Hubungan Kehilangan Gigi Sebagian Terhadap Gangguan Sendi Temporomandibula pada pasien RSGMP FKG USU

(1)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat Pagi/Siang Bapak/Ibu

Saya Ribka Julia Sihombing, mahasiswa FKG USU yang ingin melakukan penelitian. Bersama ini saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian saya yang berjudul “Hubungan kehilangan gigi sebagian terhadap gangguan sendi temporomandibula pada pasien RSGMP FKG USU”.

Tujuan penelitian ini adalah untukmengetahuihubungankehilangangigisebagianterhadapgangguansenditemporoma

ndibulapada pasien RSGM USU.

ManfaatpenelitianiniadalahuntukmemberiinformasikepadaBapak/Ibutentanga danyahubunganantarakehilangangigiterhadapgangguansenditemporomandibula,

sehinggamasyarakatlebihmengertiusaha yang dilakukanuntukmemperolehpelayanankesehatan yang sesuai.

Subjek penelitian diharapkan mengisi diri. Kemudian akan diberikan kuesioner dan dilakukan wawancara mengenai keluhan-keluhan yang Bapak/Ibu alami yang berkaitan dengan hal tanda dan gejala gangguan sendi temporomandibula. Kemudian dilakukan pemeriksaan gangguan sendi temporomandibula yang dilakukan dengan pengukuran pembukaan mulut maksimal dengan kaliper (penggaris), pemeriksaan bunyi pada sendi temporomandibula dengan stetoskop dan perabaan pada otot sekitar wajah dan sendi temporomandibula. Penelitian ini hanya dilakukan sekali tiap subjek penelitian dan dibutuhkan waktu 10 menit. Biaya dalam penelitian ini ditanggung oleh peneliti dan pada penelitian ini Bapak/Ibu tidak akan dikenakan biaya (gratis) serta tidak mengurangi pelayanan kesehatan yang akan Bapak/Ibu terima.

Efek samping yang mungkin terjadi sewaktu pemeriksaan ini adalah pada penderita gangguan sendi temporomandibula akan mengalami ketidaknyamananan saat membuka dan menutup mulut dan rasa sakit pada saat perabaan otot sekitar


(2)

wajah dan sendi temporomandibula. Namun, hal ini dapat dicegah dengan melakukan pemeriksaan dengan hati-hati dan teknik yang tepat.

Pada kesempatan ini, saya ingin Bapak/Ibu mengetahui dan memahami tujuan serta manfaat penelitian, sehingga memahami apa yang akan dilakukan, diperiksa dan didapatkan sebagai hasil penelitian ini. Dengan demikian saya berharap Bapak/Ibu bersedia ikut dalam penelitian sebagai subjek penelitian dan saya percaya bahwa partisipasi ini akan bermanfaat bagi Bapak/Ibu.

Jika Bapak/Ibu bersedia, suratPernyataanKesediaanMenjadiSubjekPenelitianterlampir harap

ditandatangani dan dikembalikan. Perlu diketahui bahwa surat kesediaan tersebut tidak mengikat. Demikian penjelasan mengenai penelitian ini, mudah-mudahan keterangan saya dapat dimengerti dan atas kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terimakasih.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai peneiltian ini, maka Bapak/Ibu dapat menghubungi saya Ribka Julia Sihombing (083199035727)

Peneliti,


(3)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertandatangandibawahini :

Nama :

Alamat :

Telepon/HP :

Setelah mendapat penjelasan mengenaipenelitian dan paham akan apa yang dilakukan, diperiksa dan didapatkan padapenelitian yang berjudul:

“Hubungan Kehilangan Gigi Sebagian Terhadap Gangguan Sendi Temporomandibula Pada Pasien RSGMP FKG USU”

Maka dengan surat ini saya menyatakan dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan bersedia berpartisipasi menjadi subjek dalam penelitian ini.

Medan, ……….

Yang menyetujui, Subjek Penelitian


(4)

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN KEHILANGAN GIGI SEBAGIAN TERHADAP GANGGUAN SENDI TEMPOROMANDIBULA PADA PASIEN

RSGMP FKG USU

Nama Pemeriksa:……… No. Kartu :

Tanggal Pemeriksaan :

I. Data Personaliti

Nama :………...

Alamat :………...

Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan

Umur : tahun

Daerah gigi yang hilang dan jumlah gigi yang hilang

7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7

DEPARTEMEN PROSTODONSIA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


(5)

7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7

1. Jumlahgigi yang hilang : A. 1-5 gigi

B. 6-10 gigi C. >10 gigi

2. Jumlahkuadrankehilangangigi posterior: A. Satukuadran

B. Duakuadran C. Tigakuadran D. Empatkuadran

3. Dukungan Oklusal

A. Kelas A : terdapat 4 zona dukungan oklusal B. Kelas B :

B1 : terdapat 3 zona dukungan oklusal B2 : terdapat 2 zona dukungan oklusal B3 : terdapat 1 zona dukungan oklusal B4 : dukungan hanya pada daerah anterior C. Kelas C : Tidak ada gigi yang berkontak


(6)

KUESIONER PENELITIAN

II. PencatatanGangguanSendiTemporomandibulaAkibatKehilangan Gigi SebagianPadaPasien RSGMP FKG USU

LembarKuesioner (Fonseca’s Questionnaire)

No Pertanyaan Tidak Kadang

-kadang

Ya

1 Apakahsulit bagi andauntukmembukamulut ?

2 Apakahsulitbagiandauntuk menggerakkan mandibula anda darisatu sisikesisi yang lain?

3 Apakahterasalelahjikaandasedangmengunyah ?

4 Apakahandaseringsakitkepala ?

5 Apakahandamemiliki rasa sakitataunyeripadaleher ?

6 Apakahada rasa nyeri yang anda rasakan dari sendi kraniomandibular ?

7 Apakahandamerasakanbunyipadasaatmembukamu lutpadasenditemporomandibular ?

8 Apakahandaseringmenggertakkan gigi ?

9 Apakah anda merasa tidak memiliki artikulasi yang baik ?

10 Apakahandaseringgugup/tegang ?


(7)

III. LembarPencatatanHasilPemeriksaanKlinisSendiTemporomandibula (Helkimo, 1974)

Keterangan Total Nilai: 0 = Normal

1-4 = Gangguan Fungsi sendi ringan 5-9 = Gangguan Fungsi sendi sedang

No. Point

1 PenurunanJarakpergerakandenganmodified mobility indexyaitu jarakpembukaanmaksimal yang diukur dari tepi insisal rahangataske tepi insisal rahangbawah

a. Range normal ≥40 mm

b. Gangguanpergerakan yang ringan 30-39 mm c. Gangguanpergerakanyangberat< 30 mm

0 1 5

2 Penurunanfungsisenditemporomandibula

a. Gangguanpergerakantanpaadabunyipada TMJ

atauterdapatdeviasipadagerakan membukadanmenutup mulut ≤2mm

b. Terdapatbunyipadasatuataukeduasisi TMJ danatauterdapat deviasi pada gerakan membukadanmenutupmulut ≤2mm c. Locking danatauluksasi TMJ

0

1

5 3 Nyeripadaotot

a. Tidakditemukanpadapalpasiototmastikasi b. Denganpalpasi yang lembutpada 1-3 sisi c. Denganpalpasi yang lembutpada>4 sisi

0 1 5 4 Nyeripadasenditemporomandibula

a. Tidakterdapatnyeripadapalpasi

b. Denganpalpasi yang lembutpadabagian lateral c. Denganpalpasi yang lembutpadabagian posterior

0 1 5 5 Nyeripadapergerakanmandibula

a. Tidakditemukannyerisaatpergerakan b. Nyeripada 1 pergerakan

c. Nyeripada 2 ataulebihpergerakan

0 1 5


(8)

(9)

Frequencies

Notes

Output Created 14-Apr-2015 12:43:29

Comments

Input Data D:\Untitled1.sav

Active Dataset DataSet2

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File

100

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with valid data.

Syntax FREQUENCIES VARIABLES=SFQ

KFQ SPK KPK JKG JK DO SX /ORDER=ANALYSIS.

Resources Processor Time 00 00:00:00,016


(10)

Skor Foncesa Quest

Gangguan STM Kuesioner

Skor Pemeriksaan

Klinis

Gangguan STM Pemeriksaan

Klinis

Jumlah Kehilangan Gigi

N Valid 100 100 100 100 100

Missing 0 0 0 0 0

Statistics

Jumlah Kuadran

Dukungan

Oklusal Jenis Kelamin

N Valid 100 100 100

Missing 0 0 0

Frequency Table

Skor Foncesa Quest

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0-15 41 41,0 41,0 41,0

20-40 47 47,0 47,0 88,0

45-65 12 12,0 12,0 100,0


(11)

Gangguan STM Kuesioner

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak ada 41 41,0 41,0 41,0

ada 59 59,0 59,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

Skor Pemeriksaan Klinis

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 14 14,0 14,0 14,0

1-4 70 70,0 70,0 84,0

5-9 13 13,0 13,0 97,0

10-25 3 3,0 3,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

Gangguan STM Pemeriksaan Klinis

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(12)

ada 86 86,0 86,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

Jumlah Kehilangan Gigi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1-5 54 54,0 54,0 54,0

6-10 15 15,0 15,0 69,0

>10 31 31,0 31,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

Jumlah Kuadran

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 20 20,0 20,0 20,0

2 21 21,0 21,0 41,0

3 12 12,0 12,0 53,0

4 47 47,0 47,0 100,0


(13)

Dukungan Oklusal

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid A 45 45,0 45,0 45,0

B1 7 7,0 7,0 52,0

B2 18 18,0 18,0 70,0

B3 7 7,0 7,0 77,0

B4 10 10,0 10,0 87,0

C 13 13,0 13,0 100,0


(14)

Crosstabs

Notes

Output Created 15-Apr-2015 12:31:39

Comments

Input Data E:\spss\input data spss.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File

100

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Cases Used Statistics for each table are based on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table.

Syntax CROSSTABS

/TABLES=KPK BY JKG JK DO /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ CORR /CELLS=COUNT ROW COLUMN TOTAL

/COUNT ROUND CELL.


(15)

Elapsed Time 00 00:00:00,000

Dimensions Requested 2

Cells Available 174762

[DataSet1] E:\spss\input data spss.sav

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Gangguan STM Pemeriksaan Klinis * Jumlah Kehilangan Gigi


(16)

Gangguan STM Pemeriksaan Klinis * Jumlah Kuadran

100 100,0% 0 ,0% 100 100,0%

Gangguan STM Pemeriksaan Klinis * Dukungan Oklusal

100 100,0% 0 ,0% 100 100,0%

Gangguan STM Pemeriksaan Klinis * Jumlah Kehilangan Gigi

Crosstab

Jumlah Kehilangan Gigi

1-5 6-10 >10

Gangguan STM Pemeriksaan Klinis

tidak ada Count 11 2 1

% within Gangguan STM Pemeriksaan Klinis

78,6% 14,3% 7,1%

% within Jumlah Kehilangan Gigi

20,4% 13,3% 3,2%

% of Total 11,0% 2,0% 1,0%

ada Count 43 13 30

% within Gangguan STM Pemeriksaan Klinis


(17)

% within Jumlah Kehilangan Gigi

79,6% 86,7% 96,8%

% of Total 43,0% 13,0% 30,0%

Total Count 54 15 31

% within Gangguan STM Pemeriksaan Klinis

54,0% 15,0% 31,0%

% within Jumlah Kehilangan Gigi

100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 54,0% 15,0% 31,0%

Crosstab

Total Gangguan STM

Pemeriksaan Klinis

tidak ada Count 14

% within Gangguan STM Pemeriksaan Klinis

100,0%

% within Jumlah Kehilangan Gigi

14,0%

% of Total 14,0%

ada Count 86

% within Gangguan STM Pemeriksaan Klinis

100,0%

% within Jumlah Kehilangan Gigi

86,0%

% of Total 86,0%


(18)

% within Gangguan STM Pemeriksaan Klinis

100,0%

% within Jumlah Kehilangan Gigi

100,0%

% of Total 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 4,814a 2 ,090

Likelihood Ratio 5,784 2 ,055

Linear-by-Linear Association

4,742 1 ,029

N of Valid Cases 100

a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,10.


