Analisis Yuridis Program Kepemilikan Saham Bagi Karyawan Di Perseroan Terbatas Terbuka Dikaitkan Dengan Penerapan Pajak Penghasilan

(1)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Budiarto,Agus.Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas, Jakarta:Ghalia Indonesia, 2002

Ahmad, Yani & Gunawan, Widjaya.Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000.

Amy, Feldman & Joan, Caplin.Employee Stock Option, USA: The Money, 2001. Barata, Adya.Panduan Lengkap Pajak Penghasilan, Jakarta: Visimedia, 2011. Daniri, Achmad.Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapannya dalam

Konteks Indonesia, edisi kedua, Jakarta: Ray Indonesia, 2006 Gunadi.Pajak International, Jakarta: Salemba Empat, 2007.

Harahap, Yahya. Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta: Sinar Grafika, 2009.

Hinuri, Hindarmojo, ed.The Essence of Good Corporate Governance; Konsep dan Implementasi pada Perusahaan Publik dan Korporasi Indonesia, Jakarta: Yayasan pendidikan Pasar Modal Indonesia & Sinergy Communication, 2002.

Indra, Surya & Ivan, Yustiavandana.Penerapan Good Corporate Governance: Mengesampingkan Hak-hak Istimewa demi Kelangsungan Usaha (Jakarta: Kencana Prenanda Media Group, 2006.

Khairandy, Ridwan. Perseroan Terbatas: Doktrin, Peraturan Perundang-Undangan,dan Yurisprudensi, Yogyakarta:Penerbit Kreasi Total Media, 2009.

Komite Nasional Kebijakan Governance, Pedoman Umum Good Coorporate Governance Indonesia, Jakarta: KNKG, 2006.

Marsyahrul, Tony.Pengantar Perpajakan (REV), Jakarta: Grasindo, 2001.

Muhammad, Abdulkadir.Hukum Perusahaan Indonesia Cetakan Keempat Revisi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2010.

Mukianto, Jandi. Pendirian, Pengurusan, Pengawasan Perseroan Terbatas di Indonesia, Jakarta: Wdijaja, Effendy & Mukianto – Indonesian Legal Consultant, 2014.


(2)

Nurmantu, Safri.Pengantar Perpajakan; Edisi 3, Jakarta:Granit, 2005.

Otoritas Jasa Keuangan.Roadmap Tata Kelola Perusahaan Indonesia Menuju Tata Kelola Emiten dan Perusahaan Lebih Baik, Jakarta : OJK, 2014. Prasetya, Rudhi. Kedudukan Mandiri Perseroan terbatas, Disertai dengan Ulasan

menurut Undang-Undang No. 1 tahun 1995, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1995).

Purba, Orinton.Petunjuk Praktis bagi RUPS, Dewan Komisaris dan Direksi Perseroan Terbatas agar terhindar dari jerat hukum, Jakarta: Raih Asa Sukses, 2011.

Pramono, Nindyo.Bunga Rampai Hukum Bisnis Aktual, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2006.

Prasetya, Rudhi.Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, Cetakan Kedua, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996.

R. Mansury. Perpajakan atas Penghasilan dari Transaksi-Transaksi Khusus, Jakarta: Yayasan Pengembangan dan Penyebaran Pengetahuan Perpajakan, 2003.

Reitman, David.Stock Option and the Strategic Use of Mangerial Incentives, USA: American Economic Review, 1993.

Soekanto, Soerjono.Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia-Press, 1986.

Sutedi, Adnan.Buku Pintar Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta: Penebar Swadaya Group, 2015.

Surahmat, Rachmanto. Perlakuan Pajak Penghasilan atas Pemberian Imbalan Berupa Opsi Saham pada Bunga Rampai Perpajakan, Jakarta: Salemba Empat, 2007.

Simanjuntak, Payaman.Undang-Undang Yang Baru Tentang Ketenagakerjaan, Jakarta : Work In Freedom, 2003

Sulistyo, Budi.Pajak Finansial: Praktik di Beberapa Negara dan Potensi Penerapan di Indonesia, Jakarta: Sekretariat Jendral Kementrian Keuangan, 2014.

Tim Studi Penerapan ESOP Emiten atau Perusahan Publik di Pasar Modal Indonesia.Studi tentang Penerapan ESOP Emiten atau Perusahan Publik


(3)

di Pasar Modal, Jakarta: Departemen Keungan Republik Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal , 2002.

Tim Studi Penerapan ESOP Etimen atau Perusahaan Publik di Pasar Modal Indonesia.StudiPenerapan Esop(Employee Stock Ownership Plan) Emiten atau Perusahaan Publik di Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Departemen Keuangan Republik Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal, 2002.

Usman, Rachmadi.Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, Bandung: P.T. Alumni, 2004.

Waluyo.Perpajakan Indonesia Pembahasan sesuai dengan ketentuan Ketentuan Perundang-undangan Perpajakan dan Aturan Pelaksanaan Perpajakan Terbaru, Jakarta: Salemba Empat, 2008.

Warsono, Sony dkk.Corporate Governance Concept and Model, Yogyakarta: Center for Good Corporate Governance, 2009.

Widjaja, Gunawan.150 Pertanyaan tentang Perseroan Terbatas, Jakarta: Forum Sahabat, 2008.

Widjaja, Gunawan.Resiko Hukum sebagai Direksi, Komisaris & Pemilik PT Terbuka, Jakarta: Forum Sahabat, 2008.

Yosephus L. Sinour. Etika Bisnis, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2010. B. Peraturan-peraturan

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan. Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 tahun 1997 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah nomor 41 tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Transaksi Penjualan Saham di Bursa Efek. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : Per — 01

/Mbu/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha Milik Negara.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.100/Men/VI/2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Tertentu.

Peraturan Bapepam No.IX.D.4 tentang Penambahan Modal tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD).


(4)

Peraturan Bapepam No.IX.A.7 tentang Tanggung Jawab Manajer Penjatahan Dalam Rangka Pemesanan dan Penjatahan Efek Dalam Penawaran Umum. C. Jurnal/Media Cetak

Manurung, Andler. Menjajahi Kepemilikan Saham Karyawan, Kompas (14 Oktober 2001)

---,Kajian Hukum Bisnis Atas UU No.40/2007 Tentang PT, Jurnal Hukum Bisnis volume 26 No. 3 (2007).

Lukas William Andypratama dan Ronny H. Mustamu. Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Pada Perusahaan Keluarga : Studi Deskriptif Pada Distributor Makanan, Jurnal Agora Vol 1, No. 1, ( 2013).

Glendoh, Harman.Fungsi Pengawasan dalam Manajemen Koorporasi, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan Vol. 2, No. 1, (Maret 2000).

Herdinata, Christian. Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Employee Stock Ownership Program, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.16, No.1 (Januari 2012).

D. Skripsi/Thesis

Setyaningrum Agatha Niken.“Pengaruh Employee Stock Ownership Program (ESOP) Terhadap Kualitas Implementasi Corporate Governance &Kinerja Perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di BursaEfek Indonesia)”, (Tesis, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Pascasarjana, UB, 2011).

Ashary, Ahmad.“Analisa Latar Belakang dan Pengaruh ESOP” (Tesis Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2007).

Putro Arief Endika Sulistyanto. “Perlakuan Pajak Penghasilan Atas Employee Stock Option Plan ( ESOP )”, (Tesis, Fakultas Ekonomi Program Magister Akuntansi, 2009).

Indah Yulia Puspitasari. “Penerapan Tax Planning Atas Pajak Penghasilan (Pph) Badan (Studi Kasus Pada Cv. Scronica Sari)”, (Skripsi, Fakultas ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang, 2013)


(5)

Antonio Sri Hendarianto.“Hak-hak Anda Sebagai Karyawan Kontrak”,

24 Desember 2015 pukul 09.57)

Rissanen, Eric.“Stock Based Employee Compensation/ A Survey Of The Literature tanggal 20 November 2015 pukul 13.10).

Ramzil, Huda. “Pajak Atas Kompensasi Opsi Saham Karyawan”,

September 2015, pkl 14.00 WIB

Desember 2015, pukul 16.09 WIB.

18 Desember 2015, pukul 13.45 WIB.

diakses pada tanggal 18 Desember 2015, pukul 16.01 WIB.

tanggal 19 Desember 2015, pukul 10.09 WIB.

pukul 13.55 WIB.

20 Desember 14.22 WIB.


(6)

BAB III

KEPEMILIKAN SAHAM BAGI KARYAWAN

A. Sejarah Kepemilikan Saham pada PT Terbuka

Sebagaimana diketahui, terkait hal pengaturan mengenai perseroan terbatas saat ini adalah diatur oleh Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Adapun, UU No. 40 tahun 2007 ini adalah pengubahan atas Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas yang sebelumnya Perseroan Terbatas masih diatur di Wetbook van Koophandel (S.1847-23). Sebagaimana yang saat ini ingin dibicarakan penulis yaitu terkait kepemilikan saham oleh Karyawan, maka Penulis akan meninjau latar belakang atau hiostoris kepemilikan saham oleh karyawan berdasarkan sejarah perundang-undangan yang mengatur perseroan terbatas tersebut, yaitu dari WvK, UU No. 1 Tahun 1995 dan UU No. 40 tahun 2007.

1. Wvk (Wetboek van Koophandel)

Apabila ditinjau pengaturan terkait kepemilikan saham karyawan di Wvk, maka Wvk sama sekali tidak pernah menyinggung dalam setiap pasalnya terkait kewajiban atau bahkan kepemilikan saham Karyawan di Perseroan Terbatas. Sebagai perbandingan, hal ini jelaslah berbeda dengan sistem yang diterapkan di Amerika Serikat dimana adanya dimungkinkan adanya Employee Stock Option Plan (ESOP) yang diatur dalam peraturan Amerika Serikat yaitu Article 3.02 (12) Revised Model Business Corpooration Act (1984) (RMBCA) yang berbunyi: “to pay pensions and establish pensions plans, pensions trusts, profit sharing plans, share bonus plans, share options plans, dan benefit or incentive plans for any or all of its current or former directors, officers, employees and agents.”


(7)

Sebagaimana pengaturan tersebut, dapat diartikan bahwa Direksi diberi kewenangan untuk dapat menerapkan ESOP di perusahaan yang dia pimpin walau tanpa sebelumnya telah dinyatakan dalam Anggaran Dasar Perseroan tersebut.

Meninjau hal tersebut, Wvk yang adalah pengaturan terkait Perseroan Terbatas di Indonesia, yang kita ketahui bahwa dalam pengusahaan setiap usahanya menganut asas “kekeluargaan” sebenarnya berbanding terbalik dengan penerapan RMBCA di Amerika Serikat yang diketahui menganut Kapitalisme. Kebutuhan dan tuntutan pemegang saham di Amerika Serikat akan keuntungan yang diperoleh melalui saham tidak menutup perhatian mereka terhadap kepentingan karyawan yang dalam hal ini terkait hal penerapan ESOP itu sendiri. Dengan tidak diaturnya tentang ESOP di Wvk dan tidak diberikannya kebebasan atau kewenangan kepada Organ Perseroan untuk dapat memiliki saham di perusahaan dengan atau tanpa diatur dalam WvK atau anggaran dasar masing-masing, menunjukkan memang pada zaman keberlakuan WvK ini tidak ada praktek penawaran saham pada karyawan. Hal ini juga didukung dengan keadaan dimana dalam Tambahan Berita Negara Tahun 1994 Nomor 3851 sampai dengan Nomor 3899.

