanita, tetapi melihat bagaiamana kehidupan sehari-hari seperti pekerjaannya dan juga makanannya.

”penyakit itu kan dikasih sama yang atas ya jadi terima aja”.

ibuAsmah tidak takut saat beliau didiagnosa oleh dokter bahwa ibu tersebut terkena kanker serviks. Dan menurut ibu Asmah bahwa kanker serviks tersebut bisa diobati apabila mengikuti arahan dari dokter.

ikuti kata dokter ajalah nak, kalo dibilang operasi ya operasi, ikutin ajalah asal sembuh aja”.

Akibat kanker serviks yang dialami oleh ibu Asmah yaitu tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari dan tidak dapat melakukan pekerjaan berat. Dan ibu tersebut tidak dapat membantu suami untuk mencari nafkah di ladang. Semua aktivitas yang dilakukan oleh ibu Asmah menjadi terganggu setelah terkena kanker serviks sehingga beliau hanya mengikuti arahan dari dokter untuk dirawat inap di rumah sakit.

Menurut ibu Asmah bahwa kanker serviks yang dideritanya adalah cobaan dari Tuhan dimana manusia hanya dapat berdoa agar sembuh dan berusaha untuk mencari pengobatan sampai Tuhan mencabut penyakit tersebut. hal tersebut adalah jawaban dari sudut agama bahwasanya beliau menganggap penyakit adalah cobaan.


(19)

“sakit itu kan cobaan ya diterima ajalah, nanti kan ada waktunya disembuhkan sama Allah, katanya dengan mengelus infus yang sedang terpasang di tangn kanannya. Iya bu, tapi menurut ibu itu ada pengaruh dari makanan atau dari pekerjaan ibu gak?.. lanjut pertanyaan saya, “y Pasti adalah nak, sekarang kan banyak itu formalin-formalin di makanan, belum lagi pake borax-borax kek yang ada di tv itu, iyakan pak’e,,jawab ibu Asmah dan bapak Muklis hanya mengangguk mengiyakan jawaban istrinya.

4. Ibu Jamilah

Kanker serviks menurut ibu Jamilah adalah penyakit yang sama dengan kanker lainnya dimana akan membuat fisik semakin lemah dan menggerogoti tubuhnya sehingga mengakibatkan kematian. kanker serviks adalah penyakit yang ada di sekitar kelamin wanita yang membuat ibu Jamilah sampai kehabisan darah.

“kanker itukan ada tumbuh di anu kita tapi itulah gak bisa sembuh itu,,, menjawab pertanyaan saya tanpa ada keraguan dari nenek tersebut...

Semua penyakit ada penyebabnya, menurut ibu Jamilah bahwa penyakit kankerr serviks yang dialaminya adalah dikarenakan jumlah paritas yang banyak dan juga dikarenakan stress berlebihan.

”nek, kok bisa sakit kanker serviks,..tanya saya,,, yabisalah, kata dokter sih karna nenek banyak anak jadi luka trus karena neneknya dulu melahirkan gak di rumah sakit tapi sama itulah mbah-mabah yang bantu melahirkan ituloh, kalo nggak ya sama bidan,,bisa juga sakit dari itu,,jawab nenek panjang kata,”

5. Ibu Sri

Sebelum terkena kanker serviks, menurut ibu Sri bahwa kanker adalah penyakit yang berbahaya dan dapat mematikan seseorang kapan saja. Kanker biasanya dialami oleh orang-orang yang memiliki riwayat kanker di keluarganya, pendapat ibu Sri. Tetapi setelah terkena kanker serviks, menurut ibu Sri kanker


(20)

serviks adalah adanya benjolan di leher rahim dimana benjolan tersebut tumbuh dengan cepat bahkan dapat menyebar ke bagian tubuh yang lain. Kanker serviks itu tumbuh tidak terdeteksi dan tidak ada rasa sakit yang berat sehingga pederita tahu kapan mencegah dan juga mengobati, sesuai dengan penjelasan ibu Sri.

“mana ada yang sakit, jadi gimana mau berobat atau gimana, lain

cerita kian kalo sakitnya parah sampe ngga bisa jalan, kita pun tau berobat,,tapi karna ngga ada sakit yamana terpikir kita bisa sakit kanker serviks”.

3.4 Cara Mengatasi Kanker Serviks Pra rumah sakit

Menyadari bahwa suatu yang tidak beres terjadi dalam diri sendiri akan membuat berbagai orang untuk mengambil kebijakan sendiri untuk menangani masalah yang dihadapinya. Melakukan segala tindakan sesuai dengan pengetahuan sendiri atau pengalaman orang lain akan mempengaruhi cara mengambil keputusan. Demikian yang terjadi kepada informan saya bahwa sebelum didiagnosa kanker serviks banyak segala saran dari keluarga dan juga kerabat. Di bawah ini adalah cara-cara penderita kanker serviks dalam mengatasi kanker pra rumah sakit. Informan saya yang pertma yaitu ibu Sulasmi.

Ketika ibu Sulasmi belum didiagnosa kanker serviks dan masih berada dirumah tanpa perawatan untuk penyakitnya, beliau hanya mengatasi masalah sakit perut dengan pengobatan biasa yaitu minum obat maag atau obat masuk angin. Karena beliau berpikir hanya masuk angin biasa atau perut keram karena lapar atau karena kebanyakan kerja di rumah seperti mencuci dan juga pekerjaan rumah lainnya. Tetapi setelah gejala yang dialami oleh beliau adalah pendarahan yang sangat banyak sehingga membuat ibu Sulasmi menjadi takut karena beliau


(21)

mengalami pendarahan yang cukup lama. Dan keluarga juga khawatir sehingga menyarankan untuk memeriksakan ke dokter kandungan, karena takut ibu Sulasmi terkena penyakit berbahaya. Setelah memeriksakan ke dokter kandungan yang berada di Tebing, ibu Sulasmi sangat shock karena dia terkena kanker serviks dan dokter menyarankan untuk pergi ke rumah sakit. Sehingga rumah sakit dapat mengambil tindakan untuk pengobatan kanker serviks ibu Sulasmi.

Di saat sebuah penyakit belum menandakan gejala yang cukup besar, maka tindakan yang dilakuakan juga adalah tindakan yang ringan. Dan pastinya sesuai dengan yang diketahuinya, ssama dengan ibu Sulasmi yang tidak akan memeriksalan dirinya ke rumah sakit apabila bukan anaknya yang meminta dan juga karena pendarahan yang dialami sudah cukup banyak.

Menurut informan saya yang kedua yaitu ibu Junariah bahwa Sebelum mengetahui penyakit kanker serviks, ketika mengalami sakit di bagian pinggul, ibu Junariah pergi berkusuk, karena beliau beranggapan bahwa sakit pinggulnya adalah karena masuk angin, salah tidur atau dikarenakan kurang minum. Tidak pernah terlintas dalam pikiran ibu Junariah bahwa sakit pinggul dan keputihannya akan mengakibatkan kanker serviks sehingga ia hanya mengatasi dengan pengobatan biasa. Dan ibu Junariah juga mengkompres perutnya dengan air hangat agar ngilu pada pinggulnya berkurang dan rasa mati pada perutnya dapat berkurang. Dengan berbagai cara untuk mengembalikan keadaan badan kita, kita akan mencari pengobatan yang sesuai dengan yang kita alami.

“waktu masih nyeri-nyeri di pinggul ini, saya bekusuk ajalah,bisa aja karna kurang minum ato masuk angin. Mana pernah terpikir


(22)

kena kanker trus berobat. Ya dulu masih tetap kerja di rumah, ini itu masih dikerjain karna pikiran pasti sembuh gitu, cobalah adek kalo masuk angin kan berkusuk malam,bangun pagi kan uda segar, ya ibu pikir kekgitu rupanya sampek keputihan itupun warna kuning, amit ya dek, anu kita itu rasanya bau kali”

Mengatasi kanker serviks sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki oleh pasien kanker serviks tersebut. Sebelum mengetahui penyakit adalah kanker serviks, ibu Asmah memilih untuk pergi ke rumah tukang urut yang ada di Kisaran. Di sana ibu Asmah diurut sesuai dengan posisi sakit yang ada di perut, meskipun tidak ada perubahan yang dialami oleh beliau tetapi ibu tersebut rajin datang untuk diurut. Tetapi setelah mengalami pendarahan yang cukup banyak dan sakit pada perut sudah tidak bisa ditahan lagi, ibu Asmah pergi ke Puskesmas untuk mendapat pertolongan, dan sesampai di puskesmas ibu Asmah disarankan untuk ke rumah sakit umum Kisaran.

