Pupuk Organik Teknologi Effective Microo

Pupuk Organik Teknologi Effective
Microorganism (TEM) sebagai Teknologi Inovatif
Ramah Lingkungan untuk Pertanian
Berkelanjutan—Oleh Halim Malik
Pendahuluan
Pangan adalah masalah utama dunia. Upaya peningkatan produksi, pangan masih
prioritas utama bukan hanya karena permintaannya yang meningkat, tetapi juga karena
distribusinya belum merata. Pendayagunaan sumber daya pertanian menjadi kunci
dalam meningkatkan produktivitas pertanian, sehingga sumberdaya yang terbatas itu
dialokasikanseefisien mungkin. Seperti diketahui sumberdaya pertanian yang terdisi
dari lahan, tenaga kerja, air, termasuk unsur-unsur yang terkandung di dalamnya
merupakan sumberdaya utama untuk kelangsungan hidup manusia. Pengelolaan yang
tidak bijaksana dan tidak mengacu ke depan akan berakibat menurunnya kualitas
sumberdaya itu sendiri, yang akhirnya berpengaruh terhadap produktivitas pertanian.
Dengan semakin meluas dan berkembangnya isu dampak negatif pertanian intensif,
maka konsep pembangunan pertanian harus berubah ke arah pembangunan yang tidak
hanya aspek ekonomi, tetapi juga lingkungannya. Dalam hal ini dampak negatif
terhadap lingkungan itu harus diperhitungkan dalam analisa usaha ekonomi usaha tani,
agar masalah tersebut bisa diatasi. Dengan kata lain harus ada kompromi (trade-of)
antara kepentingan ekonomi dan lingkungan dalam pembangunan pertanian
berkelanjutan. Peningkatan produksi pertanian atau yang biasa disebut dengan

“revolusi hijau” (green revolution) terutama dihasilkan oleh industrialisasi pertanian,
yang melibatkan subsidi bahan bakar energi yang banyak, pengendalian bahan kimiawi
yang canggih, dan jenis-jenis tanaman yang telah dijinakkan.
Setiap tahun pasti ada pertanian dunia yang tidak lagi digunakan untuk produksi.Tanah
itu diratakan dan diaspal, dijadikan tambang terbuka, kena erosi, atau dibiarkan kering
karena air pengairannya dialihkan untuk tujuan-tujuan lain. Padang pasir dan kita
menelan berjuta-juta tanah pertanian di semua benua tiap tahun.
Tanah pertanian yang habis paling panyak dirasakan di Negara-negara berpenduduk
padat. Di mesir diperkirakan 26 ribu hektar tanah pertanian tersubur di sepanjang
sungai nil yang hilang setiap tahun, karena diambil untuk mengembangkan kota,
dijadikan jalan, tempat pabrik dan tempat militer. Di jepang industri meluas di daerahdaerah pertanian di sekitar kota besar sehingga tanah yang tingal untuk tujuan
pertanian hanya sekitar 6% saja.

Di samping hilangnya tanah pertanian, erosi tanah yang melanda tanah-tanah pertanian
yang masih tinggal menurunkan produtivitas tanah. Erosi tanah merupakan suatu
proses alamiah, bukan sesuatu yang baru dan tidak selalu merugikan. Lapisan tanah
terus-menerus dibentuk dari batu-batuan yang rapuh karena dimakan hari dan selalu
dikikis.
Kesuburan alamiah yang hilang mungkin bisa diimbagi dengan pupuk, seperti dilakukan
di Negara-negara bagian tengah dan barat amerika, tetapi dalam jangka panjang

