Analisis Yuridis Program Kepemilikan Saham Bagi Karyawan Di Perseroan Terbatas Terbuka Dikaitkan Dengan Penerapan Pajak Penghasilan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Karyawan merupakan status pekerjaan sekelompok manusia yang
mempunyai kebutuhan pokok, baik fisik maupun non fisik, yang harus dipenuhi
demi tercapainya kehidupan yang layak. Oleh karena itu, perusahaan perlu
mengetahui dan memenuhi kebutuhan karyawan agar karyawan dapat terus
bekerja. Pemenuhan kebutuhan tersebut tidak hanya berupa pemberian gaji dan
bonusnamun juga penghargaan atas pekerjaan yang telah dilakukan.
Salah satu cara yang sekarang ini mulai dilakukan perusahaan sebagai
bentuk

penghargaan

kepada

karyawan

yaitu


melalui

program

yang

memungkinkan karyawan mendapat kesempatan dan hak untuk memiliki saham
pada perusahaan tersebut. Melalui program tersebut, karyawan akan merasa ikut
memiliki (sense of belonging) pada tempat bekerja, sehingga karyawan akan
termotivasi untuk memajukan perusahaan. Program tersebut dikenal dengan
Program Kepemilikan Saham oleh Karyawan, atau lebih dikenal dengan
Employee Stock Ownership Program (selanjutnya disebut dengan ESOP).
Peraturan yang mendukung kepemilikan karyawan atas saham Perseroan
terdapat dalam Pasal 43 ayat (3) huruf a Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut dengan UUPT), yang pada intinya
memungkinkan Perseroan untuk melakukan penawaran saham kepada karyawannya
sendiri. Lebih jauh dalam penjelasan Pasal 43 ayat (3) huruf a disebutkan:

“Yang dimaksud dengan “saham yang ditujukan kepada karyawan Perseroan”,
antara lain saham yang dikeluarkan dalam rangka ESOP (employee stocks option

program) Perseroan dengan segenap hak dan kewajiban yang melekat padanya.”
Dari ketentuan tersebut jelas bahwa dalam hal karyawan telah memiliki
saham maka akan dipersamakan statusnya sebagai pemegang saham sesuai dengan
hak dan kewajibannya.
ESOP merupakan suatu cara yang dilakukan oleh perusahaan untuk
meningkatkan loyalitas karyawan pada perusahaan. ESOP juga secara tidak
langsung bermaksud untuk mendorong karyawan lainnya untuk bekerja lebih giat
atau termotivasi terhadap karyawan yang telah mendapatkan ESOP sehingga
tujuan perusahaan untuk mendapat keuntungan lebih mudah dan lebih cepat
tercapai.Program ESOP merupakan suatu program kepemilikan saham dimana
perusahaan memberikan atau menjual sahamnya kepada karyawan dengan harga
yang lebih rendah dari harga pasar dengan jumlah yang terbatas. Tujuan dari
pengadaan ESOP secara umum itu sendiri adalah sebagai berikut: 1
1. Memberikan penghargaan (reward) kepada seluruh pegawai, direksi, dan
pihak-pihak tertentu atas kontribusinya terhadap meningkatnya kinerja
perusahaan;
2. Menciptakan keselarasan kepentingan serta misi dari pegawai dan pejabat
eksekutif dengan kepentingan dan misi pemegang saham, sehingga tidak ada
benturan kepentingan antara pemegang saham dan pihak-pihak yang
menjalankan kegiatan usaha perusahaan;

1

Tim Studi Penerapan ESOP Etimen atau Perusahaan Publik di Pasar Modal Indonesia,
StudiPenerapan Esop (Employee Stock Ownership Plan) Emiten Atau Perusahaan Publik di Pasar
Modal Indonesia (Jakarta: Departemen Keuangan Republik Indonesia Badan Pengawas Pasar
Modal, 2002), hlm 10.

3. Meningkatkan motivasi dan komitmen karyawan terhadap perusahaan karena
mereka juga merupakan pemilik perusahaan, sehingga diharapkan akan
meningkatkan produktivitas dan kinerja perusahaan;
4. Menarik, mempertahankan, dan memotivasi (attract, retain, and motivate)
pegawai kunci perusahaan dalam rangka peningkatan nilai bagi hasil
(shareholders’ value);
5. Sebagai sarana program sumber daya manusia untuk mendukung keberhasilan
strategi bisnis perusahaan jangka panjang, karena ESOP pada dasarnya
merupakan bentuk kompensasi yang didasarkan atas prinsip insentif, yaitu
ditujukan untuk memberikan pegawai suatu penghargaan yang besarnya
dikaitkan dengan ukuran kinerja perusaahn atau shareholders’ value.
Selain mempunyai tujuan di atas, program kepemilikansaham oleh
karyawan (ESOP) ini juga memerlukan berbagai biaya dalampelaksanaannya.

