T MTK 1404586 Chapter1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan
dapat memajukan daya pikir manusia. Dengan demikian, matematika sangat
penting dipelajari dalam kehidupan manusia karena matematika merupakan ilmu
dasar yang menjadi alat untuk mempelajari ilmu-ilmu lain maupun pada pelajaran
di kelas yang lebih tinggi atau jenjang pendidikan selanjutnya (Mutiawati, 2013;
Ardianzah, Kusmayadi dan Usodo, 2015). Melalui pelajaran matematika,
diharapkan siswa dibekali untuk menjadi manusia yang mampu menghadapi
kehidupan yang akan datang.
Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik
mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah untuk membekali siswa
dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta
mempunyai kemampuan bekerja sama (Depdiknas, 2006). Hal ini menunjukkan
bahwa salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa yang melibatkan imajinasi, intuisi
dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin
tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba. Kemampuan berpikir

kritis dan kreatif merupakan suatu hal yang amat penting dalam masyarakat
modern karena dapat membuat manusia menjadi lebih fleksibel secara mental,
terbuka dan mudah menyesuaikan dengan berbagai situasi dan permasalahan.
Membelajarkan siswa untuk berpikir kritis penting karena berpikir kritis
melatih siswa untuk berpikir logis dan tidak menerima sesuatu dengan mudah
(Pranita, Indriwati dan Susilo, 2016). Atriani dan Widjajanti (2013) menjelaskan
bahwa siswa membutuhkan bekal berpikir kritis dalam matematika untuk
menjalani kehidupan di masa kini dan masa mendatang. Untuk kebutuhan masa
kini, berpikir kritis memberikan kemampuan pemahaman dan memecahkan
masalah ketika pembelajaran di kelas maupun dalam keseharian. Sedangkan untuk
Nuni Fitriarosah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS
MELALUIPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1

SISWA

SMP


2

kehidupan masa mendatang mempunyai arti yang lebih luas, yaitu bahwa
pembelajaran matematika memberikan kemampuan bernalar yang logis, sitematik,
kritis dan cermat, menumbuhkan rasa percaya diri dan rasa keindahan terhadap
keteraturan sifat matematika, dan mengembangkan sifat objektif dan terbuka yang
diperlukan dalam menghadapi masa depan yang selalu berubah (Sumarmo, 2010).
Begitu juga dengan kemampuan berpikir kreatif dalam matematika penting
dimiliki siswa karena dalam berpikir kreatif seseorang dapat menghasilkan
sesuatu yang baru (Istianah dan Yunarti, 2015) mengingat bahwa dewasa ini ilmu
dan teknologi berkembang pesat sehingga permasalahan yang timbul pun belum
tentu dapat diselesaikan dengan solusi yang telah ada sebelumnya.
Johnson (2006) juga mengemukakan bahwa berpikir kritis dan kreatif
memungkinkan siswa untuk mempelajari masalah secara matematis, menghadapi
berjuta tantangan dengan cara terorganisasi, merumuskan pertanyaan inovatif dan
merancang permasalahan yang dipandang relatif baru. Sebagaimana pernyataan
Suryadi (2012) bahwa berpikir kritis dan kreatif merupakan dua kemampuan
manusia yang sangat mendasar. Keduanya dapat mendorong seseorang untuk
senantiasa memandang permasalahan yang dihadapi secara kritis dan mencoba

menyelesaikannya secara kreatif, sehingga diperoleh suatu hal baru yang lebih
baik dan bermanfaat bagi kehidupannya. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan
berpikir kritis dan kreatif tidak hanya menjadi bagian dari tujuan pembelajaran
matematika, tetapi merupakan hal yang penting dalam kehidupan.
Ada beberapa definisi tentang kemampuan berpikir kritis dan kreatif, di
antaranya adalah menurut Baker, Rudd & Pomeroy (2001) yang berasumsi bahwa
berpikir kritis dan kreatif bagaikan dua sisi mata uang yang saling berbeda dan
identik. Jika dilihat dari prosesnya berpikir kreatif adalah kegiatan berpikir secara
divergen sedangkan berpikir kritis adalah kegiatan berpikir secara konvergen.
Dilihat dari hasilnya berpikir kreatif mencoba untuk menciptakan sesuatu yang
baru sedangkan berpikir kritis lebih mempertanyakan kebenaran dari sesuatu yang
telah ada. Hal ini karena dalam berpikir kreatif tidak serta merta menerima
prinsip-prinsip yang telah diterima bahkan mencoba melanggar prinsip-prinsip

