Pengaruh Resin Komposit Bulk Fill Yang Berbeda Pada Restorasi Klas II MOD Gigi Premolar Maksila Terhadap Ketahanan Fraktur Chapter III VII
21
BAB 3
HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Restorasi klas II MOD resin
komposit Bulk Fill yang
mengandung monomer
AUDMA dan AFM
Ketahanan Fraktur
Restorasi klas II MOD resin
komposit Bulk Fill yang
diaktivasi sonic
Restorasi klas II MOD resin
Komposit Bulk Fillyang
diperkuat short fiber
3.2 Hipotesis Penelitian
Dari uraian diatas maka terdapat hipotesis pada penelitian ini yaitu :
1. Ada pengaruh resin komposit bulk fill yang berbeda pada restorasi klas II
MOD gigi premolar maksila terhadap ketahanan fraktur.
2. Ada perbedaan pengaruhresin komposit bulk fill yang berbeda pada
restorasi klas II MOD gigi premolar maksila terhadap ketahanan fraktur.
Universitas Sumatera Utara
22
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Jenis dan Desain Penelitian
4.1.1 Jenis Penelitian
Eksperimental laboratorium
4.1.2 Desain penelitian
Postest Only Control Group Design
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1 Lokai Penelitian
1. Departemen Konservasi Gigi FKg USU
2. Laboratorium LIDA USU
3. Laboratorium Uji Mekanis Fakultas MIPA USU
4.2.2 Waktu Penelitian
September 2016 – April 2017
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Gigi premolar maksila dengan apikal yang sudah tertutup sempurna yang
telah diekstraksi untuk keperluan orthodonti ataupun yang sudah diekstraksi
karena mobiliti.
4.3.2 Sampel
Gigi premolar maksila yang telah diekstraksi dan diperoleh dari praktek
dokter gigi dengan kriteria inklusi sebagai berikut :
1. Gigi premolar maksila
2. Tidak ada fraktur mahkota dan belum pernah direstorasi
Universitas Sumatera Utara
23
3. Mahkota masih utuh dan tidak ada karies
Besar Sampel
Jumlah sampel dihitung dengan menggunakan rumus rancangan
eksperimental murni sebagai berikut :
(n-1) (r-1) ≥ 15
(n-1) (3-1) ≥ 15
2n-2 ≥ 15
2n ≥ 17
n ≥ 8,5
n = 10 (pembulatan keatas)
Keterangan :
r = jumlah perlakuan dalam penelitian
n = jumlah sampel
Besar sampel untuk masing-masing kelompok menurut perhitungan di
atas adalah 10. Jumlah keseluruhan gigi premolar rahang atas adalah 30 sampel
yang dibagi secara acak ke dalam tiga kelompok perlakuan yaitu :
Kelompok 1 : Restorasi kavitas klas II MOD dengan resin komposit
Filtek Bulk fill (3M ESPE)
Kelompok 2 : Restorasi kavitas klas II MOD dengan resin komposit
Bulk fillSonicfill(Kerr)
Kelompok 3: Restorasi kavitas klas II dengan resin kompositBulk fill
everX (GC) + Filtek Bulk fill (3M ESPE)
4.4
Variabel dan Defenisi Operasional
4.4.1
Variabel Penelitian
4.4.1.1 Variabel Bebas
Restorasi klas II MOD resin komposit bulk fill
Universitas Sumatera Utara
24
4.4.1.2 Variabel Tergantung
Ketahanan fraktur gigi yang telah direstorasi
4.4.1.3 Variabel Terkendali
•
Desain dan ukuran preparasi kavitas klas II MOD premolar( ukuran
kedalaman kavitas sebesar 3 mm diukur dari lantai pulpa dam 4 mm pada
kedalaman setentang gingival yang diukur dari margin cavosurvace
palatal dengan axial wall 1 mm. Dinding axial bukal dan palatal dibuat
parallel sama dengan yang lain)
•
Aplikasi sistem adhesive (total etch two step)
•
Teknik insersi (bulk sistem)
•
Jenis dan bentuk mata bur (diamond bur : fissure diamond bur, round
bur)
•
Ketajaman mata bur ( 1 bur untuk 3 gigi)
•
Sumber sinar (LED)
•
Waktu penyinaran light cured ( 20 detik)
•
Jarak penyinaran dengan bahan restorasi (0 – 1 mm)
•
Arah penyinaran light cured (tegak lurus terhadap permukaan bahan
restorasi)
•
Intensitas sinar (1000-1200 mw/cm2)
•
Panjang gelombang (450-470 nm)
4.4.1.4 Variabel Tidak Terkendali
•
Masa jangka waktu pencabutan gigi premolar sampai diberi perlakuan
•
Keberadaan smear layer
•
Kontraksi polimerisasi resin komposit
•
Pembentukan hybrid layer
•
Besar gigi dan variasi struktur anatomi gigi
•
Kandungan kolagen di dalam gigi
Universitas Sumatera Utara
25
4.4.1.5
Identifikasi Variabel Peneliti
Variabel Bebas
I. Restorasi klas II MOD resin komposit
Bulk Fill yang mengandung monomer
AUDMA dan AFM
II. Restorasi klas II MOD resin komposit
Bulk Fill yang diaktivasi sonic
III. Restorasi klas II MOD resin Komposit
Bulk-Fill yang diperkuat short fiber
Variabel Terkendali
Variabel Tergantung
Ketahanan fraktur gigi
yang telah direstorasi
Variabel Tidak
Terkendali
•
Masa jangka waktu
pencabutan
•
gigi
Desain dan ukuran preparasi kavitas klas II MOD
premolar
premolar( ukuran kedalaman kavitas sebesar 3 mm diukur
diberi perlakuan
dari lantai pulpa dam 4 mm pada kedalaman setentang
•
gingival yang diukur dari margin cavosurvace palatal
dengan axial wall 1 mm. Dinding axial bukal dan palatal
sampai
layer
•
Kontraksi
dibuat parallel sama dengan yang lain)
polimerisasi
•
Aplikasi sistem adhesive (total etch two step)
komposit
•
Teknik insersi (bulk sistem)
•
Jenis dan bentuk mata bur (diamond bur : fissure
diamond bur, round bur)
smear
Keberadaan
•
resin
Pembentukan hybrid
layer
•
Besar
gigi
•
Ketajaman mata bur ( 1 bur untuk 3 gigi)
variasi
•
Sumber sinar (LED)
anatomi gigi
•
Waktu penyinaran light cured ( 20 detik)
•
Jarak penyinaran dengan bahan restorasi (0 – 1 mm)
•
Arah penyinaran light cured (tegak lurus terhadap
•
struktur
Kandungan kolagen
di dalam gigi
permukaan bahan restorasi)
•
Intensitas sinar (1600 mw/cm2)
•
Panjang gelombang (420-480 nm)
dan
Universitas Sumatera Utara
26
4.4.2 Defenisi Operasional
Tabel 1. Defenisi Operasional
Variabel Bebas
Defenisi
Cara Ukur
Alat Ukur Skala
Operasional
Ukur
Restorasi kavitas
Restorasi pada
Memberikan
Kaliper,
klas II MOD
kavitas yang
tanda pada
probe
dengan resin
melibatkan
bagian oklusal
komposit Filtek
bidang mesio-
gigi premolar
Bulk fill (3M
oklusal-distal
atas yang telah
ESPE)
yang
dipreparasi
menggunakan
dengan
bahan resin
menggunakan
komposit yang
caliper dan
mengandung
diaplikasikan
monomer
resin komposit
AUDMA dan
dengan
AFM dan
mengikuti
diletakkan secara
ketentuan pabrik
Nominal
bulk.
Restorasi kavitas Restorasi
pada Memberikan
klas
yang tanda
II
MOD kavitas
dengan
resin melibatkan
komposit
Bulk bidang
fillSonicfill(Kerr)
bagian
mesio- gigi
Kaliper,
Nominal
pada probe
oklusal
premolar
oklusal-distal
atas yang telah
yang
dipreparasi
menggunakan
dengan
bahan
resin menggunakan
komposit
yang caliper
dan
Universitas Sumatera Utara
27
diaktifasi
dan
sonic diaplikasikan
diletakkan resin
secara bulk.
komposit
dengan
mengikuti
ketentuan pabrik
Restorasi kavitas
Restorasi pada
Memberikan
Kaliper,
klas II dengan
kavitas yang
tanda pada
probe
resin
melibatkan
bagian oklusal
kompositBulk fill
bidang mesio-
gigi premolar
everX (GC) +
oklusal-distal
atas yang telah
Filtek Bulk fill
yang
dipreparasi
(3M ESPE)
menggunakan
dengan
bahan resin
menggunakan
komposit yang
caliper dan
diperkuat short
diaplikasikan
fiber dan
resin komposit
diletakkan secara
dengan
bulk.
mengikuti
Nominal
ketentuan pabrik
Variabel
Defenisi
Cara Ukur
Hasil
Alat
Skala
Tergantung
Operaional
Ukur
Ukur
Ukur
Ketahanan
Ketahanan gigi
Sampel
Newton
Torse’s
Ratio
fraktur
yang telah
diletakkan
Electronic
direstorasi
pada balok
System
dengan resin
basis akrilik
Universal
komposit bulk-
sehingga
Testing
Universitas Sumatera Utara
28
fill terhadap
sampel
loadyang
dapat
diberikan dalam
berdiri
kecepatan
terhadap
1mm/menit
poros gigi
hingga terjadi
dan diberi
fraktur.
compressive
Kemudian
load
dicatat nilai
melalui zig
tertinggi yang
load pada
muncul pada
alat uji.
