Penetapan Kadar Kalium Pada Daun Salam (Eugenia Polyantha Wight) Segar, Simplisia Dan Infusa Secara Spektrofotometri Serapan Atom

(1)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Obat

Indonesia sangat kaya dengan berbagai spesies flora, dari 40 ribu jenis yang tumbuh di dunia, 30 ribu diantaranya tumbuh di Indonesia. Sekitar 26% telah dibudidayakan dan sisanya sekitar 74% masih tumbuh liar di hutan-hutan. Dari yang telah dibudidayakan, lebih dari 940 jenis digunakan sebagai obat tradisional (Syukur dan Hernani, 2001).

Pemakaian tanaman obat dalam dekade terakhir ini cenderung meningkat sejalan dengan berkembangnya industri jamu dan obat tradisional, kosmetik, makanan dan minuman. Tanaman obat yang dipergunakan biasanya dalam bentuk simplisia (bahan yang telah dikeringkan dan belum mengalami pengolahan apapun). Simplisia tersebut berasal dari akar, daun, bungan, biji, buah dan kulit batang (Syukur dan Hernani, 2001).

2.2 Simplisia

Simplisia ialah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1995).

2.2.1 Klasifikasi simplisia

Klasifikasi simplisia berdasarkan sumber bahan alamiah simplisia adalah: a. Simplisia nabati


(2)

6

tanaman. Eksudat tanaman ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni (Depkes RI, 1995).

b. Simplisia hewani

Simplisia yang berupa hewan utuh bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni (Depkes RI, 1995). c. Simplisia pelikan (mineral)

Simplisia yang berupa bahan-bahan pelikan (mineral) yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni (Depkes RI, 1995).

2.3 Tanaman Salam

Tanaman salam adalah tanaman yang biasa dimanfaatkan daunnya untuk penyedap rasa pada masakan khas nusantara, selain itu daunnya juga digunakan sebagai rempah pengobatan tradisional indonesia. Nama ilmiahnya adalah Syzygium polyanthum (Wight) Walp. dengan sinonim Eugenia polyantha Wight (Nurcahyati, 2014).

Adapun nama lain dari daun salam, diantaranya ubar serai (Malaysia), Indonesian bay leaf, Indonesian laurel, Indian bay leaf (Inggris), salamblatt (Jerman) dan Indonesische larbeerblatt (Belanda). Daun salam merupakan daun yang berasal dari Indonesia dengan memiliki berbagai sebutan antara lain, salam (Sunda, Jawa, Madura), gowok (Sunda), menting (Jawa), kastolam (Kangean, Sumenep) dan meselangan (Sumatera) (Utami dan Puspaningtyas, 2013).


(3)

7

Tanaman salam merupakan tanaman yang banyak tumbuh didaerah tropis khususnya di daerah Asia Tenggara. Tanaman salam biasanya sering dijumpai tumbuh liar di hutan dan kebun. Tanaman salam biasanya tumbuh pada ketinggian 225-450 m diatas permukaan laut dengan curah hujan 3.000-4.000 mm. Cara pembudidayaan tanaman salam sangat mudah, bisa dari biji, cangkok, atau stek. Setelah tumbuh, pohon ini tidak membutuhkan banyak perawatan. Cukup sesekali dipupuk dan disiram air (Nurcahyati, 2014).

2.3.1 Klasifikasi tanaman salam

Menurut Anonim (2000), klasifikasi tanaman salam Eugenia polyantha Wight secara sistematik adalah sebagai berikut:

Dunia : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Bangsa : Myrtales Suku : Myrtaceae Marga : Eugenia

Jenis : Eugenia polyantha Wight

Sinonim : Syzygium polyanthum (Wight) Walp. 2.3.2 Morfologi tanaman salam

Pohon bertajuk rimbun, tinggi mencapai 25 m, berakar tunggang, batang bulat permukaan licin. Daun tunggal letak berhadapan, bertangkai yang panjangnya 0,5-1 cm. Helaian daun bentuknya lonjong sampai elips atau bundar telur sungsang, ujung meruncing, pangkal runcing tepi rata, panjang 5-15 cm,


