Analisis Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu Pada Penanganan Korban Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2014

BAB 1
PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang
Bencana di Indonesia adalah suatu keniscayaan. Sejarah membuktikan
bencana-bencana besar di dunia terjadi di Indonesia, seperti letusan Gunung Api
Tambora, Karakatau, gempa bumi dan Tsunami maha dahsyat di Aceh dan
sebagainya. Memang, wilayah Indonesia yang berada di dalam ring of fire, tatanan
pertemuan lempeng tektonik aktif dunia, di kawasan tropis, berbentuk kepulauan dan
faktor geografis lainnya menyebabkan ancaman bencana menjadi nyata. Terlebih lagi
dengan sejumlah penduduk sekitar 237 juta jiwa, dimana 57% tinggal di Jawa dan
sekitar 13 juta jiwa penduduk miskin, tentu akan menambah tingkat kerentanan
bencana.
Selain dikarenakan keadaan geografis dan geologi yang rentan dengan bencana,
tingkat kesadaran dan pengetahuan mengenai penaggulangan bencana yang masih
perlu di tingkatkan kapasitasnya juga menambah risiko bencana. Hal ini mengapa
trend bencana di Indonesia terus meningkat. Hampir sekitar 70% adalah bencana
hydrometeorologi yang diikuti dengan bencana geologis yang semakin terus
meningkat seiring dengan dampak perubahan iklim global (Samsul Maarif 2012),
Terkait dengan fenomena geologis, sejarah mencatat paling tidak ada tiga
letusan gunug di Indonesia yang tergolong terbesar di dunia yaitu Gunung Api

Tambora di Pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat pada tahun 1815, dan Gunung

1
Universitas Sumatera Utara

2

Karakatau di Selat Sunda pada tahun 1883, LetusanTambora memuntahkan abu dan
material vulkanin sebanyak 1,7 juta ton.Abu yang terlontar dalam jumlah yang masif
ke atmosfer lalu menumpuk pad ketinggian beberapa ribu kilometer dari muka bumi.
Kondisi tersebut menyebabkan sinar matahari terhalang masuk ke permukaan bumi,
hingga suhu bumi mendingin dalam waktu lama. Akibatnya selama setahun setelah
bencana yaitu tahun 1816 menjadi tahun tanpa musim panas dan mengakibatkan
gagal panen di banyak tempat serta kelaparna pun meluas. Lalu ketika Gunung
Karakatau meletus daya ledaknya sekitar 200 megaton TNT, atau sekitar 13 ribu kali
bom atom yang dijatuhakn di Hirosima Jepang pada tahun 1942, saat Perang Dunia
II.Guguran material vulkanik yang jatuh ke laut kemudian menimbulkan tsunami
beberap puluh meter yang menjalar ke berbagai arah diantaranya menerjang kota
jakarta. Letusan Gunung Api Toba yang membentuk Danau Toba seperti saat ini,
melalui empat fase letusan besar, dimana tiga di antaranya terjadi dalam 1 juta tahun

terakhir. Letusan awal diperkirakan terjadi 1,2 juta tahun lalu. Letusan terakhir,
sekitar 74.000 tahun lalu adalah letusan terdahsyat dan membentuk danau seperti
sekarang. Melepaskan sekitar 2.800 kilometer kubik magma ke udara atau dua kali
volume Gunung Everest.Letusan tersebut menghasilkan awan panas yang meluncur
seluas 20.000 kilometer persegi. Ketebalan timbunan material awan panas sekitar 100
meter di Sumatera dari Samudra Hindia sebelah barat hingga Selat Malaka di sebelah
timur ( BNPB 2010 )
Di Sumatra Utara, terdapat 3 gunung api aktif, yaitu Gunung Sibayak, Gunung
Sinabung dan Gunung Sorik Merapi. Gunung Sinabung adalah sebuah gunung di

