Tanggung Jawab Perusahaan Air Minum Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Perusahaan PT. Tirta Sibayakindo Berastagi)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perkembangan industri dan perdagangan yang pesatpadazaman
modern inimemberikan gambaran dimana dunia usaha nasional menjadi arena
persaingan yang ketat. Teknologi yang mampu mempersingkat jarak, waktu
serta komunikasi yang membuat negara-negara didunia bersatu dalam
perdagangan, dimana saling ketergantungan dan saling mempengaruhi.
Pada dasarnya manusia membutuhkan barang dan atau jasa untuk
memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan manusia sangat beraneka ragam dan
dapat dibedakan atas berbagai macam kebutuhan. Jika dilihat dari
tingkatannya, maka kebutuhan konsumendapat terbagi menjadi tiga yaitu
kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Selain itu kebutuhan manusia juga
dapat dibagi menjadi kebutuhan jasmani dan rohani. 1
Salah satu kebutuhan manusia adalah Air sebagai kebutuhan dasar
yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Air merupakan sarana
yang
sangat
vital
bagi
kelangsungan
hidup,
baik
itu
manusia,
1
Soerjono Soekanto, Sendi-Sendi Ilmu Hukum dan Tata Hukum (Bandung :Citra Aditya
Bakti, 1989), hlm. 45.
Universitas Sumatera Utara
binatangmaupun tumbuhan. 2Kebutuhan air minum yang layak dan aman
untuk dikonsumsi semakin meningkat setiap harinya, sedangkan ketersediaan
air layak diminum yang berkualitas dan terjamin dari segi kesehatan semakin
sulit diperoleh. Kebutuhan tersebut juga sudah menjadi hak konstitusional
setiap warga negara, yang bisa diartikan bahwa keberadaan air bagi rakyat
tidak bisa lagi dalam pemenuhannya tergantung pada Undang-undang atau
Peraturan Pemerintah yang berlaku di sebuah negara, misalkan dibatasi
dengan keberadaan oleh adanya Undang-undang No.7 Tahun 2004 tentang
Sumber Daya Air (SDA). 3
Semakin lama kesadaran masyarakat semakin tinggi tentang
pentingnya air minum yang sehat sebagai salah satu kebutuhan yang
mendasar untuk beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari.Kebutuhan akan air
yang layak untuk dikonsumsi tersebut pun akan meningkat dari tahun ke
tahun sehingga harus ada instrumen hukum yang mengatur tentang
perlindungan konsumen, Pemerintah Indonesia menerbitkan Undang Undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Perkembangan
itu
dapat
dilakukan
dan
diimbangi
dengan
beroperasinyaperusahaan air minum dalam kemasan, Indonesia merupakan
salah satu negara yang cukup banyak mempunyai perusahaan air
2
Asfawi S, Analisis Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Kualitas Bakteriologis Air
Minum Isi Ulang Pada Tingkat Produsen(Semarang :Program Pasca Sarjana Universitas
Diponegoro, 2004), hlm. 27.
3
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentangSumberDaya Air (Sda).
Universitas Sumatera Utara
minumdengan bermacam-macam sumber mata air, salah satunya berasal dari
pegunungan.
Salah satu perusahaan yang menghasilkan air minum dalam kemasan
adalah
PT.
Tirta
Sibayakindo
dengan
merek
produksinya
adalah
AQUA.AQUA berasal dari bahasa Latin yang artinya air, dimana pada
awalnya di jual untuk orang asing, tetapi kemudian pendirinya Tirto Utomo
melihat
pasar
Indonesia
juga
memiliki
potensi.Produksi
pertama
AQUA diluncurkan dalam bentuk kemasan botol kaca ukuran 950 ml
(Sembilan ratus lima puluh mili liter) dari pabrik di Bekasi juga ada di
Sibolangit Berastagi dan juga produksi kemasan Gallon untuk konsumsi
rumah tangga dan perkantoran. Hal ini ternyata sukses dan banyak diminati
olehkalanganmasyarakat dan merupakan salah satubukti bahwa masyarakat
Indonesia membutuhkan air minum yang aman dikonsumsi. 4
Dalam suatu bisnis pasti tidak selalu berjalan dengan mulus.
Adakalanya suatu perusahaan itu mengalami persaingan, kerugian ataupun
keluhan-keluhan dari para konsumen. 5 Keluhan-keluhan yang disampaikan
oleh konsumen harus diselesaikan dengan positif oleh pelaku usaha, dimana
pelaku usaha harus bertanggung jawab atas semua kerugian yang di derita
konsumen.
4
Sejarah Berdirinya Aqua melalui http://info-biografi.co.id/2013/03/sejarah-berdirinyaaqua.html, diakses pada tanggal 13 Januari 2016.