Berikut ini adalah uraian mengenai teori manfaat dan biayadari program
kepemilikan saham oleh karyawan (ESOP) sebagai berikut: 2
a. Insentif untuk meningkatkan produktivitas. Berdasarkan teori ini,
pemilikan karyawan atas saham perusahaan akan menjadi insentif bagi
karyawan tersebut untuk bekerja lebih giat, sehingga meningkatkan
produktivitas. Hal ini dapat terjadi karena karyawan ikut memiliki saham
perusahaan, maka kenaikan harga saham perusahaan akan memberikan
gain bagi karyawan tersebut, dan karyawan termotivasi untuk
meningkatkan harga saham perusahaan melalui peningkatan kinerja
perusahaan.
b. Mempertahankan karyawan. Umumnya program tersebut dikaitkan dengan
status kepegawaian karyawan. Jika karyawan tidak lagi berkerja pada
perusahaan, maka karyawan tersebut kehilangan haknya untuk ikut dalam
program tersebut. Kondisi ini yang menyebabkan program tersebut
digunakan sebagai upaya untuk mempertahankan karyawan.
2

Rissanen, Eric, Stock based employee compensation/ a survey of the literature
http://arc.hhs.se/download.aspx?Mediumld=248 (diunduh pada tanggal 20 November 2015 pukul
13.10).


c. Pendanaan. Pembayaran kepada karyawan yang dilakukan dengan saham
pada dasarnya membuat karyawan membiayai kegiatan perusahaan.
d. Perpajakan. Umumnya pelaksanaan program tersebut memberikan manfaat
di bidang perpajakan oleh perusahaan dan karyawan.
e. Dukungan terhadap manajemen. Manfaat ini berguna, misalnya ketika
perusahaan sedang menghadapi hostile take-over. Karena umumnya
karyawan lebih memihak manajeman daripada pemegang saham luar,
maka jika mereka menjadi pemegang saham perusahaan, karyawan dapat
menjadi pendukung keputusan yang diusulkan oleh manajemen.
f. Kemudahan dari pemerintah. Di banyak negara, pemerintah mengeluarkan
subsidi tertentu atau legislasi khusus dalam rangka mendorong penerapan
program tersebut oleh perusahaan.
Memperhatikan tujuan dan manfaat dari penyelenggaraan ESOP diatas,
terutama dalam hal perbaikan kualitas manajemen/karyawan dan penyelarasan
kepentingan pemegang saham, maka dari pelaksanaan ESOP, khususnya
perusahaan

yang


pernyataan

pendaftarannya

telah

dinyatakan

efektif

(Emiten/Perusahaan Publik), diharapkan akan menghasilkan peningkatan kinerja
emiten atau perusahaan publik, yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja
pasar modal di Indonesia. 3
Berkembangnya ESOP di Indonesia tidak luput dari sejarah awal
berkembangnya Employee Stock Ownership Programs (ESOPs) di Amerika
Serikat pada tahun 1950-an. 4 Di Indonesia sendiri praktek opsi saham ini telah
dimulai ada sebelum tahun 1998 yang telah diterapkan oleh beberapa perusahaan
non-publik, namun semakin berkembang setelah tahun 1998 setelah ada peraturan
yang mengaturtentang penerapan opsi saham ini, yaitu yang dimuat pada
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 53 Tahun 1998 (selanjutnya disebut

dengan PSAK).
3

Ibid, hlm 11.
Agatha Niken Setyaningrum, Pengaruh Employee Stock Ownership Program (ESOP)
Terhadap Kualitas Implementasi Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan (Studi Kasus pada
Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia), (Tesis, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Pascasarjana, UB, 2011), hlm. 7.
4

Istilah “kompensasi” dalam PSAK ini mencakup semuaimbalan yang
diberikan oleh perusahaan kepada pemasok barang ataujasa.Pemasok mencakup
pihak karyawan dan non-karyawan. Dalam transaksipemerolehan barang atau
jasa, perusahaan dapat menempuh carakompensasi dengan menerbitkan instrumen
ekuitas atau mengakui kewajibanyang jumlahnya ditentukan berdasarkan pada
harga saham atauinstrumen ekuitas perusahaan. Untuk menarik karyawan
berkualitas,

perusahaandapat


merancang

memberikan

instrumenekuitas

kepada

program

karyawan.

kompensasi

Demikian

dengan

juga,


untuk

mengembangkankemitraan usaha dengan para pemasok dan mitra bisnis,
perusahaan dapatmenempuh cara yang sama. 5
Fenomena yang terjadi di Indonesia setelah diberlakukannya kompensasi
sebagaimana yang diatur dan diakui dalam PSAK tersebut, khususnya untuk
perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 1999 hingga
sekarang terus meningkat jumlah perusahaan yang mengadopsi ESOP.6
Hal tersebut membuktikan bahwa ESOP cukup mempengaruhi kemajuan
perusahaan yang sudah melakukannya dan akhirnya mempengaruhiperusahaan
lain untuk mengikuti jejak keberhasilan/kemajuan perusahaan tersebut.
Program ESOP ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain
denganmemberikan saham secara cuma-cuma (Stock Grant), menjual saham
kepada karyawan, atau dengan memberikan opsi kepada karyawan untuk
membelisaham perusahaan selama periode tertentu. Opsi saham karyawan adalah
surat

