Buku Pembekalan Pengajaran Mikro-PPL I kateren 1 2014
26 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
mengacu kepada standar isi dan standar kompetensi lulusan serta
berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP).
Landasan KTSP adalah: (1) UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, (2) PP RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, (3) Standar Isi, dan (4) Standar Kompetensi Lulusan.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang
disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan.
b. Prinsip-Prinsip Pengembangan KTSP
Kurikulum tingkat satuan pendidikan sebagai perwujudan dari
kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan
relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite
sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau
kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan
provinsi untuk pendidikan menengah berpedoman pada Standar Isi dan
Standar Kompetensi Lulusan serta panduan penyusunan kurikulum yang
disusun oleh BSNP. Penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan khusus
dikoordinasi dan disupervisi oleh dinas pendidikan provinsi, dan berpedoman
pada Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan serta panduan penyusunan
kurikulum yang disusun oleh BSNP. Kurikulum dikembangkan berdasarkan
prinsip-prinsip: (1) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik dan lingkungannya, (2) beragam dan terpadu, (3)
tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, (4)
relevan dengan kebutuhan kehidupan, (5) menyeluruh dan
berkesinambungan, (6) belajar sepanjang hayat, (7) seimbang antara
kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
c. Komponen KTSP
1) Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dirumuskan mengacu
kepada tujuan umum pendidikan berikut.
PUSAT PENGEMBANGAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN DAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PP PPL dan PKL) LPPMP
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
MATERI PEMBEKALAN
PENGAJARAN MIKRO/MAGANG II
BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
TIM PENYUSUN
MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO/MAGANG II
Penanggung Jawab
:
Wawan S Suherman
Suwarna
Ketua
:
Ngatman Soewito
Sekretaris
:
Eko Widodo
Anggota
:
Prihadi
Totok Sukardiyono
Putut H
Tri Ani Hastuti
Sekretariat
:
Sri Ningsih
Ganjar Triyono
Hidayati
Ibnu Wibowo
Perancang Sampul
:
Kuncoro Wulandewojati
: 25
i. Siswa dapat menguasai materi atau kompetensi secara mendalam dan
bermakna, serta dapat menerapkannya dalam kehidupan nyata.
Agar proses pembelajaran kontekstual dapat lebih efektif, terdapat
beberapa tahap yang perlu dilakukan guru yaitu tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian.
6. Penerapan Pendekatan Kontekstual di Kelas
Penerapan CTL dalam kelas cukup mudah, secara garis besar,
langkahnya adalah sebagai berikut.
a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan
cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan lainnya.
b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan “inquiri” untuk semua topik.
c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
d. Ciptakan “ Masyarakat Belajar” (belajar dalam kelompok).
e. Hadirkan “Model” sebagai contoh pembelajaran.
f. Lakukan refleksi diakhir pertemuan.
g. Lakukan penilaian yang sebenarnya (nyata) dengan berbagai cara.
Pembelajaran kontekstual merupakan salah satu pendekatan
pembelajaran yang sangat sesuai untuk mengimplementasikan kurikulum
berbasis kompetensi, termasuk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
yang saat ini sedang terus dikembangkan. Pengembangan dan penerapan
pembelajaran kontekstual sangat penting untuk meningkatkan efektivitas
pembelajaran. Keragaman potensi dan kecepatan belajar siswa menuntut
pelayanan pembelajaran yang optimal dari guru. Guru yang baik akan
berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan belajar setiap siswa.
B. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
1. KTSP untuk Sekolah Umum (SMP, SMA, dan yang Sederajat)
a. Landasan dan Pengertian KTSP
UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan tersusunnya kurikulum pada
tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah dengan
.
ii
24 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
g. Penilaian Autentik (Authentic Assessment)
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran
perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa
memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar.
Karena assessment menekankan proses pembelajaran maka data yang
dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa
pada saat melakukan proses pembelajaran. Kemajuan belajar dinilai dari
proses, bukan melalui hasil, penilaian autentik menilai pengetahuan dan
keterampilan (performan) yang diperoleh siswa. Karakteristik authentic
assessment sebagai berikut.
1) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
2) Dapat digunakan untuk formatif maupun sumatif.
3) Objek yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat
fakta.
4) Berkesinambungan.
5) Terintegrasi.
6) Dapat digunakan sebagai umpan balik.
5. Indikator Keberhasilan
Keberhasilan pembelajaran konstektual, baik proses maupun hasil
belajarnya dapat diketahui melalui beberapa indikator antara lain sebagai
berikut.
a. Pemilihan materi atau informasi berdasarkan kebutuhan siswa dan
dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata/masalah yang disimulasikan.
b. Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki
siswa.
c. Pembelajaran terjadi diberbagai tempat, konteks dan setting.
d. Siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran.
e. Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi dan saling
mengoreksi.
f. Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan atau masalah yang
disimulasikan.
g. Perilaku dibangun atas kesadaran sendiri.
h. Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Buku Pembekalan Pengajaran
Mikro/Magang II ini dapat diselesaikan sesuai harapan. Buku Pembekalan
Pengajaran Mikro ini sangat penting bagi mahasiswa yang sedang mengikuti
kuliah Pengajaran Mikro atau ekuivalennya sebagai bahan kajian dalam rangka
mempersiapkan diri sebagai calon guru/tenaga kependidikan yang kompeten
Pengajaran Mikro/Magang II merupakan pelatihan tahap awal dalam
pembentukan kompetensi mengajar, melalui pengaktualisasian kompetensi
dasar mengajar sehingga calon guru benar-benar mampu menguasai setiap
komponen keterampilan dasar mengajar baik secara terbatas maupun
terpadu dalam proses pembelajaran yang disederhanakan.
Dengan telah tersusunnya Buku Pembekalan Pengajaran
Mikro/Magang II ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada tim
penyusun dan semua fihak yang telah membantu dalam penyusunan buku ini.
Semoga Buku Pembekalan Pengajaran Mikro ini dapat memberikan manfaat
dalam rangka peningkatan kompetensi calon guru/tenaga kependidikan.
Universitas Negeri Yogyakarta
Kepala PP PPL&PKL
Ngatman Soewito
NIP 19670605 199403 1 001
iii
BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
: 23
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................
TIM PENYUSUN ................................................................................
KATA PENGANTAR ............................................................................
DAFTAR ISI .....................................................................................
i
ii
iii
iv
BAB I
A.
B.
C.
D.
E.
1
1
2
2
3
3
PENDAHULUAN ................................................................
Latar Belakang ...................................................................
Tujuan Pembekalan ...............................................................
Lingkup Materi Pembekalan ...................................................
Pola Pembekalan ..................................................................
Waktu dan Tempat Pembekalan ............................................
BAB II MOTIVASI DIRI DAN ETIKA PROFESI ............................ 4
A.
Pengembangan Profesi Diri ................................................... 4
B.
Etika Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan ................... 7
BAB III STANDAR KOMPETENSI GURU ........................................
A.
Dasar Pemikiran ..................................................................
B.
Pengertian Kompetensi Guru .................................................
C.
Ruang Lingkup Kompetensi Guru ..........................................
12
12
12
13
BAB IV MEKANISME PENGAJARAN MIKRO .................................
A. Tujuan Pengajaran Mikro .......................................................
B. Standar Kompetensi Pengajaran Mikro ....................................
C. Mekanisme Kuliah Pengajaran Mikro .......................................
D. Pelaksanaan Kuliah Pengajaran Mikro .....................................
E. Deskripsi Tugas Personalia Pengajaran Mikro ...........................
F. Sistem Bimbingan Pengajaran Mikro ......................................
G. Penilaian Pengajaran Mikro .....................................................
16
16
16
16
17
18
19
20
iv
1) Menggali informasi, baik teknis/akademis.
2) Mengecek pemahaman siswa.
3) Membangkitkan respon siswa.
4) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa.
5) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru.
d. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Masyarakat belajar adalah sekelompok siswa yang terkait dalam kegiatan
belajar agar terjadi proses belajar lebih dalam. Semua siswa harus
mempunyai kesempatan untuk berbicara dan berbagi ide, mendengarkan
ide siswa lain dengan cermat dan bekerja sama untuk membangun
pengetahuan dengan teman di dalam kelompoknya. Konsep ini didasarkan
pada ide bahwa belajar secara bersama lebih baik dari pada belajar secara
individual. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi
dua arah. Praktek masyarakat terwujud dalam:
1) Pembentukan kelompok kecil/besar.
2) Mendatangkan “ahli” sekelas (tokoh, olahragawan, dokter)
3) Bekerja dengan kelas sederajat.
4) Bekerja kelompok dengan kelas di atas.
e. Pemodelan (Modeling)
Pemodelan adalah proses dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau
pengetahuan tertentu ada model yang dapat ditiru. Model itu bisa berupa
cara mengoprasikan sesuatu, cara melempar bola dalam olahraga, contoh
karya tulis, cara melafalkan bahasa Inggris dan sebagainya. Contoh praktek
pemodelan di kelas:
1) Guru olahraga memberi contoh berenang gaya kupu-kupu.
2) Guru teknik memberi contoh cara menggergaji yang benar.
3) Guru biologi mendemonstrasikan penggunaan mikroskup.
f. Refleksi (Reflection)
Refleksi memungkinkan cara berfikir tentang apa yang telah siswa pelajari
dan untuk membantu siswa menggambarkan makna personal siswa
sendiri. Di dalam refleksi siswa menelaah sesuatu kejadian, kegiatan dan
pengalaman serta berfikir tentang apa yang siswa pelajari, bagaiman
merasakan dan bagaimana siswa menggunakan pengetahuan baru
tersebut. Refleksi dapat ditulis di dalam jurnal, bisa terjadi melalui diskusi
atau merupakan kegiatan kreatif seperti menulis puisi atau membuat karya
seni.
22 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
BAB V
3. Tujuan Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran Kontekstual bertujuan membekali siswa dengan
pengetahuan yang lebih bermakna, secara fleksibel dapat diterapkan
(ditransfer) dari satu permasalahan ke permasalahan lain dan dari satu
konteks ke konteks lainnya. Transfer dapat juga terjadi di dalam suatu konteks
melalui pemberian tugas yang terkait erat dengan materi pelajaran. Hasil
pembelajaran diharapkan dapat lebih bermakna bagi siswa untuk
memecahkan persoalan, berfikir kritis dan melaksanakan pengamatan serta
menarik kesimpulan.
4. Komponen Pembelajaran Kontekstual
Terdapat tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari
penerapan pembelajaran kontekstual di kelas yaitu sebagai berikut.
a. Konstruktivisme
Dalam pandangan konstruktivis, strategi memperoleh, lebih diutamakan
dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat
pengetahuan. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut
dengan:
1) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa.
2) Memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya
sendiri.
3) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam
belajar.
b. Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis
CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan
bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari
menemukan sendiri. Siklus inquiri: observasi, bertanya, mengajukan
dugaan, pengumpulan data dan penyimpulan.
c. Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya.
Penggunaan pertanyaan untuk menuntun berfikir siswa lebih baik dari pada
sekedar memberi siswa informasi untuk memperdalam pemahaman siswa.
Pertanyaan digunakan guru untuk: mendorong, membimbing, dan menilai
kemampuan berfikir siswa. Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan
bertanya berguna untuk hal-hal berikut.
A.
B.
C.
D.
BAB VI
A.
B.
C.
D.
INOVASI PEMBELAJARAN ............................................21
Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran ....................21
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ...............................25
Kurikulum 2013 ............................................................... 41
Upaya Meningkatkan Keprofesionalan Guru melalui Lesson Study
........................................................................................ 99
E.
F.
G.
H.
I.
J.
KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR ...........................112
Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran .................112
Keterampilan Menjelaskan ................................................113
Keterampilan Memberikan Penguatan ................................114
Keterampilan Menggunakan Media dan Alat
Pembelajaran....................................................................115
Keterampilan Menyusun Skenario Pembelajaran .................116
Keterampilan Mengadakan Variasi .....................................116
Keterampilan Membimbing Diskusi ....................................117
Keterampilan Mengelola Kelas ...........................................118
Keterampilan Bertanya .....................................................119
Keterampilan Mengevaluasi ..............................................121
BAB VII
PENUTUP .....................................................................122
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................123
v
BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
: 21
BAB V
INOVASI PEMBELAJARAN
A. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran (Contextual Teaching
and Learning = CTL)
1. Latar Belakang
Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang
dipelajarinya, bukan mengetahui-nya. Pembelajaran yang berorientasi target
penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi, mengingat jangka
pendek, tetapi gagal dalam membekali anak-anak memecahkan persoalan
dalam kehidupan jangka panjang.
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning = CTL)
merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa
bekerja dan mengalami bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa,
strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil.
2. Pengertian Konsep Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang
membantu guru dalam mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata
dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dipelajari dengan kehidupan mereka. Melalui pembelajaran kontekstual
diharapkan konsep-konsep materi pelajaran dapat diintegrasikan dalam
konteks kehidupan nyata dengan harapan siswa dapat memahami apa yang
dipelajarinya dengan lebih baik dan mudah.
Pembelajaran kontekstual menempatkan siswa di dalam konteks
bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi
yang sedang dipelajarinya sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan
individual siswa dan peran guru.
20 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
Pembimbing selama berlangsungnya pengajaran mikro/ Magang II
senantiasa mengawasi penampilan mahasiswa secara cermat. Mahasiswa
yang belum mencapai nilai standar yang ditetapkan, dapat diberikan remedial
oleh pembimbing dalam waktu yang terbatas hingga mencapai nilai standar
yang ditetapkan.
G. Penilaian Pengajaran Mikro/ Magang II
Prinsip-prinsip penilaian yang harus diperhatikan dalam pengajaran
mikro, antara lain sebagai berikut.
1. Valid dan Reliabel, memberikan informasi yang sahih dan andal tentang
hasil prestasi belajar
2. Mendidik, dapat dirasakan sebagai penghargaan bagi mahasiswa yang
berhasil dan sebagai pemicu untuk lebih meningkatkan latihan bagi yang
kurang berhasil.
3. Berorientasi pada kompetensi, memberi informasi tingkat pencapaian
kemampuan dasar mahasiswa
4. Adil, tidak menguntungkan atau merugikan salah satu atau sekelompok
mahasiswa yang dinilai.
5. Terbuka, kriteria penilaian dan dasar pengambilan keputusan harus jelas
dan terbuka bagi semua pihak.
6. Menyeluruh, meliputi pengetahuan (kognitif ), keterampilan
(psikomotorik), sikap dan nilai (afektif), yang direfleksikan pada saat
mahasiswa melakukan praktik pengajaran mikro
7. Terpadu, baik dilihat dari komponen yang dinilai maupun penyelenggaraan
penilaian.
8. Berkesinambungan, dilakukan secara berencana, bertahap dan terus
menerus
9. Bermakna, mempunyai arti, bermanfaat dan dapat ditindaklanjuti baik
oleh mahasiswa maupun dosen.
Aspek-aspek yang dinilai dalam pengajaran mikro mencakup sebagai
berikut.
1. Orientasi dan observasi pembelajaran di sekolah/lembaga.
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
3. Proses pembelajaran/praktik mengajar mikro.
4. Kompetensi kepribadian dan sosial.
BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
: 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Keputusan Rektor UNY No. 130 Tahun 2000, tentang
Pembentukan PP PPL&PKL UNY, disebutkan bahwa Program Pengajaran Mikro
dikelola oleh Pusat Pengembangan PPL&PKL UNY. PP PPL&PKL UNY
berkedudukan sebagai unit pelaksana teknis di tingkat universitas yang berada
di bawah koordinasi dan bertanggung jawab langsung kepada Rektor yang
pelaksanaan sehari-harinya dilakukan oleh Wakil Rektor I. PP PPL&PKL UNY
dipimpin oleh seorang ketua dan seorang sekretaris serta dibantu oleh
beberapa staf. Sesuai dengan kedudukannya tersebut, PP PPL&PKL UNY
memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut.
1. Mengkoordinasikan penyelenggaraan praktik kependidikan dan keguruan
yang diselenggarakan setiap fakultas.
2. Mengadakan pengawasan dan bimbingan langsung pelaksanaan praktik
kependidikan dan keguruan di sekolah-sekolah atau lembaga pendidikan
tempat praktik.
3. Memonitor faktor-faktor yang menunjang dan menghambat pelaksanaan
praktik kependidikan dan keguruan untuk merencanakan dan
pengembangan program.
4. Mengadakan hubungan dan kerja sama dengan perguruan tinggi, sekolah,
dinas pendidikan, dan lembaga lain baik pemerintah maupun swasta,
untuk menyusun program praktik kependidikan dan keguruan yang
relevan dengan kualifikasi dan kebutuhan tenaga kependidikan.
Bidang-bidang yang ditangani oleh PP PPL&PKL UNY mencakup: (1) Bidang
Praktik Kependidikan, (2) Bidang Praktik Keguruan, (3) Bidang Pengajaran
Mikro, dan (4) Bidang Perencanaan dan Pengembangan Praktik Kependidikan
dan Keguruan. Setiap bidang dikoordinasi oleh seorang koordinator dengan
anggota terdiri atas koordinator pengajaran mikro program studi kependidikan
yang ada di UNY.
Pelaksanaan pengajaran mikro melibatkan unsur-unsur dosen pembimbing
pengajaran mikro/ Magang II, staf PP PPL&PKL, lembaga lain yang terkait
seperti sekolah/lembaga tempat praktik mengajar, guru/instruktur, dan
mahasiswa/siswa. Kegiatan kuliah pengajaran mikro lebih menekankan
2 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
pada latihan, yang diawali dengan orientasi pengajaran mikro. Salah satu
bentuk orientasi pengajaran mikro ini adalah pembekalan para mahasiswa
yang akan melaksanakan pengajaran mikro/Magang II dan koordinasi awal
antara mahasiswa dengan para dosen pembimbing.
B. Tujuan
Pembekalan pengajaran mikro sebagai salah satu bentuk orientasi
pengajaran mikro dimaksudkan untuk memberikan bekal kepada mahasiswa
tentang pengetahuan dasar yang diperlukan pada praktik pengajaran mikro
dan praktik pembelajaran di sekolah/lembaga. Adapun pengetahuan dasar
yang perlu diketahui mahasiswa adalah sebagai berikut.
1. Hakikat pengajaran mikro/ Magang II.
2. Keterampilan Dasar Mengajar.
3. Kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan.
4. Kajian standar kompetensi dan kurikulum yang sedang berlaku.
5. Kajian tentang pedoman khusus pengembangan silabus dan sistem
penilaian sesuai dengan mata pelajaran masing-masing.
6. Pembuatan silabus sesuai dengan mata pelajaran masing-masing.
7. Pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
C. Lingkup Materi Pembekalan
Materi pembekalan pengajaran mikro yang disampaikan kepada para
mahasiswa mencakup dua kelompok, yaitu materi yang terkait dengan
kompetensi professional dan materi yang terkait dengan kompetensi
kepribadian.
Secara rinci, materi-materi pembekalan pengajaran mikro ini adalah
sebagai berikut.
1. Materi Kompetensi Profesional, yaitu mencakup:
a. Standar Kompetensi Guru/Pendidik
b. Mekanisme Pengajaran Mikro/ Magang II
c. Inovasi pembelajaran, yang terdiri atas Pembelajaran Kontekstual,
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan Lesson Study.
2. Materi Kompetensi kepribadian, meliputi sebagai berikut.
a. Etika profesi tenaga pendidik/tenaga kependidikan
b. Motivasi dan komitmen dalam tugas/pekerjaan.
BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
: 19
3. Tugas Mahasiswa
Mahasiswa peserta pengajaran mikro hendaknya mematuhi berbagai
tugas yang diberikan baik oleh koordinator maupun pembimbing pengajaran
mikro prodi. Adapun tugas mahasiswa selama berlangsungnya pengajaran
mikro adalah sebagai berikut.
a. Mencari kelengkapan untuk praktik pengajaran mikro/ Magang II seperti
kurikulum yang sedang berlaku, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus
dan Sistem Penilaian.
b. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran sebelum latihan pengajaran
mikro/ Magang II.
c. Melaksanakan latihan keterampilan terbatas dan latihan keterampilan
terpadu.
d. Melakukan observasi ke sekolah atau lembaga tempat PPL dan
menyerahkan hasilnya kepada dosen pembimbing pengajaran mikro/
Magang II.
e. Hadir sebelum waktu kegiatan.
f. Mengikuti seluruh kegiatan pengajaran mikro/ Magang II.
g. Bersikap sebagai model guru sesungguhnya.
h. Pada waktu pelaksanaan pengajaran mikro/ Magang II, berperan sebagai
model siswa sesungguhnya (mengajukan pertanyaan, menjawab
pertanyaan guru atau bila perlu menjawab 'tidak tahu', berdiskusi, sebagai
tutor teman sejawat, dll).
i. Memberikan masukan (refleksi) dalam pelaksanaan pengajaran mikro/
Magang II.
j. Berkonsultasi secara aktif kepada dosen pembimbing pengajaran mikro/
Magang II.
k. Berpakaian sopan dan rapi. sesuai karakteristik prodi masing-masing.
l. Menaati tata tertib yang berlaku.
F. Sistem Bimbingan Pengajaran Mikro/ Magang II
Bimbingan pengajaran mikro/ Magang II dilakukan secara bertahap dan
terpadu. Secara bertahap artinya pertama-tama memberi latihan keterampilan
secara terbatas yaitu hanya latihan satu atau dua keterampilan dasar
mengajar. Bimbingan pengajaran mikro secara terpadu yaitu perpaduan dari
segenap keterampilan dasar mengajar, yaitu sejak keterampilan menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran (membuka
pelajaran, menyampaikan kegiatan inti), sampai menutup pelajaran, termasuk
evaluasi. .
18 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
1. Orientasi Pengajaran Mikro/ Magang II
Orientasi pengajaran mikro/ Magang II dilaksanakan sebelum
perkuliahan pengajaran mikro dimulai, harus diikuti oleh seluruh mahasiswa
pada prodi yang bersangkutan dan didampingi oleh dosen pembimbing.
2. Observasi Proses Pembelajaran dan Kondisi Sekolah/Lembaga
Kegiatan observasi ini bertujuan agar para mahasiswa dapat:
a. mengenal dan memperoleh gambaran nyata tentang pelaksanaan
pembelajaran di sekolah
b. menyepadankan pelaksanaan pembelajaran pada saat kuliah pengajaran
mikro/ Magang II di kampus dengan yang dilakukan di sekolah/lembaga;
dan mendata keadaan fisik sekolah/lembaga untuk mendapatkan
wawasan tentang berbagai kegiatan yang terkait dengan proses
pembelajaran.
Hasil observasi pembelajaran didiskusikan bersama dosen pembimbing
pengajaran mikro/ Magang II.
3. Praktik Pengajaran Mikro/ Magang II
Dalam pelaksanaan praktik pengajaran mikro/ Magang II, mahasiswa
dilatih keterampilan dasar mengajar yang meliputi keterampilan dasar
mengajar terbatas dan keterampilan dasar mengajar terpadu.
E. Deskripsi Tugas Personalia Pengajaran Mikro/ Magang II
1. Tugas Koordinator Pengajaran Mikro/ Magang II
Tugas koordinator pengajaran mikro antara lain mengelompokkan
mahasiswa yang telah mendaftar di PP PPL & PKL sebagai peserta pengajaran
mikro. Setiap kelompok terdiri atas 10 sd 16 mahasiswa.
