contoh proposal Skripsi Pertanian agribisnis

contoh proposal Skripsi Pertanian agribisnis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk mendapatkan
hasil kerja yang optimal. Ketika seorang merasakan kepuasan dalam bekerja tentunya ia akan
berupaya semaksimal mungkin dengan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk
menyelesaikan tugas pekerjaannya. Dengan demikian produktivitas dan hasil kerja pegawai
akan meningkat secara optimal.

Dalam kenyataannya, kepuasan kerja secara menyeluruh belum mencapai tingkat
maksimal. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja seseorang/ penyuluh pada
dasarnya secara praktis dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu faktor intrinsik dan
faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam diri dan dibawa oleh
setiap seseorang sejak mulai bekerja di tempat pekerjaannya, yang dalam penelitian ini
adalah institusi penyuluhan.
Faktor eksentrinsik menyangkut halhal yang berasal dari luar diri seseorang, antara
lain kondisi fisik lingkungan kerja, interaksinya dengan pegawai lain, sistem penggajian dan
sebagainya.
Peningkatan kepuasan kerja petugas pada institusi penyuluhan di Indonesia hanya
mungkin terlaksana secara bermakna apabila faktor-faktor yang mempengaruhi dapat

diidentifikasi secara ilmiah, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Penyuluhan sebagai pendidikan nonformal yang ditujukan untuk petani dan
keluarganya, berperan penting dalam revitalisasi pembangunan pertanian. Perpres No.7 tahun
2005 tentang rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2004-2009 Bidang
Pertanian (Bab 19), menyatakan bahwa lembaga pendukung petani, terutama lembaga
penyuluhan pertanian sudah kurang berfungsi sehingga menurunkan efektivitas pembinaan,
dukungan dan diseminasi teknologi dalam rangka meningkatkan penerapan teknologi dan
efisiensi usaha petani, karena itu, penguatannya diarahkan kepada pendampingan petani,
termasuk peternak.
Penyuluh pertanian yang ada pada BPP Wara Selatan dikepalai oleh Bpk Abdul Rasjid
H. Sp. M.Si dengan jumlah penyuluh yang dibawahi sebanyak 20 orang dan staf kantor 5
orang. Semua penyuluh mempunyai wilayah kerja atau wilayah binaan masing – masing dan
bertanggung jawab atas wilayah yang mereka bina untuk memajukan atau meningkatkan
produksi pertanian yang ada di wilayah kerjanya. ( aninomous. 2012 )
Setiap penyuluh wajib menyampaikan dan mengajarkan ke petani tentang teknologi –
teknologi baru yang dapat diterapkan sehingga bias meningkatkan produksi, meningkatkan
kualitas dan kuantitas serta mengajarkan bagaimana cara mengendalikan hama sesuai dengan
tupoksi mereka sebagai penyuluh pertanian agar petani dapat meningkatkan taraf hdupnya.
Dalam menjalankan tupoksinya, penyuluh langsung turun kelapangan menemui para

petani namun terkadang penyuluh kesulitan untuk melayani petani yang agak berjauhan hal
ini dikarenakan tranportasi kurang memadai dalam hal ini kendaraan untuk penyuluh seperti
kendaraan bermotor, walaupun terkadang mendapatkan bantuan dari pemerintah pusat atau
provinsi namun bantuan kendaraan tersebut tidak mencukupi.

Jadi untuk mengatasi masalah tersebut penyuluh biasanya mengundang para petani
untuk melakukan musyawarah untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi para petani,
sehingga masalah yang dihadapi petani dapat terselesaikan. ( aninomous. 2012 )
Data mengenai penyuluh yang ada pada BPP Wara Selatan dapat dilihat pada Tabel di
bawah ini :
Table 1. daftar jumlah penyuluh dan staf pada kantor BPP Wara Selatan
No
1
2
3
4

Uraian
Penyuluh PNS
Penyuluh Honorer

Staf PNS
Staf Honorer
Jumlah

Jenis Kelamin
Pria
Wanita
8
5
2
5
1
2
2
11
14

Jumlah
(Orang)
13

7
3
2
25

Ket.

