T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Kasus tentang PHK Karena Pelanggaran Berat dalam Putusan Tingkat Pertama Nomor : 14 G 2011 PHI . JBI dan Kasasi No.Pdt.Sus2011 T1 BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. TINJAUAN PUSTAKA

  1. Pengertian Umum Pengusaha dan Buruh Dalam hubungan kerja terdapat 2 (pihak) yang terlibat yaitu pengusaha dan buruh.

  Dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan yang dimaksud dengan Pengusaha ialah Pengusaha adalah :

  a. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri

  b. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya

  c. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili perusahaan yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia. Sedangkan Menurut Undang- Undang Ketenagakerjaan nomor 13 Tahun 2013 Pasal 1

  angka (3) Pekerja atau buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Sastrohadiwiryo menyatakan Buruh adalah mereka yang bekerja pada usaha perorangan dan diberikan imbalan kerja secara harian maupun borongan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, baik lisan maupun tertulis, yang biasanya imbalan

  kerja tersebut diberikan secara harian. 1 Sedangkan dalam teori Karl Marx tentang nilai lebih, disebutkan bahwa kelompok yang memiliki dan menikmati nilai lebih disebut sebagai

  majikan dan kelompok yang terlibat dalam proses penciptaan nilai lebih itu disebut Buruh. Pengertian buruh ini pula diberikan oleh Dr. Payaman dikutip A.Hamzah (1990) yang menyatakan bahwa tenaga kerja adalah produk yang telah atau sedang bekerja, Atau mencari pekerjaan, dan melakukan pekerjaan lainnya, seperti sekolah, ibu rumah tangga. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pekerja adalah orang yang bekerja kepada seseorang berdasarsarkan perjanjian kerja untuk menerima upahgaji dari orang mempekerjakannya.

  Dalam hubungan kerja pengusaha dan buruh ada perikatan yang timbul sebagaimana diatur dalam Undang-undang Ketenagakerjaan yang menyatakan bahwa hubungan kerja antara pengusa dan buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyi unsur pekerjaan,upah dan perintah. Hak pekerjaburuh tersebut muncul secara bersamaan ketika si pekerjaburuh mengikat dirinya pada si majikan untuk melakukan suatu pekerjaan dengan menerima

  upagaji 2 .

  1 Sastrohadiwiryo, Siswanto.Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Administratif dan Operasional,

  Perikatan berdasarkan perjanjian kerja ini menimbulkan Hak dan kewajiban antara buruh dan pengusaha yang antara lainnya ialah :

  a. Hak dan Kewajiban Pengusaha i.

  Hak Pengusaha

  1) Berhak sepenuhnya atas hasil kerja pekerja

  2) Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa pekerjaburuh yang dibuat secara tertulis ( Pasal 64 Undang- undang Ketenagakerjaan)

  3) Pengusaha dapat mempekerjakan pekerjaburuh untuk bekerja pada hari-hari libur resmi apabila jenis dan sifat pekerjaan tersebut harus dilaksanakan atau dijalankan secara terus-menerus atau pada keadaan lain berdasarkan kesepakatan antara pekerjaburuh dengan pengusaha denggan membayar upah kerja lembur. (Pasal 95 ayat (2) dan (3) Undang-undang Ketenagakerjaan )

  4) Bagi pengusaha yang tidak mampu membayar upah minimum dapat melakukan penangguhan (Pasal 90 ayat (2) Undang-undang Ketenagakerjaan)

  5) Pengusaha dapat memutuskan hubungan kerja terhadap pekerjaburuh dengan alasanpekerjaburuh telah melakukan kesalahan berat ( Pasal 158 Undang- Undang Ketenagakerjaan)

  6) Pengusaha dapat melakukan PHK terhadap pekerjaburuh yang setelah 6 (enam) bulan tidak dapat melakukan pekerjaan sebagaimana mestinya karena dalam proses perkara pidana (Pasal 160 ayat (3) Undang-Undang Ketenagakerjaan)

  ii.

  Kewajiban Pengusaha

  1) pengusaha adalah membayar upah kepada pekerjanya secara tepat waktu. (Pasal 88 ayat (1) Undang-Undang Ketenagakerjaan)

  2) Pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti kepada pekerjaburuh (Pasal 79 Undang-Undang Ketenagaerjaan)

  3) Pengusha berkewajiban menyediakan fasilitas kesejahteraan bagi para pekerja untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja dengan

  memperhatikan

  kebutuhan pekerja ( Pasal 100 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Ketenagakerjaan)

  4) Pengusaha wajib memberikan menyediakan angkutan antar

  Jemput

  Bagi Pekerja Buruh Perempuan yang berangkat dan

  pulang pekerja antara

  pukul 23.00 s.d pukul 05.00 (Pasal 76 (3)

  5) Dalam Hal terjadi pemutusan Kerja pengusah di wajib kan membayar uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja

  dan uang penggantian hak

  yang seharusnya diterima (pasal 156 (1) Undang-Undang ketenagakerjaan)

  b. Hak dan Kewajiban PekerjaBuruh i.

  Hak PekerjaBuruh

  1. Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan (Pasal 5 Undang-Undang Ketenagakerjaan)

  2. Setiap pekerja berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha (Pasal 6 Undang-Undang Ketenagakerjaan)

  3. Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh danatau meningkatkan danatau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya melalui pelatihan kerja (Pasal 11 Undang-Undang Ketenagakerjaan)

  4. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja melebihi waktu kerja wajib membayar upah kerja lembur (Pasal 78 ayat (2)) Undang-Undang Ketenagakerjaan)

  5. Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum (Pasal 90 Undang-Undang Ketenagakerjaan)

  6. Dalam hal terjadi PHK, pengusaha diwajibkan membayar uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja serta uang pengganti hak yang seharusnya diterima oleh perkerjaburuh (Pasal 156 ayat (1) Undang- Undang Ketenagakerjaan)

  ii.

  Kewajiban PekerjaBuruh

  1. Dalam melaksanakan hubungan industrial, pekerja dan serikat pekerja mempunyai fungsi menjalankan pekerjaan sesuai dengan keWajibannya, menjaga ketertiban demi kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi secara demokrasi, mengembangkan keterampilan dan keahliannya serta ikut memajukan perusahaan dan memperjuangkan kesejahteraan anggota beserta keluarganya ( Pasal 102 ayat (2) Undang-Undang Ketenagakerjaaan)

  2. Pengusaha, serikat pekerja dan pekerja Wajib melaksanakan ketentuan yang ada dalam perjanjian kerja bersama serta Pengusaha dan serikat pekerja Wajib memberitahukan isi perjanjian kerja bersama atau perubahannya kepada seluruh pekerja (Pasal 126 ayat ( 1 ) dan( 2 ) Undang-Undang Ketenagakerjaaan)

  3. Penyelesaian perselisihan hubungan industrial Wajib dilaksanakan oleh pengusaha dan pekerja atau serikat pekerja secara musyawarah untuk mufakat ( Pasal 136 ayat ( 1 ) Undang-Undang Ketenagakerjaaan)