5
Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia (jakarta : PT
Raja Grafindo Persada, 2014), hlm. 204.
Universitas Sumatera Utara
Contoh satu kasus atau keluhan dari konsumen pada Perusahaan PT.
Tirta Sibayakindo yaitu 6terkait penemuan besi berulir di dalam kemasan
AQUA gelas (cup) yang bercampur dengan air mineral isi 240 ml (Dua ratus
empat puluh mili liter) produk Tirta Sibayakindo Doulu dengan kode kotak
388.86008101047 (Code Barcodecarton box Aqua 240 ml untuk keperluan
scanning produk), yang di duga berasal dari salah satu dispenser pabrik air
mineral. Kepala dinas Pertambangan dan Energi (Pertamben) Pemkab Karo
Robet Peranginangin dengan tegas memerintahkan kepada pihak produsen
agar lebih berhati-hati dan cermat dalam mengontrolkualitas produksinya,
karena
dapat
membahayakan
kesehatan
konsumen.
Menurutnya
di
temukannya besi berulir di dalam kemasan Aqua gelas (cup) produksi PT.
Tirta Sibayakindo Doulu merupakan satu kecerobohan pihak produsen
(Quality Control)air mineral itu, sebagai perusahaan besar, seharusnya hal itu
tidak perlu terjadi karena bila pihak perusahaan tidak ada niat baiknya
melakukan pengontrolan hasil produksinya, tentunya akan berdampak kepada
resiko kesehatan konsumen.
Dengan adanya contoh kasus diatas, maka pelaku usaha kedepannya
harus lebih cermat dan teliti lagi dalam mengontrol kualitas produksinya,
karena jika produk tersebut telah sampai ke tangan konsumen dan ada barang
6
Sumut Berita, “Kadis Tamben Karo Minta PT Tirta Sibayakindo Lebih Cermat
Mengontrol Kualitas Produksinya” melalui http://www.sumutberita.com/2013/06/14/kadistamben-karo-minta-pt-tirta-sibayakindo-lebih-cermat-mengontrol-kualitas-produksinya,diakses
pada tanggal 19 Desember 2015.
Universitas Sumatera Utara
yang cacat, maka pelaku usaha harus memberikan ganti rugi atas barang yang
mengalami kerusakan tersebut.
Dalam Undang-UndangNomor 8 tahun 1999 Pasal 19tentang
Perlindungan Konsumen ditentukan :
“bahwa pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas
kerusakan, pencemaran, atau kerugian konsumen akibat
mengkonsumsi barang atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.
Ganti rugi tersebut dapat berupa pengembalian uang atau pergantian
barang atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan
kesehatan yang harus dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh)
hari setelah tanggal transaksi”
Makadenganadanyapasal
di
atas,
adanyaprodukbarang
yang
cacatbukanmerupakansatu-satunyadasarpertanggungjawabanpelakuusaha.Hal
iniberartibahwatanggungjawabpelakuusahameliputisegalakerugian
yang
dialamikonsumen 7danpelakuusahamempunyaihakatasdirinyasendiri.
Salah satu hak dari pelaku usaha adalah menerima pembayaran sesuai
dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang atau jasa yang
diperdagangkan. 8Salah satu kewajiban pelaku usaha yaitu memberikan
informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan
jasa
serta
memberikan
penjelasan
penggunaan,perbaikan
danpemeliharaan, dan pelaku usaha tidak boleh menutupi sesuatu yang
berkaitan dengan haknya konsumen. 9
7
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta : Rajawali
Pers, 2014), hlm. 126.
8
Pasal 6 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
(UUPK).
9
Az Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen; suatu pengantar, (Jakarta, CV. Tiagra
Utama, 2002), hlm. 7.
Universitas Sumatera Utara
Secara umum dan mendasar, hubungan antara pelaku usaha dengan
konsumen merupakan hubungan yang terus menerus dan berkesinambungan.
Hubungan tersebut terjadi karena keduanya memang saling menghendaki dan
mempunyai tingkat ketergantungan yang cukup tinggi antara satu dengan
yang lain. 10Pelaku usaha membutuhkan dan sangat bergantung atas dukungan
konsumen sebagai pelanggan. Tanpa dukungan konsumen, tidak mungkin
pelaku usaha dapat terjamin kelangsungan usahanya. Sebaliknya, konsumen
kebutuhannya
sangat
bergantung
dari
pihak
pelaku
usaha.Saling
ketergantungan tersebut dapat menciptakan suatu hubungan yang terusmenerus dan berkesinambungan sepanjang masa, sesuai dengan tingkat
ketergantungan akan kebutuhan yang tidak terputus-putus.
