T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Tipe Think Pair Share Berbantuan Facebook Dalam Pelajaran TIK (Studi Kasus : Siswa Kelas IX SMP N 7 Salatiga) T1 Full text

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Tipe Think Pair
Share Berbantuan Facebook Dalam Pelajaran TIK
(Studi Kasus : Siswa Kelas IX SMP N 7 Salatiga)

ARTIKEL ILMIAH
Diajukan Kepada
Fakultas Teknologi Informasi
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer

Peneliti:
C.V Basaho (702010098)
Mila C. Paseleng, S.Si, M.Pd.
George J.L. Nikijuluw S.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN
KOMPUTER
FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
APRIL 2015

2


3

4

5

6

7

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Tipe Think Pair Share
Berbantuan Facebook Dalam Pelajaran TIK
Pada Siswa Kelas IX SMP N 7 Salatiga
1)

Catryo Vincent Basaho 2)Mila C. Paseleng 3)George J.L Nikijuluw

Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro 52 – 60, Salatiga 50711, Indonesia
Email: 1)702010098@student.uksw.edu 2) mila.paseleng@staff.uksw.edu 3)
george.nikijuluw@gmail.com
Abstract
Using of the conventional learning models performed by teachers results in lower
student learning outcomes. Based on these issues, the research carried out by
applying a model of type Cooperative Think, Pair, Share, and utilize Facebook as
a medium for sharing. The objective of using Facebook is that the students are
interested in the material presented by knowing what they like. From interviews
can be concluded that this study received a positive response. It is also shown on
the students' learning activities, especially activities of discussion, summarizing
opinions, and use Facebook in learning. Study results also showed a highly
significant difference between the experimental class and the control class.
Therefore we can conclude the application of model Think Pair Share with
Facebook media can help improve the activity and student learning outcomes
Keyword : Cooperative Learning Think Pair and Share, Facebook, Learning
Outcomes.
Abstrak
Penggunaan model pembelajaran konvensional yang dilakukan oleh guru
mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa. Berdasarkan dari masalah tersebut,

maka dilakukan penelitian dengan menerapkan model Kooperatif Tipe Think,
Pair, Share, dan memanfaatkan Facebook sebagai media sharing. Tujuan
penggunaan Facebook adalah agar siswa tertarik dengan materi yang disampaikan
dengan mengetahui apa yang mereka suka. Dari hasil wawancara dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran ini mendapat respon positif. Hal ini juga
ditunjukan dari aktifitas belajar siswa terutama kegiatan berdiskusi, merangkum
pendapat, dan menggunakan Facebook dalam pembelajaran. Hasil belajar juga
menunjukan perbedaan yang sangat signifikan, antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Sehingga dapat disimpulkan penerapan model Think Pair Share dengan
bantuan media Facebook dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa.
Kata kunci : Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share, Facebook, Hasil belajar.
1)
2)
3)

Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer,
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.


8

1. Pendahuluan
Salah satu unsur yang sering dikaji berhubungan dengan hasil belajar
adalah model pembelajaran yang digunakan guru dalam proses belajar
mengajar di sekolah dan kurangnya kreativitas guru dalam melakukan
pembelajaran. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak guru saat ini
cenderung pada pencapaian target materi kurikulum dan lebih mementingkan
pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman [1]. Hal ini dapat dilihat
dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu berpusat pada guru dan
tidak menggunakan media pembelajaran yang kreatif. Dalam penyampaian
materi, biasanya guru menggunakan ceramah saja, yang dalam
pelaksanaannya siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang
disampaikan guru dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan
demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa
menjadi bosan (pasif) [2]. Dan oleh karena hal tersebut, maka jika digunakan
pada pelajaran TIK tidak lah efektif, karena dalam tujuan utama nya adalah
menyiapkan siswa agar dapat terlibat pada perubahan yang pesat dalam dunia
kerja maupun kegiatan lainnya. Terutama dalam variasi penggunaan
teknologi, yang berhubungan langsung dengan informasi dan komunikasi serta

menambah kemampuan siswa untuk masa depan [3]. Dari hasil observasi yang
dilakukan, hal ini tidak jauh berbeda dengan keadaan di SMP N 7 Salatiga,
dalam pembelajaran TIK siswa cenderung pasif. Hal ini disebabkan oleh
pemanfaatan media pengajaran yang kurang menarik, sehingga siswa akan
merasa bosan ketika melaksanakan kegiatan pembelajaran. Selain media yang
kurang menarik, dari hasil observasi yang dilakukan pembelajaran juga
cenderung berpusat pada guru, sehingga dengan demikian siswa menjadi
kurang aktif, pasif dan kurang dalam interaksi, baik dengan guru maupun
dengan teman sekelasnya.
Salah satu cara untuk mengatasi masalah di atas adalah dengan
menerapkan Think, Pair, Share, karena dapat membuat siswa terlibat secara
langsung dan lebih aktif dalam pembelajaran [4]. Model pembelajaran ThinkPair-Share(TPS) adalah salah satu model pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi kepada orang
lain, sehingga siswa masing – masing diharapkan lebih kreatif dalam
menyampaikan dan melaksanakan tahapan pembelajaran. Anita Lie
menjelaskan bahwa pembelajaraan Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS)
memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk
dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. Dalam
penerapan nya, TPS juga memiliki kekurangan, antara lain adalah alokasi
waktu yang lama dalam pembelajarannya [5]. Pada tahap Share satu per satu

kelompok membagikan hasil diskusinya dalam kelas. Jika jumlah kelompok
besar, maka waktu yang dibutuhkan tidak sedikit, belum lagi ditambah dengan
kesempatan yang diberikan untuk menanggapi pendapat kelompok lain,
tentunya hal ini akan sangat lama. Untuk mengatasi hal ini adalah dengan
memanfaatkan teknologi berupa aplikasi – aplikasi TIK yang tentunya
memiliki fasilitas untuk saling berbagi informasi secara online. Salah satunya
adalah Facebook, Facebook merupakan layanan jejaring sosial yang sudah