(4)

8

lebar 3-8 cm, pertulangan menyirip, permukaan atas licin berwarna hijau tua, permukaan bawah berwarna hijau muda. Daun bila diremas berbau harum. Bunganya, bunga majemuk tersusun dalam malai yang keluar dari ujung ranting, warnanya putih, baunya harum. Buahnya bulat, diameter 8-9 mm, warnanya bila muda hijau, setelah masak menjadi merah gelap, rasanya agak sepat. Biji bulat, warnanya coklat (Nurcahyati, 2014).

2.3.3 Kandungan senyawa aktif

Daun salam memiliki banyak kandungan senyawa aktif yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia. Beberapa kandungan senyawa aktif terbesar yang terkandung dalam tanaman salam adalah minyak atsiri, tanin, flavonoid. Bagian daun dan kulit batang mengandung saponin dan flavonoid. Selain itu, daun salam juga mengandung alkaloid dan polifenol, sedangkan kulit batangnya mengandung tanin. Senyawa aktif lainnya juga terkandung dalam tanaman salam yang sangat penting bagi kesehatan tubuh seperti vitamin A, vitamin C, zat besi, mangan, kalsium, kalium, magnesium, fitonutrien, asam caffeic, rutin, salisilat dan parthenolide (Herliana, 2013).

Menurut United States Department of Agriculture America (2014), dalam 100 g daun salam atau bay leaf mengandung air (5,44 g), energi (313 kilokalori), protein (7,61 g), lemak (8,36 g), karbohidrat (74,97 g), serat (26,3 g), kalsium (834 mg), fosfor (113 mg), besi (43 mg), natrium (23 mg), kalium (529 mg), magnesium (120 mg), seng (3,7 mg), mangan (8,167 mg), vitamin A (6185 IU), vitamin B1 (0,009 mg), vitamin B3 (2,005 mg), vitamin B6 (1,740 mg), vitamin B2 (0,421 mg), vitamin C (46,5 mg) dan masih banyak kandungan senyawa aktif lainnya.


(5)

9 2.4 Mineral

Menurut Almatsier (2004), mineral adalah bagian dari tubuh yang memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Selain itu, mineral berperan dalam berbagai tahap metabolisme, terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim-enzim (Almatsier, 2004).

Mineral digolongkan kedalam mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang ada di dalam tubuh lebih dari 0,01% berat badan dan mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg/hari, sedangkan mineral mikro terdapat dalam tubuh kurang dari 0,01% berat badan dan mineral yang dibutuhkan kurang dari 100 mg/hari. Yang termasuk mineral makro adalah natrium, kalium, kalsium, fosfor, magnesium, dan sulfur. Adapun yang termasuk mineral mikro adalah besi, seng, mangan, dan tembaga (Almatsier, 2004).

2.4.1 Kalium

Kalium merupakan salah satu mineral makro yang berperan dalam pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit serta keseimbangan asam basa tubuh. Sebanyak 95% kalium berada di dalam cairan intraseluler. Sumber utama kalium adalah sayuran, buah dan kacang-kacangan (Almatsier, 2004).

2.4.2 Fungsi kalium

Kalium bersama dengan natrium memegang peranan dalam pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit serta keseimbangan asam basa. Bersama kalsium, kalium berperan dalam transmisi impuls saraf dan relaksasi otot. Kalium sebagai katalisator dalam reaksi biologik, terutama dalam metabolisme energi dan sintesis glikogen dan protein. Kalium berperan dalam pertumbuhan sel. Jumlah


(6)

10

kalium dalam otot berhubungan dengan masa otot dan simpanan glikogen, oleh karena itu bila otot berada dalam pembentukan dibutuhkan kalium dalam jumlah cukup. Tekanan darah normal memerlukan perbandingan antara natrium dan kalium yang sesuai di dalam tubuh (Almatsier, 2004).

