Analisis Pemetaan Kebisingan dari Aktivitas Pesawat di Kawasan Bandar Udara Internasional Kualanamu Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Konsep Metodologi Penelitian
Metodelogi yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat Gambar 3.1.

Mulai

Studi Literatur

Pengambilan Data

Data Sekunder
Titik Sampling di Kawasab
Bandar Udara:
1. Runway
2. Runway
3. Runway
4. Runway
5. Apron
6. Apron
7. Apron

8. Kedatangan Domestik
9. Area Parkir
10. Gerbang Masuk KNO

Peta Batas Kawasan Kebisingan
Titik Sampling di
Kawasan Pemukiman:
11. Dusun III
12. Desa Sidourip

Penentuan Titik Sampling

Data Primer

1. Tingkat Kebisingan dalam dBA
2. Jumlah Lalu Lintas pesawat dan Jenis
Pesawat yang landing dan take off

1. Pengolahan Data Kebisingan di
Kawasan Bandar Udara Berdasarkan

Peraturan Menteri Perhubungan No
13 Tahun 2010
2. Pengolahan Data Kebisingan di
Kawasan Pemukiman Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Negara
Lingkungan Hidup No 48 Tahun
1996

Pemetaan Kontur Kebisingan
dengan Software Surfer 10

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

Universitas Sumatera Utara


3.2 Lokasi dan Waktu Sampling
3.2.1 Lokasi
Penelitian akan dilakukan di Bandar Udara Internasional Kualanamu. Secara
administratif Bandar Udara Internasional Kualanamu terletak di Desa Beringin,
Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang dan berdekatan dengan pemukiman
penduduk diantaranya adalah Desa Sidourip yang berjarak 0,15 km dari runway 05,
Kecamatan Pantai Labu yang berjarak 0,15 km dari runway 23, dan Desa Karang Anyar
sekitar 1 km dari pintu gerbang Bandar Udara Internasional Kualanamu. Secara
geografis terletak pada 03°36'12,04’’– 03°36’12,04’’ LU dan 98°51'42,97’’98°50’51,07’’ BT sampai dengan 03°39'20,75’’ – 03°38’35,16’’ LU dan 98°51'42,97’’ 98°54’08,02’’ BT. Dengan topografi cenderung miring ke utara dan berada pada
ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut.
Lokasi penelitian yang berada di kawasan Bandar Udara Internasional Kualanamu ini
akan dibagi menjadi 12 (dua belas) titik sampling yaitu, pintu gerbang Bandar Udara
Intetnasional Kualanamu, tempat parkir A7, kedatangan domestik, apron v, apron w,
apron y, runway 23, ±1 km setelah runway 23, ±1 km sebelum runway 05, runway 05,
Desa Sidourip (jarak dengan runway 23 berkisar 1,71 Km), dan Dusun III Gang Apel
(jarak dengan runway 23 berkisar 2,54 Km).
Pemilihan titik sampling berdasarkan pertimbangan tertentu serta telah memenuhi
persyaratan dan tujuan penelitian. Adapun alasan maupun persyaratannya dalam
penentuan titik sampling, yaitu (Alihta, 2017):

1. Area tersebut merupakan area yang menimbulkan kebisingan yang tinggi. Daerah
yang didahulukan untuk dipantau hendaknya daerah-daerah dengan konsentrasi
pencemar tinggi. Satu atau lebih stasiun pemantau mungkin dibutuhkan di sekitar
area tersebut.
2. Di daerah yang memungkinkan menerima paparan kebisingan.
3. Di daerah sekitar lokasi penelitian yang diperuntukkan untuk kawasan studi.
4. Di daerah proyeksi untuk menentukan efek akibat perkembangan mendatang di
lingkungannya.

III-2

Universitas Sumatera Utara

5. Mewakili seluruh wilayah studi. Informasi kualitas kebisingan di seluruh wilayah
studi harus diperoleh agar kualitas kebisingan diseluruh wilayah dapat dievaluasi.

Sementara itu, untuk koordinat titik sampling dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan untuk
peta lokasi titik sampling dapat dilihat pada Lampiran 6.

Tabel 3.1 Koordinat Titik Sampling

No.
Titik Sampling
1.
Pintu Gerbang KNO
2.
Tempat Parkir A7
3.
Kedatangan Domestik
4.
Apron V
5.
Apron W
6.
Apron Y
7.
Runway 23
8.
Runway setelah 23
9.
Runway sebelum 05

10.
Runway 05
11.
Dusun III
12.
Desa Sidourip
Sumber: Data Primer, 2016

N
03°36'46,71’’
03°36'46,42’’
03°36'46,70’’
03°38'17,96’’
03°38'16,42’’
03°38'09,15’’
03°39'28,77’’
03°39'02,19’’
03°38'22,34’’
03°38'21,80’’
03°36'09,62’’

03°37'00,14’’

E
98°51'23,12’’
98°51'23,31’’
98°51'23,44’’
98°52'42,07’’
98°52'43,76’’
98°53'01,74’’
98°53'20,87’’
98°52'52,42’’
98°52'12,90’’
98°52'11,42’’
98°51'38,14’’
98°50'52,7’’

3.2.2 Waktu Sampling
Waktu pengambilan sampel kebisingan untuk daerah bandar udara dan kawasan
pemukiman bandar udara dilakukan selama 3 hari. Pemilihan waktu sampling untuk
kawasan bandar udara mengikuti Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 13 Tahun

2010 dan untuk kawasan pemukiman bandar udara mengikuti Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996.
Pengambilan sampel diukur selama 10 menit dengan pencatatan data per 5 detik
sehingga dalam 10 menit terdapat 120 data. Pengambilan sampel pertama dilakukan
pada tanggal 22 November 2016 dengan jumlah 10 titik sampling. Pengambilan sampel
kedua dilakukan pada tanggal 31 Desember 2016 – 01 Januari 2017. Pada hari kedua
dilakukan pengambilan sampel di 10 titik yang sama seperti pengambilan sampel
pertama dan dilakukan penambahan 2 titik sampel di daerah pemukiman untuk
mengetahui tingkat kebisingan di daerah pemukiman. Untuk lebih jelasnya mengenai
waktu pengambilan sampel dapat dilihat pada Tabel 3.2.
III-3

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3.2 Waktu Sampling Kebisingan di Kawasan Bandar Udara dan Pemukiman
Hari/Tanggal

Rabu / 23 November
2016 dan Sabtu / 31
Desember 2016


Titik
1. Pintu Gerbang
KNO
2. Tempat Parkir A7
3. Kedatangan
Domestik
4. Apron V
5. Apron W
6. Apron Y
7. Runway 23
8. Runway setelah 23
9. Runway sebelum
05
10. Runway 05

Sabtu / 31 Desember
2016 dan Minggu /
01 Januari 2017


11. Dusun III

12. Desa Sidourip

Waktu

Variabel yang diukur

00:00 – 07:00
07:00 – 19:00
19:00 – 22:00
22:00 – 00:00
a. Kebisingan pesawat
b. Jumlah lalu lintas
pesawat yang landing
dan take off
06:00 – 09:00
09:00 – 11:00
14:00 – 17:00
17:00 – 22:00

22:00 – 24:00
24:00 – 03:00
03:00 – 06:00

Sumber: Data Primer, 2016

3.3 Variabel Penelitian
Terdapat dua jenis variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas dan terikat.
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan
atau timbulnya variabel dependen. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2009).
Variabel bebas yang diukur dalam penelitian ini adalah jumlah lalu lintas pesawat
udara. Sedangkan variabel terikat yang diukur dalam penelitian ini adalah kebisingan
yang dihasilkan oleh aktivitas pesawat.
3.4 Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Data primer merupakan data yang didapatkan dari pengukuran di lapangan. Kebutuhan
data primer selama penelitian ini, meliputi:

III-4

Universitas Sumatera Utara

1. Tingkat Kebisingan
Sampling ini dilakukan untuk mendapatkan hasil tingkat kebisingan yang dihasilkan
oleh pesawat dan aktivitas yang ada di kawasan bandar udara dan wilayah
pemukiman bandar udara. Pengukuran dilakukan secara manual untuk mendapatkan
data atau nilai harian (24 jam). Alat yang digunakan untuk pengukuran kebisingan
adalah Sound Level Meter yang berfungsi untuk mengukur kebisingan, suara yang
tidak dikehendaki, atau yang dapat menyebabkan rasa sakit telinga. Sound Level
Meter berfungsi untuk mengukur kebisingan antara 30 – 130 dB dalam satuan dBA
dari frekuensi antara 20 – 20.000 Hz. Tingkat ketelitian pengukuran berkisar dari 26
dBA. Prosedur pengukuran kebisingan dengan menggunakan sound level meter
sesuai dengan SNI 7231 : 2009 Tentang Metoda Pengukuran Intensitas Kebisingan di
Tempat Kerja, yaitu:
a.

