Ringkasan Mata Kuliah Pengantar Filsafat
Ringkasan Mata Kuliah Pengantar Filsafat
Dosen Pengampu :
Dr. CB. Mulyatno, Pr., S.S.
Dr. Johanes Haryatmoko, S.J.
2016
Dwi Putra Nugraha Satria Adi, Bonaventura / Tingkat 1/ FT.3764
Pendahuluan
Ilmu Pengantar Filsafat berbeda dengan Ilmu Filsafat, pengantar filsafat lebih mengarah
kepada memperkenalkan apa itu filsafat, memberikan penjelasan awal, gambaran akan apa
saja yang akan dibahas filsafat. Pengantar filsafat juga membedakan definisi ilmu
pengetahuan dan ilmu sebagai bagaian dari filsafat.
Ilmu Pengetahuan merupakan pengetahuan yang metodis, sistematik, dan koheren
tentang suatu bidang tertentu dari kenyataan. Sedangkan filsafat lebh merujuk tentang
keseluruhan kenyataan yang ada. Metodis berarti melakukan atau mencari pengetahuan
tersebut dengan cara terorganisir seperti misalnya : wawancara, mencatat, labeling,dll.
Sistematis ditandai dengan perencanaan atau metode yang dapat diulang-ulang sehingga
membentuk suatu sistem tang berkelanjutan, misalnya : subsisdi silang, hierarki gereja,
sampling,dll. Koheren berarti argumen di mana kesimpulannya sesuai dengan premispremisnya.Untuk itu pengantar filsafat mencoba untuk menjabarkan apa itu filsafat.
Filsafat berasal dari bahasa Yunani Philem = cinta, Shopia = kebijaksanaan yang berarti
Cinta akan Hikmat/Kebijaksaan. Filsafat mempelajari masalah mendasar tentang eksistensi,
pengetahuan, nilai, rasio, pemikiran, bahasa obyek. Dengan kata lain filsafat adalah ilmu yang
mempelajarai keabsahan sesuatu berdasarkan rasio manusia dengan logika yang ter-metode,
sistematis, dan koeheren.
I.
Isi
Salah satu dari tiga tataran metodologi yang dipakai oleh filsafat adalah dengan metode
bertanya : apa? Bagaimana? Apa nilainya?, dll. Sehingga obyek yang diteliti dikumpulkan,
digolongkan, dipilih menjadi data kemudian dianalisis sehingga menghasilkan jawaban.
Jawaban tersebut kemudian dipertanyakan kembali oleh para filsuf-filsuf lain sampai
mendekati keabsahan mutlak. Sistem dialektika ini membantu menemukan kebenaran yang
mendasar. Dari dialetika para filsuf maka filsafat diklasifikasi menjadi empat kelas.
Klasifikasi tersebut sebagai berikut :
A. Epistemologi
B. Logika
C. Metafisika
C.1.Umum
C.1.1 Ontologi
C.2.Khusus
C.2.1. Teodicea
C.2.2. Kosmologi
C.2.3. Antropologi
D. Axiologi
D.1. Etika
D.2. Estetika
II.
Cabang-Cabang Filsafat
A. Epistemologi
Kata Epistemologi berarti pengetahuan (Yunani : Logia) tentang pengetahuan
(Episteme). Artinya, epistemologi merupakan cabang filsafat tentang pengetahuan, terus
menerus mempertanyakan kesahihan sebuah kebenarand dari suatu pengetahuan. Dengan kata
lain epistemologi merupakan pengetahuan tentang pengetahuan. Epistemologi dibagai
menjadi dua aliran falsafi.
Rationalisme (Latin: ’Akal Budi’). Aliran ini lebih memprioritaskan akal budi,
kemampuan berpikir manusia sebagai sumber utama dalam proses mengetahui kebenaran
pengetahuan. Tokoh-tokoh rationalisme adalah Descrates, Spinoza, Leibnz, dsb. Sedangkan
Empirisme (Yunani emperia pengalaman) lebih mengutamakan pengalaman, apa yang
dirasakan dan dialami oleh manusia sebagai dasar dari munculnya sebuah pengetahuan.
