T MTK 1404586 Chapter5
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Penelitian kuasi eksperimen ini dilakukan pada siswa kelas VIII salah satu
SMP di Cipatat Kabupaten Bandung Barat tahun pelajaran 2015/2016 dengan
materi Bangun Ruang Sisi Datar. Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang
telah diuraikan sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan penelitian sebagai
berikut:
1.
Pencapaian kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi secara signifikan dibanding
siswa yang memperoleh pembelajaran biasa. Namun, pencapaian yang
diperoleh pada kelompok PBM masih tergolong sedang. Walaupun belum
mencapai hasil yang diharapkan namun pencapaian siswa yang tergolong
dalam kategori KAM sedang di kelas PBM mempunyai hasil yang dapat
menyamai siswa yang berada pada kategori KAM tinggi pada kelas PB.
2.
Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi secara signifikan daripada siswa
yang memperoleh pembelajaran biasa ditinjau secara keseluruhan termasuk
pada kategori sedang.
3.
Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis
yang signifikan antara siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis
masalah ditinjau dari kategori KAM (tinggi, sedang dan rendah).
4.
Pencapaian kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi secara signifikan daripada siswa
yang memperoleh pembelajaran biasa. Namun, pencapaian yang diperoleh
pada kelompok PBM masih tergolong sedang. Walaupun belum mencapai
hasil yang diharapkan namun pencapaian siswa yang tergolong dalam
kategori KAM rendah di kelas PBM mempunyai hasil yang dapat menyamai
siswa yang berada pada kategori KAM tinggi pada kelas PB.
Nuni Fitriarosah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA SMP
MELALUIPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
135
136
5.
Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi secara signifikan dibanding
siswa yang memperoleh pembelajaran biasa ditinjau secara keseluruhan.
Tingkat peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis pada kelompok
PBM termasuk pada kategori sedang.
6.
Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif
matematis yang signifikan antara siswa yang memperoleh pembelajaran
berbasis masalah ditinjau dari kategori KAM (tinggi, sedang dan rendah).
7.
Terdapat korelasi yang signifikan antara kemampuan berpikir kritis dan
berpikir kreatif matematis pada siswa yang memperoleh pembelajaran
berbasis masalah, dan tingkat korelasinya lemah.
5.2 SARAN
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penelitian yang dilakukan masih
terbatas pada siswa kelas VIII SMP di Cipatat Kabupaten Bandung Barat pada
materi Bangun Rruang Sisi Datar. Untuk mendapatkan hasil yang lebih
meyakinkan maka penelitian ini bisa dilanjutkan pada materi matematika atau
tingkatan kelas yang berbeda . Adapun beberapa saran terkaiit dengan hasil
penelitian berdasarkan temuan
yang diperoleh peneliti selam pembelajaran
Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian, maka peneiti
mengemukakan
beberapa saran sebagai berikut:
1.
Walaupun pencapaian kemampuan berpikir kritis matematis belum
mencapai hasil yang diharapkan namun pencapaian siswa yang tergolong
dalam kategori KAM sedang di kelas PBM mempunyai hasil yang dapat
menyamai siswa yang berada pada kategori KAM tinggi pada kelas PB. Ini
artinya dengan pembelajaran berbasis masalah dapat menaikkan skor siswa
yang tadinya berada pada kategori KAM sedang atau rendah hingga
menyamai rata-rata skor siswa pada kelas dengan pembelajaran biasa.
Maka, disarankan bahwa pembelajaran berbasis masalah ini dapat menjadi
salah satu alternatif pembelajaran untuk siswa dalam pembelajaran dalam
meningkatkan skor pencapaian sehingga berada pada kategori yang lebih
tinggi.
Nuni Fitriarosah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA SMP
MELALUIPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
137
2.
Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis diperoleh tergolong dalan
kategori sedang. Hasil ini bukan berarti bahwa pembelajaran
berbasis
masalah tidak cocok diterapkan pada siswa SMP untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis matematis. Namun, hal ini hanya memberikan
gambaran atau kecenderugan bahwa tidak selamanya pembelajaran dengan
pendekatan student centre itu dapat mencapai hasil maksimal . Hasil ini juga
menjadi kajian yang menarik untuk diteliti lebih lanjut oleh peneliti
selanjutnya. Hal ini disebabkan karena diperlukan durasi waktu yang cukup
lama untuk mendapatkan hasil yang meyakinkan tentang perbedaan
peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis dengan menggunakan
pembelajaran berbasis masalah. Siswa memerlukan waktu yang cukup untuk
melakukan fase-fase pembelajaran terutama pada tahap orientasi siswa pada
masalah serta pada tahap penyelidikan mandiri dan kelompok. Penggunaan
LKS yang menarik diduga menentukan hasil pembelajaran dan merupakan
bentuk intervensi siswa Diperlukan penelitian lanjutan dengan bahan ajar
dan LKS yang lebih baik juga lebih menarik.
3.
Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis pada siswa yang
memperoleh pembelajaran berbasis masalah pada tiap kategori KAM tidak
terdapat perbedaan secara signifikan, artinya pembelajaran berbasis masalah
ini dapat digunakan pada siswa pada semua kategori KAM. Sehingga
pembelajaran berbasis masalah ini dapat digunakan sebagai salah satu
alternatif dalam pembelajaran matematika baik itu pada kelas yang berbeda
atau pada materi yang berbeda dari penelitian yang telah dilakukan.
4.
Walaupun pencapaian kemampuan berpikir kreatif matematis belum
mencapai hasil yang diharapkan namun pencapaian siswa yang tergolong
dalam kategori KAM rendah di kelas PBM mempunyai hasil yang dapat
menyamai siswa yang berada pada kategori KAM tinggi pada kelas PB. Ini
artinya dengan pembelajaran berbasis masalah dapat menaikkan siswa yang
tadinya berada pada kategori KAM sedang atau rendah hingga menyamai
rata-rata skor siswa pada kelas dengan pembelajaran biasa. Maka,
disarankan bahwa pembelajaran berbasis masalah ini dapat menjadi salah
satu alternatif pembelajaran untuk siswa dalam pembelajaran dalam
Nuni Fitriarosah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA SMP
MELALUIPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
138
meningkatkan skor pencapaian sehingga berada pada kategori yang lebih
tinggi.
5.
Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis diperoleh tergolong
dalan kategori sedang.
Hasil ini bukan berarti bahwa pembelajaran
berbasis masalah tidak cocok diterapkan pada siswa SMP untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis. Namun, hal ini hanya
memberikan gambaran atau kecenderugan bahwa tidak selamanya
pembelajaran dengan pendekatan student centre itu dapat mencapai hasil
maksimal . Hasil ini juga menjadi kajian yang menarik untuk diteliti lebih
lanjut oleh peneliti selanjutnya. Hal ini disebabkan karena diperlukan durasi
waktu yang cukup lama untuk mendapatkan hasil yang meyakinkan tentang
perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis dengan
menggunakan pembelajaran berbasis masalah. Siswa memerlukan waktu
yang cukup untuk melakukan fase-fase pembelajaran terutama pada tahap
orientasi siswa pada masalah serta pada tahap penyelidikan mandiri dan
kelompok. Penggunaan LKS yang menarik diduga menentukan hasil
pembelajaran dan merupakan bentuk intervensi siswa Diperlukan penelitian
lanjutan dengan bahan ajar dan LKS yang lebih baik juga lebih menarik.
6.
Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa yang
memperoleh pembelajaran berbasis masalah pada tiap kategori KAM tidak
terdapat perbedaan secara signifikan, artinya pembelajaran berbasis masalah
ini dapat digunakan pada siswa pada semua kategori KAM. Sehingga
pembelajaran berbasis masalah ini dapat digunakan sebagai salah satu
alternatif dalam pembelajaran matematika baik itu pada kelas yang berbeda
atau pada materi yang berbeda dari penelitian yang telah dilakukan.
7.
Korelasi kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif matematis siswa
tergolong pada kategori lemah, hal ini memungkinkan ada faktor lain yang
mempengaruhi hubungan antara keduanya. Untuk lebih lanjut, dapat
dilakukan penelitian untuk melihat bagaimana pengaruh kemampuan bepikir
kritis terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis dan sebaliknya.