(19)

Symmetric Measures

Value

Asymp. Std.

Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Interval by Interval Pearson's R ,219 ,074 2,220 ,029c

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation ,217 ,077 2,200 ,030c

N of Valid Cases 100

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.

Gangguan STM Pemeriksaan Klinis * Jumlah Kuadran

Crosstab

Jumlah Kuadran

1 2 3

Gangguan STM Pemeriksaan Klinis

tidak ada Count 7 3 2

% within Gangguan STM Pemeriksaan Klinis

50,0% 21,4% 14,3%


(20)

ada Count 13 18 10 % within Gangguan STM

Pemeriksaan Klinis

15,1% 20,9% 11,6%

% within Jumlah Kuadran 65,0% 85,7% 83,3%

% of Total 13,0% 18,0% 10,0%

Total Count 20 21 12

% within Gangguan STM Pemeriksaan Klinis

20,0% 21,0% 12,0%

% within Jumlah Kuadran 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 20,0% 21,0% 12,0%

Jumlah Kuadran

Total 4

Gangguan STM Pemeriksaan Klinis

tidak ada Count 2 14

% within Gangguan STM Pemeriksaan Klinis


(21)

% within Jumlah Kuadran 4,3% 14,0%

% of Total 2,0% 14,0%

ada Count 45 86

% within Gangguan STM Pemeriksaan Klinis

52,3% 100,0%

% within Jumlah Kuadran 95,7% 86,0%

% of Total 45,0% 86,0%

Total Count 47 100

% within Gangguan STM Pemeriksaan Klinis

47,0% 100,0%

% within Jumlah Kuadran 100,0% 100,0%

% of Total 47,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 11,105a 3 ,011

Likelihood Ratio 10,515 3 ,015

Linear-by-Linear Association

9,574 1 ,002


(22)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 11,105a 3 ,011

Likelihood Ratio 10,515 3 ,015

Linear-by-Linear Association

9,574 1 ,002

N of Valid Cases 100

a. 3 cells (37,5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,68.

Symmetric Measures

Value

Asymp. Std.

Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Interval by Interval Pearson's R ,311 ,095 3,239 ,002c

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation ,311 ,092 3,236 ,002c

N of Valid Cases 100

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.


(23)

Gangguan STM Pemeriksaan Klinis * Dukungan Oklusal

Crosstab

Dukungan Oklusal

A B1 B2

Gangguan STM Pemeriksaan Klinis

tidak ada Count 10 0 4

% within Gangguan STM Pemeriksaan Klinis

71,4% ,0% 28,6%

% within Dukungan Oklusal 22,2% ,0% 22,2%

% of Total 10,0% ,0% 4,0%

ada Count 35 7 14

% within Gangguan STM Pemeriksaan Klinis

40,7% 8,1% 16,3%

% within Dukungan Oklusal 77,8% 100,0% 77,8%

% of Total 35,0% 7,0% 14,0%

Total Count 45 7 18

% within Gangguan STM Pemeriksaan Klinis


(24)

Crosstab

Dukungan Oklusal

A B1 B2

Gangguan STM Pemeriksaan Klinis

tidak ada Count 10 0 4

% within Gangguan STM Pemeriksaan Klinis

71,4% ,0% 28,6%

% within Dukungan Oklusal 22,2% ,0% 22,2%

% of Total 10,0% ,0% 4,0%

ada Count 35 7 14

% within Gangguan STM Pemeriksaan Klinis

40,7% 8,1% 16,3%

% within Dukungan Oklusal 77,8% 100,0% 77,8%

% of Total 35,0% 7,0% 14,0%

Total Count 45 7 18

% within Gangguan STM Pemeriksaan Klinis

45,0% 7,0% 18,0%

% within Dukungan Oklusal 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 45,0% 7,0% 18,0%


(25)

Dukungan Oklusal

B3 B4

Gangguan STM Pemeriksaan Klinis

tidak ada Count 0 0

% within Gangguan STM Pemeriksaan Klinis

,0% ,0%

% within Dukungan Oklusal ,0% ,0%

% of Total ,0% ,0%

ada Count 7 10

% within Gangguan STM Pemeriksaan Klinis

8,1% 11,6%

% within Dukungan Oklusal 100,0% 100,0%

% of Total 7,0% 10,0%

Total Count 7 10

% within Gangguan STM Pemeriksaan Klinis

7,0% 10,0%

% within Dukungan Oklusal 100,0% 100,0%

% of Total 7,0% 10,0%

Crosstab

Dukungan Oklusal

Total C


(26)

Pemeriksaan Klinis % within Gangguan STM Pemeriksaan Klinis

,0% 100,0%

% within Dukungan Oklusal ,0% 14,0%

% of Total ,0% 14,0%

ada Count 13 86

% within Gangguan STM Pemeriksaan Klinis

15,1% 100,0%

% within Dukungan Oklusal 100,0% 86,0%

% of Total 13,0% 86,0%

Total Count 13 100

% within Gangguan STM Pemeriksaan Klinis

13,0% 100,0%

% within Dukungan Oklusal 100,0% 100,0%

% of Total 13,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 9,561a 5 ,089

Likelihood Ratio 14,250 5 ,014

Linear-by-Linear Association

5,907 1 ,015


(27)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 9,561a 5 ,089

Likelihood Ratio 14,250 5 ,014

Linear-by-Linear Association

5,907 1 ,015

N of Valid Cases 100

a. 5 cells (41,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,98.

Symmetric Measures

Value

Asymp. Std.

Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Interval by Interval Pearson's R ,244 ,061 2,494 ,014c

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation ,243 ,073 2,482 ,015c

N of Valid Cases 100

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.


(28)

DAFTAR PUSTAKA

1. Putranti D, Chandra H. Rendahnya Presepsi Masyarakat Terhadap Pemakaian Gigitiruan di Desa Ujung Rambung, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai. Dentofasial J Kedokteran Gigi. 2011; 10(2): 79-85

2. Agtini M. Persentase Pengguna Protesa di Indonesia. Media Litbang Kesehatan. 2010; 20(2): 50-58

3. A Hatim, G Jameel, M Shebab. Temporomandibular Joint Assesment of Pre and Post Prosthetic Treatment of Partially Edentulous Patient (Radiographic Examination). Al-Rafidain Dent J. 2011;11(1):13-21

4. Yanikoglui N, Guldag U. Analysis of The Condyle/Fossa Relationship in Kennedy Class I and Class II Partially Edentulous Subjects. OHDMBSC. 2006; 5(1):50-56

5. Galagali G, Mahoorkar S. Critical Evaluation of Classification Systems of Partially Edentulous Arches. Internasional Journal of Dental Clinics. 2010: 2(3): 45-52

6. Al-johany SS,Andres C. ICK Classification System for Partial Edentulous Arches. Journal of Prostodontic 2008;17:502-7

7. Suryatenggara dkk. Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan. Jakarta : Hipokrates, 1993: 21-7

8. Grossi D, Chaves T, Oliveira A, Pedro V. Anamnestic Index Severity and Sign and Symptoms of TMD. The J of Craniomandibular Practice. 2006; 24(2):1-7

9. Himawan L, Kusdhany L, Ariani N. Temporomandibular Disorders in Elderly Patients. Med J Indonesia. 2007; 16(4): 237-9

10.Casanova J, Eduardo C, Alicia A, dkk. Prevalence and Associated Factors for Temporomandibular Disorders in a Group of Mevican Adolescents and Youth Adult. Clin Oral Invest. 2006; 10: 42-9


(29)

11.Shetty Rajesh.Prevalence of Signs Temporomandibular Joint Dysfunction in Asymptomatic Edentoulus Subjects: A Cross-Sectional Study. J Indian Prosthodont Soc. 2010; 10(2): 96-101

12.Wang M, Xue F, dkk. Missing Posterior Teeth and Risk of Temporomandibular Disorders. J Dent Res. 2009; 88(10): 942-5

13.Quaker A. Consequences of Tooth Loss on Oral Function and Need for Replacement of Missing Teeth among Patient Attending Muhimbili Dental Clinic.Disertation.2011 :1-39

14.Gracia A, Gallo A, Zuim P,dkk. Evaluation of Temporomandibular Joint Noise in Partially Edentulous Patients. Acta odontol Latinoam. 2008; 21(1): 21-27

15.Luder HU. Factor Affecting Degeneration in Human Temporomandibular Joints as Assessed Histologically. Eur J Oral Sci 2002;110:106-13 (Abstrak)

16.Katarzyna Sarna-Bos,dkk. The Influence Of Extracted Teeth and Loss of Masticatory Surface on The State of Temporomandibular Joint. Universitatismariecurie SK Lodowska,Lublin Polondia.2007;1(12): 18 17.Mundt T, dkk. Gender Differences in Association Between Occlusal

Support and signs of Temporomandibular Disorders: Result of Population-Based Study of Health in Pomerania (SHIP). International J of Pros. 2005; 18(3):233-9

18.Shet RGK, dkk. Prevalence of Temporomandibular Joint Dysfunction and Its signs among the Partially Edentulous Patients in a Village of North Gujarat.The J of Contemporary Dental Practise.2013:14(6):1151-5

19.Gaphor S, Hameed S. Prevalence of Severity and Sex Distribution of Temporomandibular Disorders and Other Related Factors among a Sample of Sulaimani University Students. J Bagh College Dent. 2010; 22(1): 43-9


(30)

20.Costa M, Junior G, Santos C. Evaluation of Occlusal Factors in Patient with Temporomandibular Joint Disorders. Dental Press J Orthod. 2010; 17(6): 61-8

21.Uhac I, dkk. The Effect of Occlusal Relationships on the Occurence of Sound in the Temporomandibular Joint.Coll Antropo.2002:26: 285-92 22.Kanno T, Carlson GE. A Review of shortened Dental Arch Concept

Focusing on the Work by the Kayser/Nijmegen Group. J Oral Rehabil. 2006:33:850-62

23.Chang J, Kang S, dkk. Prevalence Sign and Symptoms of Temporomandibular Disorders with Aging. Korean J Oral Med. 2012; 37(3): 183-8

24.McGarry TJ, Nimmo A,Skiba JF, Ahlstrom RH,Smith CR,Koumjian JH, Arbree NS.Classification System for Partial Edentulism. Journal of Prosthodontics 2002: 11(3): 181-93

25.Kida I. Examining tooth loss, Oral Impactson Daily Performances and Satisfaction with Chewing Ability. Thesis of University of Bergen. 2007: 5-17

26.Vargas CM, Kramarow EA,Yellowitz JA. The Oral Health of Older Americans. National Centre For Health Statistic. 2001:1-8

27.Tarigan R. Karies Gigi. Jakarta : Hipokrates, 1995:1

28.Lumentut RAN, Gunawan P, Mintjelungan CN. Status Periodontal dan Kebutuhan Perawatan Pada Usia Lanjut. Jurnal e-GiGi (eG) 2013. 1(2): 79-83