Hidupkan alat ukur kebisingan.

b.

Periksa kondisi baterai, pastikan bahwa keadaan power dalam kondisi baik.

c.

Sesuaikan pembobotan waktu respon alat ukur dengan karakterisitik sumber
bunyi yang diukur (S untuk sumber bunyi relative konstan atau F untuk sumber
bunyi kejut).

d.

Posisikan microphone alat ukur setinggi posisi telinga manusia. Hindari
terjadiya refleksi bunyi dari tubuh atau penghalang sumber bunyi.

e.

Arahkan microphone alat ukur dengan sumber bunyi sesuai dengan karakterisitik
microphone (microphone tegak lurus dengan sumber bunyi, 70° - 80° terhadap
sumber bunyi).

f.

Pilih tingkat tekanan bunyi (SPL) atau tingkat tekanan sinambung setara (Leq).
Sesuaikan dengan tujuan pengukuran.

g.

Catat hasil pengukuran tingkat kebisingan.

h.

Bila alat ukur Sound Level meter tidak memiliki fasilitas Leq maka dihitung
secara manual.

Pada penelitian ini alat yang digunakan adalah Sound Level Meter dengan jenis
KW06-290. Gambar alat dapat dilihat pada Gambar 3.2.

III-5

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.2 Sound Level Meter KW06-290
Sumber: Krisbow KW06-290

Spesifikasi alat dapat dilihat pada Tabel 3.3:
Tabel 3.3 Spesifikasi Alat Sound Level Meter KW06-290
Standar
Rentang Frekuensi
Rentang Pengukuran
Layar
Mikrofon
Waktu Pengukuran
Lambat (S)
Akurasi
Keluaran AC
Keluaran DC
Baterai
Tenaga
Temperatur Operasi
Kelembapan Operasi
Temperatur Penyimpanan
Kelembapan Penyimpanan
Sumber: Krisbow KW06-290

IEC651 type 2
31.5 Hz ~ 8 KHz
35 ~ 130 dB
LCD 4 digits
½ “kondenser
Cepat (F): 125 mikrodetik
0.5 detik
± 1.5dB
0.65 Vrms at FS (batas dari tiap tingkat rentang)
10mV/dB
1 buah baterai 9V,006P atau IEC 6F22 atau NEDA
1604
50 jam (baterai alkalin)
0 ~ 40°C (32 ~ 104°F)
10 ~ 90% RH
-10 ~ 60°C (14 ~ 140°F)
10 ~ 75%RH

III-6

Universitas Sumatera Utara

Pengukuran dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a.

Pasang Baterai

b.

Nyalakan dengan menekan tombol ON, kemudian pilih waktu pengukuran yang
diinginkan.

c.

Tentukan tingkatan yang diinginkan

d.

Pegang alat di tangan atau pasang di kaki tiga, arahkan alat ke sumber bunyi

e.

Ketika fungsi MAX diaktifkan, alat hanya akan menangkap dan menampilkan
tingkat suara yang paling tinggi.

f.

Ketika fungsi hold diaktifkan, alat akan menahan pengukuran terakhir yang
dilakukan, untuk mengembalikan ke normal, tekan tombol hold sekali lagi.

g.

Ketika sudah selesai melakukan pengukuran, matikan dengan menekan tombol
OFF kemudian lepas baterai bila alat tidak akan dipergunakan dalam jangka
waktu lama.

2. Perhitungan jumlah lalu lintas pesawat dan jenis pesawat yang landing dan take off
Untuk mengetahui jumlah lalu lintas pesawat dan jenis pesawat yang landing dan
take off pada hari penelitian dilakukan dengan cara menghitung manual di lokasi
sampling (traffic counting).
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang mendukung penelitian. Data sekunder yang
diperlukan, meliputi:
1. Laporan RKL/RPL terkait Pemantauan Kebisingan yang terakhir
Laporan ini digunakan untuk meninjau parameter yang didapatkan saat PT. Angkasa
Pura II (Persero) melakukan pemantauan kebisingan dan membandingkan dengan
parameter yang didapatkan disaat melakukan penelitian.
2. Peta Batas Kawasan Kebisingan
Peta ini digunakan untuk melihat batas – batas kebisingan di kawasan Bandar Udara
Internasional Kualanamu. Peta tersebut dapat dilihat dalam lampiran 5.

III-7

Universitas Sumatera Utara

3.5 Pengolahan Data dan Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan dilakukan pengolahan dan dianalisis dengan pendekatan
kuantitatif dan kualitatif.
3.5.1 Analisis Kuantitatif
Metode pengolahan data dilakukan dengan 2 (dua) tahap yaitu, menghitung konsentrasi
kebisingan di kawasan bandar udara dan pemukiman serta melakukan pemetaan dengan
menggunakan surfer 10.
Menghitung kebisingan kawasan pemukiman mengikuti perhitungan berdasarkan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996. Rumus
perhitungan tersebut dapat dilihat pada Persamaan (2.1), (2.2) dan (2.3). Sedangkan
untuk menghitung kebisingan kawasan bandar udara mengikuti perhitungan
berdasarkan dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 13 Tahun 2010.
Rumus perhitungan dB(A) dan WECPNL untuk kebisingan kawasan bandar udara dapat
dilihat pada Persamaan (2.4), (2.5) dan (2.6).
Pada kawasan bandar udara dilakukan perhitungan rata-rata pada kedua hari pengukuran
sampling berdasarkan nilai WECPNL yang didapat pada setiap titik. Perhitungan ini
dilakukan agar mengetahui nilai rata-rata antara hari pengukuran pertama yang diambil
pada hari biasa (weekday) dengan pengukuran hari kedua yang bertepatan pada hari
libur nasional dimana terdapat perbedaan aktivitas pergerakan pesawat. Hasil
perhitungan rata-rata tersebut akan memperlihatkan posisi sumber bising yang paling
tinggi. Perbedaan antara perhitungan di pemukiman dengan di bandar udara terletak
pada waktu pengambilan sampling. Pengukuran di pemukiman memiliki 7 (tujuh)
rentang waktu sampling, sedangkan di bandar udara 4 (empat) rentang waktu sampling
dimana pada pengukuran kedua yaitu pukul 07:00-19:00 dilakukan 2 (dua) kali
pengambilan sampel.
Hasil pengukuran kebisingan yang telah dihitung akan diplot menggunakan Surfer 10
membentuk peta sebaran kebisingan yang dihasilkan dari aktivitas pesawat di kawasan
bandara dan pemukiman. Setelah dilihat dari hasil pemetaan akan dibandingkan kembali
dengan peta batas kawasan kebisingan yang terdahulu apakah persebaran yang