langkah ini tidak akan memadai. Menurut perkiraan PBB, erosi di kolombia setiap tahun
menghanyutkan 426 juta ton lapisan tanah atas, ini berarti hilangnya setara dengan 30
cm lapis tanah atas di tanah seluas 160 ribu hektar, meksiko 50 – 200 ribu hektar tanah
tidak dapat dipakai akibat erosi, dipakistan penebangan hutan tanpa
batas menyebabkan erosi tanah yang hebat dan hilangnya tanah pertanian (United
Nation, 2006:30). Pada suatu titik tertentu, hilangnya lapis atas tanah ini akan
menghambat meningkatkan produksi.
Sejauh ini usaha menaikkan produktivitas tanah pertanian dunia dengan cara
menggunakan lebih banyak pupuk, memperluas pengairan,
menggunakan teknologi baru, dan memperbaiki mutu tanah masih mampu
mengimbangi hilangnya dan menurunnya mutu tanah. Tetapi di beberapa Negara,
kekuatan merusak sekarang ini sama atau melebihi usaha menaikkan produksi pangan.
Banyak Negara yang makin tergantung pada impor pangan dari amerika serikat, ini
sebagaian mencerminkan system produksi pangan di negara-negara bersangkutan.
Perkembangan yang mencemaskan dalam ekonomi pandan dunia mengandung arti
bahwa pemerintah nasional mungkin harus mengambil tindakan yang lebih keras untuk
melindungi tanah pertanian. Kalau tidak maka mungkin akan timbul kekurangan pangan
dan inflasi harga pangan yang hebat. Tindakan itu makin mendesak mengingat hargaharga “bahan-bahan pengganti tanah” seperti bahan bakar dan pupuk makin tinggi dan
air kurang.16
Untuk meningkatkan dan melipatgandakan hasil tanaman dua kali lipat diperlukan

sepuluh kali lipat peningkatan pupuk, pestisida dan tenaga kuda. Jadi pertanian secara
industri yang menggunakan terlalu banyak bahan kimia seperti yang dipraktekkan di
banyak negara di dunia misalnya, memproduksi hasil yang lumayan dibandingkan
dengan pertanian yang sederhana, namun dampaknya terhadap kesehatan tanah dan
pencemaran terhadap udara dan air sudah memasuki tahap yang melampaui
batas. Dengan demikian tidak sulit dimaklumi mengapa agroindustri merupakan salah
satu penyebab utama polusi tanah, udara dan air yang mengganggu keseimbangan
ekosistem.

Pertumbuhan total penduduk dunia yang mencapai lebih dari 6 milyar telah membawa
masalah yang luas dan besar, terutama berkurangnya lahan pertanian per kapita di
sebagian besar dunia. Dengan semakin sedikitnya lahan yang tersedia, para perencana
dan petani memusatkan upaya pada peningkatan produktivitas melalui: (1) penggunaan
varietas unggul baru, (2) penggunaan lebih banyak pupuk kimia, yang konsumsinya
meningkat menjadi 9 kali lipat, (3) penggunaan pestisida dan bahan-bahan kimia
serupa, yang konsumsinya telah meningkat menjadi tiga puluh dua kali lipat (Sumantri,
1987: 163). Kebijaksanaan pertanian praktis di semua negara telah memusatkan
perhatian pada peningkatan daya hasil. Konsekuensi lingkungan akibat sistem produksi
yang tersubsidi (berat) semakin nampak jelas, dengan beberapa indikasi, antara lain:
(1) produktivitas menurun sejalan dengan menurunnya kualitas tanah akibat

pemanfaatan tanah yang intensif dan penggunaan pupuk kimia dan pestisida secara
berlebihan, (2) pencemaran nitrat pada sumber-sumber air tanah akibat pemakaian
pupuk nitrat yang berlebihan. Penggunaan pupuk kimia telah banyak membantu
meningkatkan produksi pangan dunia, namun setiap pertambahan pupuk kimia, mulamula cepat, kemudian melambat sampai akhirnya menjadi datar. Salah satu contoh,
penanaman jagung silangan di Barat Tengah Amerika, ketika pupuk digunakan pada
rata-rata 20 kg per acre, setiap pon nitrogen pupuk menghasilkan tambahan 13,5 kg
jagung. Dengan penambahan 20 kg pupuk untuk kedua kalinya, setiap pon
menghasilkan 7 kg jagung tambahan. Penambahan 20 kg untuk ketiga dan keempat
kalinya, tambahan jagung yang dihasilkan setiap pon nitrogen turun sampai 9 dan 4
pon (Lester Brown, 70-71).
Oleh karena semakin meluas dan berkembangnya isu dampak negatif pertanian
intensif, maka konsep pembangunan harus berubah arah kepada pembangunan yang
selain memperhatikan aspek ekonomi harus pula memperhatikan aspek lingkungan.
Dengan kata lain, ada kompromi (trade of) antara kepentingan ekonomi dan
kepentingan lingkungan, yang berarti perlu penerapan konsep pembangunan pertanian
berkelanjutan berwawasan lingkungan (ecologically sustainable agriculture), dan
alternatif sistem pertanian yang bisa menekan timbulnya masalah lingkungan yang
lebih serius tersebut (Addinul, 1997: 69).
1. Konsep Pertanian Berkelanjutan
Penerapan konsep pertanian berkelanjutan merujuk pada suatu pemahaman bahwa

penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi mampu mendukung perolehan hasil untuk
memenuhi kebutuhan dasar penduduk yang seimbang dengan perlindungan dan
rehabilitasi sumber daya lingkungan tanah pertanian. Tarumingkeng dkk. menekankan
pula bahwa, pupuk dan pestisida kimia pada kenyataannya memang dapat
meningkatkan produksi pertanian namun hal ini hanya berlangsung dalam jangka
pendek, sedangkan dalam jangka panjang bahan-bahan tersebut dapat menurunkan

produksi pertanian baik secara kualitas maupun kuantitas. Dan yang lebih parah
terjadinya akumulasi residu kimia di dalam tanah akan merubah sifat fisik, kimia dan
biologis tanah, berakibat pada rusaknya tanah. Oleh karena itu, penggunaan input
pertanian berupa pupuk anorganik selayaknya diupayakan seminimal mungkin, dan
menggunakan pupuk organik karena mampu menyediakan unsur hara terus menerus.
Keadaan ini dapat menjaga ketahanan topsoil, sehingga dapat memberikan hasil secara
berkelanjutan dan memperbaiki lingkungan tanah pertanian. Hal tersebut mengandung
arti bahwa, program peningkatan produksi pertanian sudah selayaknya menggunakan
input pertanian internal yang berasal dari lingkungan pertanian itu sendiri (http:// rudy
c.t tripod.com/sem 1023/made suwena. htm, 2004.p. 2).
Teknologi Efective Microorganisms telah banyak digunakan oleh para petani di berbagai
negara di Asia seperti di Thailand, Malaysia, Taiwan, Pakistan, Banglades, dan negara
lainnya di Asia, di Afrika, bahkan di USA, Perancis, Jerman, Portugal dan Swiss. Di

Indonesia, juga telah menyebar penggunaannya, seperti di Bali, Sulawesi Selatan, Jawa
Tengah, Lampung, Riau, Sumatera Selatan, dengan hasil produksinya mencapai 4
(empat) kali lipat baik tanaman padi, jagung, cabe, tomat, buah-buahan dan sayursayuran, dan berbagai jenis ikan dan ternak (Mafftuha, 2001: 5). Namun demikian,
pupuk organik Teknologi EM tersebut belum dimanfaatkan secara optimal di lingkungan
pertanian di Indonesia. Hal tersebut menunjukkan bahwa adopsi pupuk organik TEM di
kalangan petani di Indonesia masih rendah. Rendahnya kemauan untuk mengadopsi
pupuk organik TEM bagi para petani perlu diubah dengan jalan memberdayakan mereka
melalui pendidikan, sehingga mereka dapat memahami apa dan bagaimana pupuk
organik TEM dalam pertanian untuk memperoleh hasil yang berkelanjutan.
Upaya pembentukan pemahaman petani tentang konsep pupuk organik Teknologi EM
dalam pertanian sebagai teknologi inovasi yang ramah lingkungan, dilakukan melalui
pendidikan yaitu jalur pendidikan luar sekolah dalam bentuk penyuluhan. Pelaksanaan
penyuluhan memerlukan pendekatan dan metode yang sesuai dengan karakteristik
inovasi, dan karakteristik petani sasaran penyuluhan, sehingga pesan-pesan komunikasi
dapat diterima secara efektif. Dalam proses penyuluhan sebagai pendidikan orang
dewasa, ada berbagai jenis pendekatan yang dapat digunakan, yaitu pendekatan
individual, pendekatan kelompok dan pendekatan massal. Dari setiap pendekatan
tersebut memiliki berbagai metode penyampaian materi (Suriatna, 1988: 16). Metode
penyampaian materi penyuluhan secara massal dan penyuluhan kelompok dengan
ceramah dan diskusi yang digunakan selama ini, tampaknya belum memberikan