Machine
layar
4.5 Metode Pengumpulan Data
4.5.1 Alat Penelitian
•
Masker (Diapro)
•
Sarung tangan (Everglv, USA)
•
Jangka untuk mengukur outline form
•
Kaliper untuk pengukuran outline form
•
Probe untuk membantu pengukuran (BPUNC 15 Osung)
•
Cetakan kaca balok gips ukuran 15cm x 2,5 cm x 2,5 cm
•
Pot Akrilik
•
Spuit 10 ml untuk cetakan akrilik
•
Mikromotor (strong 270b, korea)
•
High speed dental handpiece (NSK,Japan)
•
Round &Fissure diamond bur (Dia bur)
•
Mata bur polish (Dia bur)
•
Finishing bur (Dia bur)
•
LED light curing unit (Coxo DB-686 DELI LED Lamp)
Universitas Sumatera Utara
29
•
SonicFill handpiece (Kerr, Europe)
•
Bonding aplikator (Prime Bond, Dentsply)
•
Pinset, semen stopper, probe, sonde lurus (Dentica)
•
Instrument plastis (Caredent, UK)
•
Greater Curve matrix (Halodent, USA)
•
Termometer (Fisher, Germany)
•
Waterbath (Memmert, Germany)
•
Stopwatch (Diamond, Germany)
•
Beaker glass (Pyrex,Germany)
•
Rubber bowl
•
Spatula plastik
•
Alat uji ketahanan fraktur Torsee’s Electronic System Universal Testing
Machine Japan
•
Wedges
•
Gun untuk mengeluarkan resin komposit everX bulk fill dari kapsulnya
•
Beaker glass(Pyreex, Germany)
•
Termometer (Fisher, Germany)
•
Water bath (Memmert, Germany)
•
Stopwatch (Diamond, Germany)
•
Penggaris
Universitas Sumatera Utara
30
Gambar 8. a. Bur, b. Wedges, c. Matriks, d.
Bonding aplikator,e. Light cure f.
Bur finishing, g. Waterbath,h.Bur
silicone, i. Bubuk akrilik
4.5.2 Bahan Penelitian
• 30 gigi premolar rahang atas yang telah dicabut untuk perawatan ortodonti
• Saline untuk penyimpanan sampel penelitian
• Resin komposit Filtek bulk-fill (3M ESPE) shade A3
• Resin komposit bulk fillEverX (GC)
• Resin komposit bulk fill sonicfill (Kerr)
• Bahan ahesif Single Bond 2 (3M ESPE)
• Bahan etsa
• Self curing acrylic (Hillon)
• Vaselin
• Gips untuk penanaman gigi
• Gips untuk penanaman gigi (Super gips)
Universitas Sumatera Utara
31
a
c
b
d
e
Gambar 9.a.Etsa, b.Bahan Bonding , c.
Resin komposit Filtek Bulk
Filld. Resin Komposit Bulk
Fill Sonic Fill, e. Resin
komposit Bulk Fill everX
4.5.3 Prosedur Penelitian
a. Persiapan Sampel
Sampel yang digunakan sebanyak 36 buah gigi premolar maksila yang
telah diekstraksi untuk keperluan ortodonti yang dibersihkan dengan scaler
kemudian direndam dalam larutan saline. Kemudian sampel dikelompokkan
menjadi tiga kelompok berjumlah 12 sampel dan ditanam dalam balok gips
untuk memudahkan dilakukan preparasi dan restorasi. Sampel yang diberikan
perlakuan sebanyak 10 sampel di dalam tiap balok gips, 2 sampel lain diujung
sebelah kiri dan kanan ditambahkan agar dalam merestorasi gigi semua sampel
penelitian menerima perlakuan yang sama.
Universitas Sumatera Utara
32
Gambar 10. Penanaman sampel pada balok gips yang
berukuran 15cm x 2 cm x 2,5 cm
b. Perlakuan Sampel
1. Preparasi sampel
Preparasi pada penelitian mengikuti penelitian Fahad F dan Majeed MAR
pada tahun 2014.
Bentuk outline form desain kavitas klas II mesio oklusal distal (MOD)
gigi premolar atas mengggunakan pensil dengan bantuan caliper untuk mendapat
ukuran yang akurat dengan ukurankedalaman kavitas sebesar 3 mm diukur dari
lantai pulpa dam 4 mm pada kedalaman setentang gingival yang diukur dari
margin cavosurvace palatal dengan axial wall 1 mm. Dinding axial bukal dan
palatal dibuat parallel sama dengan yang lain.Preparasi kavitas menggunakan
high speed handpiece dan menggunakan fissure diamond bur dan preparasi
dimulai pada enamel permukaan oklusal.
Universitas Sumatera Utara
33
Gambar 11. Desain preparasi kavitas klas II MOD
gigi premolar.29
2. Restorasi Sampel
Kelompok 1 :
Pasang matriks pada kedua bagian proksimal, lalu aplikasi etsa dengan
menggunakan mikro brush selama 15 detik, kemudian bilas dengan air dan
struktur gigi dipertahankan agar tetap lembab (moist). Selanjutnya aplikasi
bahan bonding selama 10 detik dengan menggunakan mikro brushsehingga akan
berpenetrasi ke dalam struktur yang ireguler lalu di blowingringan selanjutnya
disinar selama 20 detik untuk proses polimerisasi menggunakan LED light
curing.Aplikasi Filtek Bulk fill (3M ESPE) sebagai restorasi dengan teknik
bulksetebal 4 mm, diukur menggunakan probe dan sinari selama 20 detik.
Kelompok 2 :
Pasang matriks pada kedua bagian proksimal,lalu aplikasi etsa dengan
menggunakan mikro brush selama 15 detik, kemudian bilas dengan air dan
struktur gigi dipertahankan agar tetap lembab (moist).Selanjutnya aplikasi bahan
bonding selama 10 detik dengan menggunakan mikro brushsehingga akan
berpenetrasi ke dalam struktur yang ireguler lalu di blowing ringan selanjutnya
disinar selama 20 detik untuk proses polimerisasi menggunakan LED light
Universitas Sumatera Utara
34
curing.Aplikasi resin komposit Bulk Fil lSonicfill (Kerr) dengan teknik bulk
sedalam 4 mm dan sinari selama 20 detik.
Kelompok 3 :
Pasang matriks pada kedua bagian proksimal,lalu aplikasi etsa dengan
menggunakan mikro brush selama 15 detik, kemudian bilas dengan air dan
struktur gigi dipertahankan agar tetap lembab (moist). Selanjutnya aplikasikan
bonding selama 10 detik lalu di blowing ringan selanjutnya disinar selama 20
detik untuk proses polimerisasi menggunakan LED light curing. Aplikasi resin
komposit bulk fill everX Posterior (GC) dengan teknik bulk setebal 3 mm, diukur
menggunakan probe dan disinari selama 20 detik. Selanjutnya untuk tahap akhir
aplikasikan resin komposit Filtek Bulk fill(3M ESPE) setebal 1 mm dan
kemudian sinari selama 20 detik
Gambar 12.a.Pemasangan matriks, b. Aplikasi etsa 15 detik,
c. Aplikasi bonding, d. Penyinaran 20 detik.
Universitas Sumatera Utara
35
3. Finishing dan Polishing
Setelah gigi selesai direstorasi, seluruh sampel dilakukan conturing dan
finishing. Pemolisan restorasi dilakukan menggunakan fine finishing bur untuk
membuang restorasi resin komposit yang berlebihan kemudian lakukan
pemolisan dengan menggunakan bur silicone pada seluruh permukaan restorasi.
4. Water Storage dan Termocycling
Seluruh sampel yang telah direstorasi dimasukkan kedalam wadah
dengan larutan saline dan direndam selama 24 jam. Selanjutnya lakukan proses
termocycling dengan memasukkan sampel ke dalam baker glass yang berisi air
es selama 20 detik dengan temperature 5˚C lalu pindahkan dengan jeda waktu 5
detik ke waterbath dengan temperature 55˚C lakukan berulang sebanyak 500
kali.1
A
B
Gambar 13. Proses thermocycling A. Sampel direndam dalam
air suhu 5º C, B. Sampel direndam dalam
waterbath bersuhu 55ºC dilakukan sebanyak 500
putaran.
5. Penanaman Sampel ke Dalam Cetakan Akrilik
Gigi ditanam pada balok akrilik self curing yang dicetak degan
menggunakan spuit 10ml yang telah diolesi dengan vaseline sebelumnya. Gigi
ditanam 2 mm di bawah cement enamel junction untuk menyerupai kedudukan
Universitas Sumatera Utara
36
gigi pada tulang alveolar. Setelah akrilik hampir mengeras akrilik dikeluarkan
dari spuit. Setelah itu dibuat balok basis akrilik yang terbuat dari cetakan kaca.
