Pengaruh Resin Komposit Bulk Fill Yang Berbeda Pada Restorasi Klas II MOD Gigi Premolar Maksila Terhadap Ketahanan Fraktur

6

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Gigi dengan kavitas yang dalam dan luas seperti restorasi klas II MOD
lebih rentan terhadap terjadinya fraktur karena semakin luas preparasi
pengurangan gigi maka akan semakin mengurangi kekuatan dan juga fracture
resistance gigi. Resin komposit merupakan bahan restorasi yang sering
digunakan untuk restorasi kavitas. Namun resin komposit memiliki kelemahan
yaitu pengerutan selama polimerisasi yang membuat terbentuknya celah
sehingga terjadi karies sekunder hingga restorasi melemah dan mempermudah
terjadinya fraktur. Untuk memperbaiki sifat fisik resin komposit dilakukan
penambahan bahan pengisi dan inisiator pada resin komposit yang dikenal
dengan resin komposit bulk fill. Resin komposit ini digunakan dengan
mengaplikasikan resin komposit secara bulk ke dalam kavitas sehingga restorasi
dapat dilakukan dengan lebih cepat dan mudah. Saat ini terdapat tiga tipe resin
komposit bulk fill yang dibedakan berdasarkan viskositasnya, yaitu viskositas
rendah, viskositas medium dan viskositas yang berflukuasi.

2.1 Resin Komposit

Resin komposit merupakan salah satu bahan tambalan sewarna gigi yang
banyak digunakan saat ini karena memiliki nilai estetis yang tinggi dibandingkan
dengan bahan tumpatan warna gigi yang lain. Bahan tersebut merupakan salah
satu polimer yang mengeras melalui polimerisasi. Istilah resin komposit dapat
didefinisikan sebagai gabungan dua atau lebih bahan yang berbeda dengan sifatsifat yang unggul sehingga akan menghasilkan sifat yang lebih baik dari pada
bahan itu sendiri.15
Komposisi resin komposit terdiri atas filler (bahan pengisi) anorganik,
matriks resin dan coupling agent. Filler anorganik berperan terhadap kekuatan
resin komposit. Matriks resin digunakan untuk membentuk fisik resin komposit

Universitas Sumatera Utara

7

agar dapat diaplikasikan. Coupling agent berfungsi untuk menyatukan filler dan
matriks resin. Selain ketiga komponen tersebut, komposisi resin komposit juga
dapat ditambahkan dengan aktivator, inisiator, pigmen dan ultraviolet
absorben.15,17 Tambahan komponen tersebut dapat berfungsi saat proses
polimerisasi dan warna resin komposit sesuai dengan warna gigi. Penambahan
komponen bahan pengisi ke dalam matriks resin secara signifikan dapat

meningkatkan sifat mekanis resin komposit.16
Sifat mekanis resin komposit merupakan faktor penting terhadap
kemampuan bahan ini bertahan di dalam gigi karena gigi sering mendapat
tekanan pengunyahan. Volume filler (bahan pengisi) yang besar dapat
meningkatkan kekuatan resin komposit, tetapi berdasarkan studi evaluasi klinis
selama 1 tahun melaporkan bahwa 34 % tumpatan resin komposit mengalami
fraktur.16 Oleh karena itu, untuk meningkatkan sifat mekanis resin komposit
bahan pengisi tidak hanya ditambah volumenya, tetapi juga harus dimodifikasi
agar sifat mekanisnya bertambah baik.