kontrak
5


yang

memberikan

hak

pada

karyawan

untuk

membeli

PSAK No. 53 Tahun 1998.
Siaran Pers Akhir Tahun Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan
(Bapepam‐LK)Tanggal 28 Desember 2007, hlm 2 dan 20.
6

sahamperusahaan dalam periode waktu tertentu di masa yang akan datang

denganharga

yang

telah

ditetapkan

sebelumnya

atau

pada

saat

opsi

tersebutdiberikan. Harga yang telah ditetapkan sebelumnya tersebut dikenal
dengan istilah strike price. Dengan adanya selisih positif antara harga saham
perusahaan dengan strike price di masa yang akan datang, maka karyawan akan
mendapatkan keuntungan (dengan kata lain harta kekayaan dari karyawan
dimaksud bertambah). Namun demikian, program pemberian opsi saham
karyawan ini dalam penghitungan harganya harus memperhatikan kepentingan
perusahaan dan juga kepentingan karyawan dalam jangka panjang.
Dalam prakteknya, ada beberapa pendekatan yang digunakan oleh
perusahaan dalam rangka ESOP, antara lain: 7
1. Stock Grants (Pemberian Saham).
2. Direct Employee Stock Purchase Plans (program pembelian saham oleh
karyawan).
3. Stock Option Plans (Program Opsi Saham/ESOP).
4. Employee Stock Ownership Plans.
5. Phantom Stock and Stock Appreciation Rights (SARs).
Pelaksanaan ESOP di Indonesia tersebut kurang optimal karena belum
terdapat peraturan yang mengatur secara spesifik, baik ditinjau dari aspek
perseroan terbatas, pasar modal, perpajakan, maupun ketenagakerjaan.Selain itu,
untuk perusahaan tertutup yang ingin melakukan program ini masih dibatasi
dengan ketentuan penawaran umum mengingat belum adanya ketentuan khusus
tentang ESOP.
7

Ibid, hlm 18.

Kepemilikan saham oleh karyawan telah berkembang dengan cepat di
beberapa negara.Oleh karena itu, demi menunjang praktek manajemen sumber
daya manusia dan menciptakan pasar modal yang teratur, diperlukan ketentuan
yang lebih spesifik mengenai ESOP dalam ketentuan pasar modal Indonesia.
Pemberian imbalan dalam rangka hubungan kerja yang seringkali meliputi
pemberian hak untuk membeli saham (stock option) merupakan satu paket yang
dibayar kepada baik para eksekutif maupun karyawan.Yang dimaksud dengan
stock option adalah hak untuk membeli/memperoleh saham pada saat yang
ditentukan dengan harga tertentu.Perusahaan yang mempunyai program ini
memberikan hak opsi kepada karyawannya dengan beberapa syarat, seperti
vesting period.Vesting period adalah saat kapan opsi tersebut dapat dilaksanakan
karena semua persyaratan untuk melaksanakan opsi sudah dipenuhi atau saat
mengeksekusi saham menjadi kepemilikan dari karyawan sepenuhnya.Pada saat
opsi dilaksanakan, karyawan membeli saham yang dimasukkan dalam program
stock option dengan harga di bawah harga pasar.Jika setelah beberapa waktu
saham tersebut dijual dan jika harganya naik, maka keuntungan dari saham
tersebut sudah direalisasikan. Dengan adanya keuntungan tersebut, maka karyawan
tersebut akan mengalami pertambahan ekonomis yang mempengaruhi kekayaan
karyawan tersebut.
Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan, pajak dikenakan atas setiap
pertambahan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari manapun
asalnya yang mempengaruhi kekayaan Wajib Pajak tersebut. 8Penambahan
ekonomis tersebut menjadi ukuran bagi Wajib Pajak tersebut untuk ikut memikul
8

Atep Adya Barata, Panduan Lengkap Pajak Penghasilan, (Jakarta: Visimedia, 2011),

hlm 21.

beban Pemerintah dalam menjalankan kegiatan rutin dalam kepentingan umum
dan pembangunan. Penghasilan dapat dibagi menjadi beberapa bagian, antara
lain 9:
a. Penghasilan dari hubungan kerja atau perkejaan bebas;
b. Penghasilan dari usaha dan kegiatan;
c. Penghasilan dari modal;
d. Penghasilan lain-lain, seperti: hadiah, dan lain-lain.
Kompensasi kinerja karyawan dalam bentuk opsi kepada karyawan untuk
membeli saham perusahaan pada waktu tertentu dengan harga tertentu merupakan
suatu hal yang jamak dewasa ini.Dari sisi pajak, terdapat permasalahan mengenai
perlakuan pajak atas imbalan tersebut.Berdasarkan kajian dari OECD Tax Policy
Studies tahun 2005 dengan tema The Taxation of Employee Stock Options,
terdapat empat isu yang berkembang mengenai ESOP. Yang pertama adalah
kualifikasi penghasilan (penghasilan sehubungan dengan pekerjaan atau
penghasilan dari modal), jenis pajak yang dikenakan (Pajak Penghasilan, Pajak
atas Capital Gain, atau Kontribusi Jaminan Sosial), saat pemajakan (pemberian,
pelaksanaan atau pelepasan saham), dan perlakuan pada tingkat pemberi (apakah
bisa mengurangi penghasilan atau tidak). 10Oleh karena itu penting untuk mengkaji
penerapan pajak penghasilan terhadap kepemilikan saham bagi karyawan pada
PT. Terbuka.
9