  4. Sekurang kurangnya dalam waktu 7 (Tujuh) hari kerja sebelum mogok kerja dilaksanakan, pekerja dan serikat pekerja Wajib memberitahukan secara tertulis kepada pengusaha dan instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan setempa ( Pasal 140 ayat ( 1 ) Undang-Undang Ketenagakerjaaan)

2. Pengertian dan Syarat Hubungan Kerja

  Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang dimaksud dengan hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerjaburuh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah. Pengertian hubungan kerja ini juga didefenisikan oleh para ahli yaitu :

  a. Menurut Hartono Widodo dan Judiantoro, hubungan kerja adalah kegiatan-kegiatan pengerahan tenagajasa seseorang secara teratur demi kepentingan orang lain yang memerintahnya (pengusahamajikan) sesuai dengan perjanjian kerja yang telah

  disepakati 3

  b. Tjepi F. Aloewir, mengemukakan bahwa pengertian hubungan kerja adalah hubungan yang terjalin antara pengusaha dan pekerja yang timbul dari perjanjian yang diadakan

  untuk jangka waktu tertentu maupun tidak tertentu 4 Berdasarkan pengertian tersebut maka menurut penulis yang dimaksud dengan

  hubungan kerja ialah suatu hubungan yang timbul antara pekerja dan pengusaha setelah diadakan perjanjian sebelumnya oleh pihak yang bersangkutan yang dalam hal ini ialah pengusaha dan buruh.

  Di dalam hubungan kerja akan terdapat tiga unsur yang dapat pahami yang pertama ialah pekerjaan, didalam hubungan kerja harus ada pekerjaan yang diperjanjikan (objek

  3 Hartono, Judiantoro, Segi Hukum Penyelesaian Perselisihan Perburuhan, Jakarta, Rajawali Pers, 1992, hlm 10 4 Tjepi F. Aloewic, Naskah Akademis Tentang Pemutusan Hubungan Kerja dan Penyelesaian Perselisihan

  perjanjian). Pekerjaan tersebut haruslah dilakukan sendiri oleh pekerja dan hanya seizin majikanlah pekerja dapat menyerahkan pekerjaan tersebut kepada orang lain. Hal ini sebagaiman diatur dalam KUHPerdata Pasal 1630a yang berbunyi: “Buruh wajib melakukan sendiri pekerjaanya hanya dengan seizin majikan ia dapat menyuruh orang ketiga untuk menggantikannya.” Kedua ialah upah, Pengusaha berkewajiban membayar upah dan pekerja berhak atas upah dari pekerjaan yang dilakukannya. Di dalam Pasal 1 Angka 30 Undang- Undang Ketenagakerjaan dinyatakan bahwa: “Upah adalah hak pekerjaburuh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerjaburuh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerjaburuh dan keluarganya atas suatu pekerjaan danatau jasa yang telah atau akan dilakukan”. Ketiga ialah perintah, satu pihak berhak memberikan perintah dan pihak yang lain berkewajiban melaksanakan perintah tersebut. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 1603(b), yaitu: “Buruh diwajibkan menaati peraturan-peraturan tentang hal melakukan perkerjaan serta aturan-aturan yang ditujukan pada perbaikan tata-tertib dalam perusahaan majikan, yang diberikan kepadanya oleh atas nama majikan di dalam batas-batas aturan-aturan undang-undang atau perjanjian maupun reglemen, atau jika itu tidak ada menurut kebiasaan”.

  Berdasarkan pngertian-pengertian tersebut juga dapat dipahami bahwa hubungan kerja dapat terjadi akibat adanya perjanjian kerja. Menurut Pasal 1 angka (14) Undang- Undang Ketenagakerjaan, yang dimaksud dengan perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerjaburuh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak. Pasal 52 ayat (1) Undang- Undang Ketenagakerjaan menyebutkan

  4 (empat) dasar perjanjian kerja, yaitu:

  1. kesepakatan kedua belah pihak

  2. kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum

  3. adanya pekerjaan yang diperjanjikan

  4. pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku Dalam angka 1 dan 2 merupakan syarat subjektif, sedangkan dasar huruf 3 dan 4

  merupakan syarat objektif. Dalam hal terjadi di mana perjanjian kerja itu tidak memenuhi syarat subjektif, maka perjanjian itu dapat dibatalkan. Artinya, salah satu pihak (yang tidak cakap) memiliki hak untuk meminta agar perjanjian itu dibatalkan oleh hakim. Kemudian, apabila perjanjian kerja itu tidak memenuhi syarat objektif, perjanjian itu batal demi hukum. Artinya, dari semula dianggap tidak pernah ada perjanjian atau perikatan sehingga para pihak tidak memiliki dasar untuk saling menuntut di muka sidang pengadilan.

3. Prosedur dan Hak PHK

  PHK (PHK) Menurut Undang-Undang Ketenagakerjaan dalam Pasal 1 ayat (25) adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerjaburuh dan pengusaha. terdapat beragam alasan terjadinya PHK contohnya ialah berakhirnya waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian kerja, karena pengunduran diri oleh pekerjaburuh, dan pemberhentian oleh perusahaan.

  PHK (PHK) dapat terjadi atas permintaan pihak pengusaha maupun pekerjaburuh, namun seringkali yang terjadi PHK (PHK) lebih banyak atas permintaan pengusaha. Pemutusan hubungan (PHK) oleh pengusaha terhadap pekerja buruh dapat disebabkan oleh beberapa alasan yang antara lain seperti mangkir, perusahaan tutup, perusahaan pailit, atau karena alasan pekerjaburuh telah melakukan kesalahan berat sebagai mana diatur dalam Pasal 158 ayat (1) Undang-undang Ketenagakerjaan.

  Kesalahan Berat yang menjadi alasan untuk melakukan PHK (PHK) pada pokoknya mengatur tentang perbuatan pidana yang telah diatur dalam KUHP 5 , sehingga untuk

  menyatakan pekerja telah melakukan kesalahan berat harus didukung dengan bukti pekerjaburuh tertangkap tangan, ada pengakuan dari pekerjaburuh yang bersangkutan atau bukti lain berupa laporan kejadian yang dibuat oleh pihak yang berwenang di perusahaan yang bersangkutan dan didukung oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi.

  Selain diatur dalam Pasal 158 Undang-undang ketenagakerjaan mengenai kesalahan berat in pula dapat diatur dalam peraturan perusahaan (PP) atau perjanjian kerja bersama (PKB). Namun apabila terjadi PHK (PHK) karena keslahn berat dalam peraturan perusahaan (PP) atau perjanjian kerja bersama (PKB) tersebut, harus mendapat izin lembaga yang

  berwenang 6 .