Gambar 14. Penanaman sampel ke dalam
cetakan akrilik
Tempat
Sampel akrilik
diletakkan
Balok
akrilik
Gambar 15. Balok akrilik yang berguna
sebagai
tempat
penyangga
sampel
atau
diletakkan
sewaktu akan dilakukan uji
ketahanan
Universitas Sumatera Utara
37
6. Proses Uji Ketahanan Fraktur
Proses uji tekan dilakukan di laboratorium Uji mekanis Fakultas MIPA
USU untuk mengetahui kekuatan ketahanan fraktur dari sampel. Sampel
diletakkan pada balok basis akrilik kemudian dilakukan uji tekan pada bagian
tengah restorasi tegak lurus menggunakan Torsee’s Universal Testing
Machine.Sampel ditekan dari arah oklusal dengan beban maxsimal 200 KN
kecepatan 1mm/menit sampai terjadi fraktur. Data yang diperoleh berupa load
dalam satuan Kgf dan kemudian satuan diubah ke Newton.
Zig
Sampel
Balok
Akrilik
Gambar 16. Aplikasi load pada uji fraktur
dilakukan penekanan dibagian
tengah
restorasi
untuk
mensimulasikan keadaan oklusi
sentrik.
4.6 Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisi secara statistic dengan menggunakan uji
One Way Anova dengan derajat kepercayaan 95 % dan tingkat kemaknaan α =
0,05 untuk melihat ada tidaknya perbedaan antara kelompok.Uji Post Hoc LSD
dilakukan untuk menentukan nilai signifikan dari setiap kelompok.
Universitas Sumatera Utara
38
BAB 5
HASIL PENELITIAN
5.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental dengan desain
penelitian postest only control group design. Pada penelitian ini sampel yang
digunakan adalah gigi premolar atas dengan menetapkan beberapa kriteria yaitu
tidak ada fraktur mahkota, ukuran mahkota gigi yang tidak berbeda secara
ekstrim, belum pernah direstorasi, mahkota masih utuh dan tidak ada karies.
Jumlah gigi yang digunakan adalah sebanyak 30 buah gigi yang dibagi secara
random ke dalam tiga kelompok perlakuan yaitu kelompok Filtek Bulk Fill (3M
ESPE), kelompok Sonicfill (Kerr), dan kelompok everX (GC)+ Filtek Bulk Fill
(3M ESPE). Pada penelitian ini matriks yang digunakan Greater Curve
Tofflemire (Halodent) yang dapat memberikan adaptasi marginal servical yang
rapat pada restorasi sehingga mencegah overhanging.
Uji ketahanan fraktur dilakukan dengan menggunakan alat Torsee’s
Universal Testing Machine dan data yang diperoleh berupa load dalam satuan
kilogram force (Kgf) dan kemudian dikonversikan kedalam satuan Newton.
5.2 Analisis Hasil Penelitian
Untuk mengetahui perbedaan ketahanan fraktur pada kelompok
perlakuan digunakan uji one way ANOVA dengan derajat kemaknaan α = 0,05.
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data telah terdistribusi
normal atau tidak dan diperoleh hasil p>0,05. Selanjutnya dilakukan uji
homogenitas varian terhadap data dan diperoleh hasil p>0,05 yang menunjukkan
varian data keempat kelompok tersebut homogen. Dengan demikian data yang
diperoleh telah memenuhi syarat dan dapat dilakukan uji ANOVA. Data
deskriptif uji ANOVA dengan perhitungan derajat kemaknaan α = 0,05
menunjukkan nilai rerata setiap kelompok. Tabel 2 memperlihatkan nilai rerata
Universitas Sumatera Utara
39
dari nilai ketahanan fraktur dan standar deviasi dari masing-masing kelompok.
Terlihat bahwa resin komposit kelompok III yaitu everX bulk fill (GC) memiliki
ketahanan fraktur yang tertinggi (882,94±64,41 N), kelompok II yaitu sonicfill
bulk fill (kerr) (856,48±101,35 N) dan kelompok I filtek bulk fill (3M ESPE)
(812,15±66,89 N).
Tabel 2. Data deskriptif yang menunjukkan nilai rerata dari simpangan baku dari
uji ANOVA pada pengukuran ketahanan fraktur restorasi resin komposit pada
kelompok I,II, dan III.
Ketahanan Fraktur
Kelompok
(Newton)
P
x±SD
I
Restorasi resin kompositbulk
fill yang mengandung
monomer AUDMA dan AFM
812,15±66,89
II
Restorasi resin komposit bulk
856,48±101,35
0.151
fill yang diaktivasi sonic
III
Restorasi resin komposit bulk
882,94±64,41
fill yang diperkuat short fiber
Hasil uji anova menunjukkan bahwa nilai p=0,151>p=0,05 secara statistik tidak
berbeda signifikan pada ketahanan fraktur terhadap seluruh kelompok perlakuan
(Tabel 2).
Universitas Sumatera Utara
40
Mean of Load (Newton)
900
850
800
750
1I
3III
2II
Gambar 17. Grafik menunjukkan rerata nilai ketahanan fraktur
restorasi resin komposit
Dari gambar 15 terlihat kelompok III (EverX Bulk Fill) memiliki nilai
rerata ketahanan fraktur tertinggi yaitu 882,94 N kemudian diperingkat kedua
yaitu kelompok II (Sonicfill) dengan nilai rerata sebesar 856,48 N selanjutnya
kelompok I (Filtek Bulk Fill) di urutan ke 3 dimana nilai yang di dapat sebesar
812,15 N.
Tabel 3.Tabel Least Significant Differences (LSD) pada pengukuran ketahanan
fraktur restorasi resin komposit pada kelompok I,II, dan III.
(I) Kelompok Perlakuan
(J) Kelompok Perlakuan
Filtek Bulk Fill
Sonicfill Bulk Fill
EverX Bulk Fill
Mean Difference (I-J)
Sig.
Sonicfill Bulk Fill
-44.33600
.222
EverX Bulk Fill
-70.79400
.056
Filtek Bulk Fill
44.33600
.222
EverX Bulk Fill
-26.45800
.462
Filtek Bulk Fill
70.79400
.056
Sonicfill Bulk Fill
26.45800
.462
Hasil uji LSD menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar
ketiga kelompok perlakuan (p > 0,05) (Tabel 3).
Universitas Sumatera Utara
41
BAB 6
PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental dengan desain
penelitian postest only control group design. Pada penelitian ini sampel yang
digunakan adalah gigi premolar atas dengan menetapkan beberapa kriteria yaitu
tidak ada fraktur mahkota, ukuran mahkota gigi yang tidak berbeda secara
ekstrim, belum pernah direstorasi, mahkota masih utuh dan tidak ada karies.
Jumlah gigi yang digunakan adalah sebanyak 30 buah gigi yang dibagi secara
random ke dalam tiga kelompok perlakuan yaitu kelompok Filtek Bulk Fill (3M
ESPE), kelompok Sonicfill (Kerr), dan kelompok everX (GC)+ Filtek Bulk Fill
(3M ESPE). Pada penelitian ini matriks yang digunakan Greater Curve
Tofflemire (Halodent) yang dapat memberikan adaptasi yang lebih baik pada
restorasi sehingga mencegah overhanging.
Berdasarkan hasil yang diperoleh setelah dilakukan uji tekan pada ketiga
kelompok, secara deskriptif didapat nilai rerata kelompok restorasi EverX bulk
fill (GC) yang paling tinggi kemudian disusul oleh Sonicfill bulk fill (Kerr) dan
diurutan terakhir Filtek bulk fill (3M ESPE). Tetapi hasil penelitian ini tidak
berbeda secara statistic, ditunjukkan dari hasil uji one way ANOVA pada ketiga
kelompok perlakuan dengan nilai p>0,05.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang didapat oleh Vahid
AN dkk (2015) yang meneliti ketahanan fraktur pada gigi premolar pertama
maksila yang dipreparasi klas II MOD dan direstorasi dengan resin komposit
bulk fill, hasilnya menunjukkan bahwa everX (GC) memiliki nilai ketahanan
fraktur yang paling tinggi dibanding resin komposit lainnya.1
EverX bulk fill (GC) pada penelitian ini mempunyai nilai fraktur terbesar
karena kandungannya yang terdiri dari kombinasi matriks resin, short e-glass
fiber filler, dan pengisi particular anorganik.Resin komposit yang mengandung
Universitas Sumatera Utara
42
fiber terbukti mengontrol stress pada saat penyusutan polimerisasi oleh fiber ,
mengurangi kebocoran mikro marginal yang juga
akan meningkatkan
ketangguhan retak serta mengurangi polimerisasi penyusutan.1 Hal ini juga
didukung oleh penelitian Aboueill H dkk (2015) yang menemukan bahwa fiber
yang ada pada resin komposit dapat sebagai crack stopper ketika diberikan
tekanan dan pengamatan lain yang dapat ditemukan resin komposit yang
mengandung fiber tetap melekat bahkan setelah kegagalan sampel dan
pembentukan garis retak.12,28
Sonicfill (Kerr) merupakan resin komposit yang memiliki volume
shrinkage yang lebih rendah, yaitu sekitar 1,6% serta stress polimerisasi yang
rendah. Bahan yang terdapat pada SDR memiliki keunggulan karena memiliki
kadar filler yang tinggi yaitu 83% dan dimana bahan ini mengurangi shrinkage
polimerisasi maupun meningkatkan kekuatan bahan.10 Shrinkage polimerisasi
yang rendah meminimalisasi terbentuknya celah atau gap sehingga mengurangi
terjadinya crack yang dapat menimbulkan fraktur.9,14 Hal ini juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Fahad F (2014) mengungkapkan tenaga ultasonik
pada sonik fill mampu menurunkan viskositas komposit sonicfill sampai 87%
meningkatkan sifat adhesi resin komposit.29 Ibarra ET dkk (2015) juga memiliki
pernyataan yang sama pada penelitiannya tentang Teknik vibrasi ultrasonik
dapat menyebabkan aliran resin komposit merata dan padatsehingga
memungkinkan material dari restorasi tersebut dapat mengalir dan beradaptasi
dengan mudah pada dinding kavitas tanpa terbentuknya gelembung udara.30
Filtek
bulkfill
(3M ESPE) merupakan resin komposit yang
menggunakan dua jenis monomer yang apabila dikombinasikan dapat
mengurangi
shrinkage. Monomer pertama yaitu AUDMA (aromatic
dimethacrylate) akan mengurangi kelompok resin reaktif, ini akan mengurangi
shrinkage volumetric.