Universitas Sumatera Utara

3

dataran tinggi Karo,Sumatra Utara, Indonesia, dengan ketinggian gunung adalah
2.460 meter, Geogafis Puncak 3°10’ Lintang Utara dan 98°23,5’ Bujur Timur, Kota
Terdekat adalah Kabanjahe dan Brastagi dengan Tipe Gunung Api Sastro ( Kerucut ).
Dan kalau dilihat dari letak nya, Sinabung yang aktif kembali sejak 2010, yang
selama 400an ini tertidur pulas, posisinya lebih tepat di atas Sesar Besar Sumatra dari
pada ”mamanya” sendiri yaitu Gunung Toba.dan sesar ini adalah salah satu dari dua

sesar / patahan terktif di dunia.Gunung Sinabung merupakan gunung tipe B, sejarah
kegiatan gunung api ini khususnya yang berupa letusan tidak banyak diketahui dan
tidak terdapat dalam catatan sejarah dan literatur.kegiatan vulkanik, yang tercatat
adalah, sebelum tahun 1600 aktivitas terakhir yang ditimbulkan oleh Gunung Api ini
berupa muntahan bebatuan piroklastik ( bebatuan dari Vulkanik ) serta aliran lahar
yang mengalir ke arah selatan. Tahun 1912 aktifitas Solfatara ( Gas dan Belerang )
terlihat di puncak dan lereng atas Dan Tahun 2010 tepatnya pada tanggal 27 Agustus
sampai dengan 7 April terjadi beberapa kali letusan yang diantaranya merupakan
letusan freatik ( semburan tanah )( Mulyana AR.2010).
Pada awalnya Gunung Api Sinabung merupakan gunung api Tipe B dimana
setelah tahun 1600 tidak pernah menunjukkan aktifitas letusan.Karena awalnya
dikatagorikan gunung api tipe B maka pemerintah kita tidak melakukan pengamatan
terhadap Gunung Api tersebut. Letusan Gunung api tahun 2010 telah membuka mata
kita semua bahwa tipe B juga bisa menimbulkan letusan luar biasa, sejak kejadian
itulah Gunung api Sinabung yang merupakan gunung api jenis Strata tersebut oleh

Universitas Sumatera Utara

4


Pemerintah kita di jadikan Gunung Api Tipe A yang harus mendapatkan perhatian
khusus dari Pemerintah berupa pembuatan pos pengamatan.
Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi Bukit Barisan dan sebagian besar
wilayahnya merupakan dataran tinggi.Secara geografis terletak diantara 2°50’ - 3°19’
Lintang Utara dan 97°55’ - 98°38’ Bujur Timur. Dua gunung berapi aktif terletak di
wilayah ini sehingga rawan gempa vulkanink. Wilayah Kabupaten Karo Terletak
pada ketinggian 120-1400 meter di atas permukaan laut dengan Batas-Batas Wilayah.
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Deli Serdang, sebelag
Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Toba Samosir, Sebelah Timur
Berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun dan Sebelah
barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara ( Propinsi Aceh ). Jumlah
Penduduk tahun 2012 sebanyak 358.823 jiwa tersebar di 17 kecamatan ( 269 desa /
kelurahan ) dengan luas wilayah 2.127,25 km² atau 212.725 Ha atau 2,97 % dari luas
Propinsi Daerah TK.I Sumatra Utara kepadatan penduduk di perkirakan sebesar 168
Jiwa per km², dan laju pertumbuhan penduduk di perkirakan sebesar 1.07 % pertahun.
Fasilitas kesehatan di Kabupaten ini sudah sangat memadai, sampai pada tahun 2013
jumlah puskesmas 19 buah. Setiap kecamatan sudah memiliki paling sedikit 1
puskesmas. Dari 17 kecamatan terdapat 2 kecamatan yang memiliki 2 puskesmas
yaitu Kecamatan Brastagi dan Tiga Panah. Bila dibanding dengan jumlah penduduk
kabupaten karo 358.823 jiwa, maka 1 puskesmas melayani 18.885 jiwa. Bila

dibanding dengan standar Nasional ( 1 Puskesmas melayani 30.000 jiwa ) dan
ditambah lagi dengan adanya POSKESDES di setiap desa serta 1 ( Satu ) Rumah