  Namun sejalan dengan dilakukannya uji materil oleh Mahkamah Konstitusi mengenai pasal 158 undang-undang ketenagakerjaan dalam nomor putusan Nomor 012PUU-I2003 terhadap undang-undang dasar (UUD) 1945 khususnya Pasal 28 ayat (1), sehingga mengenai Pasal 158 Pasal 159, dan beberapa anak kalimat yang merujuk pasal 158 Undang-undang Ketenagakerjaan tidak mempunyai hukum mengikat. Sejalan dengan adanya putusan tersebut Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi mengeluarkan surat edaran Menakertrans nomor SE1 3MENSJHKI2005 yang mengatur bahwa pengusaha yang ngin melakukan PHK (PHK) karena pekerjaburuh melakukan kesalahan berat dapat dilakukan setelah adanya putusan Hakim Pidana yang telah mempunyai hukum tetap sebagi bukti hukum yang nantinya dapat dijadikan bukti dalam sengketa PHK (PHK) yang akan dialanjutkan ke Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.

B. Hasil Penelitian

1. Kasus Posisi

  5 Farianto dan Darwanto law firm, Himpunan Putusan Mahkamah Agung dalam perkara PHI tenttang putusan

  MENDRA BARUS, bertempat tinggal di Komplek Perumahan Kebun Karet, PT Brahma Binabakti, Desa Suka Awin Jaya, Kecamatan Sekernan, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi, dalam hal ini memberi kuasa kepada MEILINUS AGPH GULO, S.Kom., dan kawankawan, Pengurus Cabang Federasi Serikat Pekerja Pertanian dan Perkebunan- Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (PC F.SPPP-SPSI), Kabupaten Muaro Jambi danatau Pengurus Daerah Federasi Serikat Pekerja Pertanian dan Perkebunan-Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (PD F.SPPP-SPSI) Provinsi Jambi yang beralamat kantor di JalanMaulana Malik Ibrahim, No. 04, RT 24, Kelurahan Solok Sipin, Kecamatan Telanaipura, Kota Jambi yang disebut sebagai Penggugat. Melawan PT BRAHMA BINABAKTI, beralamat di Jalan Sultan Taha, No. 4, Jambi termohon sebagai Tergugat.

  PT.Brahma Binabakti adalah perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan karet dimana perusahaan ini telah mempekerjakan Penggugat sebagai karyawan PT. Brahma Binabakti. Tergugat telah bekerja sejak tanggal 21 Januari 2004 sampai sekarang (7 tahun) sebagai mandor deres afdeling D dengan menerima upah terakhir sebesar Rp.1.088.000,00 setiap bulan, dengan rincian sebagai berikut :

  i. Gaji Pokok

  :Rp. 1.088.000,00

  ii. TunjanganPremiBorongan

  :Rp. –

  iii. Lembur

  :Rp. –

  iv. Total Diterimabulan

  :Rp. 1.088.000,00

  Perkara ini bermula pada hari Sabtu tanggal 26 Februari 2011 sekitar jam 04.30 wib, ketika Penggugat membangunkan Roni Prastowo teman kerjanya dengan maksud untuk menggantikan penderes yang tidak masuk kerja, namun Roni Prastowo tidak mau bangun, Penggugat yang mempunyai jabatan sebagai mandor kemudian melaporkan kepada Mandor Kepala tentang permasalahan tersebut karena laporan Penggugat kepada Mandor Kepala, Roni Prastowo dipanggil ke kantor afdeling D dan dimintakan keterangan mengenai kejadian

  yang dilaporkan tersebut. Setelah kedua pihak telah selesai dimintai keterangan Penggugat dan Rono Prasetowo keluar dari kantor afdeling D, ketika sampai diluar sdr. Roni Prastowo mengancam Penggugat serta meminta penyelesaian secara jantan. Setelah peristiwa tersebut keduanya melanjutkan pekerjaan ke lapangan seperti biasanya, Namun tiba-tiba Penggugat dipukul oleh sdr. Roni Prastowo dari belakang dan mengenai bagian kepala belakang Penggugat, karena dipukul dan merasa terancam Penggugat pun mengelak dan membela diri dari amukan sdr. Roni Prastowo, dan lama kemudian setelah terjadi perkelahian para karyawan lainnya datang untuk meleraimemisahkan perkelahian mereka. Keesokan harinya tanggal 01 Maret 2011 Penggugat diberikan surat PHK (PHK) No.24PHK-BBB-K III2011 dengan alasan “Berkelahi dengan teman sekerja, memukul teman sekerja, mencelakakan teman sekerja, menyerang, menganiaya, mengancam atau mengintimidasi teman sekerja atau pengusaha dilingkungan kerja” hal ini sesuai Perjanjian Kerja bersama (PKB) PT.Brahma Binabakti dengan PUK F.SPPP-SPSI Bab IX Pasal 22 Ayat (4) huruf h. Di dalam Pasal 22 Ayat (4) menyebutkan “Apabila karyawan melakukan tindakan yang sifatnya membahayakan dan atau merugikan perusahaan serta dianggap tidak dapat dipertimbangkan lagi, maka kepada karyawan yang bersangkutan dapat langsung diberhentikan” dan huruf h Perjanjian Kerja bersama (PKB) tersebut berbunyi “Berkelahi dengan teman sekerja, memukul teman sekerja, mencelakakan teman sekerja”, serta Undang-Undang Ketenagakerjaan Pasal 158 Ayat 1d, Ayat 2 dan Ayat 3.

  Namun diketahui bahwa Pasal 22 ayat (4) huruf (h) Perjanjian Kerja bersama (PKB) antara PT.Brahma Binabakti dengan PUK F.SPPP-SPSI PT.Brahma Binabakti adalah bertentangan dengan Pasal 151 ayat (1), (2), dan ayat (3) Undang-Undang Ketenagakerjaan yang berbunyi bahwa “Dalam hal isi perjanjian kerja bersama yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku maka ketentuan yang bertentangan tersebut BATAL DEMI HUKUM, dan yang berlaku adalah ketentuan dalam peraturan perundang-

  undangan”, hal tersebut juga bertentangan dengan Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia dalam perkara No.012 PUU-I2003 tentang Hak Uji Materil Undang-Undang No.13 tahun 2003 terhadap Undang- Undang Dasar Negera R.I Tahun 1945, bahwa dalam Pelaksanaan Putusan tersebut dijelaskan bahwa “Pengusaha yang akan melakukan PHK (PHK) dengan alasan pekerja melakukan kesalahan berat Pasal 158 ayat (1), maka PHK (PHK) dapat dilakukan setelah ada putusan hakim pidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap”. Hal ini juga sebagaimana juga diatur dalam Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor : SE.13MENSJ-HKI2005 tentang Putusan Mahkamah Konstitusi Atas Hak Uji Materil Undang-Undang Ketenagakerjaan pada poin 3 huruf (a) berbunyi “Pengusaha yang melakukan PHK (PHK) dengan alasan pekerjaburuh melakukan kesalahan berat Pasal 158 ayat (1), maka PHK (PHK) dapat dilakukan setelah ada putusan hakim pidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap”.