Ibu Asmah selalu ke rumah sakit bersama dengan adiknya ibu Yanti, dan ibu Yanti yang selalu mengurus admnistrasi dari kakaknya tersebut. ibu Yanti sudah menikah tetapi belum memiliki anak, dan karena itu ibu Yanti selalu bersedia untuk membantu kakaknya untuk mendapat pengobatan. Pada awalnya ibu Asmah tidak ingin pergi ke rumah sakit karena biaya yang cukup mahal, tetapi pada waktu yang bersamaan ketika beliau sakit, suami dari ibu Asmah pergi ke kantor BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan) untuk mengurus kartu BPJS untuk mendapat keringanan dalam biaya. Bapak Muklis mengalami kesulitan dalam mengurus administrasi BPJS dikarenakan banyak berkas yang tidak lengkap, tetapi dengan keuletan bapak tersebut, beliau berhasil untuk


(23)

mendapat kartu atas nama istrinya dan juga keluarganya. Tetapi beliau harus menunggu kartu BPJS dapat digunakan sesuai dengan tanggal yang telah ditentukan. Banyak hal yang mencoba menggagalkan BPJS yang sedang diurus terutama dalam masalah pembayaran, tetapi pada akhirnya selesai juga. Menunggu kartu tersebut aktif, keluarga membayar biaya perawatan di rumah sakit dengan harga umum, dan menghabiskan biaya yang cukup banyak. Dan setelah satu minggu dirawat di rumah sakit umum Kisaran, ibu Asmah hanya mendapat pengobatan dengan terapi lanjut, yaitu obat dan juga opname. Dan hampir dua minggu beliau dirawat di rumah sakit tersebut tetapi tidak ada perubahan pada perut, tetapi pendarahan yang dialami telah berhenti.Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi kanker serviks atau penyakit kronis lainnya adalah dengan dioperasi atau di opname di rumah sakit.

”ya kalo sakit kanker-kanker dioperasilah, di suntik

itulah..menjawab pertanyaan saya dengan menunjukkan infus yang ada di tangan ibu tersebut.

Rajin aja minum obat dan check-up adalah tindakan yang akan dilakukan saat terlintas pertanyaan penyakit kanker serviks di dalam pikiran ibu Jamilah.

Sama dengan kejadian saat keputihan yang dialami oleh ibu Sri,beliau tidak pernah pergi memeriksakan ke dokter karena menurutnya itu bukanlah suatu penyakit dan harus diperiksakan ke rumah sakit. Ibu Sri masih sangat rajin membantu suami berjualan dan tidak pernah mengeluh sakit di bagian tubuhnya. Beliau mengakui stelah keputihan, ibu Sri mencoba untuk menjaga kesehatan dengan rajin meminum jus, karena beliau juga menjual jenis-jenis jus di tempat ia


(24)

berjualan. Jus yang sering diminum oleh ibu Sri adalah jus terong belanda, timun dan jeruk, dimana ibu Sri tidak menyadari bahwasanya timun adalah makanan yang dapat memicu keputihan. Hal tersebut yang memebuat keputihan yang dialami oleh ibu Sri tidak berkurang tetapi semakin bertambah. Keputihan yang sudah berlebihan bahkan berbau membuat ibu Sri bukanlah memeriksakan ke dokter tetapi beliau menggunakan alat pembersih kewanitaan yang dijual di supermarket, teradang ibu Sri membeli daun sirih ketika ia sedang berbelanja ke pasar dan mencoba untuk merebus daun sirih tersebut dan mencuci organ kewanitaan dengan air rebusan daun sirih tersebut.

3.5 Tanggapan Terhadap Kanker Serviks a. Ibu Sulasmi menolak kanker serviks

Setelah didiagnosa kanker serviks oleh dokter kandungan yang berada di Tebing, ibu Sulasmi sangat shock atau kaget karena tidak menyangka akan terkena kanker serviks dan harus mendapat pengobatan di rumah sakit. Dan ibu Sulasmi sangat takut karena menurut beliau bahwa kanker sangat berbahaya dan dapat mematikan seseorang.

“kalo dibilang sakit kanker ya takutlah, namanya kanker ya mana ada sembuh ya, di tipi-tipi pun meninggal juga kalo uda kanker,,ya takutlah kalo gak sembuh, masih banyak keluarga,anak pun masih ada yang belum nikah. Saya kan mau liat cucu-cucu juga,,,jawab ibu Sulasmi dengan nada yang berat,,,,”

Ibu Sulasmi berpendapat bahwa kanker serviks tidak dapat sembuh dan ketakutan beliau dikarenakan anak-anak yang masih belum menikah dan beliau masih sangat ingin menikmati kebersamaan dengan keluarga. Dan tingkat kesembuhan penyakit


(25)

kanker serviks menurut ibu Sulasmi dipengaruhi oleh siaran sinetron yang ada di Tv yang menayangkan bahwasanya penyakit kanker serviks tidak bisa sembuh dan berakhir dengan kematian. Dengan tayangan yang seperti itu membuat ibu Sulasmi juga kekurangan motivasi untuk sembuh dan serius untuk mencari pengobatan kanker serviks.

b. Berjuang untuk selamat

Ibu Junariah memang terkejut saat didiagnosa oleh dokter bahwa sakit pinggul dan keputihan yang dialaminya adalah kanker serviks. Tetapi dengan semua penjelasan yang diberikan oleh dokter beliau menerima dengan sabar bahwa ia akan bertarung dengan kanker serviks. Dan beliau juga menerima apapun resiko dari kanker serviks dan akan berusaha untuk mendapat pengobatan karena ibu Junariah yakin bahwa akan ada cara pengobatan untuk penyakitnya. Dan bagaimana pun keluarga ibu Junariah berusaha untuk berupaya mencari pengobatan untuk beliau. Walaupun terlihat sangat pasrah dan menerima kanker yang dideritanya, beliau masih sangat bersikeras untuk sembuh demi anak-anaknya dan juga suaminya.

c. Serviks adalah ujian hidup

Disaat didiagnosa kanker serviks, ibu Asmah tidaklah takut, tetapi ibu tersebut pasrah karena beliau percaya bahwa penyakit itu adalah cobaan didalam kehidupannya. semua segala tindakan di masa lalu memiliki efek yang cukup besar untuk di masa sekarang. Layaknya ibu Asmah yang menduga bahwa kanker serviks adalah cobaan untuknya, dan tergantung bagaimana pasien dalam


(26)

menghadapinya. Ketika pasien dalam keadaan sakit, dan sakit yang dialaminya mempengaruhi seluruh kesehatan fisiknya, maka akan mmepengaruhi semangat didalam dirinya untuk bertahan hidup. Untuk itu penting bagi penderita untuk memperjuangkan kesehatannya.

Manusia selalu berusaha untuk menyembuhkan penyakit. Karena keharusan, manusia tidak mau senantiasa memberikan perhatian terhadap masalah-masalah kesehatan serta usaha mempertahankan kelangsungan hidup sejauh batas pengetahuannya mencari penyelesaian terhadap masalah penyakit. Layaknya seorang ibu Asmah yang terkena kanker serviks dan berusaha untuk menyembuhkan penyakit yang dialami.

Sejak mengalami sakit perut pada bagian bawah, ibu Asmah hanya mengeluh pada suami dan berusaha untuk mengatasi sendiri. Rasa sakit yang dirasakan oleh ibu Asmah sudah dirasakan sejak dua tahun terakhir, yaitu ngilu dan keram bagian bawah perut. Setelah sebulan dari ngilu dan keram, beliau merasakan sakit di bagian leher rahim menuju vagina, sakit akan bertambah ketika ingin buang air kecil dan sampai mengeluarkan darah. Terkadang pendarahan yang dialami oleh beliau sampai dengan bleeding. Awalnya beliau menduga bahwa darah yang keluar adalah darah menstruasi atau datang bulan yang datang setiap bulannya.

ibu kira haid, soalnya banyak gitu, rupanya blooding. Pusing, pucat, hampir pingsanlah nak”. Ibu panggil bapak yauda, cuman tidur aja lah dibilang bapak”.


(27)

Suami dari ibu Asmah tersebut tidak menduga akan menjadi penyakit berbahaya seperti kanker. Karena ibu Asmah sudah sering mengeluh sakit perut kepada suaminya, dan setelah istirahat sakit perut hilang dengan sendirinya. Kejadian itu terjadi pada awal tahun 2014 dan ibu tersebut tidak memeriksakan kesehatannya ke dokter dengan alasan hanya sakit biasa. Sama dengan kejadian sebelumnya sekitar beberapa bulan sebelum pendarahan, ibu tersebut juga mengalami sakit di bawah perut ibu tersebut mencoba untuk mengatasi dengan yaitu memijat dan hampir tiap hari walaupun tidak ada perubahan, karena ibu Asmah menduga bahwa sakit tersebut adalah masuk angin atau angin duduk. Sehingga hanya meminum air hangat, mengoleskan balsem dan beristirahat.