Perbedaan antara Epistemologi dengan Ilmu Pengetahuan adalah apabila Epistemologi
mempelajari Ilmu Pengetahuan dan teorinyam, Ilmu Pengetahuan lebih mempelajari satu
obyek ilmu pengetahuan. Obyek dari epistemologi adalah ilmu pengetahuan sedangkan ilmu
pengetahuan lebih memfokuskan obyeknya untuk mengungangkapan praandaian dan
permasalahan filsafat dalam bentuk praktek ilmiah. Subyek dan byek dalam epistemologi
tidak menjadi suatu keharusan sebagaimana yang terdapat pada ilmu pengetahuan.
B. Logika
Kata Logika berasal dari Yunani : Logikos yang artinya berhubungan dengan
pengetahuan. Logika merupakan cabang filsafat yang mempelajari cara berpikir dan menalar
secara benar dengan sistematik yang terdapat dalam argumen. Argumen yang benar adalah
argumen yang memiliki hubungan logis antara premis-premis dengan kesimpulan. Logika
tidak mempertanyakan sesuatu hal obyek secara spesifik tetapi lebih memberi metode yang
cerdas dan kristis pada manusia supaya dapat berpikir dan terus hidup. Logika
mendiskripsikan langkah-langkah yang harus diambil oleh manusia, menata gagasan secara
teratur, terstruktur dan tertata.
C. Metafisika Umum
C.1. Ontologi
Cabang filsafat ontologi merupakan studi tentang segala sesuatu sekaligus
sejauh apa yang hendak dipahami ‘ada’. Oleh karena itu semua pengetahuan
sejauh ada disebut ontologi. Studi ini juga dipahami sebagai bentuk metafisika
umum. Ontologi juga dianggap sebagai puncak dari filsafat karena ontologi juga
mempertanyakan keberadaan Allah sebagai yang ‘ada’ dan ‘pengada’.
Dari filsafat onotolgi muncul beberapa pertanyan yang berkaitan dengan
kepercayaan manusia akan adanya Allah. Dari pertanyaan tersebut muncul
kepercayaan ontologies yang dibagi menjadi empat bagian yakni : Ateisme,
Agnostisisme, Panteisme, dan Teisme.
D. Metafisika Khusus
Metafisika khusus merupakan cabang filsafat yang pembahasan studinya lebih
difokuskan terhadap manusia dan lingkup sekitarnya. Artinya, ilmu ini mempelajari manusia,
hubungan manusia di luar diri manusia. Ilmu-ilmu tersebut adalah Antropologi (yang
mempelajari manusia), Kosmologi (yang mempelajari lingkungan hidup manusia secara luas),
dan Teodicea atau disebut Teologi Metafisik (Studi yang mempelajari keberadaan Allah).
D.1. Teodicea
Teodicea merupakan cabang ilmu filsafat yang muncul dari pelbagai
pertanyaan tentang keberadaan Allah berdasarkan logika manusia. Pertanyaan
tersebut mempertanyakan mengapa ada kejahatan apabila ada Allah, apakah
Allah sengaja membiarkan kejahatan itu terjadi? Atau Allah bukanlah semahakuasa dan mahabaik seperti yang manusia kira? Atas pelbagai pertanyaan
itulah Teodicea mencoba menjawabnya.
Teodicea mempertahankan peranan Tuhan dalam pandangan manusia
sebagai jawaban akan adanya kejahatan. Dengan menunjukan bahwa masuk akal
percaya kepada Tuhan meskipun ada bukti kejahatandi dunia dan menawarkan
kerangka penjelasan mengapa kejahatan ada. Inilah mengapa teodicea menjadi
konstruksi Teologi.
Menurut teori Leibnz “Harmonie Preetablie & Kebebasan Manusia”,
kebaikan dan kejahatan hadir di dunia merupakan suatu paket utuh seperti dua
sisi mata uang. Kejahatan dan kebaikan muncul seiring dengan munculnya
manusia di dunia. Tuhan menciptakan keadaan yang terbaik dari segala
kemungkinan yang ada karena Tuhan mempunyai frame perspektif yang lebih
luas. Kemudian tergantung bagaimana manusia melihat, menilai, dan
menanggapi dalam perspektifnya : baik atau jahat. Penilaian manusia terkait
baik ataupun jahat terjadi akibat dari lingkup frame perspektif yang lebih sempit.