III-8

Universitas Sumatera Utara

diprediksi sesuai dengan sampling pengukuran kebisingan yang sekarang. Pemetaan
tersebut akan diaplikasikan menggunakan software Surfer 10. Surfer 10 berfungsi untuk
membuat peta kontur pada suatu peta, menggambarkan pandangan 3D pada suatu
permukaan (surface), dan mengetahui volume tanah. Data yang dibutuhkan pada data
surfer hanya koordinat X, Y, Z. Lembar kerja surfer terdiri dari empat bagian, yaitu
(Wilianto, 2015):
a. Surface Plot adalah lembar kerja yang digunakan untu membuat peta atau file grid.
b. Worksheet adalah lembar kerja yang digunakan untuk melakukan input data XYZ.
c. Editor adalah untuk membuat atau mengolah file teks ASCII dan untuk mengetahui
hasil perhitungan volume.
d. Overlay peta kontur adalah untuk menampakkan sebuah peta kontur dengan sebuah
data raster, atau sebuah peta kontur dengan model tiga dimensi.
Langkah-langkah menggunakan Surfer 10, yaitu (Budiarjo, 2013):
a. Pilih File – New – Worksheet
b. Masukkan data X,Y,Z pada worksheet yang telah disimpan, tekan OK
c. Save worksheet tersebut
d. Setelah di save, buka menu File – New – Plot Document
e. Pilih menu Grid – Data, pilih file worksheet yang disimpan, tekan OK
f. Setelah itu keluar kotak dialog untuk mengatur grid
g. Setelah itu tekan Map – New – Contour Map, pilih file yang sudah di grid tadi
h. Export dalam format *kml
i. Buka google earth – pilih file yang telah di export
j. Setelah itu akan muncul peta yang sudah di grid dengan bentuk koordinat yang
sesuai

3.5.2 Analisis Kualitatif/Deskriptif

Hasil perhitungan kebisingan pesawat untuk kawasan pemukiman akan dibandingkan
dengan baku mutu kebisingan yang terdapat pada Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996. Sedangkan hasil perhitungan kebisingan
kawasan bandar udara akan dibandingkan sesuai Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor: KM 13 Tahun 2010 untuk melihat batasan-batasan kawasan kebisingan dan

III-9

Universitas Sumatera Utara

hasil pemetaan kebisingan menggunakan Sufer 10 akan dibandingkan dengan peta
batasan kawasan kebisingan PT. Angkasa Pura II.

III-10

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Volume Lalu Lintas Pesawat
Pengamatan volume lalu lintas pesawat dilakukan pada hari Selasa, 22 November
2016 dan hari Sabtu, 31 Desember 2016. Total jumlah pesawat yang melintas pada
hari selasa, 22 November 2016 sebanyak 243 pesawat dan hari Sabtu, 31 Desember
2016 sebanyak 243 pesawat. Untuk lebih jelasnya, volume lalu lintas berdasarkan
waktu pengamatan pagi, siang dan malam hari dapat dilihat pada Gambar 4.1.

250
Jumlah Pesawat (Unit)

4.1

200
150
Selasa, 22 November 2016
100
Sabtu, 31 Desember 2016
50
0
00:00-07:00 07:00-19:00 19:00-22:00 22:00-00:00
Hari & Waktu Sampling

Gambar 4.1 Volume Lalu Lintas Pesawat
Sumber: Data Primer, 2016

Berdasarkan Gambar 4.1 menunjukkan bahwa rata-rata volume pesawat untuk hari
Selasa, 22 November 2016 dengan hari Sabtu, 31 Desember 2016 tidak jauh beda
jumlahnya. Hal ini disebabkan pada Hari Sabtu, 31 Desember 2016 terdapat 9
(sembilan) pesawat yang dibatalkan penerbangannya. Jumlah pesawat yang
melakukan penerbangan lebih banyak dilakukan pada pukul 07:00-19:00 WIB. Untuk
waktu keberangkatan dan kedatangan pesawat selama waktu pengamatan dapat dilihat
pada Lampiran 1.

Universitas Sumatera Utara

4.2

Tingkat Kebisingan

4.2.1 Tingkat Kebisingan Pesawat
Berdasarkan hasil pengukuran kebisingan di sekitar Bandar Udara Internasional
Kualanamu dapat diketahui tingkat kebisingan dari pesawat. Mengetahui tingkat
kebisingan pesawat bertujuan untuk mendapatkan pola tingkat kebisingan selama 3
hari pengukuran. Hari pertama pengukuran dilakukan pada Hari Selasa, 22 November
2016 dengan 10 titik pengukuran. Adapun hasil pengukuran tersebut dapat dilihat
pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Tingkat Kebisingan Pesawat Hari Selasa, 22 November 2016
Titik 1

Titik 2

Titik 3

Titik 4

Leq Rata-Rata (dB)
Titik 5 Titik 6 Titik 7

Titik 8

Titik 9

Titik 10



59,5

58,8

65,1

75,8

66,8

71,2

55,6

48,8

55,3

62,0



45,9

40,6

50,45

60,5

62,15

53,6

44,6

42,75

42,9

45,8



65,3

57,1

74,9

60,4

62,3

61,2

58,6

55,5

52,1

55,2



54,0

52,9

65,3

59,8

70,8

63,1

58,9

56,9

54,1

72,7

Jam
00:00
07:00
07:00
19:00
19:00
22:00
22:00
24:00

Sumber: Data Primer, 2016

Adapun untuk mengetahui pola tingkat kebisingan pada hari pertama sampling dapat
dilihat pada Gambar 4.2.
80
70

Leq (dB)

60
50

00:00-07:00

40

07:00-19:00
19:00-22:00

30
22:00-00:00
20

Baku Mutu

10
0
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Titik & Waktu Sampling

Gambar 4.2 Pola Tingkat Kebisingan Hari Pertama
Sumber: Data Primer, 2016
IV-2

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996
baku mutu tingkat kebisingan untuk bandar udara adalah 70 dB. Dapat dilihat dalam
Gambar 4.2 dan Tabel 4.1 terdapat 4 (empat) titik yang sudah melewati batas baku
mutu. Tingkat kebisingan paling tinggi terletak pada titik 4 (empat) dimana posisi
tersebut berada di apron V dengan nilai 75,8 dB dan pengukuran dilakukan pada
pukul 06:00 – 06:10 WIB. Pada kondisi ini, sumber bising yang utama berasal dari
landing take off sebanyak 6 (enam) unit. Selain itu, sumber lain berasal dari aktifitas
mobil angkutan barang melewati apron V sehingga memicu tingginya tingkat
kebisingan pada titik 4 (empat) tersebut.

Pada titik 3 (tiga) yang merupakan kedatangan domestik tingkat kebisingan juga
cukup tinggi berkisar 74,9 dB. Tingginya tingkat kebisingan pada titik ini berasal dari
aktifitas landing take off pesawat dimana jarak antara apron dan kedatangan domestik
± 172 m. Menurut Mahbubiyah (2011), efek kebisingan dapat dirasakan 15 mil =
24.000 m jauhnya pada saat pesawat melakukan landing take off. Selain itu, sumber
lain berasal dari aktivitas di dalam ruangan kedatangan domestik yang memicu
tingginya tingkat bising yang dihasilkan.

Tingkat kebisingan pada titik 6 (enam) yang merupakan apron Y juga memiliki
tingkat kebisingan yang tinggi yaitu 71,2 dB. Sumber bising utama pada titik ini
adalah pada saat pengukuran terdapat ± 5 pesawat yang sedang parkir dan
menghidupkan mesin pesawa, aktifitas landing take off dan banyaknya petugas
ground handling yang melewati area tersebut sehingga memicunya tingkat
kebisingan.

Pada titik 5 (lima) yang merupakan area apron W memiliki tingkat kebisingan yang
cukup tinggi yaitu 70,8 dB. Tingginya tingkat kebisingan pada titik ini, berasal dari
aktifitas landing sebanyak 4 (empat) pesawat pada saat pengukuran. Sumber lainnya,
berasal dari pesawat yang sudah berada di apron W yang sedang melakukan
penurunan barang sehingga banyaknya mobil angkutan yang melewati titik 5 tersebut.