Standard Clause dalam Anggaran Dasar masing-masing hampir semuanya menyebutkan bahwa pemindahan saham harus ditawarkan lebih dahulu pada pemegang saham yang lama dari Perseroan dan tanpa diikuti adanya ketentuan lain yang lebih khusus untuk member kesempatan kepemilikan saham tersebut pada karyawan.


(8)

Dari Standard Clause tersebut juga dapat diartikan bahwa dalam hal pemberian kesempatan penawaran saham kepada karyawan maka sepenuhnya hak prerogatifnya ada pada pemegang saham lama. Hal ini juga menunjukkan bahwa tidak adanya kesadaran dari Organ Perusahaan dalam menerapkan kebijakan untuk tidak saja mementingkan tujuan penambahan modalnya tetapi juga kepentingan karyawannya yang akan membantu menjalankan modal melalui kinerja karyawannya dalam perusahaan.

2. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas

Penawaran saham kepada Karyawan merupakan hal yang baru diatur dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Meskipun demikian, dari intrerpretasi akan pasal 36 dan 51 ayat (2) dan (55) UU No. 1 tahun 1995 ini masih menunjukkan bahwa Kepemilikan saham oleh Karyawan bukanlah suatu kewajiban dalam Perseroan.

Dari ketentuan tersebut diketahui ide dalam penawaran kepemilikan saham bagi karyawan dalam UU No. 1 tahun 1995 ini diberikan oleh Peraturan Perundang-Undangan dengan didahuluinya pihak lainnya selain pemegang saham yang sudah ada sebelumnya. Dengan adanya hal tersebut sudah menunjukkan niat dikembangkannnya ide asas kekeluargaan dalam pengaturan Perseraon Terbatas.

Namun, pada dasarnya ketentuan tersebut tetap saja belum “wajib” dalam hal memberikan saham kepada karyawan mengingat apa yang diatur dalam Pasal 36 (3) yang mengatur bahwa “Kepemilikan saham ini akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah”. Hal ini menunjukkan bahwa seolah-olah penawaran saham kepada karyawan itu merupakan sesuatu hal yang belum dapat dijalankan dengan baik sebelum ada Peraturan Pemerintah yang mengatur hal itu.Hal ini sejalan dengan Pengaturan Pasal 51 ayat (2) dan (5), yang berbunyi:


(9)

Pasal 51 ayat 2, bahwa dalam hal perseroan tidak dapat menjamin terlaksananya ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, pemegang saham dapat menawarkan dan menjual sahamnya kepada karyawan mendahului, penawaran kepada orang lain.

Pasal 51 ayat 5, bahwa ketentuan mengenai penawaran dan penjualan saham kepada karyawan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 diatur lebih lanjut dengan peraturan Pemerintah.

Oleh karena itu, apabila meninjau pengaturan kepemilikan saham karyawan pada Undang-Undang No. 1 tahun 1995 ini jelas pembuat Undang-Undang saat itu masih ragu dalam menerapkan penawaran saham kepada karyawan yang seharusnya sudah ada di dalam sistem hukum perusahaan Indonesia yang menganut sistem kekeluargaan tersebut.

3. Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal

Terkait kepemilikan saham Karyawan di PT Terbuka, maka tidaklah dapat dilepaskan dari pengaturan UUPM ini.Perseroan yang hendak menjual sahamnya melalui Bursa Efek, terlebih dahulu harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu sesuai dengan UU Pasar Modal dan peraturan pelaksananya.

Saat Perseroan ingin melakukan penjualan saham di Bursa Efek untuk pertama kali maka haruslah melampirkan segala persyaratan yang ditetapkan oleh OJK. Adapun langkah awal adalah perseroan yang ingin menjual sahamnya harus mempersiapkan segala sesuatu yang menyangkut urusan intern perusahaan seperti RUPS luar biasa untuk membicarakan rencana go public yang bersangkutan, yang nantinya akan diikuti dengan penyampaian pernayataan kepada Bapepam yang dalam pernyataan tersebut harus mencakup dokumen-dokumen seperti:


(10)

a. Data terkait Emiten seperti Izin usaha, Kedudukan, Nama, Alamat dan lainnya;

b. Data terkait Manajemen Perseroan;

c. Data terkait modal dan hutang perseroan;

d. Kegiatan usaha emiten yang mengandung informasi terkait kegiatan usaha

mencakup jenis produk atau jasa yang dilaksanakan atau dihasilkan . Hal ini berfungsi untuk sebagai dasar bagi OJK untuk melakukan uji tuntas atas kondisi sifat usaha emiten.

e. Rencana emisi yang menunjukkan apakah yang menjadi tujuan emisi, jumlah

dana yang diperlukan, jenis efek yang ditawarkan di bursa, nilai nominal saham dan keterangan lainnya yang terkait;

f. Penjamin Pelaksana Emisi.

Selain pernyataan, maka perseroan juga harus melampirkan semua dokumen seperti Anggaran Dasar Perseroan beserta perubahan terakhir, Prospektus, Laporan Keuangan, Akta-akta yang dimiliki perusahaan, Pernyataan Pendapat dari segi hukum, Pernyataan Pendapat dari segi Akuntansi, Jadwal Emisi, Laporan dari Perusahaan Penilai dan Laporan Evaluasi dari Penjamin Emisi.

Apabila menelaah apa yang diatur dalam UUPM dan apa yang disampaikan kepada Bapepam, dapat diketahui bahwa tidak terlihat adanya kewajiban yang mendukung pelaksanaan ESOP dalam proses sebelum aperusahaan menjadi PT Terbuka atau memperdagangkan efeknya di Bursa Efek. Artinya, dalam semua rangkaian proses pendaftaran (baik company listingmaupun


(11)

partial listing) belum ada korelasi UU No. 1 tahun 1995 yang sudah

memungkinkan adanya kepemilikan saham oleh karyawan dengan

UUPM.Sedangkan, apabila kita berpikir secara logika hukum, maka keharusan untuk menawarkan saham Perseroan kepada karyawan harus didahulukan sebelum adanya penawaran saham atau efek kepada masyarakat umum di Bursa Efek.

Oleh karena itu, dapat diketahui pada zaman berlakunya UUPM 1995 ini pun, belum dilakukan penyelarasan terkait kepemilikan saham oleh karyawan yang telah diatur atau dimungkinkan oleh UU No.1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas sehingga dalam prosesnya memang tidak diwajibkan adanya dokumen atau persyaran atas kepemilikan saham oleh Karyawan sebelum PT tersebut menjadi PT Terbuka.

4. Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT)

Pada UUPT ini, sudah secara eksplisit diatur dalam Pasal 43 (3) khususnya dalam penjelasannya bahwa dalam Perseroan memanglah dimungkinkan adanya pengeluaran saham secara langsung yang ditujukan pada karyawan. Adapun dalam penjelasan Pasal 43 (3) UUPT diatur bahwa saham yang dikeluarkan untuk karyawan adalah memang dalam rangka ESOP (employee stocks option program) dengan segenap hak dan kewajiban akan melekat pada karyawan. Selain daripada itu, dalam prakteknya karyawan juga dapat memiliki saham di Perusahaan dengan membeli sendiri saham dari Pemegang saham lama atau ditawarkan terlebih dahulu oleh Pemegang saham lama atau perusahaan saat terjadinya pengeluaran

saham untuk penambahan modal, sebagaimana diatur dalam pasal 43 (1) UUPT.


(12)

5. Peraturan Bapepam IX.D IV dan IX.A.7

Pada Pengaturan Bapepam IX.A.7 tentang Pemesanan dan Penjatahan Efek dalam Penawaran Umum, pada Nomor 3 (a) jelas diatur bahwa Pegawai Emiten (Perusahaan Terbuka) memiliki jatah efek dengan jumlah maksimum 10% (sepuluh persen) dari jumlah saham yang ditawarkan dalam Penawaran Umum. Terkait dengan kepemilikan saham karyawan yang dapat melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, dalam penerapannya dengan kepemilikan saham oleh karyawan, maka dalam Peraturan Bapepam No.IX.D.IV, dimungkinkan untuk karyawan memiliki saham tanpa hak memesan efek terlebih dahulu.

B. Sarana Kepemilikan Saham pada PT Terbuka

1. Pemberian Saham (Stock Grants)

Pendekatan paling sederhana adalah suatu perusahaan dapat menghibahkan saham perusahaan kepada karyawan-karyawan yang terpilih. Seringkali, hal ini dilakukan sebagai suatu bentuk kompensasibonus sebagai penghargaan kepada karyawan atas kinerja yang tinggi,untuk mengenalkan pentingnya seorang karyawan kunci, atau sistempenggajian baru di suatu organisasi. Hibah ini dapat

berupa tanpa pembatasan (non-restricted) atau dengan pembatasan (restricted).108

Pemberian saham tanpa pembatasan adalah suatu pemberian penghargaan berupa saham, biasanya diberikan kepada karyawan kunci untuk mencapai tujuan keuangan atau tujuan strategis.Penghargaan ini mirip dengan suatu bonus kas

108Tim Studi Penerapan ESOP Emiten atau Perusahan Publik di Pasar Modal Indonesia, “Studi tentang Penerapan ESOP Emiten atau Perusahan Publik di Pasar Modal”, (Departemen Keungan Republik Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal, 2002, hlm 18.


(13)

tradisional tetapi penghargaannya dalam bentuk saham.Pemberian saham dengan pembatasan adalah suatu penghargaan yang terikat dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi karyawan.

Pembatasan yang paling umum adalah suatu jadwal tungguberdasarkan waktu, yang mengharuskan karyawan untuk tetap diperusahaan selama suatu jangka waktu tertentu sebelum seluruh kepemilikan atas seluruh sahamnya ditransfer. Pengunduran diri atau pemutusan hubungan kerja aryawan sebelum memenuhi ketentuan tersebut akan berakibat pada hilangnya hak atas pemberian saham yang belum terlewati masa tunggunya dan akan dikembalikan ke

perusahaan.Kelebihan dan kekurangan pemberian saham adalah sebagai berikut:109

a. Dengan dibubuhkannya ketentuan vesting, stock grant dapat menjadisuatu alat

retensi karyawan yang efektif; Kelebihan :

b. Stock grants merupakan program yang sederhana untukdiimplementasikan dan mudah dipahami oleh karyawan;

c. Program ini memberikan suatu cara bagi perusahaan untukmembayar insentif

yang terkait dengan kinerja tanpa menggunakansumber daya kas;

d. Memberikan karyawan suatu partisipasi modal di perusahaan.

