T MTK 1404586 Chapter3

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi
eksperimen. Pada kuasi eksperimen, subjek tidak dikelompokkan secara acak
tetapi peneliti menerima keadaan subjek seadanya. Hal ini dilakukan dengan
pertimbangan bahwa kelas yang ada telah terbentuk sebelumnya dan apabila
dibentuk kelas yang baru, maka akan menimbulkan kekacauan jadwal pelajaran
yang telah berjalan sehingga tidak dilakukan lagi pengelompokan secara acak.
Desain penelitian yang digunakan, yaitu kelompok kontrol tidak ekivalen (the
nonequivalent control group design), yang terdiri atas kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Hasil dari kelas kontrol ini akan dijadikan pembanding bagi kelas
eksperimen untuk mengetahui apakah hasil dari penerapan pembelajaran pada
kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Pada kelas eksperimen
memperoleh pembelajaran berbasis masalah dan kelas kontrol memperoleh
pembelajaran biasa.
Desain penelitian kelompok kontrol tidak ekivalen (the nonequivalent control
group design) untuk kemampuan berpikir kritis matematis dan kemampuan
berpikir kreatif matematis disajikan sebagai berikut:
Kelas Eksperimen


:O

Kelas Kontrol

:O

X

O
O

Keterangan:
O : Pretes atau Postes Kemampuan Berpikir Kritis/Kreatif Matematis
X : Pembelajaran berbasis masalah
: Subjek tidak dikelompokkan secara acak
Untuk melihat secara mendalam bagaimana penggunaan pembelajaran
tersebut terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis dan kreatif
matematis pada siswa SMP, maka dalam penelitian ini dilibatkan tingkat
kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, rendah).


Nuni Fitriarosah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA SMP
MELALUIPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

40

41

3.2 Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sugiyono (2006)
menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek
atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
peneliti dan kemudian ditarik kesimpulannya. Penelitian ini dilakukan di SMP
Negeri 1 Cipatat Kabupaten Bandung Barat, dengan alasan SMPN 1 Cipatat
termasuk sekolah dengan kualitas sedang. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa
rata-rata nilai Ujian Nasional pada tingkat Sekolah Dasar yang dijadikan acuan
penerimaan siswa baru di setiap angkatan relatif sama. Kemudian, populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1

Cipatat. Alasan dipilihnya kelas VIII sebagai populasi karena siswa kelas VIII
cenderung telah beradaptasi dengan karakteristik belajar di Sekolah Menengah
Pertama jika dibanding dengan siswa kelas VII yang sedang dalam proses
adaptasi dengan pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama. Selain itu, siswa
kelas VIII belum banyak terpengaruh dengan sistem pembelajaran di bimbingan
belajar maupun lembaga-lembaga belajar di luar sekolah sehingga diharapkan
dapat menjaga faktor dari luar yang mempengaruhi hasil penelitian. Siswa kelas
VIII juga telah memiliki kemampuan awal matematika yang relatif homogen
dengan penguasaan terhadap materi prasyarat yang juga relatif homogen.
Dengan memperhatikan nilai rapot kelas VII semester 2, diketahui bahwa
pembagian kelas VIII tidak berdasarkan urutan ranking. Kelas VIII SMP Negeri 1
Cipatat berjumlah 305 siswa yang terbagi atas 9 kelas, selanjutnya dari 9 kelas
tersebut dipilih 2 kelas untuk dijadikan sebagai sampel. Satu kelas dijadikan kelas
kontrol dan satu kelas lagi dijadikan kelas eksperimen.
Mengenai ukuran sampel, menurut Ruseffendi (2005) untuk penelitian
eksperimen, ukuran sampel yang harus diambil minimal 30 siswa per kelompok.
Dalam setiap kelas VIII SMP Negeri 1 Cipatat jumlah siswanya rata-rata antara
30-36 siswa berarti memenuhi ukuran sampel yang harus dipenuhi.
Pada penelitian ini, baik siswa dalam kelas eksperimen maupun kelas
kontrol dikelompokkan berdasarkan kemampuan awal matematikanya menjadi

Nuni Fitriarosah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA SMP
MELALUIPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

42

tiga kelompok, yaitu kelompok tinggi, sedang dan rendah. Pengelompokkan
tersebut berdasarkan pada hasil rata-rata lima nilai ulangan harian sebelumnya.
Nilai rapor tidak digunakan untuk mengelompokkan KAM karena nilai rapor telah
banyak terjadi pengkatrolan. Adapun kriteria pengelompokan Kemampuan Awal
Matematika siswa berdasarkan skor menurut Arikunto (2015) adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.1
Kriteria Pengelompokkan Kemampuan Awal Matematis (KAM) Siswa
Skor KAM

KAM
- Sx


+ Sx

KAM ≤

KAM <

+ Sx

– Sx

Kategori Siswa
Siswa kelompok tinggi
Siswa kelompok sedang
Siswa kelompok rendah

Keterangan:
KAM : Kemampuan Awal Matematis
Sx

: Standar Deviasi


3.3 Variabel Penelitian
Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan, memengaruhi, atau
berefek pada outcome (Creswell, 2010), dalam penelitian ini adalah pembelajaran
berbasis masalah. Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang bergantung
pada variabel bebas (Creswell, 2010), dalam penelitian ini adalah kemampuan
berpikir kritis dan kreatif matematis.
Selain variabel bebas yang telah ditetapkan untuk diteliti, dalam setiap
penelitian ada variabel-variabel bebas lain yang dapat memengaruhi variabel
terikat, disebut juga variabel luar (extraneous). Variabel extraneous dapat juga
didefinisikan sebagai variabel bebas yang tidak dikendalikan. Salah satu cara
mengendalikan variabel luar ini adalah dengan menjaganya konstan. Variabel luar
yang dikendalikan atau dibuat konstan inilah yang disebut variabel kontrol
(Sugiyono, 2006). Pada penelitian ini, kemampuan awal matematis akan
dipandang sebagai variabel kontrol.
3.4 Instrumen Penelitian dan Pengembangannya

Nuni Fitriarosah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA SMP
MELALUIPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

43

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian terdiri dari instrumen
tes dan instrumen non-tes. Instrumen tes dalam penelitian ini terdiri soal tes
kemampuan berpikir kritis dan keatif matematis. Sedangkan instrumen non-tes
terdiri dari hasil lembar observasi aktivitas guru dan siswa.