Ketika dalam kondisi dalam keadaan sakit dan aktivitas tidak berjalan seperti biasanya, maka orang yang mengalami akan berusaha untuk mengatasinya dengan segala cara agar dapat melakukan segala kegiatan yang belum diselesaikan. Tetapi terkadang untuk mendapatkan kesehatan itu kembali, hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Ibu Asmah mencoba untuk memijat dikarenakan beliau berharap bahwa penyakit tersebut hanya masuk angin, dan didalam pikiran ibu Asmah bahwa dalam keadaan masuk angin tindakan yang dibutuhkan adalah memijat. Dan sepengetahuan dari beliau bahwa memijat itu adalah tindakan yang benar pada saat itu, dan tidak ada hubungan dengan masalah kesehatan yang bertolakbelakang dengan medis. Dan dengan tindakan yang dilakukan oleh ibu Asmah tidak disarankan oleh kesehatan medis karena memijat bagian sakit akan menyebabkan penyakit semakin berbahaya.


(28)

Tetapi karena tidak menyadari bahwa itu adalah penyakit berbahaya, beliau rajin memijat perut yang sedang sakit dan berharap akan sembuh pada waktunya.

Penyakit dan kematian adalah hal yang dihadapi oleh setiap manusia, tidak ada satu orang pun yang tidak mengalaminya. Tetapi penting bagi manusia untuk mengetahui penyebab dari sebuah penyakit dan kematian sehingga manusia mengetahui bagaimana untuk mengatasi dan mencegah itu terjadi. Mengurangi penderitaan yang sedang sakit adalah tindakan yang perlu dilakukan untuk mengurangi jumlah kematian. Ketika ibu Asmah terkena kanker serviks, beliau tidak mengetahui apa penyebab dari penyakit tersebut. Jadi beliau hanya merasa bahwa penyakit tersebut adalah sebuah cobaan dari Tuhan yang harus dilalui. Tetapi suami dari ibu Asmah ingin mengetahui apa penyebab dari penyakit yang dialami oleh istrinya, sehingga bapak tersebut menanyakannya kepada dokter dengan jawaban yang beliau peroleh adalah penyakit tersebut disebabkan oleh :  Pernah mengalami keguguran

 Pasangan pernah melakukan hubungan dengan lebih dari satu pasangan  Jumlah kelahiran anak lebih dari tiga

Berdasarkan dari tiga penjelasan dari dokter tersebut, suami bapak tersebut menduga bahwa istrinya dikarenakan pernah mengalami keguguran, dan disaat keguguran ibu tersebut hanya dibantu dengan pengobatan dari bidan desa yang ada di kisaran. Keluarga ibu Asmah dan bapak Muklis memiliki 5 (lima) anak, yaitu tiga perempuan dan dua laki-laki. Sebelum melahirkan anak kelima ibu Asmah mengalami keguguran dengan pendarahan yang cukup banyak. Tetapi


(29)

tidak menjadi penghalang untuk keluarga mereka untuk memiliki anak kembali. Setelah kejadian keguguran hampir delapan tahun, keluarga ibu Asmah dan bapak Muklis memiliki anak kelima yaitu perempuan. Keluarga mereka tidak menyangka bahwa mereka akan memiliki anak lagi karena anak dari keempat dengan yang terakhir jarak usianya adalah delapan tahun. Tetapi ibu Asmah mengatakan bahwa anak yang paling kecil yang sedang duduk di kelas 2 SD adalah rezeki dari Tuhan. Jadi mereka sangat bahagia dengan kehadiran anak tersebut. dua dari anak keluarga ibu Asmah dan bapak Muklis sudah menikah dan mereka tinggal di luar dari kisaran. Jadi yang tinggal bersama dengan keluarga ibu Asmah adalah hanya dua anaknya yang belum menikah. Anak keempat dari keluarga tersebut sudah berumur 18 tahun dan sudah menyelesaikan pendidikan sampai dengan sekolah menengah atas. Dikarenakan keterbatasan biaya pendidikan, maka anak keempat tidak melanjutkan ke perguruan tinggi sehingga ia membantu ayahnya di ladang untuk mencari nafkah.

d. Kanker serviks adalah jalan

Disaat didiagnosa kanker serviks ibu Jamilah tidaklah ada rasa takut dan khawatir di dalam dirinya, bahkan beliau merasa bahwa penyakit tersebut adalahcara baginya untukbertemu dengan suaminya yang terlebih dahulu meninggalkannya3 tahun setelah suami ibu Jamilah meninggal dunia tepat pada tahun 2002, ibu Jamilah sudah sering mengeluh pada ibu Aida (anaknya) karena kesakitan di bagian vagina. Dan yang membuat ibu Aida kebingungan bahwa ibunya takut bertemu dengan dokter dan takut untuk check-up. Sehingga ketika


(30)

dalam keadaan sakit pun ibu Jamilah harus menyembunyikan ekspresi kesakitan yang ada diwajahnya.Tetapi dikarenakan sait pada vagina pada ibu Jamilah sudah tidak bisa ditahankan lagi dan disertai dengan pendarahan yang sangat banyak membuat ibu Jamilah menyerah pada anaknya dan mengikuti pemeriksaan dan juga pengobatan. Ibu Jamilah tidak takut terhadap kanker serviks karena penyakit adalah jalan Tuhan untuk manusia sehingga tidak ada pilihan jalan lain selain mengikutinya.

e. Menolak diagnosa kanker serviks

Diagnosa kanker serviks dari rumah sakit Murni Teguh membuat ibu Sri terkejut dan merasa tidak terima dengan keputusan yang diberikan dokter tersebut karena menurut ibu Sri beliau tidak pernah kesakitan pada rahim atau pada organ kewanitaannya. Setelah diagnosa kanker serviks, ibu Sri tidak mau melakukan pengobatan di rumah sakit karena menurut beliau tidak ada rasa sakit dan rencana awal ia ke rumah sakit hanya memeriksakan keadaannya kenapa ia mengalami keputihan yang berlebihan. Karena tidak kepuasan terhadap jawaban dokter tersebut, ibu Sri dan juga suaminya kembali pulang dan berusaha mencari pengobatan yang tidak harus ke rumah sakit.

Dikarenakan dari dokter memberi obat untuk mengurangi keputihan, ibu Sri mengkonsumsinya dan melanjutkan kegiatannya yaitu berjualan bakso, yang mana menurut ibu Sri keputihannya kan berkurang dan ia tidak akan terkena kanker serviks. Setelah mengkonsumsi obat tersebut, keputihan ibu Sri sempat berhenti dan beliau merasa cukup senang dengan mengkonsumsi obat tersebut.


(31)

Tetapi mengkonsumsi obat setelah dua minggu, keputihan tersebut kembali datang dan sangat banyak. Ibu Sri mengakui bahwa celana dalam yang ia kenakan harus diganti setiap dua jam sekali, karena ketidaknyamanan yang dialami oleh ibu Sri. Dan karena sudah tidak tahan lagi dengan bau keputihan tersebut, ibu Sri memutuskan untuk memeriksakan ke rumah sakit Adam Malik dengan saran yang diberikan oleh tetangganya karena kebetulan tetangganya juga sedang pengobatan pembengkakan leher, ibu Sri mencoba saran dari tetangganya tersebut. Tetapi setelah pemeriksaan dari rumah sakit mengatakan bahwa ibu Sri terkena kanker serviks dan untuk stadiumnya belum diketahui dan butuh pemeriksaan lagi, dan ibu Sri harus mendapat perawatan di rumah sakit karena ditakutkan oleh dokter bahwa sel kanker sudah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Dengan semua pernyataan dokter yang menyatakan bahwa kondisi ibu Sri sedang tidak sehat, membuat ibu Sri memutuskan untuk mengikuti pengobatan di rumah sakit.


(32)

BAB IV

SUDUT PANDANG PASIEN DAN KELUARGA

Pada bab ini akan menjelaskan bagaimana sudut pandang pasien dengan keluarga pasien mengenai penyakit dan bagaimana usaha masing-masing untuk menjalani pengobatan yang dilakukan oleh pasien kanker serviks.

4.1 Pendapat Pasien tentang tingkat stadium penyakit

Banyak pendapat menurut pasien mengenai ciri-ciri sakit yang dialmi mereka dan menggolongkan penyakit tersebut ke spesifikasi jenis sakit. contoh:  Stadium 1

Dari semua informan yang penulis teliti bahwa ciri-ciri stadium 1 tidak ada dirasakan mereka, karena semua informan saya setuju bahwa kanker itu awalnya tidak sakit sehingga mereka tidak bisa mendefenisikan bagaimana stadium 1 dan bagaimana tahapan stadium awal dari kanker serviks.  Stadium 2

Menurut ibu Sulasmi beliau sudah stadium 2 karena diberitahu oleh dokter dan gejala yang dialaminya adalah pendarahan yang berlebih sehingga sewaktu di rumah sakit, pemeriksaan terhadap kanker hasilnya stadium 2  Stadium 3 dan Stadium 4

Menurut pasien bahwa stadium 3 dan stadium 4 adalah pasien yang sudah melakukan pengobatan kanker serviks tetapi tidak berhasil karena kanker


(33)

sudah menyebar ke ke seluruh bagian tubuh. Dan informan saya mengatakan bahwa kanker yang sudah stadium 3 dan 4 mungkin suah perawatan maksimal dan kemungkinan juga sudah di ruangan ICU.