Untuk titik 4, 5 dan 6 dimana area tersebut adalah apron V, W dan Y memiliki tingkat
kebisingan yang tinggi dan penerima yang terkena paparan kebisingan adalah petugas
lapangan ataupun staff yang bekerja di ruangan sekitar apron. Dampak yang diterima
IV-3

Universitas Sumatera Utara

tidak langsung dirasakan oleh penerima paparan. Hal ini dikarenakan Pengendalian
yang dapat dilakukan adalah selalu menggunakan alat pelindung diri ketika berada di
lapangan, melakukan pergantian shift bekerja terhadap petugas dan melakukan
pengecekan mesin kendaraan angkutan barang ataupun kendaraan petugas lapangan
agar tidak menimbulkan bising yang berlebihan.

Hari kedua pengukuran dilakukan pada Hari Sabtu, 31 Desember 2016 dengan 10 titik
pengukuran. Adapun hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Tingkat Kebisingan Pesawat Hari Sabtu, 31 Desember 2016
Titik 1

Titik 2

Titik 3

Titik 4

Leq Rata-Rata (dB)
Titik 5 Titik 6 Titik 7

Titik 8

Titik 9

Titik 10



68,7

50,0

62,9

60,8

76,3

103,5

57,0

53,8

51,9

54,1



64,7

57,6

69,9

77,5

77,9

71,7

72,4

63,4

64,9

58,8



61,8

53,2

69,3

68,7

67,5

60,6

61,7

61,9

61,8

61,5



53,5

44,0

56,4

61,6

74,6

59,8

59,1

62,3

62,8

63,0

Jam
00:00
07:00
07:00
19:00
19:00
22:00
22:00
24:00

Sumber: Data Primer, 2016

Adapun untuk mengetahui pola tingkat kebisingan pada hari kedua sampling dapat
dilihat pada Gambar 4.3.
120
100

Leq (dB)

80

00:00-07:00
07:00-19:00

60

19:00-22:00
40
22:00-00:00
20

Baku Mutu

0
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Titik & Waktu Sampling

Gambar 4.3 Pola Tingkat Kebisingan Hari Kedua
Sumber: Data Primer, 2016

IV-4

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidp Nomor 48 Tahun 1996
baku mutu tingkat kebisingan untuk bandar udara adalah 70 dB. Dapat dilihat dalam
Gambar 4.3 dan Tabel 4.2 terdapat 4 (empat) titik yang sudah melewati batas baku
mutu, 3 (tiga) titik tersebut berada pada titik 4 (apron V), titik 5 (apron W) dan titik 6
(apron Y). Dari ketiga titik tersebut tingkat kebisingan paling tinggi terletak pada titik
6 (enam) dimana posisi tersebut berada di apron Y dengan nilai 103,5 dB. Pada
kondisi ini, ketiga titik tersebut memiliki sumber bising yang sama yaitu berasal dari
landing take off pesawat. Selain itu, sumber lain berasal dari aktifitas mobil angkutan
yang akan memasuki barang ke pesawat dan mengambil barang dari pesawat yang
memicu tingginya tingkat kebisingan pada ketiga titik tersebut.

Pada titik 7 (tujuh) yang merupakan area runway 23 memiliki nilai tingkat kebisingan
yang cukup tinggi yaitu 72,4 dB. Tingkat kebisingan berasal dari aktifitas landing
take off sebanyak 8 (delapan) pesawat pada saat pengukuran.

Untuk titik 4, 5 dan 6 dimana area tersebut adalah apron V, W dan Y memiliki tingkat
kebisingan yang tinggi dan penerima yang terkena paparan kebisingan adalah petugas
lapangan ataupun staff yang bekerja di ruangan sekitar apron. Pengendalian yang
dapat dilakukan adalah selalu menggunakan alat pelindung diri ketika berada di
lapangan, melakukan pergantian shift bekerja terhadap petugas dan melakukan
pengecekan mesin kendaraan angkutan barang ataupun kendaraan petugas lapangan
agar tidak menimbulkan bising yang berlebihan dan menambahi pemedam suara
untuk ruangan kerja di sekitar apron.

Untuk titik 7 (tujuh) dimana area tersebut adalah runway 23 memiliki tingkat
kebisingan yang sudah melewati batas baku mutu dan penerima yang memungkinkan
terkena paparan adalah petugas yang berada di pos jaga area jalan lintas runway dan
pemukiman. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah melakukan pergantian shift
jaga untuk petugas, menggunakan alat pelindung diri untuk petugas di pos jaga,
memasang dinding pengahalang ataupun menanam pohon di luar jalan lintas runway
untuk merambat suara bising yang ditimbulkan.

IV-5

Universitas Sumatera Utara

4.2.2 Tingkat Kebisingan di Pemukiman
Berdasarkan hasil pengukuran kebisingan dapat diketahui tingkat kebisingan dari
pesawat untuk wilayah pemukiman. Pengukuran dilakukan pada hari Sabtu, 31
Desember 2016 dan hari Minggu, 01 Januari 2017 dini hari. Lokasi pengukuran
berada di Dusun III Gang Apel (titik 11) dan Desa Sidourip (titik 12). Adapun hasil
pengukuran tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Tingkat Kebisingan Pesawat di Pemukiman
Waktu
L1
L2
L3
L4
L5
L6
L7

Leq Rata-Rata (dB)
Titik 11
Titik 12
61,0
59,2
60,6
61,8
59,1
51,1
60,7

53,6
62,1
62,1
56,8
54,2
48,4
53,0

Baku Mutu
55
55
55
55
55
55
55

Sumber: Data Primer, 2016

Adapun untuk mengetahui pola tingkat kebisingan untuk wilayah pemukiman dapat
dilihat pada Gambar 4.4.
70
60
50
Leq (dB)

40
30

TITIK 11

20

TITIK 12

10

Baku Mutu

0

Waktu Sampling

Gambar 4.4 Pola Tingkat Kebisingan Wilayah Pemukiman
Sumber: Data Primer, 2016
Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996
tentang baku tingkat kebisingan peruntukan kawasan pemukiman memiliki baku mutu
IV-6

Universitas Sumatera Utara

55 dB. Dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.4 titik 11 memiliki tingkat
kebisingan diatas baku mutu kecuali pada saat pengukuran pukul 03:04 – 03:13 WIB
dikarenakan pada saat sampling tidak adanya pesawat yang sedang melintas dan
kendaraan di sekitar pemukiman masih sedikit yang bergerak. Jarak antara runway
dengan titik 11 berkisar ± 2,6 Km. Untuk menghitung tingkat kebisingan dapat
menggunakan Persamaan (2.1), (2.2) dan (2.3).
Dari Tabel 4.3 dapat diketahui L1 – L7 untuk titik 11. Untuk mengetahui tingkat
kebisingan di titik 11 maka dilakukan perhitungan sesuai Persamaan (2.1), (2.2) dan
(2.3).

LS

= 10 log 1/16 {3.100,1.61 + 5.100,1.59,2 + 3.100,1.60,6 + 5.100,1.61,8}

(4.1)

= 10 log (1184241,387)
= 60,73 dB

LM

= 10 log 1/8 {2.100,1.59,1 + 3.100,1.51,1 + 3.100,1.60,7}

(4.2)

= 10 log (692103,5703)
= 58,40 dB

LSM

= 10 log 1/24 {16.100,1.60,73 + 8.100,1(58,40 + 5}

(4.3)

= 61,81 dB
Dari Tabel 4.3 dapat diketahui L1 – L7 untuk titik 12. Untuk mengetahui tingkat
kebisingan di titik 11 maka dilakukan perhitungan sesuai Persamaan (2.1), (2.2) dan
(2.3).

