Hubungan Indeks Resiko Keganasan dengan Jenis Histopatologi Tumor Epitel Ganas Ovarium di RSHAM 2011-2014

1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Karsinoma ovarium jenis epitel adalah tumor ganas pada ovarium yang
berasal dari sel epitel ovarium. Tumor ovarium berdasarkan asal selnya terbagi
atas tumor epithelial, mesenchymal, germ cell, sex-cord stromal, miscellaneous,
tumour-like lesion, mesothelial, soft tissue tumor, lymphoid and myeloid (WHO,
2014). Angka kejadian kanker ovarium non epitel sangat sedikit, sehingga
mayoritas kanker ovarium adalah jenis epitel (Azis, 2006).
Kanker ovarium merupakan penyebab kematian tertinggi dari kanker
ginekologi pada perempuan. Di Amerika Serikat sekitar 22.220 kasus baru
didiagnosis setiap tahunnya dan sekitar 16.210 kematian terjadi setiap tahun
akibat penyakit ini. Kanker ovarium merupakan 6% dari seluruh kanker pada
perempuan, dan penyakit ini timbul satu orang pada setiap 68 perempuan (Anwar,
2011) . Di Indonesia, kanker ini penyebab kelima kematian dari seluruh tumor
ganas yang menyerang laki-laki dan perempuan dan urutan ketiga pada tumor
ganas yang menyerang perempuan. Pada tahun 2002 di RSCM kanker ovarium
menempati posisi ketiga kanker ginekologi yang paling sering ditemui setelah
kanker serviks dan kanker payudara. Pada RSHAM tahun 2008-2012 ditemukan

256 kasus yang menderita kanker ovarium jenis epitel (Harahap, 2013).
Kanker ovarium epitel

paling sering dijumpai

pada perempuan

pascamenopause umur 62 tahun, dan jarang pada umur < 45 tahun (Aziz, 2006).
Menurut Disaia et al (2007) kanker ovarium sering dijumpai pada umur ˃ 50
tahun yang dimulai dari umur 45-49 tahun dan mempunyai laju 16,4 kasus per
100.000. Insiden meningkat dengan pertambahan umur. Pada umur ˃60 tahun
menjadi 40 kasus per 100.000 (Disaia et al., 2007). Lebih dari 80 % kanker
ovarium epitel ditemukan pada perempuan pascamenopause. Menurut penelitian
lain umur paling jarang ditemukan dibawah 40 tahun dan paling sering umur 65
tahun (Honskin, 2005).
Tingginya angka mortalitas yang ditimbulkan oleh tumor epitel ovarium
ganas ini disebabkan oleh mayoritas penderita kanker ovarium tidak menunjukkan

Universitas Sumatera Utara


2

gejala yang spesifik sehingga kanker ovarium sangat sulit untuk didiagnosis
(Anwar, 2011). Jika terdapat prosedur diagnostik praoperasi yang mampu
membedakan

tumor ovarium ganas atau jinak, maka hal ini

dapat

mengoptimalkan strategi pengobatan yang tepat. Keluhan yang paling sering
dijumpai saat anamnesis pasien tumor ovarium ganas adalah rasa tidak enak
diperut, perut yang membesar, dispareunia. Kemudian untuk setiap pasien yang
dicurigai menderita tumor ovarium ganas dilakukan pemeriksaan ginekologi,
pemeriksaan tumor marker dan pemeriksaan ultrasonografi.

Disisi lain, telah

diupayakan tindakan diagnostik invasif yang minimal seperti laparoscopy atau
mini-laparatomy, abdominal transvaginal ultrasonography, three-dimensional

ultrasound, color doppler ultrasonography, dan tumour marker. Tetapi tidak
satupun cara yang menunjukkan hasil yang bermakna (Torres, 2002). Saat ini,
dibutuhkan alat diagnostik praoperasi yang tepat untuk menurunkan angka
kematian pada penderita tumor ovarium.
Salah satu metode yang dikembangkan untuk mendiagnosis kanker ovarium
pada praoperasi adalah Indeks Resiko Keganasan (IRK). Pada tahun 1990 Jacobs
et al mengembangkan Indeks resiko keganasan yang dapat membedakan antara
tumor jinak dan tumor ganas sebelum dilakukannya pembedahan dengan
sensitivitasnya adalah 85% dan spesifisitasnya 97%. Pada tahun 1996, Tingulstad
et al juga membuat Indeks Resiko Keganasan yang dinamakan IRK 2.
Indeks resiko keganasan merupakan hasil perkalian antara kadar serum Ca
125, hasil ultrasonografi dan status menopause. Nilai cut-off IRK untuk menduga
suatu proses keganasan adalah diatas 200 (Irshad et al, 2013). Indeks Resiko
Keganasan memberi nilai yang rendah pada mucinous dikarenakan ca 125 yang
mempunyai keterbatasan dalam mendeteksi tumor mucinous (Khongthip dan
Chaisuriyapun, 2013). Pada penelitian yang dilakukan sebelumnya, nilai IRK
pada tumor epitel serous lebih tinggi dari jenis epitel mucinous (Hoskins, 2005).
Tumor marker Ca 125 adalah penanda tumor yang paling sering digunakan pada
tumor epitel. Suatu glikoprotein yang dikenal oleh antibodi mononuklonal murine
OC 125 sebagai penanda untuk keganasan epitel. Ca 125 adalah antigen yang

dihasilkan oleh epitel coelom dan epitel amnion. Permukaan epitel ovarium dalam

Universitas Sumatera Utara

3

keadaan normal tidak menghasilkan Ca 125, kecuali jika permukaan epitel
ovarium

mengalami metaplasia.

Kadar normal yang paling tinggi yang

disepakati adalah ≥ 35 U/ml. Pemeriksaan ultrasonografi juga dapat digunakan
untuk menilai sifat keganasan tumor. Tumor ganas ovarium mempunyai gambaran
multilokulasi, komponen padat atau echogenik dan mempunyai septa yang tebal
dengan area nodular (Aziz, 2006).
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang IRK di RSHAM dikarenakan belum ada penelitian sebelumnya yang
dilakukan di Medan untuk melihat hubungan indeks resiko keganasan dengan

tipe histopatologi tumor epitel ganas ovarium.

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah yang dapat diuraikan adalah bagaimana kolerasi antara indeks resiko
keganasan dengan jenis histopatologi tumor epitel ganas ovarium RSHAM pada
tahun 2011-2014.

1.3. Tujuan penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan indeks risiko keganasan dengan jenis
histopatologi tumor epitel ganas ovarium
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui ketepatan IRK dalam memprediksi keganasan jenis tumor
epitel serous ganas
2. Mengetahui ketepatan IRK dalam memprediksi keganasan jenis tumor
epitel mucinous ganas

Universitas Sumatera Utara


4

1.4. Manfaat penelitian
1.4.1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Dengan hasil penelitian ini dapat dilihat apakah penilaian indeks risiko
keganasan dapat dijadikan sebagai alat untuk memprediksi keganasan pada jenis
tumor epitel ganas ovarium jenis serous dan mucinous.
1.4.1. Bagi Penulis
1. Memperoleh pengalaman belajar dan pengetahuan dalam penelitian
2. Mengamalkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh dari proses
perkuliahan
3. Mengembangkan minat dan kemampuan dalam bidang penelitian
1.4.2. Bagi Masyarakat
Dapat digunakan sebagai referensi untuk membantu dalam menegakkan
diagnosis pasien sebelum dilakukan pembedahan.

Universitas Sumatera Utara