Monomer kedua yaitu AFM (addition fragmentation
monomer) akan membelah proses fragmentasi yang sedang berlangsung
sehingga akan
memberikan efek relaksasi
pada saat polimerisasi terjadi
sehingga akan mengurangi stress. Hal ini didukung oleh penelitian Hambire UV
Universitas Sumatera Utara
43
et al (2012) yang menemukan bahwa resin komposit ini dapat menyerap stress
akibat load yang diberikan dengan cara pecah menjadi fragment-fragment kecil
dan terpisah dari struktur cluster utama dan hal ini akan meningkatkan resistensi
terhadap fraktur. 22,31
Melalui hasil deskriptif dapat dilihat bahwa resin komposit bulk fill
yang mengandung fiber memiliki ketahanan fraktur yang lebih tinggi
dibandingkan resin komposit bulk fill lainnya. Meskipun analisis one way
ANOVA
tidak menunjukkan hasil yang signifikan. Perbedaan yang tidak
signifikan ini mungkin terjadi akibat beberapa faktor lain yang juga
mempengaruhi. Kesulitan dalam mencari sampel penelitian yaitu gigi premolar
maksila yang masih fresh juga mempengaruhi dalam mengukur suatu ketahanan
fraktur dari tambalan karena gigi yang telah lama dicabut akan terjadi perubahan
struktur gigi. Struktur dentin yang terdiri atas bahan anorganik, organic dan air
dapat
berubah.
Kandungan
bahan
anorganik
dentin
seperti
kalsium,
hidroksiapatit dan lain-lain akan berkurang banyak pada gigi yang telah dicabut.
Kandungan bahan organic seperti kolagen akan mengalami penurunan pada gigi
yang telah lama dicabut. Perubahan struktur gigi tersebut akan mempengaruhi
ikatan kimiawi antara gigi dengan resin komposit.37
Jefferson dkk(2013) melakukan penelitian ketahanan fraktur gigi
premolar dengan mengontrol semua bentuk dan variasi gigi yang menjadi
sampel.Gigi yang menjadi sampel diamati dibawah mikroskop untuk
memastikan sampel bebas karies dan crack. Pada penelitian ini, variasi bentuk
tonjol, posisi tonjol maupun tinggi tonjol premolar atas yang menjadi sampel
juga tidak dikontrol. Selain itu adanya kemungkinan micro crack yang sudah
ada sebelumnya juga tidak dikontrol karena pada penelitian ini sampel yang
digunakan tidak diamati di bawah mikroskop untuk memastikan tidak adanya
micro crack.32
Pada penelitian ini gigi yang digunakan tidak dikendalikan usianya
apakah didapat dari pasien yang sudah tua ataupun muda karena usia merupakan
faktor penting dalam menentukan ketahanan fraktur suatu gigi sehingga hal ini
Universitas Sumatera Utara
44
dapat mempengaruhi hasil pada penelitian ini. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Noronha et al (2011) menemukan bahwa ketahanan fraktur gigi
premolar atas pada usia muda 18-21 tahun berkisar 77,5 Kgf sedangkan pada
usia tua ≥60 tahun berkisar 128,9 Kgf, perbedaan ketahanan fraktur yang jauh
ini disebabkan oleh susunan enamel rods pada usia muda yang berbentuk tegak
lurus sedangkan pada usia tua berbentuk miring dimana perbedaan ini akan
menentukan ketahanan fraktur suatu gigi.33
Fahad F (2014) menyatakan bahwa dalam meneliti ketahanan fraktur
pada gigi juga bisa dilapisi foil di permukaan akar yang ditandai 2 mm dibawah
cementoenamel junction untuk mendapatkan simulasi jaringan periodonsium.
29
Franca et al (2005) menyatakan bahwa dalam meneliti ketahanan fraktur pada
gigi, permukaan akar gigi harus dilapisi
wax
setinggi 2 mm di
bawah
cementoenamel junction untuk mensimulasikan jaringan periodonsium.34Dalam
penelitian ini wax
ataupun foil tidak digunakan
untuk melapisi akar gigi
sehingga tidak mensimulasikan jaringan periodonsium sehingga kemungkinan
dapat mempengaruhi hasil yang didapat.
Proses uji tekan juga bisa mempengaruhi hasil penelitian yang dapat
menyebabkan perbedaan yang tidak signifikan. Pada penelitian ini alat uji tekan
yang digunakan adalah Universal Testing Machine dimana alat ini tidak bisa
mensimulasikan kondisi yang sepenuhnya sama dengan kondisi rongga mulut
meskipun beberapa kondisi telah dilakukan untuk mensimulasikan lingkungan
rongga mulut, hal ini disebabkan karena untuk menganalisis kemampuan
material dari sistem restorasi sepanjang proses penggunaannya lebih dibutuhkan
cylic stress yang memberikan load yang berulang-ulang sehingga didapat
dinamic load yang dapat mensimulasikan tekanan pengunyahan yang lebih baik.
Pada penelitian ini Universal Testing Machine hanya memberikan load pada
satu arah dan satu titik sehingga tidak mensimulasikan gaya sebenarnya yang
terjadi pada proses mastikasi.1,35
Pada penelitian ini dilakukan proses thermocycling dengan suhu 5˚
dan 55˚ karena merupakan suhu yang paling mirip dengan kondisi rongga
Universitas Sumatera Utara
45
mulut, kemudian dilakukan proses
thermocycling sebanyak 500 kali yang
setara dengan penggunaan selama 20 sampai 25 hari di dalam rongga mulut.
Meskipun demikian namun hasil uji belum menunjukkan nilai yang signifikan,
oleh karena itu penelitian lebih lanjut perlu dilakukan langsung pada rongga
mulut.
Jika dilihat dari hasil deskriptif, ketahanan fraktur resin komposit bulk
fill everX (GC) lebih besar dibandingkan bulk fill lainnya. Akan tetapi setelah
diuji dengan one way ANOVA, dihasilkan nilai p>0,05 yang berarti tidak ada
perbedaan yang signifikan pada setiap kelompok. Jumlah sampel yang semakin
banyak mempengaruhi keakuratan hasil penelitian jika diuji secara analisis one
way ANOVA. Pada penelitian ini ada beberapa variabel yang tidak dapat
dikendalikan dimulai dari sampel yang tidak diketahui jangka waktu pencabutan
sampai diberikan perlakuan, sampel yang tidak dilakukan pemeriksaan dibawah
mikroskop atau loop untuk melihat micro crack nya, faktor kandungan bahan
orgnaik dan anorganik pada gigi setelah dilakukan pencabutan, usia gigi dan lain
lain yang hal tersebut kemungkinan dapat menyebabkan tidak ada perbedaan
ketahanan fraktur yang signifikan pada ketiga bahan.
Universitas Sumatera Utara
46
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Pada penelitian ini tidak ada pengaruh penggunaan resin komposit bulk
fill yang berbeda sebagai restorasi terhadap ketahanan fraktur pada restorasi klas
II MOD. Akan tetapi penggunaan resin komposit bulk fill memiliki keuntungan
dalam aplikasi klinis karena mempermudah proses restorasi dan menghemat
waktu aplikasi. Selain itu resin komposit bulk fill dapat mengurangi shrinkage
dan memiliki adaptasi bahan yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan
ketahanan restorasi.
7.2 Saran
1. Agar menggunakan sampel gigi yang masih fresh atau tidak dalam
waktu yang lama gigi telah dilakukan pencabutan sehingga hasil penelitian yang
diperoleh menjadi lebih akurat dan dapat memberikan gambaran terhadap situasi
sebenarnya.