Ibid, hlm 22.
Ramzil
Huda,
“Pajak
Atas
Kompensasi
Opsi
Saham
Karyawan”,
https://ramzilhuda.wordpress.com/2014/04/09/pajak-atas-kompensasi-opsi-saham-karyawan/
(diakses pada tanggal 04 Desember 2015, pkl. 18:39)
10

Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas, di dalam skripsi
ini penulis akan membahas tentang bagaimana penerapan Pajak Penghasilan
terhadap Kepemilikkan Saham Bagi Karyawan pada PT Terbuka.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah disampaikan
sebelumnya, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :
1. Apa saja yang menjadi aspek hukum organisasi pada PT Terbuka?
2. Bagaimana sistem kepemilikkan saham bagi karyawan pada PT Terbuka?
3. Bagaimana penerapan pajak penghasilan terhadap kepemilikkan saham bagi
karyawan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu
persyaratan akademik sebagai mata kuliah pembulat studi guna
memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara. Namun disamping Tujuan diatas terdapat tujuan-tujuan
lainnya yaitu:
a. Untuk mengetahui aspek hukum organisasi pada PT Terbuka.
b. Untuk mengetahui sistem kepemilikkan saham bagi karyawan pada PT
Terbuka.
c. Untuk mengetahui penerapan pajak penghasilan terhadap kepemilikkan
saham bagi karyawan.

2. Manfaat Penelitian
Sementara yang diharapkan menjadi manfaat dalam penelitian ilmiah ini
adalah :
a. Secara teoritis
Dengan adanya skripsi ini diharapkan mampu mengisi ruang-ruang
kosong dalam ilmu pengetahuan dibidang hukum yang terkait dengan
isi substansi penulisan skripsi ini, sehingga dapat memberikan
sumbangsih yang berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam
bidang hukum khususnya tentang penerapan program kepemilikkan
saham bagi karyawan dan pengenaan pajak penghasilan terhadap
program tersebut.
b. Secara praktis
Tulisan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para pembaca,
baik kalangan akademis dan seluruh organ perusahaan yang
menerapkan program kepemilikkan saham bagi karyawan, baik RUPS,
Direktur, dan yang lainnya.

D. Keaslian Penulisan
Untuk mengetahui keaslian penulisan, penulis sebelumnya melakukan
penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.Dalam penelusuran yang dilakukan, ditemukan salah
satu penelitian skripsi yang telah dilakukan oleh Alumni Fakultas Hukum USU
terkait dengan kepemilikan saham yang berjudul Aspek Yuridis Kepemilikan

Saham Bagi Karyawan Pada Perseroan Terbuka oleh Andrew J. Tarigan, tahun
2010. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian tersebut mengkaji aspek
hukum Kepemilikan Saham Perseroan Terbatas, sedangkan penelitian skripsi ini
mengkaji penerapan pajak terhadap kepemilikan saham karyawan (ESOP) dalam
Perseroan Terbatas Terbuka.
Pusat dokumentasi dan informasi hukum/perpustakaan Universitas cabang
Fakultas Hukum USU melalui surat tertanggal 12 Agustus 2015 yang menyatakan
bahwa tidak ada judul yang sama. Surat tersebut dijadikan dasar bagi Ibu Windha,
S.H, M.Hum dan Bapak Ramli Siregar, S.H, M.Hum selaku Ketua dan Sekretaris
Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk
menerima judul yang diajukan oleh penulis karena substansi yang terdapat dalam
skripsi ini dinilai berbeda dengan judul-judul skripsi lain yang terdapat di
lingkungan perpustakaan Fakulltas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Apabila dikemudian hari terdapat judul yang sama atau telah tertulis orang
lain dalam tingkat kesarjanaan sebelum skripsi ini dibuat, maka hal tersebut
menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari penulis.