Nuni Fitriarosah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS
MELALUIPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SISWA


SMP

3

yang telah diterima sedangkan berpikir kritis dilakukan dengan menerapkan
prinsip-prinsip yang telah diterima.
Dari pendapat di atas, kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan
mengolah informasi atau fakta-fakta secara efektif dengan alasan yang
mendasarinya sehingga menghasilkan kemampuan berpikir kreatif yaitu
menyelesaikan masalah dengan cara yang berbeda atau fleksibel. Hal ini senada
dengan apa yang telah diungkapkan sebelumnya oleh Bailin dkk (1999) bahwa
“Critical thinking often requires imagining possible consequences, generating
original approaches and indentifying alternative perspectives. Thus, creativity
plays an important role in thinking critically”. Dengan kata lain dapat diartikan

bahwa berpikir kreatif memiliki peranan penting dalam berpikir kritis. Oleh
karena itu, untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara kemampuan berpikir
kritis dan kreatif perlu dikaji lebih mendalam tentang hubungan antara
kemampuan berpikir kritis dan kreatif.

Kenyataan saat ini kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa belum
tercapai secara optimal. Hal ini sebagaimana hasil survey The Third International
Mathemtics and Science Study (TIMSS) menunjukkan bahwa kemampuan siswa

SMP kelas dua Indonesia masih relatif baik dalam menyelesaikan soal-soal
tentang fakta dan prosedur namun sangat lemah dalam menyelesaikan soal-soal
tidak rutin (Mullis dkk dalam Herman, 2007), masih sangat sedikit siswa SMP di
Indonesia yang mampu menyelesaikan soal dengan kategori kompleks. Begitu
pula dengan Gulo (2009) yang meneliti siswa SMP dengan hasil penelitiannya
bahwa peningkatan kemampuan berpikir ritis siswa mencapai 37,40% dan
peningkatan kemampuan berpikir kreatif mencapai 50,20%. Hidayat (2011)
mendeskripsikan hasil penelitiannya di SMA bahwa kemampuan berpikir kritis
siswa mencapai 56,88% dan kemampuan berpikir kreatif mencapai 54,68%.
Senada dengan hal di atas, hasil studi pendahuluan yang dilakukan Isharyadi
(2015) di salah satu SMP di kota Bandung menunjukkan bahwa kemampuan
siswa dalam meyelesaikan soal non rutin masih rendah. Lebih lanjut hasil
penelitian Isharyadi menunjukkan bahwa pencapaian kemampuan siswa SMP
dalam menyelesaikan soal non rutin yang menggunakan pendekatan saintifik

Nuni Fitriarosah, 2016

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS
MELALUIPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SISWA

SMP

4

masih di bawah 50%. Padahal untuk usia SMP kemampuan ini harus mulai
dilatihkan, sebagaimana menurut Piaget (Nurzubaini, 2012) bahwa pada usia 1112 tahun ke atas seseorang sudah dapat berpikir secara abstrak, menalar secara
logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia, sehingga kemampuan
berpikir kritis dan kreatif matematis cocok pada siswa umur tersebut. Namun dari
data yang telah disebutkan di atas menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis
dan kreatif siswa relatif masih rendah. Siswa belum terbiasa untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatifnya.
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif masih relatif rendah terjadi karena
proses-proses berpikir kritis dan kreatif jarang dilatihkan di sekolah (Gulo, 2009).
Pada


penerapan

proses

pembelajaran

matematika

di

kelas,

umumnya

pembelajaran matematika lebih bersifat prosedural. Seperti dinyatakan oleh Silver
(Turmudi, 2009) bahwa pada pembelajaran tradisional aktivitas siswa sehari-hari
umumnya menonton guru dalam menyelesaikan soal-soal di papan tulis kemudian
meminta siswa bekerja sendiri dalam buku teks atau Lembar Kerja Siswa (LKS)
yang disediakan. Ibrahim (2011) pun mengemukakan pendapat serupa bahwa