Berikut ini

merupakan uraian dari masing-masing instrument yang digunakan
3.4.1 Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Tes yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk uraian yang dibuat
berdasarkan indikator-indikator kemampuan berpikir kritis. Hal ini bertujuan
untuk melihat kemampuan berpikir kritis matematis siswa ketika menyelesaikan
soal yang diberikan. Tes ini terdiri atas tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest)
yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes awal dilakukan
untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa setiap kelompok dan
digunakan sebagai tolok ukur peningkatan prestasi belajar sebelum memperoleh

pembelajaran berbasis masalah

dan yang memperoleh pembelajaran biasa,

sedangkan tes akhir dilakukan untuk mengetahui perolehan hasil belajar dan ada
tidaknya perubahan yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis dan
kreatif matematis siswa setelah memperoleh pembelajaran berbasis masalah.
Alat pengumpul data yang baik dan dapat dipercaya adalah yang memiliki
tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi. Oleh karena itu, sebelum instrumen
tes ini diberikan kepada sampel penelitian, instrumen ini diujicoba terlebih dahulu
kepada siswa kelas IX di SMP Negeri 1 Cipatat yang telah mempelajari materi
mengenai bangun ruang sisi datar, dengan tujuan agar dapat diketahui validitas,
reabilitasnya, indeks kesukaran, dan daya pembeda instrument tersebut.
Soal-soal tes memuat indikator-indikator kemampuan berpikir kritis
matematis siswa serta tetap mengacu kepada standard kompetensi dan kompetensi
dasar materi yang dipelajari saat pembelajaran berbiasa. Soal-soal yang disajikan
pada saat tes akhir sama dengan soal-soal yang diberikan pada saat tes awal.
Adapun indikator-indikator aspek kemampuan berpikir kritis matematis yang di
ujikan adalah terlihat pada Table 3.2 di halaman 44.
Penentuan skor jawaban siswa ditetapkan berdasarkan suatu rubrik

pedoman penskoran untuk tes kemampuan berpikir kritis matematis. Hal ini
Nuni Fitriarosah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA SMP
MELALUIPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

44

bertujuan untuk memberikan keseragaman dalam menilai jawaban siswa serta
memberikan kemudahan dalam melakukan penilaian tes jawaban siswa. Rubrik
pedoman penskoran kemampuan berpikir kritis matematis siswa terurai pada
Tabel 3.3 di halaman 44.
Tabel 3.2
Indikator Aspek Kemampuan Berpikir Kritis Matematis yang Diukur
Aspek yang Diukur

Berpikir Kritis
Matematis

Indikator

Menentukan informasi yang tidak relevan dalam
menyelesaikan masalah beserta alasannya.
Menentukan aturan umum dari data yang tersaji
beserta alasannya.
Mengevaluasi langkah penyelesaian masalah beserta
alasannya
Menentukan alternatif paling efisien dari alternatif
penyelesaian yang ada beserta alasannya

No Soal
1
2
3
4

Tabel 3.3
Rubrik Penskoran tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Indikator
Menentukan informasi
yang tidak relevan

dalam menyelesaikan
masalah beserta
alasannya.

Menentukan aturan
umum dari data yang
tersaji beserta
alasannya.

Respon siswa terhadap soal atau masalah
Tidak menjawab
Menjawab salah dan tidak disertai alasan
Menjawab salah dan disertai alasan yang tidak
dipahami
Menjawab salah dan disertai alasan yang kurang
dipahami
Menjawab salah dan disertai alasan yang dapat
dipahami
Menjawab dengan tepat tanpa disertai alasan
Menjawab dengan lengkap tanpa disertai alasan
Menjawab dengan tepat dan lengkap tanpa disertai
alasan
Menjawab dengan tepat dan lengkap tetapi alasan
yang diberikan tidak dapat dipahami
Menjawab dengan tepat dan lengkap tetapi alasan
yang diberikan kurang dipahami
Menjawab dengan tepat dan lengkap serta alasan
yang diberikan dapat dipahami
Tidak menjawab
Memberikan jawaban salah tidak memenuhi harapan
Hanya melengkapi data pendukung saja tetapi belum
lengkap dan belum benar
Hanya melengkapi data pendukung saja dengan
beanr tetapi belum lengkap
Hanya melengkapi data pendukung saja dengan
lengkap dan benar
Melengkapi data pendukung dengan lengkap dan
benar tetapi salah dalam menentukan aturan umum

Nuni Fitriarosah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA SMP
MELALUIPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Skor
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0
1
2
3
4
5

45

Mengevaluasi langkah
penyelesaian masalah
beserta alasannya

Menentukan alternatif
paling efisien dari
alternatif penyelesaian

Melengkapi data pendukung dengan lengkap dan
benar dan sudah benar dalam menentukan aturan
umum
Melengkapi data pendukung dan menentukan aturan
umum dengan lengkap dan benar tetapi tidak disertai
penjelasan cara memperolehnya
Melengkapi data pendukung dan menentukan aturan
umum dengan lengkap dan benar tetapi penjelasan
cara memperolehnya salah

6

Melengkapi data pendukung dan menentukan aturan
umum dengan lengkap dan benar tetapi penjelasan
cara memperolehnya sudah benar tetapi kurang
lengkap
Melengkapi data pendukung dan menentukan aturan
umum serta memberikan penjelasan cara
memperolehnya semuanya lengkap dan benar
Tidak menjawab
Memberikan jawaban salah tidak memenuhi harapan
Salah dalam memeriksa algoritma pemecahan
masalah tanpa disertai penjelasan
Benar dalam memeriksa algoritma pemecahan
masalah saja tanpa disertai penjelasan dan tidak
memperbaiki kekeliruan
Memeriksa algoritma pemecahan masalah dengan
benar disertai penjelasan, tetapi penjelasan kurang
dipahami dan tidak memperbaiki kekeliruan
Memeriksa algoritma pemecahan masalah dengan
benar disertai penjelasan yang dapat dipahami tetapi
tidak memperbaiki kekeliruan
Memeriksa algoritma pemecahan masalah dengan
benar disertai penjelasan yang dapat dipahami tetapi
salah dalam memperbaiki kekeliruan
Memeriksa algoritma pemecahan masalah dengan
benar disertai penjelasan yang dapat dipahami tetapi
kurang lengkap dalam memperbaiki kekeliruan
Memeriksa, memperbaiki dan memberikan
penjelasan setiap langkah algoritma pemecahan
masalah dengan benar namun dalam memperbaiki
kekeliruan tidak dapat dipahami
Memeriksa, memperbaiki, dan memberikan
penjelasan setiap langkah algoritma pemecahan
masalah dengan benar dan dapat dipahami namun
belum lengkap
Memeriksa, memperbaiki, dan memberikan
penjelasan setiap langkah algoritma pemecahan
masalah dengan lengkap dan benar
Tidak menjawab
Menjawab salah tanpa disertai alasan
Menjawab salah tetapi alasan tidak dapat dipahami