Universitas Sumatera Utara

5

Sakit Umum Kabanjahe sebagai Pusat Rujukan Kabupaten serta 4 ( Empat ) Rumah
Sakit Swasta 2 diantaranya adalah RSIA ( Ruamah Sakit Ibu Anak ) dan 1 ( Satu )
Rumah Sakit Khusus yaitu Rumah Sakit Kusta Lau sinamo (Profil Dinkes 2012).
Sejak mengalami erupsi pada tanggal 3 September 2013 maka ditetapkan status
Gunung Sainabung dari Waspada menjadi Awas sehingga pemerintah Kabupaten
Karo Mengeluarkan surat Tanggap Darurat yang ditanda tangani oleh Bupati
Kabupaten Karo dan telah mengalami beberpa perpanjangan. Dan menetapkan daerah
bahaya Radius 5 km harus di sterilkan dan dilarang untuk di datangi. Berdasarkan
data yang di keluarkan oleh media center per tanggal 5 Januari 2013 di posko utama
Penaggulangan Bencana Erupsi Gunung Sinabung Kabanjahe diketahiu total jumlah
pengungsi 6387 KK dengan jumlah jiwa 20491 jiwa. Sampai penelitian ini ditulis,
kondisi gunung sinabung masih mengalami erupsi dan jumlah pengungsi terus
bertambah sampai pada tanggal 4 februari jumlah pengungsi menjadi 9.934 KK

dengan jumlah 32.162 jiwa.
Setelah mengungsi beberapa bulan, diluar dugaan pada tanggal 1 februari 2014,
terjadi erupsi yang mengeluarkan awan panas pada siang hari dan memakan korban
jiwa sebanyak 17 orang. Kejadian ini sangat mengejutkan karena sejak ditetapkan
masa tanbggap darurat, efek langsung kejadian erupsi belum pernah sampai memakan
korban jiwa. Hal ini memicu kepanikan pada pengungsi, penduduk dan pemerintah
Kabupaten Karo khususnya Dinas Kesehatan Kabupaten Karo dan Rumah Sakit
Kabanjahe yang harus menangani korban awan panas. Pada saat erupsi terjadi hujan
debu dan awan panas menguyur beberapa desa diantaranya Kecamatan Tigan dereget,

Universitas Sumatera Utara

6

Kecamatan Simpang Empat, dengan korban meninggal 14 orang dan 3 orang korban
Luka Bakar Serius. Evakuasi korban juga tidak menggunakan alat kelengkapan medis
seperti ambulan yang dapat menagani korban pada tingakat awal untuk
penyelanmatan

nyawa


sehingga

dalam perjalanan

evakuasi

korban

sudah

mendapatkan pertolongan medis tingkat dasar. Kebanyakan korban bukanlah
penduduk setempat melainkan mahasiswa dari Medan dan Kutacane Aceh dan 2
orang pelajar. Dan yang menarik disini adalah ke tiga korban yang masih dinyatakan
selamat justru di evakuasi ke Rumah Sakit Efarina Etham yang Rumah Sakit ini
adalah milik swasta dan jarak evakuasi juga lebih jauh di banding dengan Rumah
Sakit Kabanjahe milik pemerintah. Padahal dalam surat keputusan Bupati Kabupaten
Karo tentang tim tanggap darurat penaggulangan erupsi Gunung Sinabung, rumah
sakit swasta tidak termasuk dalam rangakaian komando penaggulangan masalah
kesehatan.