2.1.1 Polimerisasi Resin Komposit
Reaksi polimerisasi resin komposit melalui 3 tahap yaitu inisiasi,
propagasi dan terminasi. Pada tahap inisiasi dimana molekul besar terurai karena
proses panas menjadi radikal bebas. Proses pembebasan tersebut menggunakan
sinar tampak yang dimulai dengan panjang gelombang 460–485 nm. Tahap
kedua adalah propagasi, pada tahap ini monomer yang diaktifkan akan saling
berikatan sehingga tercapai polimer dengan jumlah monomer tertentu. Tahap
terakhir adalah terminasi dimana rantai membentuk molekul yang stabil. Reaksi
ini akan terus berkelanjutan menjadi rangkaian yang panjang atau dapat juga
bereaksi dengan rantai lainnya membentuk rantai silang. Proses terminasi ini

terjadi apabila semua radikal bebas telah selesai bereaksi.17
Banyak faktor yang dapat memiliki pengaruh pada shrinkage dari resin
komposit yaitu komposisi matriks organik, filler material, ukuran filler, jenis
monomer dan juga sumber sinar.18

Universitas Sumatera Utara

8

2.2 Resin Komposit Bulk Fill
Pengerutan resin komposit saat polimerasi merupakan masalah yang
sampai saat ini masih diteliti penyelesaiannya, dan salah satu cara mengatasinya
adalah dengan menggunakan teknik restorasi secara incremental atau berlapis
untuk mengurangi pengerutan. Namun teknik restorasi incremental dapat
menimbulkan ruang kosong, celah pada restorasi dan memerlukan waktu yang
lama dalam pengaplikasiannya terutama untuk kavitas yang luas.6,9
Untuk memperbaiki sifat fisik resin komposit dilakukan penambahan
bahan pengisi dan inisiator pada resin komposit yang dikenal dengan resin
komposit bulk fill. Resin komposit ini digunakan dengan mengaplikasikan resin
komposit secara bulk artinya secara sekaligus ke kavitas yang dalam sehingga

restorasi dapat dilakukan dengan lebih cepat dan mudah. Resin komposit bulk
fill mempunyai kelebihan penyusutan polimerisasi yang rendah dan dapat
berpolimerisasi dengan kedalaman penyinaran hingga 4 mm. Resin komposit
bulk fill dapat diaplikasikan secara bulk karena terdapat peningkatan translusensi
pada bahan sehingga sinar dapat masuk menembus lebih dalam, bulk fill juga
menggunakan foto inisiator yang dapat menyerap sinar dengan maksimal.8
Setiap merek bulk fill memiliki mekanisme kerja yang berbeda, ada yang
dimodifikasi pada filler, monomer, ditambahkan fiber, dan yang diaktivasi
tenaga ultrasonic, namun tetap memiliki keunggulan yang sama yaitu dapat
diaplikasikan dengan ketebalan mencapai 4 mm dalam sekali aplikasi.6,8,9

a. Resin komposit bulk fill dengan monomer yang berbeda
Ada bulk fill yang dimodifikasi pada monomernya, yaitu menggunakan
dua jenis monomer baru, yang apabila dikombinasikan dapat mengurangi
polimerisasi

penyusutan. Monomer pertama

yaitu AUDMA (aromatic


dimethacrylate) yang akan mengurangi kelompok resin reaktif yang akan
mengurangi sedikit volumetric shrinkage. Monomer kedua yaitu AFM (addition
fragmentation monomer) akan membelah proses fregmentasi yang sedang

Universitas Sumatera Utara

9

berlangsung sehingga akan mengurangi terbentuknya jaringan pada saat
polimerisasi terjadi sehingga akan mengurangi stress.22

b. Resin komposit bulk fill yang diaktivasi sonic
Resin komposit dengan vibrasi sonic (SonicFill) merupakan resin
komposit customised yang mempunyai viskositas tinggi dan terdiri dari
handpiece yang dirancang khusus. Resin komposit dengan vibrasi sonic
customized tersedia di dalam tip unidose dan dimasukkan ke dalam kavitas
menggunakan handpiece sonic yang telah didesain. Saat tip ditempatkan ke
dalam kavitas, dan handpiece diaktifkan, proses pencairan akan terjadi dan
vibrasi berfrekuensi tinggi akan menurunkan viskositas material komposit
formula khusus sampai 87% dan kemudian resin komposit tertekan keluar dari