2. Tugas Pembimbing Pengajaran Mikro/ Magang II
Tugas dosen pembimbing pengajaran mikro/ Magang II antara lain
membimbing latihan keterampilan dasar mengajar secara terbatas dan
terpadu, membimbing observasi di sekolah/lembaga tempat praktik mengajar.
memberikan remedial terhadap mahasiswa yang belum dapat mencapai nilai
B, memberikan supervisi klinis kepada mahasiswa guna meningkatkan kualitas
kompetensi dasar mengajar.
BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
: 3
D. Pola Pembekalan Pengajaran Mikro
Pembekalan Pengajaran Mikro/ Magang II dilaksanakan di setiap
program studi di lingkungan UNY. Meskipun demikian, koordinasi tetap
dilaksanakan bersama oleh PP PPL&PKL dan Koordinator PPL Program Studi.
Untuk menentukan tempat dan waktu pembekalan menjadi tanggung jawab
Koordinator PPL Program Studi.
E. Waktu dan Tempat Pembekalan
Pembekalan Pengajaran Mikro/ Magang II dilaksanakan sesuai dengan
kondisi Fakultas atau Program Studi yang bersangkutan. Tempat pembekalan
diserahkan pada masing-masing program studi, sesuai dengan kapasitas
ruangan yang ada.
4 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
BAB II
MOTIVASI DIRI DAN ETIKA PROFESI
BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
: 17
Mahasiswa yang telah mendaftar sebagai peserta pengajaran mikro,
sekaligus terdaftar sebagai peserta PPL yang akan dilaksanakan pada
semester 7 (Tujuh). Mekanisme pelaksanaan kuliah pengajaran mikro/
Magang II nampak seperti pada bagan berikut.
A. Pengembangan Motivasi Diri
Observasi
1. Siapakah Saya Ini? Ingin Jadi Apakah Saya Ini?
Pernyataan Pribadi
Maksud penilaian diri sendiri ini adalah untuk membantu Saudara
menghimpun segala hal-ihwal mengenai diri Saudara. Saudara membutuhkan
hal itu selama pelaksanaan Pengajaran Mikro dan KKN-PPL berlangsung,
karena Saudara diminta untuk menyiapkan rencana dan tujuan yang ingin
Saudara capai.
Saudara mungkin ingin bertanya: “Siapakah saya ini?, serta pertanyaan:
“Ingin jadi apakah saya ini?” Kedua pertanyaan tersebut berkaitan dan
keduanya membutuhkan adanya gagasan-gagasan. Usahakah dalam
mencurahkan pikiran Saudara sejelas-jelasnya. Kejelasan tentang gagasan ini
akan membantu Saudara selama pelaksanaan Pengajaran Mikro dan KKN-PPL
berlangsung. Apa yang Saudara tulis adalah untuk Saudara sendiri dan tidak
akan dilihat oleh orang lain.
Selama Saudara berusaha menjawab pertanyaan: “Siapakah saya Ini?.
“Ingin jadi apakah saya ini?” pertimbangkan yang tercakup dalam pertanyaan
yang akan kami ajukan berikut ini mungkin banyak membantu Saudara.
a. Dalam pekerjaan Saudara sekarang (sebagai mahasiswa), apa yang
menimbulkan dalam diri Saudara:
1) Perasaan bahwa Saudara sangat berhasil?
2) Perasaan bahwa Sauada kurang berhasil?
b. Apa keunggulan-keunggulan pribadi Saudara? Segi apakah yang masih
perlu dikembangkan?
1) Keunggulkan-keunggulan:
2) Segi-segi yang membutuhkan pengembangan:
Praktik Pengajaran Mikro
Latihan Ketrampilan Terbatas
Latihan Ketrampilan Terpadu
Masukan oleh dosen dan mahasiswa
Presentasi ke-1,
2, 3, ..... n
Tidak
Ada masalah ?
Ya
Supervisi Klinis
Gambar 1
Mekanisme Jalannya Kuliah Pengajaran Mikro/ Magang II
D. Pelaksanaan Kuliah Pengajaran Mikro/ Magang II
Pelaksanaan pengajaran mikro melibatkan unsur-unsur dosen
pembimbing pengajaran mikro, staf PP PPL&PKL, lembaga lain yang terkait
seperti sekolah/lembaga tempat praktik mengajar, guru/instruktur, dan
mahasiswa/siswa. Kegiatan kuliah pengajaran mikro lebih menekankan pada
latihan, yang meliputi aktivitas sebagai berikut.
16 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
BAB IV
MEKANISME KULIAH PENGAJARAN MIKRO/ MAGANG II
A. Tujuan Pengajaran Mikro/ Magang II
Secara umum, pengajaran mikro bertujuan untuk membentuk dan
mengembangkan kompetensi dasar mengajar sebagai bekal praktik mengajar
(real-teaching) di sekolah/lembaga pendidikan dalam program PPL. Secara
khusus, tujuan pengajaran mikro adalah sebagai berikut.
1. Memahami dasar-dasar pengajaran mikro/ Magang II.
2. Melatih mahasiswa menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
3. Membentuk dan meningkatkan kompetensi dasar mengajar terbatas dan
terpadu.
4. Membentuk kompetensi kepribadian.
5. Membentuk kompetensi sosial.
B. Standar Kompetensi Pengajaran Mikro
Kompetensi dasar mengajar dalam Pengajaran Mikro adalah
kemampuan minimal yang harus dicapai oleh mahasiswa pada pengajaran
mikro. Selengkapnya kompetensi dasar dalam pengajaran mikro adalah
sebagai berikut.
1. Memahami dasar-dasar Pengajaran Mikro/ Magang II
2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
3. Mempraktikkan keterampilan dasar mengajar terbatas
4. Mempraktikkan keterampilan dasar mengajar terpadu
5. Mengevaluasi praktik Pengajaran Mikro
C. Mekanisme Kuliah Pengajaran Mikro
Pengajaran mikro dilaksanakan di program studi (prodi) masing-masing
fakultas oleh dosen pembimbing pengajaran mikro dan dikoordinasi oleh
seorang koordinator pengajaran mikro tingkat prodi maupun fakultas.
Pelaksanaan pengajaran mikro dilakukan pada semester VI. Sebelum
pelaksanaan pengajaran mikro, mahasiswa calon peserta mendaftarkan diri di
UPPL secara online lewat website PP PPL&PKL terintegrasi dengan SIAKAD UNY.
BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
: 5
Umumnya orang mempunyai “proyek rahasia” atau rencana pribadi untuk
suatu waktu di dalam hidupnya. Apakah tujuan hidup Saudara yang
sebenarnya?
d. Sebagian besar dari kita, ingin bebas mengerjakan sesuatu yang ingin kita
kerjakan, ketika kita ingin mengerjakannya. Apakah yang akan Saudara
kerjakan jika Saudara mempunyai waktu selama:
1) Satu jam?
2) Satu hari?
3) Satu minggu?
4) Satu tahun?
e. Coba Saudara bayangkan dan renungkan sejenak sebuah percakapan yang
akan terjadi di waktu yang akan datang, sesudah Saudara meninggal dunia.
Beberapa kawan yang mengenal Saudara dengan baik berkumpul dan
membicarakan Saudara. Apakah yang Saudara inginkan untuk dikenang
dan dibicarakan oleh mereka?
f. Kita semua memiliki “garis hidup”. Sekarang Saudara sudah berusia berapa
dan apa yang akan Saudara kerjakan dalam sisa hidup Saudara berkenaan
dengan pertanyaan di atas? Bagiamana keinginan dan target prestasi dan
profesi Saudara di masa depan?
2. Jendela Johari (The Johari Window)
Pribadi orang dapat digambarkan atas empat bidang atau komponen,
yang merupakan hasil pengamatan/persepsi orang terhadap diri sendiri dan
orang lain. Oleh karena itu, pribadi seseorang dapat digambarkan sebagai
suatu “jendela” seperti di bawah ini.
Dikenal
orang lain
Tidak dikenal
orang lain
Dikenal sendiri
Tidak dikenal sendiri
1
Pribadi Terbuka
(Public Self)
2
Pribadi Terlena
(Blind Spots)
3
Pribadi Tersembunyi
(Hiddent Self)
4
Pribadi Tidak Dikenal
(Unknown Self)
6 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
Istilah JOHARI berasal dari nama JOSEPH LUFT dan HARINGTON
INGHAM. Penjelasan masing-masing jendela tersebut sebagai berikut.
Jendela 1: PRIBADI TERBUKA (PUBLIC SELF, SHAREDIMAGE)
Bagian pribadi yang disadari oleh diri sendiri dan ditampilkan
kepada orang lain atas kemauan sendiri. Misalnya, berbagai
perasaan, pendapat, dan pikiran-pikiran yang dipilih untuk
disampaikan kepada oarang lain. Juga hal-hal yang tidak dapat
ditutupi terhadap orang lain, seperti : paras muka, bentuk badan,
umur yang tampak pada keadaan badan (tua, muda), meskipun
banyak orang ingin menutupinya.
Jendela 2: PRIBADI TERSEMBUNYI (HIDDEN SELF, CONCEALEDIMAGE)
Bagian pribadi yang disadari oleh dirinya sendir, tetapi secara
sadar ditutup-tutupi atau disembunyikan terhadap orang lain.
Mungkin juga orang tidak tahu bagaimana menyampaikan dirinya
kepada orang lain (tidak setuju tentang pendapat orang lain tetapi
tidak dapat menyampaikan hal itu), karena kalau disampaikan
akan membuat malu diri sendiri, misalnya perasaan
ketidakpastian, keinginan-keinginan yang rahasia, dan
sebagainya.
Jendela 3: PRIBADI TERLENA (BLIND SPOT, COMPLEMENTRY IMAGE)
Bagian pribadi yang tanpa disadari oleh diri sendiri, tertutup oleh
dirinya akan tetapi tersampaikan kepada orang lain atau diketahui
oleh orang lain. Misalnya kebiasaan, sifat, dan kemampuan
tertentu yang tidak disadari ada pada diri sendiri, yang sering
berpengaruh (positif/negatif) dalam berhubungan dengan orang
lain (sering membuat interupsi, kurang memperhatikan perasaan
orang lain, senang membantah, membanggakan diri sendiri).
Jendela 4: PRIBADI TAK DIKENAL OLEH DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN
(UNKNOWN SELF, UNCONSCIOUS IMAGE)
Bagian pribadi yang tidak dikenal oleh diri sendiri dan orang lain ini
adalah berupa motif-motif, kebutuhan-kebutuhan yang tidak
disadari, terlupakan atau didesak kebawah kesadaran sehingga
tidak dikenal lagi dan masih mempengaruhi tindakan dalam
berhubungan dengan orang lain.
BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
: 15
a. Subkompetensi menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang
studi memiliki indikator essensial : memahami materi ajar yang ada dalam
kurikulum sekolah, memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang
menaungi atau koheren dengan materi ajar, memahami hubungan konsep
antar mata pelajaran terkait, dan menerapkan konsep-konsep keilmuan
dalam kehidupan sehari-hari.
b. Subkompetensi menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator
essensial menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk
memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.
1. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi
dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik , dan masyarakat sekitar.
Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator essensial sebagai
berikut
c. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik
dan tenaga kependidikan .
d. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik
dan tenaga kependidikan.
e. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali
peserta didik dan masyarakat sekitar.
Perlu dijelaskan bahwa sebenarnya keempat kompetensi (kepribadian,
padagodik, profesional, dan sosial) tersebut dalam praktiknya merupakan satu
kesatuan yang utuh. Pemilahan menjadi empat ini, semata-mata untuk
kemudahan memahaminya. Beberapa ahli mengatakan istilah kompetensi
profesional sebenarnya merupakan “payung”, karena telah mencakup semua
kompetensi lainnya. Sedangkan penguasaan materi ajar secara luas dan
mendalam lebih tepat disebut dengan penguasaan sumber bahan ajar
(disciplinaly content) atau sering disebut bidang studi keahlian. Hal ini mengacu
pandangan yang menyebutkan bahwa sebagai guru yang berkompeten
memiliki (1) pemahaman terhadap karakteristik peserta didik, (2) penguasaan
bidang studi, baik dari keilmuan maupun kependidikan, (3) kemampuan
penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik, dan (4) kemauan dan
kemampuan mengembangkan profesionalitas dan kebribadian secara
berkelanjutan.