perubahan yang diharapkan pada perilaku petani yang masih cenderung mengolah
lahan apa adanya dan cenderung menggunakan pupuk kimia dalam usaha tani mereka.
Oleh karena itu, untuk mendorong petani agar mau dan mampu mengetahui dan
memahami berbagai aspek yang berkaitan dengan pupuk organik Teknologi EM sebagai

teknologi inovatif ramah lingkungan untuk pertanian, maka diperlukan metode
penyuluhan yang sesuai dengan karakteristik inovasi dan karakteristik petani itu sendiri.
2. Pukuk Organik Teknologi Effective Microoorganisms (TEM)
Teknologi EM-4 merupakan salah satu teknologi pemanfaatan jasad hidup dalam
memperbaiki kesuburan tanah, melalui cara kerja dalam tanah dengan
menyeimbangkan populasi mikro-organisme yang menguntungkan (beneficial
microorganisms) dan menekan populasi mikroorganisme yang merugikan (deleterious
microorganisms) (Subadiyasa, 1997: 7). EM-4 merupakan larutan yang berisi
mikroorganisme. Ada 5 golongan utama microorganisme yang terkandung dalam
larutan EM-4 yaitu: lactobacillus sp, ragi (yeast), bakteri fotosintetik, actinomycetes,
dan jamur pengurai selulose (streptomyces sp) untuk memfermentasi bahan organik
menjadi senyawa organik yang mudah diserap oleh akar tanaman. Mikroorganismemikroorganisme tersebut bekerja saling membantu guna mencegah pembusukan bahan
organik menjadi proses fermentasi yang dilakukan oleh mikroba peragian dan
mengurangi polusi panas, bau busuk serta mengurangi gas beracun lainnya yang timbul
akibat proses pembusukan. Melalui fermentasi bahan-bahan organik dengan pemberian

EM-4 akan menghasilkan pupuk organik yang dikenal dengan pupuk organik Teknologi
EM-4 atau populer dengan nama bokashi (Wididana, 1999: 21). KataBokashi berasal dari
bahasa Jepang sebagaimana penemunya yang berarti bahan organik yang telah
terfermentasi. Oleh orang Indonesia kata bokashi diperpanjang menjadi bahan organik
kaya akan sumber kehidupan (Indriani, 2003: 33).
Dilihat dari karakteristik inovasi, pupuk organik Teknologi EM pada dasarnya adalah
teknologi terapan yang dapat diketahui efek positif dan negatifnya dengan baik setelah
melalui penggunaan langsung dalam usaha tani, sehingga petani dapat melihat
hasilnya dan merasakan manfaatnya. Dalam kaitan dengan hal tersebut, maka
demonstrasi merupakan alternatif penyampaian materi yang sesuai, sehingga petani
dapat melihat proses dan produktivitas usaha tani mereka, dan membandingkan
dengan keadaan yang telah dilakukan selama ini. Dengan cara tersebut diharapkan
mereka akan mudah percaya terhadap ide-ide baru yang dikenalkan dan
dianjurkan. Permasalahan dalam bidang pertanian mencakup variabel-variabel yang
sangat luas dan kompleks, meliputi variabel ekonomi, lingkungan, sosial budaya,
bahkan politik.
Teknologi Efective Microorganisms-4 diaplikasikan sebagai inokulan dalam pupuk
organik untuk meningkatkan keragaman dan populasi mikroorganisme di dalam tanah.
Hal ini dapat memperbaiki dan meningkatkan kesehatan dan kualitas tanah, dan pada
gilirannya akan memperbaiki pertumbuhan, kuantitas dan kualitas produksi tanaman