ujung capsule.10,24 Teknik vibrasi dapat menurunkan viskositas resin, sehingga
memungkinkan material dari restorasi tersebut dapat mengalir dan beradaptasi
dengan mudah pada dinding kavitas tanpa terbentuknya gelembung udara.
Penurunan viskositas material komposit tersebut akan menghasilkan adaptasi
yang optimal pada kavitas mirip seperti hasil kerja dari resin komposit flowable.
Setelah kavitas terisi selama beberapa saat, viskositas resin akan kembali
meningkat ke keadaan viskositas tinggi.
Resin komposit dengan vibrasi sonik (SonicFill) diindikasikan untuk
restorasi gigi posterior, kerana memiliki pengkerutan polimerisasi yang rendah
(1.6%) dengan kedalaman curing yang mencapai 5 mm memungkinkan
SonicFill diaplikasikan secara bulk.10 Proses restorasi pada kavitas gigi posterior
juga menjadi lebih cepat dan lebih efisien dengan cara yang sederhana tanpa
mengorbankan kualitas.

Universitas Sumatera Utara

10

Tip unidose


Handpiece
sonic fill

Gambar 1. Handpiece Sonicfill
(Kerr)
c. Resin komposit bulk fill yang diperkuat short fiber
Penggunaan fiber pada bahan kedokteran gigi memiliki beberapa fungsi
diantaranya meningkatkan kekuatan dan kekakuan, meningkatkan ketahanan
bahan terhadap fraktur, serta menurukan penyusutan polimerisasi.24
Beberapa penelitian dilakukan untuk memperkuat resin komposit sebagai
bahan restorasi dengan menambahkan fiber yang berupa glass fiber, carbon
fiber, polyethylene fiber.25 Penguatan dengan menambahkan fiber jenis glass
fiber terbukti dapat meningkatkan sifat fisik dan mekanik resin komposit.
Glass fiber merupakan fiber yang bersifat biokompatibel, inert,
translusen dan tahan lama termasuk pada radikal bebas.Glass fiber memiliki
kekuatan yang tinggi namun modulus elastisitasnya tidak begitu baik 26
Abouelleil dkk (2015) melakukan penelitian perbandingan mekanis
properties dari komposit bulk fill yang diperkuat short fiber dengan komposit
bulk fill packable hasilnya penambahan short fiber dapat meningkatkan
properties mekanis dan ketahanan frakur restorasi dibandingkan dengan restorasi

yang tanpa fiber.12
Ketahanan komposit yang diperkuat fiber tergantung pada jenis
komposit, posisi, kwalitas, arah dan bentuk serabut, rasio fiber dan matrik,
distribusi fiber pada matriks, dan peresapan fiber dengan polimer matriks.

Universitas Sumatera Utara

11

Gambar 2. Resin komposit yang diperkuat shortfiber28

Gambar 3.Gambar mikroskopis short fiber composite
(everX;GC) menunjukkan panjang fiber
memanjang dengan panjang 1-2 mm12
Short fiber composite adalah bahan yang unik yang diluncurkan barubaru ini, yang sifatnya mirip menggantikan dentin. Bahan ini terdiri dari
kombinasi matriks resin, fiber E-glass pendek dan pengisi partikulat anorganik.
Matriks resin mengandung bis-GMA silang, TEGDMA dan linear PMMA
membentuk matriks polimer yang disebut semi jaringan polimer (semi-IPN),
yang menyediakan properti ikatan yang baik dan meningkatkan ketangguhan
komposit. Resin komposit yang diperkuat fiber


juga telah terbukti untuk

mengontrol stress polimerisasi shrinkage oleh orientasi fiber dan dengan
demikian kebocoran mikro marginal berkurang dibandingkan dengan resin
komposit konvensional.