Penelitian ini dilakukan yaitu untuk mengetahui faktor – faktor yang berpengaruh
penting dalam kepuasan kerja penyuluh pertanian yang ada pada BPP Wara Selatan sehingga
dapat diketahui apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja penyuluh
pertanian yang ada pada BPP Wara Selatan.
Karena kepuasan kerja seorang penyuluh sangat penting hal ini dikarenakan apabila
seorang penyuluh tidak merasa puas terhadap pekerjaannya yang disebabkan oleh gaji,
jaminan financial dan jaminan sosial yang kurang memadai maka akan berpengaruh terhadap
hasil produksi pertanian yang ada di Kota Palopo karena kita ketahui penyuluh merupakan
tulang punggung dalam peningkatan produksi hasil pertanian.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada latar belakang, dikemukakan masalah pokok yang dibahas
dalam penelitian yaitu :


Faktor - faktor apakah yang mempengaruhi kepuasan kerja penyuluh petanian pada
BPP Wara Selatan ?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja Penyuluh
Pertanian pada BPP Wara Selatan
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan penulis mengenai faktor –
2.

faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja penyuluh pertanian.
penelitian ini juga diharapkan mampu menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi para
akademisi maupun masyarakat umum yang tertarik pada topik ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

KAJIAN TEORI


2.1.1 Penyuluh Pertanian
Sumberdaya manusia merupakan salah satu faktor kunci dalam reformasi ekonomi,
yaitu menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta
berdaya saing tinggi dalam menghadapi persaingan global yang selama ini terabaikan. Dalam
kaitan itu ada dua hal yang penting yang menyangkut kondisi sumberdaya manusia pertanian
di daerah yang perlu mendapatkan perhatian yaitu sumberdaya petugas dan sumberdaya
petani. Kedua sumberdaya tersebut merupakan pelaku dan pelaksana yang mensukseskan
program pembangunan pertanian ( Van Den Ban, et.al ,2003).

Sementara itu salah satu sumberdaya manusia petugas pertanian adalah kelompok
fungsional yaitu kelompok Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), di mana Penyuluh Pertanian
adalah petugas yang melakukan pembinaan dan berhubungan atau berhadapan langsung
dengan petani. Tugas pembinaan dilakukan untuk meningkatkan sumberdaya petani di bidang
pertanian, di mana untuk menjalankan tugas ini di masa depan penyuluh harus memiliki
kualitas sumberdaya yang handal, memiliki kemandirian dalam bekerja, profesional serta
berwawasan global. ( Van Den Ban, et.al ,2003).
“Penyuluhan secara sistematis adalah suatu proses yang (1). Membantu petani
menganalisis situasi yang sedang dihadapi dan melakukan perkiraan ke depan; (2).
Membantu petani menyadarkan terhadap kemungkinan timbulnya masalah dari analisis
tersebut; (3). Meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan wawasan terhadap suatu

masalah, serta membantu menyusun kerangka berdasarkan pengetahuan yang dimiliki petani;
(4). Membantu petani memperoleh pengetahuan yang khusus berkaitan dengan cara
pemecahan masalah yang dihadapi serta akibat yang ditimbulkannya sehingga mereka
mempunyai berbagai alternatif tindakan; (5). Membantu petani memutuskan pilihan tepat
yang menurut pendapat mereka sudah optimal; (6). Meningkatkan motivasi petani untuk
dapat menerapkan pilihannya ; dan (7). Membantu petani untuk mengevaluasi dan
meningkatkan