 Tidak mengenal stadium penyakit

Dari semua informan saya memiliki masalah dalam memutuskan penyakitnya ke dalan stadium kanker serviks, karena mereka tidak mengetahui perbandingan bagaimana ciri-ciri bagaimana stadium prakanker sampai stadium 4. Pasien tidak mengetahui karena :

Pendidikan

Pendidikan adalah salah satu wadah dimana kita bisa mendapat ilmu ataupun pengetahuan yang akan mempengaruhi kita untuk memandang sesuatu bertujuan apa dan apa manfaatnya. Dan dengan menempuh pendidikan kita akan mengetahui bagaiamana mencegah dan mengobati sebuah penyakit atau kita akan mengetahui bagaimana mengenali penyakit dan belajar untuk mencegah sebuah penyakit. Dan selain itu saat kita mendapatkan pendidikan yang tinggi maka niat membaca atau niat ingin tahu kita lebih tinggi. Lemahnya pendidikan yang dialami oleh informan-informan saya membuat pengetahuan akan gejala-gejala penyakit kurang. Beberapa dari informan saya lulusan paling tinggi adalah Sekolah Menengah Atas, dan paling rendah adalah lulusan Sekolah Menengah Pertama, dimana latar belakang dari pendidikan mereka tergolong rendah sehingga tidak menghiraukan sebab penyebab dari penyakit. Dimana pendapat dari informan saya, bahwa tindakan dari pengobatan dilakukan apabila penyakit


(34)

sudah parah dan menimbulkan kerugian terhadap penderita. Dan ketika penyakit masih bisa ditahan, maka pengobatan tidak diperlukan.Dan menurut dari informan saya, yaitu ibu Sulasmi, tamat Sekolah menengah pertama belumlah cukup untuknya karena beliau merasa kurangnya pengetahuannya sehingga tidak dapat mencegah penyakit yang akan terjadi di dalam tubuh.

“kurang ngertinya ibu sama sakit ini karena ibu kan cuman tamat smp mya, jadi nggak pintar kalo masalah-masalah penyakit. Ya paling si sundari lah karna dia kan uda tamat sma, uda lebih pintar dari ibu, biar dia bisa jaga-jaga biar nggak sakit kek ibu”

Pola hidup

Stadium kanker serviks yang dialami oleh informan-informan saya dikarenakan keterlambatan dalam pemeriksaan penyakit atau kurangnya kesadaran untuk memahami gejala-gejala perubahan fisik yang terjadi di dalam dirinya. Masing-masing informan yang diteliti mengakui bahwa tidak ada gejala yang memang khusus sehingga mengambil tindakan pengobatan, karena itu mereka tetap melakukan pekerjaan yang biasa dikerjakan tanpa ada kuatir atau takut akan terjadi penyakit kanker. Informan yang diteliti mengakui bahwa kehidupan yang dialami sama dengan manusia lainnya, dimana makan tiga kali sehari, tidur, bekerja. Kebutuhan makan sehari-hari dari hasil sawah sendiri dialami oleh ibu Asmah dan ibu Sulasmi, sehingga untuk beras mereka tidak perlu membeli ke luar, hanya saja untuk lauk dan sayuran mereka membeli ke pasar.

Pola hidup dari informan-informan yang diteliti mengikuti layaknya bagaimana pekerjaan ibu rumah tangga biasanya. Mengurus rumah, suami dan


(35)

suami adalah pekerjaan terkahir yang dilakukan setiap harinya. Masakan yang dimasak oleh ibu rumah tangga adalah masakan yang sederhana, dimana tersedia nasi, lauk dan sayur sudah cukup.

Asal bisa makan aja uda sukur nak, ada nasi, ikan, sayur uda jago itu. Kalo tiap hari makan rajin sehatnya itu. Mana tau-tau darimana kanker itu, jarangnya makan-makan misop di rumah, cerita ibu Asmah.”

Jawaban dari ibu Asmah merupakan jawaban spontan bahwa makan adalah hal terpenting tetapi dalam soal vitamin untuk makanan tersebut adalah nnomor terakhir. Makan rajin dan kenyang dapat melakukan pekerjaan sehari-hari baik itu di sawah atau di rumah. Dan mereka tidak menyadari dengan segala pekerjaan yang mereka jalani tiap harinya membuat mereka sakit kanker serviks. Ibu Sulasmi, ibu Asmah mengakui bahwa ketika mereka menstruasi mereka menggunakan lapisan yaitu dari kain-kain tidak menggunakan pembalut yang diperjual-belikan di warung atau supermarket dengan alasan karena tidak nyaman menggunakan pembalut sehingga memilih untuk memakai kain-kain saja. Beda dengan ketiga informan yang lain yaitu menggunakan pembalut biasa yang dijual. Sedangkan ibu Jamilah pada saat menderita kanker serviks sudah mengalami menopause, tetapi sebelum menopause beliau menggunakan pembalut biasa karena disarankan oleh anak-anaknya yang sudang berumah tangga.

4.2 Pendapat Pasien tentang pengobatan a. Sulasmi

Pengobatan tradisional yang diikuti tidak berhasil menurut Sundari, yang membuat ibunya semakin kurus tiap harinya. Sehingga memutuskan untuk


(36)

mencoba pengobatan di rumah sakit yaitu bermula di RS Tebing dan dirujuk ke RSUP H. Adam Malik. Setelah berada di rumah sakit, beliau belum mendapat pemeriksaan karena harus mengisi data dan juga menyelesaikan masalah pembayaran yang akan dilakukan selama pengobatan. Ibu Sulasmi adalah pasien yang menggunakan kartu BPJS sehingga semua biaya pengobatan di rumah sakit adalah gratis. Tetapi anaknya harus memastikan ke kantor BPJS yang ada di rumah sakit sehingga rumah sakit memberikan gratis pengobatan untuk ibunya. Banyak berkas yang harus diselesaikan oleh Sundari agar ibunya diperiksa dan dirawat di rumah sakit. setelah satu jam mengurus semua administrasi, ibu Sulasmi mendapat ruangan di Ruang Rindu B no II2 dan belum mendapat perawatan atau pemeriksaan. Besoknya ibu Sulasmi mendapat pemeriksaan dari dokter dan meminta perawat untuk memberikan infus.

“ibu diopname dulu ya,isi tenaga dulu untuk tindakan selanjutnya, kita gambar dulu penyakitnya baru kita obati,, “kata ibu sulasmi saat menceritakan hasil pemeriksaan dari dokter”,,dokternya cerita sama sri aja semuanya,,tanya aja sama srik dek..lanjutnya,,”

Ibu Sulasmi sudah terkena kanker serviks stadium IIB dan kemungkinan akan cepat berkembang apabila tidak ditangani. Dan setelah scanning untuk penyakit, tindakan yang akan dilakukan adalah operasi pengangkatan kanker karena ditakutkan akan menyebar ke seluruh sel-sel lainnya. Dan ibu Sulasmi juga harus menjalankan kemoterapi selama 23 kali dan harus mendapat sumbangan darah saat melakukan operasi, karena kemungkinan akan kehilangan banyak darah saat terjadi operasi. Dan setelah satu bulan berada di rumah sakit, ibu Sulasmi akan melaksanakan operasi pengangkatan serviks dan harus melaksanakan puasa.


(37)

Tindakan yang dilakukan rumah sakit terhadap serviks ibu Sulasmi adalah tindakan yang benar pada saat ini karena ketakutan jika tidak segera melaksanakan operasi, sel kanker akan berkembang dengan cepat.