9

sangat populer dikalangan masyarakat Indonesia yang memiliki 33 juta
pengguna Facebook, dan mendapat peringkat kedua dunia[6]. Selain sudah
populer dikalangan masyarakat, dalam Facebook juga terdapat beberapa fitur
yang dapat digunakan sebagai tempat untuk berdiskusi, salah satu nya adalah
Facebook Group dalam hal ini setiap pengguna Facebook dapat
menggunakan, membuat dan bergabung pada sebuah group, yang bisa
digunakan untuk, Sharing, Study Club serta komunitas peserta didik [6].
Berdasarkan permaslahan yang ada, maka akan dilaksanakan penelitian ini
untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran
Think, Pair, Share dengan berbantuan Facebook terhadap hasil belajar siswa

kelas IX pada pelajaran TIK.
2. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitan yang dilakukan Joko Susilo tentang upaya meningkatkan
hasil belajar bahasa Indonesia melalui model think pair share dengan
menggunakan jenis penelitian tindakan kelas. Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan sebelumnya menunjukan bahwa hasil belajar siswa meningkat.
Hasil tersebut diperkuat dengan porsentase dari ketuntasan belajar pada siklus
I dan siklus II. Dari hasil analisis diketahui bahwa data awal sebelum
mendapatkan tindakan atau perlakuan adalah 67% tidak tuntas dan 33%
tuntas. Hasil setelah mendapatkan tindakan atau perlakuan hasil yang dicapai
pada siklus I adalah 83% siswa tuntas dan 17% siswa belum tuntas. Penelitian
dilanjutkan pada siklus II. Pada siklus II persentase hasil belajar siswa
meningkat lagi menjadi 100% tuntas[7].
Kemudian penelitian yang telah dilakukan oleh Imelda dengan judul
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share dengan
Media Autograph untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dan
pemahaman matematika siswa. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Imelda,
menunjukan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar. Hal ini dijelaskan oleh
hail penelitian pada siklus I dan siklus II, dari hasil siklus I ditemukan bahwa
75% siswa memahami matematik dan hasil komunikasi siswa pada matematik

adalah 75%. Dan perbedaan terjadi pada siklus II dimana terjadi peningkatan
pada aktivitas pemahaman matematik adalah 92,5% dan hasil aktivitas
komunikasi adalah 90%[8].
Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Endar Sudrajat dengan judul
Meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran PPKn dengan
menggunakan media Facebook. Menunjukan peningkatan dalam motivasi
belajar siswa, dan menunjukan bahwa motivasi hubungan positif dan
signifikan dengan hasil belajar, hal ini ditunjukkan oleh adanya perbaikan
hasil pembelajaran PPKn, melalui perbaikan media pembelajaran, baik pada
saat menggunakan media audio dan gambar secara offline melalui tayangan
office power point pada siklus 1 mau pun setelah dilakukan beberapa
perbaikan pada siklus 2, terutama setelah menggunakan media sosial online
Facebook ternyata melalui media tersebut mampu meningkatkan gairah,
semangat dan motivasi belajar PPKn siswa, sehingga hasil belajar pada akhir
siklus 2 mencapai rata-rata nilai 77,92. Melalui pemanfaatan media Facebook

10

intensitas partisipasi-motivasi belajar siswa meningkat berawal dari angka
partisipasi 63,67 % kemudian pada akhir siklus 2 angka partisipasi ini menjadi

78.83%, artinya telah terjadi intensitas angka partisipasi belajar siswa sebesar
15,16%[9].
Berdasarkan penelitian sebelumnya menunjukan bahwa model
pembelajaran Think, Pair dan Share dapat menciptakan suasana belajar yang
baru dan secara langsung berpengaruh kepada peningkatan aktifitas dan hasil
belajar siswa. Selanjutnya hasil penelitian yang dilakukan oleh Endar Sudrajat
dan Imelda menunjukan bahwa media pembelajaran yang digunakan
mempengaruhi hasil belajar siswa secara langsung. Hal ini dapat dilihat dari
hasil penelitian yang dilakukan Endar Sudrajat, dalam beberapa perbaikan
media pembelajaran terdapat peningkatan dalam hasil belajar terutama setelah
menggunakan Facebook. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan utama dari
penggunaan media pembelajaran ini adalah supaya peserta didik tertarik
dengan materi pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran yang
peserta didik sukai. Pemanfaatan Facebook sebagai media dan sumber belajar
juga efektif memberikan banyak manfaat dan kemudahan, serta melatih guru
dan siswa menjadi lebih aktif dalam membagikan dan memperoleh segala
informasi yang berguna dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Penelitian
ini akan dilakukan penerapan model pembelajaran Think, Pair dan Share akan
menggunakan eksperimen kuasi dengan desain Non-Equivalent Control
Group Design berselaras dengan bantuan Facebook dengan harapan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.
Pada penelitian dengan pemanfaatan Facebook dengan menerapkan model
cooperative learning tipe Think Pair and Share ini mempunyai tujuan untuk
mengetahui dan membantu meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran TIK, namun sebelum dilakukan pelaksanaan penerapan metode
pembelajaran diperlukan landasan teori yang akan digunakan sebagai acuan
dalam penerapan metode pembelajaran antara lain adalah pengertian dan
langkah - langkah pembelajaran kooperatif tipe Think Pair dan Share,
pengertian Facebook, dan pengertian hasil belajar, landasan teori tersebut
dapat dilihat pada paragraf – paragraf selanjutnya.
Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) adalah model
pembelajaran yang dapat mengaktifkan seluruh kelas karena siswa diberi
kesempatan bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain dalam
kelompok kecil. Siswa diharapkan untuk menghargai dan menghormati orang
lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala
perbedaan. Siswa dapat mengembangkan kemampuan untuk menguji ide dan
pemahamannya sendiri dan menerima umpan balik berdasarkan
pemahamannya sendiri [10]. Adapun langkah – langkah pembelajaran
kooperatif Think, Pair dan Share adalah sebagai berikut [11]. (a) Think. Pada
tahap ini siswa dituntut berfikir secara individual. Siswa diharapkan

menuliskan hasil pemikiran mereka masing – masing mengenai permasalahan
yang disampaikan sebelumnya dengan menggunakan gaya mereka masing –
masing. (b) Pair . Tahap ini siswa siswa dituntut untuk berbagi ide atau
gagasan mengenai pendapat mereka yang telah ditulis sebelumnya. Setelah