keterampilan

mereka

dalam

membentuk

pendapat

dan


mengambil

keputusan”( Van Den Ban, et.al ,2003).
2.1.2

Kepuasan kerja

A. Definisi dan Teori – Teori Kepuasan Kerja
Menurut Robbins (1998) dalam Nastiti (2003), kepuasan kerja merupakan perilaku
umum penyuluh terhadap pekerjaanya sebagai hasil perbedaan antara nilai reward yang
diperoleh dan nilai reward yang diharapkan akan diperoleh. Kepuasan kerja merupakan satu

elemen yang mendapatkan perhatian besar dari manajemen perusahaan. Hal ini terkait dengan
keberadaan suatu paham manajerial bahwa karyawan yang merasa puas akan cenderung
bekerja lebih produktif daripada karyawan yang merasa tidak puas dengan lingkungan
kerjanya. Kepuasan kerja dapat dipahami melalui tiga aspek. Pertama, kepuasan kerja
merupakan bentuk respon pekerjaan terhadap kondisi lingkungan pekerjaan. Kedua, kepuasan
kerja sering ditentukan oleh hasil pekerjaan atau kinerja. Ketiga, kepuasan kerja terkait
dengan sikap lainnya yang dimiliki oleh setiap pekerja (Luthans, 1995 sebagaimana dikutip
Maryani & Supomo (2001), secara lebih rinci mengemukakan berbagai dimensi dalam

kepuasan kerja yang kemudian dikembangkan menjadi istrumen pengukuran variabel
kepuasan kerja, yang meliputi dimensi kepuasan terhadap:
1.

Menarik atau tidaknya jenis pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja,

2.

Jumlah kompensasi yang diterima oleh pekerja,

3.

Kesempatan untuk promosi jabatan,

4.

Kemampuan atasan dalam memberikan bantuan teknis dan dukungan perilaku, dan

5.


Dukungan rekan sekerja. Terdapat beberapa teori yang berkaitan dengan kepuasan kerja
teori-teori tersebut antara lain adalah Teori Ketidaksesuian (Discrepancy Theory), Teori
Keadilan (Equity Theory), dan Teori Dua Faktor (Teori Herzberg).

B. Teori Ketidaksesuaian (Discrepancy Theory)
Teori ini mendasarkan pada kepuasan atau ketidakpuasan dengan sejumlah aspek
tergantung pada selisih (discrepancy) antara apa yang telah didapatkan dengan apa yang
diinginkan. Jumlah yang diinginkan dari karakteristik pekerjaan didefinisikan sebagai jumlah
minimum yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang ada. Seseorang terpuaskan jika
tidak ada selisih antara kondisi yang diinginkan dengan kondisi aktual.

Semakin besar kekurangan dan semakin banyak hal-hal yang diinginkan, maka
semakin besar ketidakpuasan. Apabila yang didapat ternyata lebih besar dari yang diinginkan,
maka orang akan menjadi lebih puas lagi walaupun terdapat discrepancy, karena discrepancy
itu merupakan positif discrepancy. Sebaliknya semakin jauh kenyataan yang dirasakan atau di
bawah standar minimum sehingga menjadi negatif discrepancy, maka semakin besar pula
ketidakpuasan seseorang terhadap pekerjaannya. Sikap penyuluh akan tergantung bagaimana
discrepancy itu dirasakan.
C. Teori Keadilan (Equity Theory)
Prinsip pada teori ini adalah bahwa orang akan merasa puas atau tidak puas

tergantung apakah ia merasakan adanya keadilan atau tidak atas suatu situasi. Perasaan equity
atau inequity atas suatu situasi diperoleh dengan cara membandingkan dirinya dengan orang
lain sekelas, sekantor, dan sebagainya. Elemen teori ini ada tiga yaitu:
1.

Input yaitu segala sesuatu yang berharga yang dirasakan karyawan sebagai sumbangan
terhadap pekerjaannya, misal: pendidikan, pengalaman, keadilan, jumlah jam kerja, dan
sebagainya.

2.

Outcomes atau hasil yaitu segala sesuatu yang berharga yang dirasakan karyawan sebagai
hasil dari pekerjaannya, misal: gaji, keuntungan, status, dan sebagainya.