2. Agar dilakukan pemeriksaan sampel gigi dibawah mikroskop atau
menggunakan loop sebelum dijadikan sampel penelitian untuk memastikan tidak
ada micro crack pada sampel gigi.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Restorasi klas II MOD resin
komposit Bulk Fill yang
mengandung monomer
AUDMA dan AFM
Ketahanan Fraktur
Restorasi klas II MOD resin
komposit Bulk Fill yang
diaktivasi sonic
Restorasi klas II MOD resin
Komposit Bulk Fillyang
diperkuat short fiber
3.2 Hipotesis Penelitian
Dari uraian diatas maka terdapat hipotesis pada penelitian ini yaitu :
1. Ada pengaruh resin komposit bulk fill yang berbeda pada restorasi klas II
MOD gigi premolar maksila terhadap ketahanan fraktur.
2. Ada perbedaan pengaruhresin komposit bulk fill yang berbeda pada
restorasi klas II MOD gigi premolar maksila terhadap ketahanan fraktur.
Universitas Sumatera Utara
22
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Jenis dan Desain Penelitian
4.1.1 Jenis Penelitian
Eksperimental laboratorium
4.1.2 Desain penelitian
Postest Only Control Group Design
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1 Lokai Penelitian
1. Departemen Konservasi Gigi FKg USU
2. Laboratorium LIDA USU
3. Laboratorium Uji Mekanis Fakultas MIPA USU
4.2.2 Waktu Penelitian
September 2016 – April 2017
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Gigi premolar maksila dengan apikal yang sudah tertutup sempurna yang
telah diekstraksi untuk keperluan orthodonti ataupun yang sudah diekstraksi
karena mobiliti.
4.3.2 Sampel
Gigi premolar maksila yang telah diekstraksi dan diperoleh dari praktek
dokter gigi dengan kriteria inklusi sebagai berikut :
1. Gigi premolar maksila
2. Tidak ada fraktur mahkota dan belum pernah direstorasi
Universitas Sumatera Utara
23
3. Mahkota masih utuh dan tidak ada karies
Besar Sampel
Jumlah sampel dihitung dengan menggunakan rumus rancangan
eksperimental murni sebagai berikut :
(n-1) (r-1) ≥ 15
(n-1) (3-1) ≥ 15
2n-2 ≥ 15
2n ≥ 17
n ≥ 8,5
n = 10 (pembulatan keatas)
Keterangan :
r = jumlah perlakuan dalam penelitian
n = jumlah sampel
Besar sampel untuk masing-masing kelompok menurut perhitungan di
atas adalah 10. Jumlah keseluruhan gigi premolar rahang atas adalah 30 sampel
yang dibagi secara acak ke dalam tiga kelompok perlakuan yaitu :
Kelompok 1 : Restorasi kavitas klas II MOD dengan resin komposit
Filtek Bulk fill (3M ESPE)
Kelompok 2 : Restorasi kavitas klas II MOD dengan resin komposit
Bulk fillSonicfill(Kerr)
Kelompok 3: Restorasi kavitas klas II dengan resin kompositBulk fill
everX (GC) + Filtek Bulk fill (3M ESPE)
4.4
Variabel dan Defenisi Operasional
4.4.1
Variabel Penelitian
4.4.1.1 Variabel Bebas
Restorasi klas II MOD resin komposit bulk fill
Universitas Sumatera Utara
24
4.4.1.2 Variabel Tergantung
Ketahanan fraktur gigi yang telah direstorasi
4.4.1.3 Variabel Terkendali
•
Desain dan ukuran preparasi kavitas klas II MOD premolar( ukuran
kedalaman kavitas sebesar 3 mm diukur dari lantai pulpa dam 4 mm pada
kedalaman setentang gingival yang diukur dari margin cavosurvace
palatal dengan axial wall 1 mm. Dinding axial bukal dan palatal dibuat
parallel sama dengan yang lain)
•
Aplikasi sistem adhesive (total etch two step)
•
Teknik insersi (bulk sistem)
•
Jenis dan bentuk mata bur (diamond bur : fissure diamond bur, round
bur)
•
Ketajaman mata bur ( 1 bur untuk 3 gigi)
•
Sumber sinar (LED)
•
Waktu penyinaran light cured ( 20 detik)
•
Jarak penyinaran dengan bahan restorasi (0 – 1 mm)
•
Arah penyinaran light cured (tegak lurus terhadap permukaan bahan
restorasi)
•
Intensitas sinar (1000-1200 mw/cm2)
•
Panjang gelombang (450-470 nm)
4.4.1.4 Variabel Tidak Terkendali
•
Masa jangka waktu pencabutan gigi premolar sampai diberi perlakuan
•
Keberadaan smear layer
•
Kontraksi polimerisasi resin komposit
•
Pembentukan hybrid layer
•
Besar gigi dan variasi struktur anatomi gigi
•
Kandungan kolagen di dalam gigi
Universitas Sumatera Utara
25
4.4.1.5
Identifikasi Variabel Peneliti
Variabel Bebas
I. Restorasi klas II MOD resin komposit
Bulk Fill yang mengandung monomer
AUDMA dan AFM
II. Restorasi klas II MOD resin komposit
Bulk Fill yang diaktivasi sonic
III. Restorasi klas II MOD resin Komposit
Bulk-Fill yang diperkuat short fiber
Variabel Terkendali
Variabel Tergantung
Ketahanan fraktur gigi
yang telah direstorasi
Variabel Tidak
Terkendali
•
Masa jangka waktu
pencabutan
•
gigi
Desain dan ukuran preparasi kavitas klas II MOD
premolar
premolar( ukuran kedalaman kavitas sebesar 3 mm diukur
diberi perlakuan
dari lantai pulpa dam 4 mm pada kedalaman setentang
•
gingival yang diukur dari margin cavosurvace palatal
dengan axial wall 1 mm. Dinding axial bukal dan palatal
sampai
layer
•
Kontraksi
dibuat parallel sama dengan yang lain)
polimerisasi
•
Aplikasi sistem adhesive (total etch two step)
komposit
•
Teknik insersi (bulk sistem)
•
Jenis dan bentuk mata bur (diamond bur : fissure
diamond bur, round bur)
smear
Keberadaan
•
resin
Pembentukan hybrid
layer
•
Besar
gigi
•
Ketajaman mata bur ( 1 bur untuk 3 gigi)
variasi
•
Sumber sinar (LED)
anatomi gigi
•
Waktu penyinaran light cured ( 20 detik)
•
Jarak penyinaran dengan bahan restorasi (0 – 1 mm)
•
Arah penyinaran light cured (tegak lurus terhadap
•
struktur
Kandungan kolagen
di dalam gigi
permukaan bahan restorasi)
•
Intensitas sinar (1600 mw/cm2)
•
Panjang gelombang (420-480 nm)
dan
Universitas Sumatera Utara
26
4.4.2 Defenisi Operasional
Tabel 1. Defenisi Operasional
Variabel Bebas
Defenisi
Cara Ukur
Alat Ukur Skala
Operasional
Ukur
Restorasi kavitas
Restorasi pada
Memberikan
Kaliper,
klas II MOD
kavitas yang
tanda pada
probe
dengan resin
melibatkan
bagian oklusal
komposit Filtek
bidang mesio-
gigi premolar
Bulk fill (3M
oklusal-distal
atas yang telah
ESPE)
yang
dipreparasi
menggunakan
dengan
bahan resin
menggunakan
komposit yang
caliper dan
mengandung
diaplikasikan
monomer
resin komposit
AUDMA dan
dengan
AFM dan
mengikuti
diletakkan secara
ketentuan pabrik
Nominal
bulk.
Restorasi kavitas Restorasi
pada Memberikan
klas
yang tanda
II
MOD kavitas
dengan
resin melibatkan
komposit
Bulk bidang
fillSonicfill(Kerr)
bagian
mesio- gigi
Kaliper,
Nominal
pada probe
oklusal
premolar
oklusal-distal
atas yang telah
yang
dipreparasi
menggunakan
dengan
bahan
resin menggunakan
komposit
yang caliper
dan
Universitas Sumatera Utara
27
diaktifasi
dan
sonic diaplikasikan
diletakkan resin
secara bulk.
komposit
dengan
mengikuti
ketentuan pabrik
Restorasi kavitas
Restorasi pada
Memberikan
Kaliper,
klas II dengan
kavitas yang
tanda pada
probe
resin
melibatkan
bagian oklusal
kompositBulk fill
bidang mesio-
gigi premolar
everX (GC) +
oklusal-distal
atas yang telah
Filtek Bulk fill
yang
dipreparasi
(3M ESPE)
menggunakan
dengan
bahan resin
menggunakan
komposit yang
caliper dan
diperkuat short
diaplikasikan
fiber dan
resin komposit
diletakkan secara
dengan
bulk.
mengikuti
Nominal
ketentuan pabrik
Variabel
Defenisi
Cara Ukur
Hasil
Alat
Skala
Tergantung
Operaional
Ukur
Ukur
Ukur
Ketahanan
Ketahanan gigi
Sampel
Newton
Torse’s
Ratio
fraktur
yang telah
diletakkan
Electronic
direstorasi
pada balok
System
dengan resin
basis akrilik
Universal
komposit bulk-
sehingga
Testing
Universitas Sumatera Utara
28
fill terhadap
sampel
loadyang
dapat
diberikan dalam
berdiri
kecepatan
terhadap
1mm/menit
poros gigi
hingga terjadi
dan diberi
fraktur.
compressive
Kemudian
load
dicatat nilai
melalui zig
tertinggi yang
load pada
muncul pada
alat uji.
