Ekspresi Identitas Etnis Melalui Asosiasi Etnis” (Studi kasus organisasi “HIKMA” di Kelurahan Bandar Set , Kecamatan Medan Tembung)

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Medan Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu kota yang didiami oleh berbagai kelompok baik suku, agama, dan ras. Sehingga kota ini dikenal sebagai kota yang tatanan masyarakatnya heterogen ataupun masyarakat majemuk. Adapun yang dimaksud dengan masyarakat majemuk menurut Furnivall (Nasikun: 2000) adalah sebagi berikut:

“Masyarakat majemuk merupakan suatu masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih elemen yang hidup sendiri-sendiri tanpa ada pembauran satu sama lain di dalam suatu kesatuan politik” (Nasikun, 2000).

Elemen tersebut berupa kelompok-kelompok yang berbeda dengan menghargai pluralisme sebagai keragaman budaya untuk tetap dilestarikan yang ditandai oleh adanya suku bangsa yang masing-masing mempunyai cara hidup atau kebudayaan yang berlaku dalam masyarakat suku bangsa, sehingga mencerminkan adanya perbedaan etnis lainnya, tetapi secara bersama-sama hidup dalam satu wadah masyarakat Indonesia. Kemajemukan dalam masyarakat ini dapat dipahami sebagai bentuk perbedaan daya adaptasi antar kelompok-kelompok yang berbeda baik secara suku, agama, ras dan bahasa. Kemajemukan ini terjadi karena perkembangan migrasi penduduk yang cukup pesat masuk ke kota Medan.

Sebagai ibukota Provinsi Kota Medan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi utama yang berfungsi sebagai tempat perdagangan, pusat administrasi pemerintah, pusat pendidikan, pusat kebudayaan, pusat industri, pusat akomodasi


(2)

pariwisata dan memiliki pembangunan yang cukup pesat. Pesatnya pertumbuhan industri mengakibatkan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan jumlah penduduk. Hal ini disebabkan adanya urbanisasi yaitu berpindahnya penduduk dari desa ke kota dengan tujuan mencari pekerjaan ataupun untuk mencari penghidupan yang lebih baik dari daerah asalnya.

Persentase perbandingan penduduk Kota Medan berdasarkan etnis pada tahun 2000 (Sirait, 2012) terdiri atas:

Etnis Persentase

Jawa 33,03%

Batak 20,93%

Tionghoa 10,65%

Mandailing 9,36%

Minangkabau 8,6%

Melayu 6,59%

Karo 4,10%

Aceh 2,78%

Lain-lain 3,95%

Sumber: (http://id.wikipedia.org/wiki/Kota Medan tahun 2012)

Komposisi masyarakat yang heterogen ini akan terbagi-bagi atas beberapa lokasi sehingga membentuk sebuah zona ataupun wilayah pemukiman penduduk cenderung berkelompok menurut etnisnya masing-masing. Karena sebagian besar para perantau yang datang menggunakan jalur keluarga ataupun kenalan sekampung sehingga lokasi tersebut merupakan daerah awal tumbuh dan berkembangnya etnis tersebut. Etnis Minangkabau misalnya banyak bermukim di daerah Sukaramai dan Kota Maksum, Etnis Tionghoa di daerah Kessawan, Etnis


(3)

Karo banyak bermukim di daerah Padang Bulan, Etnis Batak banyak memilih bermukim di daerah Pasar Merah, Etnis Melayu di Istana Maimun, Tamil di Kampung Keling dan Etnis Mandailing banyak bermukim di Kecamatan Medan Maimun, Medan Denai, Medan Barat dan Medan Tembung. Dari berbagai etnis yang terdapat di Kota Medan peneliti menjadikan Etnis Mandailing sebagai subjek penelitian. Karena keberadaan Etnis ini ada pada urutan ke empat dari semua etnis yang ada di Kota Medan, hal ini menunjukkan bahwa etnis ini bukanlah etnis yang mayoritas. Akan tetapi etnis ini sudah dikenal identitasnya dan etnis ini juga telah menonjol terutama di bagian Pemerintahan Kota Medan. Dengan demikian terlihat etnis ini telah mampu menguasai beberapa zona sebagai wilayah permukiman yang tersebar di Kota Medan.