29.Zarb GA, Bolender CL. Prosthodontic Treatment for Edentulous Patient Complete Dentures and Implant-Supported Prosthese. India : Elseiver, 2004:12th (ed): 1-21

30.Natamiharja L. Status dan Kebutuhan Pelayanan Kesehatan Gigi Lansia di Kota Madya Medan. Jurnal Kedokteran Gigi UI 2000.7(1):14-22


(31)

31.Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013: Departemen Kesehatan Republik Indonesia,2008: 132-5

32.Shamdol Z, Ismail NM, hamzah NT, Ismail HR. Prevalence and Associated Factor of Edentulism among Elderly Muslims in Kota Bharu, Kelantan,Malaysia. JIMA 2008; 40: 143-8

33.Carr A, McGivney GP, Brown DT. McCracken’s Removable Partial prosthodontics.Elseiver Mosby. 1994. 11th(ed):3-5

34.Meng X. Effect Of Prostodontic Servicess On Self-Rated Oral Health Outcomes. Disertation of University of Florida. 2005:1-22

35.Millar WJ, Locker D. Edentulism And Denture Use. 2005. Health report: 17(1):55-8

36.Barreto A, Martins L, Aquino A dkk. Impact on Quality of Life of Removable Partial Denture Wearers After 2 Years Use.Braz J Oral Sci. 2011; 10(1): 50-4

37.Knezovic-Zlataric D, Celebic A, Valentic-Peruzovic M, panduric J, Celic R, Poljak-Guberina R. The Influence of Kennedy’s Classification, Partial Denture Material and Construction on Patient’s Satisfaction. Acta Stomatol Croat 2001;35(1):77-81

38.Online military medical books : Dentist training manual for military

dentists Volume 1. Dental

Quadrants....(medical.tpub.com/14274/css/14247_63html) (6 Maret 2015)

39.Takayama Y,dkk. Comparison of Occlusal Condition and Prevalance of Bone Change in the Condyle of Patients with and without Temporomandibula Disorders. Article. 2008; 105: 104-12

(journal.net/article/S1079-2014(07)00018-2/ppt)

40.Leung KC, Pow EH. Oral Rehabilitation with Removable Partial Dentures in Advanced Tooth Loss Situation.HongKong Dent J.


(32)

2009;6:39-41.Forgie AH, Scott BIJ, Davis DM. A Study to Compare Oral Health Impact Profile and Satisfaction Before and After Having Replacement Complete Denture In England and Scottland. Gerondotology. 2005; 221: 37-42 42.Shures S, Sharma S. A Clinical Survey to Determine The Awareness and

Preference of Need of Complete Denture among Complete Edentulous Patient. J Int Oral Health. 2010; 2(3): 65-70

43.Inukai M, John MT, Igarashi Y, Baba K. Asociation Between Perceive Chewing Ability and Oral Health Relatedquality of Life in Partially Dentate Patient. Health and Quality Outcome. 2010; 8:118

44.Ariyani. Pemakaian dan Kualitas Gigitiruan yang Digunakan Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. Dentika Dental Journal. 2006; 11(2): 122-7

45.Hung HC, Willet W, Ascherio A, Rosner BA, Rimm E, Joshipura KJ, Tooth Loss and Dietery Intake. JADA.2003;134:1185-91

46.Hirakil A, Matsuol K, Suzukil T, Kawasel T, Tajimal K. Teeth Loss and Risk of Cancer at 14 Commons Site in Japanese. Cancer Epidemiol Biomarkers Prev. 2008: 17(5);1222-7

47.Wikipedia. Edentulism

2014)

48.Soboleva U, Laurina L, Slaidina A. Masticatory System-an Overview. Baltic Dent Maxillofacial J.2005 ;7(3):77-80

49.Okeson J. Management of Temporomandibular Disorders and Occlusion. 6th(Ed).2008:7-19, 81-88, 112-113, 140-154, 185-187, 195, 236-240 50.Pedersen G. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut.Jakarta: EGC; 1996:

293-309.

51.Ogus HD, Toller PA.Gangguan Sendi Temporomandibula. Jakarta: Hipokrates; 1990: 3-41

52.Boucher C. Prosthodontic Treatment for Edentulous Patient. 9th(Ed). 231-40


(33)

53.Anonymous.Anatomy of Temporomandibula Joint. 2014

(http://cnx.org/contents/4770f844-6eb0-40bf-96c1888459ce5219@ 4/Anatomy_of_Selected_Synovial_J)

54.Anonymous.Anatomy of Facial and Oral Structures.2014 (23 Januari 2015)

55.Nickelston P.TMJ Syndrome:An IntegrativeTreatment.Approach.Dynamic Chiropractic. 2008, Vol. 26

(22 Januari 2015)

56.Tanaka E, Detamore MS, Mercuri LG. Degenerative Disorders of Temporomandibular Joint: Etiology, Diagnosis, TReatment. J Dent Rest 2008:87(4): 296-307

(23 Januari 2015)

57.Shumailan Y, Manaseer W. Temporomandibular Disorder Features in Complete Denture Patients Versus Patients with natural Teeth; A Comparative Study. Pakistan Oral and Dent J. 2010; 30(1): 254-9

58.Blasberg B, Greenberg MS. Temporomandibular Disorders. Burket's Oral Medicine Diagnosis And Treatment. 10th Edition. 2003. BC Decker. Ontario. 271-306.

59.Bhayatti SM. Evolution, Epidemiology and Etiology of Temporomandibula Joint Disorders. Journal of Indian Academy of Oral Medicine And Radiology. 2010; 22(4): 13-8

60.Witulski S, Vogl TJ, Rehart S, Ottl P. Clinical Study:Evaluation of the Temporomandibular Joint by Means of Clinical TMD Examinationand MRI Diagnostics in Patients with Rheumatoid Arthritis. Biomed Research International 2014:1-9

61.Dimitroulis G. Temporomandibular Disorders: A Clinical Update. BMJ 1998; 317: 190-7


(34)

63.Pedroni CR, Oliveira D, Guaratini I. Prevalence Study of Sign and Symptoms of Temporomandibular Disorders in University Students. Journal of Oral Rehabilitation.2003: 30; 283-9

64.Nomura K, Vitti M, Oliveira AS, dkk. Use of The Fonseca’s Questionaire to Asses the Prevalence and Severity of Temporomandibular Disorders in Brazilian Dental Undergraduate. Braz Dent J. 2007: 18(2); 163-7

65.Hermawanto H. Biostatistika Dasar: Dasar Dasar Statistik Dalam Kesehatan. Jakarta: Trans Info Media. 2010: 67-8

66.Ahmed R. A View on Temporomandibular Joint. 2009. Health and Medicine.

67.Osler W. The Art History Taking in Periodontology: Physical Examination TMJ.2014

68.Susi, Kuswardani, Putri S, dkk. Pengaruh Pola Makan dan Menyikat Gigi Terhadap Kejadian Karies Molar Pertama Permanen. Majalah Kedokteran Andalas.2012 :2(36); 227


(35)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional, dimana sampel kasus hanya diobservasi satu kali tanpa diberi perlakuan dan variabel-variabel diukur menurut keadaan atau status sewaktu diobservasi. Penelitian ini dilakukan melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner dan pemeriksaan klinis.

3.2 Populasi

Populasi penelitian adalah pasien Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan(RSGMP) Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3.3 Sampel

Teknik pelah ngambilan sampel yang digunakan adalah nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling. Pengambilan sampel secara purposive didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.67

Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus data proporsi pada satu populasi. Jumlah sampel yang dibutuhkan berdasarkan hasil perhitungan dengan melihat proporsi yang digunakan pada kasus ini sebesar 59% dengan tingkat kemaknaan (α) 0,05.67

Rumus besar sampel data proporsi pada satu populasi:67

n = Z2 1 - α / 2 P(1-P) d2


(36)

Keterangan :

n = besar sampel minimum

Z2 1 - α / 2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu (96% Z α score =1,96)

P = proporsi dari penelitian yang telah ada (bila tidak ada dianggap 50% atau (0,5) d = kesalahan yang dapat ditolerir (10%)

Hasil perhitungan :

Jadi jumlah sampel minimal adalah 93 orang pasien yang kehilangan gigi sebagian. Untuk menghindari terjadinya drop out sampel penelitian maka jumlah sampel ditambahkan sebesar ±10% dari sampel yang ditentukan. Oleh karena itu jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 orang.

3.3.1 Kriteria Inklusi

Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini, yaitu :

1. Semua pasien RSGMP FKG USU yang berusia diatas 18 tahun dengan kehilangan gigi sebagian.

2.Pasien yang bersikap koperatif untuk mengikuti kegiatan penelitian 3. Pasien yang sehat jasmani dan rohani

3.3.2 Kriteria Eksklusi

Adapun kriteria eksklusi pada penelitian ini, yaitu : 1. Pasien yang berumur dibawah 18 tahun

n = (1,96)2 0,59 ( 1 - 0,59) (0,1)2


(37)

2. Pasien yang masih memiliki gigi lengkap 3. Pasien yang telah kehilangan seluruh giginya 4. Pasien yang menggunakan gigitiruan

5. Pasien yang sedang atau pernah menggunakan piranti cekat

6. Pasien yang mengalami atrisi gigi yang berat sehingga mengubah vertikal dimensi

7. Pasien yang memiliki riwayat trauma pada daerah wajah atau kepala 8. Pasien yang mengalami gangguan sistemik

9. Pasien yang memiliki kebiasaan parafungsional

3.4 Variabel Penelitian 3.4.1 Klasifikasi Variabel 3.4.1.1Variabel Bebas

Pasien Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (RSGMP) FKG USU yang mengalami kehilangan gigi sebagian berdasarkan :

1. Jumlah gigi yang hilang

2. Jumlah kuadran kehilangan gigi posterior 3. Dukungan oklusal

3.4.1.2 Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah gangguan sendi temporomandibula.

3.4.1.3 Variabel Terkendali

Peneliti dan alat ukur yang sama

3.4.1.4. Variabel Tidak Terkendali


(38)

3.4.2 Definisi Operasional

Tabel 1. Definisi operasional variabel bebas

No Variabel Definisi Operasional Cara

Pengukuran

Hasil Pengukuran

Skala Pengukuran

1. Kehilangan

gigi sebagian

Hilangnya beberapa tetapi tidak semua gigi pada lengkung rahang.

- - -

2. Jumlah gigi

yang hilang

Jumlah gigi yang telah hilang atau sudah dilakukan pencabutan

yang dikelompokkan

menjadi :

- 1-5 gigi - 6-10 gigi

->10 gigi

-

- -

3. Jumlah

kuadran kehilangan gigi posterior

Hilangnya satu atau beberapa gigi posterior di setiap kuadran pada lengkung rahang yaitu berjumlah 1 kuadran, 2 kuadran, 3 kuadran dan 4 kuadran.

- - -

4. Dukungan

oklusal

Kelas A: terdiri atas 4 zona dukungan oklusal yaitu kontak gigi premolar dan molar

dengan gigi antagonisnya pada setiap sisi.

Kelas B1: terdapat 3 zona dukungan oklusal yaitu kontak gigi premolar atau molar

dengan gigi antagonisnya.

kelas B2: yang terdiri dari 2 zona dukungan oklusal.