Kekurangan :

a. Memberikan hak suara kepada karyawan;

b. Selama tidak diharuskan menginvestasikan kas pribadi, karyawan mungkin

tidak merasakan nilai kepemilikan yang sebenarnya;

109


(14)

c. Dapat menyebabkan masalah arus kas bagi karyawan sebagai akibat dari konsekuensi pajak dari penerimaan stock grant;

d. Mengakibatkan pengakuan beban kompensasi bagi perusahaan.

2. Program Pembelian Saham oleh Karyawan (Direct Employee StockPurchase Plans)

Program Pembelian Saham Oleh Karyawan memungkinkan karyawan membeli saham perusahaan dengan persyaratan yang menguntungkan.Keputusan karyawan untuk membeli saham yang tersedia untuknya adalah sukarela.Dengan program ini karyawan dapat membayar sahamnya melalui pemotongan gaji. Karena karyawan diharuskan membayar “up front” (dimuka) atas saham yang mereka beli, suatu program pembelian saham oleh karyawan secara umum tidak menghasilkan tingkat partisipasi yang tinggi (biasanya kurang dari 25% dari karyawan yang memenuhi syarat), juga tidak akan merubah ekuitas perusahaan dalam jumlah besar kepada tenaga kerjanya (bila dibandingan dengan program kepemilikan saham yang lain). Karena karyawan menginvestasikan uangnya sendiri ketika mereka memperoleh saham melalui suatu direct purchase plan, perusahaan harus memastikan bahwa saham yang ditawarkan termasuk dalam kualifikasi untuk pengecualian dari ketentuan registrasi (pernyataan

pendaftaran).110

Pengecualian tersebut secara umum tersedia untuk penjualan yang dibatasi kepada karyawan. Kelebihan dan Kekurangan Pembelian Saham adalah sebagai

berikut:111

110Ibid, hlm 20.

111


(15)

Kelebihan :

a. Program ini meningkatkan modal perusahaan;

b. Program ini relatif sederhana untuk dibuat dan mudah bagi karyawan untuk

memahaminya;

c. Program ini mengembangkan jiwa investasi para karyawan.

Kekurangan :

a. Biaya investasi dapat menghambat karyawan untuk berpartisipasi;

b. Ketentuan Pernyataan Pendaftaran mungkin merupakan suatu pokokpersoalan

bagi perusahaan tertutup;

c. Program ini mengharuskan dibentuknya struktur administrasi untuk

mengumpulkan dana, membeli saham dan memantau ketaatan dengan peraturan yang sesuai.

3. Program Opsi Saham (Stock Option Plans)

Dalam program opsi saham, suatu perusahaan memberikan kepada karyawan secara perorangan hak kontraktual, atau opsi, untuk membeli suatu jumlah tertentu atas saham perusahaan sepanjang periode waktu tertentu, membayar dengan harga yang ditetapkan pada saat tanggal pemberian.Periode waktu tertentu tersebut biasanya antara 5 (lima) sampai 10 (sepuluh) tahun dimulai pada tanggal pemberian dan harganya biasanya sama dengan harga pasar wajar saham pada saat pemberian. Konsep dibalik opsi ini adalah bahwa jika harga saham perusahaan meningkat dalam tahun-tahun setelah pemberian, karyawan mendapatkan keuntungan dengan membeli saham pada harga lebih rendah yaitu harga yang berlaku pada waktu pemberian dan kemudian menjualnya dengan

harga yang lebih tinggi, setelah harga meningkat.112

112Ibid, hlm 21.


(16)

Nilai suatu opsi saham bagi karyawan sifatnya terkait pada kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Perusahaan dapat mengaitkan pemberian opsi kepada kinerja kelompok atau individual dalam berbagai cara. Sebagaimana dengan bonus kas, perusahaan bebas untuk memutuskan kepada siapa mereka akan memberikan opsi dan berapa banyaknya opsi yang akan mereka berikan kepada masing-masing individu. Pada masa lalu, perusahaan biasanya membatasi pemberian opsi saham hanya kepada manajemen, dan pada beberapa perusahaan, program opsi saham masih menggunakan cara tersebut. Namun demikian, kini terdapat kecenderungan (peningkatan) bahwa perusahaan-perusahaan memberikan opsi saham lebih jauh ke dalam organisasinya, seringkali melibatkan seluruh karyawan. Opsi dapat menjadi suatu motivator yang lebih efektif dibandingkan suatu bonus kas, karena tidak seperti kas, opsi terus menerus berlaku sebagai suatu insentif yang baik bagi karyawan setelah mereka diberikan opsi, karena nilai

sebenarnya akan ditentukan dengan kinerja perusahaan di masa yang akan datang.113

C. Kepemilikan Saham pada PT Terbuka

Di Indonesia, sebagaimana dijelaskan sebelumnya pada Sejarah Kepemilikan Saham oleh Karyawan, sesungguhnya belum ada pengaturan khusus yang mengatur tentang kepemilikan saham oleh karyawan selain bentuk penjatahan pasti saat penawaran umum perdana. Karena sifat kepemilikan saham ini adalah mengikuti penawaran umum perdana, maka pelaksanaannya juga mengikuti ketentuan penawaran saham perdana pada umumnya.Selain itu, tidaklah terdapat ketentuan mengenai program kepemilikan saham oleh karyawan dengan penjatahan yang pasti.

113


(17)

Adapun, untuk Perusahaan Terbuka dan Perusahaan Publik, Pengaturan Peraturan Bapepam IX.D.IV dan IX.A.7 dalam melaksanakan kepemilikan saham oleh karyawan dapat dilakukan dengan melalui opsi saham, mengingat adanya tambahan modal yang disetorkan oleh karyawan saat mereka melaksanakan haknya. Selain hal tersebut, kepemilikan saham oleh karyawan ini juga dapat berupa waran yang diberikan kepada karyawan baik sebelum atau pada saat perusahaan melakukan penawaran umum perdana (IPO) sehingga informasi tentang Program Kepemilikan Saham oleh Karyawan masih terbatas pada saat apa yang dicantumkan dalam prospectus dan hasil RUPS Perseroan tanpa lebih lanjut melakukan pengungkapan atas perkembangan pelaksanaan program dalam laporan berkala atau sarana lainnya. Oleh karena itu, apabila meninjau pengaturan yang berlaku saat ini, kepemilikan saham oleh karyawan dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu Pembelian saham perusahaan oleh Karyawan secara langsung, pemberian opsi atas saham perusahaan kepada karyawan untuk membeli sejumlah saham (stock options plans) dan program pengelolaan dana (trust) dirancang

untuk investasi terutama dalam saham perusahaan (ESOPs).114

Pada dasarnya, apabila meninjau praktek yang sering berlangsung, maka Perusahaan Publik sering melaksanakan cara yang kedua yaitu opsi saham atau waran. Adapun hal tersebut untuk melakukan pengikatan kepada karyawan

tersebut.115

114Ahmad Ashary, “Analisa Latar Belakang dan Pengaruh ESOP” (Tesis Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia), hal. 68

115Ibid, hal. 70

Pada dasarnya, kepemilikan saham ini haruslah dihubungkan dengan tujuan dari program kepemilikan tersenbut, apakah untuk kompensasi atauuntuk peningkatan dana modal. Apabila dilihat dalam praktek di Indonesia, maka perusahaan sering melakukan penerbitan saham untuk Karyawan adalah saham


(18)

dalam bentuk portepel, treasury stock atau saham pendiri.Namun demikian, sebagian besar saham tersebut pasti berasal dari saham portepel di perusahaan sehingga Indonesia sangat terkait dengn tujuan penikatan dalam bentuk dana, bukan untuk kompensasi.

Pada praktiknya, dapat diketahui bahwa setiap perusahaan pasti memiliki sekelompok karyawan yang memang berhak atas kepemilikan saham dalam perusahaannya. Terkait hal tersebut, sangatlah berhubungan dengan proses pemberian saham tersebut kepada Karyawan. Perusahaan di Indonesia, apabila ditinjau dari praktik yang sudah berlangsung, maka pemberian akan diberikan langsung kepada individu-individu dari masing-masing karyawan dan bukan kepada sekumpulan karyawan dan atau badan yang dibentuk oleh sekumpulan

karyawan untuk hal tersebut.116

Terhadap penjelasan diatas, dapat diketahui sebenarnya kepemilikan saham oleh karyawan di Indonesia yang terbanyak dilakukan dengan pemberian opsi saham atau waran yang pada umumnya akan diambil dari saham portepel perusahaan.

Apabila dilihat dari motifasi pemeberian saham itu sendiri juga, hal itu sesuai dengan untuk melakukan penahanan atas karyawan tersebut selama memang karyawan yang dianggap kontribusinya dianggap sangat penting untuk memajukan dan meningkatkan profitabilitas perusahaan, maka tidaklah memungkinkan dengan membagi atau memberikan secara sekelompok bukan individu (tidak terlihat tingkat pembedaan penghargaan pada karyawan tersebut).

116

Hal ini sudah dapat dibuktikan dengan melihat proses kepemilikan saham oleh karyawan PT ASTRA International, yang saat itu untuk menerapkan EMSOP ini, PT ASTRA International menunjuk jasa konsultan Watson Wyatt dari Hongkong untuk dapat menerapkan EMSOP yang berlaku di luar negeri di PT ASTRA International.


(19)

D. Tujuan Kepemilikan Saham bagi Karyawan

Program Employee Stock Ownership Program (ESOP) ini merupakan program manajemen sumber daya manusia berupa kepemilikan saham oleh karyawan dalam suatu perusahaan tempat karyawan tersebut bekerja.Adapun pemberian hak kepada Karyawan tersebut adalah dilakukan didasarkan atas beberapa motif dari perusahaan tempat Karyawan tersebut bekerja.Namun, yang dapat dipastikan adalah Program ESOP ini adalah bertujuan untuk memberikan perlindungan atas kepentingan dari karyawan karena adanya kesempatan yang diberikan bagi karyawan yang bekerja untuk turut ambil bagian dalam mensukseskan perusahaan.Pada prakteknya, kebijakan manajemen ini adalah salah satu program yang tidak juga memberatkan bagi Perusahaan karena sifat dari ESOP yang tidak memberikan bonus pada Karyawan dengan cash melainkan non-cash dalam bentuk saham.

