Makalah Masalah Keamanan Dalam Sistem In

MAKALAH
MASALAH KEAMANAN DALAM SISTEM INFORMASI

Oleh :
Digga Anggriawan

( 09030053 )

Jodio Blasius Lopes

( 13030067 )

Ernafita Bau

( 13030058 )

Joko Agung Geomerly

( 13030059 )

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI ADISUTJIPTO
YOGYAKARTA
2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
pertolonganNya kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar.
Makalah ini disusun untuk memberikan pengetahuan tentang keamanan dari
sistem informasi. Adapun yang menjadi referensi sebagai acuan dalam
penyususnan makalah ini yaitu kami ambil dari berbagai sumber di internet yang
berhubungan dengan masalah keamanan dalam sistem informasi.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami membuka diri untuk
menerima
kritik dan saran yang membangun tentunya, untuk penyempurnaan
pada
pembuatan
bermanfaat bagi


makalah

dikemudian

hari.

Semoga

makalah

ini

pembaca sekalian. Akhir kata kami ucapkan
terimakasih.

Yogyakarta,

Desember 2013

Tim Penyusun


BAB I
PENDAHULUAN
Informasi saat ini sudah menjadi sebuah komoditi yang sangat penting.
Bahkan ada yang mengatakan bahwa kita sudah berada di sebuah
“informationbased society”. Kemampuan untuk mengakses dan menyediakan
informasi secara cepat dan akurat menjadi sangat esensial bagi sebuah organisasi,
baik yang berupa organisasi
lembaga

komersial

(perusahaan),

perguruan

tinggi,

pemerintahan, maupun individual (pribadi). Survey Information Week (USA),
1271 system or network manager, hanya 22% yang menganggap keamanan sistem

informasi sebagai komponen penting.
Tahunsehingga
1988, keamanan
sistem mailsistem
sendmailInternet.
dieksploitasi
oleh Robert
Morris
melumpuhkan
Kegiatan
ini dapat
Tapan
diklasifikasikan sebagai “denial of service attack”. Diperkirakan biaya
yang
digunakan untuk memperbaiki dan hal‐hal lain yang hilang adalah sekitar
$100
juta. Di tahun 1990 Morris dihukum (convicted) dan hanya didenda $10.000.
Tahun 10 Maret 1997, seorang hacker dari Massachusetts berhasil mematikan
sistem telekomunikasi
sehingga


sebuah airport lokal (Worcester, Mass.)

memutuskan komunikasi di control tower dan menghalau pesawat yang
hendak
mendarat.
Jumlah kejahatan komputer (computer crime), terutama yang berhubungan
dengan sistem informasi, akan terus meningkat dikarenakan beberapa
hal, antara
lain :
1. Aplikasi bisnis yang menggunakan (berbasis) teknologi informasi dan
jaringan
komputer semakin meningkat.
2. Desentralisasi server sehingga lebih banyak sistem yang harus ditangani
dan
membutuhkan lebih banyak operator dan administrator yang handal. Padahal
mencari operator dan administrator yang handal adalah sangat sulit.

3. Transisi dari single vendor ke multi‐vendor sehingga lebih banyak yang harus
dimengerti dan masalah interoperability antar vendor yang lebih sulit

ditangani.
4.

Meningkatnya kemampuan pemakai di bidang komputer sehingga mulai
banyak pemakai yang mencoba‐coba bermain atau membongkar sistem yang

5.
6.

digunakannya.
Kesulitan dari penegak hukum untuk mengejar kemajuan dunia komputer dan
telekomunikasi yang sangat cepat.
Semakin kompleksnya sistem yang digunakan, seperti semakin besarnya
program (source code) yang digunakan sehingga semakin besar probabilitas

7.

terjadinya lubang keamanan.
Semakin banyak perusahaan yang menghubungkan sistem informasinya
dengan

sistem

jaringan

komputer

yang

global

seperti

Internet.