Kelas B3: hanya

terdapat 1 zona dukungan oklusal.

kelas B4: tidak terdapat dukungan oklusal namun masih terdapat gigi anterior yang berkontak antagonis. Kelas C: tidak ditemukan gigi yang

berkontak antagonis

baik gigi anterior maupun gigi posterior.


(39)

Tabel 2. Definisi operasional variabel terikat

No. Variabel Definisi Operasional Cara

Pengukuran

Hasil Pengukuran

Skala Pengukuran

1. Gangguan

sendi temporoman-dibula

Sekumpulan gejala dan tanda yang melibatkan otot mastikasi, sendi temporomandibula dan struktur terkait.

1. Kuesioner 2. Pemeriksan

klinis

0-15 : Ada gangguan 20-100: tidak ada gangguan

Nominal

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian 3.5.1 Tempat Penelitian

1. Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (RSGMP) Universitas Sumatera Utara

2. Klinik Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

3.5.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Maret-April 2015

3.6 Prosedur Penelitian

3.6.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.6.1.1 Alat Penelitian

1. Alat tulis (pulpen, pensil, penggaris) 2. Tiga serangkai (kaca mulut, sonde, pinset) 3. Dental unit

4. Stetoskop (Geamedical) 5. Kaliper digital (Krisbow) 6. Dental floss

7. Hand scone 8. Masker


(40)

3.6.1.2 Bahan Penelitian

Lembar Kuesioner

3.6.2 Cara Penelitian

1. Penelitian ini diawali dengan observasi terhadap pasien di rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (RSGMP) FKG USU untuk memperoleh gambaran sampel yang akan digunakan.

2. Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengurus surat izin penelitian dari Fakultas Kedokteran Gigi USU, surat persetujuan penelitian dari Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan, surat izin dari RSGMPFKG USU.

3. Setelah surat izin penelitian diperoleh, peneliti mulai melakukan penelitian dengan mengunjungi Rumah sakit gigi dan Mulut Pendidikan (RSGMP) FKG USU untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi.

4. Peneliti menjelaskan mengenai penelitian yang akan dilakukan, kemudian subjek penelitian diberikan Informed Consent yaitu surat persetujuan setelah memperoleh penjelasan.

5. Peneliti mencatat identitas sampel dan melakukan pemeriksaan terhadap rongga mulut sampel.

6. Peneliti memberi penjelasan kepada sampel penelitian mengenai kuesioner. 7. Kuesioner terdiri dari sepuluh pertanyaan mengenai sulit atau tidaknya membuka mulut, frekuensi sakit kepala, nyeri leher, sakit pada sendi kraniomandibular, adanya bunyi pada sendi, artikulasi serta perasaaan gugup atau tegang yang dialami.

Setiap pertanyaan pada kuesioner ini terdiri atas 3 pilihan jawaban yaitu; tidak mengalami, kadang-kadang, dan sering mengalami kelainan. Adapun nilai untuk penilaian dari ketiga pilihan jawaban tersebut menurut Fonseca’s Questionnaire sebagai berikut: 66,67

- Tidak : 0

- Kadang-skadang : 5


(41)

Setiap nilai yang terkumpul dari pilihan jawaban dalam pertanyaan tersebut dilakukan penjumlahan, sehingga setiap lembar kuisioner yang dijawab oleh sampel akan menghasilkan kriteria gangguan, yang dibagi dalam 4 kriteria gangguan. Adapun nilai untuk kritria kelainan menurut Fonseca’s Questionnaire, sebagai berikut:

- Tidak ada gangguan sendi temporomandibula : 0−15 - Gangguan sendi temporomandibula ringan : 20−40 - Gangguan sendi temporomandibula sedang : 45−65 - Gangguan sendi temporomandibula berat : 70−100

Oleh karena itu, pada penelitian ini disimpulkan dengan total nilai 0–15 responden dinyatakan tidak mengalami gangguan sendi temporomandibula. Namun, apabila ditemukan total nilai 20–100 maka responden dinyatakan mengalami gangguan sendi temporomandibula.

8. Peneliti melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah disediakan untuk memperoleh data yang diperlukan.

9. Peneliti melakukan pemeriksaan klinis pada sendi temporomandibula dengan menggunakan dysfunction index yaitu berdasarkan hasil evaluasi lima tanda klinis gangguan fungsi sendi dan modifiedmobilityindex (Helkimo 1974) yang terdiri dari:66

a. Pengukuran jarak pembukaan mulut maksimal

Penentuan batas pembukaan mulut maksimal dalam penelitian ini menggunakan modifiedmobilityindex yaitu pembukaan mulut diukur dari tepi insisal rahang atas ke tepi insisal rahang bawah. Pada keadaan yang normal jarak pembukaan maksimal adalah maksimal ≥40 mm. (Gambar 7)


(42)

Gambar 7. Pengukuran batas pembukaan mulut maksimal

b. Penurunan fungsi sendi temporomandibula

Dalam pemeriksaan fungsi sendi temporomandibula dilakukan dua jenis pemeriksaan yaitu auskultasi untuk mengetahui adanya bunyi pada sendi dengan menggunakan stetoskop (gambar 8) dan pengukuran jarak deviasi yang diukur pada saat pasien melakukan gerakan membuka atau menutup mulut (gambar 9).


(43)

Gambar 9. Pengukuran jarak deviasi saat membuka atau menutup mulut

c. Nyeri Otot

Pemeriksaan pada otot mastikasi di sekitar wajah dengan palpasi otot maseter (gambar 10) dan otot temporal (gambar 11).


(44)

Gambar 11. Palpasi otot temporalis

d. Pemeriksaan pada sendi temporomandibula

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya nyeri sendi dengan melakukan palpasi pada bagian lateral (gambar 12) dan posterior sendi temporomandibula (gambar 13).


(45)

Gambar 13. Palpasi STM bagian posterior

e. Nyeri pada pergerakan mandibula

Pemeriksaan ada tidaknya nyeri pada sendi saat pasien menggerakkan mandibula ke lateral kanan (gambar 14) dan lateral kiri (gambar15).

Gambar 14. Pergerakan mandibula ke lateral kanan


(46)

Gambar 15.Pergerakan mandibula ke lateral kiri

Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis yang dilakukan, peneliti akan memberi penilaian pada setiap tanda kinis yang ditemukan oleh responden. Adapun penilaian tersebut dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu:

- 0 : Normal - 1 : Ringan - 5 : Berat

Setiap nilai yang terkumpul akan dijumlahkan maka diperoleh total keseluruhan nilai dan disesuaikan dengan kriteria gangguan fungsi sendi, yang terbagi dalam 4 kriteria gangguan. Adapun nilai untuk kriteria tersebut adalah:

- 0 : Tidak ada gangguan - 1-4 : Disfungsi sendi ringan - 5-9 : Disfungsi sendi sedang - 10-25 : Disfungsi sendi berat

Oleh karena itu, disimpulkan bahwa dengan nilai 1-25 maka responden dinyatakan mengalami gangguan sendi temporomandibula.

10.Setelah data hasil wawancara dan pemeriksaan klinis dari semua responden telah diperoleh, peneliti melakukan tabulasi data. Data diolah dengan bantuan komputer.


(47)

3.7 Analisis Data

Data pasien yang mengalami kehilangan gigi diperoleh dari kuesioner dan disajikan dengan menghitung persentase distribusi, kemudian dilakukan uji signifikan dengan chi-square untuk menguji hubungan dua buah variabel nominal dan mengukur kuatnya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel nominal lainnya. Berdasarkan hasil uji chi-square dapat ditentukan variabel yang menunjukkan hubungan signifikan (p < 0,05).


(48)

3.8 Kerangka Operasional

Observasi terhadap pasien di RSGMP FKG USU

Mengurus surat izin penelitian dari FKG USU dan Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan

Menentukan subjek penelitian berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi

Mendatangi subjek penelitian ke RSGMP FKG USU

Penjelasan kuesioner pada responden dan pemberian lembar Informed Consent

Wawancara dan pengisian kuesioner Pemeriksaan klinis rongga mulut

- Jumlah gigi yang hilang

- Jumlah kuadran kehilangan gigi posterior - Dukungan oklusal

Pengolahan data

Analisis data

Pemeriksaan sendi temporomandibula Pencatatan hasil pemeriksaan


(49)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Pasien Kehilangan Gigi Sebagian di RSGMP FKG USU

Pada penelitian ini, pasien RSGMP FKG USU yang kehilangan gigi sebagian dikelompokkan kedalam tiga karakteristik, yaitu jumlah kehilangan gigi, jumlah kuadran kehilangan gigi posterior dan dukungan oklusal. Berdasarkan jumlah kehilangan gigi, pasien yang kehilangan sebagian gigi dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu kelompok kehilangan 1-5 gigi terdiri atas 54 orang (54%), kelompok kehilangan 6-10 gigi terdiri atas 15 orang (15%) dan kelompok kehilangan lebih dari 10 gigi terdiri atas 31 orang (31%). Berdasarkan jumlah kuadran kehilangan gigi, pasien dibagi kedalam empat kelompok yaitu pasien yang kehilangan gigi pada 1 kuadran terdiri atas 20 orang (20%), kehilangan gigi pada 2 kuadran terdiri atas 21 orang (21%), kehilangan gigi pada 3 kuadran terdiri atas 12 orang (12%) dan kehilangan gigi pada 4 kuadran terdiri atas 47 orang (47%). Berdasarkan dukungan okusal pasien dibagi kedalam enam kelompok yaitu kelompok dukungan oklusal kelas A terdiri atas 45 orang (45%), kelas B1 terdiri atas 7 orang (7%), kelas B2 terdiri atas 18 orang (18%), kelas B3 terdiri atas 7 orang (7 %), kelas B4 terdiri atas 10 orang (10%) dan kelas C terdiri atas 13 orang (13%). (Tabel 3)


(50)

Tabel 3. Karakteristik pasien yang kehilangan gigi sebagian di RSGMP FKG USU.

No Variabel n %

1. Jumlah kehilangan gigi

1-5 gigi 54 54

6-10 gigi 15 15

>10 gigi 31 31

JUMLAH 100 100

2. Jumlah kuadran kehilangan gigi posterior

1 20 20

2 21 21

3 12 12

4 47 47

JUMLAH 100 100

3. Dukungan oklusal

A 45 45

B1 7 7

B2 18 18

B3 7 7

B4 10 10

C 13 13

JUMLAH 100 100

4.2 Prevalensi Kehilangan Gigi Sebagian yang Mengalami Gangguan Sendi Temporomandibula Pada Pasien RSGMP FKG USU Berdasarkan Kuesioner dan Pemeriksaan Klinis

Pengumpulan data penelitian ini dilakukan melalui wawancara langsung menggunakan kuesioner dan pemeriksaan klinis. Berdasarkan hasil pengumpulan data dari kuesioner yang terdiri dari 10 pertanyaantanda dan gejala gangguan sendi temporomandibula, menunjukkan dari 100 orang yang diperiksa ditemukan 59 orang (59%)pasien yang mengalami gangguan sendi temporomandibula dan sebanyak 41 orang (41%) yang tidak mengalami gangguan sendi temporomandibula. (Tabel 4)

Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis yang terdiri dari pemeriksaan pembukaan mulut maksimal, pemeriksaan bunyi pada sendi temporomandibula dan


(51)

dan palpasi padasaat pergerakan mandibula, ditemukan sebanyak 86 orang (86%) yang mengalami gangguan sendi temporomandibula dan terdapat 14 orang (14%) yang tidak mengalami gangguan sendi temporomandibula. (Tabel 4)