Machine
layar
4.5 Metode Pengumpulan Data
4.5.1 Alat Penelitian
•
Masker (Diapro)
•
Sarung tangan (Everglv, USA)
•
Jangka untuk mengukur outline form
•
Kaliper untuk pengukuran outline form
•
Probe untuk membantu pengukuran (BPUNC 15 Osung)
•
Cetakan kaca balok gips ukuran 15cm x 2,5 cm x 2,5 cm
•
Pot Akrilik
•
Spuit 10 ml untuk cetakan akrilik
•
Mikromotor (strong 270b, korea)
•
High speed dental handpiece (NSK,Japan)
•
Round &Fissure diamond bur (Dia bur)
•
Mata bur polish (Dia bur)
•
Finishing bur (Dia bur)
•
LED light curing unit (Coxo DB-686 DELI LED Lamp)
Universitas Sumatera Utara
29
•
SonicFill handpiece (Kerr, Europe)
•
Bonding aplikator (Prime Bond, Dentsply)
•
Pinset, semen stopper, probe, sonde lurus (Dentica)
•
Instrument plastis (Caredent, UK)
•
Greater Curve matrix (Halodent, USA)
•
Termometer (Fisher, Germany)
•
Waterbath (Memmert, Germany)
•
Stopwatch (Diamond, Germany)
•
Beaker glass (Pyrex,Germany)
•
Rubber bowl
•
Spatula plastik
•
Alat uji ketahanan fraktur Torsee’s Electronic System Universal Testing
Machine Japan
•
Wedges
•
Gun untuk mengeluarkan resin komposit everX bulk fill dari kapsulnya
•
Beaker glass(Pyreex, Germany)
•
Termometer (Fisher, Germany)
•
Water bath (Memmert, Germany)
•
Stopwatch (Diamond, Germany)
•
Penggaris
Universitas Sumatera Utara
30
Gambar 8. a. Bur, b. Wedges, c. Matriks, d.
Bonding aplikator,e. Light cure f.
Bur finishing, g. Waterbath,h.Bur
silicone, i. Bubuk akrilik
4.5.2 Bahan Penelitian
• 30 gigi premolar rahang atas yang telah dicabut untuk perawatan ortodonti
• Saline untuk penyimpanan sampel penelitian
• Resin komposit Filtek bulk-fill (3M ESPE) shade A3
• Resin komposit bulk fillEverX (GC)
• Resin komposit bulk fill sonicfill (Kerr)
• Bahan ahesif Single Bond 2 (3M ESPE)
• Bahan etsa
• Self curing acrylic (Hillon)
• Vaselin
• Gips untuk penanaman gigi
• Gips untuk penanaman gigi (Super gips)
Universitas Sumatera Utara
31
a
c
b
d
e
Gambar 9.a.Etsa, b.Bahan Bonding , c.
Resin komposit Filtek Bulk
Filld. Resin Komposit Bulk
Fill Sonic Fill, e. Resin
komposit Bulk Fill everX
4.5.3 Prosedur Penelitian
a. Persiapan Sampel
Sampel yang digunakan sebanyak 36 buah gigi premolar maksila yang
telah diekstraksi untuk keperluan ortodonti yang dibersihkan dengan scaler
kemudian direndam dalam larutan saline. Kemudian sampel dikelompokkan
menjadi tiga kelompok berjumlah 12 sampel dan ditanam dalam balok gips
untuk memudahkan dilakukan preparasi dan restorasi. Sampel yang diberikan
perlakuan sebanyak 10 sampel di dalam tiap balok gips, 2 sampel lain diujung
sebelah kiri dan kanan ditambahkan agar dalam merestorasi gigi semua sampel
penelitian menerima perlakuan yang sama.
Universitas Sumatera Utara
32
Gambar 10. Penanaman sampel pada balok gips yang
berukuran 15cm x 2 cm x 2,5 cm
b. Perlakuan Sampel
1. Preparasi sampel
Preparasi pada penelitian mengikuti penelitian Fahad F dan Majeed MAR
pada tahun 2014.
Bentuk outline form desain kavitas klas II mesio oklusal distal (MOD)
gigi premolar atas mengggunakan pensil dengan bantuan caliper untuk mendapat
ukuran yang akurat dengan ukurankedalaman kavitas sebesar 3 mm diukur dari
lantai pulpa dam 4 mm pada kedalaman setentang gingival yang diukur dari
margin cavosurvace palatal dengan axial wall 1 mm. Dinding axial bukal dan
palatal dibuat parallel sama dengan yang lain.Preparasi kavitas menggunakan
high speed handpiece dan menggunakan fissure diamond bur dan preparasi
dimulai pada enamel permukaan oklusal.
Universitas Sumatera Utara
33
Gambar 11. Desain preparasi kavitas klas II MOD
gigi premolar.29
2. Restorasi Sampel
Kelompok 1 :
Pasang matriks pada kedua bagian proksimal, lalu aplikasi etsa dengan
menggunakan mikro brush selama 15 detik, kemudian bilas dengan air dan
struktur gigi dipertahankan agar tetap lembab (moist). Selanjutnya aplikasi
bahan bonding selama 10 detik dengan menggunakan mikro brushsehingga akan
berpenetrasi ke dalam struktur yang ireguler lalu di blowingringan selanjutnya
disinar selama 20 detik untuk proses polimerisasi menggunakan LED light
curing.Aplikasi Filtek Bulk fill (3M ESPE) sebagai restorasi dengan teknik
bulksetebal 4 mm, diukur menggunakan probe dan sinari selama 20 detik.
Kelompok 2 :
Pasang matriks pada kedua bagian proksimal,lalu aplikasi etsa dengan
menggunakan mikro brush selama 15 detik, kemudian bilas dengan air dan
struktur gigi dipertahankan agar tetap lembab (moist).Selanjutnya aplikasi bahan
bonding selama 10 detik dengan menggunakan mikro brushsehingga akan
berpenetrasi ke dalam struktur yang ireguler lalu di blowing ringan selanjutnya
disinar selama 20 detik untuk proses polimerisasi menggunakan LED light
Universitas Sumatera Utara
34
curing.Aplikasi resin komposit Bulk Fil lSonicfill (Kerr) dengan teknik bulk
sedalam 4 mm dan sinari selama 20 detik.
Kelompok 3 :
Pasang matriks pada kedua bagian proksimal,lalu aplikasi etsa dengan
menggunakan mikro brush selama 15 detik, kemudian bilas dengan air dan
struktur gigi dipertahankan agar tetap lembab (moist). Selanjutnya aplikasikan
bonding selama 10 detik lalu di blowing ringan selanjutnya disinar selama 20
detik untuk proses polimerisasi menggunakan LED light curing. Aplikasi resin
komposit bulk fill everX Posterior (GC) dengan teknik bulk setebal 3 mm, diukur
menggunakan probe dan disinari selama 20 detik. Selanjutnya untuk tahap akhir
aplikasikan resin komposit Filtek Bulk fill(3M ESPE) setebal 1 mm dan
kemudian sinari selama 20 detik
Gambar 12.a.Pemasangan matriks, b. Aplikasi etsa 15 detik,
c. Aplikasi bonding, d. Penyinaran 20 detik.
Universitas Sumatera Utara
35
3. Finishing dan Polishing
Setelah gigi selesai direstorasi, seluruh sampel dilakukan conturing dan
finishing. Pemolisan restorasi dilakukan menggunakan fine finishing bur untuk
membuang restorasi resin komposit yang berlebihan kemudian lakukan
pemolisan dengan menggunakan bur silicone pada seluruh permukaan restorasi.
4. Water Storage dan Termocycling
Seluruh sampel yang telah direstorasi dimasukkan kedalam wadah
dengan larutan saline dan direndam selama 24 jam. Selanjutnya lakukan proses
termocycling dengan memasukkan sampel ke dalam baker glass yang berisi air
es selama 20 detik dengan temperature 5˚C lalu pindahkan dengan jeda waktu 5
detik ke waterbath dengan temperature 55˚C lakukan berulang sebanyak 500
kali.1
A
B
Gambar 13. Proses thermocycling A. Sampel direndam dalam
air suhu 5º C, B. Sampel direndam dalam
waterbath bersuhu 55ºC dilakukan sebanyak 500
putaran.
5. Penanaman Sampel ke Dalam Cetakan Akrilik
Gigi ditanam pada balok akrilik self curing yang dicetak degan
menggunakan spuit 10ml yang telah diolesi dengan vaseline sebelumnya. Gigi
ditanam 2 mm di bawah cement enamel junction untuk menyerupai kedudukan
Universitas Sumatera Utara
36
gigi pada tulang alveolar. Setelah akrilik hampir mengeras akrilik dikeluarkan
dari spuit. Setelah itu dibuat balok basis akrilik yang terbuat dari cetakan kaca.