Universitas Sumatera Utara

12

Komposit ini dilaporkan pada penelitian sebelumnya menunjukkan
ketangguhan retak tinggi serta polimerisasi shrinkage rendah pada penelitian
Garoushi dkk (2013),Garoushi dkk (2007), Garoushi dkk (2008).1 Data yang
diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa restorasiklas II dengan short
fiber composite dengan lapisan permukaan komposit yang universal memiliki
nilai resistensi fraktur tinggi daripada kelompok lain. Aplikasi fiber pada bahan
restorasi dapat meningkatkan kemampuan load bearing, dan mencegah
terjadinya keretakan suatu restorasi.


Fiber

Gambar 4. Gambar mikroskopis fiber yang
menghentikan
perambatan
28
retakan
Peningkatan sifat material pada resin komposit yang mengandung fiber
terhadap ketahanan fraktur terjadi karena transfer stress dari matriks ke fiber
yang juga dipengaruhi oleh panjang dan diameter fiber. Selama polimerisasi
penyusutan, filler fiber yang berorientasi secara acak akan menyerap beberapa
tekanan

penyusutan

polimerisasi

dan

meningkatkan


kapasitas

untuk

menghilangkan stress dari matriks, dan keadaan ini bisa mengurangi kebocoran
mikro marginal dan meningkatkan adaptasi dari materi, yang pada akhirnya
meningkatkan resistensi fraktur.1,12

Universitas Sumatera Utara

13

2.2.1 Klasifikasi Resin Komposit Bulk Fill
Ada tiga tipe resin komposit bulk fill, yaitu:
1. Viskositas rendah yang memiliki sifat mudah diletakkan pada bagian
aproksimal dan lantai kavitas. Bahan ini harus dilapisi dengan resin komposit
regular mikrohibrid atau nanohibrid. Contoh: Surefil SDR (Dentsply), Venus
Bulk Fill (Heraeus Kulzer), x-Tra base (Voco) dan Filtek Bulk Fill (3M Espe).
2. Viskositas medium yang memiliki konsistensi sama dengan resin
komposit regular mikrohibrid atau nanohibrid dan bahan ini diletakkan secara
bulkdengan kedalaman 4 mm. Contoh: Tetric EvoCeram Bulk Fill (Ivoclar), xTra fill (Voco)
3. Viskositas berfluktuasi seperti SonicFill (Kerr, Sybron Endo, U.S.A)
dan Ever X Flow (GC, Europe).9,10

Gambar 5. Klasifikasi Resin Komposit Bulk Fill10
2.3 Sistem Adhesif
Bahan bonding adalah bahan yang berguna untuk menciptakan ikatan
antara permukaan gigi dengan resin komposit dan membentuk hybrid layer pada
dentin. Bahan bonding digolongkan menjadi dua,yaitu bonding generasi V
kebawah termasuk golongan total-etch dan generasi ke VI keatas merupakan
golongan self-etch.19

Universitas Sumatera Utara

14

Nurhapsari A (2016) melakukan penelitian evaluasi kebocoran tepi pada
dua tipe resin komposit yang biasa digunakan untuk gigi posterior dengan
aplikasi dua generasi bonding. Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa tidak
ada perbedaan yang signifikan anatara 4 kelompok, tetapi pada uji antar
kelompok didapat kelompok yang menggunakan bonding generasi V
mempunyai hasil yang lebih baik daripada kelompokyang menggunakan
bonding generasi VII. Pada penelitian ini, kelompok yang menggunakan
bonding generasi V menunjukkan kebocoran tepi yang lebih rendah. Hal ini
mungkin terjadi karena proses etsa dan aplikasi adhesif yang terpisah. Etsa yang
mengandung asam fosfat dapat menghasilkan mikroporositas sebesar 2 um pada
permukaan email sehingga menghasilkan kekuatan interlocking yang kuat.20

2.3.1 Klasifikasi sistem adesif
2.3.1.1 Total Etch Sistem
1. Three step total etch adhesive
Sistem ini terdiri dari tiga tahap apikasi yaitu tahap etching, priming dan
bonding. Keseluruhan bahan ini berada dalam botol yang berbeda.
2. Two step total etch adhesif
Sistem ini menggunakan bahan primer dan bonding yang digabung
menjadi satu sehingga hanya perlu dua tahap aplikasi yaitu etching dan self
priming resin.