Tabel 4. Prevalensi kehilangan gigi sebagian dengan gangguan sendi temporomandibula pada pasien RSGMP FKG USU berdasarkan kuesioner dan pemeriksaan klinis

Pemeriksaan Ada Tidak Ada Jumlah

n % n % n %

Kuesioner 59 59 41 41 100 100

Pemeriksaan Klinis

86 86 14 14 100 100

4.3Hubungan Kehilangan Gigi Sebagian Terhadap Gangguan Sendi Temporomandibula Pada Pasien RSGMP FKG USU Berdasarkan Jumlah Kehilangan Gigi

Hasil penelitian ini menunjukkanpada kelompok kehilangan 1-5 gigi ditemukan 43 orang (79,6%) mengalami gangguan temporomandibula dan 11 orang (20,4%) tidak mengalami gangguan temporomandibula. Pada kelompok kehilangan 6-10 gigi ditemukan 13 orang (86,7%) yang mengalami gangguan sendi temporomandibula dan 2 orang (13,3%) yang tidak mengalami gangguan sendi temporomandibula. Pada kelompok kehilangan lebih dari 10 gigi ditemukan 30 orang (96,8%) yang mengalami gangguan sendi temporomandibula dan terdapat 1 orang (3,2%) yang tidak mengalami gangguan sendi temporomandibula. (tabel 5)

Hasil penelitian ini menunjukkan persentase pasien yang mengalami gangguan temporomandibula paling tinggi terdapat pada kelompok kehilangan lebih dari 10 gigi (96,8%) dan paling rendah terdapat pada kasus kehilangan 1-5 gigi (79,6%). Data yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan persentase responden yang mengalami gangguan sendi temporomandibula seiring dengan


(52)

menunjukkantidak ada hubungan antara jumlah kehilangan gigi dengan gangguan sendi temporomandibula pada kehilangan gigi sebagian dengan nilai p= 0,09 (p>0,05). (Tabel 5)

.

Tabel 5. Hubungan kehilangan gigi sebagian terhadap gangguan sendi temporomandibula pada pasien RSGMP FKG USU berdasarkan jumlah kehilangan gigi

Gangguan STM

Jumlah Kehilangan Gigi

p

1-5 6-10 >10

n % n % n %

Ada 43 79,6 13 86,7 30 96,8

0,09

Tidak Ada 11 20,4 2 13,3 1 3,2

Jumlah 54 100 15 100 31 100

.

4.4 Hubungan Kehilangan Gigi Sebagian Terhadap Gangguan Sendi Temporomandibula Pada Pasien RSGMP FKG USU Berdasarkan Jumlah Kuadran Kehilangan Gigi Posterior

Berdasarkan hasil penelitian ini, pada kelompok kehilangan gigi posterior pada satu kuadran ditemukan sebanyak 13 (65,0%) orang yang mengalami gangguan sendi temporomandibula dan terdapat 7 orang (35,0%) yang tidak mengalami gangguan sendi temporomandibula. Pada kelompok dua kuadran terdapat 18 orang (85,7%) yang mengalami gangguan sendi temporomandibula dan terdapat 3 orang (14,3%) yang tidak mengalami gangguan sendi temporomandibula. Pada kelompok tiga kuadran terdapat 10 orang (83,3%) yang mengalami gangguan sendi temporomandibula dan terdapat 2 (16,7%) orang yang tidak mengalami gangguan sendi temporomandibula. Pada kelompok empat kuadran terdapat 45 orang (95,7%) yang mengalami gangguan sendi temporomandibula dan terdapat 2 orang (4,3%) yang tidak mengalami ganguan sendi temporomandibula. (Tabel 6)


(53)

Berdasarkan jumlah kuadran kehilangan gigi posteriordiperoleh frekuensi pasien yang mengalami gangguan temporomandibula paling tinggi terdapat pada kelompok kehilangan gigi posterior yang berjumlah empat kuadran (95,7%) sedangkan frekuensi yang paling rendah pada satu kuadran kehilangan gigi posterior (65,0%). Uji chi-square menunjukkan ada hubungan antara jumlah kuadran kehilangan gigi posterior terhadap gangguan sendi temporomandibula pada kehilangan gigi sebagian dengan nilai p= 0,011 (p<0,05). (Tabel 6)

Tabel 6. Hubungan kehilangan gigi sebagian terhadap gangguan sendi temporomandibula pada pasien RSGMP FKG USU berdasarkan jumlah kuadran kehilangan gigi posterior

Gangguan STM

Jumlah Kuadran Kehilangan Gigi Posterior

p

1 2 3 4

n % n % N % n %

Ada 13 65 18 85,7 10 83,3 45 95,7

0,011*

Tidak Ada 7 35 3 14,3 2 16,7 2 4,3

Jumlah 20 100 21 100 12 100 47 100 Keterangan: *hubungan signifikan

4.5 Hubungan Kehilangan Gigi Sebagian Terhadap Gangguan Sendi Temporomandibula Pada Pasien RSGMP FKG USU Berdasarkan Dukungan Oklusal

Berdasarkan hasil penelitian ini, pada kelompok dukungan oklusal kelas A ditemukan sebanyak 35 orang (77,78%) dan sebanyak 10 orang (22,22%) yang tidak mengalami gangguan sendi temporomandibula. Semua responden pada kelompok kelas B1 yaitu sebanyak 7 orang (100%) mengalami gangguan sendi temporomandibula. Pada kelompok kelas B2 terdapat 14 orang (77,78%) yang mengalami gangguan sendi temporomandibula dan terdapat 4 orang (22,22%) yang tidak mengalami gangguan sendi temporomandibula. Semua responden pada


(54)

sendi temporomandibula. Hal yang sama juga ditemukan pada kelompok kelas B4 dimana semua responden pada kelas ini yaitu sebanyak 10 orang (100%) mengalami gangguan sendi temporomandibula. Pada kelompok kelas C juga ditemukan semua responden mengalami gangguan sendi temporomandibula yaitu sebanyak 13 orang (100%).

Pada tabel terlihat bahwa frekuensi pasien yang mengalami gangguan sendi temporomandibula yang paling tinggi terjadi pada kelompok dukungan oklusal kelas B1, B3, B4 dan C (100%) dan frekuensi paling rendah pada kelompok dukugan oklusal kelas A dan B2 (77,78%). Berdasarkan hasil uji chi-squaretidak ada hubungan antara kehilangan gigi sebagian terhadap gangguan sendi temporomandibula berdasarkan dukungan oklusal yang ditunjukkan dengan nilai p= 0,089 (p>0,05). (Tabel 7)

Tabel 7. .Hubungan kehilangan gigi sebagian terhadap gangguan sendi temporomandibula pada pasien RSGMP FKG USU berdasarkan dukungan oklusal.

Gangguan STM

Dukungan Oklusal

p

A B1 B2 B3 B4 C

n % n % n % n % n % n %

Ada 35 77,78 7 100 14 77,78 7 100 10 100 13 100

0,089 Tidak Ada 10 22,22 0 0 4 22,22 0 0 0 0 0 0


(55)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1Karakteristik Pasien Kehilangan Gigi Sebagian di RSGMP FKG USU

Pada penelitian ini pengelompokan pasien sebagai responden berdasarkan jumlah kehilangan gigi ditemukan persentase tertinggi pada kelompok yang kehilangan 1-5 gigi (54%). Hal ini sesuai dengan data hasil Riskesdas tahun 2013 yang melaporkan prevalensi nasional indeks DMFT 4,6. Data ini menjelaskan bahwa rata-rata masyarakat mengalami kerusakan 5 gigi per orang.30 Dalam penelitian ini pasien sebagai responden yang berusia 18-35 tahun sebesar 47%, 35-44 tahun sebesar 11%, 45-54 tahun sebesar 21%, 55-64 tahun sebesar 18% dan pasien yang berumur diatas 65 tahun sebesar 3%. Data ini menunjukkan bahwa pasien sebagai responden lebih banyak pada usia yang lebih muda dimana keadaan ini mengakibatkan persentase jumlah kehilangan 1-5 gigi lebih tinggi dibandingkan pada kelompok dengan jumlah kehilangan gigi yang lebih banyak. Keadaan ini disebabkan oleh usia sebagai faktor sosiodemografi yang turut memengaruhi terjadinya kehilangan gigi.32,33 Hal ini dikarenakan semakin lama gigi berada di dalam rongga mulut maka semakin tinggi resiko terjadinya kerusakan gigi yang pada akhirnya menyebabkan hilangnya gigi.25,33,34 Hal ini didukung oleh data Riskesdas yang menunjukkan peningkatan indeks DMFT seiring bertambahnya umur.30 Disamping itu, berdasarkan data Oral Health US (2002) juga menunjukkan meningkatnya prevalensi kehilangan gigi seiring peningkatan usia.26

Pada pengelompokan pasien sebagai responden berdasarkan jumlah kuadran kehilangan gigi, persentase terbesar ditemukan pada kelompok yang kehilangan gigi pada empat kuadran gigi (47%). Dalam penelitian ini pasien sebagai responden mengalami rata rata mengalami kerusakan gigi molar pertama di keempat kuadran gigi. Hal ini dikarenakan gigi molar pertama merupakan gigi yang paling sering mengalami kerusakan karena karies dan juga gigi yang paling sering direstorasi,


(56)

dicabut.68 Hal ini juga terlihat pada penelitian Wang dkk (2009) yang menunjukkan kehilangan gigi pada semua kuadran lebih banyak.11

Pada penelitian ini pengelompokkan pasien sebagai responden berdasarkan dukungan oklusal menggunakan klasifikasi eichner yakni berdasarkan kontak oklusal gigi geligi yang berantagonis pada maksila dan mandibula.14 Berdasarkan data yang diperoleh, persentase tertinggi terdapat pada kelompok dukungan oklusal kelas A yang terdiri atas 4 zona dukungan oklusal dimana hal ini berarti minimal terdapat 1 gigi dari kedua gigi premolar dan molar yang berkontak antagonis pada setiap sisinya. Hal ini kemungkinan dikarenakan pada penelitian ini ditemukan jumlah kehilangan gigi terbanyak pada responden penelitian adalah 1-5 gigi dan jumlah kuadran kehilangan gigi tertinggi pada keempat kuadran. Keadaan ini dapat menjelaskan bahwa rata-rata responden kehilangan 1 gigi di setiap kuadran sehingga masih ada gigi premolar maupun molar yang berkontak pada setiap sisinya dimana ini berarti memiliki 4 zona dukungan oklusal.

5.2 Prevalensi Kehilangan Gigi Sebagian yang Mengalami Gangguan Sendi Temporomandibula Pada Pasien RSGMP FKG USU

Pada penelitian ini, berdasarkan kuesioner diperoleh prevalensi pasien dengan kehilangan gigi yang mengalami tanda dan gejala gangguan sendi temporomandibula adalah sebesar 59%. Sedangkan berdasarkan pemeriksaan klinis pada penelitian ini diperoleh prevalensi sebesar 86%. Hasil pengumpulan data menunjukkan adanya perbedaan hasil kuesioner dengan pemeriksaan klinis pada pasien sebagai responden karena tingkat keakuratan responden dalam menjawab kuesioner merupakan faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh peneliti.