14 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
Secara rinci setiap subkompetensi dijabarkan menjadi indikator essensial
sebagai berikut.
a. Subkompetensi memahami peserta didik secara mendalam memiliki
indikator essensial: memahami peserta didik dengan memanfaatkan
prinsip-prinsip pengembangan kognitif, memahami peserta didik dengan
memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian, dan mengidentifikasi bekal ajar
awal peserta didik.
b. Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk
kepentingan pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indikator
essensial:memahami landasan kependidikan;menerapkan teori belajar dan
pembelajaran; menntukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik
peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajart; serta
menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
c. Subkompetensi melaksanakan pembelajaran memiliki indikator essensial:
menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang
kondusif.
d. Subkompetensi merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran
memiliki indikator essensial: merancang dan melaksanakan evaluasi
(assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambung dengan
berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk
menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning); dan
memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas
program pembelajaran secara umum.
e. Subkompetensi mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensinya, memiliki indikator essensial: memfasilitasi peserta
didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi
peserta didik untuk mengembangan berbagai potensi nonakadedemik.
1. Kompetensi Profesional
Kompetensi Profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum
mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya,
serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. Setiap
subkompetensi tersebut memiliki indikator essensial sebagai berikut.
BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
: 7
B. Etika Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan
UU Sisdiknas menggariskan beberapa hal. Pertama, untuk membe-rikan
penjaminan mutu pendidikan ditetapkan “standar nasional pendi-dikan yang
di dalamnya mencakup standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian
pendidikan yang harus ditingkatkan secara berkala” (Ps. 35 ayat 1). Kedua,
guru sebagai unsur pendidik “merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan” (Ps. 39 ayat 2). Ketiga,
guru sebagai unsur pendidik “harus memiliki kualifikasi minimum dan
sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional” (Ps. 42 ayat 1).
Tuntutan formal-profesional bagi jabatan guru sebagaimana tercan-tum
dalam UU Sisdiknas, perlu dipersiapkan melalui pendidikan praja-batan guru.
Karena itu, untuk menghasilkan lulusan guru pemula yang kompeten
diperlukan adanya standar kompetensi lulusan. Kompetensi lulusan
merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup pengetahuan,
sikap dan keterampilan sesuai dengan standar nasional.
Dalam PP No 19 Tahun 205 tentang Standar Nasional Pendi-dikan, pasal
26 disebutkan, standar kompetensi lulusan pada jenjang pen-didikan tinggi
bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat
yang berakhlak mulia, memiliki pengetahuan, kete-rampilan, kemandirian,
dan sikap untuk menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu,
teknologi, dan seni yang bermanfaat bagi kema-nusiaan. Selanjutnya dalam
pasal 28, ayat (1) disebutkan pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan
kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Sedangkan pada ayat (2) kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang
pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang
relevan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
1. Guru sebagai Profesi
Standar nasional pendidikan antara lain mengamanatkan dipenuhi-nya
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, yaitu sebagai berikut.
8 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
a. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemam-puan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
b. Kualifikasi akademik dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian
yang relevan.
c. Kompetensi sebagai agen pembelajaran meliputi: kompetensi pedago-gik,
kepribadian, profesional, dan sosial.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada jalur pendidikan formal, serta pada jenjang pendidikan
dasar dan pendidikan menengah, termasuk pendidikan anak usia dini. Sebagai
pendidik profesional guru dituntut untuk: (1) menguasai substansi kajian yang
mendalam, (2) dapat melaksanakan pembelajaran yang mendidik,
(3) berkepribadian, dan (4) memiliki komitmen dan perhatian terhadap
perkembangan peserta didik
2. Tugas dan Fungsi Guru
Guru sebagai tenaga profesional bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, melakukan penelitian, membantu
pengembangan dan pengelolaan program sekolah serta mengembangkan
profesionalitas.
Untuk memenuhi kualifikasi profesionalitas guru tersebut diatur dalam
tugas dan fungsi sebagaimana tabel berikut.
Tabel 1. Tugas dan Fungsi Guru
TUGAS
I. Mendidik,
mengajar,
membimbing
dan melatih
FUNGSI
1.Sebagai Pendidik
: 13
C. Ruang Lingkup Kompetensi Guru
Dalam UUGD dan PP No. 19/2005 dinyatakan bahwa ruang lingkup
kompetensi guru meliputi 4 hal, yaitu: (1) kompetensi kepribadian,
(2) kompetensi pedagogik, (3) kompetensi profesional dan (4) kompetensi
sosial. Keempat jenis kompetensi guru tersebut di atas beserta subkompetensi
dan indikator essensialnya dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Secara rinci
subkompetensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
a. Subkompetensi kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator
essensial, bertindak sesuai dengan norma hukum, bertindak sesuai dengan
norma sosial, bangga sebagai guru, dan memiliki konsistensi dalam
bertindak sesuai dengan norma.
b. Subkompetensi kepribadian yang dewasa memiliki indikator essensial,
menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki
etos kerja sebagai guru.
c. Subkompetensi kepribadian yang arif memiliki indikator essensial,
menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik,
sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berfikir
dan bertindak.
d. Subkompetensi kepribadian yang berwibawa memiliki indikator essensial,
memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan
memiliki perilaku yang disegani.
e. Subkompetensi akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator
essensial, bertindak sesuai dengan norma religius (iman dan tagwa, jujur,
ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.
URAIAN TUGAS
Mengembangkan potensi/
kemampuan dasar peserta didik.
Mengembangkan kepribadian
peserta didik.
Memberikan keteladanan
Menciptakan suasana pendidikan
yang kondusif
2. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik sebagai kemampuan mengelola pembelajaran
yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
12 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
: 9
BAB III
STANDAR KOMPETENSI GURU
A. Dasar Pemikiran
Kualitas guru di Indonesia akhir-akhir ini mendapat sorotan yang tajam.
Berdasarkan catatan Human Development Index (HDI) (dalam Toharudin,
Pikiran Rakyat 24 Oktober 2005) terdapat 60% guru SD, 40% guru SLTP, 43%
guru SMA, dan 34% guru SMK dianggap belum layak mengajar di jenjang
masing-masing. Sedangkan kualitas SDM Indonesia menempati urutan 109
dari 179 negara di dunia. Sementara itu, masih sekitar 45,96% guru SD, SMP,
dan SMA yang tidak memenuhi kualifikasi pendidikan minimal (Samani dkk,
2006: 8). Secara terperinci guru-guru yang belum memenuhi standar
kualifikasi pendidikan adalah SD 34%, SMP 71,2%, dan SMA 46,6%.
Berdasarkan data di atas, tampak bahwa kualitas guru di Indonesia masih jauh
dari harapan. Oleh karena itu diperlukan refleksi diri semua pihak yang terlibat
dalam dunia pendidikan untuk selalu mengembangkan kompetensinya agar
memberikan sumbangan yang maksimal terhadap peningkatan kualitas
pendidikan di Indonesia.
Pada sisi yang lain, amanat Undang-Undang Guru dan Dosen
mengisaratkan agar guru di masa yang akan datang mempunyai standar
kompetensi yang memadai untuk melaksanakan tugasnya melalui program
sertifikasi guru. Hanya guru yang berkompetensi saja yang yang berhak
memiliki sertifikat sebagai guru profesional dengan kemudahan-kemudahan
yang mengiringinya.
B. Pengertian Kompetensi Guru
Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD) disebutkan bahwa
“kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan”. Kompetensi guru dapat dimaknai
sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berwujud
tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas
sebagai agen pembelajaran.
3. Etika Mahasiswa Calon Guru/Tenaga Kependidikan
Praktek pengalaman lapangan di sekolah merupakan program wajib
bagi mahasiswa calon guru/tenaga kependidikan. Seorang guru dituntut
untuk menjadi contoh teladan bagi peserta didik maupun orang lain. Oleh
karena itu pembentukan sikap, kepribadian, moral, dan karakter sosok
seorang guru/tenaga kependidikan harus dimulai sejak mahasiswa calon
guru/tenaga kependidikan memasuki dunia pendidikan tenaga kependidikan
(LPTK). Universitas Negeri Yogyakarya sebagai lebaga pendidikan tinggi LPTK
menempatkan program kependidikan sebagai unggulan dalam arti tugas
utama UNY sebagai lembaga pendidikan tinggi adalah menghasilkan tenaga
guru/tenaga kependidikan yang berkualitas baik dari sisi akademik maupun
non akademik. Dengan demikian diharapkan mahasiswa peserta PPL di
sekolah harus memahami akan etika sebagai mahasiswa calon guru maupun
etika profesi pendidik dan tenaga kependidikan.
10 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
Etika adalah pedoman dalam bersikap dan berperilaku yang didalamnya berisi
garis besar nilai moral dan norma yang mencerminkan masyarakat kampus
yang ilmiah, edukatif, kreatif, santun dan bermartabat. Berikut disampaikan
Etika Mahasiswa Calon Guru secara umum dan khusus.
a. Umum
1) Memiliki sikap jujur, optimis, kreatif, rasional, mampu berfikir kritis,
rendah hati, demokratis, sopan, mengutamakan kejujuran akademik,
menghargai waktu, dan terbuka terhadap perkembangan ipteks
2) Mampu merancang, melaksanakan, dan menyelesaikan studi dengan
baik.
3) Mampu menciptakan kehidupan kampus yang aman, nyaman, bersih,
tertib, dan kondusif
4) Mampu bertanggungjawab secara moral, spiritual, dan sosial untuk
mengamalkan ipteks
b. Khusus
1) Berpakaian rapi, bersih, sopan, serasi sesuai dengan konteks
keperluan
2) Bergaul, bertegur sapa, dan bertutur kata dengan sopan, wajar,
simpatik, edukatif, bermakna sesuai dengan norma moral yang
berlaku
3) Mengembangkan iklim penciptaan karya ipteks yang mencerminkan
kejernihan hati nurani, bernuansa pengabdian pada Tuhan YME, dan
mendorong pada kualitas hidup kemanusiaan.
4. Etika Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya seorang pendidik
dituntut untuk mampu: (1) mengenali potensi peserta didik, (2) transfer
pengetahuan dan nilai-nilai, (3) memberikan pendampingan: penumbuhan
self confidence dan optimisme, memberikan arahan dan pencerahan,
(4) membangun emotional attachment : sentuhan kejiwaan, sentuhan
transendental.
Guru/pendidik yang profesional memiliki ciri-ciri: menguasai substansi kajian
yang mendalam, dapat melaksanakan pembelajaran yang mendidik,
berkepribadian, dan memiliki komitmen dan perhatian terhadap
perkembangan peserta didik. Karena substansi kajian dan konteks
BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
: 11
pembelajaran selalu berkembang dan berubah menurut dimensi ruang dan
waktu, guru dituntut untuk selalu meningkatkan kompetensinya. Untuk dapat
meningkatkan kompetensinya, guru perlu memiliki kemampuan untuk
menggali informasi dari berbagai sumber termasuk dari sumber elektronik dan
melakukan kajian atau penelitian untuk menunjang pembelajaran yang
mendidik.
Sebagai seorang pendidik dan tenaga kependidikan diharapkan mampu
memahami etika profesi antara lain :
a. memiliki kepribadian yang tangguh yang bercirikan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, kreatif, mandiri.
b. memiliki wawasan kependidikan, psikologi, budaya peserta didik dan
lingkungan.
c. mampu melaksanakan praktik bimbingan dan konseling secara
professional.
d. mampu memecahkan berbagai persoalan yang menyangkut bimbingan
konseling.
e. mampu mengembangkan dan mempraktekkan kerja sama dalam
bidangnya dengan pihak terkait.
f. memiliki wawasan psiko-sosial kependidikan dan kemampuan
memberdayakan warga belajar dalam konteks lingkungannya.
g. memil
mengacu kepada standar isi dan standar kompetensi lulusan serta
berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP).