11

melaksanakan diskusi dengan pasangannya, siswa diharapkan mampu
merangkum pendapat mereka masing – masing menjadi satu. (c) Share. Pada
tahap ini diharapkan siswa mampu mengkomunikasikan hasil pendapat
mereka dengan cara masing – masing namun harus tetap jelas dan benar. Pada
tahap ini siswa diharapkan memberikan tanggapan mereka masing – masing
mengenai hasil diskusi kelompok lain. Adapun kelebihan model Think, Pair,
dan Share adalah sebagai berikut, (1) Akan meningkatkan pertisipasi siswa,
(2) Interaksi akan lebih mudah. Selain memiliki sejumlah kelebihan, tentu
model ini juga memiliki kekurangan, yang antara lain adalah (1) Lebih sedikit
ide yang muncul, (2) Tidak ada penengah (3) Alokasi waktu yang lama[5].
Pada sisi kekurangan terakhir ini maka akan digunakan media sosial
Facebook, yang berguna sebagai wadah untuk melaksanakan tahap Share.
Facebook adalah sebuah layanan jejaring sosial dan situs web yang
diluncurkan pada tanggal 4 februari 2004. Pendiri nya adalah Mark
Zuckerberg, seorang mahasiswa Harvard University. Pada awalnya Facebook
dimaksudkan hanya untuk mahasiswa untuk universitas tersebut namun
sekarang Facebook sudah banyak digunkan oleh masyarakat luas. Banyak
yang menggunakan Facebook karena beberapa Fitur yang menjadi daya Tarik
masyarakat pengguna. Adapun fitur –fitur tersebut adalah sebagai berikut [12]
: (a) Fitur Group, Layanan situs jejaring sosial Facebook dalam bentuk fitur
group ini memudahkan dalam mengelompokkan sebuah kelas atau mata
pelajaran tertentu. Kelompok yang sudah ada dalam satu group dapat dengan
mudah berdiskusi karena kesamaan tujuan, (b) Fitur update status dan
comment wall-to-wall, Fitur ini merupakan interaksi asynchronous, yaitu
interaksi dua arah secara tidak langsung dimana komunikasi ini akan
terdokumentasi berdasar topik bahasan dan terurut secara waktu, (c) Fitur note
atau docs pada group, Fitur ini sangat memudahkan guru dalam membuat
dokumen baru pada Facebook, baik berupa resume mengenai materi yang
sedang dipelajari atau menyampaikan informasi dengan lebih terstruktur dan
rapi tanpa perlu membuka link baru, (d) Fitur share link/photo/video, Tujuan
dari fitur ini adalah memudahkan user dalam berbagi informasi. Guru dapat
dengan mudah berbagi link/photo/video yang memuat content mengenai
pelajaran yang diampunya, (e) Fitur Group Chatting, Aktivitas yang dilakukan
pada fitur ini merupakan interaksi dua arah secara langsung atau yang disebut
dengan synchronous yang terjadi pada sebuah group.
Untuk mendukung pembelajaran dengan model Think, Pair, Share
program yang digunakan tentunya harus memiliki fitur yang mendukung
dalam penerapan model ini. Dalam Facebook terdapat beberapa fitur yang
dapat digunakan sebagai media untuk melaksanakan tahap pembelajaran
dengan model TPS salah satunya adalah fitur Group. Fitur ini merupakan
layanan yang paling memudahkan proses diskusi maupun bertukar informasi
dengan cepat karena anggota group dapat berinteraksi secara langsung dengan
sesama anggota group tersebut yang sedang online. Penggunaan group ini
diharapkan dapat menutupi kekurangan dari model TPS, terutama dalam tahap
Share yang memakan banyak waktu. Dalam tahapan share ini, siswa
membagikan hasil diskusi kelompok mereka, tentunya hal ini akan

12

menggunakan waktu yang cukup lama. Untuk meningkatkan efisiensi waktu
pertemuan, maka group Facebook akan sangat membantu. Jika dalam model
TPS konvensional, kegiatan share dilakukan dengan mempresentasikan hasil
diskusi secara langsung didalam kelas, maka penggunaan model ini kegiatan
share akan dilaksanakan dalam Group Facebook. Diharapkan pemanfaatan
Group ini akan mempersingkat waktu yang digunakan untuk melaksanakan
kegiatan share, karena setiap kelompok dapat memberikan pendapat mereka
secara bersamaan.
Alur pemanfaatan Facebook sebagai media pembelajaran dapat dilihat
dibawah ini.
1. Pembuatan grup diskusi. Pada tahap ini guru membuat grup sebagai
tempat diskusi. Guru menentukan peraturan yang harus ditaati ketika
menuliskan dan menyampaikan hasil diskusi.
2. Pemanfaatan sebagai tempat siswa berbagi hasil diskusi. Pada tahap ini
siswa memberikan hasil diskusi dengan kelompoknya yang dilaksanakan
dalam kelas. Dalam tahap ini, siswa juga diharapkan dapat memberikan
tanggapan berupa pendapat, atau menambahkan komentar.
3. Evaluasi. Guru yang bertindak sebagai administrator dalam Facebook,
memberikan penilaian mengenai hasil diskusi siswa, pendapat maupun
jumlah siswa yang membaca hasil diskusi kelompok lain.
3. Metode Penelitian
Berdasarkan tujuan utama dari penelitian ini untuk mengetahui dan
membantu mengembangkan metode pembelajaran dengan menereapkan
model pembelajaran kooperatif tipe Think, Pair and Share dengan
memanfaatkan media facebook untuk meningkatkan hasil belajar TIK pada
siswa kelas IX SMP, penelitian menggunakan quasi eksperimen design dan
jenis yang digunakan adalah non equivalent control group design . Penelitian
eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh
perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.
Artinya penelitian eksperimen ini merupakan kegiatan penelitian yang
mempunyai tujuan untuk menilai pengaruh suatu perlakuan/treatment
terhadap hasil belajar dan menguji hipotesis tentang ada tidaknya pengaruh
perlakuan/treatment tersebut bila dibandingkan dengan tindakan lain.
Perlakuan dalam hal ini yakni pemanfaatan facebook dengan menerapkan
pembelajaran kooperatif Tipe Think, Pair dan Share.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP N 1 Salatiga.
Sampel yang digunakan adalah kelas IXA sebagai kelas Eksperimen dan IXC
sebagai kelas Kontrol. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan tujuan tertentu.

Gambar 1 desain penelitian

Keterangan :
O1 dan O3 : Pretest yang diberikan untuk mengetahui keadaaan awal
antara kelompok Eksperimen dan Kontrol.