Program ESOP ini diadopsi oleh Indonesia dari beberapa Negara seperti Amerika Serikat, Singapura, Inggris, Hongkong, Jepang dan hampir seluruh Negara di Eropa yang dimana tujuan dari pemberian ESOP pada setiap karyawan di Negara tersebut juga berbeda-beda. Ada beberapa tujuan dari program

kepemilikan saham oleh karyawan, yaitu:117

a. Memberikan kompensasi kepada Karyawan Perusahaan

Kepemilikan saham oleh karyawan ini merupakan osi kepemilikan saham yang diberikan oleh Perusahaan kepada karyawan, namun tidak dapat disamakan dengan instrument investasi lainnya.Opsi saham dalam hal ini,

117David Reitman, Stock Option and the Strategic Use of Mangerial Incentives (American Economic Review, Juni 1993), hal. 513


(20)

menurut Amy Feldman dan John Caplin adalah opsi saham yang lebih mirip dengan bonus tunai dikarenakan pemilik hak mempunyai keuntungan tak

terbatas namun potensi kerugiannya nol.118

b. Mendorong karyawan untuk bekerja lebih giat

Tujuan ini jelas dapat dirasakan langsung oleh karyawan mengingat kepemilikan saham karyawan telah mengubah fungsi karyawan yang awalnya adalah agen perusahaan menjadi salah satu pihak yang dapat memberikan saran untuk kebijakan di perusahaan Ia bekerja. Selain dari pada itu, dengan saham yang dimilikinya, Karyawan juga secara tidak langsung akan menjadi salah satu pihak yang menginginkan kemajuan dari Perusahaan tersebut yang akan langsung mempengaruhi kinerja dari si Karyawan penerima saham tersebut.

c. Menghilangkan Moral Hazard.

Hal ini berpengaruh kepada “sifat” dari pemegang saham atau organ perusahaan yang selama ini identik dengan tidak memberikan keuntungan dan memperhatikan kesejahteraan karyawan, yang jelas bertolak berlakang dengan sifat “kekeluargaan” yang diamantkan UUD 1945. Dengan diterapkannya ESOP ini, jelas secara langsung berpengaruh pada penghapusan anggapan tersebut.

d. Mengontrol Aggresivitas Perilaku Para Eksekutif dan Karyawan Kunci

Dengan adanya pemberian kepada Karyawan akan memberikan kepastian kepada Perusahaan yang memberikan saham pada Karyawan tersebut dalam menahan dan mengunci Karywan yang penting dan dapat memberikan kinerja


(21)

yang baik bagi perusahaannya dari perusahaan-perusahaan atau eksekutif-eksekutif lain yang mungkin ingin mengambil “Karyawan” yang penting tersebut.

e. Meningkatkan harga saham Perusahaan.

f. Mengatasi masalah arus kas

Program ESOP ini merupakan suatu program non-tunai yang tidak menggunakan kas Perusahaan sehingga hal ini membawa akibat yang baik bagi perusahaan yang sedang kesulitan arus kas tetapi ingin tetap melakukan kompensasi berupa penghargaan kepada karyawannya.

g. Sumber Pembiayaan Perusahaan

Kepemilikan saham oleh Karyawan yang dapat dilakukan secara langsung oleh karyawan yaitu dengan melakukan pembelian pada Perusahaan secara langsung, adalah salah satu tujuan yang dimaksud dalam hal ini yaitu menambah sumber pembiayaan bagi perusahaan tersebut.

h. Menarik dan menahan pada eksekutif terbaik

Pada dasarnya yang menjadi tujuan dari ESOP adalah untuk menarik dan menahan Karyawan yang dianggap penting dan berjasa bagi perusahaan. Adapun dalam Prakteknya, adalah dengan menambah klausa dalam perjanjian bahwa “saham dapat di-exercise beberapa tahun kemudian” yang secara tidak langsung akan memaksa karyawan untuk dapat bertahan. Hal ini di Amerika Serikat, sebagai Negara yang turn over karyawannya cukup tinggi, telah

menerapkan dan merupakan suatu yang jamak berlaku bertahun-tahun.119


(22)

i. Menaikkan Citra Perusahaan dalam masyarakat

Dengan diterapkannya Program ini akan mengakibatkan citra yang baik bagi Perusahaan dihadapan masyarakat, yaitu dengan menunjukkan Perusahaan

tersebut telah melaksanakan prinsip good corporate governance.120

j. Economic dan perceived cost

Secara akuntansi, biaya selama proses pemberian saham ini tidaklah diakui sebagai kredit dalam Akuntansi, sehingga tidak akan mengurangi laba

akuntansi.121

k. Sebagai sarana program sumber daya manusia untuk mendukung keberhasilan

strategi bisnis perusahaan jangka panjang

Hal ini sejalan dengan yang menjadi dasar program ini adalah untuk melaksanakan bentuk kompensasi yang didasarkan atas prinsip insentif, yaitu ditujukan untuk memberikan pegawai suatu pengharhaan yang besarnya dikaitkan dengan ukuran kinerja perusahaan atau shareholders value dari perusahaan

tersebut.122

120

Andler Manurung, Loc. Cit. 121Ahmad Ansary, Op. Cit.

122Tim Studi Penerapan ESOP Emiten atau Perusahan Publik di Pasar Modal Indonesia, Op.Cit., Hal. 11.


(23)

BAB IV

PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN TERHADAP KEPEMILIKAN SAHAM BAGI KARYAWAN

A. Aspek Hukum Pajak Penghasilan

Sejarah pajak telah ada sejak zaman sebelum masehi, sebagai contoh pada zaman Mesir Kuno pada zaman Fir’aun telah dikenal dengan istilah Scribe bagi para penarik pajak, namun pengenaan pajak langsung sebagai cikal bakal dari pajak penghasilan terdapat pada zaman Romawi Kuno, antara lain dengan adanya pungutan yang bernama tributum yang berlaku sampai dengan tahun 167 Sebelum Masehi, dan ada juga istilah Portoria,yaitu pemungutan pajak yang berhubungan

dengan bea masuk barang.123

Khusus Pengenaan pajak pajak penghasilan secara eksplisit yang diatur dalam suatu Undang-undang sebagai Income Tax baru dapat ditemukan di Inggris pada tahun 1799. Di Amerika Serikat, pajak penghasilan untuk pertama kali dikenal di New Plymouth pada tahun 1643, di mana dasar pengenaan pajak adalah ”a person’s faculty, personal faculties and abilitites”.

Pada saat abad pertengahan,Inggris terkenal dengan perang yang berlangsung selama 100 tahun dengan Perancis yang berakhir sekitar tahun 1453 M.Pada saat itu,mulai dikenal sistem pajak yang dikenakan atas penghasilan,pajak kekayaan,kantor dan pajak seorang pendeta.Pada saat itu,pajak tanah juga mulai muncul pajak atas kepemilikan tanah dan bangunan.

124

18 Desember 2015, pukul 13.45 WIB.


(24)

Pada tahun 1646 di Massachusetts dasar pengenaan pajak didasarkan pada “returns and gain”.“Personal faculty and abilities” secara implisit adalah pengenaan pajak penghasilan atas orang pribdi, sedangkan “Returns and gain” berkonotasi pada pajak penghasilan badan. Tonggak-tonggak penting dalam sejarah pajak di Amerika Serikat adalah Undang-Undang Pajak Federal tahun 1861 yang selanjutnya telah beberapa kali mengalami perubahan, terakhir dengan Tax Reform Act tahun 1986. Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (tax return) yang dibuat pada tahun 1860-an berdasarkan Undang-Undang Pajak Federal

tersebut telah dipergunakan sampai dengan tahun 1962.125

Sejarah perkembangan pajak penghasilan Indonesia sendiri sudah dimulai sejak tahun 1816 yang kala itu disebut dengan istilah tenement tax atau huistax yakni sejenis pajak yang dikenakan untuk mereka yang menggunakan tanah dan bumi sebagai tempat berdirinya bangunan atau rumah. Kemudian paa tahun 1908 terdapat perbedaan perlakuan antara pajak untuk orang-orang pribumi dan orang asing yang berasal dari Asia dan Eropa, misalnya saja untuk orang Eropa diberlakukan pajak patent duty sementara untuk penduduk pribumi dikenakan pajak business tax. Di Indonesia juga telah diberlakukan poll tax yang dikenakan berdasarkan kepemilikan tanah da rumah yang berstatus pribadi, pemberlakuan ini dimulai sejak tahun1882 hingga tahun 1916 yang kemudian seiring dengan berjalannya waktu pajak ini terus mengalami perubahan dan perkembangan

menyesuaikan kondisi ekonomi masyarakat.126

pukul 13.55 WIB.


(25)

Pada tahun 1908 kemudian terdapat ordonansi pajak pendapatan yang diberlakukan untuk orang-orang Eropa dan badan yang melaksanakan bisnis tanpa memperhatikan kebangsaan pemegang saham.Dasar pengenaan pajak ini adalah penghasilan yang berasal dari barang tak bergerak maupun bergerak, pembayaran berkala, pendapatan pejabat pemerintah dan penghasilan usaha, tarif yang diberlakukan pun bersifat proporsional. Kemudian pada tahun 1920 menjadi tahun unifikasi dimana peraturan dualistik kemudian dihilangkan dan digantikan dengan general income dtax yakni Ordonasi yang diterapkan untuk seluruh penduduk,

baik warga pribumi maupun orang Eropa atau Asia.127

Seiring dengan banyaknya perusahaan yang dibangun di Indonesia pada tahun 1925, kemudian mulai diterapkan Ordonasi Pajak Perseroan yang merupakan pajak untuk profit perseroan dan dikenal dengan istilah pajak perseroan, Ordonasi ini berlaku hingga akhir tahun 1983. Seiring dengan banyaknya perusahaan, timbul pula kebutuhan pajak pendapatan karyawan. Hingga akhirnya pada tahun 1935 mulai diterapkan Ordonasi Pajak Upah yang mewajibkan para majikan untuk memotong gaji pegawai sebagai pajak dengan

tarif progesif berkisar antara 0% hingga 15%.128

1. Pajak yang Berbasis pada Penghasilan Era Pra Reformasi Perpajakan 1983

Sebelum berlakunya Undang–undang nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan di Indonesia diterapkan pajak-pajak yang berbasis pada penghasilan

sebagai berikut:129

128Muhammad Abby , Sejarah Pajak Penghasilan di Indonesia, February 12, 2015


(26)

a. Ordonansi Pajak Perseroan 1925, yang mengatur mengenai materi pengenaan dan tata cara pengenaan pajak atas penghasilan dari badan-badan.

b. Ordonansi Pajak Pendapatan 1944, yang mengatur mengenai materi pengenaan

dan tata cara pengenaan pajak atas penghasilan dari orang-orang pribadi. Dalam ordonansi ini juga diatur pemotongan pajak oleh pemberi kerja atas penghasilan dari pegawai atau karyawan dari pemberi kerja tersebut.

c. Undang-Undang Pajak atas Bunga, Dividen dan Royalty 1970, yang mengatur

mengenai materi pengenaan dan tata cara pengenaan pajak atas penghasilan berupa bunga, dividen dan royalty, yang wajib dipotong oleh orang-orang dan badan-badan yang membayarkan bunga, dividen dan royalty yang bersangkutan.

d. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1967 juncto Peraturan Pemerintah Nomor 11

Tahun 1967, yang mengatur mengenai tata cara pengenaan pajak atas penghasilan, terutama berupa laba usaha, sepanjang mengenai tata cara pemungutan oleh pihak lain (MPO) dan pembayaran oleh Wajib Pajak sendiri Masa) dalam tahun berjalan serta perhitungan pada akhir tahun (MPS-Akhir).