Gangguan sendi temporomandibula merupakan sekumpulan tanda dan gejala yang melibatkan otot mastikasi, sendi temporomandibula dan struktur terkait yang digambarkan dengan adanya nyeri pada area preauricular, nyeri pada sendi temporomandibula, nyeri pada otot-otot pengunyahan, keterbatasan atau deviasi pada pergerakan mandibula dan bunyi pada sendi selama mandibula berfungsi. Pada umumnya keluhan pasien yang mengalami gangguan sendi temporomandibula


(57)

diantaranya sakit kepala, nyeri di sekitar leher, nyeri pada wajah dan sakit pada telinga sehingga sering dianggap bukan berasal dari keadaan gigi geligi dan sendi. Oleh karena itu, pasien sering tidak menyadari adanya tanda dan gejala gangguan sendi temporomandibula seperti deviasi dan krepitasi sendi.7,8,18,19 Hal ini menyebabkan gangguan sendi temporomandibula lebih banyak ditemukan pada pemeriksaan klinis dibandingkan kuesioner. Selain itu berdasarkan penelitian Gaphor dan Hameed (2010) menyatakan bahwa individu malu untuk mengakui adanya gangguan dikarenakan lingkungan saat menanyakan keluhan tanpa privasi.18

Berdasarkan adanya faktor-faktor yang menyebabkan ketidakakuratan pasien sebagai responden dalam menjawab pertanyaan kuesioner, oleh karena itu pemeriksaan klinis dianggap sebagai metode yang lebih objektif dalam mendiagnosis tanda dan gejala sendi temporomandibula. Oleh karena itu, hasil pemeriksaan klinis yang digunakan untuk melihat hubungan gangguan sendi temporomandibula dengan kehilangan gigi sebagian berdasarkan jumlah kehilangan gigi, jumlah kuadran kehilangan gigi posterior dan dukungan oklusal.

5.3 Hubungan Kehilangan Gigi Sebagian Terhadap Gangguan Sendi Temporomandibula Pada Pasien RSGMP FKG USU Berdasarkan Jumlah Kehilangan Gigi

Pada penelitian ini, persentase pasien yang memiliki tanda dan gejala gangguan sendi temporomandibula paling banyak pada kelompok kehilangan lebih dari 10 gigi (96,8%). Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan jumlah kehilangan gigi diikuti peningkatan frekuensi pasien yang memiliki tanda dan gejala sendi temporomandibula. Berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh nilai p= 0,09 (p> 0,05) yang menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara jumlah kehilangan gigi terhadap gangguan sendi temporomandibula. Hilangnya sejumlah besar gigi menyebabkan beban oklusal yang diterima oleh gigi yang masih tinggal semakin berat.6 Keadaan ini pada akhirnya akan mengakibatkan beban berlebih pada sendi temporomandibula sehingga dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya perubahan


(58)

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Himawan (2007) yang juga menemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara kehilangan gigi terhadap gangguan sendi temporomandibula meskipun frekuensi distribusi data yang diperoleh menunjukkan kehilangan lebih dari 13 gigi memiliki peranan terhadap timbulnya tanda dan gejala gangguan sendi temporomandibula.6 Menurut Okeson inklinasi gigi anterior memiliki fungsi yang berbeda dari gigi geligi posterior. Fungsi utama gigi posterior adalah untuk membantu pemecahan makanan selama proses pengunyahan berlangsung serta berguna untuk mempertahankan dimensi vertikal oklusi. Kontak oklusal gigi geligi posterior berfungsi untuk menjaga stabilitas mandibula secara maksimal dan meminimalkan tekanan pada masing masing gigi sehingga memungkinkan rahang mampu menerima beban yang berat tanpa mengganggu gigi dan struktur pendukungnya. Berbeda halnya dengan gigi anterior yang tujuan utamanya bukanlah untuk mempertahankan dimensi vetikal melainkan berperan sebagai penuntun mandibula pada saat pergerakan anterior mandibula.48 Hal ini menjelaskan bahwa kehilangan gigi posterior lebih berpengaruh dibandingkan dengan kehilangan gigi anterior terhadap terjadinya gangguan sendi temporomandibula. Namun pada penelitian ini jumlah kehilangan gigi tidak dibedakan berdasarkan lokasinya yaitu kehilangan gigi anterior atau posterior.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Wang dkk (2009) yang menyatakan bahwa jumlah kehilangan gigi tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap timbulnya tanda dan gejala gangguan sendi temporomandibula. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh emosional yang turut berpengaruh terhadap sensitifitas nyeri sebagai salah satu tanda dan gejala timbulnya gangguan sendi temporomandibula.9 Keadaan ini terjadi karena pada saat beban emosi yang berat terjadi perubahan sirkulasi pada otot pengunyahan yaitu peningkatan cairan pada jaringan otot yang mengakibatkan adanya tekanan pada reseptor nyeri.53 Namun hal ini tidak sejalan dengan penelitian Uhac dkk (2002) yang menyatakan bahwa resiko tanda dan gejala gangguan sendi temporomandibula memiliki hubungan yang signifikan pada individu yang kehilangan gigi lebih banyak.20


(59)

5.4Hubungan Kehilangan Gigi Sebagian Terhadap Gangguan Sendi Temporomandibula Pada Pasien RSGMP FKG USU Berdasarkan Jumlah Kuadran Kehilangan Gigi Posterior

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok yang mengalami gangguan sendi temporomandibula paling banyak pada kelompok yang kehilangan gigi posterior di semua kuadran gigi (95,7%). Berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh nilai p= 0,011 (p< 0,05) yang menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara kehilangan gigi sebagian terhadap gangguan sendi temporomandibula berdasarkan dukungan oklusal. Keadaan ini dikarenakan kehilangan gigi posterior akan diikuti dengan hilangnya kontak oklusal yang mengakibatkan ketidakseimbangan oklusi sehingga mengganggu kestabilan lengkung gigi. Dalam keadaan ini struktur sendi akan menerima beban yang tidak merata dan apabila terjadi terus menerus dapat mengganggu sendi temporomandibula.2-4,11-13,48 Selain itu, pada kehilangan gigi posterior pada satu regio dapat menyebabkan overclosure yang mengakibatkan deviasi kondilus dari posisi sentrik normal sehingga menyebabkan pergeseran sendi temporomandibula.12 Keadaan ini mengakibatkan ketidakseimbangan posisi mandibula sehingga sendi temporomandibula tidak dapat berfungsi secara efektif dan jika pada keadaan ini gigi atau sendi mendapat tekanan yang besar maka dapat memicu kerusakan sendi, gigi dan struktur pendukungnya.48

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Shet RGK (2010) yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara jumlah kuadran kehilangan gigi dengan gangguan sendi temporomandibula.17 Hal ini juga didukung oleh penelitian Wang dkk (2009) yang menyatakan bahwa jumlah kuadran kehilangan gigi lebih berpengaruh terhadap terjadinya gangguan sendi temporomandibula dibandingkan dengan jumlah kehilangan gigi dimana semakin besar jumlah kuadran kehilangan gigi maka insiden terjadinya gangguan sendi temporomandibula akan meningkat. Dari hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa resiko lebih rendah pada individu yang mengalami kehilangan gigi posterior hanya pada satu kuadran dibandingkan dengan kehilangan gigi posterior pada kuadran yang berbeda.9


(60)

5.5Hubungan Kehilangan Gigi Sebagian Terhadap Gangguan Sendi Temporomandibula Pada Pasien RSGMP FKG USU Berdasarkan Dukungan Oklusal

Dalampenelitian ini, pada kehilangan gigi sebagian keberadaan dukungan oklusal diklasifikasikan dengan menggunakan eichner index.14 Klasifikasi eichner ini berdasarkan daerah kontak oklusal gigi geligi yang berantagonis pada maksila dan mandibula. Klasifikasi ini membagi dukungan oklusal kedalam 3 kelas yaitu, kelas A, kelas B dan kelas C.Kelas A terdiri atas 4 zona dukungan oklusal yaitu kontak gigi premolar dengan gigi antagonisnya pada setiap sisi. Kelas B dibagi kedalam 4 kelompok yaitu B1, B2, B3 dan B4. Kelas B1 terdapat 3 zona dukungan oklusal, kelas B2 yang terdiri dari 2 zona dukungan oklusal dan kelas B3 yang hanya memiliki 1 zona dukungan oklusal serta kelas B4 yang mana dukungan hanya berada pada daerah gigi anterior sedangkan pada kelas C adalah tidak ditemukan gigi yang berkontak antagonis baik anterior maupun posterior.14,61 Kehilangan gigi posterior akan disertai dengan hilangnya dataran oklusal, yang mana akan memengaruhi keseimbangan oklusi dan mengganggu fungsi.7,12,13Pada penelitian ini seluruh sampel pada kelas B1, B3, B4 dan C (100%) mengalami ganguan sendi temporomandibula. Pada kelompok kelas B2 diperoleh hasil yang berbeda yaitu sebesar 77,78% yang mengalami gangguan sendi temporomandibula. Hal ini dikarenakan hilangnya dukungan oklusal akibat kehilangan gigi bukan merupakan satu satunya faktor yang dapat mengakibatkan timbulnya tanda dan gejala gangguan sendi temporomandibula. Beberapa faktor lain yang turut berpengaruh dalam menimbulkan gangguan sendi temporomandibula diantaranya usia, jenis kelamin, keadaan emosional dan faktor sistemik pasien namun, dalam penelitian ini faktor-faktor tersebut tidak diperhatikan.

Dari hasil uji analisis chi-square didapati tidak ada hubungan kehilangan gigi sebagian dengan gangguan sendi temporomandibula berdasarkan dukungan oklusal dengan nilai p= 0,089 (p>0,05). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hiltunen K (2004) yang juga menemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan oklusal berdasarkan eichner index dengan gangguan sendi temporomandibula. Hal ini disebabkan kehilangan gigi tidak selalu dapat


(61)

menggambarkan efektifitas fungsi sistem mastikasi namun dapat dijadikan indikator kesehatan gigi dan mulut.61 Namun dalam penelitian Mund T (2005) ditemukan adanya hubungan yangsignifikan antara hubungan dukungan oklusal dengan gangguan sendi temporomandibula pada pria sedangkan pada wanita tidak ditemukan hubungan yang signifikan. Perbedaan ini terjadi disebabkan oleh interaksi antara jenis kelamin dan dukungan oklusal yang saling memengaruhi terhadap timbulnya tanda dan gejala gangguan sendi temporomandibula.14

Hal ini disebabkan oleh karena etiologi gangguan sendi temporomandibula merupakan multifaktorial yakni banyak faktor resiko yang sering dikaitkan terhadap timbulnya tanda dan gejala gangguan sendi temporomandibula. Faktor yang sering dikaitkan diantaranya adalah jenis kelamin dan usia. Perbedaan level hormon estrogen merupakan hal yang penting dalam gangguan sendi temporomandibula berdasarkan jenis kelamin. Hal ini dikarenakan hormon estrogen merupakan faktor penting dalam perjalanan timbulnya nyeri sebagai salah satu tanda dan gejala gangguan sendi temporomandibula. Selain itu, juga terdapat perbedaan batas kemampuan dalam menerima stress antara pria dan wanita.3,10,16,48,55 Disamping itu usia merupakan faktor predisposisi terjadinya gangguan sendi temporomandibula karena frekuensi dan tingkat keparahan suatu penyakit meningkat seiring dengan pertambahan usia.57 Selain itu, dalam penelitian ini kelas A dan kelas C tidak dibedakan berdasarkan subkelasnya yang mana hal ini juga akan mempengaruhi migrasi gigi geligi yang tinggal ke daerah tidak bergigi untuk mencapai kontak.

