Karyomorfologi dan Jumlah Kromosom Empat Grup Gyrinops versteegii (Gilg.) Domke. di Lombok | Iswantari | Jurnal Ilmu Kehutanan 28284 63058 1 PB

Jurnal Ilmu Kehutanan
Journal of Forest Science
https://jurnal.ugm.ac.id/jikfkt

Karyomorfologi dan Jumlah Kromosom Empat Grup Gyrinops versteegii
(Gilg.) Domke. di Lombok
Karyomorphology and Chromosome Number of Four Groups of Gyrinops versteegii (Gilg.)
Domke. in Lombok
Widya Iswantari*, Tri Mulyaningsih, & Aida Muspiah
Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram. Jl. Majapahit No. 62, Mataram 83125
*Email: iswantari.widya@gmail.com

CATATAN PENELITIAN
Riwayat naskah:
Naskah masuk (received): 14 Januari 2017
Diterima (accepted): 7 April 2017

KEYWORDS
chromosome
karyotipe
eaglewood

Gyrinops versteegii
Lombok

ABSTRACT
Lombok has four groups of Gyrinops versteegii i.e. Pantai, Buaya, Madu, and
Beringin group. Studies of karyomorphology and the number of
chromosomes could be very useful for taxonomy and plant breeding. In this
study, the preparation used a root tip squash method. The results obtained
from this study: groups of G. versteegii had similar chromosome number (n =
9), and similar metacentric chromosomes. Therefore, the karyotype formula
of the four groups of G. versteegii was 2n = 18m. Each group of G. versteegii
showed a variation of chromosome size: Pantai group has a size of 0.53 ìm
which is the longest than the other three groups: Buaya (0.27 ìm), Madu
(0.21 ìm), and Beringin (0.18 ìm).

INTISARI
KATA KUNCI
kromosom
karyotipe
gaharu

Gyrinops versteegii
Lombok

Lombok memiliki empat grup Gyrinops versteegii yang merupakan
penghasil gaharu, yaitu grup Pantai, Buaya, Madu, dan Beringin. Penelitian
ini bertujuan untuk mengkaji karyotipe dan jumlah kromosom empat grup
G. versteegii yang bermanfaat dalam taksonomi dan program pemuliaan.
Dalam penelitian ini pembuatan preparat kromosom ujung akar
menggunakan metode squash. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini
adalah semua grup G.versteegii memiliki jumlah kromosom yang sama (n =
9) dan bentuk kromosom yang sama, yaitu berbentuk metasentrik dan
memiliki pola karyotipe yang sama (2n = 18m). Ukuran kromosom setiap
grup bervariasi, yaitu grup Pantai memiliki ukuran yang paling panjang
yaitu 0,53 µm dari ketiga grup yang lain: Buaya (0,27 µm), Madu (0,21 µm),
dan Beringin (0,18 µm).

205

Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume 10 No. 2 - Juli-September 2016


© Jurnal Ilmu Kehutanan-All rights reserved

Pendahuluan

tanaman. Penelitian tentang kromosom gaharu
seperti pada genus Aquilaria dan Wikstroemia sudah

Gaharu merupakan salah satu komoditas hasil

banyak dilakukan, namun untuk kromosom genus

hutan bukan kayu (HHBK) yang banyak diperjual-

Gyrinops, khususnya kromosom infraspesifik G.

belikan dalam bentuk bongkahan, chip, gubal, dan

versteegii belum pernah dilakukan. Oleh karena itu,


minyak gaharu. Kadar aromatik resin yang tinggi dan

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah,

khas menjadikan gaharu banyak dimanfaatkan

ukuran, dan bentuk kromosom serta karyotipe G.

sebagai wewangian dan obat-obatan (Mulyaningsih et

versteegii grup Pantai, Buaya, Beringin, dan Madu.

al. 2014). Hal ini yang menyebabkan harga gubal

Bahan dan Metode

gaharu kian tahun kian menanjak. Saat ini harga gubal
gaharu dapat mencapai Rp. 251.000.000/kg (Anonim

Sampel G. versteegii yang berupa biji diambil di


2016). Uji fitokimia daun G. versteegii menunjukkan

Desa Spakek (Lombok Tengah) untuk grup Beringin,

bahwa daunnya mengandung senyawa metabolit

Mataram (Lombok Barat) untuk grup Pantai, Desa

sekunder yang dapat berfungsi sebagai anti radikal

Lembahsari (Lombok Barat) untuk grup Madu dan

bebas atau anti oksidan (Mega 2010).

Desa Menggala (Lombok Utara) untuk grup Buaya.