Kota Medan terdiri dari 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan. Kecamatan Medan Tembung adalah salah satu kecamatan dari yang terdapat di Kota Medan, Sumatera Utara. Kecamatan ini terdiri dari 7 kelurahan yaitu Kelurahan Indara Kasih, Kelurahan Sidorejo Hilir, Sidorejo, Bantan Timur, Bandar Selamat, Bantan, dan Tembung. Dari beberapa kelurahan di Kecamatan Medan Tembung, peneliti memilih Kelurahan Bandar Selamat menjadi fokus dalam penelitian ini karena kelurahan ini mayoritas penduduknya adalah masyarakat Mandailing (89,39%) dari semua jumlah penduduk yang tinggal di kelurahan tersebut dan tindakan mereka masih didasarkan pada aturan adat maupun kebiasaan dari kampung halaman mereka. Etnis Mandailing adalah orang yang berasal dari wilayah Mandailing secara turun temurun di manapun ia bertempat tinggal.


(4)

Alasan peneliti memilih lokasi penelitian di Kelurahan Bandar Selamat karena karakteristik masyarakat Mandailing perantauan yang tinggal di daerah ini masih memegang aturan, nilai-nilai dan kebiasaan, pola perilaku Mandailing yang sama dengan asal daerah mereka. Hal ini disebabkan masyarakat Mandailing adalah masyarakat yang mendominasi daerah tersebut. Selain itu, wilayah ini merupakan daerah alternatif dan strategis untuk tempat tinggal karena kelurahan Bandar Selamat sebagai pusat transportasi yang berasal dari daerah Mandailing ataupun sekitarnya, kondisi ini ditandai dengan dibukanya sarana transportasi yang praktis karena berlokasi dekat dengan jalan tol. Sehingga masyarakat ataupun individu yang datang ke Kota Medan dengan tujuan untuk menetap, mereka lebih memilih lokasi yang dekat dengan pusat transportasi ke kampung halaman mereka.

Masyarakat Mandailing mempunyai sifat diantaranya suka merantau, religius, kritis, mudah menyesuaikan diri, dan mempunyai rasa malu yang besar. Adanya sifat orang Mandailing yang suka merantau, menyebabkan mereka tersebar di seluruh Indonesia dengan berbagai profesi. Daerah perantauan orang Mandailing yang pertama adalah Sumatera Barat, kemudian Tanah Deli yaitu Kota Medan. Jadi Etnis Mandailing adalah salah satu etnis pendatang yang tersebar di Kota Medan. Awalnya perantau Mandailing bekerja sebagai pegawai perkebunan dan pemerintahan kesultanan Deli, mereka tampil sebagai guru, guru agama dan pedagang (Nasution, 2005). Pekerjaan ini mempengaruhi pilihan tempat pemukiman sehingga terdapat beberapa wilayah pemukiman Etnis Mandailing yaitu Kecamatan Medan Maimun, Kecamatan Medan Barat, Medan Denai, dan Kecamatan Medan Tembung.


(5)

Kecamatan Medan Tembung adalah salah satu kecamatan yang termasuk tatanan masyarakatnya heterogen khususnya di Kelurahan Bandar Selamat, karena selain Etnis Mandailing 19.353 orang (89,39%) terdapat juga etnis yang lain tinggal di wilayah ini seperti Etnis Jawa 794 orang (3,66%), Melayu 521 orang (2,36%), Nias 254 orang ( 1,17%), Banjar 90 orang (0,41%), Aceh 77 orang (0,35%), Sunda 65 orang (0,30%), dan China 36 orang (0,16%) (sumber: Data Kependudukan Kelurahan Bandar Selamat : 2014). Kompleksitas penduduk yang tinggal di suatu wilayah akan mengakibatkan terjadinya interaksi-interaksi sosial antar individu-individu dengan latar belakang yang berbeda. Sehingga memungkinkan terjadinya perubahan ataupun adanya pergeseran pada identitas etnis individu yang merantau. Baik dari segi adat istiadat ataupun tindakan dan kebiasaan dari kampung halaman. Suatu etnis pendatang biasanya berinteraksi dengan etnis lain asal di suatu tempat, secara alami akan menempatkan pendatang dalam posisi yang relatif lemah dilihat dari sisi status yang dimiliki etnis yaitu sebagai pendatang dan kemungkinan identitas etnis akan mengalami perubahan karena telah tinggal pada lingkungan sosial yang mempunyai asal daerah yang berbeda. Meski sesungguhnya etnis tersebut memiliki status yang relatif seimbang dengan etnis lain pada saat mereka bersama-sama berstatus sebagai pendatang dalam lingkungan sosial baru. Sama halnya dengan masyarakat Mandailing yang tinggal di Kelurahan Bandar Selamat mereka sebagai pendatang akan terlihat lemah dibandingkan dengan penduduk asli yang tinggal di wilayah tersebut. Akan tetapi mereka berusaha untuk mempertahankan identitas etnis mereka dengan membentuk suatu organisasi ataupun asosiasi masyarakat.


(6)

Keberadaan suatu masyarakat di suatu daerah biasanya diakui dan semakin dikenal karena adanya organisasi sosial masyarakat, terutama masyarakat yang sifatnya merantau. Karena setiap orang yang pergi ke suatu daerah tertentu ataupun merantau secara sadar atau tidak sadar ia akan mencari teman sedaerah atau seetniknya. Kenyataan demikian karena hubungan dengan teman sedaerah atau seetnik akan memunculkan rasa aman pada dirinya (Subagijo, 2000). Berdasarkan hal tersebut akan memungkinkan munculnya sebuah asosiasi atau organisasi berdasarkan kelompok etnis. Misalnya dibentuknya sebuah organisasi di daerah perantauan seperti organisasi Aceh Sepakat dari Etnis Aceh dan Ikatan Keluarga Minang Saiyo dari etnis Minang. Begitu pula dengan masyarakat mandailing yang ada di Kota Medan khususnya Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung, keberadaan Masyarakat Mandailing ini tidak terlepas karena adanya organisasi sosial yang dibentuk oleh masyarakat tersebut.

Hasil Penelitian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tentang Keberadaan Paguyuban-Paguyuban Etnis di Daerah Perantauan menunjukkan bahwa munculnya Ikatan Keluarga Minang Saiyo sebagai asosiasi perantau Minangkabau yang berbasis kedaerahan untuk mempertahankan identitas etnis di wilayah perantauan. Seperti membuka rumah makan ataupun menjadi pedagang merupakan salah satu identitas Minangkabau yang sangat terkenal (Subagijo, 2000). Selain organisasi dari Minangkabau terdapat juga organisasi Aceh Sepakat di Kota Medan, terbentuknya organisasi ini sebagai organisasi yang bersifat etnis dikhususkan bagi masyarakat Aceh yang merantau ke Kota Medan. Organisasi ini bertujuan untuk mengekspresikan identitas kesukuannya di tengah-tengah masyrakat yang majemuk. Dalam hal ini organisasi ini sebagai bentuk penguatan


(7)

kelompok untuk mempertahankan identitas etnis baik kebudayaan dan adat istiadat dari kampung halamannya (Armanda, 2007).

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik ingin meneliti dan menganalisis tentang strategi penguatan kelompok sebagai ekspresi identitas etnis melalui asosiasi etnis dalam mempertahankan identitas etnis khususnya masyarakat Mandailing perantauan yang tinggal di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung. Dalam hal ini peneliti memfokuskan penelitian pada masyarakat Mandailing perantauan yang tinggal di Kelurahan Bandar Selamat dan organisasi HIKMA (Himpunan Keluarga Besar Mandailing) dalam aspek sosial budaya dan politik. Pengurus Daerah HIKMA (Himpunan Keluarga Besar Mandailing) tingkat Provinsi Sumatera Utara sekretariat Jalan Letda Soejono No. 55 Medan. HIKMA menjadi sebuah wadah dalam pelestarian nilai sosial budaya masyarakat Mandailing.


(8)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana ekspresi identitas etnis Mandailing melalui asosiasi etnis HIKMA (Himpunan Keluarga Besar Mandailing) di Kelurahan Bandar Selamat?

2. Bagaimana strategi sosial budaya Etnis Mandailing dalam mempertahankan identitas etnis?

3. Bagaimana strategi politik Etnis Mandailing dalam mempertahankan identitas etnis?

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian merupakan bagian pokok ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk lebih mendalami segala aspek kehidupan, disamping itu juga merupakan sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, baik dari segi teoritis maupun praktis. Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan ekspresi identitas etnis Mandailing melalui asosiasi etnis HIKMA (Himpunan Keluarga Besar Mandailing) di Kelurahan Bandar Selamat. Dalam hal ini peneliti akan menggali informasi tentang terbentuknya asosiasi Etnis Mandailing di daerah perantauan yang dibentuk untuk mengekspresikan identitas etnis.


(9)

2. Untuk mengetahui dan menganalisis atau menginterpretasi strategi sosial budaya dan politik Etnis Mandailing sebagai strategi penguatan kelompok dalam mempertahankan identitas etnis. Dalam hal ini peneliti akan mendapatkan informasi terkait dengan cara ataupun usaha yang dilakukan masyarakat Mandailing dalam mempertahankan identitas etnisnya khususnya strategi sosial budaya dan politik.

1.4 Manfaat Penelitian

Setelah mengadakan penelitian ini, maka manfaat yang diharapkan berupa : a. Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan kajian ilmiah bagi mahasiswa Sosiologi khususnya pada mata kuliah hubungan antar kelompok. Selain itu, memberikan kontribusi kepada pihak-pihak yang membutuhkan untuk dijadikan sebagai perbandingan peneliti selanjutnya.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan kajian ilmiah bagi mahasiswa Sosiologi khususnya pada mata kuliah Institusi Sosial. Sebagai contoh HIKMA sebagai institusi berbasis etnis. Sehingga penelitian ini sesuai dengan mata kuliah tersebut.

3. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai referensi tambahan guna menambah rujukan bagi mahasiswa, khususnya mengenai strategi penguatan kelompok dalam mempertahankan identitas etnis yang


(10)

tinggal di wilayah perantauan, mereka masih mengekspresikan identitas etnis di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang majemuk.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain : 1. Para perantau Masyarakat Mandailing dapat mengetahui tentang

strategi penguatan kelompok yang digunakan dalam mempertahankan identitas etnis, meskipun mereka pergi ke suatu daerah atau kota perantauan namun mereka tetap bisa mempertahankan dan mengekspresikan identitas etnis mereka dengan menerapkan strategi penguatan kelompok sosial budaya dan politik dalam menghadapi lingkungan sosialnya.

2. Bagi pemerintah Kota Medan, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan saran terhadap Pemko Medan dalam menciptakan harmonisasi sosial karena Kota Medan dikenal sebagai kota yang majemuk. Dengan adanya penelitian ini memberikan pengetahuan serta informasi yang berkaitan dengan masyarakat Mandailing.

1.5 Defenisi Konsep 1. Ekspresi Identitas

Ekspresi identitas yaitu pengungkapan atau gambaran yang mengarahkan seseorang tersebut masuk dalam kelompok etnis tertentu. Dalam hal ini peneliti akan melihat ekspresi identitas etnis melalui asosiasi HIKMA


(11)

(Himpunan Keluarga Besar Mandailing) diekspresikan dengan adanya strategi sosial budaya dan politik.

2. Strategi penguatan kelompok

Strategi yaitu bagaimana usaha-usaha ataupun cara-cara yang dipakai perantau untuk mengatasi rintangan-rintangan yang mereka hadapi, dalam hal ini adanya usaha penguatan kelompok untuk tetap mempertahankan identitas etnisnya khususnya strategi sosial budaya dan politik.

3. Strategi Sosial Budaya

Strategi sosial budaya merupakan sebuah cara ataupun usaha dalam mempertahankan identitas etnis melalui aspek sosial dan budaya masyarakat Mandailing perantauan.

4. Strategi Politik

Strategi Politik merupakan cara atau usaha yang dilakukan kelompok etnis untuk mempertahankan identitas etnis melalui aspek politik. Dalam hal ini bergabung dengan partai politik atau masuk sebagai anggota politik. Dengan strategi ini maka Etnis Mandailing akan lebih dikenal dan diakui masyarakat lainnya.

5. Identitas etnis

Menurut Alba, identitas etnis dinilai sebagai orientasi subjektif seseorang yang mengarahnya pada etnis asalnya. Identitas etnis adalah identitas sosial yang dapat mempengaruhi komunikasi kita dengan orang lain. Memiliki sebuah identitas etnis berarti mengalami sebuah perasaan


(12)

memiliki pada satu kelompok dan mengetahui sesuatu tentang pengalaman yang dibagi pada anggota kelompok.

6. Etnis Perantau Mandailing

Etnis Perantau Mandailing adalah perantau yang berasal dari daerah Mandailing dan bisa berasal dari daerah lain serta menarik garis keturunan ayah (patrilineal) yang terdiri dari marga-marga Nasution, Lubis, Pulungan, Rangkuti, Batubara, Daulay, Matondang, Parinduri, Hasibuan, Siregar (Nasution, 2005).

7. Asosiasi Sosial

Asosiasi merupakan sebuah ikatan ataupun organisasi yang terbentuk atas persekutuan antara dua orang atau lebih yang menunjukkan adanya interaksi ataupun hubungan orang perorangan secara formal dan informal. 8. Institusi Sosial

Institusi Sosial merupakan suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat pada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Dalam hal ini institusi sebagai sistem tata kelakuan atau norma-norma untuk memenuhi kebutuhan. Institusi dapat diartikan juga sebagai suatu jaringan proses-proses hubungan antar manusia dan antar kelompok manusia yang berfungsi untuk memelihara hubungan-hubungan tersebut serta pola-polanya, sesuai dengan kepentingan-kepentingan manusia dan kelompoknya.


(13)

9. HIKMA

HIKMA (Himpunan Keluarga Besar Mandailing) yaitu sebuah asosiasi atau perkumpulan-perkumpulan yang bersifat kesukuan yang bukan hanya beranggotakan Etnik Mandailing, melainkan etnik di luar Mandailing juga bisa masuk menjadi anggota HIKMA. Sehingga tidak menutup kemungkinan etnis lain untuk masuk sebagai anggota HIKMA. Sesuai dengan yel-yel HIKMA yaitu markoum dalam artian bersaudara yang berdasarkan dalihan na tolu. Walaupun dia tidak memiliki darah Mandailing tapi pasti setiap mereka memiliki hubungan saudara dengan Etnis Mandailing. Hal ini lah yang menyebabkan kepanjangan HIKMA bukan Himpunan Keluarga Mandailing, tapi Himpunan Keluarga Besar Mandailing.

10.Marga

Marga adalah sebuah identitas yang melekat dalam diri individu ditarik berdasarkan keturunan ayah (Patrilineal) ataupun ibu (Matrilineal). Etnis mandailing menarik garis keturunan dari ayah.


(1)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana ekspresi identitas etnis Mandailing melalui asosiasi etnis HIKMA (Himpunan Keluarga Besar Mandailing) di Kelurahan Bandar Selamat?

2. Bagaimana strategi sosial budaya Etnis Mandailing dalam mempertahankan identitas etnis?

3. Bagaimana strategi politik Etnis Mandailing dalam mempertahankan identitas etnis?

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian merupakan bagian pokok ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk lebih mendalami segala aspek kehidupan, disamping itu juga merupakan sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, baik dari segi teoritis maupun praktis. Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan ekspresi identitas etnis Mandailing melalui asosiasi etnis HIKMA (Himpunan Keluarga Besar Mandailing) di Kelurahan Bandar Selamat. Dalam hal ini peneliti akan menggali informasi tentang terbentuknya asosiasi Etnis Mandailing di daerah perantauan yang dibentuk untuk mengekspresikan identitas etnis.


(2)

2. Untuk mengetahui dan menganalisis atau menginterpretasi strategi sosial budaya dan politik Etnis Mandailing sebagai strategi penguatan kelompok dalam mempertahankan identitas etnis. Dalam hal ini peneliti akan mendapatkan informasi terkait dengan cara ataupun usaha yang dilakukan masyarakat Mandailing dalam mempertahankan identitas etnisnya khususnya strategi sosial budaya dan politik.

1.4 Manfaat Penelitian

Setelah mengadakan penelitian ini, maka manfaat yang diharapkan berupa : a. Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan kajian ilmiah bagi mahasiswa Sosiologi khususnya pada mata kuliah hubungan antar kelompok. Selain itu, memberikan kontribusi kepada pihak-pihak yang membutuhkan untuk dijadikan sebagai perbandingan peneliti selanjutnya.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan kajian ilmiah bagi mahasiswa Sosiologi khususnya pada mata kuliah Institusi Sosial. Sebagai contoh HIKMA sebagai institusi berbasis etnis. Sehingga penelitian ini sesuai dengan mata kuliah tersebut.

3. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai referensi tambahan guna menambah rujukan bagi mahasiswa, khususnya mengenai strategi penguatan kelompok dalam mempertahankan identitas etnis yang


(3)

tinggal di wilayah perantauan, mereka masih mengekspresikan identitas etnis di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang majemuk.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain : 1. Para perantau Masyarakat Mandailing dapat mengetahui tentang

strategi penguatan kelompok yang digunakan dalam mempertahankan identitas etnis, meskipun mereka pergi ke suatu daerah atau kota perantauan namun mereka tetap bisa mempertahankan dan mengekspresikan identitas etnis mereka dengan menerapkan strategi penguatan kelompok sosial budaya dan politik dalam menghadapi lingkungan sosialnya.

2. Bagi pemerintah Kota Medan, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan saran terhadap Pemko Medan dalam menciptakan harmonisasi sosial karena Kota Medan dikenal sebagai kota yang majemuk. Dengan adanya penelitian ini memberikan pengetahuan serta informasi yang berkaitan dengan masyarakat Mandailing.

1.5 Defenisi Konsep

1. Ekspresi Identitas

Ekspresi identitas yaitu pengungkapan atau gambaran yang mengarahkan seseorang tersebut masuk dalam kelompok etnis tertentu. Dalam hal ini peneliti akan melihat ekspresi identitas etnis melalui asosiasi HIKMA


(4)

(Himpunan Keluarga Besar Mandailing) diekspresikan dengan adanya strategi sosial budaya dan politik.

2. Strategi penguatan kelompok

Strategi yaitu bagaimana usaha-usaha ataupun cara-cara yang dipakai perantau untuk mengatasi rintangan-rintangan yang mereka hadapi, dalam hal ini adanya usaha penguatan kelompok untuk tetap mempertahankan identitas etnisnya khususnya strategi sosial budaya dan politik.

3. Strategi Sosial Budaya

Strategi sosial budaya merupakan sebuah cara ataupun usaha dalam mempertahankan identitas etnis melalui aspek sosial dan budaya masyarakat Mandailing perantauan.

4. Strategi Politik

Strategi Politik merupakan cara atau usaha yang dilakukan kelompok etnis untuk mempertahankan identitas etnis melalui aspek politik. Dalam hal ini bergabung dengan partai politik atau masuk sebagai anggota politik. Dengan strategi ini maka Etnis Mandailing akan lebih dikenal dan diakui masyarakat lainnya.

5. Identitas etnis

Menurut Alba, identitas etnis dinilai sebagai orientasi subjektif seseorang yang mengarahnya pada etnis asalnya. Identitas etnis adalah identitas sosial yang dapat mempengaruhi komunikasi kita dengan orang lain. Memiliki sebuah identitas etnis berarti mengalami sebuah perasaan


(5)

memiliki pada satu kelompok dan mengetahui sesuatu tentang pengalaman yang dibagi pada anggota kelompok.

6. Etnis Perantau Mandailing

Etnis Perantau Mandailing adalah perantau yang berasal dari daerah Mandailing dan bisa berasal dari daerah lain serta menarik garis keturunan ayah (patrilineal) yang terdiri dari marga-marga Nasution, Lubis, Pulungan, Rangkuti, Batubara, Daulay, Matondang, Parinduri, Hasibuan, Siregar (Nasution, 2005).

7. Asosiasi Sosial

Asosiasi merupakan sebuah ikatan ataupun organisasi yang terbentuk atas persekutuan antara dua orang atau lebih yang menunjukkan adanya interaksi ataupun hubungan orang perorangan secara formal dan informal. 8. Institusi Sosial

Institusi Sosial merupakan suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat pada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Dalam hal ini institusi sebagai sistem tata kelakuan atau norma-norma untuk memenuhi kebutuhan. Institusi dapat diartikan juga sebagai suatu jaringan proses-proses hubungan antar manusia dan antar kelompok manusia yang berfungsi untuk memelihara hubungan-hubungan tersebut serta pola-polanya, sesuai dengan kepentingan-kepentingan manusia dan kelompoknya.


(6)

9. HIKMA

HIKMA (Himpunan Keluarga Besar Mandailing) yaitu sebuah asosiasi atau perkumpulan-perkumpulan yang bersifat kesukuan yang bukan hanya beranggotakan Etnik Mandailing, melainkan etnik di luar Mandailing juga bisa masuk menjadi anggota HIKMA. Sehingga tidak menutup kemungkinan etnis lain untuk masuk sebagai anggota HIKMA. Sesuai dengan yel-yel HIKMA yaitu markoum dalam artian bersaudara yang berdasarkan dalihan na tolu. Walaupun dia tidak memiliki darah

Mandailing tapi pasti setiap mereka memiliki hubungan saudara dengan Etnis Mandailing. Hal ini lah yang menyebabkan kepanjangan HIKMA bukan Himpunan Keluarga Mandailing, tapi Himpunan Keluarga Besar Mandailing.

10.Marga

Marga adalah sebuah identitas yang melekat dalam diri individu ditarik berdasarkan keturunan ayah (Patrilineal) ataupun ibu (Matrilineal). Etnis mandailing menarik garis keturunan dari ayah.