Potensi

informasi
yang
dijebol
menjadi informasi

lebih besar.adalah bagaimana kita dapat
Menurut G.
J. dapat
Simons,
keamanan
mencegah penipuan (cheating) atau paling tidak mendeteksi adanya penipuan di
sebuah
tidak

sistem

yang berbasis

informasi,

dimana

informasinya

sendiri


memiliki arti fisik.
Jika kita berbicara tentang keamanan sistem informasi, selalu kata kunci yang
dirujuk adalah pencegahan dari kemungkinan adanya virus, hacker, cracker
dan
lain‐lain. Padahal berbicara masalah keamanan sistem informasi maka kita
akan
berbicara kepada kemungkinan adanya resiko yang muncul atas sistem
tersebut.
Bicara tentang keamanan sistem, maka akan berbicara dua masalah utama
yaitu :
Masalah tersebut pada gilirannya berdampak kepada 6 hal yang utama dalam
1. Threats (Ancaman) atas
sistem
sistem. informasi yaitu :
1. Efektifitas.
2.
Vulnerability (Kelemahan) atas
sistem.
2. Efisiensi.


3. Kerahaasiaan.
4. Integritas.
5. Keberadaan (availability).
6. Kepatuhan (compliance).
7. Keandalan (reliability).
Adapun kriteria yag perlu di perhatikan dalam masalah keamanan sistem
informasi membutuhkan 10 domain keamanan yang perlu di perhatikan yaitu :
1. Akses kontrol sistem yang digunakan.
2. Telekomunikasi dan jaringan yang dipakai.
3. Manajemen praktis yang di pakai.
4. Pengembangan sistem aplikasi yang digunakan.
5. Cryptographs yang diterapkan.
6. Arsitektur dari sistem informasi yang diterapkan.
7. Pengoperasian yang ada.
8. Busineess Continuity Plan (BCP) dan Disaster Recovery Plan (DRP).
9. Kebutuhan Hukum, bentuk investigasi dan kode etik yang
10. diterapkan.
Tata letak fisik dari sistem yang ada.


BAB II
PEMBAHA
SAN
A. Ancaman (threats)
Ancaman adalah aksi yang terjadi baik dari dalam sistem maupun dari
luar
sistem yang dapat mengganggu keseimbangan sistem informasi. Ancaman
yang
mungkin timbul dari kegiatan pengolahan informasi berasal dari 3 hal
1.
Ancaman alam.
utama,
yaituYang
: termasuk dalam kategori ancaman alam terdiri atas :
a. Ancaman air, seperti : Banjir, Stunami, Intrusi air laut, kelembaban
tinggi,
b.
c.

badai, pencairan salju.
Ancaman tanah, seperti : Longsor, Gempa bumi, gunung meletus.

Ancaman alam lain, seperti : Kebakaran hutan, Petir, tornado, angin
ribut.
2. Ancaman manusia.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Yang dapat dikategorikan sebagai ancaman manusia, diantaranya
adalah :
Malicious code.
Virus, Logic bombs, Trojan horse, Worm, active contents,
Countermeasures.
Social engineering.
Hacking, cracking, akses ke sistem oleh orang yang tidak berhak, DDOS,
backdoor.
Kriminal.
Pencurian, penipuan, penyuapan, pengkopian tanpa ijin,
perusakan.