E. Tinjauan Kepustakaan
1. Program Kepemilikan Saham bagi Karyawan (PKSK)
Organization for Economic Cooperation and Development (selanjutnya
disebut dengan OECD) menjelaskan bahwa stock option adalah instrumen
keuangan yang menjelaskan mengenai hak untukmembeli aset yang pasti dengan
harga yang ditetapkan dalam jangka waktu yang ditetapkan (predetermined

period)yaitu pada suatu saat antara predetermined period untuk opsi model
Amerika atau akhir dari predetermined period untuk opsimodel Eropa. Jangka
waktu dari stock option ditetapkan dengan empat keadaan waktu yaitu : saat
diberikan (granting), saat ditetapkan (vesting), saat dilaksanakan(exercise) dan
saat penjualan (sale) saham yang diperoleh. Employee Stock Option adalah opsi
yang diberikan oleh sebuah perusahaan kepadakaryawannya sebagai kompensasi
untuk pekerjaannya. Acuan (Underlying-assets)dalam opsi tersebut adalah saham
perusahaan itu sendiri. 11
Mayoritas kasus yang ada harga pelaksanaan(exercise price)adalah sama
dengan

harga

saham

yang

tercatat

(underlying

stock)saat

saham

diberikan(granting). Opsi saham karyawan (Employee Stock Option)biasanya
tidak bisa diperdagangkan dantidak dapat dialihkan pada saat ini. Untuk kegunaan
pajak, Opsi saham karyawan (Employee Stock Option)mungkin menguntungkan
dari perlakuan khususdibandingkan dengan kompensasi tunai secara umum.
Peraturan pajakbiasanya menetapkan kondisi khusus. Jika kondisi ini dijumpai,
program opsi saham (stock option plan) dinamakan kompeten (qualified). 12
Manajemen usaha perusahaan di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh
praktek manajemen negara lain, khususnya negara-negara yang telah maju
perkembangan manajemen usahanya. Salah satu praktek tersebut adalah
diperkenalkannya suatu program kepemilikan karyawan dalam saham perusahaan
dimana karyawan tersebut bekerja.Program tersebut dikenal dengan Program
Kepemilikkan Saham bagi Karyawan (selanjutnya disebut dengan PKSK), dalam
11

Arief Endika Sulistyanto Putro, Perlakuan Pajak Penghasilan Atas Employee Stock
Option Plan ( ESOP ), ( Tesis, Fakultas Ekonomi Program Magister Akuntansi, 2009), hlm. 15.
12
Ibid

bahasa Inggris dikenal dengan Employee Stock Ownership Programme
(ESOP).Program tersebut merupakan program kepemilikan karyawan atas saham
perusahaan yang diharapkan dapat meningkatkan sense of belonging (rasa saling
memiliki) sehingga mendukung peningkatan kinerja perusahaan.
Pelaksanaan ESOP di Indonesia dilakukan melalui program alokasi khusus
bagi karyawan (employee stock allocation/ESA), program pemberian bonus dalam
bentuk saham (share bonus plan), dan program pemberian opsi atas saham (stock
option plan). 13 Tujuan pengadaan ESOP antara lain adalah memberikan
penghargaan (reward) kepada karyawan atas kontribusi yang diberikan dalam
peningkatan kinerja perusahaan, menciptakan keselarasan kepentingan antara
pihak karyawan dan pihak pemegang saham, meningkatkan motivasi dan
komitmen

karyawan

dalam

meningkatkan

produktivitas,

menarik

dan

mempertahankan karyawan kunci dari perusahaan, dan sarana bagi sumber daya
manusia dalam mendukung keberhasilan implementasi strategi bisnis perusahaan
jangka panjang. 14
Pelaksanaan praktik ESOP di Indonesia, menurut Tim Studi Penerapan
ESOP Pasar Modal Indonesia–Bapepam memiliki dua peraturan pokok, yaitu:
Peraturan Bapepam No. IX.A.7 tentang Tanggung Jawab Manajer Penjatahan
Dalam Rangka Pemesanan dan Penjatahan Efek Dalam Penawaran Umum, yang
mengatur bahwa pegawai mendapat prioritas dari penjatahan sampai dengan
jumlah paling banyak 10% dari jumlah penawaran umum. Kemudian, Peraturan
Bapepam No.IX.D.4 tentang Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek
13

Christian Herdinata, Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Employee Stock Ownership
Program, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.16, No.1 Januari 2012, hlm 78.
14
Ibid.

Terlebih Dahulu (HMETD) yang mengatur bahwa emiten atau perusahaan publik
dapat menambah modal tanpa memberikan HMETD kepada pemegang saham
sepanjang ditentukan dalam anggaran dasar dan jika dalam jangka waktu tiga
tahun penambahan modal tersebut sebanyak-banyaknya 5% dari modal disetor.
2. Pajak Penghasilan
Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum. 15Adapun fungsi dari Pajak yaitu 16:
a. Fungsi Budgetair
Merupakan fungsi utama pajak yaitu dimana pajak digunakan sebagai alat
memasukkan dana secara optimal ke kas Negara berdasarkan peraturan
perundang-undangan pajak yang berlaku.
b. Fungsi Regulerend
Pajak digunakan untuk mengatur dan mengarahkan masyarakat ke arah
yang dikehendaki pemerintah. Oleh karenanya fungsi mengatur ini
menggunakan pajak untuk dapat mendorong dan mengendalikan kegiatan
masyarakat agar sejalan dengan rencana dan keinginan pemerintah.
Terhadap kegiatan masyarakat yang dipandang bersifat negatif, apabila
fungsi regulerend yang dimaksudkan untuk menekan kegiatan itu
dikedepankan, pemerintah justru dipandang berhasil apabila pemasukan
pajaknya kecil.
15

Tony Marsyahrul, Pengantar Perpajakan (REV), (Jakarta: Grasindo, 2001), hlm 2
Safri Nurmantu, Pengantar Perpajakan; Edisi 3, (Jakarta:Granit, 2005), hlm 29.