3.

Orang pembanding yaitu orang lain dengan siapa karyawan membandingkan rasio input
outcomes yang dimilikinya, dapat berupa seseorang di perusahaan yang sama atau di tempat
lainnya atau bisa pula dengan dirinya sendiri di masa lampau.
Menurut teori ini setiap penyuluh akan membandingkan rasio inputoutcomes dirinya
dengan rasio input-outcomes orang pembanding. Bila perbandingan itu dianggap cukup adil,
maka ia akan merasa puas. Bila perbandingan itu tidak seimbang tapi menguntungkan (over
compensation in equity) dapat menimbulkan kepuasan. Tetapi bila perbandingan itu tidak

seimbang dan merugikan (under compensation equity) akan timbul ketidakpuasan. ( Robbins
1998 )
2.1.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Penyuluh Pertanian
Kepuasan kerja pada dasarnya merujuk pada seberapa besar seorang penyuluh
menyukai pekerjaannya (Cherington, 1987:82). Kepuasan kerja adalah sikap umum pekerja
tentang pekerjaan yang dilakukannya, karena pada umumnya apabila orang membahas
tentang sikap pegawai, yang dimaksud adalah kepuasan kerja (Robbins, 1994:417). Pekerjaan
merupakan bagian yang penting dalam kehidupan seseorang, sehingga kepuasan kerja juga
mempengaruhi kehidupan seseorang. Oleh karena itu kepuasan kerja adalah bagian kepuasan
hidup (Wether dan Davis, 1982:42).
Faktor-faktor yang biasanya digunakan untuk mengukur kepuasan kerja seorang
pegawai adalah:


Faktor Kepuasan Finansial, yaitu terpenuhinya keinginan penyuluh terhadap kebutuhan
finansial yang diterimanya untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari sehingga kepuasan
kerja bagi penyuluh dapat terpenuhi. Hal ini meliputi; besarnya gaji, jaminan sosial, macammacam tunjangan, fasilitas yang diberikan serta promosi (Moh. As’ad,1987: 118).



Faktor Kepuasan Fisik, yaitu faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan kerja
dan kondisi fisik penyuluh. Hal ini meliputi; jenis pekerjaan, pengaturan waktu kerja dan
istirahat, kondisi kesehatan penyuluh dan umur (Moh. As’ad,1987:117).



Faktor Kepuasan Sosial, yaitu faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial baik antara
sesama penyuluh, dengan atasannya maupun antara sesama penyuluh. Hal ini meliputi; rekan
kerja yang kompak, pimpinan yang adil dan bijaksana, serta pengarahan dan perintah yang
wajar (Drs.Heidjrachman dan Drs. Suad Husnan.1986: 194-195).



Faktor Kepuasan Psikologi, yaitu faktor yang berhubungan dengan kejiwaan penyuluh. Hal
ini meliputi; minat, ketentraman dalam bekerja, sikap terhadap kerja, bakat dan keterampilan
(Moh.As’ad,1987: 11.7).
Kepuasan kerja dapat dirumuskan sebagai respons umum pekerja berupa perilaku
yang ditampilkan oleh penyuluh sebagai hasil persepsi mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan pekerjaannya. Kepuasan kerja akan didapat apabila ada kesesuaian antara harapan
pekerja dan kenyataan yang didapatkannya di tempat bekerja.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan, peranan dari
faktor-faktor tersebut dalam memberikan kepuasan kerja juga tergantung pada pribadi
masing-masing individu, Ghiselli dan Brown mengemukakan pendapatnya yang dikutip oleh
Syahrani (2002), menyatakan adanya enam faktor yang menimbulkan kepuasan kerja, yaitu:
1. Pencapaian diri atau Spiritualitas
Perasaan tenang dan puas karena terdapatnya kebahagian batin/spiritual, misalnya
perasaan dalam bekerja, dimana karyawan mendasarkan diri dalam bekerja semata-mata
untuk beribadah kepada Tuhan. Bekerja merupakan salah satu cara untuk bertakwa kepada
Tuhan. Seberapa beratnya tugas yang diembannya, namun bila itu merupakan pekerjaan yang
harus dilaksanakan, maka karyawan akan ikhlas dan puas menjalankannya.
2. Kedudukan atau Posisi
Umumnya ada anggapan bahwa orang yang bekerja pada pekerjaan yang lebih
tinggi akan lebih puas daripada yang bekerja pada pekerjaan yang lebih rendah. Beberapa
penelitian menunjukan bahwa hal tersebut tidak selalu benar, perubahan tingkat pekerjaanlah
yang mempengaruhi kepuasan kerja.
3. Pangkat atau Golongan