  Pada tanggal 7 Maret 2011 telah dilakukan perundingan bipartite namun sayangnya tidak didapatkan kesepakatan dari kedua pihak karena menurut staff Tergugat hak-hak yang mesti diterima oleh Penggugat adalah sesuai Perjanjian Kerja Bersama (PKB) dan ketentuan Pasal 156 ayat 4 Undang-Undang Ketenagakerjaan. Dalam proses PHK (PHK) tersebut juga tidak sesuai dengan ketentuan pasal 155 ayat (2) dan (3) Undang-Undang Ketenagakerjaan bahwa selama putusan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial belum ditetapkan, baik pengusaha maupun pekerjaburuh harus tetap melaksanakan segala kewajibannya Pengusaha dapat melakukan penyimpangan terhadap ketentuan dalam ayat (2) berupa tindakan skorsing kepada pekerjaburuh yang sedang dalam proses PHK dengan tetap wajib membayar upah beserta hak-hak lainnya yang biasa diterima pekerjaburuh namun sejak adanya surat pemberhentian Penggugat di perusahaan Penggugat dilarang untuk bekerja oleh Tergugat dan sejak itupun gajiupah Penggugat mulai Maret 2011 sampai Juli 2015 sampai perkara ini berkekuatan hukum tetap belum dibayar oleh Tergugat. Penggugat

  merasa bahwa dirinya telah dirugikan sejumlahnya Rp.5.440.000,00. Pihak Penggugat menyatakan PHK (PHK) sepihak yang dilakukan Tergugat kepada Penggugat karena tidak ada kesalahan adalah dapat dikategorikan sebagai efesiensi terhadap tenaga kerja yang ada diperusahaan Tergugat, dan semestinya hak-hak Penggugat dapat diberikan sesuai ketentuan Undang-Undang Tentang Ketenagakerjaan pasal 164 ayat (3) yang berbunyi bahwa “Pengusaha dapat melakukan PHK terhadap pekerjaburuh karena perusahaan tutup bukan karena mengalami kerugian 2 tahun berturut-turut atau bukan karena keadaan memaksa (vorce majeur) tetapi perusahaan melakukan efesiensi, dengan ketentuan pekerjaburuh berhak atas uang pesangon sebesar 2 (dua) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan pasal 156 ayat (4) Undang-Undang Ketenagakerjaan”. keputusan Tergugat yang memlakukan PHK (PHK) kepada Penggugat dari perusahaannya, sampai saat ini pun belum melakukan pembayarkan hak-hak Penggugat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga Penggugat merasa dirugikan sebesar Rp.24.295.040,00 yang diantaranya meliputi uang pesangon, uang penghargaan dan uang penggantian hak.

  Dalam perkara ini Penggugat dan Tergugat telah mengupayakan penyelesaian melalui mediator pada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Muaro Jambi, namun anjuran mediator ditolak oleh Penggugat karena tidak sesuai dengan Undang – Undang Ketenagakerjaan , sehingga menjadikan perkara ini dilanjutkan ke Pengadilan.

  Gugatan pertama diajukan Penggugat ke Pengadilan Negeri Jambi dengan Nomor Putusan : 14 G 2011 Phi . Jbi .

  1. Mengabulkan Gugatan Penggugat untuk seluruhnya .

  2. Menyatakan Pasal 22 ayat 4 huruf (h) Perjanjian Kerja Bersama antara PT.Brahma Binabakti dengan PUK F.SPPPSPSI PT.Brahma Binabakti bertentangan dengan Pasal

  151 ayat (1 ) , (2 ) , dan ayat (3 ) Undang- Undang R. I No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan , dan dinyatakan batal demi hukum

  3. Menyatakan PHK (PHK) yang dilakukan oleh Tergugat kepada Penggugat melalui suratnya No.24 PHK- BBB-K I I I 2011 tanggal 1 Maret 2011 bertentangan dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku dan dinyatakan batal demi hukum.

  4. Menyatakan Penggugat discoursing mulai tanggal 01 MARET 2011 sd perkara ini berkekuatan hukum tetap .

  5. Menghukum dan memerintahkan Tergugat untuk membayarkan secara tunai upah gaji Penggugat dari bulan Februari 2011 sd bulan Juli 2011 sebesar Rp.1 .088.000, - X5 bulan upah dengan total = Rp.5.4 40 . 0 0 0 . - ( Lima Juta Empat Ratus Empat Puluh Ribu Rupiah ) , dengan perincian : Gaji bulan Maret 2011 sebesar

  Rp.1.088.000 Gaji bulan April 2011 sebesar

  Rp.1.088.000

  Gaji bulan Mei 2011 sebesar

  Rp.1.088.000

  Gaji bulan Juni 2011 sebesar

  Rp.1.088.000

  Gaji bulan Juli 2011 sebesar

  Rp.1.088.000

  TOTAL SEBESAR

  Rp.5.440.000. -

  (LIMA JUTA EMPAT RATUS EMPAT PULUH RIBU RUPIAH) Dan atau upah mulai bulan Maret 2011 s d perkara ini

  6. Menyatakan hubungan kerjaantara Penggugat dengan Tergugat diputuskan karena tanpa kesalahan dan dikategorikan sebagai efesiensi sesuai ketentuan Pasal 164 ayat (3 ) Undang- Undang Republik Indonesia No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sejak perkara ini diputuskan .

  7. Menghukum dan memerintahkan Tergugat untuk membayarkan hak- hak Penggugat sesuai ketentuan Undang- Undang Republik Indonesia No.13 tahun 2003 7. Menghukum dan memerintahkan Tergugat untuk membayarkan hak- hak Penggugat sesuai ketentuan Undang- Undang Republik Indonesia No.13 tahun 2003

1. UANG PESANGON

  Rp. 1.088.000,00 X 8 X 2

  Rp.17.408.000,00

2. UANG PENGHARGAAN

  Rp. 1.088.000,00 X 5 =

  Rp. 3.264.000,00

3. UANG PENGGANTIAN HAK ANTARA LAIN :

  a. Cuti yang belum gugur ( Rp.1.088.000: 25 = Rp.43.520 x 12 )

  Rp. 522.240.00

  b. Biaya ongkos pulang ke Medan

  Rp –

  c. Penggantian perumahan pengobatan

  Rp.20.672.000 X 15 =

  Rp. 3.100.800,00

  Total uang pesangon Penggugat adalah sebesar… = +( Rp 24.295.040,001)

  8. Menyatakan sah dan berharga Sita Jaminan atas barang - Barang bergerak dan atau tidak bergerak milik dan atas nama Tergugat berdasarkan penetapan Ketua dan Anggota Majelis Hakim yang memeriksa , mengadili dan memutus perkara aquo .

  Pokok Permohonan :

  1. Menyatakan bahwa Pasal 22 ayat 4 huruf (h) Perjanjian Kerja Bersama antara PT. Brahma Binabakti dengan PUK F.SPPP - SPSI PT. Brahma Binabakti bertentangan dengan Pasal 151 ayat (1), (2), dan ayat (3) Undang – Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sehingga PHK dengan surat No. 24 PHK- BBB-KIII2011 tanggal 1 Maret 2011 adalah bertentangan dengan Undang – Undang sehingga harus dinyatakan BATAL DEMI HUKUM.