2.3.1.2 Self Etch Sistem
1. Two step self etch adhesif
Sistem adhesif ini terdiri dari dua tahap aplikasi yaitu aplikasi self etch
primer kemudian dilanjutkan dengan aplikasi bonding.
2. One step self etch adhesif
Sistem ini menggabungkan semua tahap aplikasi menjadi satu, sehingga
hanya membutuhkan satu kali aplikasi (single application).19

Universitas Sumatera Utara

15

2.3.2 Adhesi Enamel dengan Resin Komposit
Secara mikroskopik, enamel terdiri dari prisma-prisma enamel yang
saling berkaitan dan tersusun rapi. Antara prisma-prisma terdapat substansi
interprisma yang juga tersusun rapi, berisikan kristal hidroksiapatit yang akan
larut oleh pengetsaan, sehingga permukaan enamel yang telah teretsa akan
berbentuk rongga-rongga. Rongga ini akan menjadi retensi mekanik bagi bahan
bonding yang dikenal dengan istilah resin tag.
Mekanisme dasar dari perlekatan resin-enamel adalah pembentukan resin
tag didalam permukaan enamel. Resin tags yang terbentuk di sekitar enamel
rods, yaitu diantara prisma-prisma enamel disebut dengan macrotags dan
jaringan halus dari beberapa small tags yang terbentuk di tiap-tiap ujung rod di
tempat larutnya kristal hidroksiapatit disebut dengan microtags. Pembentukan
microtag dan macrotag dengan permukaan enamel merupakan mekanisme dasar
dari perlekatan resin dan enamel. Etsa yang biasa digunakan adalah asam fosfor,
umumnya waktu pengetsaan berkisar 15 detik dengan kadar fosfor 30% - 40%.
Kemudian etsa dicuci dengan air sampai bersih sehingga akan tercipta resin
tag.19,21

2.3.3 Adhesi Dentin dengan Resin Komposit
Perlekatan bonding pada dentin kurang kuat atau lebih sulit daripada
perlekatan dengan email disebabkan

karena

perbedaan

komposisi

dan

struktur. Dentin memiliki komponen anorganik sebanyak 50%, organik 25%,
dan air 25%.

28

Perlekatan pada dentin menjadi sulit dengan keberadaan smear

layer. Smear layer merupakan lapisan debris organik yang terdapat pada
permukaan dentin akibat preparasi. Smear layer menghalangi tubulus dentin dan
berperan sebagai barier, sehingga menurunkan permeabilitas dentin dan sangat
membantu bahan bonding yang bersifat hidrofobik dan menutupi tubulus dentin.
Smear layer melalui pengetsaan akan dihilangkan, sehingga menyebabkan
tubulus dentin terbuka. Pengetsaan terhadap intertubular dan peritubular dentin
mengakibatkan penetrasi dan perlekatan bagi bahan bonding sehingga

Universitas Sumatera Utara

16

membentuk hybrid layer. Hybrid layer merupakan perlekatan resin adhesif yang
terpolimerisasi dengan fibril kolagen (pada sistem total etch) dan sisa kristal
hidroksiapatit (pada sistem self-etch) menghasilkan struktur interfasial.17,21
Selain itu, cairan tubulus pada tubulus dentin yang terus menerus
mengalir keluar juga akan mengurangi adhesi pada dentin. Oleh karena itu
diperlukan primer dengan komponen hydrophilic contohnya HEMA yang dapat
membasahi dentin dan berpenetrasi ke strukturnya. Hema memiliki kemampuan
untuk berpenetrasi ke dalam permukaan dentin yang mengalami demineralisasi
dan kemudian berikatan dengan kolagen melalui gugus hidroksil dan amino
yang terdapat pada kolagen.17

2.4 Sifat Fisik Resin Komposit mempengaruhi ketahanan fraktur
2.4.1 Kontraksi Polimerisasi
Kontraksi polimerisasi adalah salah satu sifat khas resin komposit.
Nilainya berkisar antara 2%-6% dari total volume. Material resin mengalami
kontraksi selama polimerisasi
polimernya

lebih

karena

jarak

antar

unit

monomer

pada

dekat dibandingkan sebelum mengalami polimerisasi.