Kemoterapi adalah adalah pengobatan yang akan dilakukan oleh ibu Sulasmi setelah operasi untuk mematikan sel-sel kanker yang akan tumbuh pasca operasi. Tetapi setelah satu bulan dirawat di rumah sakit dan akhirnya dioperasi, ibu Sulasmi mengalami berat badan yang sangat drastis. Dan ibu Sulasmi harus mengikuti kemoterapi secara rutin dan jangan sampai melewatkannya. Ibu Sulasmi hanya mengikuti apapun demi kesembuhan penyakitnya, dan mengikuti apapun perkataan dokter dan juga anaknya, Sundari. Saat melaksanakan kemoterapi, ibu Sulasmi sangat drop dan kehilangan berat badan dan juga nafsu makan. Efek dari kemoterapi adalah mual dan muntah karena masuknya cairan kimia yang akan mematikan sel kanker yang masih tersisa dan akan tumbuh di tubuhnya yang menggunakan obat keras (beracun/kimia) untuk merusak atau membunuh sel-sel yang tumbuh dengan cepat. Kemoterapi digunakan untuk mengobati kanker. Dan karena mengalami kemoterapi yang sudah berlangsung 5 kali, ibu Sulasmi mengalami gugur rambut dan memutuskan untuk membotak rambutnya karena rambutnya ysang sudah menipis. Kemoterapi akan dilakukan sampai 23 kali dan setelah menyelesaikannya, ibu Sulasmi bisa pulang dan kembali ke rumah tetapi harus rajin check-up ke rumah sakit dan bila perlu mengikuti rawat jalan dengan rajin. Buah yang selalu disuruh dokter untuk dikonsumsi adalah buat Bit yang mana dapat mengobati kanker dan dicampur


(38)

dengan terong belanda. Makanan yang terdapat pengawet ada baiknya dihindari sampai keadaan pulih.

b. Junariah

Sakit kanker serviks yang diderita oleh ibu Junariah adalah stadium IIB dan menurut dokter sel-sel kanker akan menyebar dan memakan sel lainnya yang ada di dalam tubuh. Ketika mengalami sakit pinggul dan keram perut, ibu Junariah hanya berkusuk dan tidak berpikir bahwa beliau akan terkena kanker serviks. Tetapi dikarenakan beliau sudah mengalami keputihan hampir satu tahun dan belum pernah diperiksakan ke dokter, menyebabkan vagina dari ibu Junariah luka karena jamur yang tumbuh dan menggerogoti vaginanya sampai ke liang senggama. Dan tidak beberapa lama kesakitan semakin menjadi di daerah V yang membuat ibu Junariah khawatir dan memaksakan untuk pergi ke dokter kandungan. Dan dokter kandungan yang ditemuinya di langkat memberikan obat yang sangat mahal tetapi keputihan semakin bertambah dan bergumpal bewarna hampir kecoklatan.

Rumah sakit merupakan wadah dimana setiap penyakit berkumpul di tempat ini. Setelah gagal mencoba pengobatan dokter kandungan, beliau mencoba ke rumah sakit dan setelah di rumah sakit yang ada di binjai tetapi mereka tidak memiliki uang yang cukup jika tidak menggunakan kartu BPJS. Dengan penuh keyakinan beliau memutuskan untuk ke rumah sakit H. Adam Malik yang merupakan tempat rujukan nomor satu rumah sakit di Medan. Setelah sampai di


(39)

rumah sakit ibu Junariah dibantu oleh anaknya yang pertama dan memapah di ruang tunggu.

“sampe di rumah sakit ya digendong sama si peri karena ibu kan goyang goyang jalam karna jauh dari langkat ke adam malik. Yah pas di ruang tunggu yang ngurus semua si peri, suami yang jagain tas dan semua barang-barang.

c. Asmah Hayati

Pengobatan kanker serviks yang tersedia di rumah sakit ketika ibu Asmahdirawat di rumah sakit umum Kisaran adalah hanya obat rutin pengurang rasa sakit dan infus.Dua minggu ibu Asmah harus dirawat di rumah sakit umum Kisaran tanpa kejelasan tindakan yang dilakukan untuk mengobati kanker serviks yang dideritanya.Dan karena suami beliau selalu menanyakan kepada perawat dan dokter bagaimana tindakan untuk istrinya, dokter menjawab bahwasanya ibu Asmah harus di infus sehingga kondisi fisik beliau stabil dan dapat melakukan pengobatan lainnya. Tetapi dikarenakan tidak ada perubahan pada ibu Asmah, dokter menyarankan untuk merujuk beliau ke rumah sakit umum pusat Adam Malik di Medan, dengan alas an medis bahwasanya peralatan yang ada di rumah sakit Kisaran tidak mendukung untuk pengobatan dan peralatan yang dibutuhkan hanya tersedia di Rumah sakit Medan. Setelah dua minggu mendapat perawatan di rumah sakit umum kisaran, ibu Asmah memutuskan untuk mencoba pengobatan di Medan.Pada tanggal 30 April Ibu Asmah sampai di rumah sakit umum pusat Adam Malik dan memulai pendaftaran untuk rawat inap. Yang menjadi kesedihan bagi keluarga ibu Asmah bahwasanya mereka harus menunggu dua jam untuk mendapat ruangan dikarenakan banyaknya pasien di rumah sakit tersebut. Dan ibu


(40)

Asmah harus menahan kesakitan pada perut bagian bawahnya karena belum mendapatkan perawatan.

Pengobatan yang harus diterima oleh ibu Asmah adalah tambahan cairan infus dan juga obat.Dan dikarenakan ketidaksanggupan beliau untuk berjalan ke kamar mandi, maka beliau menggunakan kateter11 sehingga tidak harus ke kamar mandi untuk buang air kecil.Awalnya beliau merasa malu dan risih ketika harus buang air kecil di tempat tidur dan dikarenakan semua anggota keluarga yang melihatnya harus buang kecil di tempat tidur. Dan kateter hanya bertahan sampai seminggu karena ibu Asmah merasa tidak nyaman karena harus buang air kecil di tempat tidur, jadi beliau meminta untuk menggunakan pampers saja.

”kalo pake kateter itu, saya jadi jarang buang air kecil, mungkin jadi malu-malu juga karena kadang dokternya nanyain, uda buang air kecil atau belum”.

Suatu keanehan bagi ibu Asmah ketika dokter menanyakan hal-hal yangsepele, yang membuat pasien menjadi merasa tidak nyaman.Dan kadang dokter membuat lelucon dari penyakit yang diderita oleh ibu Asmah. Contoh:

“nanti kalo ibu sembuh, bapak jangan ngajak ibu berhubungan dulu ya, ditahan dulu.

Menurut dari ibu Asmah, menyampaikan hal tersebut di depan semua pasien dan juga keluarganya adalah memalukan, karena mengatakan hal seperti itu ada baiknya saat ruangan sepi atau saat pemeriksaan.

11

Kateter adalah pipa memasukkan atau mengeluarkan cairan.


(41)

Setelah beberapa minggu di rumah sakit, pengobatan yang akan dilakukan terhadap ibu Asmah adalah operasi pengangkatan sel kanker yang ada pada leher rahim.Dan kemungkinan operasi berhasil dilaksanakan, tetapi bukan menyembuhkan ibu Asmah tetapi menjaga kanker serviks tidak menyebar secara cepat dan menyeluh ke dalam tubuh beliau.Ibu Asmah rela mengikuti pilihan operasi dimana kesuksesan hanya untuk memperpanjang hidupnya bukan untuk menyembuhkannya, tetapi ibu Asmah berharap bahwa pilihan itu akan berhasil.

Saat di rumah sakit sesama pasien terkadang saling bercerita mengenai pengobatan yang mereka lakukan selama di rumah sakit.Salah satu pasien yang ada di ruangan itu adalah seorang ibu yang sedang sakit tumor rahim dan sudah melakukan operasi pengangkatan rahim.Dan pada saat ini menerima perawatan kemoterapi, dan bercerita kepada ibu Asmah supaya mengikuti operasi dan mengikuti kemoterapi sehingga ibu Asmah dapat melakukan rawat jalan dan kembali ke rumah.

Ibu Asmah akan melaksanakan operasi pada bulan juli, dikarenakan kondisi ibu Asmah sangat lemah dan belum dapat mengikuti operasi pengangkatan kanker. Karena kanker sudah menyebar ke bagian paru-paru sehingga beliau harus menggunakan oksigen tabung supaya dapat bernafas dengan baik karena beliau mengeluh sesak nafas. Dan tindakan yang diberikan dokter adalah menggunakan tabung oksigen sehingga operasi ibu Asmah harus menunggu bulan tujuh sampai kondisi membaik.


(42)

Kanker serviks yang dialami oleh ibu Asmah sudah stadium II B, dan sekarang ibu tersebut menjalani terapi lanjut selama 2 (dua) minggu di RSUP Adam Malik. Menurut beliau bahwa penyakitnya semakin parah saat berada di rumah sakit tetapi setidaknya ada pengobatan yang didapatkan ketika sedang kumat. Dikarenakan saat sedang kumat, maka ners atau perawat akan memberikan pertolongan dan memberikan suntikan agar sakit perut yang dirasakan berkurang. Selama di rumah sakit perut ibu tersebut semakin kecil dan berat badan semakin kurus dikarenakan nafsu makan juga berkurang.

Pengobatan kanker serviks dapat dilihat dari jenis klasifikasi kanker tersebut, baik dilihat dari stadium daripada kanker tersebut ataupun bagaimana sel kanker telah menyebar dalam tubuh si pasien. Dari sudut medis mengharuskan untuk penderita kanker serviks untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit. Ketika sampai di rumah sakit umum pusat Adam Malik, ibu Asmah belum mendapatkan ruangan. Tetapi setelah menunggu hampir dua jam, ibu Asmah mendapat ruangan dan perawatan dari perawat. Setelah berada di rumah sakit, ibu Asmah belum mendapat pemeriksaan dari dokter yang akan mengatasi penyakit ibu tersebut di rumah sakit. Setelah tiga hari ibu Asmah mendapat infus tanpa pemeriksaan dari dokter spesialis Sp.OG. Keluarga tetap sabar menunggu bagaimana tindakan yang akan didapat oleh ibu Asmah tersebut. setelah empat hari, dokter yang bertugas untuk menangani pasien datang dan memperkenalkan diri bahwa beliau yang akan memeriksa keadaan ibu Asmah dan melihat bagaimana perkembangan dari kesehatan ibu tersebut.