  2. Menyatakan Penggugat discoursing mulai tanggal 1 Maret 2011 sd perkara ini berkekuatan hukum tetap dan menghukum Tergugat untuk membayarkan secara tunai gaji Penggugat dari bulan Februari 2011 s d bulan Juli 2011 sebesar Rp.1.088.000,- x

  5 bulan upah dengan total Rp.5.440.000.- ( Lima Juta Empat Ratus Empat Puluh Ribu Rupiah ),

  3. Menyatakan hubungan kerja antara Penggugat dan Tergugat diputuskan karena tanpa kesalahan dan dikategorikan sebagai efisiensi sesuai ketentuan Pasal 164 ayat (3) Undang – Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan menghukum Tergugat membayarkan hak – hak Penggugat sesuai Pasal 164 ayat (3) Undang – Undang No. 13 Tahun 2003 sebesar Rp. 24.295.040 (Dua Puluh Empat Juta Dua Ratus Sembilan Puluh Lima Ribu Empat Puluh Rupiah) yang didalamnya meliputi uang pesangon, uang penghargaan, serta uang penggantian hak.

  4. Penggugat meminta agar hakim menghukum sita jaminan atas barang Tergugat baik barang bergerak tidak bergerak.

  Dalam Rekonvensi :

  Menimbang bahwa atas gugatan Penggugat tersebut , Tergugat telah mengajukan jawabannya , sebagai berikut :

  1. Bahwa Tergugat membantah seluruh dalil – dalil gugatannya kecuali yang di akui dan

  dinyatakan secara tegas

  2. Bahwa benar Penggugat sebelumnya adalah karyawan pada PT.Brahma Binabakti sebagai mandor deres afdeling D sejak tanggal 21 Januari 2004 sd 29 Maret 2011 ;

  3. Bahwa benar Tergugat telah melakukan PHK (PHK) terhadap Penggugat sebagaimana

  dinyatakan dalam surat PHK No.51PHK- BBBKI I I 2011 tertanggal 29 Maret 2011 ;

  4. Bahwa tindakan PHK terhadap Penggugat terpaksa Tergugat lakukan setelah Penggugat

  melakukan tindakan perkelahian dengan sesama karyawan yaitu sdr.Roni Pranowo ;

  5. Bahwa sesuai dengan perjanjian kerja bersama yang dibuat antara para karyawan dan PT. Brahma Binabakti (Tergugat) pada bab IX Pasal 22 ayat 4 (h) ditegaskan perusahaan dapat melakukan PHK serta merta bilamana karyawan berkelahi dengan teman sekerja, memukul teman sekerja , mencelakakan teman sekerja

  6. Bahwa tidak benar dalil Penggugat pada huruf ( f ) PHK dilakukan per 1 maret 2011,

  melainkan pada tanggal 29 Maret 2011 sebagai mana telah dinyatakan pada point 3(tiga) diatas ;

  7. Bahwa terhadap persoalan PHK sebagaimana perkara aquo sebelumnya telah dibicarakan penyelesaian melalui mediasi pada kantor Dinas sosial tenag a kerja dan tranmigrasi kabupaten Muaro Jambi sebagaimana dinyatakan dalam risalah mediasi penyelsaian perselihan hubungan industrial tertanggal 13 April 2011 yang pada poin 10 huruf (b ) ditegaskan Perkelahian yang dilakukan pekerja dengan sesama pekerja merupakan pelanggaran tata tertip aturan PT. Brahma Binabakti , sesuai dengan ketentuan Pasal 161 ayat I UU No.13 tahun 2003 ;

  8. Bahwa lebih lanjut kantor Dinas sosial tenaga kerja dan tranmigrasi kabupaten Muaro

  Jambi melalui surat No.565174 Sosnakertrans tanggal 28 April 2011 telah menganjurkan sebagai berikut : Agar perusahaan memberikan sesuai ketentuan Pasal 161 ayat 3 UU No.13 tahun 2003 , memperoleh uang pasangon sebesar 1 kali ketentuan Pasal 156 ayat 2, uang penghargaan masa kerja sebesar Rp. 1 kali ketentuan Pasal 156 ayat 3 dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat 4

  Pokok Permohonan Dalam Rekonvensi

  Bahwa Penggugat Rekonvensi adalah suatu perusahaan perkebunan karetsawit yang berlokasi di Kabupaten Muaro Jambi, Provvinsi Jambi, Bahwa dalam menjalankan usahanya Penggugat Rekonvensi telah memperkerjakan karyawan sesuai dengan bidang kerja masing- masing, termasuk dalam hal ini Tergugat Rekonvensi (Mendra Barus) sebagai mandor deres afdeling D, terhitung sejak tanggal 21 Januari 2004 sd 29 Maret 2011, untuk menjaga berlangsungnya kegiatan usaha perkebunan Penggugat Rekonvensi berjalan dengan baik dan tertib juga guna menjalin harmonisasi hubungan industrial pada perusahaan, maka antara pihak pekerjakaryawan dengan perusaan (PT. Brahma Binabakti) dibuat kesepakatan yang selanjutnya dituangkan dalam Perjanjijan Kerja Bersama tertangal 31 Oktober 2009, berlaku terhitung 1 November 2009 sd 31 Oktober 2011, pada BAB IX Pasal 22 ayat 4 diatur hal-hal yang memperbolehkan pihak perusahaan untuk melakukan PHK secara sertamerta, salah satunya diatur dalam Pasal 22 ayat 4 (h) yaitu perbuatan berkelahi dengan teman sekerja, memukul teman sekerja, mencelakakan teman sekerja. Dan telah diketahui bahwa perbuatan Tergugat Reonvensi yang berkelahi dengan teman sekerja yaitu dengan sdr. Roni Pranowo telah nyata melanggar PKB Pasal 22 ayat 4 yang memperbolehkan Penggugat Reokonvensi untuk melakukan PHK serta merta. Namun dengan itikad baik dan mempertimbangkan rasa keadilan Penggugat Rekonvensi tetap memberikan hak-hak Tergugat Rekonvensi sesuai ketentuan Pasal 161 ayat (3) UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, dengan rincian sebagai berikut:

  Uang Pesangon

  : 1 x 8 x 1.088.000,00 Rp.8.704.000,00

  Uang Pengharagaan Masa Kerja : 1x3x1.088.000,00 Rp.3.264.000,00 Uang Penggantian Hak

  : 15 x 11.968.000,00 Rp.1.795.200,00 J u m l a h Rp.13.763.200,00

  Bahwa berdasarkan dalil-dalil diatas mohon kiranya Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini berkenan memutuskan sebagai berikut :

  1. Mengabulkan gugatan Penggugat Rekonvensi untuk seluruhnya;

  2. Menyatakan perbuatan Tergugat Rekonvensi telah melanggar ketentuan pasal 2 ayat 4 hurup (h) Perjanjian Kerja Bersama Tanggal 31 Oktober 2009;

  3. Menyatakan Surat PHK Nomor : 51PHK-BBB-KIII2011 adalah sah menurut hukum;

  4. Menyatakan pemberian Pesangon sebesar : Uang Pesangon

  : 1 x 8 x 1.088.000,00 Rp. 8.704.000,00

  Uang Pengharagaan Masa Kerja : 1 x 3 x 1.088.000,00 Rp. 3.264.000,00 Uang Penggantian Hak

  : 15 x 11.968.000,00 Rp. 1.795.200,00

  J u m l a h Rp.13.763.200,00

  (Terbilang : Tiga belas juta tujuh ratus enam puluh tiga ribu dua ratus rupiah) adalah sah sesuai keentuan Pasal 161 ayat (3) UU No. 13 Tahun 2003;

  5. Memerintahkan Tergugat Rekonvensi untuk mengambil hak-hak sebagaimana tersebut pada point 4 (empat) di atas selambat-selambatnya dalam tenggang waktu 14 (empat belas ) hari terhitung Sejak putusan dalam perkara ini berkekuatan hukum tetap; Bilamana Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini berpendapat lain.