2.4.3 Kelebihan dan kekurangan kalium

Kelebihan kalium dapat terjadi bila konsumsi melalui saluran cerna (enteral) lebih dari 18 gram untuk orang dewasa tanpa diimbangi oleh kenaikan eksresi. Kekurangan kalium dapat terjadi karena kehilangan banyak kalium dari saluran cerna karena muntah-muntah, diare kronis. Selain itu, kehilangan melalui ginjal karena penggunaan obat-obat diuretik terutama untuk pengobatan hipertensi (Almatsier, 2004).

Kekurangan kalium dapat menyebabkan lemah, lesu, kehilangan nafsu makan, kelumpuhan, letih, konstipasi, gangguan konsentrasi, gangguan ritme jantung dan menurunkan kemampuan jantung untuk memompa darah. Kelebihan kalium dapat menyebabkan gagal jantung (Almatsier, 2004).

2.5 Spektrofotometer Serapan Atom

Spektrofotometri serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur logam dalam jumlah kecil (trace) dan sangat kecil (ultratrace). Cara analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul dari logam dalam sampel tersebut. Cara ini cocok untuk analisis kecil logam karena mempunyai kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaannya relatif sederhana, dan interferensinya sedikit (Rohman, 2007).


(7)

11

Spektrofotometri serapan atom didasarkan pada penyerapan energi sinar oleh atom-atom netral atau absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat. Jika suatu larutan yang mengandung suatu garam logam (suatu senyawa logam) dihembuskan kedalam suatu nyala (asetilena yang terbakar di udara) maka terbentuk uap yang mengandung atom-atom logam itu. Atom logam bentuk gas tersebut tetap berada dalam keadaan tak tereksitasi atau dengan perkataan lain, dalam keadaan dasar. Jadi jika cahaya dengan panjang gelombang yang khas dengan logam tersebut dilewatkan nyala yang mengandung atom-atom yang bersangkutan, maka cahaya tersebut akan diserap dan jauhnya penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom keadaan dasar yang berada dalam nyala. Garis-garis spektrum serapan atom yang timbul karena serapan sinar yang menyebabkan eksitasi atom dari keadaan azas ke salah satu tingkat energi yang lebih tinggi disebut garis-garis resonansi (resonance line). Garis-garis ini akan dibaca dalam bentuk angka oleh Readout (Rohman, 2007).

2.5.1 Instrumen spektrofotometer serapan atom

Sistem peralatan spektrofotometer serapan atom dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.1 Sistem peralatan spektrofotometer serapan atom (Harris, 2010) Lampu

Hollow katoda

Monokromator Detektor Read out

komputer Bahan bakar

Udara

Larutan sampel Nyala


(8)

12

Menurut Rohman (2007), komponen penyusun dari sistem peralatan spektrofotometer serapan atom adalah sebagai berikut:

a. Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga (hollow catodhe lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan anoda. Katoda sendiri berbentuk silinder berongga yang terbuat dari logam atau dilapisi dengan logam tertentu.

b. Tempat sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan dasar.

c. Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau cairan menjadi bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk atomisasi, mengeksitasikan atom dari tingkat dasar ke tingkat yang lebih tinggi.

d. Monokromator digunakan untuk memisahkan dan memilih panjang gelombang yang digunakan untuk analisis.

e. Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat pengatoman.

f. Read out merupakan suatu sistem pencatatan hasil yang berupa hasil pembacaan. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau kurva.

2.5.2 Gangguan-gangguan pada spektrofotometri serapan atom

Gangguan-gangguan pada Spektrofotometri Serapan Atom adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan pembacaan absorbansi unsur yang dianalisis menjadi lebih kecil atau lebih besar dari nilai yang sesuai dengan konsentrasinya dalam sampel (Rohman, 2007).

Gangguan-gangguan yang dapat terjadi dalam Spektrofotometri Serapan Atom adalah sebagai berikut:


(9)

13

a. Gangguan yang berasal dari matriks sampel yang dapat mempengaruhi banyaknya sampel yang mencapai nyala.