LS

= 10 log 1/16 {3.100,1.53,6 + 5.100,1.62,1 + 3.100,1.62,1 + 5.100,1.56,8}

(4.4)

= 10 log (1003430,721)
= 60,01 dB
LM

= 10 log 1/8 {2.100,1.54,2 + 3.100,1.48,4 + 3.100,1.53,0}

(4.5)

= 10 log (166522,698)
= 52,21 dB
IV-7

Universitas Sumatera Utara

LSM

= 10 log 1/24 {16.100,1.60,01 + 8.100,1(52,21 + 5}

(4.6)

= 59,26 dB

Dari perhitungan diatas dapat dilihat titik 11 (Dusun III Gang Apel) untul waktu siang
didapatkan nilai 60,73 dB, waktu malam 58,40 dB dan pengukuran siang dan malam
61,81 dB. Untuk perhitungan titik 12 (Desa Sidourip) didapatkan hasil waktu siang
60,01 dB, waktu malam 52,21 dB dan pengukuran siang dan malam 59,26 dB.
Berdasarkan data tersebut kedua titik tersebut sudah melewati batas baku mutu untuk
wilayah pemukiman yaitu 55 dB. Tingkat kebisingan yang tinggi berasal dari aktifitas
landing take off dan aktifitas kendaraan di daerah pemukiman tersebut. Jarak antara
runway 05 dengan titik 11 (Dusun III) ± 2,54 km dan jarak antara runway 05 dengan
titik 12 (Desa Sidourip) ± 1,71 km.

Menurut data laporan RKL & RPL Semester I Tahun 2016 PT. Angkasa Pura II
(Persero) melakukan sampling kebisingan di salah satu kawasan pemukiman.
Kawasan pemukiman tersebut berada sama dengan titik 11 yaitu Dusun III. Pihak PT.
Angkasa Pura (Persero) mendapatkan hasil pemantauan dengan nilai 57,70 dB dan
pada titik 11 didapatkan nilai 61,81 dB. Perbedaan nilai yang tidak terlalu jauh tetapi
hal ini dikarenakan adanya perbedaan waktu sampling dimana penulis melakukan
sampling sesuai Keputusan Menteri Lingkugan Hidup Nomor 48 Tahun 1996 yaitu
selama 24 jam dengan rentang waktu 7 (tujuh) untuk pengambilan sampel.

Gangguan yang dapat diterima langsung oleh warga adalah gangguan komunikasi
yang dapat menyebabkan sulitnya melakukan percakapan, berkurangnya kualitas
istirahat di malam hari, bagi wanita hamil akan mempengaruhi janin dikandungan dan
dalam jangka panjang akan mengalami tuli permanen yang diakibatkan paparan bising
terus menerus dengan intensitas bising lebih dari 85 dB selama 8 jam atau lebih dalam
sehari.

Pengendalian yang dapat dilakukan adalah pengendalian pada sumber yaitu untuk
melakukan perlindungan terhadap mesin pesawat, pengendalian pada rambatan yaitu
membuat hambatan kepada penerima dengan cara menanam tanaman berupa rumput,
semak dan pepohonan. Dengan menanam tanaman dengan berbagai strata yang cukup
IV-8

Universitas Sumatera Utara

rapat dan tinggi akan dapat mengurangi kebisingan. Dedaunan tanaman dapat
menyerap kebisingan sampai 95%. Contoh tanamannya adalah bambu jepang dan
tanaman jati emas, sedangkan untuk jenis rumput adalah rumput swiss dan rumput
gajah (Grey and Deneke, 1978).

4.3

Perhitungan WECPNL
Nilai WECPNL didapatkan dari perhitungan sesuai dengan Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor: KM 13 Tahun 2010. Salah satu parameter perhitungan
WECPNL bisa didapatkan dari hasil pengukuran kebisingan di lapangan. Rumus yang
digunakan untuk perhitungan ini adalah:
WECPNL

= dB(A) + 10 logn N – 27

dB(A)

= 10 log [(1/n) x

N

= N2 + 3N3 +10 (N1 + N4)

i

= 1 10 Li/10]

(4.7)
(4.8)
(4.9)

Dimana :
WECPNL

= Weighted Equivalent Continuous Perceived Noise Level adalah satu
diantara beberapa index tinglat kebisingan pesawat uara yang
ditetapkan
dan direkomendasikan oleh ICAO.

dB(A)

= Nilai decibel bobot A rata-rata dari setiap puncak kesibukan pesawat
dalam satu hari pengukuran.

n

= Jumlah kedatangan dan keberangkatan pesawat udara selama
periode 24 jam.

Li

= Bacaan dB(A) tertinggi dari penerbangan pesawat ke i dalam satu
hari pengukuran.

N

= Jumlah kedatangan dan keberangkatan pesawat udara yang dihitung
berdasarkan pemberian bobit yang berbeda untuk pagi, siang, dan
malam.

N1

= Jumlah kedatangan dan keberangkatan pesawat udara dari jam 00:00

– 07:00.
N2

= Jumlah kedatangan dan keberangkatan pesawat udara dari jam 07:00

– 19:00.
IV-9

Universitas Sumatera Utara

N3

= Jumlah kedatangan dan keberangkatan pesawat udara dari jam 19:00

– 22:00.
N4

= Jumlah kedatangan dan keberangkatan pesawat udara dari jam 22:00

– 00:00.
Nilai n, N, N1, N2, N3, N4 didapatkan dari pengolahan data jadwal penerbangan yang
didapatkan yang didapatkan dari website PT. Angkasa Pura II. Berikut adalah
nilainya:

Tabel 4.4 Parameter Perhitungan WECPNL
Hari
1
2

N1
11
12

N2
200
202

N3
28
25

N4
4
4

N
434
437

n
243
243

Sumber: Data Primer, 2016

Nilai Li adalah nilai Leq tertinggi pada periode pagi, siang, sore, dan malam. Berikut
adalah nilai Li per titik per hari yang disajikan pada Tabel 4.5 dan Tabel 4.6.

Tabel 4.5 Nilai Li Per Periode Hari Ke-1
Periode

Titik 1

Titik 2

Titik 3

Titik 4

Titik
5

Titik 6

Titik 7

Titik 8

Titik 9

Titik
10

00:0007:00
07:0019:00
19:0022:00
22:0024:00

81,5

72,3

70,3

99.9

80,5

76,6

59,5

88,5

62,6

90,1

79,4

64,8

73,1

90,5

88,2

78,5

78,5

76,7

73,5

83

84,6

71,4

79,7

82,9

79,4

70,3

82,8

61,6

56,8

71,9

79,8

62,9

73,9

81,7

91,9

69,6

78,9

89

64,7

91

Sumber: Data Primer, 2016

Tabel 4.6 Nilai Li Per Periode Hari Ke-2
Periode

Titik 1

Titik 2

Titik 3

Titik 4

Titik
5

Titik 6

Titik 7

Titik 8

Titik 9

Titik
10

00:0007:00
07:0019:00
19:0022:00
22:0024:00

81

68,6

70,3

79,2

94,1

111

66,3

77,7

66,3

73,6

85,2

71,5

73

92,4

94,2

79,9

85

78,8

88,9

81,2

87,9

68,4

79,2

88,6

79,6

79,1

75,1

66,5

68,4

68,4

67,2

83,5

69,3

78,5

90,5

76,9

68,4

67,3

67

65,5

Sumber: Data Primer, 2016

IV-10

Universitas Sumatera Utara

Dari data-data diatas maka dapat dihitung nilai dB (A) dan WECPNL per titik per
hari. Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan nilai dB (A) dan WECPNL. Hasil
perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Nilai dB (A) dan WECPNL Pada Kedua Hari Pengukuran
Hari

Titik
1
2
3
4
1
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
2
6
7
8
9
10
Sumber: Data Primer, 2016

Nilai dB (A)
60,74
48,44
55,84
76,04
68,04
54,64
58,94
65,14
49,64
67,14
64,04
59,64
55,34
68,54
70,34
87,14
61,14
54,94
65,04
57,34

Nilai WECPNL
86,83
74,53
81,93
102,13
94,13
80,73
85,03
91,23
75,73
93,23
90,16
85,76
81,46
94,66
96,46
113,26
87,26
81,06
91,16
83,46

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidp Nomor 48 Tahun 1996
baku mutu tingkat kebisingan untuk bandar udara adalah 70 dB. Dari Tabel 4.7 untuk
pengukuran hari Selasa, 22 November 2016 didapatkan hasil untuk titik 1, 2, 3, 5, 6,
7, 8, 9 dan 10 masih dibawah 70 dB tetapi untuk titik 4 (apron V) didapatkan tingkat
bising yang tinggi dengan nilai 76,04 dB. Untuk pengukuran hari Sabtu, 31 Desember
2016 didapatkan hasil untuk titik 1, 2, 3, 4, 7, 8, 9 dan 10 masih dibawah 70 dB tetapi
untuk titik 5 (apron W) didapatkan nilai yang tinggi yaitu 70,34 dB dan titik 6 (apron
Y) didapatkan nilai 87,14 dB.

