Hubungan Kehilangan Gigi Sebagian Terhadap Gangguan Sendi Temporomandibula pada pasien RSGMP FKG USU

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kehilangan gigi merupakan masalah gigi dan mulut yang sering ditemukan.
Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh dua faktor secara umum yaitu, faktor penyakit
seperti karies dan penyakit periodontal dan faktor bukan penyakit seperti trauma, atau
kegagalan perawatan dan faktor sosiodemografi serta pemanfaatan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut.1,2 Secara langsung gigi berperan dalam fungsi pengunyahan
dan berguna untuk mempertahankan kestabilan hubungan vertikal dan distal antara
mandibula dengan maksila.3,4 Kehilangan satu atau beberapa gigi dapat mengganggu
keseimbangan

susunan

gigi

geligi

pada


lengkung

rahang.

Keadaan

ini

akanmengakibatkan terganggunya aktivitas fungsional, seperti mengunyah dan
bicara, mengganggu estetis serta berdampak pada kesehatan tubuh secara umum.1,2
Selama ini banyak sekali ragam klasifikasi yang diciptakan dan digunakan
untuk mengelompokkan kehilangan gigi sebagian. Beberapa metode dalam
mengklasifikasikan kehilangan gigi diantaranya pertama sekali dikemukakan oleh
Cummer (1920) yang sistem pengklasifikasiannya berdasarkan pada posisi dan
jumlah direct retainer serta posisi indirect retainer, Kennedy (1923) yang
mengklasifikasikan kehilangan gigi berdasarkan daerah tidak bergigi berujung bebas
(free end) serta klasifikasi Bailyin (1928) yang mengelompokkannya berdasarkan
dukungan protesa baik pada gigi, jaringan atau kombinasi dari keduanya.5 Selain itu,
klasifikasi kehilangan gigi sebagian juga telah dikemukakan oleh Costa (1974) yang
mengelompokkan kehilangan gigi sebagian berdasarkan lokasi dan jumlah kehilangan

gigi.6,7 Pada kehilangan gigi sebagian juga diklasifikasikan dengan menggunakan
eichner index yang mengelompokkan kehilangan gigi sebagian berdasarkan
keberadaan daerah dukungan oklusal yang berasal dari kontak antagonis gigi geligi
maksila dan mandibula. Hilangnya sejumlah besar gigi mengakibatkan bertambah

1

beratnya beban oklusal pada gigi yang masih tinggal sehingga kehilangan gigi pada
tahap lanjut dapat mengganggu fungsi sendi temporomandibula (STM).2,4,7
Gangguan sendi temporomandibula merupakan kumpulan dari beberapa
gejala klinis yang terjadi pada otot pengunyahan, sendi pada daerah orofasial atau
bahkan terjadi pada keduanya.8,9Berdasarkan penelitian Casanova J,dkk (2006) di
Mexico ditemukan prevalensi gangguan sendi temporomandibula 46,1% dan pada
penelitian Shetty R (2010) di India 59%.10,11Kehilangan gigi posterior akan diikuti
dengan hilangnya kontak oklusal.3 Kehilangan kontak oklusal mengakibatkan
terjadinya ketidakseimbangan oklusi yang akan mengganggu kestabilan lengkung
gigidan keadaan ini menyebabkan struktur sendi temporomandibula menerima beban
yang lebih besar sehingga mengganggu fungsi pengunyahan.2-4,12-14 Pada kehilangan
gigi posterior juga dapat terjadi overclosure mandibula yang mengakibatkan kondilus
menyimpang dari posisi sentrik normal sehingga menyebabkan dislokasi sendi

temporomandibula.13
Hubungan

antara

kehilangan

gigi

dengan

gangguan

pada

sendi

temporomandibula masih kontroversial.2,3,12Okeson melaporkan bahwa dari 13
penelitian yang dilakukan, tercatat dua kali lebih banyak yang menyatakan adanya
hubungan antara oklusi dengan gangguan sendi temporomandibula.2 Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian Luder HU (2002) yang menunjukkan adanya korelasi yang
kuat antara kehilangan gigi dan sendi temporomandibula.15Dari penelitian yang
dilakukan Kataryzna dkk (2007) pada 178 pengunjung (98 perempuan dan 80 lakilaki) klinik kesehatan gigi di Polandia, yang berumur diatas 18 tahun telah dilaporkan
bahwa kehilangan kontak gigi dan gangguan otot pengunyahan terjadi pada penderita
yang mengalami kehilangan gigi molar sehingga dapat menyebabkan gangguan sendi
temporomandibula.16
Etiologi terjadinya gangguan sendi temporomandibula adalah multifaktorial
yakni banyak faktor resiko yang sering dikaitkan terhadap terjadinya tanda dan gejala
gangguan sendi temporomandibula.8,12,17-19 Saat ini pengaruh dukungan oklusal
sebagai salah satu etiologi gangguan sendi temporomandibula juga masih
diperdebatkan.3,12,17,20Berdasarkan penelitian Mundt T dkk (2005) ditemukan adanya