Kontraksi yang terjadi pada resin komposit ini dapat menimbulkan stress yang
nantinya akan menimbulkan celah yang kecil yang dapat menimbulkan
kebocoran dan masuknya saliva dan mikroorganisme yang nantinya akan
menimbulkan karies sekunder dan perubahan warna pada daerah marginal.
Stress akibat kontraksi polimerisasi terutama dipengaruhi oleh banyaknya
kontraksi volume resin komposit dan viskoelastisitasnya. Kontraksi polimerisasi
tidak dapat dihindari, sehingga memerlukan teknik incremental atau secara
berlapis untuk mengatasi hal ini.17

2.4.2 Koefisien Ekspansi Termal
Material

restorasi

secara konstan

mengalami

perubahan

akibat

perubahan suhu dalam rongga mulut.Material restorasi memiliki koefisien
ekspansi termal yang berbeda dengan enamel dan dentin.Koefisien ekspansi

Universitas Sumatera Utara

17

termal gigi berada pada kisaran 11-14 x 10-6/˚C, sedangkan material resin
komposit yang dipasarkan memiliki koefisien termal ekspansi pada kisaran
20-80 x 10-6/˚C pada suhu antara 0-60˚C. Perbedaan nilai koefisien ekspansi
termal yang jauh antara gigi dan resin komposit menyebabkan perbedaan
perubahan dimensi pada saat terpapar oleh perubahan suhu dalam rongga mulut.
Resin komposit dan struktur gigi mengalami ekspansi dan kontraksi yang
berbeda sehingga dapat mengakibatkan deformasi koronal, crack, kemudian
fraktur. Dan hal ini dapat terjadi bila struktur gigi tidak mampu beradaptasi
terhadap perubahan yang timbul akibat variasi suhu.19

2.4.3 C-Faktor
C-factor (cavity configuration factor) merupakan suatu indeks yang
digunakan untuk menggambarkan tingkat masalah pada bahan restorasi yang
menyusut.C-factor dapat juga didefenisikan rasio dari area permukaan restorasi
yang terikat dan tidak terikat yang
pengerutan

polimerisasi.

mempunyai

Peningkatan

dampak

besar

terhadap

c-factor menunjukkan

adanya

peningkatan jumlah area dari permukaan restorasi resin komposit yang
terikat

dengan

dinding kavitas, yang kemudian menyebabkan pengerutan

polimerisasi meningkat drastis. Semakin tinggi c-factor maka semakin besar
stress kontraksi pada ikatan adhesif. Pada restorasi klas II MOD memiliki Cfaktor 1.17

Gambar 6. Faktor konfigurasi kavitas (C-factor)17

Universitas Sumatera Utara

18

2.4.4 Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas merupakan sifat yang menyebabkan suatu bahan
bersifat kaku. Modulus elastisitas yang semakin tinggi akan menyebabkan suatu
bahan semakin kaku dan modulus elastisitas yang rendah akan menyebabkan
bahan menjadi lebih elastis. Pada resin komposit pengurangan filler akan
menghasilkan modulus elastisitas yang rendah. Modulus elastisitas yang
rendah menghasilkan kemampuan regang yang cukup tinggi sehingga dapat
mengurangi ketegangan yang terjadi