9

Nuni Fitriarosah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA SMP
MELALUIPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7

8

10

0
1
2
3

4

5

6

7

8

9

10

0
1
2

46

yang ada beserta
alasannya

Menjawab benar disertai alasan yang tidak dapat
dipahami
Menjawab benar disertai alasan yang kurang lengkap
Menjawab dengan benar disertai alasan yang kurang
lengkap dan perhitungan yang diberikan tidak dapat
dipahami
Menjawab dengan benar disertai alasan yang benar,
perhitungan yang diberikan masih ada kesalahan dan
belum lengkap
Menjawab dengan benar disertai alasan benar tetapi
perhitungan yang sudah benar tetapi kurang lengkap
Menjawab dengan benar disertai alasan yang benar,
perhitungan yang diberikan sesuai dengan harapan
namun belum lengkap
Menjawab dengan benar disertai alasan yang lengkap
dan benar, perhitungan sudah lengkap namun masih
terdapat salah dalam perhitungan
Menjawab dengan benar disertai alasan yang benar,
dan perhitungan yang diberikan seluruhnya benar
sesuai dengan harapan

3
4
5

6

7
8

9

10

Sebelum digunakan, soal tes kemampuan berpikir kritis terlebih dahulu
diujicoba secara empiris. Ujicoba secara empiris bertujuan untuk mengetahui
tingkat reliabilitas soal dan validitas butir soal. Tes berpikir kritis matematis ini
diujicobakan terhadap siswa dengan jumlah siswa 44 orang (Sugiyono, 2006).
Data hasil ujicoba soal tes dianalisis untuk memperoleh tingkat validitas,
reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran (Suherman dan Sukjaya, 1990).
3.4.2 Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Tes yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk uraian yang dibuat
berdasarkan indikator-indikator kemampuan berpikir kreatif. Hal ini bertujuan
untuk melihat kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ketika menyelesaikan
soal yang diberikan. Tes ini terdiri atas tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest)
yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes awal dilakukan
untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa setiap kelompok dan
digunakan sebagai tolok ukur peningkatan prestasi belajar sebelum memperoleh
pembelajaran berbasis masalah dan yang memperoleh pembelajaran biasa,
sedangkan tes akhir dilakukan untuk mengetahui perolehan hasil belajar dan ada

Nuni Fitriarosah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA SMP
MELALUIPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

47

tidaknya perubahan yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa setelah memperoleh pembelajaran berbasis masalah.
Alat pengumpul data yang baik dan dapat dipercaya adalah yang
memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi. Oleh karena itu, sebelum
instrumen tes ini diberikan kepada sampel penelitian, instrumen ini diuji coba
terlebih dahulu kepada siswa kelas IX di SMP Negeri 1 Cipatat yang telah
mempelajari materi mengenai bangun ruang sisi datar, dengan tujuan agar dapat
diketahui validitas, reabilitasnya, indeks kesukaran, dan daya pembeda instrument
tersebut.
Soal-soal tes memuat indikator-indikator kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa serta tetap mengacu kepada standard kompetensi dan kompetensi
dasar materi yang dipelajari saat pembelajaran berbiasa. Soal-soal yang disajikan
pada saat tes akhir sama dengan soal-soal yang diberikan pada saat tes awal.
Adapun indikator-indikator aspek kemampuan berpikir kreatif matematis yang di
sujikan adalah terlihat seperti pada Tabel 3.4 sebagai berikut:
Tabel 3.4
Indikator Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis yang Diukur
Aspek yang Diukur

Indikator

Berpikir Kreatif
Matematis

Kelancaran (fluency): mencetuskan banyak jawaban
dalam menyelesaikan masalah.
Keluwesan (flexibility): memberikan berbagai cara
dalam menyelesaikan masalah
Kebaruan (originality): membuat kombinasi yang
berbeda untuk mengungkapkan jawaban.
Elaborasi (elaboration): mencari arti yang lebih
mendalam terhadap pemecahan masalah dengan
memperoleh langkah-langkah yang terperinci

No
Soal
5
6
7
8

Penentuan skor jawaban siswa ditetapkan berdasarkan suatu rubrik
pedoman penskoran untuk tes kemampuan berpikir kreatif matematis. Hal ini
bertujuan untuk memberikan keseragaman dalam menilai jawaban siswa serta
memberikan kemudahan dalam melakukan penilaian tes jawaban siswa. Berikut
ini pada Tabel 3.5 adalah rubrik pedoman penskoran kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa.
Tabel 3.5
Nuni Fitriarosah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA SMP
MELALUIPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

48

Pedoman Penskoran Butir Soal Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Aspek yang Diukur
Kelancaran

Keluwesan

Respons Siswa
Tidak menjawab
Menjawab salah tanpa ada gambar
Menjawab salah disertai gambar dan tidak ada gambar
yang benar
Menjawab jawaban benar tanpa disertai gambar
Menjawab salah disertai 1 gambar benar
Menjawab benar disertai 1 gambar benar
Menjawab salah disertai 2 gambar benar
Menjawab benar disertai 2 gambar benar
Menjawab salah disertai 3 gambar benar
Menjawab benar disertai 3 gambar benar
Menjawab benar disertai 4 gambar benar
Tidak menjawab
Mengarsir 1 gambar dan salah
Mengarsir 2 gambar dan 1 diantaranya benar
Mengarsir 3 gambar dan 1 diantaranya benar
Mengarsir 2 gambar dan seluruhnya benar
Mengarsir 3 gambar dan 1 diantaranya benar
Mengarsir 3 gambar dan 2 diantaranya benar
Mengarsir 4 gambar dan 1 diantaranya benar
Mengarsir 4 gambar dan 2 diantaranya benar

