Identifikasi Zat Warna Sintetis Pada Saos Cabai Secara Kromatografi Kertas (KKT)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Pada umumnya bahan makanan mengandung beberapa unsur seperti air,

karbohidrat, protein, lemak, vitamin, enzim, pigmen dan lain-lain. Kandungan
bahan tersebut bergantung dari sifat alamiah bahan makanan tersebut. Untuk
memperoleh produk pangan olahan yang bercita rasa lezat,berpenampilan
menarik, tahan lama serta mudah dalam pengangkutan dan pendistribusiannya
maka digunakan berbagai bahan pendukung yang disebut dengan bahan tambahan
pangan (Nugraheni, 2014).
Mutu bahan pangan pada umumnya ditentukan oleh beberapa faktor
seperti cita rasa, tekstur dan nilai gizi, tetapi sebelum faktor-faktor tersebut
mempengaruhi secara khusus faktor visual seperti warna pada makanan juga
sangat menetukan. Selain sebagai faktor yang ikut menentukan mutu, warna juga
dapat digunakan sebagai indikator kesegaran dan kematangan, baik tidaknya cara
pencampuran atau cara pengolahan dapat ditandai dengan adanya warna yang
seragam dan merata (Cahyadi, 2006).

Warna pada makanan mempunyai daya tarik tersendiri untuk seseorang
agar memakannya terlebih lagi warna tersebut terang atau cerah. Warna yang
cerah memberi kesansegar atau matang, seperti jajanan yang dijual diluar lebih
banyak diminati pembeli apabila warnanya menarik (Sulami, 2009).

Sejak dulu, masyarakat menggunakan pewarna alami untuk mengolah
makanan. Pewarna tersebut di antaranya daun suji (warna hijau), kunyit (warna
kuning) dan karamel (warna cokelat). Namun, karena adanya beberapa faktor
mereka beralih pada pewarna sintetis. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
juga turut mendukung ditemukannya pewarna-pewarna sintetis baru. Keberadaan
pewarna sintesis lebih dipilih karena mudah didapat, murah, lebih bervariasi dan
tentunya lebih praktis (Sulami, 2009).
Pewarna sintetis merupakan pewarna yang dibuat dengan cara sintesis
kimia. Warna dari pewarna sintetis memang lebih kuat daripada pewarna alami.
Selain itu, pewarna sintetis memberikan warna yang lebih seragam, lebih stabil
dalam penyimpanan dan lebih praktis (Sulami, 2009).
Dewasa ini keamanan penggunaan zat pewarna sintetis pada makanan
masih dipertanyakan dikalangan konsumen. Sebenarnya konsumen tidak perlu
khawatir karena semua badan pengawas obat dan makanan di dunia secara terus
menerus memantau dan mengatur zat pewarna agar tetap aman dikonsumsi. Jika

ditemukan adanya risiko terhadap kesehatan, badan pengawas obat dan makanan
akan mengevaluasi pewarna tersebut dan menyebarkan informasinya keseluruh
jaringan sosial melalui media elektronik maupun media sosial. Pewarna yang
tidak alami dan dilarang dapat mengganggu kesehatan seperti keracunan, merusak
organ tubuh dan berpotensi memicu kanker(Pahmawati, 2011).
Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas
perbedaan distribusi dari komponen campuran tersebut diantara dua fase yaitu
fase diam (stationary) dan fase gerak (mobile). Fase diam dapat berupa zat padat

atau zat cair sedangkan fase gerak dapat berupa zat cair atau gas. Meskipun dasar
kromatografi adalah suatu proses pemisahan, namun banyak diantara cara ini
dapat digunakan untuk analisis kuantitatif. Kromatografi kertas dan KLT
umumnya lebih bermanfaat untuk tujuan identifikasikarena lebih sederhana
(Yazid, 2005).
Kromatografi kertas digunakan baik untuk analisa kualitatif maupun
kuantitatif. Senyawa-senyawa yang dipisahkan kebanyakan bersifat sangat polar,
misalnya asam-asam amino ,gula-gula atau pigmen-pigmen alam (Yazid, 2005).

1.2


Tujuan
Adapun tujuan dari identifikasi zat warna sintetis pada saos cabai secara

kromatografi kertas adalah untuk mengetahui pewarna sintetis apa saja yang
digunakan pada saos cabai dan apakah pewarna sintetis yang digunakan
memenuhi persyaratan.

1.3

Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari identifikasi zat warna pada saos secara

kromatografi kertas adalah dapat mengetahui bahwa saos cabai yang diperiksa
tidak mengandung zat warna sintetis yang berbahaya sehingga aman untuk
dikonsumsi.