Teroris.
3. Ancaman
lingkungan.
Peledakan,
Surat kaleng, perang informasi, perusakan.
Yang dapat dikategorikan sebagai ancaman lingkungan
seperti :

a. Penurunan tegangan listrik atau kenaikan tegangan listrik secara tiba‐tiba dan

dalam jangka waktu yang cukup lama.
b. Polusi.
c. Efek bahan kimia seperti semprotan obat pembunuh serangga, semprotan
anti
api, dll.
d. Kebocoran seperti A/C, atap bocor saat hujan.
B. Kelemahan (Vurnerability)
Adalah cacat atau kelemahan dari suatu sistem yang mungkin timbul pada saat
mendesain, menetapkan prosedur, mengimplementasikan maupun kelemahan atas
sistem kontrol yang ada sehingga memicu tindakan pelanggaran oleh pelaku yang
mencoba menyusup terhadap sistem tersebut.
Cacat sistem bisa terjadi pada prosedur, peralatan, maupun perangkat lunak
yang dimiliki, contoh yang mungkin terjadi seperti : Seting firewall yang
membuka telnet sehingga dapat diakses dari luar, atau Seting VPN yang
tidak di
ikuti oleh penerapan kerberos atau NAT.
Suatu pendekatan keamanan sistem informasi minimal
menggunakan 3
1. Pendekatan preventif yang bersifat mencegah dari kemungkinan
pendekatan,
terjadikan
yaitu :
ancaman dan kelemahan.
2.
Pendekatan detective
yang
bersifat
mendeteksi dari adanya
penyusupan dan
3.
proses yang mengubah
sistem dari keadaan
normal
menjadi
keadaan
C. Pengendalian Keamanan Sistem Informasi
abnormal.
Berkaitan dengan keamanan system informasi, diperlukan tindakan berupa
Pendekatan Corrective yang bersifat mengkoreksi keadaan sistem yang
sudah
pengendalian
terhadap sistem informasi. Kontrol‐kontrol untuk
tidak seimbang
dikembalikan
dalam keadaan normal.
pengamanan
sistem untuk
informasi
antara lain:

1. Kontrol Administratif.
Kontrol administratif dimaksudkan untuk menjamin bahwa seluruh
kerangka
control dilaksanakan sepenuhnya dalam organisasi berdasarkan
prosedurprosedur
a. Mempublikasikan kebijakan control yang membuat semua pengendalian
yang jelas. Kontrol ini mencakup hal‐hal berikut:
sistem informasi dapat dilaksanakan dengan jelas dan serius oleh semua pihak
dalam organisasi.
b. Prosedur yang bersifat formal dan standar pengoperasian disosialisasikan dan
dilaksanakan dengan tegas. Termasuk hal ini adalah proses pengembangan
sistem, prosedur untuk backup, pemulihan data, dan manajemen pengarsipan
data.
c. Perekrutan pegawai secara berhati‐hati yang diikuti dengan orientasi
pembinaan, dan pelatihan yang diperlukan.
d. Supervisi terhadap para pegawai. Termasuk pula cara melakukan control kalau
pegawai melakukan penyimpangan terhadap yang diharapkan.
e.

Pemisahan tugas‐tugas dalam pekerjaan dengan tujuan agar tak seorangpun
yang dapat menguasai suatu proses yang lengkap. Sebagai contoh, seorang
pemrogram harus diusahakan tidak mempunyai akses terhadap data produksi
(operasional)
melakukan

agar

tidak

memberikan

kesempatan

untuk

kecurangan.
2. Kontrol Pengembangan dan Pemeliharaan Sistem.
Untuk melindungi kontrol ini, peran auditor sistem informasi
sangatlah
penting. Auditor sistem informasi harus dilibatkan dari masa pengembangan
hingga pemeliharaan system, untuk memastikan bahwa system benar‐
benar
terkendali, termasuk dalam hal otorisasi pemakai system. Aplikasi
dilengkapi
dengan audit trail sehingga kronologi transaksi mudah untuk ditelusuri.

3.

Kontrol Operasi.
Kontrol operasi dimaksudkan agar system beroperasi sesuai dengan

yang diharapkan. Yang termasuk dalam kontrol ini yaitu sebagai berikut :
a. Pembatasan akan akses terhadap data.
b. Kontrol terhadap personel pengoperasi.
c. Kontrol terhadap peralatan.
d. Kontrol terhadap penyimpanan arsip.
e. Pengendalian terhadap virus.
Untuk mengurangi terjangkitnya
administrator
sistemdetektif,
harus dan korektif.
tigavirus,
kontrol
berupa preventif,
melakukan
4.