Hal ini dikarenakan area tersebut adalah tempat parkir pesawat yang telah mendarat
ataupun yang akan take off dan banyak kendaraan mobil barang, mobil petugas
ataupun bus yang melewati area tersebu sehingga area tersebut memiliki tingkat
IV-11

Universitas Sumatera Utara

bising yang tinggi. Terlebih lagi pada hari Sabtu, 31 Desember 2016 merupakan hari
libur nasional dimana aktifitas penerbangan mengalami peningkatan. Berdasarkan
Laporan RKL & RPL Semester I 2016 Angkasa Pura II pergerakan pesawat udara
pada hari libur nasional mencapai 190-200 pergerakan/hari dan pada hari pengukuran
pesawat melakukan aktifitas sebanyak 243 pergerakan/hari.

Menurut Laporan RKL & RPL Semester I Tahun 2016 PT. Angkasa Pura II (Persero)
melakukan pemantauan kebisingan di runway 23 dan runway 05. Hasil yang didapat
berbeda dengan hasil penelitian yang didapat yaitu PT. Angkasa Pura II (Persero)
mendapat nilai untuk runway 23 sebesar 73,00 dB dan runway 05 sebesar 70,30 dB.
Sementara hasil penelitian mendapatkan untuk pengukuran hari pertama runway 23
sebesar 85,03 dB dan runway 05 sebesar 93,23 dB, untuk pengukuran hari kedua
runway 23 sebesar 87,26 dB dan runway 05 sebesar 83,46 dB. Hal ini disebabkan
oleh pengukuran waktu sampling yang dilakukan sesuai Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor: KM 13 Tahun 2010 selama 24 jam pengukuran dengan
pembagian 4 (empat) rentang waktu.

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM 13 Tahun 2010 dalam
Pasal 1 Ayat 3 kawasan kebisingan adalah kawasan tertentu di sekitar bandar udara
yang terpengaruh gelombang suara mesin pesawat udara dan dapat mengganggu
lingkungan. Pada pasal 3 disebutkan bahwa kawasan kebisingan di sekitar bandar
udara terdiri dari:
a. Kawasan kebisingan tingkat I
Kawasan yang dimanfaatkan untuk semua jenis pembangunan gedung maupun
pengadaan kegiatan, kecuali untuk gedung sekolah dan rumah sakit, dan
mempunyai nilai tingkat kebisingan lebih besar atau sama dengan 70 WECPNL

sampai dengan lebih kecil 75 WECPNL (70 ≤ WECPNL < 75).
b. Kawasan kebisingan tingkat II
Kawasan yang dimanfaatkan untuk semua jenis pembangunan gedung maupun
pengadaan kegiatan, kecuali untuk gedung sekolah, rumah tinggal, rumah sakit dan
mempunyai nilai tingkat kebisingan lebih besar atau sama dengan 75 WECPNL

sampai dengan lebih kecil 80 WECPNL (75 ≤ WECPNL < 80).

IV-12

Universitas Sumatera Utara

c. Kawasan kebisingan tingkat III
Kawasan yang dimanfaatkan untuk pembangunan bandar udara dan berbagai dan
dan dilengkapi dengan insulasi suara dan mempunyai nilai tingkat kebisingan lebih

besar atau sama dengan 80 WECPNL (WECPNL ≥ 80).
Dari Tabel 4.7 dapat diketahui nilai WECPNL dan batas kawasan kebisinganya.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Batas Kawasan Kebisingan dari Nilai WECPNL
Hari

No. Titik
1. Gerbang KNO
2. Tempat Parkir
3. Kedatangan Domestik
4. Apron V
5. Apron W
1
6. Apron Y
7. Runway 23
8. ± 1 km setelah runway
23
9. ± 1 km sebelum
runway 05
10. Runway 05
1. Gerbang KNO
2. Tempat Parkir
3. Kedatangan Domestik
4. Apron V
5. Apron W
2
6. Apron Y
7. Runway 23
8. ± 1 km setelah runway
23
9. ± 1 km sebelum
runway 05
10. Runway 05
Sumber: Data Primer, 2016

Nilai WECPNL
86,83
74,53
81,93
102,13
94,13
80,73
85,03
91,23

Batas Kawasan Kebisingan
Kawasan Kebisingan III
Kawasan Kebisingan I

75,73

Kawasan Kebisingan II

93,23
90,16
85,76
81,46
94,66
96,46
113,26
87,26
81,06

Kawasan Kebisingan III

Kawasan Kebisingan III

Kawasan Kebisingan III

91,16
83,46

Dari Tabel 4.8 untuk hari pertama pengukuran dapat dilihat pada setiap titik masih
dalam posisi batas kawasan kebisingan yang sesuai. Pada titik 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 10
dengan nilai WECPNL yang didapat titik tersebut termasuk dalam kawasan
kebisingan III yang dimanfaatkan untuk pembangunan bandar udara. Pada titik 9 yaitu
± 1 km sebelum runway 05 memiliki nilai WECPNL 75,73 dB dan termasuk dalam
IV-13

Universitas Sumatera Utara

kawasan kebisingan II yang dimanfaatkan untuk pembangunan gedung kecuali untuk
gedung sekolah, rumah tinggal dan rumah sakit. Untuk titik 2 yaitu tempat parkir A7
mendapatkan nilai WECPNL 74,53 dB dan termasuk dalam kawasan kebisingan I
yang dimanfaatkan untuk semua jenis pembangunan gedung maupun pengadaan
kegiatan, kecuali untuk gedung sekolah dan rumah sakit.

Untuk pengukuran hari kedua dari Tabel 4.8 dapat dikatakan semua titik termasuk
dalam kawasan kebisingan III, yang membedakan adalah pada titik 2 yaitu area parkir
yang pada hari pertama pengukuran termasuk dalam kawasan kebisingan I dan titik 9
yaitu ± 1 km sebelum runway 05 pada pengukuran hari pertama termasuk dalam
kawasan kebisingan II. Hal ini disebabkan pada pengukuran hari kedua untuk titik 2
bertambahnya kendaraan yang menjemput atau mengantar yang bertepatan dengan
hari libur nasional sehingga terjadi pemadatan di area parkir dan untuk titik 9 pada
saat pengukuran hari pertama tidak adanya aktifitas pesawat sehingga tingkat
kebisingan tidak terlalu tinggi.

4.4

Pemetaan Kebisingan
Pemetaan kebisingan menggunakan software Surfer 10 dimana pemetaan tersebut
untuk melihat sebaran kebisingan yang dihasilkan. Pemetaan WECPNL hari pertama
dibandingkan dengan pemetaan kebisingan PT. Angkasa Pura II dapat dilihat pada
Tabel 4.9.