secara berkelanjutan.Penerapan TEM-4 merupakan suatu teknologi alternatif yang

memberikan peluang seluas-luasnya untuk meningkatkan dan menjaga kestabilan
produksi tanaman pertanian. Cara kerja TEM-4 dalam tanah yang secara sinergis dapat
menekan populasi hama dan penyakit tanaman, meningkatkan kesehatan pertumbuhan
dan perkembangan tanaman.
Penggunaan TEM dalam pertanian menurut Higa memenuhi beberapa kriteria, yaitu: (1)
petani dapat menghasilkan produk pertanian yang bergizi, sehat dan berkualitas untuk
peningkatan kesehatan manusia, (2) secara ekonomis dan spritual menguntungkan bagi
petani dan konsumen, (3) mudah dipraktekkan, (4) selaras dengan alam, (5) melindungi
lingkungan, serta (6) mampu mencukupi bahan pangan umat manusia yang terus
bertambah (Higa, 1996: 100-101). Secara umum pemakaian pupuk organik TEM dalam
pertanian di Indonesia dapat menekan biaya sebesar 20-50%, dan menaikkan produksi
sekitar 20% (Wididana & Muntoyah, 2001: 21). Dapat disimpulkan bahwa TEM
merupakan teknologi alternatif untuk menjawab keterbatasan teknologi produksi
pertanian yang ada dan telah dikembangkan selama ini untuk mengatasi kerusakan
lingkungan.
3. Microorganisme Utama Teknologi “Effective Microorganisms” dan
Kegiatannya dalam Tanah
Teknologi Efective Microorganisms merupakan kultur campuran mikroorganisme yang

mengandung bakteri fotosintetik, actinomycetes, ragi, jamur fermentasi,
dan Lactobacillussp. (bakteri penghasil asam laktat) yang dapat digunakan sebagai
inokulan untuk meningkatkan keragaman mikroba tanah. Ini akan dapat memperbaiki
kesehatan dan kualitas tanah, dan pada gilirannya juga akan memperbaiki
pertumbuhan, jumlah dan mutu produksi tanaman.
Fungsi dan kegiatan setiap jenis bakteri tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Bakteri fotosintetik (bakteri fototrofik)
Bakteri fotosintetik adalah mikroorganisme yang mandiri dan swasembada. Bakteri ini
membentuk zat-zat yang bermanfaat dari sekresi akar-akar tumbuhan, bahan organik
dan atau gas-gas berbahaya (misalnya hydrogen sulfide), dengan menggunakan sinar
matahari dan panas bumi sebagai sumber energi. Zat-zat bermanfaat tersebut meliputi
asam amino, asam nukleik, zat-zat bioaktif dan gula, yang kesemuanya mempercepat
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hasil-hasil metabolisme tersebut dapat
diserap langsung oleh tanaman dan sebagai substrat bagi bakteri yang terus
bertambah.
b) Bakteri asam laktat (Lactobacillus sp.)

Bakteri asam laktat menghasilkan asam laktat dari gula, sedangkan bakteri fotosintetik
dan ragi menghasilkan karbohidrat lainnya. Asam laktat dapat menekan pertumbuhan
mikroorganisme yang merugikan dan meningkatkan percepatan perombakan bahanbahan organik. Selain itu, asam laktat dapat menghancurkan bahan-bahan organik

seperti lignin dan selulose, serta memfermentasikannya tanpa menimbulkan pengaruhpengaruh yang merugikan yang diakibatkan oleh bahan-bahan organik yang tidak
terurai. Bakteri asam laktat mempunyai kemampuan untuk menekan pertumbuhan
Fusarium, suatu mikroorganisme yang merugikan, yang menimbulkan penyakit pada
lahan-lahan yang terus ditanami.Biasanya pertambahan jumlah populasi Fusarium akan
melemahkan kondisi tanaman, yang akan meningkatkan serangan berbagai penyakit
dan juga mengakibatkan bertambahnya secara tiba-tiba jumlah cacing yang merugikan.
Namun dengan adanya bakteri asam laktat, cacing-cacing tersebut secara berangsur
akan hilang, karena bakteri asam laktat menekan perkembangbiakan dan berfungsinya
Fusarium.
c) Ragi (Yeast)
Ragi membentuk zat-zat yang anti bakteri (zat-zat bioaktif) seperti hormon dan enzim
dariasam-asam amino dan gula yang dikeluarkan oleh bakteri fotosintetik, bahan
organik dan akar-akar tanaman yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. Zat-zat
bioaktif seperti hormon dan enzim yang dihasilkan oleh ragi meningkatkan jumlah sel
aktif dan perkembangan akar. Sekresi ragi adalah substrat yang baik untuk
mikroorganisme efektif seperti bakteri asam laktat dan actinomycetes.
d) Actinomycetes
Actinomycetes, yang strukturnya merupakan bentuk antara bakteri dan jamur,
menghasilkan zat-zat anti mikroba dari asam amino yang dikeluarkan oleh bakteri
fotosintetik dan bahan organik. Zat-zat anti mikroba ini menekan pertumbuhan jamur
dan bakteri yang merugikan.Actinomycetes dapat hidup berdampingan dengan bakteri
fotosintetik. Dengan demikian, kedua spesis ini sama-sama meningkatkan mutu
lingkungan tanah, dengan meningkatkan aktivitas anti mikroba tanah.
e) Jamur Fermentasi (Streptomyces sp.)
Jamur fermentasi (peragian) seperti Aspergilus dan Penicillium menguraikan bahan
organik secara cepat untuk menghasilkan alkohol, ester dan zat-zat anti mikroba. Zatzat tersebut akan menghilangkan bau dan bersifat racun terhadap hama dan serangga,
sehinggamencegah tanaman dari serbuan serangga dan ulat-ulat yang merugikan.
Akar-akar tanaman mengeluarkan zat-zat seperti karbohidrat, asam amino dan asam
organik serta enzim-enzim. Bakteri dari TEM memanfaatkan zat sekresi tersebut untuk
tumbuh. Selama proses ini mereka juga mengeluarkan dan memberikan asam amino