13

O2 : Hasil Belajar kelas eksperimen yang menggunakan Model TPS.
O4 : Hasil Belajar kelas Kontrol yang tidak menggunakan Model TPS.
X : Perlakuan. Yaitu dengan menggunakan model TPS.
Identifikasi masalah

Persiapan
Pelaksanaan
Analisis data
Kesimpulan

Gambar 2 Langkah – langkah penelitian
Langkah awal penelitian ini dilakukan identifikasi masalah yang terjadi
dengan melaksanakan observasi dan wawancara pada guru pelajaran TIK dan
siswa kelas IX. Adapun hal yang diobservasi adalah mengenai model
pembelajaran yang digunakan, penggunaan media pembelajaran dan
tanggapan siswa mengenai pembelajaran tersebut. Langkah berikutnya adalah
studi literatur terhadap permasalahan yang terjadi. Studi literatur berguna
untuk mencari dan mempelajari konsep – konsep yang mendukung penelitian
ini. Setelah mendapatkan konsep yang berhubungan dengan penelitian ini,
maka dilaksanakan tahap persiapan. Tahap persiapan ini meliputi merancang,
menyusun model pembelajaran Think, Pair dan Share, Group Facebook,
menentukan desain pembelajaran serta populasi dan sampel.
Tabel 1 Think Pair Share dan Facebook dalam pembelajaran

Tahap

Guru

Siswa

Think

a. Menyampaikan
tujuan pembelajaran,
model dan motivasi.
b. Menyampaikan garis
besar materi.
c. Memberikan waktu
untuk bertanya.
d. Memberikan tugas.
e. Mengatur
tempat
duduk siswa.

a. Mendengar penjelasan materi dari
guru.
b. Bertanya, jika ada hal yang masih
kurang jelas.
c. Mencatat hal penting.
d. Mengerjakan tugas sendiri –
sendiri.
e. Mencari informasi dari berbagai
sumber (Buku, Internet, Dll).
f. Siswa menuliskan hasil pemikiran
dalam buku.

Pair

f. Menginstruksikan
g. Siswa bertukar lembar tugas.
kepada siswa untuk h. Bertanya jawab dengan pasangan

14

berdiskusi.
mengenai hasil pengerjaan.
g. Memantau
setiap i. Siswa merangkum dan menyatukan
kegiatan siswa.
hasil
diskusi
kemudian
h. Memimpin kegiatan
menuliskannya kembali dalam
diskusi dalam kelas.
buku.
Share

i. Memeriksa
hasil
diskusi dalam Group
Facebook.
j. Memberikan
kesempatan kepada
siswa
untuk
mempresentasikan
hasil diskusi.
k. Memberi penjelasan
jika masih ada hal
yang
kurang
dipahami.
l. Membimbing siswa
untuk menganalisis
dan
membuat
kesimpulan dengan
memberikan waktu
untuk tanya jawab
(Baik
dalam
kelompok
atau
individu).
m. Memberi
penguatan/pengharg
aan terhadap hasil
diskusi.

j. Membagikan hasil diskusi, dengan
menuliskan nya dalam Facebook.
k. Memberikan pendapat mengenai
hasil diskusi kelompok lain dalam
Facebook
dengan
menulis
tanggapan dalam kolom Comment
Facebook.
l. Menyimpulkan hasil diskusi.
m. Bertanya jika ada hal yang masih
belum jelas, baik dengan guru
maupun dengan sesama siswa.

Penerapan dan penggunaan model TPS dengan Facebook, terdapat
beberapa pertimbangan untuk melaksanakan penelitian ini. Beberapa hal yang
menjadi pertimbangan adalah terdapat tahapan utama yang tidak bisa
dilaksanakan tanpa pengawasan dan bimbingan dari guru. Tahapan 1 adalah
tahapan Think, dalam tahap ini, semua siswa memang dituntut mampu
memberikan hasil pendapat sesuai dengan pemahaman mereka. Dalam tahap
ini, memang guru harus mendampingi dan membantu siswa membangun
pendapat agar sesuai dengan permasalahan yang ada. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa tahap Think, tidak efektif jika dilaksanakan diluar kelas.
Kemudian tahap 2 Pair, siswa melaksanakan diskusi dalam tahap ini. Salah
satu kekurangan dalam tahap ini adalah ide yang dapat dirangkum hanya
sedikit, karena hanya terdapat 2 orang siswa yang melaksanakan diskusi.
Selain ide yang sedikit, dalam melaksanakan diskusi kekurangan lain adalah
tidak adanya penengah dalam melaksanakan diskusi. Guru dituntut mampu

15

untuk mendampingi dan memberikan dukungan untuk setiap kelompok.
Berdasarkan beberapa pertimbangan tersebut, maka pelaksanaan pembelajaran
dengan model TPS, terdapat beberapa tahapan yang dilakukan dalam kelas,
yaitu tahap Think dan Pair , kemudian tahapan Share yang dilaksanakan dalam
Facebook.
Selanjutnya membuat instrumen yang akan digunakan dengan bimbingan
guru mata pelajaran. Hal ini dilakukan agar penelitian ini sesuai dengan
keadaan dan persiapan siswa. Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan, yang
pertama – tama dilakukan adalah memberikan pretest kepada masing – masing
kelas. Selanjutnya melaksanakan pembelajaran atau memberikan perlakuan
(treatment) yang berjumlah dua kali pertemuan. Selama proses pembelajaran
dilaksanakan, dilakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dengan
menggunakan lembar observasi oleh guru mata pelajaran. Pada akhir
pembelajaran diberikan posttest dan wawancara. Adapun data yang
dikumpulkan adalah data dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif. Setelah
mendapatkan seluruh data yang dibutuhkan, maka tahap selanjutnya adalah
melakukan analisis dan olah data, dilanjutkan dengan membuat kesimpulan
dan menyusun laporan hasil penelitian.
Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi hasil belajar siswa, dan
tingkat aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Teknik
dan instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data terdiri dari 2 jenis,
yaitu (1) soal tes, (2) lembar observasi dan (3) wawancara. Adapun acuan dan
kisi – kisi pembuatan soal adalah seperti dalam tabel 2.

16

Tabel 2 kisi – kisi soal

Standar
kompetensi

Kompet
ensi
dasar
Memaham Menjela
skan
i dasarpengerti
dasar
pengguna an dasar
Internet/
an
Internet/in intranet
tranet.

Materi

Indikator











Sejarah Internet

Aplikasi –
aplikasi dalam
internet.

Manfaat
internet dalam
kehidupan
sehari– hari.





Menyebutkan
sejarah
perkembangan
internet.
Menyebutkan
macam – macam
aplikasi internet
serta fungsi –
fungsi nya.
Menyebutkan
dampak negative
dan positif internet
dalam berbagai
bidang kehidupan
sehari – hari.