Nuni Fitriarosah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA SMP
MELALUIPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Penelitian kuasi eksperimen ini dilakukan pada siswa kelas VIII salah satu
SMP di Cipatat Kabupaten Bandung Barat tahun pelajaran 2015/2016 dengan
materi Bangun Ruang Sisi Datar. Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang
telah diuraikan sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan penelitian sebagai
berikut:
1.
Pencapaian kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi secara signifikan dibanding
siswa yang memperoleh pembelajaran biasa. Namun, pencapaian yang
diperoleh pada kelompok PBM masih tergolong sedang. Walaupun belum
mencapai hasil yang diharapkan namun pencapaian siswa yang tergolong
dalam kategori KAM sedang di kelas PBM mempunyai hasil yang dapat
menyamai siswa yang berada pada kategori KAM tinggi pada kelas PB.
2.
Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi secara signifikan daripada siswa
yang memperoleh pembelajaran biasa ditinjau secara keseluruhan termasuk
pada kategori sedang.
3.
Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis
yang signifikan antara siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis
masalah ditinjau dari kategori KAM (tinggi, sedang dan rendah).
4.
Pencapaian kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi secara signifikan daripada siswa
yang memperoleh pembelajaran biasa. Namun, pencapaian yang diperoleh
pada kelompok PBM masih tergolong sedang. Walaupun belum mencapai
hasil yang diharapkan namun pencapaian siswa yang tergolong dalam
kategori KAM rendah di kelas PBM mempunyai hasil yang dapat menyamai
siswa yang berada pada kategori KAM tinggi pada kelas PB.
Nuni Fitriarosah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA SMP
MELALUIPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
135
136
5.
Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi secara signifikan dibanding
siswa yang memperoleh pembelajaran biasa ditinjau secara keseluruhan.
Tingkat peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis pada kelompok
PBM termasuk pada kategori sedang.
6.
Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif
matematis yang signifikan antara siswa yang memperoleh pembelajaran
berbasis masalah ditinjau dari kategori KAM (tinggi, sedang dan rendah).
7.
Terdapat korelasi yang signifikan antara kemampuan berpikir kritis dan
berpikir kreatif matematis pada siswa yang memperoleh pembelajaran
berbasis masalah, dan tingkat korelasinya lemah.
5.2 SARAN
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penelitian yang dilakukan masih
terbatas pada siswa kelas VIII SMP di Cipatat Kabupaten Bandung Barat pada
materi Bangun Rruang Sisi Datar. Untuk mendapatkan hasil yang lebih
meyakinkan maka penelitian ini bisa dilanjutkan pada materi matematika atau
tingkatan kelas yang berbeda . Adapun beberapa saran terkaiit dengan hasil
penelitian berdasarkan temuan
yang diperoleh peneliti selam pembelajaran
Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian, maka peneiti
mengemukakan
beberapa saran sebagai berikut:
1.
Walaupun pencapaian kemampuan berpikir kritis matematis belum
mencapai hasil yang diharapkan namun pencapaian siswa yang tergolong
dalam kategori KAM sedang di kelas PBM mempunyai hasil yang dapat
menyamai siswa yang berada pada kategori KAM tinggi pada kelas PB. Ini
artinya dengan pembelajaran berbasis masalah dapat menaikkan skor siswa
yang tadinya berada pada kategori KAM sedang atau rendah hingga
menyamai rata-rata skor siswa pada kelas dengan pembelajaran biasa.
Maka, disarankan bahwa pembelajaran berbasis masalah ini dapat menjadi
salah satu alternatif pembelajaran untuk siswa dalam pembelajaran dalam
meningkatkan skor pencapaian sehingga berada pada kategori yang lebih
tinggi.
Nuni Fitriarosah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA SMP
MELALUIPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
137
2.
Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis diperoleh tergolong dalan
kategori sedang. Hasil ini bukan berarti bahwa pembelajaran
berbasis
masalah tidak cocok diterapkan pada siswa SMP untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis matematis. Namun, hal ini hanya memberikan
gambaran atau kecenderugan bahwa tidak selamanya pembelajaran dengan
pendekatan student centre itu dapat mencapai hasil maksimal . Hasil ini juga
menjadi kajian yang menarik untuk diteliti lebih lanjut oleh peneliti
selanjutnya. Hal ini disebabkan karena diperlukan durasi waktu yang cukup
lama untuk mendapatkan hasil yang meyakinkan tentang perbedaan
peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis dengan menggunakan
pembelajaran berbasis masalah. Siswa memerlukan waktu yang cukup untuk
melakukan fase-fase pembelajaran terutama pada tahap orientasi siswa pada
masalah serta pada tahap penyelidikan mandiri dan kelompok. Penggunaan
LKS yang menarik diduga menentukan hasil pembelajaran dan merupakan
bentuk intervensi siswa Diperlukan penelitian lanjutan dengan bahan ajar
dan LKS yang lebih baik juga lebih menarik.
3.
Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis pada siswa yang
memperoleh pembelajaran berbasis masalah pada tiap kategori KAM tidak
terdapat perbedaan secara signifikan, artinya pembelajaran berbasis masalah
ini dapat digunakan pada siswa pada semua kategori KAM. Sehingga
pembelajaran berbasis masalah ini dapat digunakan sebagai salah satu
alternatif dalam pembelajaran matematika baik itu pada kelas yang berbeda
atau pada materi yang berbeda dari penelitian yang telah dilakukan.
4.
Walaupun pencapaian kemampuan berpikir kreatif matematis belum
mencapai hasil yang diharapkan namun pencapaian siswa yang tergolong
dalam kategori KAM rendah di kelas PBM mempunyai hasil yang dapat
menyamai siswa yang berada pada kategori KAM tinggi pada kelas PB. Ini
artinya dengan pembelajaran berbasis masalah dapat menaikkan siswa yang
tadinya berada pada kategori KAM sedang atau rendah hingga menyamai
rata-rata skor siswa pada kelas dengan pembelajaran biasa. Maka,
disarankan bahwa pembelajaran berbasis masalah ini dapat menjadi salah
satu alternatif pembelajaran untuk siswa dalam pembelajaran dalam
Nuni Fitriarosah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA SMP
MELALUIPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
138
meningkatkan skor pencapaian sehingga berada pada kategori yang lebih
tinggi.
5.
Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis diperoleh tergolong
dalan kategori sedang.
Hasil ini bukan berarti bahwa pembelajaran
berbasis masalah tidak cocok diterapkan pada siswa SMP untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis. Namun, hal ini hanya
memberikan gambaran atau kecenderugan bahwa tidak selamanya
pembelajaran dengan pendekatan student centre itu dapat mencapai hasil
maksimal . Hasil ini juga menjadi kajian yang menarik untuk diteliti lebih
lanjut oleh peneliti selanjutnya. Hal ini disebabkan karena diperlukan durasi
waktu yang cukup lama untuk mendapatkan hasil yang meyakinkan tentang
perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis dengan
menggunakan pembelajaran berbasis masalah. Siswa memerlukan waktu
yang cukup untuk melakukan fase-fase pembelajaran terutama pada tahap
orientasi siswa pada masalah serta pada tahap penyelidikan mandiri dan
kelompok. Penggunaan LKS yang menarik diduga menentukan hasil
pembelajaran dan merupakan bentuk intervensi siswa Diperlukan penelitian
lanjutan dengan bahan ajar dan LKS yang lebih baik juga lebih menarik.
6.
Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa yang
memperoleh pembelajaran berbasis masalah pada tiap kategori KAM tidak
terdapat perbedaan secara signifikan, artinya pembelajaran berbasis masalah
ini dapat digunakan pada siswa pada semua kategori KAM. Sehingga
pembelajaran berbasis masalah ini dapat digunakan sebagai salah satu
alternatif dalam pembelajaran matematika baik itu pada kelas yang berbeda
atau pada materi yang berbeda dari penelitian yang telah dilakukan.
7.
Korelasi kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif matematis siswa
tergolong pada kategori lemah, hal ini memungkinkan ada faktor lain yang
mempengaruhi hubungan antara keduanya. Untuk lebih lanjut, dapat
dilakukan penelitian untuk melihat bagaimana pengaruh kemampuan bepikir
kritis terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis dan sebaliknya.
Nuni Fitriarosah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA SMP
MELALUIPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu