Penetapan Kadar Kalium Pada Daun Salam (Eugenia Polyantha Wight) Segar, Simplisia Dan Infusa Secara Spektrofotometri Serapan Atom
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemakaian tanaman obat dalam dekade terakhir ini cenderung meningkat
sejalan dengan berkembangnya industri jamu atau obat tradisional, farmasi,
kosmetik, makanan dan minuman. Tanaman obat yang dipergunakan biasanya
dalam bentuk simplisia (bahan yang telah dikeringkan dan belum mengalami
pengolahan apa pun). Simplisia tersebut berasal dari akar, daun, bunga, biji, buah
dan kulit batang (Syukur dan Hernani, 2001).
Tanaman salam adalah nama tanaman penghasil daun rempah yang
digunakan dalam masakan. Daun salam dalam bahasa Inggris dikenal sebagai
Indonesian bay leaf atau Indonesian laurel, sedangkan nama ilmiahnya adalah
Syzygium polyanthum (Wight) Walp. dengan sinonim Eugenia polyantha Wight.
Daun ini dicampurkan dalam keadaan utuh, kering atau pun segar dan turut
dimasak bersamaan dengan makanan (Anonim, 2015).
Daun salam tidak hanya digunakan sebagai bumbu dapur, namun nyatanya
daun salam dapat dijadikan bahan obat tradisional baik itu berupa daun segar
maupun daun yang telah dikeringkan (simplisia). Daun salam dapat digunakan
sebagai terapi kesehatan secara tradisional dengan cara mengkonsumsi air rebusan
(infusa) daun salam. Adapun terapi kesehatan secara tradisional dengan air
rebusan (infusa) daun salam diperuntukkan untuk mengobati diare, hipertensi,
diabetes melitus, sakit gigi, penurun kadar kolesterol dan penurun kadar asam urat
(Utami dan Puspaningtyas, 2013).
1
Beberapa kandungan senyawa aktif yang terkandung dalam daun salam
adalah minyak atsiri, tanin, flavonoid, alkaloida, serta polifenol dan beberapa
senyawa aktif yang sangat penting bagi kesehatan tubuh yaitu vitamin dan
beberapa mineral, salah satunya adalah kalium (Herliana, 2013).
Mineral memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh,
baik pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun fungsi tubuh keseluruhan. Mineral
digolongkan ke dalam mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah
mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang lebih dari 100 mg/hari,
sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg/hari. Salah satu contoh
mineral makro yang penting bagi fungsi tubuh adalah kalium (Almatsier, 2004).
Kalium merupakan kation yang terpenting dalam cairan intraseluler dan
sangat esensial untuk mengatur keseimbangan asam basa serta isotoni sel. Selain
itu kalium juga mengaktivasi banyak reaksi enzim dan proses fisiologi, seperti
transmisi impuls di saraf dan otot, kontraksi otot dan metabolisme karbohidrat.
Zat ini praktis terdapat dalam semua makanan (Tan dan Rahardja, 2008).
Menurut United States Department of Agriculture America (2014), daun
salam atau bay leaf mengandung kadar kalium yang tinggi yaitu 529 mg/100g.
Asupan kadar kalium yang tinggi dari daun salam sangat berperan penting bagi
fungsi tubuh, terutama bagi masyarakat yang telah memanfaatkan air rebusan
(infusa) daun salam segar maupun air rebusan (infusa) daun salam yang telah
dikeringkan (simplisia) sebagai obat tradisional.
Penggunaan daun salam segar ataupun simplisia daun salam dalam
perebusan (infusa) diyakini oleh masyarakat akan memberikan efek terapi yang
sama, namun belum diketahui apakah terdapat kesamaan atau perbedaan yang
2
signifikan bagi kandungan yang terdapat di dalamnya jika dikonsumsi dalam
jumlah yang sama, sehingga perlu dilakukannya penetapan kadar kalium yang
terkandung di dalam daun salam segar, simplisia daun salam, infusa daun salam
segar dan infusa simplisia daun salam. Berbagai metode dapat diterapkan dalam
penetapan kadar kalium, antara lain seperti metode Gravimetri, Titrimetri,
Inductively Coupled Plasma dan Spektrofotometri Serapan Atom.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti kandungan
kalium yang terdapat pada daun salam segar, simplisia daun salam serta infusa
daun salam segar dan infusa simplisia daun salam, yang merupakan bahan obat
tradisional Indonesia. Metode yang dipilih dalam penelitian ini adalah
Spektrofotometri Serapan Atom. Pemilihan ini didasarkan pada kepekaan yang
tinggi (batas deteksi kurang dari 1ppm), pelaksanaannya relatif sederhana dan
interferensinya sedikit (Rohman, 2007).
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Berapakah kadar k alium yang terdapat pada simplisia daun salam dan daun
salam segar, serta pada infusa simplisia daun salam dan infusa daun salam
segar?
b. Apakah terdapat perbedaan kadar kalium antara simplisia daun salam dengan
daun salam segar dan antara infusa simplisia daun salam dengan infusa daun
salam segar?
3
1.3 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. Simplisia daun salam dan daun salam segar, serta pada infusa simplisia daun
salam dan infusa daun salam segar memiliki kadar kalium dalam jumlah
tertentu.
b. Terdapat perbedaan kadar kalium antara simplisia daun salam dengan daun
salam segar dan antara infusa simplisia daun salam dengan infusa daun
salam segar.
1.4 Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui kadar kalium yang terdapat pada simplisia daun salam dan
daun salam segar, serta pada infusa simplisia daun salam dan infusa daun
salam segar.
b. Untuk mengetahui perbedaan kadar kalium antara simplisia daun salam dengan
daun salam segar dan antara infusa simplisia daun salam dengan infusa daun
salam segar.
1.5 Manfaat Penelitian
a. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat bahwa daun salam
merupakan bagian tanaman yang baik untuk mengimbangi asupan kalium.
b. Hasil penelitian dapat dimanfaatkan oleh peneliti selanjutnya untuk
perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang farmasi.
4
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemakaian tanaman obat dalam dekade terakhir ini cenderung meningkat
sejalan dengan berkembangnya industri jamu atau obat tradisional, farmasi,
kosmetik, makanan dan minuman. Tanaman obat yang dipergunakan biasanya
dalam bentuk simplisia (bahan yang telah dikeringkan dan belum mengalami
pengolahan apa pun). Simplisia tersebut berasal dari akar, daun, bunga, biji, buah
dan kulit batang (Syukur dan Hernani, 2001).
Tanaman salam adalah nama tanaman penghasil daun rempah yang
digunakan dalam masakan. Daun salam dalam bahasa Inggris dikenal sebagai
Indonesian bay leaf atau Indonesian laurel, sedangkan nama ilmiahnya adalah
Syzygium polyanthum (Wight) Walp. dengan sinonim Eugenia polyantha Wight.
Daun ini dicampurkan dalam keadaan utuh, kering atau pun segar dan turut
dimasak bersamaan dengan makanan (Anonim, 2015).
Daun salam tidak hanya digunakan sebagai bumbu dapur, namun nyatanya
daun salam dapat dijadikan bahan obat tradisional baik itu berupa daun segar
maupun daun yang telah dikeringkan (simplisia). Daun salam dapat digunakan
sebagai terapi kesehatan secara tradisional dengan cara mengkonsumsi air rebusan
(infusa) daun salam. Adapun terapi kesehatan secara tradisional dengan air
rebusan (infusa) daun salam diperuntukkan untuk mengobati diare, hipertensi,
diabetes melitus, sakit gigi, penurun kadar kolesterol dan penurun kadar asam urat
(Utami dan Puspaningtyas, 2013).
1
Beberapa kandungan senyawa aktif yang terkandung dalam daun salam
adalah minyak atsiri, tanin, flavonoid, alkaloida, serta polifenol dan beberapa
senyawa aktif yang sangat penting bagi kesehatan tubuh yaitu vitamin dan
beberapa mineral, salah satunya adalah kalium (Herliana, 2013).
Mineral memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh,
baik pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun fungsi tubuh keseluruhan. Mineral
digolongkan ke dalam mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah
mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang lebih dari 100 mg/hari,
sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg/hari. Salah satu contoh
mineral makro yang penting bagi fungsi tubuh adalah kalium (Almatsier, 2004).
Kalium merupakan kation yang terpenting dalam cairan intraseluler dan
sangat esensial untuk mengatur keseimbangan asam basa serta isotoni sel. Selain
itu kalium juga mengaktivasi banyak reaksi enzim dan proses fisiologi, seperti
transmisi impuls di saraf dan otot, kontraksi otot dan metabolisme karbohidrat.
Zat ini praktis terdapat dalam semua makanan (Tan dan Rahardja, 2008).
Menurut United States Department of Agriculture America (2014), daun
salam atau bay leaf mengandung kadar kalium yang tinggi yaitu 529 mg/100g.
Asupan kadar kalium yang tinggi dari daun salam sangat berperan penting bagi
fungsi tubuh, terutama bagi masyarakat yang telah memanfaatkan air rebusan
(infusa) daun salam segar maupun air rebusan (infusa) daun salam yang telah
dikeringkan (simplisia) sebagai obat tradisional.
Penggunaan daun salam segar ataupun simplisia daun salam dalam
perebusan (infusa) diyakini oleh masyarakat akan memberikan efek terapi yang
sama, namun belum diketahui apakah terdapat kesamaan atau perbedaan yang
2
signifikan bagi kandungan yang terdapat di dalamnya jika dikonsumsi dalam
jumlah yang sama, sehingga perlu dilakukannya penetapan kadar kalium yang
terkandung di dalam daun salam segar, simplisia daun salam, infusa daun salam
segar dan infusa simplisia daun salam. Berbagai metode dapat diterapkan dalam
penetapan kadar kalium, antara lain seperti metode Gravimetri, Titrimetri,
Inductively Coupled Plasma dan Spektrofotometri Serapan Atom.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti kandungan
kalium yang terdapat pada daun salam segar, simplisia daun salam serta infusa
daun salam segar dan infusa simplisia daun salam, yang merupakan bahan obat
tradisional Indonesia. Metode yang dipilih dalam penelitian ini adalah
Spektrofotometri Serapan Atom. Pemilihan ini didasarkan pada kepekaan yang
tinggi (batas deteksi kurang dari 1ppm), pelaksanaannya relatif sederhana dan
interferensinya sedikit (Rohman, 2007).
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Berapakah kadar k alium yang terdapat pada simplisia daun salam dan daun
salam segar, serta pada infusa simplisia daun salam dan infusa daun salam
segar?
b. Apakah terdapat perbedaan kadar kalium antara simplisia daun salam dengan
daun salam segar dan antara infusa simplisia daun salam dengan infusa daun
salam segar?
3
1.3 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. Simplisia daun salam dan daun salam segar, serta pada infusa simplisia daun
salam dan infusa daun salam segar memiliki kadar kalium dalam jumlah
tertentu.
b. Terdapat perbedaan kadar kalium antara simplisia daun salam dengan daun
salam segar dan antara infusa simplisia daun salam dengan infusa daun
salam segar.
1.4 Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui kadar kalium yang terdapat pada simplisia daun salam dan
daun salam segar, serta pada infusa simplisia daun salam dan infusa daun
salam segar.
b. Untuk mengetahui perbedaan kadar kalium antara simplisia daun salam dengan
daun salam segar dan antara infusa simplisia daun salam dengan infusa daun
salam segar.
1.5 Manfaat Penelitian
a. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat bahwa daun salam
merupakan bagian tanaman yang baik untuk mengimbangi asupan kalium.
b. Hasil penelitian dapat dimanfaatkan oleh peneliti selanjutnya untuk
perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang farmasi.
4