2

hubungan yang signifikan antara penurunan dukungan oklusal terhadap terjadinya
nyeri pada sendi temporomandibula.17 Hal ini juga didukung oleh Quaker A (2011)
yang dalam penelitiannya juga menunjukkan adanya peningkatan frekuensi tanda dan
gejala gangguan sendi dengan terjadinya penurunan jumlah oklusal dari gigi geligi
posterior.13Namun disisi lain bertentangan dengan hasil penelitian Himawan dkk
(2007) yang menemukan bahwa kehilangan gigi posterior tidak meningkatkan resiko

terjadinya gangguan pada sendi temporomandibula dan penggantian gigi yang hilang
tidak meningkatkan fungsi pengunyahan.9
Beberapa penelitian menyatakan bahwa hilangnya dukungan molar dikaitkan
dengan keberadaan dan tingkat keparahan osteoartritis atau dengan gangguan sendi
temporomandibula.4,14Berdasarkan penelitian Uhac dkk (2002) yang menyatakan
bahwa risiko terjadinya bunyi pada sendi temporomandibula meningkat secara
signifikan pada individu yang telah kehilangan gigi lebih banyak.21 Akan tetapi,
berdasarkan penelitian terakhir yang dilakukan oleh Kanno T dan Carlsson GE
(2006), secara umum tidak menunjukkan perbedaan klinis yang signifikan antara
individu dengan lengkung gigi yang kehilangan 3 sampai 5 unit oklusal dibanding
individu yang memiliki gigi yang lengkap dalam hal tanda dan gejala gangguan sendi
temporomandibula.22Berdasarkan penelitian Himawan dkk (2007) menyatakan bahwa
kehilangan lebih dari 13 gigi akan meningkatkan resiko terjadi gangguan sendi
temporomandibula.9
Berdasarkan penelitian Wang dkk (2009) pada 741 responden penelitian
ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara jumlah kuadran kehilangan gigi
posterior terhadap gangguan sendi temporomandibula. Hasil penelitian ini
menunjukkan semakin besar jumlah kuadran kehilangan gigi posterior maka resiko
gangguan sendi temporomandibula akan semakin tinggi.12 Hal tersebut sesuai dengan
hasil penelitian Shet RGK dkk (2013) yang menunjukkan adanya penurunan fungsi

sendi temporomandibula seiring dengan peningkatan jumlah kuadran kehilangan
gigi.18
Nyeri pada gangguan sendi temporomandibula merupakan salah satu kondisi
nyeri orofasial yang umumnya dikeluhkan pasien sebagai sakit kepala, nyeri di

3

sekitar leher, nyeri pada wajah dan sakit pada telinga. Keluhan tersebut sering
dianggap bukan berasal dari gigi maupun sendi sehingga pasien sering tidak
menyadari adanya tanda dan gejala gangguan sendi temporomandibula yang
dimilikinya. Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut agar diperoleh
pemahaman yang lebih baik dalam aspek patologis sehingga perawatan yang
ditujukan pada pasien lebih efektif dan dapat dilakukan pencegahan dalam tingkat
populasi.8,910,19,20,23
Berdasarkan uraian penelitian-penelitian sebelumnya dapat diketahui bahwa
hubungan antara faktor kehilangan gigi dengan gangguan sendi temporomandibula
merupakan hal yang masih diperdebatkan dalam bidang kedokteran gigi. Oleh karena
itu, penulis tertarik untuk meneliti hubungan antara kehilangan gigi terhadap
gangguan sendi temporomandibula pada pasien RSGMPFKG USU ditinjau dari
jumlah kehilangan gigi, jumlah kuadran kehilangan gigi posterior dan dukungan

oklusal. RSGMPFKG USU merupakan tempat yang banyak dikunjungi oleh
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang dibutuhkan.