G. versteegii merupakan salah satu pohon peng-

Sampel ditanam hingga berumur 8 minggu, lalu


hasil gaharu yang tumbuh di Lombok (Mulyaningsih

diambil ujung akarnya. Ujung akar dipotong (0,5 cm)

& Yamada 2008). G. versteegii (Thymelaeaceae)

kemudian dimasukkan ke dalam larutan fiksatif asam

memiliki perawakan perdu-pohon, buahnya berwarna

asetat 45% dan diletakkan pada suhu -20oC selama 15

kuning-jingga dengan bentuk elips. Biji berbentuk

menit. Untuk penyimpanan sampel dalam jangka

bundar telur, bundar-pipih dengan daun elips-

waktu yang lama, sampel tersebut dipindahkan ke


menjorong (lanset) (Hou 1960).

dalam larutan fiksatif asam asetat 25% dan disimpan
pada suhu 4o C.

Terdapat 5 grup G. versteegii di Pulau Lombok,
yaitu grup Madu, Pantai, Buaya, Beringin, dan Soyun

Hidrolisis dilakukan dengan cara merendam

yang dibedakan berdasarkan fenotip (morfologi,

sampel dalam larutan HCl 10% dan diletakkan di

anatomi, dan fitokimia) serta letak geografis antar

dalam water bath pada suhu 60oC selama 30 menit.

masing-masing grup (Mulyaningsih et al. 2014).


Proses berikutnya adalah rehidrasi. Rehidrasi dilaku-

Fenotip dapat dipengaruhi perpaduan antara genetik

kan dengan cara merendam sampel dalam alkohol

(kromosom)

dapat

bertingkat (90%, 70%, 50%) masing-masing selama 2

berubah karena pengaruh habitat dan ekologi,

menit yang dilanjutkan dengan proses pewarnaan.

sedangkan kromosom bersifat tetap (stabil). Oleh

Pewarnaan dilakukan dengan cara merendam sampel


karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang jumlah

dalam aceto-orcein dan diletakkan di dalam water

dan karyotipe kromosom G. versteegii untuk grup

bath pada suhu 50oC selama 30 menit, lalu sampel

Pantai, Buaya, Madu, dan Beringin.

ujung akar di-squash, diamati, dan didokumentasikan

dan

lingkungan.

Morfologi

(Mulyaningsih & Astuti 2015). Terakhir adalah


Individu dalam satu spesies dapat memiliki

pengukuran lengan kromosom menggunakan aplikasi

jumlah kromosom yang sama, namun pada kategori

scion-image dan menentukan bentuk kromosom

infraspesifik dapat terjadi variasi pada ukuran
kromosom.

Penelitian

kromosom

akan

berdasarkan rasio lengan (r). Berdasarkan rasio


sangat

lengan (r= q/p) terdapat 4 bentuk kromosom, yaitu

berguna untuk ilmu taksonomi dan pemuliaan
206

Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume 10 No. 2 - Juli-September 2016

metasentrik: 1,0 µm < r £ 1,7 µm; submetasentrik: 1,7

spesies yang sama (sinonim) dari A. agallocha yaitu A.

µm < r £ 3,0 µm; akrosentrik: 3,0 µm < r £ 7,0 µm dan

malaccensis memiliki jumlah kromosom berbeda,

telosentrik > 7,0 µm (Tabur et al. 2012; Young et al.

yaitu 2n=14 (Suhaila et al. 2013 dalam Suhaila et al.

2012; Mursyidin et al. 2013).

2015). Hal ini berarti, pada tingkat infraspesies dapat
terjadi perbedaan jumlah kromosom.

Hasil dan Pembahasan
Perbedaan jumlah kromosom antara A. agalocha
Hasil

penelitian

ini

menunjukkan

dan

waktu

A.

malaccensis

dapat

disebabkan

karena

pembelahan mitosis aktif G. versteegii adalah pukul

perbedaan letak geografis kedua spesies tersebut.

06.30–07.00 WITA. Setiap tumbuhan memiliki jam

Jumlah kromosom yang berbeda juga terdapat pada

biologis masing-masing untuk melakukan pembelah-

spesies dalam genus yang sama, seperti pada genus

an. Sebagian besar tumbuhan melakukan pembelahan

Thymelaea,

mitosis pada pagi hari (Setyawan & Sutikno 2000).

bulgaria dan T. passerina (Chesmadjiev 1997),

Pembelahan mitosis pada tumbuhan umumnya

memiliki jumlah kromosom 2n=18, sedangkan T.