Contohnya adalah ketika sesorang yang terdampar, kelaparan, dan harus
bertahan hidup di tengah hutan belantara. Orang tersebut terpaksa membunuh
hewan yang mungkin langka atau dilindungi untuk dimakan. Dari contoh kasus
ini manusia dapat melihat dari sisi baik ataua sisi jahat. Sisi baik : perbuatan itu
dianggap sah sebagai bentuk pertahanan hidup pada kondisi tertekan. Sisi jahat :
perbuatan tersebut jahat karena tidak menghargai sesama mahluk ciptaan Tuhan.
D.2 Kosmologi
Kata Kosmos (Yunani) berarti ‘dunia’,’aturan’ dan ‘keselurhan teratur’.
Cabang filsafat ini memperlajari dunia dalam cangkupan yang lebih luas.
Kosmologi dengan kata lain merupakan suatu refleksi metafisika-antropologis
dan paham manusia tentang dunia yang hidup, berelasi dengan alam jagat raya.
Dunia dan manusia memiliki relasi yang variatif dan bermacam-macam,
seakan tampak bahwa dunia itu rumit dan berbeda-beda. Namun sebenarnya
dunia itu merupakan satu kesatuan yang menakjubkan di antara perbedanperbedan yang ada di dunia.
Manusia memahami dunia sebagai hakikat untuk hidup, di mana manusia
dapat menemukan makna hidup dan menyadari bahwa manusia merupakan
kenyataan paling dekat dengan dunia. Manusia sadar secara intensif bahwa
manusia merupakan bagian dari dunia itu sendiri, kesadaran ini disebut
kesadaran mikrokosmos.
Manusia merupakan
subsatansi,
sebagaimana
termasuk
bagian
mikrokosmos. Manusia adalah ‘Aku’ di mana ‘Aku’ ini merupakan keseluruhan
penghadiran dan ekspresi yang kompleks. ‘Aku’ ada dan menjadi pengada, yang
menjadi dasar pengalaman tentang diri sendiri dan lingkuan di sekitarnya. ‘Aku’
merupakan suatu otonom tersendiri yang berdikari, unik, dan tidak dapat
disamakan dengan yang lain.
Sebagai substansi yang otonom manusia mencapai kesadaran tertinggi justru
dalam konfrontasi (perjumpaan perbandingan) dengan yang lain atau disebut
otonomi korelasi. Manusia ada di tengah-tengah pluralitas yang bukan ‘aku’
berupa kebutuhan, kebertentuan, unik, mandiir. Unsur-unsur otonomi korelasi
inilah yang disebut ‘kosmos’, sebagai dunia ruang lingkup manusia hidup.
D.3. Antropologi
Antropologi adalah filsafat tentang manusia (Antrhopos : Manusia).
Manusia merupakan otonom yang unik di mana manusia mampu berelasi dengan
dunia, sesama dan dengan yang transenden. Manusia memliki dimensi berupa
hidup/mati, badan/jiwa, kehendak/pengertian, individu/sosial, masa lalu/masa
depan, dan kebebasan/keharusan. Dimensi –dimensi inilah yang merangkum
menjadi satu kesatuan sebagai dunia pribadi sebagai ‘Aku’. Antrhopologi hadir
sebagai sarana manusia lewat logika merefleksikan hidup dan eksistensinya,
serta mencoba untuk memahami hakikat, jatidiri, dan esensi manusia sebagai
mahluk yang otonom.
Manusia memiliki nuansa ganda berupa keutuhan (integral), absolut tidak
terpisahkan dan aspek-aspek yang beragam (komplekisitas). Kompleksitas
mempengaruhi pandangan integral jatidiri manusia yaitu prolife dan prochoice.
Dari pendangan tersebut munculah kesadaran konservatisme dan liberalisme.
Manusia hidup dan berdinamika, dinamika tersebut ialah fisik-mental, taraf
(anorganik, vegetatif, sensitif, rasional), keterbatasan-trasendensi, pribadi
(nature)-lingkungan (nurture) , kontinu (lama)-diskontinu (baru) dan ruangwaktu.
Selain itu manusia juga mengalami proses pembentukan diri yang aktual.
Proses tersebut terdiri dari tiga tahap yaitu : 1. Tahap pengumpulan data, 2.
Pengolahan data, 3. Kepenuhan diri sampai akhirnya sampai pada keputusan
final.