Meskipun dalam undang-undang 24 tahun 2007 pada pasal 5 telah di sepakati
bahwa semua korban akibat bencana di tanggung oleh pemerintah. Ini merupakan
pelajaran penting bagi kita untuk melibatkan pihak swasta dalam penaganan bencana
sehingga mereka juga dapat mempersiapkan diri dari kemungkinan-kemungkina
apabila pemerintah memerlukan bantuan dari pihak swasta untuk penanaganan pasien
akibat bencana di Kab.Karo terbukti bahwa pihak swasta juga terlibat dalam
penaganan pasien baik dalam kondisi gawat darurat maupun kondisi tidak gawat
darurat salah satunya adalah Rumah Sakit Efarina Etham, dan melihat begitu banyak
nya korban baik langsung maupun tidak langsung yg di akibatkan dari bencana

Universitas Sumatera Utara

7

tersebut maka kabupaten karo merasa perlu untuk melibatkan pihak sawata dalam
menangani pasien yang memerlukan bantuan kesehantan.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan, sejak tanggal 3 November 2013 sampai 7
februari 2014, jumlah kunjungan di pos kesehatan sebanyak 121.731 orang, dengan
rincian penyakit gastritis: 22.591 orang, ispa:77.000 orang, conjunctivitis: 3.248
orang, diare:3.448 orang Hypertensi: 3.573 orang, anxietas:1.415 orang Dan penyakit

lainya 9.966 orang. Meninggal karena dampak tidak langsung selama mengungsi
sebanyak 31 orang. Dan penyaklit bersifat emergency yang memerlukan rujukan: 62
orang yang terdiri dari penyakit Krisis Hypertensi, Gagal Jantung , Astma Acute, dan
kcelakaan. Dalam hal jumlah penempatan tim medis di lokasi pengungsian juga
kurang memadai untuk 1 ( orang ) Dokter bertanggung jawab untuk beberapa tempat
pengungsian sehingga ketika seorang dokter di butuhkan maka harus menunggu atau
pasien di bawa langsung ke tempat dimana pos terdekat yang masih ada dokter.
Perawat juga masih belum mencukup terlihat setiap harinya terdapat 2-5 perawat di
setiap posko dengan terbagi dalam 3 shif jaga. Hal ini jelas terlihat pada pengamatan
penulis di Lods Tiga Binanga pada tanggal 13-14 desember 2013, padahal warga di
pengungsian mencapai ribuan orang sehinga tidak sesuai dengan beban kerja yang
ada. Indriana ( 2009 ) dalam penelitian nya mengtakan beban kerja yang tidak sesuai
mengurangi kemampuan pelayanan kesehatan sehingga jumlah tenaga harus
disesuaikan dengan beban kerja, Konon lagi saat menangani pasien yang bersifat
emergensi yang sedikit nya memerlukan 3 orang dalam mendapingi atau mengelola
pasien gawat darurat (American Colege, 2004).

Universitas Sumatera Utara

8


Memberikan pelayanan kepada masyarakat di bidang kesehatan merupakan
pekerjaan yang membutuhkan keseriusan, bukan hanya terbatas pada petugas
kesehatan saja tetapi juga melibatkan semua masyarakat untuk dapat memahami dan
memberikan pertolongan kepada dirinya sendiri dan orang lain dalam kondisi gawat
darurat dalam masa tanggap darurat. Dalam wawancara dengan Kepala Dinas
Kesehatan Kab.Karo tanggal 27 Desember 2013 dapat disimpulkan bahwa pelayanan
kesehatan belum mendapat kendala yang cukup serius dan masih dapat di tanggulangi
oleh pihak daerah dengan mengandalkan sumber daya manusia dan sarana,prasarana
yang sudah dimiliki. Dinas Kesehatan juga telah menaggapi surat keputusan Bupati
Karo mengenai Penanggulangan Bencana Erupsi Sinabung tahun 2013, dengan
mengaktifkan SK Satgas bencana.
Dalam pelaksanaan satuan tugas yang di bentuk lebih banyak mengerjakan
tugas Struktural yang melekat pada jabatan mereka di luar fungsi dan tugas sebagai
satuan tugas penanganan bencana bidang kesehatan. Posko Dinas Kesehatan juga
tidak ditemukan di Posko Utama dan Kantor Dinas Kesehatan dijadikan Posko
Kesehatan. Tentu ini akan menyulitkan dalam hal koordinasi dan penyalurkan
bantuan maupun dalam melaksanakan penaganan pasien gawat darurat yang terjadi
terhadap korban baik akibat langsung maupun akibat tidak langsung dari dari Erupsi
Gunung Sinabung. Padahal dengan terkonsentrasi pelayanan di posko utama yang

telah di siapkan akan mempermudah pelayanan yang diberikan karena penaganan
korban juga berkaitan dengan sektor lain sehingga bantuan yang diberikan dapat
terkoordinasi dan terpadu sehingga penyelamatan nyawa pada kondisi gawat darurat