Selain melaksanakan tes tertulis, pengumpulan data dilakukan juga
melalui Observasi, yang dilakukan untuk mengetahui aktivitas peserta didik
saat pembelajaran menggunakan model cooperative learning tipe think pair
and share dengan memanfaatkan facebook pada mata pelajaran TIK.
Penilaian observasi menggunakan skoring dengan skor maksimal 3 dan skor
terendah adalah 1 untuk setiap pengamatan. Adapun kisi – kisi observasi
dapat dilihat dalam tabel 3.
Tabel 3 Kisi – kisi observasi

No Tahap

1. Think

2. Pair

Indikator

Aktifitas yang diamati
1. Menjawab pertanyaan.
2. Mencari informasi dari
berbagai sumber.
Berfikir dan mencari
3.
Menanyakan jika ada yang
pemecahan masalah.
kurang jelas.
4. Menyelesaikan tugas dengan
tepat waktu.
5. Memberikan pendapat.
Melaksanakan
diskusi.
6. Menuliskan hasil diskusi.
7. Merangkum hasil diskusi.

17

3. Share

8. Menyampaikan hasil diskusi
dalam Facebook.
9. Menanggapi
pendapat
Mengkomunikasikan
kelompok
lain
dalam
hasil diskusi.
Facebook.
10. Melihat dan membaca hasil
diskusi teman di Facebook.

Kriteria penilaian yang digunakan pada lembar observasi dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Skor perolehan= Nilai Maksimum x Jumlah Soal x Jumlah Responden

Setelah dilakukan perhitungan skor kriteria [13], hasil skor kemudian
diubah ke dalam bentuk persentase untuk menentukan kriteria hasil
pengukuran. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Persentase skor (%) =
Tabel 4 Kriteria penilaian observasi

Skor
≥ 87%
70% – 86%
52% – 69%
35% – 51%
≤ 34%

Kriteria
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang

Keberhasilan penerapan model Think, Pair, Share juga dapat dilihat dari
data hasil belajar siswa. Data hasil belajar yang telah terkumpul pertama –
tama akan di uji dengan uji normalitas, Uji normalitas bertujuan untuk
mengetahui apakah data terdistribusi secara normal atau tidak, uji normalitas
perlu di lakukan karena jika data tersebut normal maka data akan lebih mudah
di bandingkan,dihubungkan,dan diramalkan. Syarat suatu data dikatakan
berdistribusi normal jika signifikan atau nilai ρ > 0,05.
Pengujian selanjutnya adalah uji homogenitas untuk mengetahui apakah
kelompok eksperimen (treatment) dan kelompok kontrol mempunyai tingkat
kemampuan yang sama atau tidak. Apabila hasil uji homogenitas ditunjukan
bahwa tingkat singnifikansi atau nilai probabilitas di atas 0,05 maka dapat
dikatakan bahwa varians yang di miliki oleh sampel-sampel yang
bersangkutan tidak jauh berbeda, maka sampel-sampel tersebut cukup
homogen. Uji normalitas, homogenitas ini perlu dilaksanakan karena syarat
untuk melakukan uji t adalah data harus terdistribusi normal dan varian yang
homogen.

18

Selain melakukan observasi dan memberikan tes terhadap siswa, data juga
dikumpulkan dari hasil wawancara. Meski wawancara ini menggunakan
wawancara tidak terstruktur, yaitu wawancara yang dilaksanakan tidak secara
sistematis dan pedoman nya hanyalah garis – garis besar permasalahan yang
akan ditanyakan[13]. Adapun tujuan wawancara ini adalah untuk mengetahui
respon dari siswa dan guru mengenai model dan media yang diterapkan.
4. Hasil dan pembahasan
Dalam pelaksanaan nya kelas kontrol memakai model pembelajaran
konvensional dan kelas eksperimen menggunakan model Think, Pair, Share
dengan memanfaatkan media Facebook. Kemudian dilaksanakan
penyampaian materi untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari semua
kegiatan ini dipantau dan diobservasi oleh guru baik dalam kelas Grup
Facebook. Dalam kelas guru menjelaskan materi mengenai sejarah internet
dan perkembangan internet, media pembelajaran yang digunakan adalah
buku, powerpoint dan internet sebagai sumber materi.

Gambar 3 Guru menjelaskan model dan menyampaikan materi dengan
powerpoint.

Setelah menyampaikan materi, siswa diberi tugas pemecahan masalah dan
menuliskan hasil pemikiran mereka masing – masing (Think). Kemudian
setelah itu siswa diinstruksikan untuk berdiskusi dengan kelompok mereka
masing – masing. Pada tahap ini siswa diberikan kesempatan untuk bertukar
pendapat dengan teman kelompoknya dengan menuliskan hasil diskusi
kelompok mereka dalam laptop (Pair).

Gambar 4 siswa melaksanakan tahap Think

19

Setelah mendapatkan hasil diskusi yang sudah mereka rangkum, siswa
mengupload hasilnya dalam grup Facebook yang telah dibuat oleh guru
(Share). Sebenarnya pelakasanaan Share tidak hanya sekedar menuliskan
hasil diskusi mereka digrup Facebook, dalam kesempatan ini siswa
diharapkan dapat menanggapi hasil diskusi kelompok lain dengan
memberikan pendapat baik berupa sanggahan maupun kritik. Namun karena
perangkat laptop yang kurang, maka tahap Share hanya dilaksanakan dalam
bentuk menuliskan hasil diskusi mereka saja. Sedangkan dalam kegiatan
menanggapi pendapat dilaksanakan diluar jam sekolah. Dan untuk seluruh
siswa diharuskan untuk membaca dan memberikan tanggapan mengenai
hasil diskusi kelompok lain.

Gambar 5 siswa melaksanakan tahap Pair.

Pada pertemuan 2, guru membimbing siswa untuk memberikan
kesimpulan dan menganalisis setiap jawaban yang telah mereka tuliskan di
grup Facebook.

Gambar 6 hasil diskusi (Share) siswa dalam Facebook

Pada akhir proses pembelajaran, setelah siswa untuk menganalisis dan
menyimpulkan hasil diskusi yang telah mereka lakukan. Selanjutnya guru
memberikan posttest untuk mengetahui kemampuan akhir siswa yang telah
belajar dengan menggunakan model pembelajaran Think, Pair, Share dengan
memanfaatkan media Facebook.
Berdasarkan data yang dikumpulkan dari lembar observasi aktivitas siswa
terlihat bahwa saat pembelajaran dengan pemanfaatan facebook pada mata
pelajaran tik dengan menerapkan model cooperative learning tipe Think, Pair,

20

Share mendapatkan respon yang sangat baik dari peserta didik itu terlihat dari
aktivitas mereka dalam mengikuti pembelajaran. Adapun penjabaran hasil
nya adalah sebagai berikut.
Tabel 5 penjabaran hasil observasi

Indikator

Aktifitas yang diamati

Nilai

1. Menjawab pertanyaan. 86%
Think
Berfikir dan 2. Mencari informasi dari 86%
mencari
berbagai sumber.
pemecahan
3. Bertanya jika ada yang 78%
masalah.
kurang jelas.
4. Menyelesaikan tugas 95%
dengan tepat waktu.
5.
Memberikan pendapat. 86%
Pair
Melaksanakan
diskusi.