  Bahwa selanjutnya Penggugat telah mengajukan bukti surat yaitu berupa :

  1. Foto copy Daftar gaji Penggugat bulan februari 2011 (bukti P-1)

  2. Foto Copy Surat PHK Penggugat dari Perusahaan Tergugat No.24 PHK- BBB- KIII 2011 tertanggal 01 Maret 2011 (bukti P-2)

  3. Fotocopy Berita Acara Kronologis kejadian Pemukulan di Perusahaan Tergugat tertanggal 28 Februari 2011 (bukti P-3)

  4. Fotocopy Surat Anjuran Mediator dari Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Muaro Jambi No.565174sosnaker trans tanggal 24 April 2011 (bukti P- 4)

  5. Fotocopy surat tanggapan Penggugat terhadap Anjuran Mediator Dinsosnaker trans kab . Muaro Jambi yang intinya Menolak Anjuran ( bukti P-5)

  6. Fotocopy Kesepakatan Kerja Bersama Antara PT. Brahma Binabakti dengan Pengurus Unit Kerja Federasi Serikat Pekerja Pertanian dan Perkebunan – Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (PUK- FSPPP-SPSI) PT.Brahma Binabakti ( bukti P-6) Menimbang , bahwa bukti P-1 hingga P-5 telah diberi materai secukupnnya dan sesuai dengan aslinya , sedangkan bukti P-6 telah di beri materai secukupnya dan sesuai dengan poto copynya Menimbang bahwa dipersidangan Penggugat tidak mengajukan saksi.

  Menimbang bahwa dipersidangan selanjutnya Tergugat juga telah mengajukan bukti surat yang telah diberi meterai yang cukup, yaitu ;

  2. Foto copy Surat PHK No.24PHK-BBBKIII2011 tanggal 01 Maret 2011 (bukti T-

  3. Fotocopy Berita acara perkelahian Penggugat dengan Sdr . Roni Prastowo tanggal

  28 Februari 2011 (bukti T-2)

  4. Fotocopy Surat Anjuran dari Dinsosnaker trans kabupaten Muaro Jambi No.565174sosnaker trans , tanggal 28 April 2011 (bukti T-3)

  5. Risalah Mediasi penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial antara PR Brahma Binabakti dengan sdr . Mendra Barus (bukti T-4)

  6. Fotocopy Perjanjian Kerja Bersama PKB periode 20092011 antara PT Brahma Bina Bakt i dengan PUK.F.SPPP- SPSI PT Brahma Binabakti (bukti T-5)

1. Pertimbangan Majelis Hakim Tingkat I dalam Putusan No. 14 G 2011 Phi . Jbi .

  Bahwa atas Gugatan tersebut maka Majelis Hakim pada Tingkat I yang terkait dengan PHK (PKB) dalam pertimbanganya sebagai berikut :

  Dalam Konvensi :

  1. Berdasarkan bukti P-6 dan bukTI T-5 yaitu foto copy Perjanjian Kerja Bersama antara PT Brahma Bina Bakti dengan PUKF.SPPP-SPSI Majelis Hakim berpendapat bahwa Perjanjian Kerja Bersama merupakan perjanjian yang dibuat oleh Pengusaha dan Wakil pekerja dalam suatu proses perundingan yang transparan dan seimbang dengan tujuan membuat suatu aturan yang dijadikan pedoman dalam pelaksanaan hak dan kewajiban serta ketentuan disiplin para pihak didalam proses produksi, dan berdasarkan ketentuan Pasa l3 ayat (2) PKB yang telah disepakati tersebut kedua belah pihak juga wajib mematuhi isi perjanjian kerja bersama yang telah ditandatangani tersbut dan karena kedua belah pihak telah sepakat untuk mematuhi isi perjanjian kerja bersama yang telah disepakati tersebut maka berarti perjanjian kerja bersama dimaksud adalah sah dan mengikat kedua belah pihak dan selanjutnya itu juga sesuai dengan ketentuan Pasal 1338 Bw yang menyatakan “ semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagi undang-undang bagi mereka yang membuatnya” Menimbang bahwa selama ini para pihak tidak kebeeratan terhadap ketentuan Pasal 22 ayat 4 tersebut maka tidaklah tepat bila saat pengusaha melaksakan isis ketentuan perjanjian kerja bersama yang telah disepakati itu pihak pekerja menyatakan isis perjajia kerja bersama itu batal demi hukum berdasarkan pertimbangan tersebut maka hakim berpendapat bahwa dalili gugatan Penggugat haruslah dinyatkan ditolak.

  2. Tentang petitum Pengugat yang menyatakan hubungan kerja antara Penggugat dengan Tergugat diputuskan karena tanpa kesalahan dan dikategorikan sebagai efisiensi sesuai dengan ketentuan Pasal 164 ayat (3 ) Undang- undang No.13 tahun 2003. Majelis hakim 2. Tentang petitum Pengugat yang menyatakan hubungan kerja antara Penggugat dengan Tergugat diputuskan karena tanpa kesalahan dan dikategorikan sebagai efisiensi sesuai dengan ketentuan Pasal 164 ayat (3 ) Undang- undang No.13 tahun 2003. Majelis hakim

  3. Tentang petitum Pengugat yang menyatakan Penggugat diskorsing mulai tanggal 01 Maret 2011 sd perkara ini berkekuatan hukum tetap Majelis Hakim dalam pertimbanganya berpendapat bahwa Perjanjian Kerja Bersama PT Brahma Binabakti didalam Pasal 22 ayat 4 yang berbunyi “Apabila karyawan melakukan tindakan yang sifatnya membahayakan dan atau merugikan perusahaan serta di anggap tidak dapat dipertimbangkan lagi maka kepada karyawan yang bersangkutan dapat langsung diberhentikan adalah merupakan kesepakatan antara pekerja dengan perusahaan yang mengikat kedua belah pihak” Hakim berpendapat bahwa tindakan terugat memberhentikan Penggugat tanpa melalui skorsing adalah telah sesuai dengan perjanjian kerja bersama yang berlaku, oleh karenanya maka dalil gugatan Penggugat haruslah dinyat akan ditolak.