Proteksi Fisik terhadap Pusat Data.

a. Untuk menjaga hal‐hal yang tidak diinginkan terhadap pusat data.
b. Faktor lingkungan yang menyangkut suhu, kebersihan, kelembaban
udara, bahaya banjir, dan keamanan fisik ruangan perlu diperhatikan dengan
benar.
5. Kontrol Perangkat Keras.
a. Untuk mengatisipasi kegagalan sistem komputer, terkadang organisasi
menerapkan sistem komputer yang berbasis fault tolerant (toleran terhadap


b.

kegagalan).

Pada sistem ini, jika komponen dalam sistem mengalami kegagalan
maka
komponen cadangan atau kembarannya segera mengambil alih peran
1.)

komponen
yang rusak.
Sistem
fault tolerant
dapat diterapkan pada lima level, yaitu pada :

Komunikasi jaringan, toleransi kegagalan terhadap jaringan dilakukan dengan

2.)

menduplikasi jalur komunikasi dan prosesor komunikasi.
Prosesor, redundasi prosesor dilakukan antaralain dengan teknik watchdog

3.) processor, yang akan mengambil alih prosesor yang bermasalah.
Penyimpan eksternal,terhadap kegagalan pada penyimpan eksternal antara
lain
dilakukan melalui disk memoring atau disk shadowing, yang menggunakan

teknik dengan menulis seluruh data ke dua disk secara pararel. Jika salah
satu
disk mengalami kegagalan, program aplikasi tetap bisa berjalan
dengan menggunakan disk yang masih baik.
4.) Catu daya, toleransi kegagalan pada catu daya diatasi melalui
5.) UPS.
Transaksi,
toleransi
ditanganimelalui

kegagalan

pada

mekanisme basis data yang disebut
mengembalikan ke

level

rollback,

transaksi
yang akan

keadaan semula yaitu keadaan seperti sebelum transaksi dimulai
di terhadap Sistem komputer.
6. sekiranya
Kontrol Akses
pemrosesan
transaksi terjadi
a. pertengahan
Untuk melakukan
pembatasan
akseskegagalan.
terhadap sistem, setiap pemakai sistem
diberi otorisasi yang berbeda‐beda.
Setiap pemakai dilengkapi dengan nama
b.

pemakai dan password.
Sistem‐sistem yang lebih maju mengombinasikan dengan teknologi lain.
Misalnya, mesin ATM menggunakan kartu magnetic atau bahkan kartu cerdas

c.

sebagai langkah awal untuk mengakses sistem dan kemudian baru diikuti
dengan pemasukan PIN (personal identification number).
Teknologi yang lebih canggih menggunakan sifatsifat biologis manusia yang

d.

bersifat unik, seperti sidik jari dan retina mata, sebagai kunci untuk mengakses
sistem
Pada sistem yang terhubung ke Internet, akses Intranet dari pemakai luar
(via

Internet) dapat dicegar dengan menggunakan firewall. Firewall dapat berupa
7. Kontrol terhadap Akses Informasi.
program ataupun perangkat keras yang memblokir akses dari luar intranet.
Ada kemungkinan bahwa seseorang yang tak berhak terhadap suatu
informasi
berhasil membaca informasi tersebut melalui jaringan (dengan menggunakan
teknik sniffer). Untuk mengantisipasi keadaan seperti ini, alangkah lebih
baik
sekiranya informasi tersebut dikodekan dalam bentuk yang hanya bisa dibaca
oleh
yang berhak.