berlangsung sekitar satu jam, namun dapat juga

hirsuta memiliki jumlah kromosom 2n= 36 (Denelle &

terjadi perubahan tergantung pada jenis tumbuhan-

Puech 1985). Pimelea prostrata memiliki jumlah

nya. Waktu pembelahan mitosis G. versteegii relatif

kromosom 2n = 38 (Dawson & Beuzenberg 2000)

singkat (30 menit) jika dibandingkan dengan

sedangkan P. drupacea memiliki jumlah kromosom

tumbuhan lain seperti Canna edulis yang tahapan

2n=108 (Fedorov 1997). Begitu juga yang terjadi pada

prometafase-nya berlangsung 1 jam (Ningsih 2015),

beberapa spesies dalam genus Vernonia, Vernonia

Dimocarpus melastianus pembelahan mitosis-nya

amigdalina 2n = 36, V. cinerea (2n = 18) sedangkan V.

berlangsung 2 jam (Ningsih 2011), Eleutherina

conferta memiliki jumlah kromosom diploid 2n = 20

americana pembelahan mitosis-nya 1 jam (Mursyidin

(Evans & Bosa 2013). Berdasarkan data tersebut,

2013), Allium ascalonicum waktu pembelahan mitosis

spesies dalam genus yang sama dapat memiliki

-nya 4 jam (Tyas 2014), dan Lycopersicon esculentum

jumlah kromosom yang berbeda yang dapat disebab-

Pimelea,

dan

Vernonia.

Thymelaea

waktu pembelahan mitosis-nya berlangsung lebih
dari 4 jam (Darmawan 2010).
Jumlah kromosom G. Versteegii untuk grup
Pantai, Buaya, Madu, dan Beringin adalah tidak
bervariasi dan jumlahnya sama, yaitu 2n = 18 (n = 9)
(Gambar 1) dan merupakan kromosom diploid. Data
jumlah

kromosom

beberapa

spesies

anggota

Thymelaeaceae adalah n = 9 (Anonim 1974, 2016).
Jumlah kromosom G. versteegii ini sama dengan
beberapa anggota Thymelaeceae lainnya seperti
Kelliera croizatii, K. lyallii (de Lange et al. 2004),
Wikstroemia forbesii (Gupta & Gillett 1969), W.
conescens (Sandhu & Mann 1988). Namun jumlah
kromosom beberapa spesies Thymelaeaceae lainnya
juga ada yang berbeda, seperti Aquilaria sinensis dan

Gambar 1. Kromosom G. versteegii: a. grup Pantai;
b. Buaya; c. Madu; d. Beringin
Figure 1. Chomosom of G. versteegii: a. Pantai; b. Buaya;
c. Madu; d. Beringin group

A. agallocha memiliki jumlah kromosom 2n=16
(Debnath et al. 1995; Shen & Zao 2007), sedangkan

207

Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume 10 No. 2 - Juli-September 2016

kan terjadinya poliploidi karena pada dasarnya setiap

yang ditunjukkan melalui fenotip- fenotip yang

spesies memiliki kromosom dasar yang sama dari

berbeda pada masing-masing grup (Mulyaningsih et

generasi ke generasi (Evans & Bosa 2013). Konsistensi

al. 2014; Setiawati 2013; Setyawan & Sutikno 2000).

ini membuktikan bahwa kromosom merupakan bukti

G. versteegii untuk grup Beringin memiliki

taksonomi yang penting.

morfologi jaringan kayu yang berwarna cream cerah

Bentuk kromosom grup dari G. versteegii, Pantai,

(paling cerah diantara ketiga grup lainnya) sedang-

Buaya, Madu, dan Beringin adalah sama yaitu

kan dari segi anatomi batang mempunyai lapisan

berbentuk metasentrik (Gambar 2.) sehingga didapat-

kambium yang paling tebal dan memiliki aromatik

kan pola karyotipe yang sama, yaitu 2n=18m.

resin yang paling tinggi. Ketiga fenotip tersebut

Tumbuhan umumnya memiliki kromosom berbentuk

merupakan hasil ekspresi dari ukuran lengan kromo-

metasentrik (Tabur et al. 2012; Young et al. 2012;

som grup Beringin yang relatif lebih pendek dari

Yulianti et al. 2006; Suminah et al. 2002).

ketiga grup lainnya. Berbeda dengan grup Pantai yang
mempunyai morfologi jaringan kayu berwarna paling

Berdasarkan karyogram (Gambar 2), idiogram

gelap, lapisan kambium paling tipis, dan kandungan

(Gambar 3a-d.) dan Tabel 1 menunjukkan bahwa

aromatik resinnya paling rendah dari ketiga grup yang

kromosom G. versteegii memiliki ukuran kromosom

lain. Ketiga fenotip merupakan hasil ekspresi ukuran

yang kecil (

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24