  4. Tentang menghukum dan memerintahkan Tergugat untuk membayarkan secara tunai upah gaji Penggugat dari bulan Februari 2011 sd bulan Juli 2011 sebesar Rp.1.088.000 X5 bulan upah dengan total = Rp.5.440.000

  Dengan perincian

  - Gaji bulan Maret 2011 sebesar

  Rp.1.088.000, -

  - Gaji bulan April 2011 sebesar

  Rp.1.088.000, -

  - Gaji bulan Mei 2011 sebesar

  Rp.1.088.000, -

  - Gaji bulan Juni 2011 sebesar

  Rp.1.088.000, -

  - Gaji bulan Juli 2011 sebesar

  Rp.1.088.000, -

  Total sebesar

  + Rp. 5,440.000

  Dalam pertimbanganya Majelis Hakim berpendapat bahwa berdasarkan bukti T-1 dan Bukti P-2 yaitu Surat PHK dari PT Brahma Binabakti No.24 PHK- BBBK I I I 2011 tertanggal 1 Maret 2011 dan bukti P-6 dan bukti T-5 yaitu Perjanjian Kerja Bersama PT Brahma Binabakti yang mana didalam Pasal 22 ayat 4 menyatakan ”Apabila karyawan melakukan tindakan yang sifatnya membahayakan dan atau merugikan perusahaan serta di anggap tidak dapat dipertimbangkan lagi maka kepada karyawan yang bersangkutan dapat langsung diberhentikan ” telah sesuai dengan ketentuan Pasal l2 Peraturan Pemerintah No.8 tahun 1981 tentang perlindungan upah yang menyatakan “Hak menerima upah timbul sejak adanya hubungan kerja dan berakhir sejak hubungan kerja terputus” maka majelis hakim berpendapat bahwa kewajiban Tergugat membayar upah Penggugat berakhir terhitung tangga

  11 Maret 2011. maka dalil gugatan Penggugat haruslah dinyat akan ditolak.

  5. Tentang Petitum menyatakan hubungan kerja antara Penggugat dengan Tergugat diputuskan karena tanpa kesalahan dan dikategorikan sebagai efisiensi sesuai dengan ketentuan Pasal 164 ayat (3 ) Undang- undang No.13 tahun 2003. Majelis hakim berpendapat bahwa PHK yang di lakukan Tergugat adalah merupakan pelanggaran atas Perjanjian Kerja Bersama PT Brahma Binabakti. maka dalil gugatan Penggugat haruslah dinyat akan ditolak

  6. Tentang Tergugat PT Bina Bhakti untuk membayarkan hak- hak Penggugat sesuai ketentuan Undang - undang Republik Indonesia No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan Pasal 164 ayat 3 sebesar Rp.24.295.040 dengan bukti dalam berita acara, perkelahian antara Penggugat dengan roni prastowo terbukti bahwa PHK yang dilakukan Tergugat terhadap Penggugat adalah dikarenakan pelanggaran Ketentuan Pasal 22 ayat 4 Perjanjian Kerja bersama PT Brahma Binabakti. Hakim berpendapat bahwa PHK yang dilakukan Tergugat adalah merupakan pelanggaran atas Perjanjian Kerja Bersama dalam Ketentuan Pasal 22 ayat

  4 Perjanjian Kerja bersama PT Brahma Binabakti. maka dalil gugatan Penggugat haruslah dinyat akan ditolak.

  7. Tentang menyatakan sah dan berharga sita jaminan atas barang - barang bergerak dan atau tidak bergerak milik dan atas nama Tergugat berdasarkan penetapan ketua dan anggota majelis hakim yang memeriksa, mengadili dan memutus perkara ini majelis hakim mempertimbangkan bahwa salah satu syarat untuk meletakkan sita jaminan adalah adanya persesuaian antara nilai gugatan dengan barang yang akan disita, berdasarkan surat permohonan sita jaminan yang diajukan Penggugat yaitu mohon sita jaminan diletakkan atas barang Tergugat berupa Mesin Genst majelis hakim berpendapat bahwa tidaklah sepadan dengan nilai gugatan maka dalil gugatan Penggugat haruslah ditolak.

  Dalam Rekonvensi :

  Menimbang bahwa selanjutnya Majelis Hakim mempertimbangkan gugatan Rekonvensi sebagai berikut :

  Menimbang bahwa perbuatan Tergugat Rekonvensi (Penggugat konvensi ) yang telah berkelahi dengan sdr . Roni Prastowo telah nyata melanggar PKB pasal 22 ayat 4 yang memperbolehkan Penggugat Rekonvensi (Tergugat konvensi ) melakukan PHK serta merta Majelis hakim memper timbangkan bahwa berdasarkan bukti bukti P- 6 dan bukti T-5 yaitu Perjanjian Kerja Bersama PT Brahma Binabakti yang mana didalam Pasal 22 ayat 4 menyatakan “ apabila karyawan melakukan tindakan yang siftnya membahayakan dan atau merugikan perusahaan serta dianggap tidak dapat dipertimbangkan lagi maka kepada karyawan bersangkutan dapat langsung diberhentikan‟‟, adapun salah satu jenis tindakan yang ddimaksut dalam pasal 22 ayat 4 adalah “ berkelaji dengan temman sekerja, memukul teman sekerja, mencelakakan teman sekerja „‟ karena perjanjian kerja bersama dimaksut adalah merupakan kesepakata antara pekerja dengan perusahaan yang mengikat kedua belah pihak Majelis Hakim berpendapat bahwa tindakan Tergugat memberhentikan Penggugat telah sesuai dengan perjanjian kerja bersama yang berlaku, oleh karenanya maka dalil Penggugat rekonvensi dapat diterima

  Menimbang bahwa Penggugat rekonvensi mendalilkan bahwa dengan itikat baik den dengan mempertimbangkan rasa keadilan Penggugat rekonvensi teteap memberikan hak hak Tergugat rekonvensi sesuai dengan ketentuan Pasal 161 ayat 3 UU No. 13 Tahun 2003. Majelis Hakim mempertimbangkan bahwa berdasarkan bukti P-2 dan t1 yaitu PHK No.24 PHK- BBB-K I I I 2011 tertanggal 01 Mare t 2011 yaitu berita acara perkelahian antara Penggugat dengan Roni Prastowo terbukti bahwa pemutusan hubunngan kerja yang dilakukan Penggugat Rekonvensi terhadap Tergugat Rekonvensi adalah karena tindakan perkelahian antara Tergugat Rekonvensi dengan sdr. Rony Prastowo dan tindakan perkelahian adalah salah satu bentuk pelanggaran yang dapat di PHK berdasarkan ketentuan Pasal 22 ayat 4 Perjanjian Kerja Bersama PT Brahma Binabakti. Majelis Hakim berpendapat bahwa PHK yang di lakukan Penggugat Rekonvensi (Tergugat Konvensi) terhadap Tergugat Rekonvensi (Penggugat Konvensi) adalah merupakan pelanggaran atas Perjanjian Kerja Bersama yang berlaku maka sesuai dengan ketentuan pasal 161 ayat 2 dan ayat 3 UU No, 13 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan terhadap PHK yang terjadi kepada Tergugat Rekonvensi (Penggugat Konvensi) diberi pesangon sebesar 8 X Rp.1.088.000 = Rp.8.704.000, - Uang Penghargaan Masa Kerja sebesar Rp. 3 X 1.088.000 – Rp.3.264.000 , - dan uang penggantian hak sebesar Rp.11.968.000X 15 = Rp.1.795.200 yang total keseluruhannya adalah sebesar Rp.13.763.200, - (Tiga belas juta tujuh ratus enam puluh tiga ribu dua ratus rupiah ) , oleh karena PHK yang dilakukan Penggugat Rekonvensi (Tergugat Konvensi ) terbukti karena adanya pelanggaran terhadap Kesepakatan Kerja Bersama PT Brahma Binabakti maka dalil gugatan Penggugat Rekonvensi dinyatakan dapat dikabulkan