Sistem pemungutan pajak pada era pra reformasi perpajakan 1983 yang berbeda dengan era pasca reformasi terutama adalah:

a. Tanggung jawab pemungutan pajak terletak sepenuhnya pada penguasa

pemerintahan seperti yang tercermin dalam sistem penetapan pajak yang keseluruhannya menjadi wewenang administrasi perpajakan;


(27)

b. Pelaksanaan kewajiban perpajakan, dalam banyak hal sangat tergantung dari pelaksanaan administrasi perpajakan yang dilakukan oleh aparat perpajakan, hal mana mengakibatkan anggota masyarakat Wajib Pajak kurang mendapat pembinaan dan bimbingan terhadap kewajiban perpajakannya dan kurang ikut berperan serta dalam memikul beban negara dalam mempertahankan

kelangsungan pembangunan nasional.130

2. Pajak Penghasilan Era Pasca Reformasi Perpajakan 1983131

Dengan diterbitkannya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, menandai era baru reformasi di bidang pajak penghasilan. Sistem pemungutan pajak yang ditentukan menurut undang-undang ini, memberi kepercayaan lebih besar kepada anggota masyarakat Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya.Selain itu, jaminan dan kepastian hukum mengenai hak dan kewajiban perpajakan bagi Wajib Pajak lebih diperhatikan, dengan demikian dapat merangsang peningkatan kesadaran dan tanggung jawab perpajakan di masyarakat.

Tugas administrasi perpajakan tidak lagi seperti yang terjadi pada waktu yang lampau, dimana administrasi perpajakan meletakkan kegiatannya pada tugas merampungkan atau menetapkan semua Surat Pemberitahuan guna menentukan jumlah pajak yang terhutang dan jumlah pajak yang seharusnya dibayar, tetapi menurut ketentuan undang-undang ini administrasi perpajakan berperan aktif dalam melaksanakan pengendalian administrasi pemungutan pajak yang meliputi tugas-tugas pembinaan, penelitian, pengawasan, dan penerapan sanksi administrasi.

130Penjelasan UU Nomor 6 Tahun 1983.

Op.Cit.


(28)

Dalam Penjelasan Undang-undang nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan dijelaskan bahwa Pajak Penghasilan yang merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang berasal dari pendapatan Rakyat, perlu diatur dengan Undang-undang yang dapat memberikan kepastian hukum sesuai dengan kehidupan dalam Negara Demokrasi Pancasila.

Undang-undang Pajak Penghasilan ini mengatur materi pengenaan pajak yang pada dasarnya menyangkut Subyek Pajak (siapa yang dikenakan), Obyek Pajak (penyebab pengenaan) dan Tarip Pajak (cara menghitung jumlah pajak) dengan pengenaan yang merata serta pembebanan yang adil. Sedangkan tata carapemungutannya diatur dalam Undang-undang tersendiri dalam rangka

mewujudkan keseragaman, sehingga mempermudah masyarakat untuk

mempelajari, memahami serta mematuhinya.

Dalam sistem peraturan perundang-undangan perpajakan yang baru,

diatur:132

a. Semua ketentuan yang berkenaan dengan materi pengenaan pajak atas

penghasilan yang diperoleh orang pribadi atau perseorangan dan badan-badan, diatur dalam Undang-undang.

b. Ketentuan-ketentuan mengenai tata cara pengenaan pajak baik

berkenaan dengan Pajak Penghasilan, maupun berkenaan dengan pajak-pajak lain yang pengenaannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak, diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.


(29)

Tujuan dari penyederhanaan ini sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, adalah untuk mempermudah masyarakat mempelajari, memahami, dan mematuhinya. Undang-undang ini menyederhanakan struktur pajak, seperti jenis-jenis pajak, tarif dan cara pemenuhan kewajiban pajak. Tarif pajak ditetapkan secara wajar berdasarkan prinsip-prinsip pemerataan dalam pemungutan pajak dan keadilan dalam pembebanan pajak.

1. Subyek Pajak

Pasal 2 ayat (2) UU PPh membedakan subjek pajak antara Subjek Pajak dalam negeri dan Subjek Pajak luar negeri. Yang dimaksud dengan Subjek Pajak dalam negeri menurut Pasal 2 ayat (3) UU PPh adalah:

Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia;Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia.

Sedangkan Subjek Pajak luar negerisebagaimanadiaturdalam Pasal 2 ayat (4) UU PPh adalah:

a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di

Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia;

b. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di

Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak


(30)

bertempat kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

Penjelasan Pasal 2 ayat (2) UU PPh menjelaskan perbedaan antara Subjek Pajak dalam negeri (selanjutnya disebut WPDN) dan Subjek Pajak luar negeri (selanjutnya disebut WPLN)terletak dalam pemenuhan kewajiban pajaknya, antara lain:

a. WPDN dikenakan pajak atas penghasilan baik yang diterima atau diperoleh

dari Indonesia dan dari luar Indonesia, sedangkan WPLN dikenakan pajak hanya atas penghasilan yang berasal dari sumber penghasilan di Indonesia;

b. WPDN dikenakan pajak berdasarkan penghasilan neto dengan tarif umum,

sedangkan WPLN dikenakan pajak berdasarkan penghasilan bruto dengan tarif pajak sepadan; dan

c. WPDN wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan sebagai sarana

untuk menetapkan pajak yang terutang dalam tahun pajak, sedangkan WPLN tidak wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan, karena kewajiban pajaknya dipenuhi melalui pemotongan pajak yang bersifat final.

Kewajiban pajak objektif WPDN atas penghasilan baik yang diterima atau diperoleh dari Indonesia dan dari luar Indonesia (world-wide income) disebut

kewajiban pajak penuh (comprehensive-tax libility).133Kewajiban pajak objektif

WPLN yang hanya terbatas atas penghasilan yang berasal dari sumber-sumber

penghasilan di Indonesia disebut kewajiban pajak terbatas (limited-tax liability).134

133R. Mansury, Perpajakan atas Penghasilan dari Transaksi-transaksi Khusus, (Jakarta: Yayasan Pengembangan dan Penyebaran Pengetahuan Perpajakan, 2003), hlm 26.


(31)

2. Non-Subyek Pajak

Yang bukan merupakan subyek pajak atau non-subyek pajak adalah:

a. Kantor perwakilan negara asing;

b. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat

lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan diluar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;

c. Organisasi-organisasi internasional dengan syarat:

1. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut;dan

2. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan

dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota; Organisasi Internasional adalah organisasi/badan/lembaga/asosiasi/perhimpunan/forum antar pemerintah atau non-pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan kerjasama internasional dan dibentuk dengan aturan tertentu atau kesepakatan bersama.

d. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional dengan syarat bukan

warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia. Pejabat perwakilan organisasi internasional adalah pejabat yang diangkat atau ditunjuk langsung oleh induk organisasi internasional yang bersangkutan untuk menjalankan tugas atau jabatan pada kantor perwakilan organisasi internasional tersebut di Indonesia.


(32)

3. Objek Pajak

Sebagaimana disebutkan dalam penjelasan Pasal 2 ayat (2) UU PPh dimana Subjek Pajak menjadi Wajib Pajak apabila telah menerima atau memperoleh penghasilan. Penghasilan yang merupakan objek pajak menurut Pasal 4 ayat (1) UU PPh yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Penjelasan Pasal 4 ayat (1) UU PPh menjelaskan bahwa penghasilan ini tidak memperhatikan adanya penghasilan dari sumber tertentu, tetapi pada adanya tambahan kemampuan ekonomis yang bisa digunakan untuk konsumsi atau ditabung untuk menambah kekayaan Wajib Pajak.Undang-undang ini menganut prinsip pemajakan atas penghasilan dalam pengertian yang luas, Contoh- contoh penghasilan yang disebut dalam ketentuan ini dimaksudkan untuk memperjelas pengertian tentang penghasilan yang luas yang tidak terbatas pada contoh-contoh dimaksud.

Konsep tambahan kemampuan ekonomis atas penghasilan (accretion concept of income) didefinisikan prinsip pemajakan ekonomis terhadap pengertian penghasilan dalam arti luas sebesar konsumsi, tabungan dan perubahan kekayaan Wajib Pajak selama periode tertentu.Tambahan kemampuan ekonomis tersebut telah harus direalisasi sesuai Pasal 4 ayat (1) UU PPh menyebutkan bahwa penghasilan sebagai ”tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau

diperoleh Wajib Pajak”.135

135Ibid, hlm 13.


(33)

Dalam pengertian tersebut terdapat unsur pengakuan penghasilan (income recognition) yaitu dapat secara aktual pada saat penghasilan tersebut diperoleh yang dikaitkan dengan satuan waktu saat pelaporan) atau kas (pada saat penghasilan diterima dalam bentuk uang tunai atau setara). Penghasilan sebagai pengertian yang komprehensif dan luas, nama dan bentuk dari penghasilan kurang begitu relevan (hakikat lebih penting daripada bentuk formal penghasilan atau substance over form).136

Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf a UU PPh menyebutkan penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini termasuk objek pajak. Ketentuan ini mengisyaratkan bahwa semua jenis imbalan yang berkaitan dengan hubungan kerja termasuk dalam

kategori penghasilan.137

Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf d antara lain disebutkan apabila Wajib Pajak menjual harta dengan harga yang lebih tinggi dari nilai sisa buku atau lebih tinggi dari harga atau nilai perolehan, maka selisih harga tersebut merupakan keuntungan yang merupakan objek pajak. Pada umumnya keuntungan pengalihan harta dihitung berdasarkan selisih antara harga jual (harga pasar) dengan harga

buku atau perolehan harta.138

136

Ibid.

137Rachmanto Surahmat, Perlakuan Pajak Penghasilan atas Pemberian Imbalan Berupa Opsi Saham pada Bunga Rampai Perpajakan, (Jakarta: Salemba Empat, 2007), hlm 98.


(34)

Pasal 4 ayat (2) UU PPh atas penghasilan berupa keuntungan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek serta penghasilan tertentu lainnya, pengenaan pajaknya diatur dengan Peraturan Pemerintah. Penjelasan Pasal 4 ayat (2) UU PPh menjelaskan tabungan masyarakat yang disalurkan melalui perbankan dan bursa efek merupakan sumber dana bagi pelaksanaan pembangunan, sehingga pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal dari tabungan masyarakat tersebut perlu diberikan perlakukan tersendiri dalam pengenaan pajaknya dan pengenaan pajak penghasilan dalam ketentuan ini dapat bersifat final.

Adapun penghasilan yang dikenakan PPh Final adalah sebagaiberikut:139

a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga

obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;

b. Penghasilan berupa hadiah undian;

c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi

derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;

d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau

bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan

e. Penghasilan tertentu lainnya. Penerapan PPh Final ini diatur lebih lanjut

pada Peraturan Pemerintah.

, diakses


(35)

Selain dari penghasilan yang adalah objek pajak diatas, yang harus

diperhatikan lebih lanjut adalah penghasilan yang bukan Objek Pajak, yaitu:140

1. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan

amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;

2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis

keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;

3. Warisan;

4. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai

pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;


(36)

5. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit);

6. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi

sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;

7. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan

terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:

a. Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan

b. Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha

milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor;

8. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya

telah disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;


(37)

9. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;

10. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan

komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;

11. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura

berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:

a. Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang

menjalankan kegiatan dalam sektorsektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan

b. Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;

12.Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur

lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

13.Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba

yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;


(38)

14.Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

15.Hadiah langsung dalam penjualan barang atau jasa sepanjang diberikan

kepada semua pembeli atau konsumen akhir tanpa diundi dan hadiah tersebut diterima langsung oleh konsumen akhir pada saat pembelian barang atau jasa.

B. Tujuan Pengenaan Pajak pada Program Kepemilikan Saham Bagi Karyawan Pelaksanaan ESOP bagi Perusahaan terbuka dapat mencapai tujuan keuntungan bagi perusahaan tersebut. Tujuan strategis yang akan didapat oleh

perusahaan melalui ESOP antara lain:141

1. Perekrutan dan Retensi

Persaingan pasar tenaga kerja meningkat untuk tenaga terampil dan karyawan yang cakap.Ketika berusaha merekrut karyawan potensial, kemampuan untuk menjanjikan mereka suatu penyertaan ekuitas dapat menjadi suatu sarana. Peluang keuangan berupa kepemilikan ekuitas akan menarik bagi beberapa – mungkin sebagian besar orang-orang yang cerdas dan berbakat – yang dibutuhkan oleh perusahaan. Mempertahankan karyawan yang ada juga akan lebih mudah jika mereka memiliki penyertaan modal.

2. Peningkatan Arus Kas

141Studi ESOP, Op. Cit., hlm. 29.


(39)

Kompensasi ekuitas seringkali dapat mengganti sebagian kompensasi kas. Program-program seperti stock grantdan program opsi saham dapat membuat suatu perusahaan bersaing dalam pasar tenaga kerja tanpa harus membayar gaji yang tinggi. 401 (k) plan, suatu bentuk program dana pensiun di Amerika, yang menawarkan kontribusi yang sesuai (matching contribution) dalam saham perusahaan dapat menjadi suatu program tabungan pensiun yang menarik, juga tanpa memerlukan kontribusi kas sebagaimana dalam program pensiun lainnya. Sebuah program pembelian saham oleh karyawan dapat secara nyata meningkatkan arus kas perusahaan, pada saat karyawan membayar kas atas saham yang mereka terima.

3. Motivasi dan Kinerja

Ekuitas hanya akan bernilai jika kinerja perusahaan membuatnya bernilai. Oleh karena itu, karyawan yang memiliki kepentingan modal signifikan dalam perusahaannya akan memiliki insentif yang kuat untuk mencurahkan karya terbaiknya dalam memaksimalkan kinerja perusahaan dan nilai saham. Dengan demikian, kepemilikan sahm oleh karyawan menyelaraskan kepentingkan karyawan dengan para pemegang saham. Selain itu, hal ini akan memperlakukan karyawan secara adil ketika mereka diberi penghargaan ekuitas dengan proporsi sesuai dengan kontribusi mereka kepada kinerja perusahaan.


(40)

Perusahaan-perusahaan dengan pengalaman kepemilikan karyawan jangka panjang telah menemukan bahwa hal tersebut memberikan dasar yang kuat dalam membangun budaya kerja yang kuat. Setelah dikembangkan dengan tepat, kepemilikan karyawan meningkatkan jiwa kebersamaan dan kerja tim, dimana seluruh karyawan bekerjasama memfokuskan pada tujuan kinerja perusahaan. Karyawan menjadi lebih peka terhadap kebutuhan perusahaan dan mulai memikirkan dan bertindak seperti seorang pemilik.

Keuntungan yang dapat diraih oleh perusahaan haruslah seimbang dengan kewajiban pembayaran pajak terhadap ESOP.Pembayaran pajak terhadap kompensasi saham yang di dapat oleh karyawan merupakan pemenuhan kewajiban bagi suatu perusahaan terbuka.

Pajak yang diasumsikan sebagai biaya atau beban sangat mempengaruhi pihak manajemen perusahaan dalam meningkatkan laba (profit).Secara ekonomis pajak merupakan unsur pengurang laba yang tersedia bagi perusahaan untuk dibagi sebagai deviden maupun diinvestasikan kembali.Usaha memaksimumkan laba dilakukan perusahaan dengan melakukan efisiensi segala macam biaya termasuk biaya pajak.Misalnya, pembayaran sanksi pajak yang tidak seharusnya terjadi merupakan pemborosan sumber daya perusahaan.Penghindaran pemborosan tersebut merupakan optimalisasi alokasi sumber daya perusahaan yang lebih produktif dan efisien sehingga minimalisasi pemborosan sumber daya tersebut dapat memaksimalkan kinerja dengan benar.Oleh karena itu, perusahaan membutuhkan suatu perencanaan pajak atau yang disebut tax planning yang tepat


(41)

agar perusahaan membayar pajak seefisien mungkin sepanjang hal tersebut masih

sesuai dengan aturan-aturan perpajakan yang berlaku.142

Asumsi pajak sebagai biaya, akan mempengaruhi laba (profit margin), sedangkan asumsi pajak sebagai distribusi laba akan mempengaruhi rate of return on investment. Status perusahaan yang go public atau belum akan mempengaruhi kebijakan pembagian dividen. Perusahaan yang sudah go public umumnya cenderung high profile dari pada perusahaan yang belum go public. Agar pasar sahamnya meningkat, manajer perusahaan go public akan berusaha tampil sebaik mungkin, sukses dan membagi dividen yang besar. Demikian juga dengan pembayaran pajaknya akan diusahakan sebaik mungkin. Namun apapun asumsinya, secara ekonomis pajak merupakan unsur pengurang laba yang tersedia

untuk dibagi atau diinvestasikan kembali oleh perusahaan.143

Penerapan pajak penghasilan terhadap ESOP memiliki beberapa tujuan. Selain target penerimaan negara, dikenakannya pajak atas transaksi finansial dapat ditujukan untuk mengurangi volatilitas pasar keuangan, mengenakan pajak yang

lebih adil dan merata, dan mengurangi risiko penghindaran pajak.144

Tujuan mengurangi volatilitas pasar keuangan dan stabilisasi

perekonomian diterapkan terutama ketika negara dilanda krisis.Pada saat krisis ekonomi, Pemerintah dapat mengenakan pajak terhadap transaksi yang bersifat spekulatif. Pengenaan pajak ini pernah diterapkan di Indonesia dengan cara yang

142Indah Yulia Puspitasari, “Penerapan Tax Planning Atas Pajak Penghasilan (Pph) Badan (Studi Kasus Pada Cv. Scronica Sari)”, (Skripsi, Fakultas ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang, 2013), hlm. 3

143 Ibid.

144Budi Sulistyo, Pajak Finansial: Praktik di Beberapa Negara dan Potensi Penerapan di Indonesia, (Jakarta: Sekretariat Jendral Kementrian Keuangan, 2014), hlm. 2.


(42)

berbeda, yaitu ketika Pemerintah menerapkan pajak untuk transaksi valuta asing pada saat krisis 1998 yang bertujuan untuk stabilisasi ekonomi dan meredap gejolah perekonomian akibat adanya spekulasi valuta asing. Untuk mengenakan pajak ini, diperlukan koordinasi yang erat antara otoritas bank dan lembaga keuangan dengan otoritas fiskal. Dalam hal ini sudah ada forum koordinasi stabilitas sistem keuangan yang terdiri dari Kementerian Keuangan, Bank

Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan.145

Adapun tujuan bahwa pengenaan pajak penghasilan lebih adil dan merata didasari bahwa sektor keuangan menerima dana Pemerintah sangat besar pada saat krisis. Terkait tujuan pajak penghasilan untuk mengurangi penghindaran pajak, dengan basis data yang sudah baik dan setiap transaksi keuangan terdokumentasi secara elektronik, pengenaan pajak transaksi finansial dapat

terdeteksi secara sistem sehingga mengurangi potensi penghindaran pajak.146

C. Penerapan Pajak Penghasilan terhadapProgram Kepemilikan Saham Bagi Karyawan

1. Pajak Penghasilan atas Kompensasi Opsi Saham untuk Karyawan dari Pekerjaan

Wajib Pajak perlu mendefinisikan kompensasi opsi saham sebagai penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja atau penghasilan capital gain.Ketentuan UU PPh membedakan perlakuan pajak atas penghasilan dari pekerjaan atau capital gain.

145Ibid.


(43)

Prinsip dasar dari penghasilan pekerjaan adanya keterkaitan secara langsung atau tidak langsung dengan kesepakatan antara pemberi kerja dengan

karyawan atas kewajiban pekerjaan.147 Kompensasi opsi saham yang

diterimakaryawan termasuk dalam definisi imbalan lain yang sejenis (benefit in kind) dari pekerjaan.148

Opsi saham karyawan merupakan pemberian imbalan kepada karyawan berupa hak untuk membeli saham pemberi kerja dalam rangka hubungan

kerja.149Hubungan kerja berupa kewajiban bagi karyawan untuk tetap bekerja

pada pemberi kerja selama kurun waktu tertentu, sebelum memperoleh hak opsi saham. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini termasuk objek pajak. Ketentuan ini mengisyaratkan bahwa semua jenis penggantian atau imbalan yang berkaitan

dengan hubungan kerja termasuk dalam penghasilan dari pekerjaan.150

147Victor Thuronyi, Tax Law Design and Drafting, hlm 511. 148

OECD Committee on Fiscal Affairs, Model Tax Convention on Income and On Capital & Commentary Version 2005, Commentary Pasal 15 ayat (1) Paragraf 2.1.

149Rachmanto Surahmat, Op.Cit., hlm 97. 150Pasal 4 ayat (1) huruf a UU PPh

Secara umum transaksi opsi saham karyawan melalui beberapa tahapan peristiwa, dimana masing-masing tahapan peristiwa tersebut dapat menimbulkan manfaat untuk karyawan yang memperoleh opsi saham sebagai berikut:


(44)

a. Pemberi kerja menjanjikan atau menawarkan opsi saham kepada karyawan (when the option granted or subsequently vests).

b. Karyawan mengeksekusi opsi saham yang dijanjikan atau ditawarkan

(when the option is exercised).

c. Karyawan menjual saham yangdimilikinya hasil dari mengeksekusi

opsi saham (when the share are sold).