(43)

Dokter yang menangani ibu Asmah adalah Dr. Citra AA, Sp.OG. Yang mana seorang dokter yang wanita yang masih muda berusia 32 tahun dan cantik, dokter tersebut spesialis kandungan yang akan menangani pasien dari ibu Asmah tersebut. Ruangan ibu Asmah yaitu ruangan Instalasi Rindu B lantai 1 dimana pada lantai tersebut adalah penyakit khusus untuk wanita, tetapi penyakit dalam terutama penyakit kelamin, rahim, ginjal dan bagian dalam lainnya.

Setiap pengobatan dari penyakit kronis memiliki resiko masing-masing. Sama dengannya pengobatan yang dilakukan oleh ibu Asmah adalah pengobatan medis dimana ibu Asmah akan melaksanakan operasi untuk pengangkatan kanker serviks tersebut. Kanker serviks sudah stadium II B dimana tindakan yang masih dilanjutkan adalah terapi lanjut yaitu dengan obat pengurang rasa sakit dan juga cairan infus yang menambah energi. Dikarenakan ibu Asmah dalam kondisi yang lemah dan berat badan yang menurun drastis, maka ibu Asmah harus menjaga kestabilan dari fisik agar dapat melaksanakan operasi. Dikarenakan kanker serviks sudah menyebar ke leher rahim bagian luar, maka kemungkinan sel kanker sudah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Jadi selain daripada operasi, ibu Asmah harus mengikuti kemoterapi setelah selesai pelaksanaan operasi. Dikarenakan sel kanker akan mengenai anggota sel baru yang akan tumbuh, maka ada baiknya dilakukan kemoterapi untuk memperlambat menyebarnya pertumbuhan kanker.

d. Jamilah

Pengobatan yang diterima oleh ibu Jamilah selama di rumah sakit adalah perawatan yang sama dengan kanker serviks lainnya, yaitu pemberian infus dan


(44)

setelah cukup energi akan dioperasi dan melaksanakan operasi. Tetapi pengobatan yang dilakukan oleh ibu Jamilah tidak teratur dan tidak berjalan dengan jadwal rumah sakit karena ibu Jamilah tidak betah di rumah sakit dan selalu menekan anaknya dan menuntut pulang.Sewaktu tiga tahun setelah suaminya meninggal ibu Jamilah sudah mengalami sakit kanker serviks dan sempat mendapat perawatan di rumah sakit Columbia Asia tetapi karena ketidaksabaran dari ibu Jamilah, pengobatan diberhentikan. Ibu Jamilah hanya mengkonsumsi obat yang diberikan dokter dan membeli obat yang sama di apotik tanpa resep dokter.

Satu tahun tidak mendapat perawatan khusus untuk kanker serviks, ibu Jamilah drop dan maengalami pendarahan yang cukup banyak sehingga ibu Jamilah dibawa ke rumah sakit Columbia Asia, dan mendapat infuse selama dua hari, ibu Jamilah mendapat pemeriksaan dari laboratorium yang mengatakan bahwa penyakit yang diderita oleh ibu Jamilah sudah menyebar ke sel lainnyadan harus segera melaksanakan operasi. Berhubung karena kurangnya peralatan, ibu Jamilah di transfer ke rumah sakit Adam Malik dan diharapkan untuk mendapat penanganan segera, tetapi sepulangnya dari Columbia Asia, ibu Jamilah tidak ingin pergi ke rumah sakit Adam Malik dikarenakan trauma suaminya yang meninggal di rumah sakit tersebut. Sehingga ibu Jamilah tidak mendapat pengobatan dan hanya mengkonsumsi obat dari rumah sakit yang sebelumnya.

Tahun 2016 penyakit ibu Jamilah semakin berbahaya bahkan sudah terkena stadium III, dan jika dilaksanakan operasi makan banyak organ-organ yang akan terkena imbas dari operasi yang dilaksanakan. Dikarenakan anak-anak


(45)

dari Ibu Jamilah tidak tahan terhadap keluhan ibunya tetapi tidak ingin mendapat pengobatan, mereka memaksa ibunya untuk dibawa ke rumah sakit Adam Malik dan ibu Aida bersikeras untuk membawa ibunya ke rumah sakit, dan ibu Jamilah hanya mengikuti saran dari anak-anaknya.Dan karena sudah stadium III, ibu Jamilah membutuhkan waktu yang cukup lama di rumah sakit.Seharusnya ibu Jamilah sudah mendapatkan operasi tetapi beliau menolak keras dan tidak ingin dioperasi.Pengobatan di rumah sakit terbilang gagal karena ketidakteraturan oleh ibu Jamilah.

“saya bingung nak, ibu ngga mau diobati tapi kalo di rumah banyak keluhannya, saya juga ngga tau gimana ngga mungkinlah mama kita sakit dibiarin aja gitu.,,padahal saya banyak pesanan baju mau dijait tapi gimana mana mungkin ditinggal,, bisik ibu Aida takut didengar oaleh ibunya.”

“dokter pun ketawa aja kalo uda ngomong sama nenek, karna kalo dokter uda datang pasti dikira suntik atau mau pasang infus jadi langsung takut duluan.”

Pengobatan yang dilakukan adalah sesuai persetujuan dari pasien dan juga keluarganya, operasi dan juga pengobatan lainnya tidak akan berjalan apabila tidak ada persetujuan. Karena ibu Jamilah tidak mau melakukan operasi, maka dokter menyarankan untuk kemoterapi guna mematikan sel kanker yang sudah manyebar dan bahkan mencegah sel kanker yang akan tumbuh. Tetapi ibu Jamilah menolak kemoterapi juga, dengan alasan bahwa rekan-rekannya dahulu pernah mengalami kanker payudara dan melakukan pengobatan dengan operasi dan juga kemoterapi, tetapi yang dialami oleh rekan ibu Jamilah adalah penurunan selera makan, mual muntah, dan mengalami rambut rontok. Rekan ibu Jamilah bercerita agar jangan pernah mengikuti operasi dan kemoterapi apabila terkena kanker


(46)

serviks.Dan sayangnya, bahwa rekan dari ibu Jamilah sudah meninggal dunia dan tidak selamat dari kanker payudara. Hal itu membuat ibu Jamilah menolak segala pengobatan karena beliau tidak ingin merasakan apa yang dirasakan oleh rekannya. Dan selama peneliti melaksanakan penelitian, pengobatan yang didapat oleh ibu Jamilah adalah obat pil karena beliau tidak bisa menerima infus karena tangannya bengkak.Beliau tertidur di ranjang karena pendarahan masih dialami oleh ibu Jamilah walaupun sudah dirawat di rumah sakit.Dokter juga tidak tau harus bagaimana, terkadang mereka memberikan suntikan antibiotik karena ibu Jamilah juga bisa menerima infus. Pengobatan apapun itu apabila si penderita tidak memiliki motivasi untuk sembuh sama saja hasilnya kosong.

e. Sri Syariana

Pengobatan di rumah sakit yang dilakukan oleh ibu Sri adalah keputusan yang tepat menurut keluarga ibu Sri karena hemat biaya karena ditanggung oleh BPJS.

“ibu kan pake bpjs kelas satu de, jadi gratis, ruangannya pun bagus juga, lain loh de kelas satu sama kelas dua, tiga. Kalo orangtu mungkin jarang diperiksa dokter kalo ibu seringnya, trus ibu langsung dioperasi ari itu, padahal itu yang di depan ibu itu (menunjuk ke pasien yang di depannya) udah dua bulan ngga dioperasi, kasian kekgitu kan nak, uda sakit tapi nunggu nunggu lagi.”

Melakukan pengobatan di rumah sakit sangat bergengsi menurut ibu Sri, karena di rumah sakit biasanya bersih dan juga harus memiliki uang yang dapat ke rumah sakit. Dengan berobat di rumah sakit juga mengartikan bahwa kita peduli dengan kesehatan dan juga banyak tetangga yang akan empati untuk menjenguk kita ke rumah sakit. Ibu Sri sangat senang untuk bercerita tentang penyakit yang


(47)

dialaminya, dan beliau juga membandingkan dengan penderita tumor rahim yang sedang dirawat di samping ranjangnya bahwa penderita tumor rahim tersebut selalu mengeluh dan ribut di ruangan tersebut, sedangkan ibu Sri tidak pernah mengeluh pada suaminya dan tidak pernah merepotkan suaminya.