Pada pekerjaan yang mendasarkan perbedaan tingkat (golongan) sehingga pekerjaan
tersebut memberikan kedudukan tertentu pada orang yang melakukannya. Apabila ada
kenaikan upah, maka sedikit banyak akan dianggap sebagai kenaikan pangkat, dan
kebanggaan terhadap kedudukan yang baru itu akan mengubah perilaku dan perasaanya.
4. Umur
Dinyatakan bahwa ada hubungan antara kepuasan kerja dengan umur karyawan:
Umur antara 25 sampai 34 tahun dan umur 40 sampai 45 tahun adalah merupakan umur-umur
yang bisa menimbulkan perasaan kurang puas terhadap pekerjaan. Sedangkan untuk umur
karyawan diatas 45 tahun, mereka akan cenderung realistis dan puas terhadap pekerjaannya.
5.

Jaminan Finansial dan Jaminan Sosial
Masalah jaminan financial (kompensasi) dan jaminan sosial kebanyakan

berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan.
6.

Mutu Pengawasan
Hubungan antara karyawan dengan pihak pimpinan sangat penting artinyadalam

menaikkan produktivitas kerja. Kepuasan karyawan dapat ditingkatkan melalui perhatian dan
hubungan yang baik dari pimpinan kepada bawahannya, sehingga karyawan akan merasa
bahwa dirinya merupakan bagian yang penting dari organisasi kerja
Persepsi pekerja mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaannya dan
kepuasan kerja melibatkan rasa aman, rasa adil, rasa menikmati, rasa bergairah, status dan
kebanggaan. Dalam persepsi ini juga dilibatkan situasi kerja pekerja yang bersangkutan yang
meliputi interaksi kerja, kondisi kerja, pengakuan, hubungan dengan atasan, dan kesempatan
promosi. Selain itu di dalam persepsi ini juga tercakup kesesuaian antara kemampuan dan
keinginan pekerja dengan kondisi organisasi tempat mereka bekerja yang meliputi jenis
pekerjaan, minat, bakat, penghasilan, dan insentif.

2.2 Hipotesis
Berdasarkan uraian-uraian dalam latar belakang, permasalahan dan tujuan maka
hipotesis yang diajukan adalah “Diduga bahwa dengan adanya beberapa faktor seperti : umur,
mutu pengawasan, pangkat, jaminan pinansial dan lain-lain dapat mempengaruhi kepuasan
kerja penyuluh pertanian di BPP Wara Selatan, Kota Palopo

BAB III
METODE PENELITIAN
III.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kelurahan Songka, Kecamatan Wara Selatan,
Kota Palopo Lokasi ini dipilih atas pertimbangan bahwa di Kelurahan tersebut merupakan
salah satu obyek yang mempunyai Penyuluh Pertanian berpengalaman.
III.2 Penentuan Responden

Penentuan responden dilakukan dengan mengambil semuah penyuluh yang ada pada
BPP wara selatan yang berjumlah 20 orang
III.3 Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini pengambilan terdiri dari data primer dan data sekunder.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara melakukan wawancara dan observasi
langsung kepada 20 orang penyuluh pertanian, Kantor BPP Wara Selatan
Data sekunder diperoleh dari kantor BPP Wara Selatan dan Badan Ketahanan
Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kota Palopo.