Skor
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0
1
2
3
4
5
6
7
8

Mengarsir 3 gambar dan seluruhnya benar

Kebaruan

Mengarsir 4 gambar dan 3 diantaranya benar
Mengarsir 4 gambar dengan benar
Tidak menjawab
Memberi 1 jawaban dengan caranya sendiri tetapi tidak
dapat dipahami
Memberi 1 jawaban dengan caranya sendiri dan hanya
sebagian dapat dipahami sedangkan sebagian lagi tidak
dapat dipahami
Memberi 1 jawaban dengan caranya sendiri yang dapat
dipahami, proses perhitungan terarah tetapi tidak selesai
Memberi 1 jawaban dengan caranya sendiri, proses
perhitungan selesai tetapi masih terdapat kekeliruan dalam
proses perhitungan sehingga hasilnya salah
Memberi 1 jawaban benar dengan dengan caranya sendiri,
proses perhitungan masih kurang lengkap dan hasilnya
benar
Memberi lebih dari 1 jawaban dengan caranya sendiri dan
hanya sebagian dapat dipahami sedangkan sebagian lagi
tidak dapat dipahami
Memberi lebih dari 1 jawaban dengan caranya sendiri yang
dapat dipahami proses perhitungan terarah tetapi tidak
selesai
Memberi lebih dari 1 jawaban dengan caranya sendiri,
proses perhitungan selesai tetapi masih terdapat kekeliruan
dalam proses perhitungan sehingga hasilnya salah

Nuni Fitriarosah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA SMP
MELALUIPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9
10
0
1
2

3
4

5

6

7

8

49

Kerincian

Memberi lebih dari 1 jawaban benar dengan dengan
caranya sendiri, proses perhitungan masih kurang lengkap
dan hasilnya benar
Memberi jawaban dengan caranya sendiri lebih dari 1
jawaban benar, proses perhitungan dan hasil seluruhnya
benar.
Tidak menjawab
Menjawab tetapi salah atau tidak sesuai harapan
Menjawab salah namun perhitungan belum seluruhnya
lengkap benar
Jawaban akhir salah tetapi perhitungan lengkap tetapi masih
keliru dalam perhitungan
Memberi jawaban benar tanpa perhitungan
Memberi jawaban benar namun perhitungan belum lengkap
Memberi jawaban benar disertai dengan perhitungan yang
lengkap terurut dan benar serta belum dapat menarik arti
yang lain dari permasalahan yang diberikan
Memberi jawaban benar disertai dengan perhitungan yang
lengkap terurut dan benar serta belum sempurna dalam
dalam menarik arti yang lain dari permasalahan yang
diberikan
Memberi jawaban benar disertai dengan perhitungan yang
lengkap terurut dan benar serta dapat menarik arti yang lain
dari permasalahan yang diberikan namun belum disertai
alasan
Memberi jawaban benar disertai dengan perhitungan yang
lengkap terurut dan benar serta dapat menarik arti yang lain
dari permasalahan yang diberikan namun alasan belum
lengkap
Memberi jawaban benar disertai dengan perhitungan yang
lengkap terurut dan benar serta dapat menarik arti yang lain
dari permasalahan yang diberikan namun alasan sudah
lengkap

9

10

0
1
2
3
4
5
6

7

8

9

10

Sebelum digunakan, soal tes kemampuan berpikir kreatif terlebih dahulu
diujicoba secara empiris. Ujicoba secara empiris bertujuan untuk mengetahui
tingkat reliabilitas soal dan validitas butir soal. Tes berpikir kreatif matematis ini
diujicobakan terhadap siswa dengan jumlah siswa 44 orang (Sugiyono, 2006).
Data hasil ujicoba soal tes dianalisis untuk memperoleh tingkat validitas,
reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran berdasarkan Suherman dan
Suherman dan Sukjaya (1990).
3.4.3 Instrumen Penunjang Penelitian

Nuni Fitriarosah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA SMP
MELALUIPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

50

Instrumen penunjang penelitian ini berupa bahan ajar yang terdiri atas
silabus, rencana pelaksanaaan pembelajaran (RPP), dan lembar kerja siswa (LKS).
Silabus merupakan penjabaran dari standard kompetensi dan kompetensi dasar,
yang bertujuan agar peneliti mempunyai acuan yang jelas dalam melakukan
perlakuan dan disusun berdasarkan prinsip yang berorientasi pada pencapaian
kompetensi. RPP bertujuan membantu peneliti dalam mengarahkan jalannya
proses pembelajaran agar terlaksana dengan baik. Metode dan langkah-langkah
pembelajaran disesuaikan dengan model pembelajaran yang digunakan; pada
kelas eksperimen disesuaikan dengan PBM sedangkan pada kelas kontrol
disesuaikan dengan pembelajaran biasa. Sementara itu, materi, bahan atau sumber
belajar dan penilaian hasil belajar untuk kedua kelas diberi perlakuan yang sama.
LKS berisi kegiatan-kegiatan yang membimbing siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang akan diterapkan pada masing-masing kelas.
3.4.4 Lembar Observasi terhadap Guru dan Siswa
Menurut Ruseffendi (2005), observasi penting dilakukan karena ada hal yang
masih dapat diungkap mengenai keadaan wajar yang sebenarnya terjadi. Tujuan
dari lembar observasi pada penelitian ini adalah untuk mengamati kemampuan
guru dalam mengelola kelas ketika mengajar dan sesuai tidaknya dengan lesson
design yang telah direncanakan dengan memperoleh Lembar Observasi Kinerja
Guru. Lembar observasi dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi oleh guru dalam
memberikan pengajaran kepada siswa sehingga diharapkan menjadi lebih baik
pada pembelajaran berikutnya.
Instrumen

lembar

observasi

disusun

berdasarkan

tahapan-tahapan

pembelajaran yang diterapkan. Bentuk instrument berupa pernyataan tipe Likert
dalam lima sub skala pada masing-masing pernyataan. Observer dalam penelitian
ini adalah guru matematika di sekolah tempat diilaksanakannya penelitian,
pengisian lembar observasi dilakukan setiap pertemuan pada pembelajaran.
3.5 Teknik Analisis Instrumen
Untuk mencari koefisien korelasi dapat digunakan tiga cara (Suherman
dan Sukjaya, 1990), yaitu memperoleh rumus :1) korelasi produk moment

Nuni Fitriarosah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA SMP
MELALUIPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

51

memakai simpangan, 2) korelasi produk momen memperoleh angka kasar (raw
score) dan 3) korelasi metode rank. Dalam penelitian ini, untuk menghitung
koefisien validitas tes memperoleh rumus korelasi produk momen memakai angka
kasar (raw score), sedangkan rumus yang digunakan untuk menghitung koefisien
reliabilitas soal uraian dikenal dengan rumus Alpha (Suherman dan Sukjaya,
1990).
3.5.1 Analisis Validitas
Sebuah instrument dikatakan valid apabila instrumen tersebut mengukur
apa yang hendak diukur (Arikunto, 2015). Validitas sebuah tes dapat diketahui
dari hasil pemikiran dan pengalaman yang akan diperoleh validitas teoretik dan
validitas empirik.

a. Validitas Teoritik
Validitas teoritik adalah alat evaluasi yang dilakukan berdasarkan
pertimbangan

(judgement)

teoretik

(Suherman,

2001).