6. Menuliskan
hasil
diskusi.
7. Merangkum
hasil
diskusi.
8. Menyampaikan hasil
diskusi
dalam
Facebook.
Share
9. Menanggapi pendapat
Mengkomunik
kelompok
lain
di
asikan
hasil
Facebook.
diskusi.
10. Melihat dan membaca
hasil diskusi teman di
Facebook.

Nilai per
aspek

84%

91%

91%
92%
92%

33%

73%

93%

Tabel 4 dapat dilihat hasil perolehan siswa berdasarkan aktifitas yang
dilakukan siswa. Dalam penerapannya dilapangan, skor tertinggi terdapat
pada aspek Pair dan Share dalam aktifitas menyelesaikan, merangkum,
menyampaikan, dan melihat hasil diskusi dengan nilai 95% dengan rata – rata
nilai adalah 91%. Hal ini menunjukan bahwa siswa tidak sekedar mampu
memberikan pendapat berdasarkan hasil pemikiran mereka masing – masing,
siswa juga mampu merangkum hasil pendapat mereka masing – masing
menjadi satu. Nilai ini diikuti dengan rata – rata yang tidak jauh berbeda
dalam aktivitas menyampaikan hasil diskusi, hasil observasi menunjukan
bahwa siswa mampu menyampaikan hasil diskusi, dan masuk dalam kategori
sangat baik dengan nilai 92%. Nilai terendah adalah 33%, terdapat pada aspek
Share dalam aktifitas menanggapi pendapat kelompok lain. Hal ini karena
dari hasil diskusi yang terdapat di Facebook, semua siswa kelas treatment
hanya sekedar melihat hasil diskusi saja, dan tidak memberikan tanggapan

21

sama sekali. Dari hasil nilai ini dapat disimpulkan bahwa siswa masih belum
maksimal dalam menggunakan Facebook, hal ini menunjukan bahwa
kegiatan ini masih dilaksanakan diluar jam sekolah sehingga pengawasan
tidak dapat dilakukan. Namun meski tidak memberikan tanggapan, siswa
masih membaca dan melihat hasil diskusi kelompok lain, sehingga dapat
disimpulkan bahwa siswa tidak hanya sekedar menggunakan Facebook
sebagai media sosial biasa saja, namun siswa juga tetap melaksanakan
kegiatan pembelajaran.
Seperti yang terlihat pada table 4 dapat dijelaskan bahwa rata – rata tingkat
aktifitas aspek 1 mencapai 84% pada kelompok eksperimen masuk pada
kategori aktif, sehingga dapat kita simpulkan bahwa kelas eksperimen baik
dalam aspek berfikir dan mencari pemecahan masalah (Think). Pada aspek 2
yaitu melaksanakan diskusi (Pair) kelas eksperimen mendapat nilai 91% dan
dapat dikatakan skor kelas eksperimen terletak dalam kategori sangat aktif.
Dari perolehan nilai dapat disimpulkan siswa tidak hanya sekedar melakukan
tukar pendapat saja, melainkan mereka juga mampu menerima, merangkum,
dan menambahkan pendapat masing – masing. Pada aspek selanjut nya,
berbagi hasil diskusi (Share) tingkat aktivitas peserta didik dalam kelas
eksperimen terletak dalam skor aktif, dimana nilai yang dicapai adalah 73%
yang menandakan bahwa aktivitas siswa pada dikategorikan aktif. Dari nilai
ini dapat disimpulkan bahwa dalam menggunakan facebook, kegiatan siswa
masih kurang memuaskan, mengingat bahwa kegiatan share merupakan
kegiatan yang harusnya memiliki nilai tertinggi. Dari hasil observasi
menunjukan bahwa kegiatan menanggapi pendapat kelompok lain mendapat
nilai terendah. Nilai rendah ini tidak lepas dari bagaimana kegiatan ini
dilakukan. Beberapa hal yang menjadi penyebabnya adalah kegiatan ini
dilakukan dirumah, hal ini menunjukan bahwa pengawasan guru masih sangat
dibutuhkan, sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru mata
pelajaran TIK. Dilihat dari nilai perolehan per aspek, tahapan pair mendapat
nilai tertinggi dan dapat disimpulkan bahwa siswa dapat melaksanakan
tahapan ini dengan sangat baik karena mendapat nilai tertinggi diantara
semua aspek yang diobservasi.
Perbandingan persentase tingkat aktivitas setiap kelompok dari aspek
yang diamati dalam kelas eksperimen dapat kita lihat dari dalam grafik diatas.
Dan jika dibuat rata – rata tingkat aktivitas dari semua aspek yang diamati
dalam kelas eksperimen mencapai persentase 83% dan terletak dalam
kategori aktif hal tersebut menunjukan bahwa peserta didik dalam kelas
eksperimen aktif dalam melaksanakan tugas belajar yang sesuai dengan
tahapan model Think, Pair, Share. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa peserta didik kelas eksperimen yang diajarkan dengan
pemanfaatan Facebook pada mata pelajaran tik dengan menerapkan model
cooperative learning tipe Think, Pair dan Share mempunyai tingkat aktivitas
yang baik.
Melalui hasil wawancara dengan guru, maupun dengan sejumlah siswa,
model yang digunakan mendapatkan respon positif dari siswa maupun guru
mata pelajaran TIK. Secara umum mungkin model ini memang masih

22

cenderung jarang didengar, mengingat masih sangat jarang digunakan
disekolah. Tetapi bukan berarti model ini tidak memiliki keuntungan, salah
satu keuntungan nya adalah model ini memiliki sistem dimana peserta didik
diharapkan mampu mengeluarkan ide, dan pendapat mereka. Guru
menyebutkan salah satu keuntungannya adalah jika mengemukakan pendapat,
berarti mereka menggunakan kemampuan berfikir mereka. Selain itu,
pembelajaran ini menekankan bahwa mereka harus menerima pendapat orang
lain, dan tentu hal ini akan membuat siswa lebih bisa untuk bersosialisasi
dengan teman nya didalam kelas. Saat ini teknologi yang ada di masyarakat,
perkembangan nya sangat pesat, dan hal ini tentu nya mempengaruhi sistem
pendidikan yang ada. Guru diharapkan mampu mengikuti perkembangan
teknologi dengan lebih kreatif dalam menyampaikan materi dan media yang
digunakan, salah satu nya adalah dengan Facebook ini. Sehingga dengan
menggunakan media yang sudah sangat populer ini, penerimaan,
penyampaian materi tentu nya kan lebih mudah, menarik dan memberikan
kesempatan waktu belajar yang lebih banyak jika dibandingkan dengan
pertemuan disekolah. Dan tentunya hal lain yang dapat diperoleh adalah
mereka menggunakan Facebook tidak hanya sebagai madia sosial saja,
namun mereka juga menggunakannya sebagai media pembelajaran mereka.
Dalam penerapan untuk pembelajaran, di sekolah atau di rumah bisa saja
dilakukan, namun dari jika di sekolah tentu nya akan lebih efektif, karena
pemantauan dan arahan untuk setiap kegiatan siswa dapat dilakukan setiap
saat. Memanfaatkan media Facebook tentu memiliki keuntungan dan
kerugian, salah satu nya jika belajar di sekolah, waktu, fasilitas komputer,
internet, dan media lainnya harus mencukupi. Dan jika tidak, tentu model ini
tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Jika dirumah atau luar jam
sekolah, mereka bisa mengerjakannya dimana saja, warnet, dll. Namun di
rumah juga memiliki kekurangan, salah satunya memantau aktivitas kegiatan
siswa.
Data hasil belajar siswa diperoleh dari kegiatan pretest dan posttest.
Berikut adalah hasil dari kemampuan siswa baik dari pretest dan posttest :
Tabel 6 deskripsi hasil belajar siswa dalam pretest dan posttest.

Hasil

Kelas

Pretest

Eksperimen
(IXA)
Kontrol (IXC)

Posttest Eksperimen
(IXA)
Kontrol (IXC)

Nilai
Nilai
Tertinggi Terendah
80
65

Rata –
rata
73,27

85

70

73,65

90

75

81,92

85

60

75,00

Dalam tabel diatas dijelaskan bahwa dalam kegiatan pretest, hasil belajar
siswa memiliki nilai rata – rata yang hampir sama yaitu 73,27 untuk kelas
eksperimen dan 73,65 untuk kelas kontrol. Dari rata – rata ini dapat

23

disimpulkan bahwa rata – rata nilai siswa telah mencapai nilai KKM yang
telah ditetapkan yaitu sebesar 70. Hampir semua siswa mampu mencapai
KKM dan hanya terdapat 1 siswa yang tidak mencapai KKm dalam kelas
eksperimen, dengan nilai 65. Sedangkan dalam kegiatan posttest hasil belajar
siswa kelas eksperimen mendapat nilai rata – rata 81,92 dan kelas kontrol
75,00. Dan jika dibandingkan perbedaan nya sebanyak (81,92 – 75,00) 6,92.
Dalam kelas kontrol terdapat 3 orang siswa yang tidak mencapai KKM yaitu
dengan masing – masing nilai 2 orang siswa dengan nilai 65 dan 1 orang
siswa dengan nilai 60.
H0: Hasil belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran Think,
Pair dan share dengan menggunakan media Facebook sama atau tidak
lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan metode
konvensional.
H1: Hasil belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran Think,
Pair dan share dengan menggunakan media Facebook lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas yang menggunakan metode konvensional.
Untuk membuktikan, bahwa terdapat perbedaan atau tidaknya nilai hasil
belajar antara siswa kelas ekperimen dan kelas kontrol maka dilaksanakan uji
t. Dalam melaksanakan uji t, data harus terdistribusi normal dan memiliki
varian yang sama. Sehingga untuk membuktikan bahwa dat terdistribusi
normal dan memiliki varian maka dilaksanakan uji normalitas untuk
mengetahui kenormalan distribusi data dan uji homogenitas untuk
mengetahui data memiliki varian yang sama atau tidak, semua uji ini
memiliki taraf signifikansi atau nilai alpha (α) 0,05. Dibawah ini adalah
deskripsi hasil uji normalitas.
Dari uji normalitas hasil belajar pretest kelas eksperimen dan kontrol
didapat hasil sebagai berikut : dapat diketahui bahwa nilai signifikansi untuk
kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 0,067 dan 0,042. Dan pada hasil
posttest taraf signifikansi adalah 0,130 untuk kelas eksperimen dan 0,125
untuk kelas kontrol. Karena signifikansi lebih besar dari 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa nilai kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi
normal.
Dari uji Homogenitas diperoleh nilai signifikasi 0,138 > 0,05 dalam
kegiatan pretest dan 0,559 > 0,05 dalam kegiatan posttest, maka dapat
disimpukan kedua kelas memiliki varian yang sama karena Sig > α.
Berdasarkan hasil uji normalitas dan uji homogenitas diperoleh bahwa
data berdistribusi normal dan varian homogen, sehingga dapat dilanjutkan uji
kesamaan rata-rata dengan menggunakan uji t satu pihak melalui program
SPSS 20.0 for Windows menggunakan Independent Sample T-Test dengan
asumsi kedua varians homogen (equal varians assumed) dengan taraf
signifikansi 0,05.

24

Tabel 7 Hasil uji t pretest dan posttest

Hasil

Pretest

Posttest

Kelas

Sig.

Eksperimen
(IXA)
0,705
Kontrol (IXC)
Eksperimen
(IXA)
0,926
Kontrol (IXC)

t

df

Sig.(2- α
tailed)