Gambar 14. Penanaman sampel ke dalam
cetakan akrilik
Tempat
Sampel akrilik
diletakkan
Balok
akrilik
Gambar 15. Balok akrilik yang berguna
sebagai
tempat
penyangga
sampel
atau
diletakkan
sewaktu akan dilakukan uji
ketahanan
Universitas Sumatera Utara
37
6. Proses Uji Ketahanan Fraktur
Proses uji tekan dilakukan di laboratorium Uji mekanis Fakultas MIPA
USU untuk mengetahui kekuatan ketahanan fraktur dari sampel. Sampel
diletakkan pada balok basis akrilik kemudian dilakukan uji tekan pada bagian
tengah restorasi tegak lurus menggunakan Torsee’s Universal Testing
Machine.Sampel ditekan dari arah oklusal dengan beban maxsimal 200 KN
kecepatan 1mm/menit sampai terjadi fraktur. Data yang diperoleh berupa load
dalam satuan Kgf dan kemudian satuan diubah ke Newton.
Zig
Sampel
Balok
Akrilik
Gambar 16. Aplikasi load pada uji fraktur
dilakukan penekanan dibagian
tengah
restorasi
untuk
mensimulasikan keadaan oklusi
sentrik.
4.6 Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisi secara statistic dengan menggunakan uji
One Way Anova dengan derajat kepercayaan 95 % dan tingkat kemaknaan α =
0,05 untuk melihat ada tidaknya perbedaan antara kelompok.Uji Post Hoc LSD
dilakukan untuk menentukan nilai signifikan dari setiap kelompok.
Universitas Sumatera Utara
38
BAB 5
HASIL PENELITIAN
5.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental dengan desain
penelitian postest only control group design. Pada penelitian ini sampel yang
digunakan adalah gigi premolar atas dengan menetapkan beberapa kriteria yaitu
tidak ada fraktur mahkota, ukuran mahkota gigi yang tidak berbeda secara
ekstrim, belum pernah direstorasi, mahkota masih utuh dan tidak ada karies.
Jumlah gigi yang digunakan adalah sebanyak 30 buah gigi yang dibagi secara
random ke dalam tiga kelompok perlakuan yaitu kelompok Filtek Bulk Fill (3M
ESPE), kelompok Sonicfill (Kerr), dan kelompok everX (GC)+ Filtek Bulk Fill
(3M ESPE). Pada penelitian ini matriks yang digunakan Greater Curve
Tofflemire (Halodent) yang dapat memberikan adaptasi marginal servical yang
rapat pada restorasi sehingga mencegah overhanging.
Uji ketahanan fraktur dilakukan dengan menggunakan alat Torsee’s
Universal Testing Machine dan data yang diperoleh berupa load dalam satuan
kilogram force (Kgf) dan kemudian dikonversikan kedalam satuan Newton.
5.2 Analisis Hasil Penelitian
Untuk mengetahui perbedaan ketahanan fraktur pada kelompok
perlakuan digunakan uji one way ANOVA dengan derajat kemaknaan α = 0,05.
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data telah terdistribusi
normal atau tidak dan diperoleh hasil p>0,05. Selanjutnya dilakukan uji
homogenitas varian terhadap data dan diperoleh hasil p>0,05 yang menunjukkan
varian data keempat kelompok tersebut homogen. Dengan demikian data yang
diperoleh telah memenuhi syarat dan dapat dilakukan uji ANOVA. Data
deskriptif uji ANOVA dengan perhitungan derajat kemaknaan α = 0,05
menunjukkan nilai rerata setiap kelompok. Tabel 2 memperlihatkan nilai rerata
Universitas Sumatera Utara
39
dari nilai ketahanan fraktur dan standar deviasi dari masing-masing kelompok.
Terlihat bahwa resin komposit kelompok III yaitu everX bulk fill (GC) memiliki
ketahanan fraktur yang tertinggi (882,94±64,41 N), kelompok II yaitu sonicfill
bulk fill (kerr) (856,48±101,35 N) dan kelompok I filtek bulk fill (3M ESPE)
(812,15±66,89 N).
Tabel 2. Data deskriptif yang menunjukkan nilai rerata dari simpangan baku dari
uji ANOVA pada pengukuran ketahanan fraktur restorasi resin komposit pada
kelompok I,II, dan III.
Ketahanan Fraktur
Kelompok
(Newton)
P
x±SD
I
Restorasi resin kompositbulk
fill yang mengandung
monomer AUDMA dan AFM
812,15±66,89
II
Restorasi resin komposit bulk
856,48±101,35
0.151
fill yang diaktivasi sonic
III
Restorasi resin komposit bulk
882,94±64,41
fill yang diperkuat short fiber
Hasil uji anova menunjukkan bahwa nilai p=0,151>p=0,05 secara statistik tidak
berbeda signifikan pada ketahanan fraktur terhadap seluruh kelompok perlakuan
(Tabel 2).
Universitas Sumatera Utara
40
Mean of Load (Newton)
900
850
800
750
1I
3III
2II
Gambar 17. Grafik menunjukkan rerata nilai ketahanan fraktur
restorasi resin komposit
Dari gambar 15 terlihat kelompok III (EverX Bulk Fill) memiliki nilai
rerata ketahanan fraktur tertinggi yaitu 882,94 N kemudian diperingkat kedua
yaitu kelompok II (Sonicfill) dengan nilai rerata sebesar 856,48 N selanjutnya
kelompok I (Filtek Bulk Fill) di urutan ke 3 dimana nilai yang di dapat sebesar
812,15 N.
Tabel 3.Tabel Least Significant Differences (LSD) pada pengukuran ketahanan
fraktur restorasi resin komposit pada kelompok I,II, dan III.
(I) Kelompok Perlakuan
(J) Kelompok Perlakuan
Filtek Bulk Fill
Sonicfill Bulk Fill
EverX Bulk Fill
Mean Difference (I-J)
Sig.
Sonicfill Bulk Fill
-44.33600
.222
EverX Bulk Fill
-70.79400
.056
Filtek Bulk Fill
44.33600
.222
EverX Bulk Fill
-26.45800
.462
Filtek Bulk Fill
70.79400
.056
Sonicfill Bulk Fill
26.45800
.462
Hasil uji LSD menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar
ketiga kelompok perlakuan (p > 0,05) (Tabel 3).
Universitas Sumatera Utara
41
BAB 6
PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental dengan desain
penelitian postest only control group design. Pada penelitian ini sampel yang
digunakan adalah gigi premolar atas dengan menetapkan beberapa kriteria yaitu
tidak ada fraktur mahkota, ukuran mahkota gigi yang tidak berbeda secara
ekstrim, belum pernah direstorasi, mahkota masih utuh dan tidak ada karies.
Jumlah gigi yang digunakan adalah sebanyak 30 buah gigi yang dibagi secara
random ke dalam tiga kelompok perlakuan yaitu kelompok Filtek Bulk Fill (3M
ESPE), kelompok Sonicfill (Kerr), dan kelompok everX (GC)+ Filtek Bulk Fill
(3M ESPE). Pada penelitian ini matriks yang digunakan Greater Curve
Tofflemire (Halodent) yang dapat memberikan adaptasi yang lebih baik pada
restorasi sehingga mencegah overhanging.
Berdasarkan hasil yang diperoleh setelah dilakukan uji tekan pada ketiga
kelompok, secara deskriptif didapat nilai rerata kelompok restorasi EverX bulk
fill (GC) yang paling tinggi kemudian disusul oleh Sonicfill bulk fill (Kerr) dan
diurutan terakhir Filtek bulk fill (3M ESPE). Tetapi hasil penelitian ini tidak
berbeda secara statistic, ditunjukkan dari hasil uji one way ANOVA pada ketiga
kelompok perlakuan dengan nilai p>0,05.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang didapat oleh Vahid
AN dkk (2015) yang meneliti ketahanan fraktur pada gigi premolar pertama
maksila yang dipreparasi klas II MOD dan direstorasi dengan resin komposit
bulk fill, hasilnya menunjukkan bahwa everX (GC) memiliki nilai ketahanan
fraktur yang paling tinggi dibanding resin komposit lainnya.1
EverX bulk fill (GC) pada penelitian ini mempunyai nilai fraktur terbesar
karena kandungannya yang terdiri dari kombinasi matriks resin, short e-glass
fiber filler, dan pengisi particular anorganik.Resin komposit yang mengandung
Universitas Sumatera Utara
42
fiber terbukti mengontrol stress pada saat penyusutan polimerisasi oleh fiber ,
mengurangi kebocoran mikro marginal yang juga
akan meningkatkan
ketangguhan retak serta mengurangi polimerisasi penyusutan.1 Hal ini juga
didukung oleh penelitian Aboueill H dkk (2015) yang menemukan bahwa fiber
yang ada pada resin komposit dapat sebagai crack stopper ketika diberikan
tekanan dan pengamatan lain yang dapat ditemukan resin komposit yang
mengandung fiber tetap melekat bahkan setelah kegagalan sampel dan
pembentukan garis retak.12,28
Sonicfill (Kerr) merupakan resin komposit yang memiliki volume
shrinkage yang lebih rendah, yaitu sekitar 1,6% serta stress polimerisasi yang
rendah. Bahan yang terdapat pada SDR memiliki keunggulan karena memiliki
kadar filler yang tinggi yaitu 83% dan dimana bahan ini mengurangi shrinkage
polimerisasi maupun meningkatkan kekuatan bahan.10 Shrinkage polimerisasi
yang rendah meminimalisasi terbentuknya celah atau gap sehingga mengurangi
terjadinya crack yang dapat menimbulkan fraktur.9,14 Hal ini juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Fahad F (2014) mengungkapkan tenaga ultasonik
pada sonik fill mampu menurunkan viskositas komposit sonicfill sampai 87%
meningkatkan sifat adhesi resin komposit.29 Ibarra ET dkk (2015) juga memiliki
pernyataan yang sama pada penelitiannya tentang Teknik vibrasi ultrasonik
dapat menyebabkan aliran resin komposit merata dan padatsehingga
memungkinkan material dari restorasi tersebut dapat mengalir dan beradaptasi
dengan mudah pada dinding kavitas tanpa terbentuknya gelembung udara.30
Filtek
bulkfill
(3M ESPE) merupakan resin komposit yang
menggunakan dua jenis monomer yang apabila dikombinasikan dapat
mengurangi
shrinkage. Monomer pertama yaitu AUDMA (aromatic
dimethacrylate) akan mengurangi kelompok resin reaktif, ini akan mengurangi
shrinkage volumetric.