Dalam

hal

ini,

pertimbangan teoretik terhadap soal tes kemampuaan berpikir kritis dan kreatif
matematis yang berkenaan dengan validitas isi dan validitas muka diberikan oleh
ahli.
Validitas isi suatu alat evaluasi artinya ketepatan alat tersebut ditinjau dari
segi materi yang dievaluasikan, yaitu materi (bahan) yang dipakai sebaagai alat
evaluasi tersebut yang merupakan sampel representatif dari pengetahuan yang
harus dikuasai (Suherman, 2001). Validitas muka dilakukan untuk keabsahan
susunan kalimat atau kata-kata dalam soal sehingga jelas pengertiaannya dan tidak
salah tafsir atas kejelasan bahasa dan gambar dari setiap butir tes yang diberikan.
b. Validitas Empirik
Sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empirik apabila
sudah diuji dari pengalaman (Arikunto, 2015). Analisis validitas dilakukan
terhadap butir soal untuk mengetahui valid tidaknya instrument tes kemampuan
berpikir kritis dan kreatif matematis. Validitas butir soal digunakan untuk setiap
butir soal terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk
korelasi. Untuk menghitung koefisien validitas tes memperoleh rumus korelasi
Nuni Fitriarosah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA SMP
MELALUIPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

52

product moment (r) hitung (r xy ), dengan memperoleh rumus seperti berikut
(Arikunto, 2015).

Keterangan:
= Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
= Jumlah skor item soal yang dicari validitasnya
= Skor total yang diperoleh sampel
= jumlah responden
Menginterpretasikan derajat validitas dengan memperoleh kriteria menurut
(Arikunto, 2015). Dalam hal ini rxy diartikan sebagai koefisien validitas. Di
halaman 52 pada Tabel 3.6 dapat diketahui kalsifikasi kofesien validasi. Adapun
hasil analisis validitas terhadap instrumen tes kemampuan berpikir kritis dan dan
kreatif matematis yang telah diujicobakan tersaji pada Tabel 3.7.
Tabel 3.6
Klasifikasi Koefisien Validasi
Koefisien Validasi
0,80 <
≤ 1,00
0,60 <
≤ 0,80
0,40 <
≤ 0,60
0,20 <
≤ 0,40
0,00 <
≤ 0,20
≤ 0,00

Keterangan
Validasi Sangat Tinggi (sangat baik)
Validasi Tinggi (baik)
Validasi Cukup (cukup)
Validasi Rendah (kurang)
Validasi Sangat rendah
Tidak Valid

Kategori
Valid

Tidak valid

Tabel 3.7
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Butir Soal Kemampuan Berpikir Kritis dan
Kreatif Matematis Siswa
Kemampuan
Kemampuan
Berpikir
Kritis
Matematis
Kemampuan
Berpikir
Kreatif
Matematis

Nomor
soal
1
2
3
4
5
6
7
8

rtabel
0,304
0,304
0,304
0,304
0,304
0,304
0,304
0,304

Koefisien
(rxy)
0,769
0,384
0,859
0,862
0,781
0,709
0,744
0,672

Kesimpulan

Interpretasi

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

Validitas Tinggi
Validitas Rendah
Validitas Sangat Tinggi
Validitas Sangat Tinggi
Validitas Tinggi
Validitas Tinggi
Validitas Tinggi
Validitas Tinggi

Nuni Fitriarosah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA SMP
MELALUIPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

53

Berdasarkan hasil uji validitas pada Tabel 3.7 di atas, terlihat bahwa pada
kemampuan berpikir kritis matematis butir soal nomor 1 memiliki validitas tinggi,
butir soal nomor 2 memiliki validitas rendah dan butir soal nomor 3 dan 4
memiliki validitas sangat tinggi. Sedangkan untuk kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa butir soal nomor 5, 6, 7, dan 8 memiliki validitas sangat tinggi.
3.5.2 Analisis Realibilitas
Reliabilitas sama dengan konsistensi atau keajegan. Suatu instrumen
penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi apabila tes yang
dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur;
“Ini berarti semakin reliabel suatu tes memiliki persyaratan, maka semakin yakin
kita dapat menyatakan bahwa dalam hasil suatu tes mempunyai hasil yang sama
ketika dilakukan tes kembali”; yaitu jika pengukurannya diberikan pada subyek
yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda,
tempat yang beda pula, alat ukur tidak terpengaruh oleh pelaku, situasi, dan
kondisi.
Koefisien reliabilitas perangkat tes berupa bentuk uraian dapat diketahui
dengan memperoleh rumus Alpha sebagai berikut (Arikunto, 2015):

 n 
r11 = 

 n  1

  i 2 
1 

 t 2 


Keterangan :
r11

= Reliabilitas tes secara keseluruhan

n

= Banyak butir soal (item)


t

2

2
i

= Jumlah varians skor tiap item
= Varians skor total

Sebagai patokan menginterprestasikan derajat reliabilitas digunakan
kriteria menurut Arikunto (2015). Dalam hal ini r11 diartikan sebagai koefisien
reliabilitas.
Tabel 3.8
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Koefisien Reliabilitas
r11 ≤ 0,20

Keterangan
Reliabilitas Kecil

Nuni Fitriarosah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA SMP
MELALUIPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

54

0,20 < r11≤ 0,40
0,40 < r11≤ 0,70
0,70 < r11 ≤ 0,90
0,90 < r11 ≤ 1,00

Reliabilitas Rendah
Reliabilitas Sedang
Reliabilitas Tinggi
Reliabilitas Sangat Tinggi

Pada Tabel 3.9 memperlihatkan hasil uji reliabilitas instrumen tes
kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis

reliabel dengan kategori

reliabilitas tinggi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa soal dapat
digunakan setelah terlebih dahulu dianalisis daya beda dan indeks kesukarannya.
Tabel 3.9
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis dan
Kreatif Matematis
Kemampuan
rhitung
Kemampuan
Berpikir 0,752
Kritis Matematis
Kemampuan
Berpikir 0,697
Kreatif Matematis

rtabel
0,304

Kesimpulan
Reliabel

0,304

Reliabel

Interpretasi
Reliabilitas
Tinggi
Reliabilitas
Sedang

3.5.3 Analisis Daya Pembeda
Kusaeri (2014) menyatakan bahwa daya pembeda soal adalah kemampuan
sebuah soal membedakan siswa yang pandai dan siswa yang kurang.