  Menimbang , bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan tentang Petitum Rekonvensi berikutnya sebagai berikut :

  1. Tentang perbuatan Tergugat Rekonvensi (Penggugat konvensi) yang telah berkelahi dengan sdr.Roni Prastowo telah nyata melanggar PKB pasal 22 ayat 4 yang 1. Tentang perbuatan Tergugat Rekonvensi (Penggugat konvensi) yang telah berkelahi dengan sdr.Roni Prastowo telah nyata melanggar PKB pasal 22 ayat 4 yang

  5 yaitu Perjanjian Kerja Bersama PT Brahma Binabakti yang mana didalam pasal 22 ayat

  4 menyatakan ”Apabila karyawan melakukan tindakan yang sifatnya membahayakan dan atau merugikan perusahaan serta dianggap tidak dapat dipertimbangkan lagi maka kepada karyawan yang bersangkutan dapat langsung diberhentikan ” , adapun salah satu jenis tindakan yang dimaksud dalam pasal 22 ayat 4 adalah ”berkelahi dengan teman sekerja , memukul teman sekerja , mencelakakan teman sekerja ” yang tercantum dalam pasal 22 ayat 4 point h, karena perjanjian kerja bersama dimaksud adalah merupakan kesepakatan antara pekerja dengan perusahaan yang mengikat kedua belah pihak majelis hakim berpendapat bahwa tindakan Tergugat memberhentikan Penggugat telah sesuai dengan perjanjian kerja bersama yang berlaku oleh karenanya maka dalil Penggugat Rekonvensi (Tergugat Konvensi ) dapat diterima

  2. Tentang Penggugat Rekonvensi (Tergugat konvensi ) yang mendalilkan bahwa dengan itikad baik dan dengan mempertimbangkan rasa keadilan Penggugat Rekonvensi (Tergugat kovensi ) tetap memberikan hak hak Tergugat Rekonvensi (Penggugat Konvensi ) sesuai dengan ketentuan Pasal 161 ayat 3 UU No. 13 tahun 2003 . Majelis hakim mempertimbangkan bahwa berdasarkan bukti P-2 dan T1 yaitu Surat PHK No.24 PHK- BBB-K III 2011 tertanggal 01 Maret 2011 , dan bukti T-2 yaitu berita acara perkelahian antara Penggugat dengan roni prastowo terbukti bahwa PHK yang dilakukan bahwa PHK yang dilakukan Penggugat Rekonvensi (Tergugat konvensi ) terhadap Tergugat Rekonvensi (Penggugat Konvensi ) adalah dikarenakan adanya tindakan perkelahian antara Penggugat dengan Sdr.Roni Prastowo dan tindakan perkelahian adalah salah satu bentuk pelanggaran yang dapat di PHK berdasarkan Ketentuan Pasal 22 ayat 4 Perjnajian Kerja Bersama. Majelis Hakim berpendapat bahwa PHK yang dilakukan

  Penggugat Rekonvensi terhadap Tergugat Rekonvensi adalah merupakan pelanggaran atas Perjanjian Kerja Bersama yang berlaku maka sesuai dengan ketentuan pasal 161 ayat 2 dan ayat 3 UU No, 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan terhadap PHK yang terjadi kepada Tergugat rekonvensi diberi :

  - Pesangon

  RP 8 XRp.1.088.000 = Rp.8.704.000 ,

  - Uang Penghargaan Masa Kerja Rp. 3 X 1.088 .000

  = Rp. 3.264.000 ,

  - dan uang penggantian hak

  Rp.11.968.000 X 15 = Rp.1.795.200

  yang total keseluruhannya adalah sebesar Rp.13.763.200 , - (Tiga belas juta tujuh ratus enam puluh tiga ribu dua ratus rupiah ) , oleh karena PHK yang dilakukan Penggugat Rekonvensi (Tergugat Rekonvensi) terbukti karena adanya pelanggaran terhadap Kesepakatan Kerja Bersama PT Brahma Binabakti maka dalil gugatan Penggugat Rekonvensi dinyatakan dapat dikabulkan

  Dengan menimbang dan memperhatikan Pasal – pasal dari Peraturan Hukum dan Undang – Undang No. 2 Tahunn 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial dan Undang – Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan maka Hakim mengadili :

  1. Dalam Konvensi untuk mengabulkan gugatan rekonvensi untuk sebagian, menyatakan bahwa hubungan kerja antara Penggugat dengan Tergugat berakhir terhitung tanggal

  11 Maret 2011 dan menolak gugatan Penggugat Konvensi untuk selain dan selebihnya.

  2. Dalam Rekonvensi, menyatakan bahwa mengabulkan Gugatan Rekonvensi untuk sebagian, bahwa perbuatan Tergugat Rekonvensi adalah bertentangan dengan ketentuan Pasal 122 Ayat 4(h) Perjanjian Kerja Bersama PT Brahma Binabakti Tanggal 31 Oktober 2009, dan menyatakan pemberian sejumlah uang kepada Penggugat Konvensi berupa : uang Pesangon sebesar Rp.8 X Rp.1.088.000 = Rp.8.704.000, 2. Dalam Rekonvensi, menyatakan bahwa mengabulkan Gugatan Rekonvensi untuk sebagian, bahwa perbuatan Tergugat Rekonvensi adalah bertentangan dengan ketentuan Pasal 122 Ayat 4(h) Perjanjian Kerja Bersama PT Brahma Binabakti Tanggal 31 Oktober 2009, dan menyatakan pemberian sejumlah uang kepada Penggugat Konvensi berupa : uang Pesangon sebesar Rp.8 X Rp.1.088.000 = Rp.8.704.000,

  2. Pertimbangan Majelis Hakim Tingkat Kasasi dalam Putusan No 764

  KPdt.Sus2011

  Atas putusan Pengadilan Negeri Jambi di atas, Penggugat merasa tidak puas dan memilih maju ke tingkat Kasasi ke Mahkamah Agung dengan Nomor Putusan : 764 KPdt.Sus2011 dengan pokok keberatan yang diajukan Pemohon Kasasi sebagai berikut :

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25