Sifat-sifat tertentu matriks sampel dapat mengganggu analisis yakni matriks tersebut dapat berpengaruh terhadap laju aliran bahan bakar gas pengoksidasi. Sifat-sifat tersebut adalah viskositas, tegangan permukaan, berat jenis dan tekanan uap. Gangguan matriks yang lain adalah pengendapan unsur yang dianalisis sehingga jumlah atom yang mencapai nyala menjadi lebih sedikit dari konsentrasi yang seharusnya yang terdapat dalam sampel (Rohman, 2007). b. Gangguan kimia yang dapat mempengaruhi jumlah/banyaknya atom yang

terjadi di dalam nyala.

Terbentuknya atom-atom netral yang masih dalam keadaan dasar di dalam nyala sering terganggu oleh dua peristiwa kimia seperti disosiasi senyawa-senyawa yang tidak sempurna dan ionisasi atom-atom di dalam nyala. Terjadi disosiasi yang tidak sempurna disebabkam oleh terbentuknya senyawa-senyawa yang bersifat refraktorik (sukar diuraiakan di dalam nyala api). Contoh senyawa refraktorik adalah garam-garam fosfat, silikat, aluminat dari logam alkali tanah. Ionisasi atom-atom di dalam nyala dapat terjadi jika suhu yang digunakan untuk atomisasi terlalu tinggi. Prinsip analisis dengan Spektrofotometri Serapan Atom adalah mengukur absorbansi atom-atom netral yang berada dalam keadaan dasar. Jika terbentuk ion maka akan mengganggu pengukuan absorbansi atom netral karena atom-atom yang mengalami ionisasi tidak sama spektrum atom dalam keadaan netral (Rohman, 2007).

c. Gangguan oleh absorbansi


(10)

14

yakni absorbansi oleh molekul-molekul yang tidak terionisasi di dalam nyala. (Rohman, 2007).

Adanya gangguan-gangguan di atas dapat diatasi dengan menggunakan cara-cara seperti penggunaan nyala atau suhu atomisasi yang tinggi, penambahan senyawa penyangga, pengekstraksian unsur yang akan di analisis dan pengekstraksian ion atau gugus pengganggu (Rohman, 2007).

d. Gangguan oleh penyerapan non-atomik (non atomic absorption).

Gangguan jenis ini berarti terjadinya penyerapan cahaya dari sumber sinar yang bukan berasal dari atom-atom yang akan dianalisis. Penyerapan non atomik dapat disebabkan oleh adanya penyerapan cahaya oleh partikel-partikel padat yang berada di dalam nyala. Cara mengatasi gangguan penyerapan non atomik ini adalah dengan bekerja pada panjang gelombang yang lebih besar atau pada sushu yang lebih tinggi. Jikan kedua cara ini belum bisa membantu menghilangkan gangguan ini, maka cara yang dapat dilakukan dengan mengukur besarnya penyerapan non atomik menggunakan sumber sinar yang memberikan spektrum kontinyu (Rohman, 2007).

2.6 Validasi Metode Analisis

Menurut Harmita (2004), validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya.

Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis adalah sebagai berikut:


(11)

15 a. Kecermatan

Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan ditentukan dengan metode simulasi (spiked-placebo recovery) yang merupakan metode dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit bahan murni ke dalam suatu bahan pembawa sediaan farmasi (placebo), campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar yang sebenarnya). Selain itu, dapat juga dilakukan dengan metode penambahan baku (standard addition method) yang merupakan metode dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode yang akan divalidasi. Hasilnya dibandingkan dengan sampel yang dianalisis tanpa penambahan sejumlah analit. Persen perolehan kembali ditentukan dengan menentukan berapa persen analit yang ditambahkan ke dalam sampel dapat ditemukan kembali (Harmita, 2004).

b. Keseksamaan (presisi)

Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen (Harmita, 2004).