Universitas Sumatera Utara

9

yang di alami kordan dapat diberikan. (Imran 2012) koordinasi pelayanan kesehatan
sangat di perlukan karena pelayanan kesehatan tidak dapat dilakukan oleh pelaku
kesehatan sendiri tetapi membutuhkan atau sealalu berhubungan dengan instansi lain
yang terlibat dalam penanganan bencana pada setiap pelayanan kesehatan agar
pelayanan dapat dilakukan secara optimal.
Dalam penanganan kesehatan akibat bencana dibutuhkan keterlibatan sektor
lain yang dapat mendukung kegiatan penaganan korban gawat darurat secara terpadu
dan terintegrasi dalam satu sistem. Sejak tahun 2000 Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia telah mengembangkan konsep Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu Sehari-hari (SPGDT-S), dan Sistem Penggulangan Gawat Darurat Terpadu
Bencana ( SPGDT-B), memadukan penanganan gawat darurat mulai dari tingakat pra
rumah sakit sampai rumah sakit dan rujukan antar rumah sakit dengan pendekatan
lintas program dan multisektor. Penanganan Gawat Darurat menekankan respon cepat
dan tepat dengan prinsip Time Saving is Life and Limb Saving. Public Safety Care (
PSC ) sebagai ujung tombak safe community adalah sarana publik / masyarakat yang
merupakan panduan dari unsur pelayanan gawat darurat ambulan, unsur pengamanan
( Kepolisian ) dan unsur penyelamatan. PSC merupakan penaganan tahap pertama
kegawat daruratan yang membantu memperbaiki pelayanan pra rumah sakit untuk
menjamin respon cepat dan tepat untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah
kecacatan sebelum dirujuk ke rumah sakit yang dituju. (http://buk.depkes.go.id).
Beberapa daerah di Indonesia telah membentuk SPGDT seperti Jawa Barat dan
daerah lain nya, dalam simulasi SPGDT yang di adakan di Sumut dihadiri oleh wakil

Universitas Sumatera Utara

10

menteri kesehatan Prof. Ali Gufron Mukti, dinkes kabupaten kota dan kepala Rumah
Sakit. SPGDT merupakan produk dari kementrian kesehatan yang penting untuk
meningkatkan kewaspadaan dini menghadapi bahaya bencana dan kesiapan dini
dalam memberikan pertolongan kepada korban bencana, Mengingat Erupsi Gunung
Sinabung yang telah memakan korban , maka peneliti inginmelihat dan mengevaluasi
Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu pada penanggulangan bencana
erupsi Gunung Sinabung.

1.2 Permasalahan
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka penulis merumuskan masalah
penelitian

sebagai

berikut

adalah

“Bagaimanakah

Pelaksanaan

Sistem

Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu pada Penanganan Korban Erupsi Gunung
Sinabung”.

1.3 Tujuan Penelitian
Beberapa hal yang menjadi tujuan peneliti adalah sebagai berikut:
1. Menguraikan tugas dan tata kerja Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
pada Penanggulangan Erupsi Gunung Sinabung.
2. Mengevaluasi implementasi Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu pada
Penanggulangan Erupsi Gunung Sinabung?

Universitas Sumatera Utara

11

1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk memberikan
masukan dan perbaikan bagi lembaga/instansi yang terkait dalam penanggulangan
bencana sehingga dapat memperbaiki dan mengurangi masalah terkait Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu pada Penanggulangan Erpsi Gunung
Sinabung?.

Universitas Sumatera Utara