Untuk

mengetahui daya pembeda dari butir soal tes uraian digunakan rumus sebagai
berikut (Kusaeri, 2014):
DP 

xA  xB
SMax

Keterangan:
DP

: daya pembeda butir

A

: rata-rata skor butir kelompok atas

B

: rata-rata skor butir kelompok bawah.

Smax

: skor maksimum butir soal yang ditetapkan

Dengan kriteria:
Tabel 3. 10
Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda
Nilai DP
DP > 0,40
0,21 ≤ DP ≤ 0,40
DP < 0,21

Kategori
Sangat baik
Baik
Tidak baik

Nuni Fitriarosah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA SMP
MELALUIPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

55

Hasil analisis daya pembeda item soal tes kemampuan berpikir kritis dan
kreatif matematis siswa dapat dilihat ada tabel 3.11 pada halaman 55. Berdasarkan
hasil analisis daya pembeda diperoleh bahwa indeks daya pembeda pada
kemampuan berpikir kritis matematis siswa butir soal nomor 1, 3, dan 4 dapat
digunakan namun pada butir soal nomor 2 tidak dapat karena daya pembedanya
tidak baik. Oleh karena itu, soal direvisi dengan bimbingan dosen pembimbing.
Adapun instrumen tes kemampuan berpikir kreatif ada pada kategori sangat baik
dan baik sehingga dapat disimpulkan bahwa keempat soal pada kemampuan
berpikir kreatif matematis dapat digunakan.

Tabel 3.11
Rekapitulasi Indeks Daya Pembeda Instrumen
No Butir Soal
1
2
3
4
5
6
7
8

Indeks Daya Pembeda
0,258
0,083
0,358
0,425
0,425
0,442
0,442
0,333

Interpretasi
Baik
Tidak Baik
Baik
Sangat baik
Sangat baik
Sangat baik
Sangat Baik
Baik

3.5.4 Analisis Tingkat Kesukaran Soal
Tingkat kesukaran soal adalah peluang menjawab benar suatu soal pada
tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks
(Kusaeri, 2014). Untuk mengetahui tingkat kesukaran tes berbentuk uraian,
digunakan rumus:
TK =

x
SMaks

Keterangan:

Nuni Fitriarosah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA SMP
MELALUIPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

56

TK

: tingkat kesukaran
: rata-rata skor butir peserta tes yang mengerjakan soal

SMax

: skor maksimum butir yang ditetapkan

Dengan kriteria sebagai berikut :
Tabel 3.12
Klasifikasi Tingkat Kesukaran
Nilai TK
0,00 ≤ TK ≤ 0,30
0,30 < TK ≤ 0,70
0,70 < TK ≤ 1,00

Kategori
Sukar
Sedang
Mudah

Hasil analisis tingkat kesukaran item soal tes kemampuan berpikir kritis
dan kreatif matematis siswa dapat dilihat pada Tabel 3.13 di halaman 56.
Berdasarkan Tabel 3.13 terlihat bahwa pada instrumen tes kemampuan berpikir
kritis matematis butir soal nomor 1 termasuk butir soal dengan kategori sukar dan
butir soal nomor 2, 3, dan 4 termasuk butir soal dengan kategori sedang. Adapun
pada instrumen tes kemampuan berpikir kreatif matematis butir soal nomor 5, 6,
dan 7 termasuk butir soal dengan kategori sedang, dan butir soal nomor 8
termasuk kategori sukar. Jadi, tingkat kesukaran pada tiap instrumen tes
kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif matematis beragam dan dapat
digunakan.
Tabel 3.13
Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Instrumen
No Butir Soal
1
2
3
4
5
6
7
8

Tingkat Kesukaran
0,189
0,302
0,309
0,655
0,571
0,555
0,361
0,223

Interpretasi
Sukar
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sukar

Adapun rekapitulasi hasil analisis terhadap instrumen tes kemampuuan
berpikir kritis dan kreatif matematis disajikan pada tabel berikut
Tabel 3.14

Nuni Fitriarosah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA SMP
MELALUIPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

57

Rekapitulasi Analisis Instrumen Tes Kemampuan Berpikri Kritis dan
Kreatif Matematis
Kemampuan
Kemampuan
Berpikir Kritis
Matematis
Kemampuan
Berpikir Kreatif
Matematis

No. Validitas
soal
1
0,769
2
0,384
3
0,859
4
0,862
5
0,781
6
0,709
7
0,744
8
0,672

Reliabilitas

Daya Beda

0,752

0,258
0,083
0,358
0,425
0,425
0,442
0,442
0,333

0,697

Tingkat
Kesukaran
0,189
0,302
0,309
0,655
0,571
0,555
0,361
0,223

3.6 Prosedur Penelitian
Secara garis besar, penelitian ini dilaksanakan melalui empat tahap, yaitu:
1.

Tahap Persiapan
Langkah-langkah yang dilaksanakan pada tahap persiapan, antara lain:
a. Mengajukan judul penelitian
b. Menyusun proposal penelitian
c. Seminar proposal penelitian
d. Merevisi hasil seminar proposal penelitian
e. Membuat instrumen penelitian dan bahan ajar
f. Membuat perizinan untuk melaksanakan penelitian
g. Mengujicobakan instrumen penelitian
h. Menganalisis serta merevisi hasil ujicoba instrument

2.

Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini, langkah-langkah yang dilaksanakan adalah:
a. Menentukan sampel penelitian
b. Melaksanakan pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk
mengetahui kemampuan berpikir kritis matematis dan berpikir kreatif
matematis siswa sebelum mendapatkan perlakuan
c. Memberikan

perlakuan

berupa

pembelajaran

matematika

melalui

pembelajaran berbasis masalah di kelas eksperimen dan pembelajaran
matematika melalui pembelajaran biasa di kelas kontrol.

Nuni Fitriarosah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA SMP
MELALUIPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

58

d. Meminta observer untuk mengisi lembar observasi pada setiap pertemuan
untuk mengetahui aktivitas guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran
melalui pembelajaran berbasis masalah.
e. Meminta observer untuk mengisi catatan perkembangan siswa pada setiap
pertemuan di kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengevaluasi
perkembangan siswa ditinjau dari aspek kognitif.
f. Mengadakan postes, baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol
untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis dan
berpikir kreatif matematis siswa setelah mendapat perlakuan.
3.