E. Axiologi
Axiologi adalah studi tentang nilai, yakni dengan memerikasa hakikat nilai, kriteria dan
teori nilai. Axiologi mencakup tiga hal berupa hakikat nilai dalam bentuk pertanyaan tentang
nilai, kriteria nilai berupa standar/ukran obyektif suatu nilai semisal baik/buru, benar/salah,
dan yang terakhir adalah status nilai terhadap kehidupan manusia. Oleh karena itu sesuatu
dianggap sahih sebagai suatu nilai apabila mampu memenuhi tiga hal cangkupan yang terkait
oleh axiologi.
Axiologi dibagi menjadi dua cabang studi yang berbeda tentang nilai, yakni Estetika dan
Etika.
E.1 Estetika
Estetika merupakan studi tentang nilai seni dengan pemeriksaan terhadap
perasaan, penilaian, standar keindahan dan konsep-konsep yang terkait sehingga
muncul penilaian baik atau buruk. Estetika juga kerap dikenal sebagai filsafat
seni.
Filsafat seni terkait dengan makna, selera, dan emosi. Filsafat seni
mempertanyakan apakah seni itu merupakan aktivitas intelektual atau
representasional, apakah seni itu obyektif, apakah ada standarisasi untuk selera,
adakah perbedaan antara seni dengan realita.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka diperlukan nilai sebagai kognitif
seni. Nilai kognitif seni menjabarkan bahwa keindahan dengan dimensi grafis,
auditif, visual, atau kial (gerak tubuh) adalah bagian dari seni. Seni perlu dibahas
dalam kerangka epistemologi, itulah sebabnya rasionalitas seni tidak bisa lepas
dari wacana ilmiah. Seni juga merupakan pengetahuan teoritis dan bukan hanya
pengetahuan praktis karena seni tidak hanya memberi penalaran empiris tetapi
juga mengelaborasi wacana rasional.
Epistemologi seni adalah rasionalitas seni sebagai elaborasi dari kriteria,
metode, dan instrumen pendukungnnya. Obyek dari epistemologi seni berupa
pendasaran seni, syarat, definisi, konsep, relasi, kondisi sosial dan kreativitas.
Dimensi kognitifnya sejauh mana memperhitungkan dan mendorong , efektivitas
pembanding dan penalaran akan seni.
E.2. Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani Ethos atau kualitas karakter. Etika
merupakan refleksi filosofis tentang moralitas dalam bentuk studi tentang nilai
atau refleksi terhadap benar atau salah, tindakan baik atau jahat, dan tindakan
patut dipuji atau disalahkan. Etika dapat sebagai wacana normatif baik secara
impresif (tegas) atau hipotesis (syarat).
Lingkup bahasan dari Etika berupa apa yang harus manusia lakukan, apa
yang seharusnya bisa manusia lakukan, apa batas-batas realistis atas tindakan
manusia, siapa yang untung dan siapa yang rugi. Maka etika bersangkutan
dengan aturan umum atau norma moral pertimbangan, refleksi, keputusan,
penilaian untuk mencari pembenaran tindakan.
III.
Kesimpulan
Gagasan penjabaran mengenai pelbagai cabang filsafat merupakan suatu gambaran
umum yang mencakup keseluruhan filssafat. Gambaran umum ini saling terkait satu dengan
yang lainnya, sehingga perlu adanya pendalaman akan cabang-cabang filsafat secara lebih
lanjut dan lebih intesif.
Oleh karena diperlukannya pendalaman yang lebih lanjut, gagasan mengenai pengantar
filsafat menjadikan filsafat dikenal secara umum dan lebih realistis. Memberikan pemahaman
bahwa filsafat bukanlah sesuatu yang abstrak dan sulit untuk dipelajari, justru gagasan
tersebut membantu untuk mempelajari apa itu filsafat.
Penutup
Gagasan yang menarik perhatian saya mengenai pengantar filsafat adalah gagasan
mengenai cabang ilmu filsafat Antrhopologi. Menurut saya pribadi antropologi merupakan
poros dari filsafat, karena dengan menyadari eksistensi sebagai manusia, dimensi dan pelbagai
dinamika yang membentuk manusia, saya diajak untuk sadar diri sebagai mahluk yang
otonom dan berdikari.
Oleh karena manusia mampu menyadari tujuan fundamental eksistensinya hidup,
manusia akan mencari kesahihan pengetahuan akan kebenaran di sekitarnya dan
mempertanyakannya. Mulai dari sinilah menurut saya lahir cabang filsafat – filsafat yang lain.