pada umumnya pembelajaran matematika di sekolah masih menekankan pada
hafalan dan mencari jawaban dari soal-soal yang sifatnya rutin atau prosedural.
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa pembelajaran yang berlangsung di
lapangan belum memfasilitasi siswa untuk mengeksplorasi kemampuan berpikir
kritis dan kreatif. Bukan berarti pembelajaran biasa seperti ini tidak mampu
meningkatkan kemampuan berpikir siswa, tetapi akan lebih baik apabila ada
inovasi lain dalam pembelajaran matematika.
Fakta seperti ini menunjukkan perlu segera dilakukan perbaikan atas
kelemahan pembelajaran sehingga pengembangan kemampuan berpikir kritis
sangat mungkin untuk dikembangkan dalam pembelajaran matematika. Untuk itu,
diperlukan

inovasi-inovasi

dalam

metode

pembelajaran


untuk

mencari

penyelesaian yang terbaik guna meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan
kreatif siswa dalam pembelajaran matematika. Siswa perlu difasilitasi agar
kemampuan berpikir kritis dan kreatifnya meningkat dengan mengembangkan
pembelajaran yang dirancang secara tepat.

Nuni Fitriarosah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS
MELALUIPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SISWA

SMP

5


Sumarmo (2005), menyarankan bahwa dalam pembelajaran matematika,
untuk mendorong berpikir kreatif dan berpikir tingkat tinggi dapat dilakukan
melalui belajar kelompok kecil, menyajikan tugas-tugas nonrutin dan tugas yang
menuntut strategi kognitif dan metakognitif peserta didik, serta menerapkan
pendekatan scaffolding. Selain itu, Standard Proses yang tertuang dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007
disebutkan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran harus dilakukan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif serta memberikan yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses
eksploratif, elaborasi, dan konfirmasi (Depdiknas, 2007). Pembelajaran dalam
matematika yang memenuhi kriteria tersebut antara lain, yaitu pembelajaran
berbasis masalah.
Arends (2004) menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis masalah
merupakan model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran pada masalah
yang autentik dengan maksud siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri,
mengembangkan inkuiri, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi, serta
mengembangkan kemandirian dan kepercayaan diri. Pendapat tersebut dikuatkan
oleh Trianto (2007), yang menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis masalah

merupakan model yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi.
Berpikir kritis dan kreatif merupakan salah satu perwujudan dari berpikir tingkat
tinggi (Siswono, 2008). Ibrahim (2011) juga menyebutkan bahwa pembelajaran
berbasis masalah adalah proses kegiatan pembelajaran dengan cara menggunakan
atau memunculkan masalah sebagai bahan pemikiran siswa dalam memecahkan
masalah untuk memperoleh pengetahuan dari suatu materi pembelajaran.
Selain faktor pembelajaran, terdapat faktor lain yang diduga dapat
berkontribusi terhadap perkembangan kemampuan berpikir kritis dan kreatif
matematis (KAM) siswa. Kemampuan awal matematika (KAM) adalah suatu
kemampuan yang telah dimiliki oleh peserta didik baik secara alami maupun hasil
pembelajaran untuk melaksanakan suatu aktivitas matematis. Kemampuan ini

Nuni Fitriarosah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS
MELALUIPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SISWA

SMP

6

terjadi melalui aktivitas bernalar dan cara-cara berpikir logis, analitis, sistematis,
kritis, kreatif, dan inovatif berdasarkan penguasaan konsep dan algoritma
matematika yang telah dimiliki. Melalui proses pembelajaran yang bertujuan
untuk mengembangkan potensi serta kemampuan siswa diharapkan pula
kemampuan matematika yang dimiliki siswa dapat meningkat. Ini mengingat
matematika adalah ilmu yang terstruktur dalam arti antara bagian yang satu
dengan bagian lainnya terjalin dalam hubungan yang erat. Oleh karena itu,
penguasaan terhadap konsep dan prinsip matematika dapat dicapai bila disajikan
dalam bentuk yang terkait antara satu dengan yang lainnya. Selain itu, sifat
matematika yang sistematis dalam arti materi matematika tersusun secara
hierarkis, sehingga untuk menguasai materi matematika tertentu perlu didahuui
dengan penguasaan materi prasyaratnya (Sumarmo, 2013). Oleh karena itulah
kemampuan kognitif awal siswa yang dinyatakan dalam kemampuan awal
matematis (KAM) memegang peranan penting untuk penguasaan konsep baru
matematika. Hal tersebut berdasarkan beberapa hasil penelitian, di antaranya
adalah Abdurrahman (2014) yang menyatakan bahwa KAM berpengaruh
signifikan terhadap hasil belajar siswa. Oleh karena itu, kemampuan awal siswa
dalam penguasaan materi prasyarat sebelum dilakukan pembelajaran hendaknya
mendapat perhatian karena hal ini sangat membantu siswa dalam mengkonstruksi
pengetahuannya.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa selain pembelajaran berbasis
masalah berkaitan erat dengan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis
siswa ada faktor lain yang ikut mempengaruhi yaitu KAM. Pembelajaran berbasis
masalah diduga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif
matematis siswa dibandingkan dengan pembelajaran biasa. Berdasarkan uraian di
atas, maka penelitian ini mengambil judul “Peningkatan Kemampuan Berpikir
Kritis dan Kreatif Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis
Masalah”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Nuni Fitriarosah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS
MELALUIPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SISWA