IV-14

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.9 Perbandingan Batas Kawasan Kebisingan Hari Pertama
Titik

Nilai WECPNL

Pemetaan Surfer 10

1. Gerbang
KNO
2. Tempat
Parkir
3.
Kedatangan
Domestik
4. Apron V

86,83

Kawasan Kebisingan
III
Kawasan Kebisingan
I
Kawasan Kebisingan
III

102,13

Kawasan Kebisingan
III

Kawasan Kebisingan II

5. Apron W

94,13

Kawasan Kebisingan
III

Kawasan Kebisingan II

6. Apron Y

80,73

Kawasan Kebisingan
III

Kawasan Kebisingan II

7. Runway
23

85,03

Kawasan Kebisingan
III

Kawasan Kebisingan III

8. ± 1 km
setelah
runway 23
9. ± 1 km
sebelum
runway 05
10. Runway
05

91,23

Kawasan Kebisingan
III

Kawasan Kebisingan III

75,73

Kawasan Kebisingan
II

Kawasan Kebisingan III

93,23

Kawasan Kebisingan
III

Kawasan Kebisingan III

74,53
81,93

Pemetaan PT. Angkasa
Pura II
Kawasan Kebisingan II
Kawasan Kebisingan II
Kawasan Kebisingan II

Sumber: Data Primer, 2016
Jika dibandingkan dengan peta batas kawasan kebisingan dari PT Angkasa Pura II
terdapat beberapa titik yang telah berubah peruntukannya kecuali titik 7 ( runway 23),
titik 8 (runway setalah 23) dan titik 10 (runway 05) yang tetap berada batas kawas
kebisingan III. Hal ini disebabkan pada saat pembentukan batas kawasan kebisingan
yang awal untuk gerbang bandar udara pada saat pembangunan area pemukiman tidak
sepadat sekarang yang menghasilkan tingkat bising yang tinggi, area parkir yang
diprediksi masuk dalam kawasan kebisingan II tetapi pada saat hari pengukuran
terjadi pengurangan aktifitas antar-jemput, untuk area kedatangan domestik dan area
runway terjadi perubahan batas kawasan kebisingan dikarenakan semakin tingginya
aktifitas penerbangan membuat pergerakan pesawat semakin tinggi sehingga proses

IV-15

Universitas Sumatera Utara

menjemput juga semakin banyak dan semakin tinggi aktifitas di bandara
bertambahnya juga tempat makan yang menimbulkan suara bising semakin tinggi.
Pemetaan WECPNL hari kedua dibandingkan dengan pemetaan kebisingan PT.
Angkasa Pura II dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Perbandingan Batas Kawasan Kebisingan Hari Kedua
Pemetaan Surfer 10

Titik

Nilai WECPNL

1. Gerbang
KNO
2. Tempat
Parkir
3.
Kedatangan
Domestik
4. Apron V
5. Apron W
6. Apron Y
7. Runway
23
8. ± 1 km
setelah
runway 23
9. ± 1 km
sebelum
runway 05
10. Runway
05

90,16

Pemetaan PT. Angkasa Pura
II
Kawasan Kebisingan II

85,76

Kawasan Kebisingan II

81,46

Kawasan Kebisingan II

94,66
96,46
113,26
87,26

Kawasan Kebisingan III

Kawasan Kebisingan II
Kawasan Kebisingan II
Kawasan Kebisingan II
Kawasan Kebisingan III

81,06

Kawasan Kebisingan III

91,16

Kawasan Kebisingan III

83,46

Kawasan Kebisingan III

Sumber: Data Primer, 2016
Jika dibandingkan dengan peta batas kawasan kebisingan dari PT Angkasa Pura II
terdapat beberapa titik yang telah berubah peruntukannya seperti titik 1 (pintu
gerbang bandar udara) titik 2 (area parkir A7), titik 3 (kedatangan domestik), titik 4
(apron V), titik 5 (apron W) dan titik 6 (apron Y). Hal ini dikarenakan pada
pengukuran hari kedua merupakan hari libur nasional yang membuat jadwal
penerbangan semakin tinggi dan membuat kegiatan antar-jemput juga semakin tinggi.
Dari dua hari pengukuran tingkat kebisingan di 10 (titik) sampling maka dapat dirataratakan dan dibandingkan hasil batas kawasan kebisingan yang awal telah berubah

IV-16

Universitas Sumatera Utara

menjadi batas kawasan kebisingan III. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel
4.11.

Tabel 4.11 Perbandingan Rata-Rata Batas Kawasan Kebisingan
Titik
1. Gerbang
KNO
2. Tempat
Parkir
3.
Kedatangan
Domestik
4. Apron V
5. Apron W
6. Apron Y
7. Runway
23
8. ± 1 km
setelah
runway 23
9. ± 1 km
sebelum
runway 05
10. Runway
05

Nilai
WECPNL
88,49

Pemetaan Surfer 10

Pemetaan PT. Angkasa
Pura II
Kawasan Kebisingan II

80,14

Kawasan Kebisingan II

81,69

Kawasan Kebisingan II

98,39
95,29
96,99
86,14

Kawasan Kebisingan III

Kawasan Kebisingan II
Kawasan Kebisingan II
Kawasan Kebisingan II
Kawasan Kebisingan III

86,14

Kawasan Kebisingan III

83,44

Kawasan Kebisingan III

88,34

Kawasan Kebisingan III

Sumber: Data Primer, 2016

Hasil pemetaan kebisingan WECPNL hari pertama dapat dilihat pada Gambar 4.5,
WECPNL hari kedua dapat dilihat pada Gambar 4.6 dan rata-rata WECPNL dapat
dilihat pada Gambar 4.7.

IV-17

Universitas Sumatera Utara

IV-18

Universitas Sumatera Utara

IV-19

Universitas Sumatera Utara

IV-20

Universitas Sumatera Utara

Dari Gambar 4.5 untuk WECPNL hari pertama dapat dilihat jelas dimana sumber kebisingan
yang paling tinggi berasal dari titik 4 yaitu apron V dengan nilai 102,13 dB. Dapat dilihat
pada Gambar 4.6 sumber bising yang paling tinggi berasal dari titik 6 yaitu apron Y dengan
nilai 113,26 dB. Pada Gambar jelas terlihat bahwa di semua titik termasuk dalam batas
kawasan kebisingan III >80 dB. Pada WECPNL hari pertama dan WECPNL hari kedua
memiliki sumber bising yang berasal dari apron. Hal ini sangat jelas bahwa sumber bising
untuk kawasan bandar udara berasal aktifitas pesawat.

Perbedaan hari pertama dan hari kedua pada saat pengukuran dilakukan di hari biasa
(weekday) dan hari libur nasional. Jika dilihat pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6 hanya
terdapat perbedaan di titik 1 (Pintu Gerbang) dimana pada hari pertama didapatkan nilai
86,83 dB dan hari kedua 90,16 dB. Hal ini memungkinkan pada hari pertama tidak banyak
kendaraan yang masuk ke bandar udara dibandingkan dengan pengukuran hari kedua. Pada
pengukuran hari pertama terdapat batas kawasan kebisingan II di antara titik 8 dan titik 9 hal
ini disebabkan karena pada saat pengukuran dilakukan di area tersebut tidak adanya aktivitas
pergerakan pesawat.

Dalam metedologi dijelaskan bahwa kedua hari pengukuran akan dirata-ratakan hasilnya dan
akan dibentuk pemetaan kebisingan. Pada Gambar 4.7 dapat dilihat hasil pemetaan rata-rata
kedua hari pengukuran dan terdapat penambahan titik 11 (Dusun III) dan titik 12 (Desa
Sidourip) yaitu pemantauan kebisingan untuk kawasan pemukiman. Dapat dilihat sumber
bising yang tinggi berasal dari apron V yaitu sebesar 98,39 dB. Dari ketiga hasil pemetaan
dapat diketahui bahwa sumber bising bandar udara berada di apron V dimana jarak antara
apron V dengan runway sekitar 2,58 km. Hal ini menyebabkan sumber bising berasal dari
aktivitas pesawat yang berada di apron dan pergerakan pesawat yang landing take off. Dari
Gambar 4.7 terlihat bahwa titik 11 (Dusun III) dan titik 12 (Desa Sidourip) berada dalam
batas kawasan kebisingan I. Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 13 Tahun
2010 bahwa batas kawasan kebisingan I dimanfaatkan untuk pembangunan gedung kecuali
rumah sakit dan gedung sekolah.