Dosen Pengampu :
Dr. CB. Mulyatno, Pr., S.S.
Dr. Johanes Haryatmoko, S.J.
2016
Dwi Putra Nugraha Satria Adi, Bonaventura / Tingkat 1/ FT.3764
Pendahuluan
Ilmu Pengantar Filsafat berbeda dengan Ilmu Filsafat, pengantar filsafat lebih mengarah
kepada memperkenalkan apa itu filsafat, memberikan penjelasan awal, gambaran akan apa
saja yang akan dibahas filsafat. Pengantar filsafat juga membedakan definisi ilmu
pengetahuan dan ilmu sebagai bagaian dari filsafat.
Ilmu Pengetahuan merupakan pengetahuan yang metodis, sistematik, dan koheren
tentang suatu bidang tertentu dari kenyataan. Sedangkan filsafat lebh merujuk tentang
keseluruhan kenyataan yang ada. Metodis berarti melakukan atau mencari pengetahuan
tersebut dengan cara terorganisir seperti misalnya : wawancara, mencatat, labeling,dll.
Sistematis ditandai dengan perencanaan atau metode yang dapat diulang-ulang sehingga
membentuk suatu sistem tang berkelanjutan, misalnya : subsisdi silang, hierarki gereja,
sampling,dll. Koheren berarti argumen di mana kesimpulannya sesuai dengan premispremisnya.Untuk itu pengantar filsafat mencoba untuk menjabarkan apa itu filsafat.
Filsafat berasal dari bahasa Yunani Philem = cinta, Shopia = kebijaksanaan yang berarti
Cinta akan Hikmat/Kebijaksaan. Filsafat mempelajari masalah mendasar tentang eksistensi,
pengetahuan, nilai, rasio, pemikiran, bahasa obyek. Dengan kata lain filsafat adalah ilmu yang
mempelajarai keabsahan sesuatu berdasarkan rasio manusia dengan logika yang ter-metode,
sistematis, dan koeheren.
I.
Isi
Salah satu dari tiga tataran metodologi yang dipakai oleh filsafat adalah dengan metode
bertanya : apa? Bagaimana? Apa nilainya?, dll. Sehingga obyek yang diteliti dikumpulkan,
digolongkan, dipilih menjadi data kemudian dianalisis sehingga menghasilkan jawaban.
Jawaban tersebut kemudian dipertanyakan kembali oleh para filsuf-filsuf lain sampai
mendekati keabsahan mutlak. Sistem dialektika ini membantu menemukan kebenaran yang
mendasar. Dari dialetika para filsuf maka filsafat diklasifikasi menjadi empat kelas.
Klasifikasi tersebut sebagai berikut :
A. Epistemologi
B. Logika
C. Metafisika
C.1.Umum
C.1.1 Ontologi
C.2.Khusus
C.2.1. Teodicea
C.2.2. Kosmologi
C.2.3. Antropologi
D. Axiologi
D.1. Etika
D.2. Estetika
II.
Cabang-Cabang Filsafat
A. Epistemologi
Kata Epistemologi berarti pengetahuan (Yunani : Logia) tentang pengetahuan
(Episteme). Artinya, epistemologi merupakan cabang filsafat tentang pengetahuan, terus
menerus mempertanyakan kesahihan sebuah kebenarand dari suatu pengetahuan. Dengan kata
lain epistemologi merupakan pengetahuan tentang pengetahuan. Epistemologi dibagai
menjadi dua aliran falsafi.
Rationalisme (Latin: ’Akal Budi’). Aliran ini lebih memprioritaskan akal budi,
kemampuan berpikir manusia sebagai sumber utama dalam proses mengetahui kebenaran
pengetahuan. Tokoh-tokoh rationalisme adalah Descrates, Spinoza, Leibnz, dsb. Sedangkan
Empirisme (Yunani emperia pengalaman) lebih mengutamakan pengalaman, apa yang
dirasakan dan dialami oleh manusia sebagai dasar dari munculnya sebuah pengetahuan.