akibat

pengerutan

pada

saat

polimerisasi, serta dapat menghasilkan margin restorasi yang lebih kuat.19

2.4.5 Degree of Conversion
Resin komposit diharapkan memiliki sifat mekanis yang mendekati
enamel dan dentin agar dapat digunakan dalam jangka waktu yang panajang.
Namun terdapat beberapa factor yang mempengaruhi kualitas resin komposit
salah satunya degree of convention.
Polimerisasi yang adekuat untuk mengubah monomer menjadi polimer
sangat diperlukan.Polimer tidak 100% diubah menjadi polimer namun terdapat
sisa monomer yang tidak bereaksi. Polimerisasi distimulasi oleh penyerapan
sinar dengan rentang panjang gelombang 400-500 nm dan ketika teraktivasi
aliphatic amin akan bereaksi membentuk radikal bebas. Jumlah ikatan karbon
ganda (C=C) pada monomer yang akan diubah menjadi ikatan tunggal (C-C)
untuk membentuk rantai polimer selama polimerisasi disebut degree of
conversion yaitu sumber sinar, intensitas sinar, panjang gelombang, waktu
penyinaran, ukuran light tip, metode fotoaktivasi, komposisi matriks organik,
jumlah foto inisiator dan warna resin komposit.36

2.5 Uji Ketahanan Fraktur
Dalam rongga mulut terjadi situasi yang dinamis, seperti gaya-gaya
yang terjadi saat mastikasi.Gaya ini akan mempengaruhi sifat mekanis dari
gigi yang telah direstorasi.5

Universitas Sumatera Utara

19

Ketahanan fraktur dapat diartikan sebagai ketahanan suatu material
terhadap beban yang diterimanya hingga terjadi fraktur. Ketahanan fraktur dapat
diukur dengan memberikan compressive menggunakan alat Universal Testing
Machine (UTM) (Gambar 9).17 Compression dihasilkan dari dua gaya dengan
arah menuju satu sama lainnya pada arah garis lurus. Universal Testing Machine
dapat menganalisa sifat material seperti tarikan (tension), kompresi, ataupun
gaya geser. Besar beban dalam penelitian yang akan dilakukan dihitung dalam
Newton dari tumpatan dan jaringan gigi masih melekat hingga terjadi fraktur.
Pada gigi premolar maksila mempunyai ketahanan fraktur maksimal
dengan rata-rata sebesar 103,3 Kgf (1.012,34 Newton) .33 Dengan pertimbangan
tekanan maksimal yang dapat diterima gigi premolar atas dari penelitian tersebut
maka tekanan maksimal yang diberikan sebesar 200 Kgf pada pengujian ini.

Gambar

7.

Torsee’s

Electronic

System

Universal Testing Machine
Japan.1

Universitas Sumatera Utara

20

2.6 Kerangka Teori
Restorasi resin komposit
klas II MOD

Cara aplikasi resin komposit

Bahan yang digunakan

Resin Komposit

Packable

Flowable

Viskositas
rendah

Surefil SDR (Dentsply), Venus
Bulk Fill (Heraeus Kulzer), xTra base (Voco) dan Filtek
Bulk Fill (3M Espe).

Sistem Adhesif

Bulk fill

Self etch

Viskositas
medium

Tetric EvoCeram
Bulk Fill(Ivoclar),
x-Tra fill (Voco)

Incremental

Total etch

Viskositas
berfluktuasi

SonicFill (Kerr,
Sybron Endo, U.S.A)
dan Ever X Flow
(GC, Europe)

Filtek Bulk Fill (3M)

Sonicfill (kerr)

Dengan monomer AUDMA
dan AFM yang dapat
mengurangi polimerisasi
shrinkage  adaptasi baik

Aktivasi sonica pada resin komposit
mengubah resin komposit menjadi
lebih flow sehingga mengalir dan
beradaptasi dengan baik pada
dinding kavitas tanpa terbentuk void

Ketahananan fraktur

Bulk

EverX (GC)
Resin komposit bulk fill yang
mengandung fiber reinforce , yang
dapat mengurangi polimerisasi
shrinkage dan menahan konsentrasi
tekanan  ketahanan fraktur

 ketahanan fraktur

Ketahanan Fraktur

Universitas Sumatera Utara