Pajak dikenakan atas setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak. Ketentuan UU PPh mengisyaratkan bahwa penghasilan yang dikenakan pajak adalah tambahan kemampuan ekonomis yang diterima secara tunai/kas ataupun telah timbul hak Wajib Pajak untuk

menerimanya.151Pada saat persyaratan dalam kontrak opsi saham terpenuhi

karyawan berhak untuk melaksanakan hak opsi yang dijanjikan.Apabila suatu saat hak opsi dieksekusi walaupun tidak ada kas yang diterima, karyawan merealisasikan manfaat atau penghasilan sebesar selisih lebih harga pasar saham dengan harga eksekusi opsi yang dijanjikan. Realisasi manfaat atau penghasilan opsi saham dilihat dari adanya penambahan kekayaan neto Wajib Pajak berupa

aset saham pada suatu perusahaan.152

Ketentuan PER-15/PJ./2006 sebagai petunjuk pelaksanaan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 21 dan Pasal 26 dari pekerjaan, jasa dan kegiatan orang pribadi menyebutkan PPh Pasal 21 atau Pasal 26 terutang pada Jadi, atas penghasilan kompensasi opsi saham yang diterima atau diperoleh karyawan baik sebagai WPDN maupun WPLN dipotong PPh Pasal 21 atau Pasal 26 pada saat opsi saham dieksekusi.

151Pasal 4 ayat (1) UU PPh


(45)

akhir bulan dilakukannya pembayaran atau pada akhir bulan terutangnya penghasilan yang bersangkutan. Atas opsi saham yang diterima karyawan WPDN atau WPLN, PPh Pasal 21 atau Pasal 26 terutang pada akhir bulan dieksekusinya hak opsi oleh karyawan.

Pada saat opsi saham dieksekusi, perusahaan menjual saham kepada karyawan sebesar harga beli saham yang dijanjikan.Selisih lebih antara harga pasar dengan harga beli saham yang dijanjikan adalah potongan harga perolehan saham.Potongan harga perolehan saham tersebut merupakan penghasilan yang diperoleh karyawan dari pekerjaan hubungan kerja yang terutang pajak penghasilan.

Dalam Surat Direktur Jendral Pajak Nomor S-09/PJ.312/2002 tentang Permohonan Penjelasan Lebih Lanjut Mengenai SE-13/PJ.43/1999 mengenai Peraturan Perpajakan atas Stock Option, secara jelas disebutkan bahwa pada saat opsi diberikan belum merupakan penghasilan bagi karyawan yang memperoleh opsi tersebut.Konsekuensi perpajakan timbul pada saat partisipan/karyawan menggunakan haknya untuk membeli opsi, selisih nilai pasar dengan harga patokan/pelaksanaan yang harus dibayar oleh partisipan merupakan penghasilan yang wajib dipotong PPh Pasal 21 atau PPh Pasal 26.

Pada saat partisipan/karyawan menggunakan haknya untuk membeli opsi dengan harga patokan, selisih lebih nilai pasar dengan harga patokan/pelaksanaan yang harus dibayar oleh partisipan tersebut merupakan penghasilan yang wajib dipotong PPh Pasal 21 oleh perusahaan. Apabila karyawan/partisipan merupakan WPLN maka penghasilan pekerjaan dalam hubungan kerja wajib dipotong PPh Pasal 26 oleh perusahaan.


(46)

Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh oleh WPOPDN wajib dilakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 21 oleh pemberi kerja, bendaharawan pemerintah, dana pensiun, badan, perusahaan, dan

penyelenggara kegiatan.153

Penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan, dengan nama dan dalam bentuk apapun, yang dibayarkan atau yang terutang oleh badan pemerintah, Subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada WPLN selain bentuk usaha tetap di Indonesia, dipotong pajak sebesar 20% dari jumlah bruto. Pemotongan PPh Pasal 26 bersifat final merupakan pelunasan pajak dalam tahun berjalan.

Pemotongan PPh Pasal 21 merupakan pembayaran pajak dalam tahun berjalan yang dapat diperhitungkan dalam pajak penghasilan yang terutang dalam satu tahun pajak.

154

2. Pajak Penghasilan atas Capital Gain Pada Saat Saham yang Diperoleh dari Opsi Saham Dijual oleh Karyawan

PER-15/PJ./2006 mengatur mengenai petunjuk pelaksanaan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 21/26 sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan orang pribadi.

Keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta merupakan penghasilan

yang menjadi objek pajak penghasilan.155Pada saat syarat pekerjaan selesai

dilaksanakan, hubungan kerja terkait opsi saham berakhir. Setiap keuntungan dari kepemilikan saham akan dianggap oleh karyawan dalam kapasitasnya sebagai

investor-pemegang saham dan akan dikenakan pajak penghasilan berupa capital gain.156

153Pasal 21 ayat (1) UU PPh 154Pasal 26 ayat (1) UU PPh 155

UU PPh Pasal 4 ayat (1) huruf d UU PPh

156OECD Committee on Fiscal Affairs, Report Cross-Border Income Tax Issue Arising from Employee Stock option Plans, hlm 8.


(47)

Apabila terjadi pengalihan harta, penilaian harta yang dialihkan dilakukan

berdasarkan harga pasar.157

Penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dari transaksi penjualan saham dibursa efek dipungut pajak penghasilan sebesar 0,1% (nol koma satu persen) dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan saham sedangkan bagi pemilik saham pendiri dikenakan tambahan pajak penghasilan sebesar 0,5% (nol koma lima persen) dari nilai saham, pajak penghasilan bersifat final.

Apabila ada selisih lebih antara harga pasar saham pada saat dijual dengan harga perolehan saham pada saat eksekusi merupakan penghasilan capital gain yang diperoleh karyawan dari opsi saham.

Menurut UU PPh, perlakuan pajak terhadap karyawan status WPDN tergantung kepada saham tersebut. Apabila saham tersebut adalah saham perseroan terbatas biasa, keuntungan penjualan saham itu dikenai PPh Pasal 4 ayat 1 huruf d dengan tarif umum Pasal 17 UU PPh. Apabila saham tersebut adalah saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, PPh yang terutang dari penjualan tersebut dikenai pajak penghasilan sesuai ketentuan Pasal 4 ayat (2) UU PPh. Perlakuan pajak penghasilan capital gain menurut UU PPh terhadap karyawan status WPLN diatur dalam Pasal 26 ayat (2) atas penghasilan dari penjualan harta di Indonesia. Kompensasi opsi saham yang diperoleh karyawan status WPLN merupakan hak beli saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia maka perlakuan pajak penghasilan dari penjualan sahamnya melihat ketentuan Pasal 4 ayat (2) UU PPh.

158

157Pasal 10 ayat (3) UU PPh

158PP No. 14/1997 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Transaksi Penjualan Saham di Bursa Efek.


(48)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan terkait dengan kepemilikan saham bagi karyawan di Perusahaan Terbuka disimpulkan bahwa:

1. PT Terbuka adalah suatu PT dimana masyarakat luas dapat ikut serta

menanamkan modalnya dengan cara membeli saham yang ditawarkan oleh PT Terbuka melalui bursa dalam rangka memupuk modal untuk investasi yang biasa dilakukan melalui penawaran umum atau lebih dikenal dengan istilah “go public” atau IPO (Initial Public Offering) atau merupakan suatu penawaran saham perdana ke publik yang diatur proses pembentukan dan kinerjanya pada UU No. 40 Tahun 2007, UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (dahulu Badan Pengawas Pasar Modal). Organ dalam PT Terbuka meliputi RUPS, Direksi dan Komisaris yang menjalankan roda Perusahaan berdasarkan prinsip GCG.

2. Sistem Kepemilikan Saham Pada PT. Terbuka dapat melalui tiga cara yaitu,

Pemberian Saham (Stock Grants), Program Pembelian Saham oleh Karyawan (Direct Employee StockPurchase Plans) dan Program Opsi Saham (Stock Option Plans). Pada Stock Grants, perusahaan dapat menghibahkan saham perusahaan kepada karyawan-karyawan sebagai kompensasi bonus sebagai penghargaan kepada karyawan atas kinerja yang tinggi. Program Pembelian Saham Oleh Karyawan (Direct Employee StockPurchase Plans), dimana


(49)

karyawan secara sukarela membeli saham perusahaan dengan persyaratan yang menguntungkan salah satunya melalui pemotongan gaji. Pada Program Opsi Saham (Stock Option Plans), perusahaan memeberi pada karyawan secara perorangan hak kontraktual, atau opsi, untuk membeli suatu jumlah tertentu atas saham perusahaan sepanjang periode waktu tertentu, membayar dengan harga yang ditetapkan pada saat tanggal pemberian (harga lebih rendah).

3. Pengenaan Pajak pada ESOP yang diberikan kepada karyawan dikenakan

Kompensasi Opsi Saham untuk Karyawan dari Pekerjaan. Penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan, dengan nama dan dalam bentuk apapun, yang dibayarkan atau yang terutang oleh badan pemerintah, Subjek Pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada WPLN selain bentuk usaha tetap di Indonesia, dipotong pajak sebesar 20% dari jumlah bruto. Pemotongan PPh Pasal 26 bersifat final merupakan pelunasan pajak dalam tahun berjalan. Selain itu, pengenaan Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai ketika adanya capital gain yang muncul saat penjualan saham ESOP yang dijual oleh karyawan Penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dari transaksi penjualan saham dibursa efek dipungut pajak penghasilan sebesar 0,1% (nol koma satu persen) dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan saham sedangkan bagi pemilik saham pendiri dikenakan tambahan pajak penghasilan sebesar 0,5% (nol koma lima persen) dari nilai saham, pajak penghasilan bersifat final.


(50)

B. Saran

1. Penerapan ESOP ini sangat membantu dalam meningkatkan kesejahteraan

karyawan. Oleh karena itu, sebaiknya haruslah ada peraturan yang jelas dari Pemerintah terkait dengan penerapan secara umum Pemberian ESOP untuk karyawan yang dilakukan PT Terbuka;

2. Penerapan ESOP oleh PT Terbuka harus ditingkatkan agar karyawan

semakin sejahtera dan memberikan kemampuan yang terbaik untuk perusahaan, oleh karena itu perusahaan juga harus membuat pengaturan hukum pada perusahaan sebagai turunan dari UU PT secara terbuka untuk menjamin keterlibatan karyawan pada perusahaan melalui program ESOP.

3. Pemerintah harus merinci lebih dalam terkait dengan Pengenaan Pajak

Penghasilan terhadap program ESOP. Hal ini dipandang perlu agar PT Terbuka tidak menghilangkan kewajibannya untuk membayar pajak dengan alasan ketidaktahuan pengenaan Pajak Penghasilan.