Monomer kedua yaitu AFM (addition fragmentation
monomer) akan membelah proses fragmentasi yang sedang berlangsung
sehingga akan
memberikan efek relaksasi
pada saat polimerisasi terjadi
sehingga akan mengurangi stress. Hal ini didukung oleh penelitian Hambire UV
Universitas Sumatera Utara
43
et al (2012) yang menemukan bahwa resin komposit ini dapat menyerap stress
akibat load yang diberikan dengan cara pecah menjadi fragment-fragment kecil
dan terpisah dari struktur cluster utama dan hal ini akan meningkatkan resistensi
terhadap fraktur. 22,31
Melalui hasil deskriptif dapat dilihat bahwa resin komposit bulk fill
yang mengandung fiber memiliki ketahanan fraktur yang lebih tinggi
dibandingkan resin komposit bulk fill lainnya. Meskipun analisis one way
ANOVA
tidak menunjukkan hasil yang signifikan. Perbedaan yang tidak
signifikan ini mungkin terjadi akibat beberapa faktor lain yang juga
mempengaruhi. Kesulitan dalam mencari sampel penelitian yaitu gigi premolar
maksila yang masih fresh juga mempengaruhi dalam mengukur suatu ketahanan
fraktur dari tambalan karena gigi yang telah lama dicabut akan terjadi perubahan
struktur gigi. Struktur dentin yang terdiri atas bahan anorganik, organic dan air
dapat
berubah.
Kandungan
bahan
anorganik
dentin
seperti
kalsium,
hidroksiapatit dan lain-lain akan berkurang banyak pada gigi yang telah dicabut.
Kandungan bahan organic seperti kolagen akan mengalami penurunan pada gigi
yang telah lama dicabut. Perubahan struktur gigi tersebut akan mempengaruhi
ikatan kimiawi antara gigi dengan resin komposit.37
Jefferson dkk(2013) melakukan penelitian ketahanan fraktur gigi
premolar dengan mengontrol semua bentuk dan variasi gigi yang menjadi
sampel.Gigi yang menjadi sampel diamati dibawah mikroskop untuk
memastikan sampel bebas karies dan crack. Pada penelitian ini, variasi bentuk
tonjol, posisi tonjol maupun tinggi tonjol premolar atas yang menjadi sampel
juga tidak dikontrol. Selain itu adanya kemungkinan micro crack yang sudah
ada sebelumnya juga tidak dikontrol karena pada penelitian ini sampel yang
digunakan tidak diamati di bawah mikroskop untuk memastikan tidak adanya
micro crack.32
Pada penelitian ini gigi yang digunakan tidak dikendalikan usianya
apakah didapat dari pasien yang sudah tua ataupun muda karena usia merupakan
faktor penting dalam menentukan ketahanan fraktur suatu gigi sehingga hal ini
Universitas Sumatera Utara
44
dapat mempengaruhi hasil pada penelitian ini. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Noronha et al (2011) menemukan bahwa ketahanan fraktur gigi
premolar atas pada usia muda 18-21 tahun berkisar 77,5 Kgf sedangkan pada
usia tua ≥60 tahun berkisar 128,9 Kgf, perbedaan ketahanan fraktur yang jauh
ini disebabkan oleh susunan enamel rods pada usia muda yang berbentuk tegak
lurus sedangkan pada usia tua berbentuk miring dimana perbedaan ini akan
menentukan ketahanan fraktur suatu gigi.33
Fahad F (2014) menyatakan bahwa dalam meneliti ketahanan fraktur
pada gigi juga bisa dilapisi foil di permukaan akar yang ditandai 2 mm dibawah
cementoenamel junction untuk mendapatkan simulasi jaringan periodonsium.
29
Franca et al (2005) menyatakan bahwa dalam meneliti ketahanan fraktur pada
gigi, permukaan akar gigi harus dilapisi
wax
setinggi 2 mm di
bawah
cementoenamel junction untuk mensimulasikan jaringan periodonsium.34Dalam
penelitian ini wax
ataupun foil tidak digunakan
untuk melapisi akar gigi
sehingga tidak mensimulasikan jaringan periodonsium sehingga kemungkinan
dapat mempengaruhi hasil yang didapat.
Proses uji tekan juga bisa mempengaruhi hasil penelitian yang dapat
menyebabkan perbedaan yang tidak signifikan. Pada penelitian ini alat uji tekan
yang digunakan adalah Universal Testing Machine dimana alat ini tidak bisa
mensimulasikan kondisi yang sepenuhnya sama dengan kondisi rongga mulut
meskipun beberapa kondisi telah dilakukan untuk mensimulasikan lingkungan
rongga mulut, hal ini disebabkan karena untuk menganalisis kemampuan
material dari sistem restorasi sepanjang proses penggunaannya lebih dibutuhkan
cylic stress yang memberikan load yang berulang-ulang sehingga didapat
dinamic load yang dapat mensimulasikan tekanan pengunyahan yang lebih baik.
Pada penelitian ini Universal Testing Machine hanya memberikan load pada
satu arah dan satu titik sehingga tidak mensimulasikan gaya sebenarnya yang
terjadi pada proses mastikasi.1,35
Pada penelitian ini dilakukan proses thermocycling dengan suhu 5˚
dan 55˚ karena merupakan suhu yang paling mirip dengan kondisi rongga
Universitas Sumatera Utara
45
mulut, kemudian dilakukan proses
thermocycling sebanyak 500 kali yang
setara dengan penggunaan selama 20 sampai 25 hari di dalam rongga mulut.
Meskipun demikian namun hasil uji belum menunjukkan nilai yang signifikan,
oleh karena itu penelitian lebih lanjut perlu dilakukan langsung pada rongga
mulut.
Jika dilihat dari hasil deskriptif, ketahanan fraktur resin komposit bulk
fill everX (GC) lebih besar dibandingkan bulk fill lainnya. Akan tetapi setelah
diuji dengan one way ANOVA, dihasilkan nilai p>0,05 yang berarti tidak ada
perbedaan yang signifikan pada setiap kelompok. Jumlah sampel yang semakin
banyak mempengaruhi keakuratan hasil penelitian jika diuji secara analisis one
way ANOVA. Pada penelitian ini ada beberapa variabel yang tidak dapat
dikendalikan dimulai dari sampel yang tidak diketahui jangka waktu pencabutan
sampai diberikan perlakuan, sampel yang tidak dilakukan pemeriksaan dibawah
mikroskop atau loop untuk melihat micro crack nya, faktor kandungan bahan
orgnaik dan anorganik pada gigi setelah dilakukan pencabutan, usia gigi dan lain
lain yang hal tersebut kemungkinan dapat menyebabkan tidak ada perbedaan
ketahanan fraktur yang signifikan pada ketiga bahan.
Universitas Sumatera Utara
46
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Pada penelitian ini tidak ada pengaruh penggunaan resin komposit bulk
fill yang berbeda sebagai restorasi terhadap ketahanan fraktur pada restorasi klas
II MOD. Akan tetapi penggunaan resin komposit bulk fill memiliki keuntungan
dalam aplikasi klinis karena mempermudah proses restorasi dan menghemat
waktu aplikasi. Selain itu resin komposit bulk fill dapat mengurangi shrinkage
dan memiliki adaptasi bahan yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan
ketahanan restorasi.
7.2 Saran
1. Agar menggunakan sampel gigi yang masih fresh atau tidak dalam
waktu yang lama gigi telah dilakukan pencabutan sehingga hasil penelitian yang
diperoleh menjadi lebih akurat dan dapat memberikan gambaran terhadap situasi
sebenarnya.
2. Agar dilakukan pemeriksaan sampel gigi dibawah mikroskop atau
menggunakan loop sebelum dijadikan sampel penelitian untuk memastikan tidak
ada micro crack pada sampel gigi.
Universitas Sumatera Utara