Perbedaan antara Epistemologi dengan Ilmu Pengetahuan adalah apabila Epistemologi
mempelajari Ilmu Pengetahuan dan teorinyam, Ilmu Pengetahuan lebih mempelajari satu
obyek ilmu pengetahuan. Obyek dari epistemologi adalah ilmu pengetahuan sedangkan ilmu
pengetahuan lebih memfokuskan obyeknya untuk mengungangkapan praandaian dan
permasalahan filsafat dalam bentuk praktek ilmiah. Subyek dan byek dalam epistemologi
tidak menjadi suatu keharusan sebagaimana yang terdapat pada ilmu pengetahuan.
B. Logika
Kata Logika berasal dari Yunani : Logikos yang artinya berhubungan dengan
pengetahuan. Logika merupakan cabang filsafat yang mempelajari cara berpikir dan menalar
secara benar dengan sistematik yang terdapat dalam argumen. Argumen yang benar adalah
argumen yang memiliki hubungan logis antara premis-premis dengan kesimpulan. Logika
tidak mempertanyakan sesuatu hal obyek secara spesifik tetapi lebih memberi metode yang
cerdas dan kristis pada manusia supaya dapat berpikir dan terus hidup. Logika
mendiskripsikan langkah-langkah yang harus diambil oleh manusia, menata gagasan secara
teratur, terstruktur dan tertata.
C. Metafisika Umum
C.1. Ontologi
Cabang filsafat ontologi merupakan studi tentang segala sesuatu sekaligus
sejauh apa yang hendak dipahami ‘ada’. Oleh karena itu semua pengetahuan
sejauh ada disebut ontologi. Studi ini juga dipahami sebagai bentuk metafisika
umum. Ontologi juga dianggap sebagai puncak dari filsafat karena ontologi juga
mempertanyakan keberadaan Allah sebagai yang ‘ada’ dan ‘pengada’.
Dari filsafat onotolgi muncul beberapa pertanyan yang berkaitan dengan
kepercayaan manusia akan adanya Allah. Dari pertanyaan tersebut muncul
kepercayaan ontologies yang dibagi menjadi empat bagian yakni : Ateisme,
Agnostisisme, Panteisme, dan Teisme.
D. Metafisika Khusus
Metafisika khusus merupakan cabang filsafat yang pembahasan studinya lebih
difokuskan terhadap manusia dan lingkup sekitarnya. Artinya, ilmu ini mempelajari manusia,
hubungan manusia di luar diri manusia. Ilmu-ilmu tersebut adalah Antropologi (yang
mempelajari manusia), Kosmologi (yang mempelajari lingkungan hidup manusia secara luas),
dan Teodicea atau disebut Teologi Metafisik (Studi yang mempelajari keberadaan Allah).
D.1. Teodicea
Teodicea merupakan cabang ilmu filsafat yang muncul dari pelbagai
pertanyaan tentang keberadaan Allah berdasarkan logika manusia. Pertanyaan
tersebut mempertanyakan mengapa ada kejahatan apabila ada Allah, apakah
Allah sengaja membiarkan kejahatan itu terjadi? Atau Allah bukanlah semahakuasa dan mahabaik seperti yang manusia kira? Atas pelbagai pertanyaan
itulah Teodicea mencoba menjawabnya.
Teodicea mempertahankan peranan Tuhan dalam pandangan manusia
sebagai jawaban akan adanya kejahatan. Dengan menunjukan bahwa masuk akal
percaya kepada Tuhan meskipun ada bukti kejahatandi dunia dan menawarkan
kerangka penjelasan mengapa kejahatan ada. Inilah mengapa teodicea menjadi
konstruksi Teologi.
Menurut teori Leibnz “Harmonie Preetablie & Kebebasan Manusia”,
kebaikan dan kejahatan hadir di dunia merupakan suatu paket utuh seperti dua
sisi mata uang. Kejahatan dan kebaikan muncul seiring dengan munculnya
manusia di dunia. Tuhan menciptakan keadaan yang terbaik dari segala
kemungkinan yang ada karena Tuhan mempunyai frame perspektif yang lebih
luas. Kemudian tergantung bagaimana manusia melihat, menilai, dan
menanggapi dalam perspektifnya : baik atau jahat. Penilaian manusia terkait
baik ataupun jahat terjadi akibat dari lingkup frame perspektif yang lebih sempit.