(51)

BAB II

ASPEK HUKUM PADA ORGANISASI PT TERBUKA

A. Pengertian dan Dasar Hukum PT Terbuka

Ilmu hukum mengenal 2 (dua) subyek hukum yaitu orang (naturlijk person) dan badan hukum (rechtpersoon). Perseroan terbatas merupakan subyek hukum sebagai badan hukum yang memiliki hak dan kewajiban. Apabila dikaitkan dengan unsur-unsur badan hukum, unsur-unsur yang menandai Perseroan Terbatas sebagai badan hukum adalah mempunyai kekayaan yang terpisah (Pasal 31 ayat (1) UU PT), mempunyai kepentingan sendiri (Pasal 98 UU PT), mempunyai tujuan tertentu (Pasal 15 ayat (1) huruf b UU PT), dan mempunyai organisasi

teratur (Pasal 1 angka 2 UU PT).27

Perseroan terbatas adalah suatu persekutuan untuk menjalankan usaha yang memiliki modal yang terdiri dari saham-saham, yang pemiliknya memiliki bagian saham yang dimilikinya.Oleh karena modalnya terdiri atas saham-saham yang diperjualbelikan, perubahan kepemilikan perusahaan dapat dilakukan tanpa perlu membubarkan perusahaan. Definisi lain perseroan terbatas adalah persekutuan berbadan hukum. Berbadan hukum ini disebut “perseroan”, karena modal dari persekutuan ini terdiri dari sero-sero atau saham-saham.Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa perseroan terbatas merupakan perkumpulan atau asosiasi

modal.28

27

Adnan Sutedi, Buku Pintar Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: Penebar Swadaya Group, 2015), hlm. 9

28Rudhi Prasetya, Kedudukan Mandiri Perseroan terbatas, Disertai dengan Ulasan menurut Undang-Undang No. 1 tahun 1995, (Bandung: PT. Citra Aditya bakti, 1995), hlm. 31.


(52)

terbatas hanya sejumlah nilai saham yang dimilikinya.29 Istilah perseroan merujuk pada cara menentukan modal, yaitu terbagi dengan saham, sedangkan istilah terbatas merunjuk pada batas tanggung jawab pemegang saham, yaitu sebatas jumlah nominal saham yang dimiliki. PT adalah perusahaan persekutuan

badan hukum.30

1. Badan Hukum

Definisi Perseroan Terbatas dapat ditemukan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebutUndang- Undang Perseroan Terbatas Tahun 2007) yang berbunyi sebagai berikut:

“Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.”

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Perseroan Terbatas memiliki unsur-unsur sebagai berikut:

Badan yang memenuhi syarat keilmuan sebagai pendukung hak dan kewajiban, antara lain memiliki harta kekayaan yang terpisah dari harta kekayaan pendiri atau pengurusnya.

2. Merupakan Persekutuan Modal

Penegasan Perseroan Terbatas adalah Badan Hukum yang merupakan persekutuan modal merupakan penegasan bahwa Perseroan Terbatas tidak mementingkan sifat kepribadian para pemegang saham yang ada di dalamnya. Persekutuan Perdata, Firma, dan Persekutuan Komanditer

29Pasal 3 UU PT

30Jurnal Hukum Bisnis, Kajian Hukum Bisnis Atas UU No.40/2007 Tentang PT, volume 26 No. 3 Tahun 2007, hlm. 5.


(53)

terdiri dari dua orang atau lebih yang masing-masing mengenal satu sama lain secara pribadi. Berbeda halnya dengan Perseroan Terbatas, terutama pada Perseroan TerbatasTerbukadimana yang diutamakan adalah menghimpun modal sebanyak mungkin dan mengabaikan

hubungan pribadi diantara para pemegangsaham.31

3. Didirikan berdasarkan perjanjian

Oleh karena Perseroan Terbatas dinyatakan sebagai badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, maka pendirian Perseroan Terbatas harus pula tunduk kepada persyaratan syarat sahnya perjanjian yang ditentukan oleh Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUHPerdata). Pasal 1320 KUHPerdata menentukan adanya empat syarat sahnya suatu perjanjian,yaitu:

a. Adanya kata sepakat bagi mereka yang mengikatkan dirinya.

b. Kecakapan para pihak untuk membuat suatu perikatan.

c. Harus ada hal tertentu.

d. Harus ada suatu sebab (causa) yang halal.

Persyaratan tersebut diatas berkenaan baik mengenai subjek maupun objek perjanjian. Persyaratan yang pertama dan kedua berkenaan dengan subjek perjanjian.Persyaratan yang ketiga dan keempat berkenaan dengan objek perjanjian.Pembedaan kedua persyaratan tersebut dikaitkan pula dengan masalah batal demi hukum dan dapat dibatalkannya suatu perjanjian.Apabila persyaratan subjektif tidak dipenuhi, maka tidak

31Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas: Doktrin, Peraturan Perundang-Undangandan Yurisprudensi, Penerbit Kreasi Total Media, Yogyakarta: 2009, hlm.23-24.


(54)

mengakibatkan batalnya suatu perjanjian namun hanya dapat dibatalkan melalui putusan pengadilan.Sedangkan persyaratan mengenai objek,

apabila tidak dipenuhi maka perjanjian tersebut batal demi hukum.32

4. Melakukan kegiatan usaha

Setiap perseroan waib melakukan kegiatan usaha dalam bidang perekonomian (industri, dagang, jasa) yang bertujuan untuk mendapatkan keutungan dan atau laba.Melakukan kegiatan artinya menjalankan perusahaan.Agar kegiatannya sah maka harus mendapat izin usaha dari pihak yang berwenang dan didaftarkan dalam daftar perusahaan menurut Undang-undang yang berlaku.

5. Modal yang seluruhnya terbagi atas saham

Salah satu ciri utama suatu badan hukum seperti perseroan terbatas adalah memiliki kekayaan yang terpisah dari kekayaan para pendiri badan hukum tersebut. Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dijelaskan bahwa modal perseroan merupakan keseluruhan nilai

nominal saham yang ada dalamPerseroan.33

6. Didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih

Perseroan terbatas (PT) didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih.Dimana pernyataan diatas dapat dibuktikan dengan dapat dilihat di dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa “Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris

yang dibuat dalam bahasa Indonesia”.34

32Ibid, hlm. 26-27. 33Pasal 31 ayat 1 UUPT 34Pasal 7 ayat 1 UUPT


(1)

KATA PENGANTAR

Segala puji, syukur, dan sembah penulis sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan karunia yang Dia berikan kepada penulis hingga saat ini sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Tak mungkin penulis dapat melakukan sesuatu hal apapun tanpa berkat dan karunia yang hanya dari Tuhan Yesus Kristus.

Skripsi ini berjudul “ANALISIS YURIDIS PROGRAM KEPEMILIKAN SAHAM BAGI KARYAWAN DI PERSEROAN TERBATAS TERBUKADIKAITKAN DENGAN PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN” merupakan tugas akhir bagi penulis dan juga merupakan syarat bagi penulis untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Untuk itu penulis sangat bangga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Secara khusus, penulis mengucap syukur dan terima kasih kepada keluarga penulis, Jonny Herbert Caston Hutabarat (Bapak), Martha Fridawaty Sianipar (Mama), Aghnesia Dorina Rebecca Hutabarat (Kakak), Opung Purba, Tulang Adam, Tante Sarah dan Yonathan Bonardo. Terima kasih atas segala doa, dukungan, nasihat yang telah diberikan kepada penulis selama penulis menjalankan masa perkuliahan hingga akhir. Dukungan dan doa dari keluarga merupakan motivasi terbesar bagi penulis dalam menyelesaikan perkuliahan ini.

Penulis menyadari bahwa di dalam skripsi ini terdapat banyak kekurangan sehingga penulis menerima kritik dan saran yang membangun yang dapat


(2)

digunakan untuk lebih menyempurnakan skripsi ini. Namun, terlepas dari segala kekurangan yang ada di dalam skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Dan untuk itu, penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting SH., M.Hum., selaku Pembantu Dekan I

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafruddin Hasibuan SH., MH., DFM., selaku Pembantu Dekan II

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. OK. Saidin SH., M.Hum., selaku Pembantu Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Pak Malem Ginting, SH., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing Akademik;

6. Ibu Windha SH., M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi

Fakultas Hukum Univeritas Sumatera Utara.

7. Bapak Ramli Siregar, SH., M.Hum., selaku Sekretaris Departemen Hukum

Ekonomi Fakultas Hukum Univeritas Sumatera Utara.

8. Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum.,selaku Dosen Pembimbing I yang

telah memberikan waktu, saran dan arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

9. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II

yang telah memberikan waktu, saran dan arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.


(3)

10. Seluruh Dosen, Staf dan Pegawai di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

11. Keluarga besar penulis yang telah memberikan doa, dukungan dan nasihat

yang tak ada habisnya bagi penulis.

12. Kak Rina Siburian, Kak Fenny Aritonang, Bang Reynaldo Sihombing,

Tamado Situmorang, Purim Dachi, Rina Siagiaan, Mifta Aulia, yang sudah menemani penulis menjalani hampir seluruh waktu dari perkuliahan ini.

13. Bung dan Sarinah Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)

Komisariat Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

14. Bung dan Sarinah Stambuk 2011 Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia

(GMNI) Komisariat Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

15. Abang dan kakak stambuk 2008 yang sudah membimbing penulis dari awal

perkuliahan hingga akhir.

Akhir kata penulis mohon maaf apabila di dalam penulisan skripsi ini terdapat kesalahan-kesalahan, oleh karenanya mohon dimaafkan serta dikoreksi.Kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, terutama dalam penerapan serta pengembangan ilmu hukum di Indonesia.

Medan, 10 Januari 2016 Penulis


(4)

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumuan Masalah ... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

1. Tujuan Penelitian ... 9

2. Manfaat Penelitian ... 10

D. Keaslian Penulisan ... 10

E. Tinjauan Kepustakaan ... 11

1. Program Kepemilikan Saham bagi Karyawan (PKSK) ... 11

2. Pajak Penghasilan ... 14

3. Perseroan Terbatas ... 17

F. Metode Penelitian ... 20

1. Jenis dan Sifat Penelitian ... 21

2. Data Penelitian ... 21

3. Alat Pengumpulan Data ... 22

4. Analisis Data ... 22


(6)

BAB II : ASPEK HUKUM PADA ORGANISASI PT TERBUKA

A. Pengertian dan Dasar Hukum PT Terbuka ... 25

B. Struktur Organisasi PT Terbuka ... 31

C. Pengelolaan PT Terbuka ... 39

D. Pengawasan Terhadap PT Terbuka ... 50

E. Status Karyawan PT Terbuka ... 62

BAB III : KEPEMILIKAN SAHAM BAGI KARYAWAN A. Sejarah Kepemilikan Saham pada PT Terbuka... 67

B. Sarana Kepemilikan Saham pada PT Terbuka ... 73

C. Kepemilikan Saham pada PT Terbuka... 77

D. Tujuan Kepemilikan Saham bagi Karyawan ... 80

BAB IV : PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN TERHADAP KEPEMILIKAN SAHAM BAGI KARYAWAN A. Aspek Hukum Pajak Penghasilan ... 84

B. Tujuan Pengenaan Pajak pada Program Kepemilikan Saham bagi Karyawan ... 99

C. Penerapan Pajak Penghasilan terhadap Program Kepemilikan Saham bagi Karyawan ... 103

1. Pajak Penghasilan atas Kompensasi Opsi Saham untuk Karyawan dari Pekerjaan ... 103

2. Pajak Penghasilan atas Capital Gain pada Saat Saham yang Diperoleh dari Opsi Saham Dijual oleh Kayawan ... 107

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 109

B. Saran ... 111