Studi tentang cara mengubah suatu informasi ke dalam bentuk yang tak dapat
dibaca oleh orang lain dikenal dengan istilah kriptografi. Adapun sistemnya
disebut sistem kripto. Secara lebih khusus, proses untuk mengubah teks asli
(cleartext atau plaintext) menjadi teks yang telah dilacak (cliphertext) dinamakan
enskripsi, sedangkan proses kebalikannya, dari chiphertext menjadi cleratext,
disebut dekrpisi.
Dua teknik yang popular untuk melakukan enskripsi yaitu DES dan
public key encryption. DES merupakan teknik untuk melakukan enskripsi dan

deskripsi yang dikembangkan oleh IBM pada tahun 1970‐an. Kunci yang

digunakan berupa kunci privat yang bentuknya sama. Panjang kunci yang
digunakan sebesar 64 bit. Algoritma yang digunakan mengonversi satu blok
berukuran 64 bit (8karakter) menjadi blok data berukuran 64 bit.
Sistem DES yang menggunakan kunci privat memiliki kelemahan yang
terletak pada
Pendistribusian inilah

keharusan

untuk

mendistribusikan

kunci

ini.

yang menjadi titik rawan untuk diketahui oleh pihak penyadap.
Untuk mengatasi kelemahan sistem kripto simetrik, diperkenalkan teknik
yang disebut kriptografi kunci publik. Sistem ini merupakan model sistem
kripto
asimetrik, yang menggunakan kunci enkripsi dan dekripsi yang berbeda.
Caranya
adalah dengan menggunakan kunci privat dan kunci publik. Sebagai
gambaran,
8.
Kontrol terhadap Bencana.
bila (1998)
pengirim
S mengirimkan
pesan ke terhadap
penerima bencana
R, ia menggunakan
Zwass
membagi
rencana pemulihan
ke dalam
4kunci publik
R dan kemudian
R melakukan dekripsi dengan menggunakan kunci
komponen
:
privat R.
a. Rencana darurat (emergency plan) menentukan tidakan‐tindakan yang
harus
dilakukan oleh para pegawai manakala bencana terjadi.
b. Rencana cadangan (backup plan) menentukan bagaimana pemrosesan
informasi akan dilaksanakan selama masa darurat.

c. Rencana pemulihan (recovery plan) menentukan bagaimana pemrosesan akan
dikembalikan ke keadaan seperti aslinya secara lengkap, termasu
mencakup
d.

tanggung jawab masing‐masing personil.
Rencana pengujian (test plan) menentukan bagaimana komponen‐komponen

9. dalam rencana pemulihan akan diuji atau disimulasikan.
Kontrol Terhadap Perlidungan Terakhir.
a. Kontrol terhadap perlindungan terakhir dapat
b. berupa :
Rencana pemulihan terhadap bencana.
Asuransi.
bencana.
Itulah sebabnya, biasanya organisasi mengansurasikan gedung atau
Asuransi merupakan upaya untuk mengurangi kerugian sekiranya terjadi
aset‐aset tertentu dengan tujuan kalau bencana terjadi, klaim asuransi
dapat digunakan untuk meringankan beban organisasi.
10. Kontrol Aplikasi.
Kontrol aplikasi adalah kontrol yang diwujudkan secara sesifik dalam
suatu aplikasi sistem informasi. Wilayah yang dicakup oleh kontrol ini meliputi:
a. Kontrol Masukan.
b. Kontrol Pemrosesan.
c. Kontrol Keluaran.
d. Kontrol Basis Data.
e. Kontrol
Telekomunikasi.

BAB III
KESIMPUL
AN
Keamanan sistem informasi tidak dilihat hanya dari kaca mata timbulnya
serangan dari virus, mallware, spy ware dan masalah lain, akan tetapi dilihat
dari berbagai segi sesuai dengan domain keamanan sistem itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.sisteminformasi.com/2009/04/keamanan‐sisteminformasi‐
http://www.sisteminformasi.com/2009/04/keamanan‐sisteminformasi‐

apa‐dan.html
apa‐dan.html