Contohnya adalah ketika sesorang yang terdampar, kelaparan, dan harus
bertahan hidup di tengah hutan belantara. Orang tersebut terpaksa membunuh
hewan yang mungkin langka atau dilindungi untuk dimakan. Dari contoh kasus
ini manusia dapat melihat dari sisi baik ataua sisi jahat. Sisi baik : perbuatan itu
dianggap sah sebagai bentuk pertahanan hidup pada kondisi tertekan. Sisi jahat :
perbuatan tersebut jahat karena tidak menghargai sesama mahluk ciptaan Tuhan.
D.2 Kosmologi
Kata Kosmos (Yunani) berarti ‘dunia’,’aturan’ dan ‘keselurhan teratur’.
Cabang filsafat ini memperlajari dunia dalam cangkupan yang lebih luas.
Kosmologi dengan kata lain merupakan suatu refleksi metafisika-antropologis
dan paham manusia tentang dunia yang hidup, berelasi dengan alam jagat raya.
Dunia dan manusia memiliki relasi yang variatif dan bermacam-macam,
seakan tampak bahwa dunia itu rumit dan berbeda-beda. Namun sebenarnya
dunia itu merupakan satu kesatuan yang menakjubkan di antara perbedanperbedan yang ada di dunia.
Manusia memahami dunia sebagai hakikat untuk hidup, di mana manusia
dapat menemukan makna hidup dan menyadari bahwa manusia merupakan
kenyataan paling dekat dengan dunia. Manusia sadar secara intensif bahwa
manusia merupakan bagian dari dunia itu sendiri, kesadaran ini disebut
kesadaran mikrokosmos.
Manusia merupakan
subsatansi,
sebagaimana
termasuk
bagian
mikrokosmos. Manusia adalah ‘Aku’ di mana ‘Aku’ ini merupakan keseluruhan
penghadiran dan ekspresi yang kompleks. ‘Aku’ ada dan menjadi pengada, yang
menjadi dasar pengalaman tentang diri sendiri dan lingkuan di sekitarnya. ‘Aku’
merupakan suatu otonom tersendiri yang berdikari, unik, dan tidak dapat
disamakan dengan yang lain.
Sebagai substansi yang otonom manusia mencapai kesadaran tertinggi justru
dalam konfrontasi (perjumpaan perbandingan) dengan yang lain atau disebut
otonomi korelasi. Manusia ada di tengah-tengah pluralitas yang bukan ‘aku’
berupa kebutuhan, kebertentuan, unik, mandiir. Unsur-unsur otonomi korelasi
inilah yang disebut ‘kosmos’, sebagai dunia ruang lingkup manusia hidup.
D.3. Antropologi
Antropologi adalah filsafat tentang manusia (Antrhopos : Manusia).
Manusia merupakan otonom yang unik di mana manusia mampu berelasi dengan
dunia, sesama dan dengan yang transenden. Manusia memliki dimensi berupa
hidup/mati, badan/jiwa, kehendak/pengertian, individu/sosial, masa lalu/masa
depan, dan kebebasan/keharusan. Dimensi –dimensi inilah yang merangkum
menjadi satu kesatuan sebagai dunia pribadi sebagai ‘Aku’. Antrhopologi hadir
sebagai sarana manusia lewat logika merefleksikan hidup dan eksistensinya,
serta mencoba untuk memahami hakikat, jatidiri, dan esensi manusia sebagai
mahluk yang otonom.
Manusia memiliki nuansa ganda berupa keutuhan (integral), absolut tidak
terpisahkan dan aspek-aspek yang beragam (komplekisitas). Kompleksitas
mempengaruhi pandangan integral jatidiri manusia yaitu prolife dan prochoice.
Dari pendangan tersebut munculah kesadaran konservatisme dan liberalisme.
Manusia hidup dan berdinamika, dinamika tersebut ialah fisik-mental, taraf
(anorganik, vegetatif, sensitif, rasional), keterbatasan-trasendensi, pribadi
(nature)-lingkungan (nurture) , kontinu (lama)-diskontinu (baru) dan ruangwaktu.
Selain itu manusia juga mengalami proses pembentukan diri yang aktual.
Proses tersebut terdiri dari tiga tahap yaitu : 1. Tahap pengumpulan data, 2.
Pengolahan data, 3. Kepenuhan diri sampai akhirnya sampai pada keputusan
final.