1.2

Permasalahan

Kehilangan gigi merupakan masalah gigi dan mulut yang sering ditemukan
karena dapat dialami oleh setiap orang pada semua usia dengan berbagai faktor
penyebab. Keadaan hilangnya gigi yang tidak diganti dengan gigitiruan akan
menimbulkan berbagai dampak diantaranya berupa gangguan fungsi mastikasi,
fonetik dan estetik. Kehilangan gigi akanmengakibatkan disharmonisasi oklusi yang
mengakibatkan adanya tekanan berlebih pada sendi temporomandibula sehingga
menimbulkan pergeseran kondilus pada keadaan yang patologis. Namun, adanya
hubungan antara kehilangan gigi dengan gangguan pada sendi temporomandibula
merupakan masalah yang masih diperdebatkan dalam bidang kedokteran gigi. Hal ini
disebabkan oleh etiologi terjadinya gangguan sendi temporomandibula adalah
multifaktorial, yakni banyak faktor resiko yang sering dikaitkan terhadap terjadinya
tanda dan gejala gangguan sendi temporomandibula. Oleh karena itu penulis tertarik
untuk melakukan penelitian untuk melihathubungan kehilangan gigi terhadap tanda


4

dan gejala gangguan sendi temporomandibula ditinjau dari jumlah kehilangan gigi,
jumlah kuadran kehilangan gigi posterior dan dukungan oklusal pada pasien RSGMP
FKG USU. Alasan memilih RSGMPFKG USU sebagai tempat penelitian karena
merupakan tempat yang banyak dikunjungi oleh masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang dibutuhkan.

1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah yang akan
diteliti adalah:
1.

Bagaimana karakteristik pasien yang kehilangan gigi sebagian di

RSGMP FKG USU.
2.

Berapa prevalensi pasien kehilangan gigi sebagian yang mengalami


gangguan sendi temporomandibula pada pasien RSGMPFKG USU berdasarkan
kuesioner dan pemeriksaan klinis.
3.

Apakah ada hubungan kehilangan gigi sebagian dengan gangguan

sendi temporomandibula pada pasien RSGMPFKG USU berdasarkan jumlah
kehilangan gigi.
4.

Apakah ada hubungan kehilangan gigi sebagian dengan gangguan

sendi temporomandibula pada pasien RSGMPFKG USU berdasarkan jumlah kuadran
kehilangan gigi posterior.
5.

Apakah ada hubungan kehilangan gigi sebagian dengan gangguan

sendi temporomandibula pada pasien RSGMPFKG USU berdasarkan dukungan

oklusal.

1.4

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1.

Karakteristik pasien yang kehilangan gigi sebagian di RSGMP FKG

2.

Prevalensi kehilangan gigi sebagian yang mengalami gangguan sendi

USU.

temporomandibula pada pasien RSGMPFKG USU.

5


3.

Hubungan

kehilangan

gigi

sebagian

terhadap

gangguan

sendi

temporomandibula pada pasien RSGMP FKG USU berdasarkan jumlah kehilangan
gigi.
4.

Hubungan

kehilangan

gigi

sebagian

terhadap

gangguan

sendi

temporomandibula pada pasien RSGMP FKG USU berdasarkan jumlah kuadran
kehilangan gigi.
5.

Hubungan

kehilangan

gigi

sebagian

terhadap

gangguan

sendi

temporomandibula pada pasien RSGMP FKG USU berdasarkan dukungan oklusal.

1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Praktis
1.

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh dokter gigi dan dokter gigi

spesialis dalam membuat perencanaan pencegahan dan penatalaksanaan yang tepat
bagi pasien yang mengalami kehilangan gigi sebagian yang disertai dengan
gangguan sendi temporomandibula.
2.

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum untuk

mengetahui adanya hubungan antara kehilangan gigi terhadap gangguan sendi
temporomandibula,

sehingga

dapat

mencegah

terjadinya

gangguan

sendi

temporomandibula dan lebih mengerti usaha yang dilakukan untuk memperoleh
pelayanan kesehatan yang sesuai.

1.5.2
1.

Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan sumbangan atau kontribusi bagi

perkembangan ilmu pengetahuan dan penerapannya, khususnya di bidang
prostodonsia.
2.
mengenai

Sebagai sumber acuan yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya
faktor–faktor

lain

yang

dapat

memengaruhi

gangguan

temporomandibula pada pasien yang mengalami kehilangan gigi sebagian.

6

sendi