-,352

50

0,726
0,05

4,551

50

0,000

Dalam uji t pada hasil pretest, nilai signifikansi dalam uji f adalah 0,705
maka dapat disimpulkan bahwa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
memiliki varian yang sama. Namun dalam t hitung memiliki nilai signifikansi
uji 2 sisi ( Sig.(2-tailed) ) 0,726 lebih besar dari nilai 0,05 (α) (0,726 > 0,05),
maka Ho diterima, dan dapat disimpulkan bahwa dalam hasil uji t pretest
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak terdapat perbedaan hasil
belajar yang signifikan.
Hasil uji t untuk posttest memiliki nilai signifikansi pada uji F adalah
0,926 lebih besar dari 0,05, jadi dapat disimpulkan bahwa kedua varian sama
(varian kelompok kelas eksperimen dan kontrol adalah sama). Dengan ini
penggunaan uji t menggunakan equal variances assumed ( diasumsikan
kedua varian sama ). Untuk itu dibandingkan t hitung dengan t tabel dan
probabilitas. Oleh karena t hitung > t tabel (4,551 > 2,008) dan signifikansi
(0,000 < 0,05), maka Ho ditolak, artinya bahwa ada perbedaan antara ratarata nilai kelas eksperimen dengan rata-rata nilai kelas kontrol. Pada tabel
group statistics terlihat rata-rata (mean) untuk kelas eksperimen adalah 81,92
dan untuk kelas kontrol 75,00, artinya bahwa rata-rata nilai kelas eksperimen
lebih tinggi daripada kelas kontrol. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan
bahwa model Think, Pair, Share dengan bantuan Facebook untuk media
pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar yang signifikan.
Dalam penerapan model pembelajaran Think, Pair dan Share
menggunakan media Facebook ini, terdapat kekurangan baik secara teknis
maupun non teknis pada saat pelaksanaannya. Hambatan yang ditemui
meliputi kurang maksimalnya persiapan siswa untuk melengkapi perangkat
laptop dan modem yang digunakan pada saat proses pembelajaran, dan
penerangan dalam ruang kelas yang kurang. Selain itu ada sebagian siswa
yang masih belum terbiasa dengan model pembelajaran yang baru sehingga
langkah-langkah yang telah dirancang tidak berjalan sepenuhnya dan menyita
banyak waktu dari yang sudah ditetapkan, hal ini sebagian besar terjadi pada
pertemuan pertama. Meskipun demikian, penerapan model pembelajaran
Think, Pair dan Share menggunakan media Facebook pada mata pelajaran
TIK ini mendapatkan respon positif dari siswa dan guru pengampu mata
pelajaran TIK, hal ini terlihat dari antusias siswa mengikuti proses
pembelajaran pada saat pertemuan kedua dan diperkuat oleh hasil pada
lembar observasi, wawancara dan hasil posttest.

25

5. Simpulan dan saran
Dalam penerapannya, siswa dan guru menunjukan respon yang positif
mengenai penerapan model TPS dan media Facebook ini. (1) Dari hasil
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas yang
menggunakan model TPS meningkat dengan signifikan. (2) Hasil observasi
juga menunjukan bahwa siswa aktif dalam melakukan kegiatan pembelajaran,
terutama dalam tahapan Pair. Dalam tahap menunjukan bahwa siswa mampu
memberikan pendapat serta merangkum hasil diskusi dengan kelompoknya.
Pembelajaran dengan model TPS mampu meningkatkan aktifitas belajar
siswa, karena memang model pembelajaran ini menuntut siswa untuk lebih
giat dalam mencari informasi sebagai sumber belajar. (3) Media pembelajaran
berpengaruh dalam aktifitas siswa yang akan berdampak dalam hasil belajar.
Saran untuk kedepannya baik bagi sekolah maupun guru, perlunya
persiapan yang matang dalam menyusun strategi dan desain pembelajaran
menggunakan model pembelajaran TPS sehingga penerapannya dapat
berjalan secara maksimal. Kemudian diharapkan untuk melengkapi media
maupun perangkat yang menunjang kegiatan proses pembelajaran didalam
kelas dengan Model Pembelajaran tipe TPS (Think, Pair, Share) dan
memanfaatkan media Facebook ini. Terutama yang dalam pemanfaatannya
menggunakan media pembelajaran lain yang berhubungan dengan komputer
serta jaringan komputer global yang sekarang ini telah berkembang dengan
pesat, yang berguna untuk mempermudah pencarian materi dan interaksi
antara sesama siswa, maupun siswa dengan guru nya. Selain menggunakan
model pembelajaran TPS atau penggunaan media Facebook dapat
dikombinasi dengan model pembelajaran dan media lainnya pada jenjang
pendidikan dan mata pelajaran yang berbeda

26

6. Daftar Pustaka
[1] Kurniati, Anita dan Bambang Saeful Hadi. 2012. Peningkatan
kualitas pembelajaran geografi melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif dengan teknik teams games tournaments di
sma negeri 1 pleret, bantul. Yogyakarta : Universitas Negeri
Yogyakarta.
[2] Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi
Edukatif, Jakarta : PT Rineka Cipta.
[3] Inansyah, 2009. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran TIK,
Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Padang. Padang : Balai
Pendidikan dan Keagamaan Padang.
[4] Susilo, Joko. 2013. Upaya meningkatkan hasil belajar bahasa
Indonesia melalui model think pair share (TPS) pada siswa kelas III
SDN Tleter semester II tahun ajaran 2012/2013 . Salatiga :
Universitas Kristen Satya Wacana.
[5] Hartina. 2008. Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe tps
terhadap hasil belajar kimia siswa kelas IX ipa SMA negeri 5
makassar . Makassar : Universitas Negeri Makassar.
[6] Patria, Lintang, dan Kristianus Yulianto, 2010. Pemanfaaatan
Facebook Untuk Menunjang Kegiatan Belajar Mengajar Secara
Mandiri. Banten : Jurnal Universitas Terbuka. Vol. 1 No.1 (2010).
[7] Susilo, Joko. 2013. Upaya meningkatkan hasil belajar bahasa
Indonesia melalui model think pair share (TPS) pada siswa kelas III
SDN Tleter semester II tahun ajaran 2012/2013 . Salatiga :
Universitas Kristen Satya Wacana.
[8] Imelda, 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think-Pair-Share dengan Media Autograph untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi dan pemahaman matematika siswa . Medan :
Jurnal Universitas Negeri Medan (2012).
[9] Sudrajat, Endar. 2014. Meningkatkan motivasi belajar siswa pada
pembelajaran PKn dengan menggunakan media Facebook guna
memahami sejarah dan semangat komitmen para pendiri negara
dalam merumuskan dan menetapkan Pancasila sebagai dasar negara .
Banten : Universitas Terbuka.
[10] Lie, Anita. 2002. Coopertive Learning. Jakarta: Grasindo.
[11] Herjunanto, Dhimas Luthfi. 2012, Jurnal, Efektifitas penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terhadap hasil
belajar IPS
siswa kelas V SD Negeri Genuksuran,
Purwodadi,Grobogan. Salatiga : Universitas Kristen Satya Wacana.
[12] Suyitno, Ade. 2012. Media Pembelajaran Kraetif Facebook sebagai
Media Kreatif E-Learning untuk Pembelajaran di Era Global.
Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
[13] Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D .
Bandung. Alfabeta.

27

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

AN ANALYSIS OF GRAMMATICAL ERRORS IN WRITING DESCRIPTIVE PARAGRAPH MADE BY THE SECOND YEAR STUDENTS OF SMP MUHAMMADIYAH 06 DAU MALANG

44 306 18

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25