Pengobatan rumah sakit yang sedang dijalani oleh ibu Sri adalah kemoterapi yang ke 23 dan ia sudah tinggal di rumah sakit hampir 4 bulan dan sempat juga untuk rawat jalan selama dua minggu. Ibu Sri sudah menjalani operasi pengangkatan kanker dan rahimnya juga sudah diangkat menjaga agar sel kanker tidak tumbuh lagi. Ibu Sri sudah terlihat sangat sehat setelah menjalani kemoterapi 23 dan beliau sudah sangat banyak berbicara tentang semua pengalaman sakitnya di rumah sakit. Di saat menjalani kemoterapi yang sebelumnya ibu Sri sangat drop dan muntah bahkan selera makan pun tidak ada dikarenakan tubuh ibu menolak semua makanan yang dikonsumsinya. Tetapi ibu Sri mengkonsumsi sirup penafsu makan sehingga kemoterapi yang selanjutnya berjalan dengan lancar bahkan sekarang ibu Sri tidak pernah mengeuh tidak nafsu makan. Dan menurut ibu Sri dia memang membutuhkan istirahat karena hampir setiap hari dia harus berjualan tanpa istirahat, sehingga pada saat di rumah sakit ibu Sri semangat dalam menjalani pengobatan agar beliau dapat sembuh dan dapat kembali menjual baksonya.

Selama di rumah sakit, banyak tetangganya dan keluarganya yang menjenguknya dari binjai yang membuat ibu Sri mengetahui yang mana rekan-rekannya yang memang peduli dan dapat dianggap kerabat. Dan tetangganya lah


(48)

yang menjaga anak-anak dari ibu Sri karena anak-anak mereka tinggak bertiga di rumah dan mereka harus sekolah dan tetangganya lah yang menjaga mereka untuk mengingatkan mereka makan dan juga sekolah. Pada saat sakit ini ibu Sri mengetahui kerabat yang benar-benar peduli dengannya dan ibu Sri akan membalas semua orang telah menjenguknya dan memperdulikan keuarga ibu Sri.

Setelah kemoterapi yang ke 23, ibu Sri akan kembali pulang ke rumah dan berstirahat di rumah. Karena menurut dokter, ibu Sri telah menjalani operasi dan operasinya berjalan dengan lancar sehingga dapat mengikuti kemoterapi sampai dengan 23. Dan sesuai dengan pemeriksaan dokter ibu Sri dapat kembali ke rumah dan menjalani rawat jalan untuk mengkonsumsi obat agar kemungkinan sel kanker tidak tumbuh lagi. Menurut dokter, sel kanker sudah diangkat dan sebagian sel lainnya sudah di kemoterapi sehingga kemungkinan sel kanker akan melambat untuk berkembang, tetapi ibu Sri harus memeriksakan keadaanya dan jangan berhenti untuk mengkonsumsi obat.

4.3 Pandangan pasien terhadap penyakit

Berbahayanya sebuah penyakit, penderita kanker serviks memiliki konsep tersendiri bagaimana penilaian mereka terhadap tingkat keparahan dari penyakit yang mereka alami. Dari informan yang diteliti beberapa pernyataan dari mereka mengenai tingkat keparahan dari penyakit mereka dengan berbagai alasan, yaitu:  Banyak dokter penyakit parah

Di ruangan rindu B ketika ada pasien rumah sakit yang dirawat cukup lama di rumah sakit memiliki pandangan berbeda mengenai tingkat


(49)

keparahan dari sebuah penyakit, contoh ibu Sri menyatakan bahwa banyak dokter muda yang mengunjungi beliau sebelum operasi dan juga setelah operasi, baik itu dari dokter senior dan juga dokter muda. Beliau menyatakan bahwa penyakitnya semakin parah karena semakin banyak dokter yang ingin tahu mengenai penyakitnya. Karena di ruangannya ada 6 orang, tetapi hanya beliau yang sering didatangi oleh dokter-dokter dari rumah sakit tersebut sehingga beliau membuat kesimpulan bahwa tingkat keparahan dari sebuah penyakit ketika banyak dokter yang berpartisipasi dalam penyembuhan penyakitnya.

Banyak obat sakit parah

Selain daripada tingkat keparahan penyakit dinilai dengan banyaknya dokter, maka informan saya yang berikutnya menyatakan bahwa tingkat keparahan dari penyakit bisa dilihat dari banyaknya obat yang dikonsumsinya. Ibu Jamilah atau dipanggil nenek di rumah sakit itu menyatakan bahwa dirinya sudah semakin parah karena obat yang dikonsumsinya semakin banyak. Beliau bercerita kepada pasien lainnya yang berada di ruangan tersebut, berapa jumlah obat yang dikonsumsinya, dan pasien yang lainnya berkata bahwa obatnya lebih sedikit dibanding dengan ibu Jamilah, dari hal tersebut ibu Jamilah menyatakan bahwa penyakitnya lebih parah daripada orang yang di ruangannya karena obat yang dikonsumsinya lebih banyak. Sedangkan dari dokter yang ditanyakan oleh peneliti mengenai jumlah obat dari ibu Jamilah dikarenakan ibu


(50)

Jamilah tidak dapat diinfus karena tangannya membengkak, sehingga obat yang seharusnya di suntik menjadi obat bentuk pil, dan karena ibu Jamilah tidak ingin di kemoterapi membuat obat generik yang disarankan oleh dokter harus dikonsumsi oleh ibu Jamilah.

Banyak infus (air garam) semakin parah

Banyak infus yang telah masuk ke dalam tubuh pasien menjadi kesimpulan bahwa penyakit yang dideritanya sudah semakin parah, pendapat ibu Asmah. Karena beliau belum dioperasi dan pengobatan yang didapatkan dari rumah sakit adalah infus dan obat pil lainnya. Ibu Asmah tidak dapat dioperasi karena lemahnya dari kondisi fisik ibu Asmah, sehingga membutuhkan banyak cairan sebelum dioperasi. Tetapi ibu Asmah berpendapat bahwa penyakitnya sangat parah karena infus yang diterimanya sangat banyak.

Lama pulang semakin parah

Semakin lama pulang di rumah sakit menjadi alasan juga bagi ibu Jamilah untuk berpendapat bahwa penyakitnya semakin parah, karena beliau sudah menghabiskan setengah tahun untuk pergi pulang dari rumah sakit. sehingga beliau menyatakan bahwa penyakitnya parah karena beliau membutuhkan waktu yang cukup lama di rumah sakit dibanding dengan pasien yang diruangannya.


(51)

Dirawat cukup lama di rumah sakit membuat para informan yang diteliti bosan dan ingin kembali ke rumah masing-masing. Karena menurut informan saya bahwa keluarga yang menjaga mereka sudah tampak lelah dan juga bosan karena menjaga mereka dalam proses pengobatan. Mereka memutuskan sendiri mengapa keluarganya tampak lelah karena dari cara anggota keluarganya memperlakukan mereka saaat sakit. Beberapa pandangan dari pasien terhadap penyakit yang dideritanya terhadap keluarganya yang cukup berpengaruh, contoh:

1. Tidak dapat melayani diri sendiri

Dikarenakan penyakit yang sudah parah ataupun dirawat dengan waktu yang cukup lama di rumah sakit membuat informan saya kehilngan fungsi dari anggota badannya, seperti kaki sehingga membuat mereka tidak dapat berjalan ke kamar mandi, dan karena fisik yang sedang lemah sehingga mengganti baju atau menggantikan pampers harus dilakukan oleh anggota keluarga yang menjaga. Hal tersebut membuat informan yang saya teliti merasa iba terhadap diri sendiri karena untuk melayani diri sendiri tidak dapat dilakukan sehingga menjadi beban bagi keluarga yang menjaganya.

2. Malu terhadap anak

Menjadi sakit dan dirawat di rumah sakit menjadi keluhan bagi ibu Junariah. Ia mengeluh karena saat ia di rumah sakit anak lelakinya lah yang menjaga saat ia sakit, dan anak laki-lakinya lah yang mengganti popoknya dan anaknya lah menyuapi makan bahkan anaknya lah yang mengganti pakaiannya.


(52)

Sehingga ada rasa malu terhadap anak pertamanya itu karena harus melakukan pekerjaan tersebut.

4.4 Pendapat Keluarga tentang pengobatan a. Keluarga ibu Sulasmi

Keluarga ibu Sulasmi yang sering menjaga beliau adalah anaknya, Sundari dan juga suaminya yaitu Suharjo. Mereka berdua bersama-sama merawat ibu Sulasmi, pada saat siang anaknya yang menjaga dan pada saat malam hari, suaminya lah yang menjaga dan memberikan minum saat malam hari ibu Sulasmi haus. Mereka berjaga bergantian dan selalu memperhatikan keadaan ibu Sulasmi. Suami ibu Sulasmi terlihat sangat sabar dan juga berharap tinggi bahwa istrinya akan sembuh setelah mengikuti pengobatan di rumah sakit.