dan asam nukleik serta berbagai vitamin dan hormon pada tanaman. Oleh sebab itu,
tanaman akan tumbuh dengan baik sekali dalam tanah-tanah yang didominasi oleh
bakteri TEM.
4. Penerapan Teknologi Effective Microorganisms pada limbah padat
untuk membuat pupuk organik
Penerapan Teknologi Efective Microorganisms khususnya TEM-4 pada limbah padat
adalah dimanfaatkan sebagai aktivator pada pada proses fermentasi (peragian)
pupuk organikdengan menggunakan berbagai bahan organik. Fermentasi bahan-bahan
organik dengan TEM-4 akan menghasilkan pupuk organik yang dikenal dengan
nama bokashi. Dengan kegiatan fermentasi, TEM-4 dapat memanfaatkan segala macam
bahan organik, seperti: dedak padi, dedak jagung, dedak gandum, tepung jagung,
sekam padi, kulit kacang, jerami, ampas kelapa, ampas biji kapas, rumput, serbuk
gergaji, sabut dan tempurung kelapa, sisa-sisa hasil tanaman seperti buah-buah kelapa
yang hampa, tepung ikan, kotoran semua jenis ternak, sampah dapur, rumput laut, kulit
kerang dan bahan sejenis lainnya. Dedak merupakan bahan utama yang mutlak
diperlukan dan dedak padi sangat dianjurkan sebagai bahan penting untuk bokashi
karena mengandung gizi yang sangat baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Namun
yang penting diperhatikan dalam proses fermentasi bahan organik, mikroorganisme
akan bekerja dengan baik bila kondisinya sesuai. Proses fermentasi akan berlangsung
dalam kondisi anaerob, pH rendah (sekitar 3-4), kadar garam dan kadar gula tinggi,
kandungan air sedang (30-40%), dan suhu sekitar 40-50 0 C.
Berdasarkan beragamnya bahan pembuatnya, maka nama bokashi yang dihasilkan juga
bermacam-macam seperti bokashi jerami, bokashi pupuk kandang, bokashi pupuk
kandang dan arang, bokashi pupuk kandang dan tanah, serta bokashi ekspres. Bahan
organik yang masih hijau akan menghasilkan bokashi yang kaya senyawa organik
karena bahan tersebut kaya asam amino dan asam organik yang bermanfaat untuk
pertumbuhan bakteri TEM. Sebagai sumber energi atau makanan bagi bakteri, pada
tahap awal sebelum proses fermentasi diperlukan molase (tetes tebu). Bila molase tidak
ada dapat diganti dengan gula merah atau gula putih. Dari ketiga bahan tersebut,
molase lebih baik dari gula merah dan gula merah lebih baik dari gula putih. Hal ini
disebabkan kandungan asam amino dalam molase lebih baik dari gula merah,
kandungan asam amino dalam gula merah lebih baik dibandingkan gula putih. Jenis
bahan dan perbandingannya dalam pembuatan macam bokashi dapat dilihat pada
lampiran di bawah ini.
Penutup