Tahap Analisis Data
Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah:
a. Mengumpulkan hasil data kuantitatif dan kualitatif.
b. Melakukan analisis data terhadap data pretes dan postes.
c. Melakukan analisis data terhadap hasil observasi dan wawancara

4. Tahap Penarikan Kesimpulan
Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini, yaitu:
a. Menarik kesimpulan dari data yang diperoleh, yaitu mengenai kemampuan
berpikir kritis matematis dan berpikir kreatif matematis.
b. Menarik kesimpulan dari data yang diperoleh dari observasi dan
wawancara terhadap guru dan siswa mengenai pembelajaran berbasis
masalah.
c. Penyusunan laporan.
Secara

umum

alur

atau

prosedur

pelaksanaan

penelitian

dapat

digambarkan pada gambar 3. 1 pada halaman 59.
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui tes kemampuan berpikir kritis
dan berpikir kreatif matematis. Data yang berkaitan dengan KAM dikumpulkan
melalui rata-rata nilai ulangan harian sejak semester ganjil. Data tes kemampuan
berpikir kritis dan kreatif matematis siswa dikumpulkan melalui pretes dan posttes. Data pendukung diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas guru dan
siswa yang digunakan untuk melihat keterlaksanaan pembelajaran.

Nuni Fitriarosah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA SMP
MELALUIPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

59

3.8 Teknik Analisis Data
3.8.1 Kuantifikasi Data Penelitan
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa terdapat dua kelompok data yang
diperoleh dalam penelitian ini yang selanjutnya dianalisis secara inferensia
dengan prosedur uji hipotesis. Kedua kelompok data tersebut adalah data
kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis. Untuk dapat melanjutkan ke
tahap analisa data secara statistika (inferensia), maka perlu diperhatikan
kuantifikasi data penelitian tersebut. Secara umum kedua kelompok data tersebut
tergolong kedalam data kontinu. Hal tersebut dikarenakan dalam pengumpulan
datanya dilakukan melalui proses pengukuran.
Lebih lanjut, data kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif matematis
merupakan data dengan skala interval. Menurut Ary, Jacobs dan Razavieh (2011)
skala interval adalah skala yang memberi jarak yang sama dari satu titik asal
yang tidak tetap. Lebih lanjut dikatakan bahwa skala interval tidak memiliki titik
nol sejati. Artinya, jika skor kemampuan berpikir kritis/kreatif matematis siswa 0
tidak serta merta berarti bahwa siswa tersebut tidak memiliki kemampuan
kritis/kreatif sama sekali. Kita juga tidak bisa menyebutkan bahwa siswa dengan
skor berpikir kritis matematis 80 mempunyai kemampuan dua kali lipat daripada
siswa yang memperoleh skor 40.
Studi Pendahuluan:
Identifikasi Masalah, Kajian Teoritis: Pembelajaran berbasis masalah, Kemampuan
Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis

Proposal

Penyusunan Instrumen: Instrumen Tes kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif
matematis, Lembar Observasi

Kelas Eksperimen

Kelas Kontrol

Pretest:
Pretest:
Kemampuan
berpikir kritis dan
Kemampuan berpikir kritis dan
Nuni Fitriarosah,
2016
berpikir
kreatif matematis
berpikir
kreatif matematis
PENINGKATAN
KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF
MATEMATIS
SISWA SMP
matematis
MELALUIPEMBELAJARAN
BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pelaksanaan Penelitian:
Pembelajaran berbasis masalah

Pelaksanaan Penelitian:
Pembelajaran Biasa

60

Pengumpulan data, Pengolahan data, dan Analisis Data

Kesimpulan

Menurut Sugiyono (2006), untuk menguji hipotesis perbedaan dua rata-rata
dengan data berskala interval atau rasio dapat digunakan uji statistic parametric
berupa t-test apabila memenuhi asumsi normalitas dan homogenitas.

3.8.2 Menentukan Kemampuan Awal Matematis
Sebelum

melakukan

analisis

data,

terlebih

dahulu

dilakukan

pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan awal matematis (KAM. Nilai
KAM siswa dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu KAM kategori tinggi,
sedang, dan rendah).
Berikut ini adalah rangkuman hasil perhitungan rata-rata dan simpangan
baku KAM berdasarkan pembelajaran :
Tabel 3.15
Deskripsi Data KAM Siswa Berdasarkan Kelas
Kategori
KAM
Tinggi

Kelas
PBM
Sd
89,6 3,29

N
5

PB
Sd
89,08 2,14

N
5

Nuni Fitriarosah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA SMP
MELALUIPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

61

Sedang
72,42 6,56 20 74,97 8,86 22
Rendah
54,08 3,93 5 52,97 2,86 7
Keseluruhan 72,22 11,86 30 72,52 13,36 34

Keterangan:
: rerata skor KAM
Sd

: Standard deviasi skor KAM

N

: Banyaknya siswa

Berdasarkan Tabel 3.15 diperoleh bahwa pada siswa yang memperoleh
pembelajaran berbasis masalah terdapat 5 siswa yang masuk ke dalam kategori
KAM tinggi, 20 siswa yang termasuk kategori KAM sedang dan 5 orang yang
termasuk kategori KAM rendah. Sedangkan pada siswa yang memperoleh
pembelajaran biasa terdapat 5 siswa yang masuk ke dalam kategori KAM tinggi,
22 siswa yang termasuk kategori KAM sedang dan 7 orang yang termasuk
kategori KAM rendah.
3.8.3 Menghitung Gain Ternormalisasi
Menyatakan gain dalam hasil proses pembelajaran tidaklah mudah.
Misalnya, siswa yang memiliki gain 2 dari 3 ke 5 dan siswa yang memiliki gain 2
dari 7 ke 9 dari suatu soal dengan skor maksimum 10. Gain absolut menyatakan
bahwa kedua siswa memiliki gain yang sama. Secara logis seharusnya siswa yang
kedua memiliki gain yang lebih tinggi dari siswa yang pertama. Hal ini karena
usaha untuk meningkatkan dari 7 ke 9 (yang juga 9 mendekati skor maksimum)
akan lebih sulit daripada meningkatkan dari 3 ke 5.
Menyikapi kondisi bahwa siswa yang memiliki gain absolut sama belum
tentu memiliki gain hasil belajar yang sama, maka digunakan normalized gain
(gain ternormalisasi). Gain ternormalisasi diformulasikan dalam bentuk
seperti di bawah ini:

Keterangan
Xpre

: Skor pretes

Xpos

: Skor postes

SMI

: Skor maksimal ideal

Nuni Fitriarosah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA SMP
MELALUIPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

62

Skor gain ternormalisasi dapat dikatagorisasi ke dalam tiga katagori, yaitu
rendah, sedang, dan tinggi. Menurut Hake (Meltzer, 2002) katagori gain
ternormalisasi adalah sebagai berikut:
Tabel 3.16. Klasifikasi Gain Ternormalisasi
Nilai