”sedih liat istri sakit, kerjaan dikampung jadi nganggur gadak ngerjain, uang pun gadak juga. Jadi mudah-mudahan ibu sembuh biar bisa ke ladang lagi. Karna gak mungkin bapak di ladang ibu di rumah sakit sama si adek di medan,,”

“Makin kurus ibu, dibotak lagi. Kemarin jalan-jalan pagi ke luar dikira laki-laki ibu karna gadak rambutnya, tapi berdoa aja lah gak papa dibotak yang penting sembuh,,”

Suaminya sangat berharap agar istrinya sembuh dan dapat kembali ke kampung agar aktivitas yang sempat tertunda dapat dilanjutkan, dan suaminya mengatakan pada peneliti bahwa istrinya tidak boleh kerja berat saat sudah sembuh nanti.

Sundari, anak dari ibu Sulasmi yang bisa peneliti wawancarai dikarenakan anak-anaknya yang lain sedang bekerja di luar kota dan anak yang paling kecil sedang bekerja siang hari dan harus kuliah pada malam hari sehingga ia bisa


(1)

vi RIWAYAT SINGKAT PENULIS

Identitas Diri Nama Lengkap T.T.L Jenis kelamin Anak ke-6 dari

Agama Kewarganegaraan Status

Alamat

Email

: Anita Lumban Raja

: P. Siantar, 09 Agustus 1994 : Perempuan

: Polman Lumban Raja dan Aslina Siadari

: Katolik : Indonesia : Mahasiswi

: Jl. Berdikari No. 61A, Pasar 1, padang Bulan. Medan : Anitalumbanraja@gmail.com

Riwayat Pendidikan

2000 – 2006 2006 – 2009 2009 – 2012 2012 - 2016

: : : :

SD Negeri 091440 M. Hataran, Kab. Simalungun SMP Negeri 1 Sidamanik, Kab. Simalungun SMK Negeri 1 P. Siantar

Universitas Sumatera Utara (USU), FISIP – Antropologi Sosial

Pengalaman Organisasi

2012 : Anggota UKM KMK St. Yohanes Don Bosco FISIP – USU

2014 : Anggota Biro Kewirausahan UKM KMK St. Yohanes Don Bosco FISIP – USU periode 2013 – 2014


(2)

vii USU.

Seminar/ Pelatihan/ kegiatan yang pernah diikuti selama perkuliahan : 2012 :

1. Peserta PMB PEMA FISIP - USU

2. Peserta PMB UKM KMK St. Yohanes Don Bosco 3. Peserta Inisiasi Departemen Antropologi FISIP – USU 2014 :

1. Peserta Kemping Rohani UKM KMK St. Yohanes Don Bosco 2. Panitia PMB UKM KMK St. Yohanes Don Bosco

3. Peserta Penyuluhan Ketertiban dan Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Tahun 2014

2015 :

1. Panitia Rekoleksi UKM KMK St. Yohanes Don Bosco

2. Panitia Kemping Rohani UKM KMK St. Yohanes Don Bosco 3. Panitia natal UKM KMK St. Albertus Magnus

2016 :

1. Panitia dies natalis UKM KMK St. Albertus Magnus

2. Panitia Seminar nasional “Revolusi Mental Dalam Perspektif Gereja Katolik”

3. Peserta Seminar Nasional “Elit Politik, Partai Politik, dan Tantangan Bagi Peran Mahasiswa untuk Perwujudan Kesejahteraan Bersama, pembicara dari Prof. Dr. Frans Magnis Suseno, SJ dan Ir. Branabas Yusuf Hura, HM. 4. Peserta Sosialisasi 4 Pilar (Pancasila – UUD 1945 – NKRI – Bhinneka


(3)

viii KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada penulis Berkat dan Karunia-Nya pada penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjdul Upaya Penderita Kanker Serviks Mencari Pengobatan di RSUP H. Adam Malik.

Judul skripsi ini yaitu Upaya Penderita Kanker Serviks Mencari Pengobatan di RSUP H. Adam Malik. Lokasi penelitian dilakukan di Jalan Bunga Lau No.17. Medan, terletak di kelurahan Kemenangan,kecamatan Medan Tuntungan Letak RSUP H. Adam Malik ini agak berada di daerah pedalaman yaitu berjarak kira-kira 1 Km dari jalan Djamin Ginting yang merupakan jalan raya menuju ke arah Berastagi. Skripsi ini dibuat dengan tujuan untuk menyelesaikan studi di Departemen Antropologi Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dengan mendapatkan gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Dari hasil penelitian yang telah saya lakukan selama kurang lebih 2 bulan lamanya, saya menemukan betapa besarnya upaya dari penderita kanker serviks untuk mendapatkan kesehatannya kembali, banyaknya perubahan yang dialami oleh penderita kanker serviks setelah dirawat di rumah sakit dan harus mengikuti aturan yang dibuat oleh pihak rumah sakit. Perubahan sikap yang diakibatkan oleh kanker serviks mempengaruhi penderita untuk bersifat di kehidupannya, dan


(4)

ix penyakit kanker serviks yang membuat kehidupan bermasyarakat ataupun berkeluarga yang semakin dekat saya temukan di penelitian saya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dengan tujuan untuk menyempurnakan skripsi ini. Tidak lupa pula harapan dari penulis supaya skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga khusunya bagi penulis sendiri.

Medan, Agustus 2016 Penulis


(5)

x DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN PENGESAHAN ...

PERNYATAAN ORIGINALITAS ... i

ABSTRAK ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Tinjauan Pustaka ... 6

1.3. Rumusan Masalah ... 23

1.4. Tujuan Penelitian ... 24

1.5. Manfaat Penelitian ... 24

1.6. Sistematika Penelitian ... 24

1.7. Metode Penelitian ... 25

1.7.1. Sifat dan Pendekatan Penelitian ... 26

1.7.2. Teknik Pengumpulan Data ... 28

1.8. Teknik Analisa Data ... 29

1.9. Pengalaman Pribadi ... 30

BAB II. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 2.1. Sejarah Berdirinya Rumah Sakit ... 35

2.2. Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik ... 38

2.3. Kedudukan RSUP H. Adam Malik Medan ... 40

2.4. Tugas dan Fungsi RSUP H. Adam Malik Medan ... 41

2.5. Fasilitas RSUP H. Adam Malik Medan ... 43

2.5.1. Pelayanan Medis ... 43

2.5.2. Pelayanan Penunjang Medis ... 45

2.5.3. Pelayanan Penunjang medik ... 46

2.5.4. Pelayanan Non Medis terdiri dari ... 46

2.6. Gedung ... 46

2.7. Sarana dan Prasarana ... 48

2.8. Ambulance ... 49

2.9. Budaya Organisasi ... 50

BAB III. PENDERITA KANKER SERVIKS 3.1. Riwayat singkat Penderita Kanker Serviks... 51

3.1.1.Sulasmi (Informan I) ... 51

3.1.2.Junariah (Informan II) ... 53


(6)

xi

3.1.4.Jamilah (Informan IV) ... 55

3.1.5.Sri Syariana (Informan V) ... 56

3.2. Mengenal tahapan sakit yang dialaminya ... 57

3.2.1.Tahap pengalaman gejala-gejala ... 58

3.2.2.Sadar butuh pengobatan... 59

3.3.Apa itu kanker serviks menurut informan ... 60

3.4. Cara Mengatasi Kanker Serviks Pra rumah sakit ... 66

3.5.Tanggapan Terhadap Kanker Serviks ... 70

BAB IV. SUDUT PANDANG PASIEN DAN KELUARGA 4.1. Pendapat Pasien tentang tingkat stadium penyakit ... 78

4.2.Pendapat Pasien tentang pengobatan ... 80

4.3. Pandangan pasien terhadap penyakit ... 93

4.4. Pendapat Keluarga tentang pengobatan ... 96

4.5. Keluhan Keluarga terhadap pasien ... 104

4.6.Hal positif dirawat di rumah sakit ... 108

4.7. Hubungan petugas rumah sakit dengan pasien ... 109

4.8. Kunjungan sakit ... 110

BAB V. UPAYA PENGOBATAN KANKER SERVIKS 5.1. Memecahkan masalah penyakit ... 119

5.1.1. Mencari sumber informasi ... 120

5.1.2. Alasan pasien ingin sembuh ... 125

5.1.3. Kualitas hidup penderita kanker serviks ... 131

5.2. Risiko pengobatan ... 133

5.2.1. Radioterapi... 133

5.2.2. Kemoterapi ... 134

5.2.3. Operasi ... 135

5.3.Faktor menerima risiko pengobatan ... 136

5.3.1. Optimis dari individu ... 137

5.3.2. Dukungan keluarga ... 138

5.4. Perubahan fisik pada pasien... 138

5.5. Ciri-ciri stadium kanker menurut dokter ... 140

5.6. Pengobatan kanker serviks menurut dokter ... 141

5.6.1. Prosedur pengangkatan sel-sel kanker ... 141

5.6.2. Operasi pengangkatan kanker serviks ... 142

5.6.3. Efek samping atau komplikasi jangka pendek dari operasi ... 142

BAB VI.PENUTUP 6.1. Kesimpulan ... 146

6.2. Saran ... 147