1. Oleh karena semakin meluas dan berkembangnya isu dampak negatif pertanian
intensif, maka konsep pembangunan harus berubah arah kepada pembangunan yang
selain memperhatikan aspek ekonomi harus pula memperhatikan aspek lingkungan.
2. Penerapan konsep pertanian berkelanjutan merujuk pada suatu pemahaman bahwa
penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi mampu mendukung perolehan hasil untuk
memenuhi kebutuhan dasar penduduk yang seimbang dengan perlindungan dan
rehabilitasi sumber daya lingkungan tanah pertanian.
3. Teknologi EM-4 merupakan salah satu teknologi pemanfaatan jasad hidup dalam
memperbaiki kesuburan tanah, melalui cara kerja dalam tanah dengan
menyeimbangkan populasi mikroorganisme yang menguntungkan (beneficial
microorganisms) dan menekan populasi mikroorganisme yang merugikan (deleterious
microorganisms)
4. Dilihat dari karakteristik inovasi, pupuk organik Teknologi EM pada dasarnya adalah
teknologi terapan yang dapat diketahui efek positif dan negatifnya dengan baik setelah
melalui penggunaan langsung dalam usaha tani, sehingga petani dapat melihat
hasilnya dan merasakan manfaatnya
5. Secara umum pemakaian pupuk organik TEM dalam pertanian di Indonesia dapat
menekan biaya sebesar 20-50%, dan menaikkan produksi sekitar 20%. Dapat
disimpulkan bahwa TEM merupakan teknologi alternatif untuk menjawab keterbatasan
teknologi produksi pertanian yang ada dan telah dikembangkan selama ini untuk
mengatasi kerusakan lingkungan.
Daftar Pustaka
Brown, Lester R. Hari Yang Keduapuluh Sembilan, Diterjemahkan Oleh Tim Usica.
Jakarta: Erlangga, 1982.
Higa, Teruo. An Earth Saving Revolution I. English Edition. Japan: Sunmark Publishing,
1996
Indriani, Yopita Hety. Membuat Kompos Secara Kilat. Jakarta: Penebar Swadaya, 2003.
Komisi Mandiri Kependudukan dan Kualitas Hidup, Kepedulian Masa Depan, Agenda
Radikal Menuju Perubahan Positif, Dialihbahasakan oleh Mohamad Soerjani. Jakarta:
IPPL, 2000.
Muntoyah. Hasil-Hasil Penelitian Teknologi Efective Microorganisms (EM) di Indonesia.
Jakarta: Institut Pengembangan Sumberdaya Alam, 2001

Setiana, Lucie. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Bogor: Ghalia
Indonesia, 2005.
Subadiyasa. Teknologi Efective Microorganisms, Potensi dan Prospeknya di
Indonesia.Makalah Disajikan pada Seminar Nasional Pertanian Organik di Jakarta 3 April
1997.
Sutanto, Rachman Penerapan Pertanian Organik Pemasyarakatan dan
Pengembangannya. Yogyakarta; Kanisius, 2002.
United Nation, Economic Commission for Latin Amerika, el Medio Ambiente En Amerika
(Santiago, chilli 2006)
Economic Research Service, 26 Year World Cereal Statistics by Country and Region,
Stensilan US Departemen of Agriculture,, Washington, D.C 2004
Wididana, G.N. dan Muntoyah. Membangun Desa Membangun Bangsa. Jakarta: Institut
Pengembangan Sumber Daya Alam, 1999.
Wididana, G.N. Teknologi Efective Microorganisms. Bali: Institut Pengembangan Sumber
Daya Alam, 1999.
Yakin, Addinul. Ekonomi Sumberdaya Alam Dan Lingkungan: Teori Dan Kebijaksanaan
Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta: Akademika Presindo, 1997.
Yusuf, Maftuchah. Teknologi Efective Microorganisme (TEM) Harapan Bagi
Penyelamatan Bumi, dalam Teknologi Efective Mikroorganisms. oleh Team PKLP.
Jakarta: Universitas Trisakti, 2001.
(Naskah ini diambil dari Website kompasiana dengan alamat
http://green.kompasiana.com/penghijauan/2011/05/09/pupuk-organikteknologi-effective-microorganism-tem-sebagai-teknologi-inovatif-ramahlingkungan-untuk-pertanian-berkelanjutan-361406.html karya tulis Ilmiah dari
Halim Malik)