Kategori

< 0,3
0,3 ≤

< 0,7
≥ 0,7

Rendah
Sedang
Tinggi

3.8.4 Uji Prasyarat
a) Melakukan uji normalitas untuk mengetahui normalitas dari skor pretes dan
gain ternormalisasi. Pengujian normalitas dilakukan dengan memperoleh uji
Saphiro-Wilk dengan taraf signifikansi 0,05 dengan bantuan SPSS 20.0.
Rumusan hipotesis untuk pengujian normalitas adalah sebagai berikut:
H0: Data yang diperoleh berasal dari populasi berdistribusi normal
H1: Data yang diperoleh berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
Kriteria pengambilan keputusan uji Saphiro-Wilk adalah sebagai berikut:
Jika nilai Sig. (p-value)

maka H0 ditolak

Jika nilai Sig. (p-value)

maka H0 diterima

b) Menguji homogenitas varians skor pretes dan gain ternormalisasi kemampuan
berpikir kritis matematis dengan memperoleh uji Levene pada taraf signifikansi
0,05 dengan bantuan SPSS 20.0.
Rumusan hipotesis statistik untuk pengujian homogenitas adalah sebagai
berikut:
H0 :
HA :
Keterangan
σ12 = varians pada kelas pertama
σ22 = varians pada kelas kedua
Adapun kriteria pengambilan keputusan uji Levene adalah sebagai berikut:
Jika nilai Sig. (p-value)

maka H0 ditolak

Nuni Fitriarosah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA SMP
MELALUIPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

63

Jika nilai Sig. (p-value)

maka H0 diterima

3.8.5 Uji Hipotesis
a) Pengujian Hipotesis 1
Untuk menguji hipotesis penelitian berupa “Pencapaian kemampuan
berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah
lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran biasa secara
keseluruhan” dilakukan pengujian statistik secara inferensia terhadap data postes
kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Karena asumsi normalitas pada data
postes tidak terpenuhi, maka jenis uji yang dugunakan adalah uji statistic
nonparametric berupa uji U Mann-Whitney. Pengujian dilakukan terhadap
hipotesis statistik sebagai berikut:
H0 : µ Rank

Postes KBSM

≤ µ Rank

Postes KBSB

H1 : µ Rank

Postes KBSM

> µ Rank

Postes KBSB

Keterangan
µ

Rank Postes KBSM

= rata-rata peringkat kemampuan berpikir kritis matematis siswa
pada kelas yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah

µ Rank Postes

KBSB

= rata-rata peringkat kemampuan berpikir kritis matematis siswa
pada kelas yang memperoleh pembelajaran biasa

Dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:
maka H0 ditolak

Jika nilai
Jika nilai

)

maka H0 diterima

b) Pengujian Hipotesis 2
Untuk menguji hipotesis penelitian berupa “Peningkatan kemampuan berpikir
kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih
tinggi dibanding siswa yang memperoleh pembelajaran biasa ditinjau secara
keseluruhan” dilakukan pengujian statistik secara inferensia terhadap data N-gain
kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Karena asumsi normalitas pada data
N-gain tidak terpenuhi, maka jenis uji yang digunakan adalah uji statistic

Nuni Fitriarosah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA SMP
MELALUIPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

64

nonparametric berupa uji U Mann-Whitney. Pengujian dilakukan terhadap
hipotesis statistik sebagai berikut:
H0 : µ Rank

N-Gain KBSM

≤ µ Rank

N-Gain KBSB

H1 : µ Rank

N-Gain KBSM

> µ Rank

N-Gain KBSB

Keterangan
µ

Rank N-Gain KBSM

= rata-rata peringkat peningkatan kemampuan berpikir kritis
matematis siswa pada kelas yang memperoleh pembelajaran
berbasis masalah

µ Rank N-Gain

KBSB

= rata-rata peringkat peningkatan kemampuan berpikir kritis
matematis siswa pada kelas yang memperoleh pembelajaran
biasa

Dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:
Jika nilai
Jika nilai

maka H0 ditolak
)

maka H0 diterima

c) Pengujian Hipotesis 3
Untuk menguji hipotesis penelitian berupa “Tidak terdapat perbedaan
peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran berbasis masalah ditinjau dari KAM (tinggi, sedang dan rendah)”.
Dilakukan pengujian statistik secara inferensia terhadap data N-gain kemampuan
berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah
berdasarkan kategori KAM. Karena asumsi normalitas dan homogenitas
terpenuhi, maka pengujian dilakukan dengan uji One Way Anova. Pengujian
dilakukan terhadap rumusan hipotesis sebagai berikut:
H0 :
HA :

dengan i=T,S,R dan j = T,S,R

Keterangan
μT = Rerata pada kategori KAM tinggi
μS = Rerata pada kategori KAM sedang
μR = Rerata pada kategori KAM rendah
Nuni Fitriarosah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA SMP
MELALUIPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

65

Dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:
Jika nilai

maka H0 ditolak

Jika nilai

maka H0 diterima

d) Pengujian Hipotesis 4
Untuk menguji hipotesis penelitian berupa pencapaian kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah
lebih tinggi dibanding siswa yang memperoleh pembelajaran biasa ditinjau secara
keseluruhan dilakukan pengujian statistik secara inferensia terhadap data postes
kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Karena asumsi normalitas pada data
postes tidak terpenuhi, maka jenis uji yang dugunakan adalah uji statistic
nonparametric berupa uji U Mann-Whitney. Pengujian dilakukan terhadap
hipotesis statistik sebagai berikut:
H0 : µ Rank

Postes KBFM

≤ µ Rank

Postes KBFB

H1 : µ Rank

Postes KBFM

> µ Rank

Postes KBFB

Keterangan
µ

Rank Postes KBFM

= rata-rata peringkat kemampuan berpikir kreatif matematis siswa
pada kelas yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah

µ Rank Postes

KBFB

= rata-rata peringkat kemampuan berpikir kreatif matematis siswa
pada kelas yang memperoleh pembelajaran biasa

Dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:
maka H0 ditolak

Jika nilai
Jika nilai

)

maka H0 diterima

e) Pengujian Hipotesis 5
Untuk menguji hipotesis penelitian berupa “Peningkatan kemampuan berpikir
kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih
tinggi dibanding siswa yang memperoleh pembelajaran biasa ditinjau secara
keseluruhan” dilakukan pengujian statistik secara inferensia terhadap data N-gain
Nuni Fitriarosah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA SMP
MELALUIPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

66

kemampuan berpikir kritis mat