16

Jenis-jenis pajak terdiri atas bebarapa pengelompokkan,antara lain 17:
1. Berdasarkan golongan, yaitu:
a. Pajak langsung.
b. Pajak tak langsung.
2. Berdasarkan sifat, yaitu:
a. Pajak Objektif.
b. Pajak Subjektif.
3. Berdasarkan pemungut, yaitu:
a. Pajak Pusat.
b. Pajak Daerah.
Pajak Penghasilan adalah Pajak atas penghasilan berupa upah, honorarium,
tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan bentuk apapun sehubungan
dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh orang
pribadi dalam negeri yang pengenaannya dengan sistem pemotongan (withholding
system) oleh pemotong pajak yang membayarkan penghasilan tersebut. 18
Pajak Penghasilan dikategorikan sebagai pajak pusat apabila ditinjau dari
sifatnya dan dikategorikan sebagai pajak subjektif apabila ditinjau dari
pengelompokannya. Dengan pengertian bahwa pemungutan pajak penghasilan ini
berpangkal atau mendasarkan pada subjek pajaknya. 19

17

Tony Marsyahrul, Op.Cit, hlm 5.
Pasal 21 UU Pajak Penghasilan
19
Waluyo, Perpajakan IndonesiaPembahasan sesuai dengan Ketentuan-ketentuan
Perundang-undangan Perpajakan dan Aturan Pelaksanaan Perpajakan Terbaru, (Jakarta:
Salemba Empat, 2008), hlm. 87.
18

Sejarah perkembangannya mencatat bahwa, UU PPh ini telah mengalami
beberapa kali perubahan dimulai dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991 tentang
Perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 7 Tahun 1983, UndangUndang Nomor 10 Tahun 1994 tentang Perubahan Undang-Undang Pajak
Penghasilan Nomor 7 tahun 1991, Undang-Undang Nomor 17 tahun 2000 tentang
Perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan No 10 tahun 1994, dan yang
terakhir Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan UndangUndang Pajak Penghasilan Nomor 17 Tahun 2000.
Penjelasan Pasal 1 UU PPh, dijelaskan bahwa pengenaan pajak
penghasilan terhadap subjek pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterima
atau diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek pajak tersebut dikenai pajak apabila
menerima atau memperoleh penghasilan atau tambahan ekonomis dari pekerjaan
yang dilakukannya. Subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan
tersebut disebut sebagai Wajib Pajak dalam UU PPh. Wajib Pajak dikenakan
pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh selama tahun pajak atau
bagian tahun pajak, apabila kewajiban pajak mulai dan berakhir pada tahun pajak.
Berdasarkan UU PPh, istilah tahun pajak berarti tahun kalender. 20
Pengenaan pajak penghasilan tidak semuanya dikenakan dari objek pajak
yang sudah berupa penghasilan, tetapi dengan berbagai alasan seperti kemudahan,
kepraktisan, atau alasan adanya kemampuan maka pengenaan pajak penghasilan
dapat dikenakan pada saat terjadinya transaksi penjualan bahkan pada saat
terjadinya transaksi pembelian.
20

http://ind-blog.pnblawfirm.com/subjek-pajak-indonesia/,diakses tanggal 15 September 2015,
pkl 14.00 WIB

3. Perseroan Terbatas
Dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak kita jumpai perusahaanperusahaan yang melakukan kegiatan usaha.Perusahaan-perusahaan tersebut
berbentuk Perusahaan Komoditer, Koperasi, Perseroan Terbatas, dan lain
sebagainya.Dari beberapa bentuk perusahaan tersebut, yang paling banyak
digunakan adalah perusahaan berjenis Perseroan Terbatas.Adapun istilah
Perseroan Terbatas di negara lain antara lain yaitu di Inggris dengan sebutan
Company Limited by Shares, di Jerman, Austria, dan Swiss perseroan terbatas
disebut dengan Aktiengesellschaft dan di Perancis disebut dengan Societe
Anonyme. 21
Perseroan Terbatas saat ini diatur dalam Undang-undang Nomor 40 tahun
2007 tentang Perseroan terbatas (selanjutnya disebut dengan UU PT) dengan 16
bab dan 161 pasal. Perseroan Terbatas menurut Pasal 1 butir 1 UU PT yaitu:
Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang
merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan
kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan
pelaksanaannya. Berdasarkan pengertian perseroan terbatas tersebut, dapat
disimpulkan prinsip umum sebuah perseroan yaitu 22:

21

Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, (Bandung: PT.
Alumni, 2004), hlm. 47.
22
Ibid, hlm 33.

a. Merupakan persekutuan modal perseroan sebagai badan hukum memiliki
modal dasar yang disebut juga authorized capital, yakni jumlah modal yang
disebutkan atau dinyatakan dalam Akta Pendirian atau Anggaran Dasar
Perseroan (selanjutnya disebut dengan AD Perseroan).
b. Didirikan berdasarkan perjanjian perseroan sebagai badan hukum, didirikan
berdasarkan perjanjian.
c. Melakukan kegiatan usaha sesuai dengan ketentuan Pasal 2 UU PT, suatu
perseroan harus mempunyai maksud dan tujuan serta kegiatan usaha.
d. Lahirnya perseroan melalui proses hukum dalam bentuk pengesahan
pemerintah. Lahirnya perseroan sebagai badan hukum (rechtsper soon, legal
entity), karena diwujudkan melalui proses hukum (created by legal process)
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Adapun unsur-unsur badan hukum pada perseroan terbatas, yaitu adanya
organisasi yang teratur, adanya kekayaan sendiri, melakukan hubungan hukum
sendiri, adanya tujuan tertentu. 23 Selain itu, terdapat unsur-unsur yang
menandakan bahwan perusahaan tersebuut adalah suatu perseroan terbatas, antara
lain, yaitu: 24
1. Merupakan suatu badan hukum;
2. Didirikan berdasarkan perjanjian;
3. Melakukan kegiatan usaha, memiliki modal dasar;
4. Memenuhi persyaratan dalam Undang-Undang.
23

Pasal 31 UUPT.
Ahmad Yani & Gunawan Widjaya, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas (Jakart :
Raja Grafindo Persada, 2000), hlm.7
24

Adapun beberapa persyaratan sahnya suatu Perseroan Terbatas antara lain,
yaitu:
a. Didirikan oleh 2 orang atau lebih;
b. Pendirian dalam Akta Notaris;
c. Dibuat dalam Bahasa Indonesia;
d. Setiap pendiri wajib mengambil saham;
e. Pendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM.
Berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 1 UUPT 2007, Perseroan Terbatas
dapat diklasifikasikan menjadi empat (4), yaitu: 25
1. Perseroan Tertutup
Ciri-ciri Perseroan Tertutup adalah:
a. Pemegang sahamnya terbatas dan tertutup, hanya terbatas pada orang-orang
di antara mereka yang masih ada ikatan keluarga, dan tertutup bagi orang
lain.
b. Saham perseroan yang ditetapkan dalam AD Perseroan, hanya sedikit
jumlahnya, dan dalam AD Perseroan, sudah ditentukan dengan tegas siapa
yang boleh menjadi pemegang sahamnya.
c. Sahamnya juga atas nama orang-orang tertentu secara terbatas Perseroan
Terbatas. Pada dasarnya tidak berbeda dengan perseroan perorangan.
2. Perseroan Publik
Pasal 1 angka 8 UUPT berbunyi Perseroan publik adalahperseroan yang telah
memenuhi kriteria jumlah pemegang saham dan modal disetor sesuai dengan
ketentuan peraturan.
25

M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 38

3. Perseroan Terbuka
Perseroan terbatas merupakan subyek hukum sebagai badan hukum yang
memiliki hak dan kewajiban. Apabila dikaitkan dengan unsur-unsur badan
hukum, unsur-unsur yang menandai Perseroan Terbatas sebagai badan hukum
adalah mempunyai kekayaan yang terpisah (Pasal 31 ayat (1) UU PT),
mempunyai kepentingan sendiri (Pasal 98 UU PT), mempunyai tujuan tertentu
(Pasal 15 ayat (1) huruf b UU PT), dan mempunyai organisasi teratur (Pasal 1
angka 2 UU PT). Perseroan terbuka adalah perseroan yang melakukan
penawaran umum saham, sesuai dengan ketentuan peratuaran perundangundangan di bidang pasar modal.Berbadan hukum ini disebut “perseroan”,
karena modal dari persekutuan ini terdiri dari sero-sero atau saham-saham.
4. Perseroan Group
Ciri-cirinya Perseroan Group adalah:
a. Terdiri atas sejumlah bahkan beratus perseroan sebagai perseroan anak.
b. Terdiri atas sejumlah beratus perseroan sebagai perseroan Holding.

F. Metode Penelitian
Metode merupakan suatu unsur yang mutlak harus ada dalam suatu
penelitian yang berfungsi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. 26Jenis
penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian hukum normatif.
Pemilihan metode ini, sebagaimana yang ditulis Peter Mahmud Marzuki,penelitian
26

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: Universitas Indonesia-Press,
1986), hlm.7.

hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum,

prinsip-

prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang
akan dihadapi. Alasan penggunaan penelitian hukum normatif ialah penelitian ini
mengacu pada norma hukum yang terdapat pada peraturan. Metode penelitian
yang dipakai dapat dipakai dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian yuridis normatif, yaitu
penelitian

yang

dilakukan

berdasarkan

peraturan

perundang-undangan.