Pada penelitian ini, pasien sebagai responden tidak dibedakan berdasarkan usia dan jenis kelamin serta faktor-faktor lain yang turut berpengaruh dalam menimbulkan terjadinya gangguan sendi temporomandibula. Selain itu, jumlah sampel yang diperoleh tidak merata sehingga data yang diperoleh tidak cukup adekuat untuk digunakan dalam menganalisis hubungan kehilangan gigi terhadap gangguan sendi temporomandibula berdasarkan dukungan oklusal.


(62)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Karakteristik pasien di RSGMP FKG USU berdasarkan jumlah kehilangan gigi pada kehilangan 1-5 gigi sebesar 54%, kehilangan 6-10 gigi sebesar 15%, kehilangan >10 gigi sebesar 31%. Berdasarkan jumlah kuadran kehilangan gigi posterior berjumlah satu kuadran sebesar 20%, berjumlah dua kuadran sebesar 21%, berjumlah tiga kuadran 12%, berjumlah empat kuadran 47%. Berdasarkan dukungan oklusal eichner index ditemukan pada kelas A sebanyak 45%, kelas B1 sebanyak 7%, kelas B2 sebanyak 18%, kelas B3 sebanyak 7%, kelas B4 sebanyak 10%, kelas C sebanyak 13%.

2. Prevalensi pasien kehilangan gigi sebagian yang mengalami gangguan sendi temporomandibula di RSGMPFKG USU berdasarkan kuesioner sebesar 59% sedangkan berdasarkan pemeriksaan klinis sebesar 86%.

3. Tidak ada hubungan kehilangan gigi sebagian terhadapgangguan sendi temporomandibula berdasarkan jumlah kehilangan gigi dengan nilai p= 0,09, namun terdapat peningkatan terjadinya gangguan sendi temporomandibula seiring dengan peningkatan jumlah kehilangan gigi.

4. Ada hubungan yang signifikan kehilangan gigi sebagian terhadapgangguan sendi temporomandibula berdasarkan jumlah kuadran kehilangan gigi posterior dengan nilai p= 0,011.

5. Tidak ada hubungan kehilangan gigi sebagian terhadap gangguan sendi temporomandibula berdasarkan dukungan oklusal dengan nilai p= 0,089.


(63)

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menggunakan sampel yang lebih representatif dan distribusi lebih merata untuk setiap kelompok variabel.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui frekuensi distribusi setiap tanda dan gejala gangguan sendi temporomandibula sehingga dapat diketahui tanda dan gejala yang paling banyak dialami pasien yang mengalami gangguan sendi temporomandibula.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menilai tingkat keparahan gangguan sendi temporomandibula berdasarkan tanda dan gejala yang dimiliki responden.

4. Etiologi terjadinya gangguan sendi temporomandibula adalah multifaktorial sehingga pada penelitian yang lebih lanjut diharapkan peneliti memperhatikan faktor – faktor resiko lain yang turut berpengaruh terhadap timbulnya tanda dan gejala sendi temporomandibula seperti usia, jenis kelamin dan keadaan psikologi responden agar hasil yang diperoleh secara akurat mampu menunjukkan ada tidaknya hubungan kehilangan gigi terhadap gangguan sendi temporomandibula.


(64)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehilangan Gigi

Kehilangan gigi disebut juga dengan edentulous. Kehilangan gigi dapat didefinisikan sebagai hilangnya beberapa atau semua gigi pada lengkung rahang.6,24 Hilangnya gigi akan menyebabkan penurunan tulang alveolar, migrasi gigi tetangga serta dapat memengaruhi jaringan pendukung dalam menerima restorasi prostetik yang adekuat.24

2.1.1 Etiologi

Secara umum kehilangan gigi merupakan hasil dari suatu proses penyakitsehingga dapat diklasifikasikan sebagai masalah rongga mulut. Kehilangan gigi geligi lebih sering disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan penyakit periodontal. Faktor lain seperti trauma, sikap dan karakteristik terhadap pelayanan kesehatan gigi, faktor sosio demografi serta gaya hidup juga turut memengaruhi hilangnya gigi.25,26

2.1.1.1 Faktor Penyakit

Karies gigi dapat dialami setiap orang dan masih merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut.3,26,27Penyebab utama dari kehilangan gigi adalah karies dan penyakit periodontal.6,25 Karies merupakan penyakit infeksi gigi yang ditandai dengan adanya kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi (pit, fisur dan daerah interproksimal) meluas ke arah pulpa. Karies dapat timbul pada satu permukaan gigi dan dapat meluas ke bagian yang lebih dalam seperti enamel meluas ke dentin atau ke pulpa.26,27Karies gigi yang tidak dirawat dapat bertambah buruk sehingga akan menimbulkan rasa sakit danberpotensi menyebabkan hilangnya gigi.26

Penyakit periodontal merupakan penyakit infeksi pada jaringan yang 28,29


(65)

yaitu gingivitis dan periodontitis. Gingivitis adalah iritasi atau peradangan pada gusi yang disebabkan oleh bakteri plak yang terakumulasi diantara gigi dan gusi. Jika gingivitis tidak dirawat maka akan berkembang memengaruhi tulang alveolar, ligamen periodontal dan sementum, keadaan ini disebut periodontitis. Selama proses periodontitis terjadi resorbsi tulang secara progresif, apabila tidak dilakukan perawatan yang tepat dapat menyebabkan kehilangan gigi. Penyakit periodontal akan meningkat dengan meningkatnya umur, dari 6% pada umur 25–34 tahun menjadi 41% pada umur 65 tahun keatas.28,29

2.1.1.2 Faktor Bukan Penyakit

Trauma atau injuri baik yang langsung mengenai gigi maupun jaringan sekitarnya dapat membuat gigi terlepas dari soketnya. Kehilangan gigi akibat trauma dapat terjadi karena kecelakaan seperti kecelakaan bermotor, bersepeda, serangan pada wajah, dan kontak ketika berolahraga.28

Pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan upaya pencegahan yang dapat memengaruhi jumlah gigi yang tinggal dalam rongga mulut.30 Berdasarkan data hasil Riset Kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2013, pada responden umur diatas 12 tahun mengalami kerusakan gigi rata-rata 5 gigi per orang, rata-rata 4 gigi per orang sudah dicabut. Keadaan ini mungkin akibat kunjungan ke pelayanan kesehatan gigi sudah terlambat, sehingga gigi tidak dapat dipertahankan lagi dan harus dicabut. Sesuai dengan laporan hasil pencatatan dan pelaporan penderita pengunjung puskesmas (SP2TP) pada akhir pelita V, terlihat tingginya persentase pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi untuk pencabutan yaitu 79,6%.31 Dapat dikatakan bahwa masih rendahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan gigi dan mempertahankan fungsi gigi.2,31

Faktor sosio demografi seperti umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan tingkat penghasilan merupakan faktor yang juga memengaruhi kehilangan gigi.6 Beberapa penelitian menyatakan bahwa usia memiliki hubungan terhadap terjadinya kehilangan gigi.32,33Prevalensi kehilangan gigi akan meningkat seiring dengan


(66)

mulut akan meningkatkan resiko terjadinya kerusakan gigi yang menyebabkan kehilangan gigi.25,33,34 Berdasarkan data Oral Health US (2002) menunjukkan prevalensi kehilangan gigi pada usia 25-44 tahun adalah 2%, prevalensi kehilangan gigi pada usia 45-60 tahun adalah 10% dan prevalensi kehilangan gigi pada usia 65-74 tahun adalah 25%.26Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Departemen kesehatan Republik Indonesia tahun 2013 telah dilaporkan bahwa kehilangan gigi ditemukan kelompok umur 25-34 tahun sebesar 0,1%, 35-44 tahun sebesar 0,4 %, 45-54 tahun sebesar 1,8%, 55-64 tahun 5,9% dan pada kelompok umur diatas 65 tahun 17,6%.31 Kehilangan gigi juga dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin, sesuai dengan penelitian Shamdol Z, dkk (2008) di Malaysia melaporkan bahwa perempuan memiliki resiko lebih besar mengalami kehilangan gigi dibandingkan pria.32 Hal ini sesuai dengan data Canadian Community Health Survey (2003) yang menunjukkan wanita (10%) lebih banyak mengalami kehilangan gigi dibandingkan pria (7%).35Hal yang sama juga terjadi di Indonesia, berdasarkan RISKESDAS tahun 2013 insiden kehilangan gigi pada perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki.2,31

Terdapat hubungan antara kehilangan gigi dengan tingkat pendidikan. Masyarakat dengan pendidikan tinggi cenderung memiliki kesadaran untuk memperbaiki kesehatan rongga mulut, menggunakan fasilitas kesehatan gigi dan mulut serta gaya hidup yang lebih baik untuk memperhatikan kesehatan rongga mulut.25,32

2.1.2 Klasifikasi

Selama ini banyak sekali ragam klasifikasi yang diciptakan dan digunakan untuk mengelompokkan kehilangan gigi sebagian.6,24Tujuan utama klasifikasi ini agar dokter gigi dapat berkomunikasi sejelas mungkin, tentang keadaan rongga mulut yang akan dibuatkan gigitiruan. Pembuatan klasifikasi dapat membantu mempermudah pemahaman terhadap dasar-dasar atau prinsip pembuatan desain gigitiruan.7,36Sejumlah penelitian juga mengelompokkan kehilangan gigi berdasarkan jumlah kuadran kehilangan gigi posterior dan dukungan oklusal untuk melihat hubungan kehilangan gigi dengan gangguan sendi temporomandibula.


(67)

2.1.2.1 Jumlah Kehilangan Gigi

Jumlah gigi geligi sangat menentukan efektifitas pengunyahan dan penelanan yang merupakan langkah awal dari proses pencernaan. Jumlah gigi geligi yang sedikit akan menghasilkan bolus yang kasar sehingga dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan nutrisi. Selain itu, jumlah gigi geligi dalam rongga mulut akanmemengaruhi distribusi tekanan dan fungsi pengunyahan, penampilan, berbicara serta kenyamanan seseorang sehingga kehilangan gigi memiliki banyak dampak negatif yang memengaruhi banyak aspek. Dalam penelitiannya, Knezovic-Zlataric dkk (2001) membagi kelompok jumlah kehilangan gigi kedalam tiga kelompok yaitu, kehilangan satu sampai lima gigi; kehilangan enam sampai sepuluh gigi; kehilangan lebih dari sepuluh gigi.37

2.1.2.2 Jumlah Kuadran Kehilangan Gigi

Kuadran gigi merupakan istilah yang digunakan dalam pembagian rahang menjadi empat bagian yang sama, dimulai dari garis tengah lengkung gigi atau titik kontak insisivus sentralis dan meluas menuju gigi terakhir di belakang mulut. Susunan gigi dalam mulut terdiri atas empat kuadran yaitu, kuadran kanan atas, kiri atas, kiri bawah dan kanan bawah.38 (Gambar 1)


(68)

Pada penelitianWang,dkk (2009) dan Shet RGK (2010) menyatakan jumlah kuadran kehilangan gigi lebih berpengaruh terhadap terjadinya gangguan sendi temporomandibula dibandingkan dengan jumlah kehilangan gigi dimana semakin besar jumlah kuadran kehilangan gigi maka insiden terjadinya gangguan sendi temporomandibula akan meningkat. Dari hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa resiko lebih rendah pada individu yang mengalami kehilangan gigi posterior hanya pada 1 kuadran dibandingkan dengan kehilangan gigi posterior pada kuadran yang berbeda.12,18