III.4 Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui tingkat kepuasan kerja penyuluh pertanian pada BPP Wara
Selatan maka digunakan angka – angka sebagai berikut :
3 = Sangat Pu
2 = Kurang Puas
1 = Tidak Puas
III.5 Defenisi Operasional
Beberapa pengertian yang menjadi batasan penelitian ini adalah :
1.

Penyuluhan secara sistematis adalah suatu proses yang Membantu petani menganalisis

2.

situasi yang sedang dihadapi dan melakukan perkiraan ke depan
Penyuluh Pertanian adalah petugas yang melakukan pembinaan dan berhubungan atau

3.

berhadapan langsung dengan petani binaan.
Umur adalah usia responden yang dihitung dari tahun kelahiran sampai pada saat
diwawancarai dinyatakan dalam satuan tahun

4.
5.

Kelompok fungsional adalah kelompok Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)
kepuasan kerja adalah perilaku umum karyawan terhadap pekerjaanya sebagai hasil
perbedaan antara nilai reward yang diperoleh dan nilai reward yang diharapkan akan
diperoleh.
Faktor – faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja penyuluh pertanian yaitu :
a. Gaji yaitu salah satu hal yang penting bagi setiap penyuluh yang bekerja dalam suatu instansi

6.

pemerintah, karena dengan gaji yang diperoleh seseorang dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya.
b. Pangkat dan Golongan adalah kedudukan yang M menunjukkan tingkatan seseorang Pegawai
Negeri Sipil berdasarkan jabatannya dalam rangkaian susunan kepegawaian dan digunakan
c.

sebagai dasar penggajian.
Umur adalah usia satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau

makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. dinyatakan dalam satuan tahun
d. Jaminan Finansial dan Jaminan Sosial adalah suatu program yang didanai atau diberikan oleh
pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dasar orang tanpa sumber daya.

DAFTAR PUSTAKA
Abbas Samsuddin 1999. Sembilan Puluh Tahun Penyuluhan Pertanian di Indonesia. Jakarta.
BPLPP-Departemen Pertanian.
Bahua M. Ikbal, 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh Pertanian dan
Dampaknya Pada Perilaku Petani Jagung di Provinsi Gorontalo. Disertasi – Doktor. Bogor.
Sekolah Pascasarjana-IPB.
Hubeis Vitalaya S. Aida. 2008. Motivasi, Kepuasan dan Produktivitas Kerja Penyuluh Lapangan
Peternakan. Media Peternakan, April 2008, hlm. 71-80. Vol. 31 No.1. Terakreditasi SK Dikti
No: 56/DIKTI/Kep/2005.
Jahi Amri dan Ani Leilani, 2006. Kinerja Penyuluh Pertanian di Beberapa Kabupaten, Provinsi
Jawa Barat. Jurnal Penyuluhan . Vol. 2 No.2
Mardikanto Totok, 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta. Universitas Sebelas
Maret (UNS) Press.
Marzuki. 1994. Dasar-dasar Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Universitas Terbuka.
Nazir Moh, 2005. Metode Penelitian. Bogor. Ghalia Indonesia

Newstrom. 2009. “Job satisfaction is the favorableness or unfavorableness with employes view
their work”. Kepuasan kerja [terhubung berkala] http//id.wikipedia.org/wiki/Kepuasa
n_Kerja.
Puspadi Ketut, 2002. Rekonstruksi Sistem Penyuluhan Pertanian. Disertasi Doktor. Bogor. Sekolah
Pascasarjana - Institut Pertanian Bogor.
Sastraadmadja. 1993. Teknik Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Balai Pustaka.
Syamsudin. 1987. Dasar-dasar Penyuluhan dan Modernisasi Pertanian. Bandung: Bina Cipta.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16, 2006. Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan. Jakarta. Departemen Pertanian
van den Ban & Hawkins. 2005. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta: Kanisius.
Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.