Perundang-undangan yang akan dibahas dalam skripsi ini antara lain
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, UndangUndang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Undang-Undang Nomor 38
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
Penulisan skripsi ini bersifat penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang
dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang keadaan yang menjadi objek
penelitian yakni penerapan pajak penghasilan terhadap kepemilikkan saham bagi
karyawan pada PT Terbuka di Indonesia.
2. Data Penelitian
Penelitian yuridis normatif menggunakan jenis data sekunder sebagai data
utama.Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek
penelitian. Peneliti mendapat data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak
lain dengan berbagai cara atau metode, baik secara komersial maupun non
komersial.

Data Penelitian tersebut antara lain :
a. Bahan hukum primer, yaitu peraturan perundang-undangan yang terkait,
antara lain :
1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.
4. Peraturan Bapepam No.IX.D.4 tentang Penambahan Modal tanpa Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD).
5. Peraturan Bapepam No. IX.A.7 tentang Tanggung Jawab Manajer
Penjatahan Dalam Rangka Pemesanan dan Penjatahan Efek Dalam
Penawaran Umum.
b. Bahan hukum sekunder, berupa buku yang berkaitan dengan judul skripsi,
artikel-artikel, hasil-hasil penelitian, laporan-laporan dan sebagainya yang
diperoleh baik melalui media cetak maupun media elektronik.
c. Bahan hukum tersier, mencakup bahan yang memberi petunjuk dan penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.
3. Alat Pengumpulan Data
Pengumpulan data dari penulisan skripsi ini dilakukan melalui teknik studi
pustaka (literature research) dan juga mengambil informasi dengan menggunakan
media elektronik yaitu internet.
4. Analisis Data
Pada penelitian hukum normative, pengolahan data pada hakikatnya
merupakan kegiatan untuk mengadakan sistemasi terhadap bahan-bahan hukum
tertulis.Sistemasisasi berarti membuat klarifikasi terhadap bahan-bahan hukum

tertulis tersebut untuk memudahkan pekerjaan analisis dan konstruksi.
Pengelolaan data yang digunakan oleh penulis adalah pengolahan data kualitatif
yakni upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan
data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mengsintesiskannya,
mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan pada orang lain.

G. Sistematika Penulisan
Pada dasarnya sistematika penulisan adalah gambaran-gambaran umum
dari keseluruhan isi penulisan skripsi sehingga mudah untuk mencari hubungan
antara satu pokok pembahasan dengan pokok pembahasan yang lain. Hal ini
sesuai dengan pengertian sistem yaitu rangkaian beberapa komponen yang satu
sama lain saling berkaitan atau berhubungan untuk terjadinya suatu hal. Skripsi ini
disusun dalam lima bab, dimana masing-masing bab terdiri dari beberapa sub-bab
yang disesuaikan dengan kebutuhan jangkauan penulisan dan pembahasan bab
yang dimaksudkan.
Bab I merupakan pendahuluan dalam skripsi ini. Pada bab ini diuraikan
mengenai gambaran umum mengenai latar belakang masalah yang menjadi dasar
enulisan, pokok permasalahan, manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan
kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II akan membahas aspek hukum organisasi pada PT terbuka. Bab ini
merupakan penjabaran permasalahan pertama penelitian. Dalam bab ini akan
diuraikan tentang pengertian dan dasar hukum PT Terbuka, bagaimana struktur
organisasi perusahaan, pengelolaan dan pengawasan PT Terbuka dan kedudukan
karyawan pada PT Terbuka.

Bab III membahas kepemilikan saham bagi karyawan. Bab ini diawali
dengan penjelasan mengenai sejarah dari kepemilikan saham bagi karyawan,
jenis-jenis kepemilikan saham bagi karyawan, bagaimana kepemilikkan saham
bagi karyawan pada PT Terbuka serta apa tujuan dari adanya kepemilikkan saham
bagi karyawan tersebut.
Bab IV menjelaskan penerapan pajak penghasilan terhadap kepemilikan
saham bagi karyawan. Bab IV ini diawali dengan apa saja hal-hal yang menjadi
aspek-aspek pajak penghasilan, tujuan dari pengenaan pajak penghasilan terhadap
kepemilikan saham bagi karyawan dan bagaimana penerapan pajak penghasilan
terhadap kepemilikkan saham bagi karyawan tersebut.
Bab V merupakan kesimpulan dan saran.Bab terakhir ini, penulis
memberikan kesimpulan yang merupakan intisari bab-bab sebelumnya serta
jawaban atas pokok permasalahan dalam penelitian ini.Selain itu, penulis juga
mengemukakan saran-saran untuk Penerapan program kepemilikkan saham bagi
karyawan pada PT Terbuka dan pengenaan pajak penghasilan terhadap
kepemilikkan saham bagi karyawan.