2.1.2.3 Dukungan Oklusal

Kehilangan gigi posterior akan disertai dengan hilangnya dataran oklusal, sehingga akan memengaruhi keseimbangan oklusi dan mengganggu fungsi. Oleh karena itu, sejumlah penelitian menyatakan dukungan oklusal sebagai faktor predisposisi terjadinya gangguan sendi temporomandibula.8,13,14 Pada kehilangan gigi sebagian keberadaan dukungan oklusal dapat diklasifikasikan dengan menggunakan eichner index.15 (Gambar 2)


(69)

Pengelompokan klasifikasi eichnerini berdasarkan zona dukungan oklusal, yaitu daerah kontak gigi premolar dan atau molar dengan gigi antagonisnya pada setiap sisi. Klasifikasi ini membagi ada tidaknya dukungan oklusal kedalam 3 kelas yaitu, kelas A, kelas B dan kelas C.Kelas A terdiri atas 4 zona dukungan oklusal yaitu kontak gigi premolar dan molar dengan gigi antagonisnya pada setiap sisi. Kelas B dibagi kedalam 4 kelompok yaitu B1, B2, B3 dan B4. Kelas B1 terdapat 3 zona dukungan oklusal yaitu kontak gigi premolar atau molar dengan gigi antagonisnya, kelas B2 yang terdiri dari 2 zona dukungan oklusal yaitu kontak gigi premolar atau molar dengan gigi antagonisnya, kelas B3 yang hanya memiliki 1 zona dukungan oklusal yaitu kontak gigi premolar atau molar dengan gigi antagonisnya dan kelas B4 merupakan kelas yang tidak terdapat dukungan oklusal namun masih terdapat gigi anterior yang berkontak antagonis. Kelas C adalah kelas yang sama sekali tidak ditemukan gigi yang berkontak baik gigi anterior maupun gigi posterior. (Gambar 2)

Mundt T, dkk (2005) menyatakan bahwa hilangnya dukungan oklusal akan meningkatkan resiko terjadinya gangguan sendi temporomandibula. Dalam penelitiannya menjelaskan bahwa pria dengankehilangan dukungan oklusal memiliki resiko lebih tinggi mengalami gangguan sendi temporomandibula dibandingkan pada wanita.15

2.1.3 Dampak

Kehilangan gigi sebagian memiliki dampak emosional, sistemik dan fungsional. Hilangnya satu atau beberapa gigi dapat mengakibatkan terganggunya keseimbangan susunan gigi geligi. Bila hal tersebut tidak segera diatasi, maka akan mengganggu fungsi bicara, pengunyahan maupun estetik serta dapat memengaruhi kesehatan tubuh secara umum.1,2,25,29

2.1.3.1 Emosional

Kehilangan gigi dapat menimbulkan dampak emosional dalam kehidupan sehari-hari.Kehilangan gigi terutama di regio depan dapat mengganggu estetis yang


(70)

memperlihatkan wajah dengan bibir masuk ke dalam dan dagu menjadi tampak lebih ke depan. Selain itu akan timbul garis yang berjalan dari lateral sudut bibir dan terbentuk lipatan-lipatan yang menyebabkan sulkus nasolabial menjadi lebih dalam, sehingga wajah tampak lebih tua.29,40Adanya perubahan-perubahan ini membuat individu merasa sangat terganggu, kehilangan percaya diri, sadar akan penampilan dan menganggap kehilangan gigi sesuatu yang tidak patut dibicarakan sehingga pasien akan merahasiakannya.2,29,37

Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang mengungkapkan bahwa ada pengaruh emosional yang signifikan sebagai konsekuensi kehilangan gigi dimana lebih dari 45% individu merasa sulit untuk menerima kehilangan gigi yang dialaminya.41 Berdasarkan penelitian Suresh dkk (2010) dilaporkan bahwa individu yang kehilangan gigi cenderung merasa malu saat tersenyum didepan orang lain. Setiap orang ingin diterima dan ingin berinteraksi dalam kelompok sosial dengan nyaman namun hal ini dapat terganggu karena kehilangan gigi dapat mengganggu penampilan dan berbicara.42 Hal tersebut dapat menurunkan tingkat kepercayaan diri individu sehingga akan cenderung menarik diri dari masyarakat. Oleh karena itu,faktor estetis menjadi motivasi utama pasien dan penting untuk melakukan perawatan prostodonsia. 2,35,42

2.1.3.2 Sistemik

Kehilangan gigi dapat memengaruhi kesehatan rongga mulut dan kesehatan umum.2,13,,25Kehilangan gigi sering dihubungkan dengan penyakit sistemik serta penyakit kronis pada orang tua dan merupakan faktor resiko terjadinya penurunan berat badan.24,25Pada sebuah penelitian tentang hubungan antara status kesehatan rongga mulut dan defisiensi nutrisi pada responden yang berusia 85 tahun keatas di Switzerland, menunjukkan terjadi penurunan Body Mass Index (BMI) dan konsentrasi serum albumin pada usia tua dengan status gangguan fungsi rongga mulut. Hal ini terjadi karena jumlah dan distribusi gigi dalam rongga mulut sangat memengaruhi efisiensi fungsi pengunyahan.25Kehilangan gigi menyebabkan pemilihan makanan sehingga pemasukan nutrisi yang kurang dan terjadi defisiensi yang dapat


(1)

2.1.2.3 Dukungan Oklusal... . 11

2.1.3Dampak ... 12

2.1.3.2 Emosional ... 12

2.1.3.2 Sistemik... ... 13

2.1.3.3 Fungsional... ... 14

2.1.3.3.1 Gangguan Berbicara ... 14

2.1.3.3.2 Gangguan Pengunyahan ... 14

2.2 Sendi Temporomandibula ... 15

2.2.1 Anatomi ... 15

2.2.1.1 Fossa Mandibula ... 16

2.2.1.2 Kondilus ... 17

2.2.1.3 Ligamen... 17

2.2.1.4 Diskus Artikularis ... 18

2.2.1.5 Persarafan... ... 19

2.2.1.6 Otot-Otot Pengunyahan... ... 19

2.2.2 Fungsi... ... 20

2.3 Gangguan Sendi Temporomandibula ... 21

2.3.1 Etiologi ... 21

2.3.1.1 Penurunan Adaptasi Kapasitas Sendi ... 22

2.3.1.1.1 Faktor Umur ... 22

2.3.1.1.2 Faktor Sistemik ... 22

2.3.1.1.3 Faktor Hormonal ... 23

2.3.1.2 Faktor Mekanis ... 24

2.3.1.2.1 Parafungsional ... 24

2.3.1.2.2 Ketidakseimbangan Oklusi ... 25

2.3.1.2.3 BebanFungsional danGesekan Sendi ... 25

2.3.2 Klasifikasi ... 26

2.3.3 Tanda dan Gejala ... 30

2.3.4 Diagnosis ... 30

2.3.4.1 Riwayat Pasien ... 30

2.3.4.2 Pemeriksaan Klinis ... 31

2.3.4.3 Pemeriksaan Radiografi ... 35

2.4 Landasan Teori ... 36

2.5 Kerangka Konsep ... 37

2.6 Hipotesis Penelitian ... 38

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 RancanganPenelitian ... 39

3.2Populasi ... ……. 39

3.3Sampel ... 39

3.3.1 Kriteria Inklusi ... 40

3.3.2 Kriteria Eksklusi ... 40


(2)

3.4.1 Klasifikasi Variabel... .. 41

3.4.1.1 Variabel Bebas ... 41

3.4.1.2 Variabel Terikat ... 41

3.4.1.3 Variabel Terkendali ... 41

3.4.1.4 Variabel Tidak Terkendali ... 41

3.4.2 Definisi Operasional... 42

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian ... 43

3.5.1 Tempat Penelitian... 43

3.5.2 Waktu Penelitian ... 43

3.6 ProsedurPenelitian... 43

3.6.1 Alat dan Bahan Penelitian ... 43

3.6.1.1 Alat Penelitian ... 43

3.6.1.2 Bahan Penelitian... . 44

3.6.2 Cara Penelitian ... 44

3.7 Analisis Data ... 51

3.8 Kerangka Operasional ... 52

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 ...Karakteristik Pasien Kehilangan Gigi Sebagian di RSGMP FKG USU ... 53

4.2 PrevalensiKehilangan Gigi Sebagian yang Mengalami GangguanSendi TemporomandibulaPadaPasien RSGMP FKG USU Berdasarkan kuesioner dan Pemeriksaan Klinis 54

4.3 HubunganKehilangan Gigi SebagianTerhadapGangguan Sendi TemporomandibulaPada Pasien RSGMP FKG USU Berdasarkan Jumlah KehilanganGigi ... 55

4.4 HubunganKehilangan Gigi SebagianTerhadapGangguan Sendi TemporomandibulaPada Pasien RSGMP FKG USU Berdasarkan Jumlah Kuadran KehilanganGigi Posterior .... 56

4.5 HubunganKehilangan Gigi SebagianTerhadapGangguan Sendi TemporomandibulaPada Pasien RSGMP FKG USU BerdasarkanDukungan Oklusal ... 57

BAB 5 PEMBAHASAN 5.1....Karakteristik Pasien Kehilangan Gigi Sebagian di RSGMP FKG USU ... 59

5.2 PrevalensiKehilangan Gigi Sebagian yang Mengalami GangguanSendi TemporomandibulaPadaPasien RSGMP FKG USU Berdasarkan kuesioner dan Pemeriksaan Klinis 60


(3)

Sendi TemporomandibulaPada Pasien RSGMP FKG USU

Berdasarkan Jumlah Kuadran KehilanganGigi Posterior .... 63 5.5 HubunganKehilangan Gigi SebagianTerhadapGangguan

Sendi TemporomandibulaPada Pasien RSGMP FKG USU

Berdasarkan Dukungan Oklusal ... 64

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 67 6.2 Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Definisi operasional variabel bebas ... 42 2 Definisi operasional variabel terikat ... 43 3 Karakteristikpasienkehilangangigisebagian di RSGMP FKG USU ... 54 4 Prevalensikehilangangigisebagiandengangangguansendi

temporomandibulapadapasien RSGMP FKG USU berdasarkan

kuesionerdanpemeriksaanklinis ... 55 5 Hubungan kehilangan gigi sebagian terhadap gangguan sendi

temporomandibula pada pasien RSGMP FKG USU berdasarkan

jumlah kehilangan gigi ... 56 6 Hubungan kehilangan gigi sebagian terhadap gangguan sendi ...

temporomandibula pada pasien RSGMP FKG USU berdasarkan

jumlah kuadran kehilangan gigi posterior ... 57 7 Hubungan kehilangan gigi sebagian terhadap gangguan sendi ...

temporomandibula pada pasien RSGMP FKG USU berdasarkan


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Kuadran gigi ... 10

2 Klasifikasi eichner ... 11

3 Anatomi sendi temporomandibula ... 16

4 Ligamen sendi temporomandibula ... 18

5 Otot-otot pengunyahan ... 20

6 Pemeriksaan klinis sendi temporomandibula ... 34

7 Pengukuran batas pembukaan mulut maksimal ... 46

8 Auskultasi sendi temporomandibula ... 46

9 Pengukuran jarak deviasi saat membuka atau menutup mulut ... 47

10 Palpasi otot maseter ... 47

11 Palpasi otot temporalis... 48

12 Palpasi STM bagian lateral ... 48

13 Palpasi STM bagian posterior... 49

14 Pergerakan mandibula ke lateral kanan ... 49


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

1 LembarPenjelasanKepadaCalonSubjekPenelitian

2 Surat PernyataanPersetujuanSubjekPenelitian (Informed Consent) 3 KuesionerPenelitian

4 Surat Persetujuan Komisi Etik 5 Lembar Pengolahan Data