Landasan KTSP adalah: (1) UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, (2) PP RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, (3) Standar Isi, dan (4) Standar Kompetensi Lulusan.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang
disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan.
b. Prinsip-Prinsip Pengembangan KTSP
Kurikulum tingkat satuan pendidikan sebagai perwujudan dari
kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan
relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite
sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau
kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan
provinsi untuk pendidikan menengah berpedoman pada Standar Isi dan
Standar Kompetensi Lulusan serta panduan penyusunan kurikulum yang
disusun oleh BSNP. Penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan khusus
dikoordinasi dan disupervisi oleh dinas pendidikan provinsi, dan berpedoman
pada Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan serta panduan penyusunan
kurikulum yang disusun oleh BSNP. Kurikulum dikembangkan berdasarkan
prinsip-prinsip: (1) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik dan lingkungannya, (2) beragam dan terpadu, (3)
tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, (4)
relevan dengan kebutuhan kehidupan, (5) menyeluruh dan
berkesinambungan, (6) belajar sepanjang hayat, (7) seimbang antara
kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
c. Komponen KTSP
1) Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dirumuskan mengacu
kepada tujuan umum pendidikan berikut.
PUSAT PENGEMBANGAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN DAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PP PPL dan PKL) LPPMP
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
MATERI PEMBEKALAN
PENGAJARAN MIKRO/MAGANG II
BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
TIM PENYUSUN
MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO/MAGANG II
Penanggung Jawab
:
Wawan S Suherman
Suwarna
Ketua
:
Ngatman Soewito
Sekretaris
:
Eko Widodo
Anggota
:
Prihadi
Totok Sukardiyono
Putut H
Tri Ani Hastuti
Sekretariat
:
Sri Ningsih
Ganjar Triyono
Hidayati
Ibnu Wibowo
Perancang Sampul
:
Kuncoro Wulandewojati
: 25
i. Siswa dapat menguasai materi atau kompetensi secara mendalam dan
bermakna, serta dapat menerapkannya dalam kehidupan nyata.
Agar proses pembelajaran kontekstual dapat lebih efektif, terdapat
beberapa tahap yang perlu dilakukan guru yaitu tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian.
6. Penerapan Pendekatan Kontekstual di Kelas
Penerapan CTL dalam kelas cukup mudah, secara garis besar,
langkahnya adalah sebagai berikut.
a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan
cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan lainnya.
b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan “inquiri” untuk semua topik.
c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
d. Ciptakan “ Masyarakat Belajar” (belajar dalam kelompok).
e. Hadirkan “Model” sebagai contoh pembelajaran.
f. Lakukan refleksi diakhir pertemuan.
g. Lakukan penilaian yang sebenarnya (nyata) dengan berbagai cara.
Pembelajaran kontekstual merupakan salah satu pendekatan
pembelajaran yang sangat sesuai untuk mengimplementasikan kurikulum
berbasis kompetensi, termasuk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
yang saat ini sedang terus dikembangkan. Pengembangan dan penerapan
pembelajaran kontekstual sangat penting untuk meningkatkan efektivitas
pembelajaran. Keragaman potensi dan kecepatan belajar siswa menuntut
pelayanan pembelajaran yang optimal dari guru. Guru yang baik akan
berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan belajar setiap siswa.
B. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
1. KTSP untuk Sekolah Umum (SMP, SMA, dan yang Sederajat)
a. Landasan dan Pengertian KTSP
UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan tersusunnya kurikulum pada
tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah dengan
.
ii
24 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
g. Penilaian Autentik (Authentic Assessment)
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran
perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa
memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar.
Karena assessment menekankan proses pembelajaran maka data yang
dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa
pada saat melakukan proses pembelajaran. Kemajuan belajar dinilai dari
proses, bukan melalui hasil, penilaian autentik menilai pengetahuan dan
keterampilan (performan) yang diperoleh siswa. Karakteristik authentic
assessment sebagai berikut.
1) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
2) Dapat digunakan untuk formatif maupun sumatif.
3) Objek yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat
fakta.
4) Berkesinambungan.
5) Terintegrasi.
6) Dapat digunakan sebagai umpan balik.
5. Indikator Keberhasilan
Keberhasilan pembelajaran konstektual, baik proses maupun hasil
belajarnya dapat diketahui melalui beberapa indikator antara lain sebagai
berikut.
a. Pemilihan materi atau informasi berdasarkan kebutuhan siswa dan
dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata/masalah yang disimulasikan.
b. Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki
siswa.
c. Pembelajaran terjadi diberbagai tempat, konteks dan setting.
d. Siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran.
e. Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi dan saling
mengoreksi.
f. Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan atau masalah yang
disimulasikan.
g. Perilaku dibangun atas kesadaran sendiri.
h. Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Buku Pembekalan Pengajaran
Mikro/Magang II ini dapat diselesaikan sesuai harapan. Buku Pembekalan
Pengajaran Mikro ini sangat penting bagi mahasiswa yang sedang mengikuti
kuliah Pengajaran Mikro atau ekuivalennya sebagai bahan kajian dalam rangka
mempersiapkan diri sebagai calon guru/tenaga kependidikan yang kompeten
Pengajaran Mikro/Magang II merupakan pelatihan tahap awal dalam
pembentukan kompetensi mengajar, melalui pengaktualisasian kompetensi
dasar mengajar sehingga calon guru benar-benar mampu menguasai setiap
komponen keterampilan dasar mengajar baik secara terbatas maupun
terpadu dalam proses pembelajaran yang disederhanakan.
Dengan telah tersusunnya Buku Pembekalan Pengajaran
Mikro/Magang II ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada tim
penyusun dan semua fihak yang telah membantu dalam penyusunan buku ini.
Semoga Buku Pembekalan Pengajaran Mikro ini dapat memberikan manfaat
dalam rangka peningkatan kompetensi calon guru/tenaga kependidikan.
Universitas Negeri Yogyakarta
Kepala PP PPL&PKL
Ngatman Soewito
NIP 19670605 199403 1 001
iii
BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
: 23
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................
TIM PENYUSUN ................................................................................
KATA PENGANTAR ............................................................................
DAFTAR ISI .....................................................................................
i
ii
iii
iv
BAB I
A.
B.
C.
D.
E.
1
1
2
2
3
3
PENDAHULUAN ................................................................
Latar Belakang ...................................................................
Tujuan Pembekalan ...............................................................
Lingkup Materi Pembekalan ...................................................
Pola Pembekalan ..................................................................
Waktu dan Tempat Pembekalan ............................................
BAB II MOTIVASI DIRI DAN ETIKA PROFESI ............................ 4
A.
Pengembangan Profesi Diri ................................................... 4
B.
Etika Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan ................... 7
BAB III STANDAR KOMPETENSI GURU ........................................
A.
Dasar Pemikiran ..................................................................
B.
Pengertian Kompetensi Guru .................................................
C.
Ruang Lingkup Kompetensi Guru ..........................................
12
12
12
13
BAB IV MEKANISME PENGAJARAN MIKRO .................................
A. Tujuan Pengajaran Mikro .......................................................
B. Standar Kompetensi Pengajaran Mikro ....................................
C. Mekanisme Kuliah Pengajaran Mikro .......................................
D. Pelaksanaan Kuliah Pengajaran Mikro .....................................
E. Deskripsi Tugas Personalia Pengajaran Mikro ...........................
F. Sistem Bimbingan Pengajaran Mikro ......................................
G. Penilaian Pengajaran Mikro .....................................................
16
16
16
16
17
18
19
20
iv
1) Menggali informasi, baik teknis/akademis.
2) Mengecek pemahaman siswa.
3) Membangkitkan respon siswa.
4) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa.
5) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru.
d. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Masyarakat belajar adalah sekelompok siswa yang terkait dalam kegiatan
belajar agar terjadi proses belajar lebih dalam. Semua siswa harus
mempunyai kesempatan untuk berbicara dan berbagi ide, mendengarkan
ide siswa lain dengan cermat dan bekerja sama untuk membangun
pengetahuan dengan teman di dalam kelompoknya. Konsep ini didasarkan
pada ide bahwa belajar secara bersama lebih baik dari pada belajar secara
individual. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi
dua arah. Praktek masyarakat terwujud dalam:
1) Pembentukan kelompok kecil/besar.
2) Mendatangkan “ahli” sekelas (tokoh, olahragawan, dokter)
3) Bekerja dengan kelas sederajat.
4) Bekerja kelompok dengan kelas di atas.
e. Pemodelan (Modeling)
Pemodelan adalah proses dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau
pengetahuan tertentu ada model yang dapat ditiru. Model itu bisa berupa
cara mengoprasikan sesuatu, cara melempar bola dalam olahraga, contoh
karya tulis, cara melafalkan bahasa Inggris dan sebagainya. Contoh praktek
pemodelan di kelas:
1) Guru olahraga memberi contoh berenang gaya kupu-kupu.
2) Guru teknik memberi contoh cara menggergaji yang benar.
3) Guru biologi mendemonstrasikan penggunaan mikroskup.
f. Refleksi (Reflection)
Refleksi memungkinkan cara berfikir tentang apa yang telah siswa pelajari
dan untuk membantu siswa menggambarkan makna personal siswa
sendiri. Di dalam refleksi siswa menelaah sesuatu kejadian, kegiatan dan
pengalaman serta berfikir tentang apa yang siswa pelajari, bagaiman
merasakan dan bagaimana siswa menggunakan pengetahuan baru
tersebut. Refleksi dapat ditulis di dalam jurnal, bisa terjadi melalui diskusi
atau merupakan kegiatan kreatif seperti menulis puisi atau membuat karya
seni.
22 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
BAB V
3. Tujuan Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran Kontekstual bertujuan membekali siswa dengan
pengetahuan yang lebih bermakna, secara fleksibel dapat diterapkan
(ditransfer) dari satu permasalahan ke permasalahan lain dan dari satu
konteks ke konteks lainnya. Transfer dapat juga terjadi di dalam suatu konteks
melalui pemberian tugas yang terkait erat dengan materi pelajaran. Hasil
pembelajaran diharapkan dapat lebih bermakna bagi siswa untuk
memecahkan persoalan, berfikir kritis dan melaksanakan pengamatan serta
menarik kesimpulan.
4. Komponen Pembelajaran Kontekstual
Terdapat tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari
penerapan pembelajaran kontekstual di kelas yaitu sebagai berikut.
a. Konstruktivisme
Dalam pandangan konstruktivis, strategi memperoleh, lebih diutamakan
dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat
pengetahuan. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut
dengan:
1) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa.
2) Memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya
sendiri.
3) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam
belajar.
b. Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis
CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan
bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari
menemukan sendiri. Siklus inquiri: observasi, bertanya, mengajukan
dugaan, pengumpulan data dan penyimpulan.
c. Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya.
Penggunaan pertanyaan untuk menuntun berfikir siswa lebih baik dari pada
sekedar memberi siswa informasi untuk memperdalam pemahaman siswa.
Pertanyaan digunakan guru untuk: mendorong, membimbing, dan menilai
kemampuan berfikir siswa. Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan
bertanya berguna untuk hal-hal berikut.
A.
B.
C.
D.
BAB VI
A.
B.
C.
D.
INOVASI PEMBELAJARAN ............................................21
Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran ....................21
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ...............................25
Kurikulum 2013 ............................................................... 41
Upaya Meningkatkan Keprofesionalan Guru melalui Lesson Study
........................................................................................ 99
E.
F.
G.
H.
I.
J.
KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR ...........................112
Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran .................112
Keterampilan Menjelaskan ................................................113
Keterampilan Memberikan Penguatan ................................114
Keterampilan Menggunakan Media dan Alat
Pembelajaran....................................................................115
Keterampilan Menyusun Skenario Pembelajaran .................116
Keterampilan Mengadakan Variasi .....................................116
Keterampilan Membimbing Diskusi ....................................117
Keterampilan Mengelola Kelas ...........................................118
Keterampilan Bertanya .....................................................119
Keterampilan Mengevaluasi ..............................................121
BAB VII
PENUTUP .....................................................................122
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................123
v
BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
: 21
BAB V
INOVASI PEMBELAJARAN
A. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran (Contextual Teaching
and Learning = CTL)
1. Latar Belakang
Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang
dipelajarinya, bukan mengetahui-nya. Pembelajaran yang berorientasi target
penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi, mengingat jangka
pendek, tetapi gagal dalam membekali anak-anak memecahkan persoalan
dalam kehidupan jangka panjang.
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning = CTL)
merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa
bekerja dan mengalami bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa,
strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil.
2. Pengertian Konsep Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang
membantu guru dalam mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata
dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dipelajari dengan kehidupan mereka. Melalui pembelajaran kontekstual
diharapkan konsep-konsep materi pelajaran dapat diintegrasikan dalam
konteks kehidupan nyata dengan harapan siswa dapat memahami apa yang
dipelajarinya dengan lebih baik dan mudah.
Pembelajaran kontekstual menempatkan siswa di dalam konteks
bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi
yang sedang dipelajarinya sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan
individual siswa dan peran guru.
20 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
Pembimbing selama berlangsungnya pengajaran mikro/ Magang II
senantiasa mengawasi penampilan mahasiswa secara cermat. Mahasiswa
yang belum mencapai nilai standar yang ditetapkan, dapat diberikan remedial
oleh pembimbing dalam waktu yang terbatas hingga mencapai nilai standar
yang ditetapkan.
G. Penilaian Pengajaran Mikro/ Magang II
Prinsip-prinsip penilaian yang harus diperhatikan dalam pengajaran
mikro, antara lain sebagai berikut.
1. Valid dan Reliabel, memberikan informasi yang sahih dan andal tentang
hasil prestasi belajar
2. Mendidik, dapat dirasakan sebagai penghargaan bagi mahasiswa yang
berhasil dan sebagai pemicu untuk lebih meningkatkan latihan bagi yang
kurang berhasil.
3. Berorientasi pada kompetensi, memberi informasi tingkat pencapaian
kemampuan dasar mahasiswa
4. Adil, tidak menguntungkan atau merugikan salah satu atau sekelompok
mahasiswa yang dinilai.
5. Terbuka, kriteria penilaian dan dasar pengambilan keputusan harus jelas
dan terbuka bagi semua pihak.
6. Menyeluruh, meliputi pengetahuan (kognitif ), keterampilan
(psikomotorik), sikap dan nilai (afektif), yang direfleksikan pada saat
mahasiswa melakukan praktik pengajaran mikro
7. Terpadu, baik dilihat dari komponen yang dinilai maupun penyelenggaraan
penilaian.
8. Berkesinambungan, dilakukan secara berencana, bertahap dan terus
menerus
9. Bermakna, mempunyai arti, bermanfaat dan dapat ditindaklanjuti baik
oleh mahasiswa maupun dosen.
Aspek-aspek yang dinilai dalam pengajaran mikro mencakup sebagai
berikut.
1. Orientasi dan observasi pembelajaran di sekolah/lembaga.
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
3. Proses pembelajaran/praktik mengajar mikro.
4. Kompetensi kepribadian dan sosial.
BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
: 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Keputusan Rektor UNY No. 130 Tahun 2000, tentang
Pembentukan PP PPL&PKL UNY, disebutkan bahwa Program Pengajaran Mikro
dikelola oleh Pusat Pengembangan PPL&PKL UNY. PP PPL&PKL UNY
berkedudukan sebagai unit pelaksana teknis di tingkat universitas yang berada
di bawah koordinasi dan bertanggung jawab langsung kepada Rektor yang
pelaksanaan sehari-harinya dilakukan oleh Wakil Rektor I. PP PPL&PKL UNY
dipimpin oleh seorang ketua dan seorang sekretaris serta dibantu oleh
beberapa staf. Sesuai dengan kedudukannya tersebut, PP PPL&PKL UNY
memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut.
1. Mengkoordinasikan penyelenggaraan praktik kependidikan dan keguruan
yang diselenggarakan setiap fakultas.
2. Mengadakan pengawasan dan bimbingan langsung pelaksanaan praktik
kependidikan dan keguruan di sekolah-sekolah atau lembaga pendidikan
tempat praktik.
3. Memonitor faktor-faktor yang menunjang dan menghambat pelaksanaan
praktik kependidikan dan keguruan untuk merencanakan dan
pengembangan program.
4. Mengadakan hubungan dan kerja sama dengan perguruan tinggi, sekolah,
dinas pendidikan, dan lembaga lain baik pemerintah maupun swasta,
untuk menyusun program praktik kependidikan dan keguruan yang
relevan dengan kualifikasi dan kebutuhan tenaga kependidikan.
Bidang-bidang yang ditangani oleh PP PPL&PKL UNY mencakup: (1) Bidang
Praktik Kependidikan, (2) Bidang Praktik Keguruan, (3) Bidang Pengajaran
Mikro, dan (4) Bidang Perencanaan dan Pengembangan Praktik Kependidikan
dan Keguruan. Setiap bidang dikoordinasi oleh seorang koordinator dengan
anggota terdiri atas koordinator pengajaran mikro program studi kependidikan
yang ada di UNY.
Pelaksanaan pengajaran mikro melibatkan unsur-unsur dosen pembimbing
pengajaran mikro/ Magang II, staf PP PPL&PKL, lembaga lain yang terkait
seperti sekolah/lembaga tempat praktik mengajar, guru/instruktur, dan
mahasiswa/siswa. Kegiatan kuliah pengajaran mikro lebih menekankan
2 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
pada latihan, yang diawali dengan orientasi pengajaran mikro. Salah satu
bentuk orientasi pengajaran mikro ini adalah pembekalan para mahasiswa
yang akan melaksanakan pengajaran mikro/Magang II dan koordinasi awal
antara mahasiswa dengan para dosen pembimbing.
B. Tujuan
Pembekalan pengajaran mikro sebagai salah satu bentuk orientasi
pengajaran mikro dimaksudkan untuk memberikan bekal kepada mahasiswa
tentang pengetahuan dasar yang diperlukan pada praktik pengajaran mikro
dan praktik pembelajaran di sekolah/lembaga. Adapun pengetahuan dasar
yang perlu diketahui mahasiswa adalah sebagai berikut.
1. Hakikat pengajaran mikro/ Magang II.
2. Keterampilan Dasar Mengajar.
3. Kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan.
4. Kajian standar kompetensi dan kurikulum yang sedang berlaku.
5. Kajian tentang pedoman khusus pengembangan silabus dan sistem
penilaian sesuai dengan mata pelajaran masing-masing.
6. Pembuatan silabus sesuai dengan mata pelajaran masing-masing.
7. Pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
C. Lingkup Materi Pembekalan
Materi pembekalan pengajaran mikro yang disampaikan kepada para
mahasiswa mencakup dua kelompok, yaitu materi yang terkait dengan
kompetensi professional dan materi yang terkait dengan kompetensi
kepribadian.
Secara rinci, materi-materi pembekalan pengajaran mikro ini adalah
sebagai berikut.
1. Materi Kompetensi Profesional, yaitu mencakup:
a. Standar Kompetensi Guru/Pendidik
b. Mekanisme Pengajaran Mikro/ Magang II
c. Inovasi pembelajaran, yang terdiri atas Pembelajaran Kontekstual,
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan Lesson Study.
2. Materi Kompetensi kepribadian, meliputi sebagai berikut.
a. Etika profesi tenaga pendidik/tenaga kependidikan
b. Motivasi dan komitmen dalam tugas/pekerjaan.
BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
: 19
3. Tugas Mahasiswa
Mahasiswa peserta pengajaran mikro hendaknya mematuhi berbagai
tugas yang diberikan baik oleh koordinator maupun pembimbing pengajaran
mikro prodi. Adapun tugas mahasiswa selama berlangsungnya pengajaran
mikro adalah sebagai berikut.
a. Mencari kelengkapan untuk praktik pengajaran mikro/ Magang II seperti
kurikulum yang sedang berlaku, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus
dan Sistem Penilaian.
b. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran sebelum latihan pengajaran
mikro/ Magang II.
c. Melaksanakan latihan keterampilan terbatas dan latihan keterampilan
terpadu.
d. Melakukan observasi ke sekolah atau lembaga tempat PPL dan
menyerahkan hasilnya kepada dosen pembimbing pengajaran mikro/
Magang II.
e. Hadir sebelum waktu kegiatan.
f. Mengikuti seluruh kegiatan pengajaran mikro/ Magang II.
g. Bersikap sebagai model guru sesungguhnya.
h. Pada waktu pelaksanaan pengajaran mikro/ Magang II, berperan sebagai
model siswa sesungguhnya (mengajukan pertanyaan, menjawab
pertanyaan guru atau bila perlu menjawab 'tidak tahu', berdiskusi, sebagai
tutor teman sejawat, dll).
i. Memberikan masukan (refleksi) dalam pelaksanaan pengajaran mikro/
Magang II.
j. Berkonsultasi secara aktif kepada dosen pembimbing pengajaran mikro/
Magang II.
k. Berpakaian sopan dan rapi. sesuai karakteristik prodi masing-masing.
l. Menaati tata tertib yang berlaku.
F. Sistem Bimbingan Pengajaran Mikro/ Magang II
Bimbingan pengajaran mikro/ Magang II dilakukan secara bertahap dan
terpadu. Secara bertahap artinya pertama-tama memberi latihan keterampilan
secara terbatas yaitu hanya latihan satu atau dua keterampilan dasar
mengajar. Bimbingan pengajaran mikro secara terpadu yaitu perpaduan dari
segenap keterampilan dasar mengajar, yaitu sejak keterampilan menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran (membuka
pelajaran, menyampaikan kegiatan inti), sampai menutup pelajaran, termasuk
evaluasi. .
18 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
1. Orientasi Pengajaran Mikro/ Magang II
Orientasi pengajaran mikro/ Magang II dilaksanakan sebelum
perkuliahan pengajaran mikro dimulai, harus diikuti oleh seluruh mahasiswa
pada prodi yang bersangkutan dan didampingi oleh dosen pembimbing.
2. Observasi Proses Pembelajaran dan Kondisi Sekolah/Lembaga
Kegiatan observasi ini bertujuan agar para mahasiswa dapat:
a. mengenal dan memperoleh gambaran nyata tentang pelaksanaan
pembelajaran di sekolah
b. menyepadankan pelaksanaan pembelajaran pada saat kuliah pengajaran
mikro/ Magang II di kampus dengan yang dilakukan di sekolah/lembaga;
dan mendata keadaan fisik sekolah/lembaga untuk mendapatkan
wawasan tentang berbagai kegiatan yang terkait dengan proses
pembelajaran.
Hasil observasi pembelajaran didiskusikan bersama dosen pembimbing
pengajaran mikro/ Magang II.
3. Praktik Pengajaran Mikro/ Magang II
Dalam pelaksanaan praktik pengajaran mikro/ Magang II, mahasiswa
dilatih keterampilan dasar mengajar yang meliputi keterampilan dasar
mengajar terbatas dan keterampilan dasar mengajar terpadu.
E. Deskripsi Tugas Personalia Pengajaran Mikro/ Magang II
1. Tugas Koordinator Pengajaran Mikro/ Magang II
Tugas koordinator pengajaran mikro antara lain mengelompokkan
mahasiswa yang telah mendaftar di PP PPL & PKL sebagai peserta pengajaran
mikro. Setiap kelompok terdiri atas 10 sd 16 mahasiswa.
2. Tugas Pembimbing Pengajaran Mikro/ Magang II
Tugas dosen pembimbing pengajaran mikro/ Magang II antara lain
membimbing latihan keterampilan dasar mengajar secara terbatas dan
terpadu, membimbing observasi di sekolah/lembaga tempat praktik mengajar.
memberikan remedial terhadap mahasiswa yang belum dapat mencapai nilai
B, memberikan supervisi klinis kepada mahasiswa guna meningkatkan kualitas
kompetensi dasar mengajar.
BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
: 3
D. Pola Pembekalan Pengajaran Mikro
Pembekalan Pengajaran Mikro/ Magang II dilaksanakan di setiap
program studi di lingkungan UNY. Meskipun demikian, koordinasi tetap
dilaksanakan bersama oleh PP PPL&PKL dan Koordinator PPL Program Studi.
Untuk menentukan tempat dan waktu pembekalan menjadi tanggung jawab
Koordinator PPL Program Studi.
E. Waktu dan Tempat Pembekalan
Pembekalan Pengajaran Mikro/ Magang II dilaksanakan sesuai dengan
kondisi Fakultas atau Program Studi yang bersangkutan. Tempat pembekalan
diserahkan pada masing-masing program studi, sesuai dengan kapasitas
ruangan yang ada.
4 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
BAB II
MOTIVASI DIRI DAN ETIKA PROFESI
BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
: 17
Mahasiswa yang telah mendaftar sebagai peserta pengajaran mikro,
sekaligus terdaftar sebagai peserta PPL yang akan dilaksanakan pada
semester 7 (Tujuh). Mekanisme pelaksanaan kuliah pengajaran mikro/
Magang II nampak seperti pada bagan berikut.
A. Pengembangan Motivasi Diri
Observasi
1. Siapakah Saya Ini? Ingin Jadi Apakah Saya Ini?
Pernyataan Pribadi
Maksud penilaian diri sendiri ini adalah untuk membantu Saudara
menghimpun segala hal-ihwal mengenai diri Saudara. Saudara membutuhkan
hal itu selama pelaksanaan Pengajaran Mikro dan KKN-PPL berlangsung,
karena Saudara diminta untuk menyiapkan rencana dan tujuan yang ingin
Saudara capai.
Saudara mungkin ingin bertanya: “Siapakah saya ini?, serta pertanyaan:
“Ingin jadi apakah saya ini?” Kedua pertanyaan tersebut berkaitan dan
keduanya membutuhkan adanya gagasan-gagasan. Usahakah dalam
mencurahkan pikiran Saudara sejelas-jelasnya. Kejelasan tentang gagasan ini
akan membantu Saudara selama pelaksanaan Pengajaran Mikro dan KKN-PPL
berlangsung. Apa yang Saudara tulis adalah untuk Saudara sendiri dan tidak
akan dilihat oleh orang lain.
Selama Saudara berusaha menjawab pertanyaan: “Siapakah saya Ini?.
“Ingin jadi apakah saya ini?” pertimbangkan yang tercakup dalam pertanyaan
yang akan kami ajukan berikut ini mungkin banyak membantu Saudara.
a. Dalam pekerjaan Saudara sekarang (sebagai mahasiswa), apa yang
menimbulkan dalam diri Saudara:
1) Perasaan bahwa Saudara sangat berhasil?
2) Perasaan bahwa Sauada kurang berhasil?
b. Apa keunggulan-keunggulan pribadi Saudara? Segi apakah yang masih
perlu dikembangkan?
1) Keunggulkan-keunggulan:
2) Segi-segi yang membutuhkan pengembangan:
Praktik Pengajaran Mikro
Latihan Ketrampilan Terbatas
Latihan Ketrampilan Terpadu
Masukan oleh dosen dan mahasiswa
Presentasi ke-1,
2, 3, ..... n
Tidak
Ada masalah ?
Ya
Supervisi Klinis
Gambar 1
Mekanisme Jalannya Kuliah Pengajaran Mikro/ Magang II
D. Pelaksanaan Kuliah Pengajaran Mikro/ Magang II
Pelaksanaan pengajaran mikro melibatkan unsur-unsur dosen
pembimbing pengajaran mikro, staf PP PPL&PKL, lembaga lain yang terkait
seperti sekolah/lembaga tempat praktik mengajar, guru/instruktur, dan
mahasiswa/siswa. Kegiatan kuliah pengajaran mikro lebih menekankan pada
latihan, yang meliputi aktivitas sebagai berikut.
16 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
BAB IV
MEKANISME KULIAH PENGAJARAN MIKRO/ MAGANG II
A. Tujuan Pengajaran Mikro/ Magang II
Secara umum, pengajaran mikro bertujuan untuk membentuk dan
mengembangkan kompetensi dasar mengajar sebagai bekal praktik mengajar
(real-teaching) di sekolah/lembaga pendidikan dalam program PPL. Secara
khusus, tujuan pengajaran mikro adalah sebagai berikut.
1. Memahami dasar-dasar pengajaran mikro/ Magang II.
2. Melatih mahasiswa menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
3. Membentuk dan meningkatkan kompetensi dasar mengajar terbatas dan
terpadu.
4. Membentuk kompetensi kepribadian.
5. Membentuk kompetensi sosial.
B. Standar Kompetensi Pengajaran Mikro
Kompetensi dasar mengajar dalam Pengajaran Mikro adalah
kemampuan minimal yang harus dicapai oleh mahasiswa pada pengajaran
mikro. Selengkapnya kompetensi dasar dalam pengajaran mikro adalah
sebagai berikut.
1. Memahami dasar-dasar Pengajaran Mikro/ Magang II
2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
3. Mempraktikkan keterampilan dasar mengajar terbatas
4. Mempraktikkan keterampilan dasar mengajar terpadu
5. Mengevaluasi praktik Pengajaran Mikro
C. Mekanisme Kuliah Pengajaran Mikro
Pengajaran mikro dilaksanakan di program studi (prodi) masing-masing
fakultas oleh dosen pembimbing pengajaran mikro dan dikoordinasi oleh
seorang koordinator pengajaran mikro tingkat prodi maupun fakultas.
Pelaksanaan pengajaran mikro dilakukan pada semester VI. Sebelum
pelaksanaan pengajaran mikro, mahasiswa calon peserta mendaftarkan diri di
UPPL secara online lewat website PP PPL&PKL terintegrasi dengan SIAKAD UNY.
BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
: 5
Umumnya orang mempunyai “proyek rahasia” atau rencana pribadi untuk
suatu waktu di dalam hidupnya. Apakah tujuan hidup Saudara yang
sebenarnya?
d. Sebagian besar dari kita, ingin bebas mengerjakan sesuatu yang ingin kita
kerjakan, ketika kita ingin mengerjakannya. Apakah yang akan Saudara
kerjakan jika Saudara mempunyai waktu selama:
1) Satu jam?
2) Satu hari?
3) Satu minggu?
4) Satu tahun?
e. Coba Saudara bayangkan dan renungkan sejenak sebuah percakapan yang
akan terjadi di waktu yang akan datang, sesudah Saudara meninggal dunia.
Beberapa kawan yang mengenal Saudara dengan baik berkumpul dan
membicarakan Saudara. Apakah yang Saudara inginkan untuk dikenang
dan dibicarakan oleh mereka?
f. Kita semua memiliki “garis hidup”. Sekarang Saudara sudah berusia berapa
dan apa yang akan Saudara kerjakan dalam sisa hidup Saudara berkenaan
dengan pertanyaan di atas? Bagiamana keinginan dan target prestasi dan
profesi Saudara di masa depan?
2. Jendela Johari (The Johari Window)
Pribadi orang dapat digambarkan atas empat bidang atau komponen,
yang merupakan hasil pengamatan/persepsi orang terhadap diri sendiri dan
orang lain. Oleh karena itu, pribadi seseorang dapat digambarkan sebagai
suatu “jendela” seperti di bawah ini.
Dikenal
orang lain
Tidak dikenal
orang lain
Dikenal sendiri
Tidak dikenal sendiri
1
Pribadi Terbuka
(Public Self)
2
Pribadi Terlena
(Blind Spots)
3
Pribadi Tersembunyi
(Hiddent Self)
4
Pribadi Tidak Dikenal
(Unknown Self)
6 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
Istilah JOHARI berasal dari nama JOSEPH LUFT dan HARINGTON
INGHAM. Penjelasan masing-masing jendela tersebut sebagai berikut.
Jendela 1: PRIBADI TERBUKA (PUBLIC SELF, SHAREDIMAGE)
Bagian pribadi yang disadari oleh diri sendiri dan ditampilkan
kepada orang lain atas kemauan sendiri. Misalnya, berbagai
perasaan, pendapat, dan pikiran-pikiran yang dipilih untuk
disampaikan kepada oarang lain. Juga hal-hal yang tidak dapat
ditutupi terhadap orang lain, seperti : paras muka, bentuk badan,
umur yang tampak pada keadaan badan (tua, muda), meskipun
banyak orang ingin menutupinya.
Jendela 2: PRIBADI TERSEMBUNYI (HIDDEN SELF, CONCEALEDIMAGE)
Bagian pribadi yang disadari oleh dirinya sendir, tetapi secara
sadar ditutup-tutupi atau disembunyikan terhadap orang lain.
Mungkin juga orang tidak tahu bagaimana menyampaikan dirinya
kepada orang lain (tidak setuju tentang pendapat orang lain tetapi
tidak dapat menyampaikan hal itu), karena kalau disampaikan
akan membuat malu diri sendiri, misalnya perasaan
ketidakpastian, keinginan-keinginan yang rahasia, dan
sebagainya.
Jendela 3: PRIBADI TERLENA (BLIND SPOT, COMPLEMENTRY IMAGE)
Bagian pribadi yang tanpa disadari oleh diri sendiri, tertutup oleh
dirinya akan tetapi tersampaikan kepada orang lain atau diketahui
oleh orang lain. Misalnya kebiasaan, sifat, dan kemampuan
tertentu yang tidak disadari ada pada diri sendiri, yang sering
berpengaruh (positif/negatif) dalam berhubungan dengan orang
lain (sering membuat interupsi, kurang memperhatikan perasaan
orang lain, senang membantah, membanggakan diri sendiri).
Jendela 4: PRIBADI TAK DIKENAL OLEH DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN
(UNKNOWN SELF, UNCONSCIOUS IMAGE)
Bagian pribadi yang tidak dikenal oleh diri sendiri dan orang lain ini
adalah berupa motif-motif, kebutuhan-kebutuhan yang tidak
disadari, terlupakan atau didesak kebawah kesadaran sehingga
tidak dikenal lagi dan masih mempengaruhi tindakan dalam
berhubungan dengan orang lain.
BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
: 15
a. Subkompetensi menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang
studi memiliki indikator essensial : memahami materi ajar yang ada dalam
kurikulum sekolah, memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang
menaungi atau koheren dengan materi ajar, memahami hubungan konsep
antar mata pelajaran terkait, dan menerapkan konsep-konsep keilmuan
dalam kehidupan sehari-hari.
b. Subkompetensi menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator
essensial menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk
memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.
1. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi
dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik , dan masyarakat sekitar.
Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator essensial sebagai
berikut
c. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik
dan tenaga kependidikan .
d. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik
dan tenaga kependidikan.
e. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali
peserta didik dan masyarakat sekitar.
Perlu dijelaskan bahwa sebenarnya keempat kompetensi (kepribadian,
padagodik, profesional, dan sosial) tersebut dalam praktiknya merupakan satu
kesatuan yang utuh. Pemilahan menjadi empat ini, semata-mata untuk
kemudahan memahaminya. Beberapa ahli mengatakan istilah kompetensi
profesional sebenarnya merupakan “payung”, karena telah mencakup semua
kompetensi lainnya. Sedangkan penguasaan materi ajar secara luas dan
mendalam lebih tepat disebut dengan penguasaan sumber bahan ajar
(disciplinaly content) atau sering disebut bidang studi keahlian. Hal ini mengacu
pandangan yang menyebutkan bahwa sebagai guru yang berkompeten
memiliki (1) pemahaman terhadap karakteristik peserta didik, (2) penguasaan
bidang studi, baik dari keilmuan maupun kependidikan, (3) kemampuan
penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik, dan (4) kemauan dan
kemampuan mengembangkan profesionalitas dan kebribadian secara
berkelanjutan.