E. Axiologi
Axiologi adalah studi tentang nilai, yakni dengan memerikasa hakikat nilai, kriteria dan
teori nilai. Axiologi mencakup tiga hal berupa hakikat nilai dalam bentuk pertanyaan tentang
nilai, kriteria nilai berupa standar/ukran obyektif suatu nilai semisal baik/buru, benar/salah,
dan yang terakhir adalah status nilai terhadap kehidupan manusia. Oleh karena itu sesuatu
dianggap sahih sebagai suatu nilai apabila mampu memenuhi tiga hal cangkupan yang terkait
oleh axiologi.
Axiologi dibagi menjadi dua cabang studi yang berbeda tentang nilai, yakni Estetika dan
Etika.
E.1 Estetika
Estetika merupakan studi tentang nilai seni dengan pemeriksaan terhadap
perasaan, penilaian, standar keindahan dan konsep-konsep yang terkait sehingga
muncul penilaian baik atau buruk. Estetika juga kerap dikenal sebagai filsafat
seni.
Filsafat seni terkait dengan makna, selera, dan emosi. Filsafat seni
mempertanyakan apakah seni itu merupakan aktivitas intelektual atau
representasional, apakah seni itu obyektif, apakah ada standarisasi untuk selera,
adakah perbedaan antara seni dengan realita.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka diperlukan nilai sebagai kognitif
seni. Nilai kognitif seni menjabarkan bahwa keindahan dengan dimensi grafis,
auditif, visual, atau kial (gerak tubuh) adalah bagian dari seni. Seni perlu dibahas
dalam kerangka epistemologi, itulah sebabnya rasionalitas seni tidak bisa lepas
dari wacana ilmiah. Seni juga merupakan pengetahuan teoritis dan bukan hanya
pengetahuan praktis karena seni tidak hanya memberi penalaran empiris tetapi
juga mengelaborasi wacana rasional.
Epistemologi seni adalah rasionalitas seni sebagai elaborasi dari kriteria,
metode, dan instrumen pendukungnnya. Obyek dari epistemologi seni berupa
pendasaran seni, syarat, definisi, konsep, relasi, kondisi sosial dan kreativitas.
Dimensi kognitifnya sejauh mana memperhitungkan dan mendorong , efektivitas
pembanding dan penalaran akan seni.
E.2. Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani Ethos atau kualitas karakter. Etika
merupakan refleksi filosofis tentang moralitas dalam bentuk studi tentang nilai
atau refleksi terhadap benar atau salah, tindakan baik atau jahat, dan tindakan
patut dipuji atau disalahkan. Etika dapat sebagai wacana normatif baik secara
impresif (tegas) atau hipotesis (syarat).
Lingkup bahasan dari Etika berupa apa yang harus manusia lakukan, apa
yang seharusnya bisa manusia lakukan, apa batas-batas realistis atas tindakan
manusia, siapa yang untung dan siapa yang rugi. Maka etika bersangkutan
dengan aturan umum atau norma moral pertimbangan, refleksi, keputusan,
penilaian untuk mencari pembenaran tindakan.
III.
Kesimpulan
Gagasan penjabaran mengenai pelbagai cabang filsafat merupakan suatu gambaran
umum yang mencakup keseluruhan filssafat. Gambaran umum ini saling terkait satu dengan
yang lainnya, sehingga perlu adanya pendalaman akan cabang-cabang filsafat secara lebih
lanjut dan lebih intesif.
Oleh karena diperlukannya pendalaman yang lebih lanjut, gagasan mengenai pengantar
filsafat menjadikan filsafat dikenal secara umum dan lebih realistis. Memberikan pemahaman
bahwa filsafat bukanlah sesuatu yang abstrak dan sulit untuk dipelajari, justru gagasan
tersebut membantu untuk mempelajari apa itu filsafat.
Penutup
Gagasan yang menarik perhatian saya mengenai pengantar filsafat adalah gagasan
mengenai cabang ilmu filsafat Antrhopologi. Menurut saya pribadi antropologi merupakan
poros dari filsafat, karena dengan menyadari eksistensi sebagai manusia, dimensi dan pelbagai
dinamika yang membentuk manusia, saya diajak untuk sadar diri sebagai mahluk yang
otonom dan berdikari.
Oleh karena manusia mampu menyadari tujuan fundamental eksistensinya hidup,
manusia akan mencari kesahihan pengetahuan akan kebenaran di sekitarnya dan
mempertanyakannya. Mulai dari sinilah menurut saya lahir cabang filsafat – filsafat yang lain.