c. Selektivitas (Spesifisitas)

Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat tertentu secara cermat dan seksama dengan adanya


(12)

16

komponen lain yang ada di dalam sampel (Harmita, 2004). d. Linearitas dan rentang

Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon baik secara langsung maupun dengan bantuan transformasi matematika, menghasilkan suatu hubungan yang proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang merupakan batas terendah dan batas tertinggi analit yang dapat ditetapkan secara cermat, seksama dan dalam linearias yang dapat diterima (Harmita, 2004).

e. Batas deteksi (Limit of detection) dan batas kuantitasi (Limit of quantitation) Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan, sedangkan batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama (Harmita, 2004).


(1)

11

Spektrofotometri serapan atom didasarkan pada penyerapan energi sinar oleh atom-atom netral atau absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat. Jika suatu larutan yang mengandung suatu garam logam (suatu senyawa logam) dihembuskan kedalam suatu nyala (asetilena yang terbakar di udara) maka terbentuk uap yang mengandung atom-atom logam itu. Atom logam bentuk gas tersebut tetap berada dalam keadaan tak tereksitasi atau dengan perkataan lain, dalam keadaan dasar. Jadi jika cahaya dengan panjang gelombang yang khas dengan logam tersebut dilewatkan nyala yang mengandung atom-atom yang bersangkutan, maka cahaya tersebut akan diserap dan jauhnya penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom keadaan dasar yang berada dalam nyala. Garis-garis spektrum serapan atom yang timbul karena serapan sinar yang menyebabkan eksitasi atom dari keadaan azas ke salah satu tingkat energi yang lebih tinggi disebut garis-garis resonansi (resonance line). Garis-garis ini akan dibaca dalam bentuk angka oleh Readout (Rohman, 2007).

2.5.1 Instrumen spektrofotometer serapan atom

Sistem peralatan spektrofotometer serapan atom dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.1 Sistem peralatan spektrofotometer serapan atom (Harris, 2010)

Lampu Hollow katoda

Monokromator Detektor Read out

komputer Bahan bakar

Udara

Larutan sampel Nyala


(2)

12

Menurut Rohman (2007), komponen penyusun dari sistem peralatan spektrofotometer serapan atom adalah sebagai berikut:

a. Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga (hollow catodhe lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan anoda. Katoda sendiri berbentuk silinder berongga yang terbuat dari logam atau dilapisi dengan logam tertentu.

b. Tempat sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan dasar.

c. Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau cairan menjadi bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk atomisasi, mengeksitasikan atom dari tingkat dasar ke tingkat yang lebih tinggi.

d. Monokromator digunakan untuk memisahkan dan memilih panjang gelombang yang digunakan untuk analisis.

e. Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat pengatoman.

f. Read out merupakan suatu sistem pencatatan hasil yang berupa hasil pembacaan. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau kurva.

2.5.2 Gangguan-gangguan pada spektrofotometri serapan atom

Gangguan-gangguan pada Spektrofotometri Serapan Atom adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan pembacaan absorbansi unsur yang dianalisis menjadi lebih kecil atau lebih besar dari nilai yang sesuai dengan konsentrasinya dalam sampel (Rohman, 2007).

Gangguan-gangguan yang dapat terjadi dalam Spektrofotometri Serapan Atom adalah sebagai berikut:


(3)

13

a. Gangguan yang berasal dari matriks sampel yang dapat mempengaruhi banyaknya sampel yang mencapai nyala.

Sifat-sifat tertentu matriks sampel dapat mengganggu analisis yakni matriks tersebut dapat berpengaruh terhadap laju aliran bahan bakar gas pengoksidasi. Sifat-sifat tersebut adalah viskositas, tegangan permukaan, berat jenis dan tekanan uap. Gangguan matriks yang lain adalah pengendapan unsur yang dianalisis sehingga jumlah atom yang mencapai nyala menjadi lebih sedikit dari konsentrasi yang seharusnya yang terdapat dalam sampel (Rohman, 2007). b. Gangguan kimia yang dapat mempengaruhi jumlah/banyaknya atom yang

terjadi di dalam nyala.