14 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
Secara rinci setiap subkompetensi dijabarkan menjadi indikator essensial
sebagai berikut.
a. Subkompetensi memahami peserta didik secara mendalam memiliki
indikator essensial: memahami peserta didik dengan memanfaatkan
prinsip-prinsip pengembangan kognitif, memahami peserta didik dengan
memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian, dan mengidentifikasi bekal ajar
awal peserta didik.
b. Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk
kepentingan pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indikator
essensial:memahami landasan kependidikan;menerapkan teori belajar dan
pembelajaran; menntukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik
peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajart; serta
menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
c. Subkompetensi melaksanakan pembelajaran memiliki indikator essensial:
menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang
kondusif.
d. Subkompetensi merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran
memiliki indikator essensial: merancang dan melaksanakan evaluasi
(assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambung dengan
berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk
menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning); dan
memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas
program pembelajaran secara umum.
e. Subkompetensi mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensinya, memiliki indikator essensial: memfasilitasi peserta
didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi
peserta didik untuk mengembangan berbagai potensi nonakadedemik.
1. Kompetensi Profesional
Kompetensi Profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum
mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya,
serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. Setiap
subkompetensi tersebut memiliki indikator essensial sebagai berikut.
BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
: 7
B. Etika Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan
UU Sisdiknas menggariskan beberapa hal. Pertama, untuk membe-rikan
penjaminan mutu pendidikan ditetapkan “standar nasional pendi-dikan yang
di dalamnya mencakup standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian
pendidikan yang harus ditingkatkan secara berkala” (Ps. 35 ayat 1). Kedua,
guru sebagai unsur pendidik “merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan” (Ps. 39 ayat 2). Ketiga,
guru sebagai unsur pendidik “harus memiliki kualifikasi minimum dan
sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional” (Ps. 42 ayat 1).
Tuntutan formal-profesional bagi jabatan guru sebagaimana tercan-tum
dalam UU Sisdiknas, perlu dipersiapkan melalui pendidikan praja-batan guru.
Karena itu, untuk menghasilkan lulusan guru pemula yang kompeten
diperlukan adanya standar kompetensi lulusan. Kompetensi lulusan
merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup pengetahuan,
sikap dan keterampilan sesuai dengan standar nasional.
Dalam PP No 19 Tahun 205 tentang Standar Nasional Pendi-dikan, pasal
26 disebutkan, standar kompetensi lulusan pada jenjang pen-didikan tinggi
bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat
yang berakhlak mulia, memiliki pengetahuan, kete-rampilan, kemandirian,
dan sikap untuk menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu,
teknologi, dan seni yang bermanfaat bagi kema-nusiaan. Selanjutnya dalam
pasal 28, ayat (1) disebutkan pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan
kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Sedangkan pada ayat (2) kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang
pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang
relevan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
1. Guru sebagai Profesi
Standar nasional pendidikan antara lain mengamanatkan dipenuhi-nya
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, yaitu sebagai berikut.
8 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
a. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemam-puan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
b. Kualifikasi akademik dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian
yang relevan.
c. Kompetensi sebagai agen pembelajaran meliputi: kompetensi pedago-gik,
kepribadian, profesional, dan sosial.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada jalur pendidikan formal, serta pada jenjang pendidikan
dasar dan pendidikan menengah, termasuk pendidikan anak usia dini. Sebagai
pendidik profesional guru dituntut untuk: (1) menguasai substansi kajian yang
mendalam, (2) dapat melaksanakan pembelajaran yang mendidik,
(3) berkepribadian, dan (4) memiliki komitmen dan perhatian terhadap
perkembangan peserta didik
2. Tugas dan Fungsi Guru
Guru sebagai tenaga profesional bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, melakukan penelitian, membantu
pengembangan dan pengelolaan program sekolah serta mengembangkan
profesionalitas.
Untuk memenuhi kualifikasi profesionalitas guru tersebut diatur dalam
tugas dan fungsi sebagaimana tabel berikut.
Tabel 1. Tugas dan Fungsi Guru
TUGAS
I. Mendidik,
mengajar,
membimbing
dan melatih
FUNGSI
1.Sebagai Pendidik
: 13
C. Ruang Lingkup Kompetensi Guru
Dalam UUGD dan PP No. 19/2005 dinyatakan bahwa ruang lingkup
kompetensi guru meliputi 4 hal, yaitu: (1) kompetensi kepribadian,
(2) kompetensi pedagogik, (3) kompetensi profesional dan (4) kompetensi
sosial. Keempat jenis kompetensi guru tersebut di atas beserta subkompetensi
dan indikator essensialnya dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Secara rinci
subkompetensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
a. Subkompetensi kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator
essensial, bertindak sesuai dengan norma hukum, bertindak sesuai dengan
norma sosial, bangga sebagai guru, dan memiliki konsistensi dalam
bertindak sesuai dengan norma.
b. Subkompetensi kepribadian yang dewasa memiliki indikator essensial,
menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki
etos kerja sebagai guru.
c. Subkompetensi kepribadian yang arif memiliki indikator essensial,
menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik,
sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berfikir
dan bertindak.
d. Subkompetensi kepribadian yang berwibawa memiliki indikator essensial,
memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan
memiliki perilaku yang disegani.
e. Subkompetensi akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator
essensial, bertindak sesuai dengan norma religius (iman dan tagwa, jujur,
ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.
URAIAN TUGAS
Mengembangkan potensi/
kemampuan dasar peserta didik.
Mengembangkan kepribadian
peserta didik.
Memberikan keteladanan
Menciptakan suasana pendidikan
yang kondusif
2. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik sebagai kemampuan mengelola pembelajaran
yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
12 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
: 9
BAB III
STANDAR KOMPETENSI GURU
A. Dasar Pemikiran
Kualitas guru di Indonesia akhir-akhir ini mendapat sorotan yang tajam.
Berdasarkan catatan Human Development Index (HDI) (dalam Toharudin,
Pikiran Rakyat 24 Oktober 2005) terdapat 60% guru SD, 40% guru SLTP, 43%
guru SMA, dan 34% guru SMK dianggap belum layak mengajar di jenjang
masing-masing. Sedangkan kualitas SDM Indonesia menempati urutan 109
dari 179 negara di dunia. Sementara itu, masih sekitar 45,96% guru SD, SMP,
dan SMA yang tidak memenuhi kualifikasi pendidikan minimal (Samani dkk,
2006: 8). Secara terperinci guru-guru yang belum memenuhi standar
kualifikasi pendidikan adalah SD 34%, SMP 71,2%, dan SMA 46,6%.
Berdasarkan data di atas, tampak bahwa kualitas guru di Indonesia masih jauh
dari harapan. Oleh karena itu diperlukan refleksi diri semua pihak yang terlibat
dalam dunia pendidikan untuk selalu mengembangkan kompetensinya agar
memberikan sumbangan yang maksimal terhadap peningkatan kualitas
pendidikan di Indonesia.
Pada sisi yang lain, amanat Undang-Undang Guru dan Dosen
mengisaratkan agar guru di masa yang akan datang mempunyai standar
kompetensi yang memadai untuk melaksanakan tugasnya melalui program
sertifikasi guru. Hanya guru yang berkompetensi saja yang yang berhak
memiliki sertifikat sebagai guru profesional dengan kemudahan-kemudahan
yang mengiringinya.
B. Pengertian Kompetensi Guru
Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD) disebutkan bahwa
“kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan”. Kompetensi guru dapat dimaknai
sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berwujud
tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas
sebagai agen pembelajaran.
3. Etika Mahasiswa Calon Guru/Tenaga Kependidikan
Praktek pengalaman lapangan di sekolah merupakan program wajib
bagi mahasiswa calon guru/tenaga kependidikan. Seorang guru dituntut
untuk menjadi contoh teladan bagi peserta didik maupun orang lain. Oleh
karena itu pembentukan sikap, kepribadian, moral, dan karakter sosok
seorang guru/tenaga kependidikan harus dimulai sejak mahasiswa calon
guru/tenaga kependidikan memasuki dunia pendidikan tenaga kependidikan
(LPTK). Universitas Negeri Yogyakarya sebagai lebaga pendidikan tinggi LPTK
menempatkan program kependidikan sebagai unggulan dalam arti tugas
utama UNY sebagai lembaga pendidikan tinggi adalah menghasilkan tenaga
guru/tenaga kependidikan yang berkualitas baik dari sisi akademik maupun
non akademik. Dengan demikian diharapkan mahasiswa peserta PPL di
sekolah harus memahami akan etika sebagai mahasiswa calon guru maupun
etika profesi pendidik dan tenaga kependidikan.
10 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
Etika adalah pedoman dalam bersikap dan berperilaku yang didalamnya berisi
garis besar nilai moral dan norma yang mencerminkan masyarakat kampus
yang ilmiah, edukatif, kreatif, santun dan bermartabat. Berikut disampaikan
Etika Mahasiswa Calon Guru secara umum dan khusus.
a. Umum
1) Memiliki sikap jujur, optimis, kreatif, rasional, mampu berfikir kritis,
rendah hati, demokratis, sopan, mengutamakan kejujuran akademik,
menghargai waktu, dan terbuka terhadap perkembangan ipteks
2) Mampu merancang, melaksanakan, dan menyelesaikan studi dengan
baik.
3) Mampu menciptakan kehidupan kampus yang aman, nyaman, bersih,
tertib, dan kondusif
4) Mampu bertanggungjawab secara moral, spiritual, dan sosial untuk
mengamalkan ipteks
b. Khusus
1) Berpakaian rapi, bersih, sopan, serasi sesuai dengan konteks
keperluan
2) Bergaul, bertegur sapa, dan bertutur kata dengan sopan, wajar,
simpatik, edukatif, bermakna sesuai dengan norma moral yang
berlaku
3) Mengembangkan iklim penciptaan karya ipteks yang mencerminkan
kejernihan hati nurani, bernuansa pengabdian pada Tuhan YME, dan
mendorong pada kualitas hidup kemanusiaan.
4. Etika Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya seorang pendidik
dituntut untuk mampu: (1) mengenali potensi peserta didik, (2) transfer
pengetahuan dan nilai-nilai, (3) memberikan pendampingan: penumbuhan
self confidence dan optimisme, memberikan arahan dan pencerahan,
(4) membangun emotional attachment : sentuhan kejiwaan, sentuhan
transendental.
Guru/pendidik yang profesional memiliki ciri-ciri: menguasai substansi kajian
yang mendalam, dapat melaksanakan pembelajaran yang mendidik,
berkepribadian, dan memiliki komitmen dan perhatian terhadap
perkembangan peserta didik. Karena substansi kajian dan konteks
BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
: 11
pembelajaran selalu berkembang dan berubah menurut dimensi ruang dan
waktu, guru dituntut untuk selalu meningkatkan kompetensinya. Untuk dapat
meningkatkan kompetensinya, guru perlu memiliki kemampuan untuk
menggali informasi dari berbagai sumber termasuk dari sumber elektronik dan
melakukan kajian atau penelitian untuk menunjang pembelajaran yang
mendidik.
Sebagai seorang pendidik dan tenaga kependidikan diharapkan mampu
memahami etika profesi antara lain :
a. memiliki kepribadian yang tangguh yang bercirikan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, kreatif, mandiri.
b. memiliki wawasan kependidikan, psikologi, budaya peserta didik dan
lingkungan.
c. mampu melaksanakan praktik bimbingan dan konseling secara
professional.
d. mampu memecahkan berbagai persoalan yang menyangkut bimbingan
konseling.
e. mampu mengembangkan dan mempraktekkan kerja sama dalam
bidangnya dengan pihak terkait.
f. memiliki wawasan psiko-sosial kependidikan dan kemampuan
memberdayakan warga belajar dalam konteks lingkungannya.
g. memil