SMP

7

1. Apakah pencapaian kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada siswa yang
memperoleh pembelajaran biasa?
2. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada siswa yang
memperoleh pembelajaran biasa ditinjau secara keseluruhan?
3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis
antara siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah ditinjau dari
kategori KAM (tinggi, sedang dan rendah)?
4. Apakah pencapaian kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada siswa yang
memperoleh pembelajaran biasa?
5. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada siswa yang
memperoleh pembelajaran biasa ditinjau secara keseluruhan?
6. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif
matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah
ditinjau dari kategori KAM (tinggi, sedang dan rendah)?
7. Apakah terdapat korelasi antara kemampuan berpikir kritis dan berpikir
kreatif matematis pada siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis
masalah?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk:
1. Mengetahui secara mendalam pencapaian kemampuan berpikir kritis
matematis pada siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah dan
pembelajaran biasa
2. Mengetahui secara mendalam peningkatan kemampuan berpikir kritis
matematis pada siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah dan
pembelajaran biasa ditinjau secara keseluruhan

Nuni Fitriarosah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS
MELALUIPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SISWA

SMP

8

3. Mengetahui secara mendalam perbedaan peningkatan kemampuan berpikir
kritis matematis pada siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah
ditinjau dari kategori KAM (tinggi, sedang dan rendah)
4. Mengetahui secara mendalam pencapaian kemampuan berpikir kreatif
matematis pada siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah dan
pembelajaran biasa
5. Mengetahui secara mendalam peningkatan kemampuan berpikir kreatif
matematis pada siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah dan
pembelajaran biasa ditinjau secara keseluruhan
6. Mengetahui secara mendalam perbedaan peningkatan kemampuan berpikir
kreatif matematis pada siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis
masalah ditinjau dari kategori KAM (tinggi, sedang dan rendah)
7. Mengetahui korelasi antara kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif
matematis pada siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
berhubungan secara langsung ataupun tidak langsung dalam bidang pendidikan
khususnya pada penelitian matematika di SMP. Secara khusus manfaat penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1.

Manfaat ketika proses penelitian
a. Bagi guru matematika
Penelitian ini memberikan pemahaman tentang proses pembelajaran
berbasis masalah dan diharapkan pula para guru dapat mengaplikasikannya
sebagai salah satu alternatif dalam dalam pembelajaran matematika
khususnya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif
matematis siswa.
b. Bagi siswa
Melalui penerapan pembelajaran berbasis masalah kemampuan berpikir
kritis dan berpikir kreatif matematis siswa SMP dapat meningkat. Selain
itu, siswa dapat lebih aktif lagi dalam belajar dengan pembelajaran
berbasis masalah.

Nuni Fitriarosah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS
MELALUIPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SISWA

SMP

9

2.

Manfaat hasil penelitian
a. Manfaat dari Segi Teori
Penelitian ini dapat dijadikan sumber bagi penelitian selanjutnya untuk
mengembangkan dalam ruang lingkup yang lebih luas. Selain itu,
penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran baru bagi dunia
pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.

b. Manfaat dari Segi Praktik
Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah untuk memberikan informasi
secara mendalam

tentang

pencapaian,

peningkatan,

dan

korelasi

kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran berbasis masalah.

Nuni Fitriarosah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS
MELALUIPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SISWA

SMP