Terbentuknya atom-atom netral yang masih dalam keadaan dasar di dalam nyala sering terganggu oleh dua peristiwa kimia seperti disosiasi senyawa-senyawa yang tidak sempurna dan ionisasi atom-atom di dalam nyala. Terjadi disosiasi yang tidak sempurna disebabkam oleh terbentuknya senyawa-senyawa yang bersifat refraktorik (sukar diuraiakan di dalam nyala api). Contoh senyawa refraktorik adalah garam-garam fosfat, silikat, aluminat dari logam alkali tanah. Ionisasi atom-atom di dalam nyala dapat terjadi jika suhu yang digunakan untuk atomisasi terlalu tinggi. Prinsip analisis dengan Spektrofotometri Serapan Atom adalah mengukur absorbansi atom-atom netral yang berada dalam keadaan dasar. Jika terbentuk ion maka akan mengganggu pengukuan absorbansi atom netral karena atom-atom yang mengalami ionisasi tidak sama spektrum atom dalam keadaan netral (Rohman, 2007).

c. Gangguan oleh absorbansi


(4)

14

yakni absorbansi oleh molekul-molekul yang tidak terionisasi di dalam nyala. (Rohman, 2007).

Adanya gangguan-gangguan di atas dapat diatasi dengan menggunakan cara-cara seperti penggunaan nyala atau suhu atomisasi yang tinggi, penambahan senyawa penyangga, pengekstraksian unsur yang akan di analisis dan pengekstraksian ion atau gugus pengganggu (Rohman, 2007).

d. Gangguan oleh penyerapan non-atomik (non atomic absorption).

Gangguan jenis ini berarti terjadinya penyerapan cahaya dari sumber sinar yang bukan berasal dari atom-atom yang akan dianalisis. Penyerapan non atomik dapat disebabkan oleh adanya penyerapan cahaya oleh partikel-partikel padat yang berada di dalam nyala. Cara mengatasi gangguan penyerapan non atomik ini adalah dengan bekerja pada panjang gelombang yang lebih besar atau pada sushu yang lebih tinggi. Jikan kedua cara ini belum bisa membantu menghilangkan gangguan ini, maka cara yang dapat dilakukan dengan mengukur besarnya penyerapan non atomik menggunakan sumber sinar yang memberikan spektrum kontinyu (Rohman, 2007).

2.6 Validasi Metode Analisis

Menurut Harmita (2004), validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya.

Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis adalah sebagai berikut:


(5)

15 a. Kecermatan

Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan ditentukan dengan metode simulasi (spiked-placebo recovery) yang merupakan metode dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit bahan murni ke dalam suatu bahan pembawa sediaan farmasi (placebo), campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar yang sebenarnya). Selain itu, dapat juga dilakukan dengan metode penambahan baku (standard addition method) yang merupakan metode dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode yang akan divalidasi. Hasilnya dibandingkan dengan sampel yang dianalisis tanpa penambahan sejumlah analit. Persen perolehan kembali ditentukan dengan menentukan berapa persen analit yang ditambahkan ke dalam sampel dapat ditemukan kembali (Harmita, 2004).

b. Keseksamaan (presisi)

Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen (Harmita, 2004).

c. Selektivitas (Spesifisitas)

Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat tertentu secara cermat dan seksama dengan adanya


(6)

16

komponen lain yang ada di dalam sampel (Harmita, 2004). d. Linearitas dan rentang

Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon baik secara langsung maupun dengan bantuan transformasi matematika, menghasilkan suatu hubungan yang proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang merupakan batas terendah dan batas tertinggi analit yang dapat ditetapkan secara cermat, seksama dan dalam linearias yang dapat diterima (Harmita, 2004).

e. Batas deteksi (Limit of detection) dan batas kuantitasi (Limit of quantitation) Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan, sedangkan batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama (Harmita, 2004).