IV-21

Universitas Sumatera Utara

LOKASI:
BANDAR UDARA INTERNASIONAL
KUALANAMU

KETERANGAN:
TITIK 1 : Pintu Gerbang
TITIK 2 : Area Parkir A7
TITIK 3 : Kedatangan Domestik
TITIK 4 : Apron V
TITIK 5 : Apron W
TITIK 6 : Apron Y
TITIK 7 : Runway 23
TITIK 8 : ± 1 Km setelah runway 23
TITIK 9 : ± 1 Km sebelum runway 05
TITIK 10 : Runway 05
DIBUAT OLEH:
PUTRI ZHAFIRAH CHUZNITA
NIM:
120407045
DOSEN PEMBIMBING I:
IVAN INDRAWAN, ST., MT
DOSEN PEMBIMBING II:
ISRA’ SURYATI, ST., M.SI
SKALA:
1 : 7000
ARAH ANGIN:
↑ UTARA
PRODI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
IV-18

Universitas Sumatera Utara

GAMBAR 4.5 WECPNL HARI PERTAMA

LOKASI:
BANDAR UDARA INTERNASIONAL
KUALANAMU

KETERANGAN:
TITIK 1 : Pintu Gerbang
TITIK 2 : Area Parkir A7
TITIK 3 : Kedatangan Domestik
TITIK 4 : Apron V
TITIK 5 : Apron W
TITIK 6 : Apron Y
TITIK 7 : Runway 23
TITIK 8 : ± 1 Km setelah runway 23
TITIK 9 : ± 1 Km sebelum runway 05
TITIK 10 : Runway 05
DIBUAT OLEH:
PUTRI ZHAFIRAH CHUZNITA
NIM:
120407045
DOSEN PEMBIMBING I:
IVAN INDRAWAN, ST., MT
DOSEN PEMBIMBING II:
ISRA’ SURYATI, ST., M.SI
SKALA:
1 : 7000
ARAH ANGIN:
↑ UTARA
PRODI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
IV-19

Universitas Sumatera Utara

GAMBAR 4.6 WECPNL HARI KEDUA

LOKASI:
BANDAR UDARA INTERNASIONAL
KUALANAMU

KETERANGAN:
TITIK 1 : Pintu Gerbang
TITIK 2 : Area Parkir A7
TITIK 3 : Kedatangan Domestik
TITIK 4 : Apron V
TITIK 5 : Apron W
TITIK 6 : Apron Y
TITIK 7 : Runway 23
TITIK 8 : ± 1 Km setelah runway 23
TITIK 9 : ± 1 Km sebelum runway 05
TITIK 10 : Runway 05
TITIK 11 : Dusun III
TITIK 12 : Desa Siourip

DIBUAT OLEH:
PUTRI ZHAFIRAH CHUZNITA
NIM:
120407045
DOSEN PEMBIMBING I:
IVAN INDRAWAN, ST., MT
DOSEN PEMBIMBING II:
ISRA’ SURYATI, ST., M.SI
SKALA:
1 : 2000
ARAH ANGIN:
↑ UTARA
PRODI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
IV-20

Universitas Sumatera Utara

GAMBAR 4.7 RATA-RATA WECPNL

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil pengukuran langsung dilapangan pada hari Selasa, 22 November
2016 tingkat kebisingan maksimal adalah 75,8 dB di titik 4 yaitu apron V pada
pengukuran waktu pagi hari dan tingkat kebisingan minimal adalah 40,6 dB di area
parkir A7 pada waktu pagi hari. Pada pengukuran dB(A) di titik 4 (apron V)
didapatkan tingkat kebisingan 76,04 dB dan WECPNL didapatkan tingkat kebisingan
102,13 dB.

2. Berdasarkan hasil pengukuran langsung dilapangan pada hari Seabtu, 31 Desember
2016 tingkat kebisingan maksimal adalah 103,5 dB di titik 6 yaitu apron Y pada
pengukuran waktu pagi hari dan tingkat kebisingan minimal adalah 44 dB di titik 2
area parkir A7 pada waktu malam hari. Pada pengukuran dB(A) di titik 6 (apron Y)
didapatkan tingkat kebisingan 87,14 dB dan WECPNL didapatkan tingkat kebisingan
113,26 dB.

3. Berdasarkan hasil pengukuran langsung dilapangan pada hari Sabtu, 31 Desember
2016 untuk kawasan pemukiman tingkat kebisingan maksimal adalah 62,1 dB di
titik 12 yaitu Desa Sidourip pada pengukuran siang hari dan tingkat kebisingan
minimal adalah 48 dB di titik 12 di Desa Sidourip pada pengukuran tengah malam.

4. Pemetaan kebisingan dengan surfer 10 dibandingkan dengan peta batas kawasan
kebisingan PT. Angkasa Pura II dan didapatkan hasil beberapa titik yang telah
berubah peruntukannya seperti: pintu gerbang bandar udara, area parkir A7,
kedatangan domestik, apron V, apron W, apron Y dan runway 23. Pada awalnya
kawasan tersebut merupakan batas kawasan kebisingan II dan sekarang telah berubah
menjadi batas kawasan kebisingan III.

Universitas Sumatera Utara

5.2 Saran

1. Sebaiknya pihak PT. Angkasa Pura II (Persero) melakukan penambahan titik
sampling untuk pemantauan yakni pada apron, pintu gerbang untuk melakukan
evaluasi terkait kebisingan yang ditimbulkan.

2. Sebaiknya pihak PT. Angkasa Pura II (Persero) melakukan penanaman pohon seperti
bambu jepang dan tanaman jati emas atau menanam rum rumput swiss dan rumput
gajah di kawasan bandar udara dan wilayah pemukiman terutama wilayah yang dekat
dengan runway serta meninggikan dinding penahan di sepanjang jalan lintas runway
agar merambat kebisingan yang dihasilkan kepada penerima paparan.

3. Sebaiknya pihak PT. Angkasa Pura II (Persero) pada saat melakukan pemantauan di
kawasan bandar udara mengikuti prosedur teknik sampling dan waktu sampling
berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: KM 13 Tahun 2010 dan
mealakukan pemantauan di kawasan pemukiman mengikuti prosedur teknik
sampling dan waktu sampling berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 48 Tahun 1996 tentang baku tingkat kebisingan peruntukan kawasan
pemukiman.

4. Sebaiknya pihak PT. Angkasa Pura II (Persero) melakukan peninjauan terhadap jarak
antara bandar udara dengan wilayah pemukiman dimana radius maksimal adalah
kawasan yang harus bebas dari gedung bertingkat tinggi radius 60 meter atau
setidaknya dalam radius 500 meter dari titik tengah antena radar bandara.

5. Sebaiknya untuk pegawai PT. Angkasa Pura II (Persero) terutama bagi yang bekerja
di apron maupun runway melakukan pergantian shift karena intensitas bising lebih
dari 85 dB selama 8 jam atau lebih dalam sehari akan mengakibatkan gangguan
pendengaran yang bersifat permanen.

V-2

Universitas Sumatera Utara

6. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang tingkat kebisingan yang dihasilkan
untuk wilayah pemukiman Bandar udara dikarenakan tingkat kebisingan melebihi
batas baku mutu untuk kawasan pemukiman dan dilakukan penelitan mengenai
dampak yang sudah diterima oleh masyarakat

V-3

Universitas Sumatera Utara