Perlunya Undang-Undang perlindungan konsumen tidak lain karena
lemahnya posisi konsumen dibandingkan posisi pelaku usaha. Tujuan hukum
perlindungan konsumen secara langsung adalah meningkatkan martabat dan
kesadaran konsumen. Secara tidak langsung, hukum ini juga akan mendorong
pelaku
usaha
untuk
melakukan
usaha
dengan
penuh
tanggung
jawab. 11Namun, semua tujuan tersebut hanya dapat dicapai bila hukum
perlindungan konsumen dapat diterapkan secara konsekuen.
Undang-undang perlindungan konsumen diharapkan menjadi penegak
aturan hukum dan upaya perlindungan serta tanggung jawab produk
(productliability) PT Tirta Sibayakindo dalam meningkatkan kualitas air
minum yang didistribusikan kepada konsumen dan diberlakukan sama bagi
10
Sri Redjeki Hartono, Aspek-Aspek Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta : Sinar
Grafika, 2014), hlm. 36.
11
Ibid.,hlm. 37.
Universitas Sumatera Utara
setiap konsumen maupun pelaku usaha. Dimana Undang-Undang ini
merupakan payung hukum masyarakat untuk melindungi haknya atau setidaktidaknya konsumen telah memiliki senjata mempertahankan haknya.
Diharapkan pelaku usaha dapat meningkatkan citranya dengan meningkatkan
kualitas produk jasanya.
Pertanggung jawaban yang diberikan pelaku usaha terhadap produkproduk yang dihasilkan harus sesuai dengan prinsip pertanggung jawaban
produk yang dikenal dalam dunia hukum sebagai “Produk Liability”, yaitu : 12
“suatu tanggung jawab secara hukum dari orang atau badan yang
menghasilkan suatu produk (producer, manufacture) atau dari orang
atau badan yang bergerak dalam suatu proses untuk menghasilkan suatu
produk (processor, assembler) atau dari orang atau badan yang menjual
atau mendistribusikan (seller) produk tersebut.”
Dalam kaitan dengan konsumen ini maka pembahasan akan dilakukan
khususnya dalam bentuk tanggung jawab perusahaan air minum terhadap
konsumen yang didistribusikan oleh PT Tirta Sibayakindo.
Setiap pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha yang
menerbitkan kerugian kepada konsumen merupakan pelanggaran atas prestasi
pelaku usaha yang diperjanjikan sebelumnya kepada konsumen, dalam hal ini
konsumen berhak menuntut pembatalan perjanjian, meminta penggantian atas
segala biaya, dan kerugian aktual yang diderita konsumen. Dalam hal
demikian konsumen berkewajiban untuk secara langsung menyampaikan
kerugian yang dideritanya kepada pelaku usaha.
12
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta : Sinar Grafika,
2014), hlm. 101.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Pasal 19 Undang-Undang Nomor 8 tentang Perlindungan
Konsumen, sesungguhnya memiliki kelemahan yang sifatnya merugikan
konsumen, terutama dalam hal konsumen menderita suatu penyakit. Melalui
pasal tersebut yang harus menyatakan adanya ganti rugi, konsumen hanya
mendapatkan salahsatu bentuk penggantian kerugian yaitu ganti rugi atas
harga barang atau hanya berupa perawatan kesehatan, padahalkonsumen telah
menderita kerugian bukan hanya kerugian atas harga barang tetapi juga
kerugian yang timbul dari biaya perawatan kesehatan. Melalui perubahan
seperti ini, kalau kerugian itu menyebabkan sakitnya konsumen, maka selain
mendapat penggantian harga barang juga mendapatkan perawatan kesehatan.
Secara umum, tuntutan ganti kerugian atas kerugian yang di alami
oleh konsumen sebagai akibat penggunaan produk air minum, baik yang
bersifat materi, fisik maupun jiwa, dapat didasarkan pada beberapa ketentuan
yang telah disebutkan yang secara garis besarnya hanya ada dua kategori,
yaitu 13 tuntutan ganti kerugian berdasarkan wanprestasi dan tuntutan ganti
kerugian yang berdasarkan perbuatan melanggar hukum.
Apabila tuntutan ganti kerugian didasarkan pada wanprestasi maka
terlebih dahulu pelaku usaha dengan konsumen terikat suatu perjanjian.
Dengan demikian pihak ketiga (yang tidak terikat dalam perjanjian) yang
dirugikan
tidak
dapat
menuntut
ganti
kerugian
dengan
alasan
wanprestasi. 14Berbeda dengan tuntutan ganti kerugian yang didasarkan pada
13
Ahmad Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta : Rajawali
Pers, 2014), hlm. 127.
14
Ibid., hlm. 128.
Universitas Sumatera Utara
perikatan lahir dari perjanjian, tuntutan ganti kerugian yang didasarkan pada
perbuatan melanggar hukum tidak perlu di dahului dengan perjanjian antara
pelaku usaha dengan konsumen, sehingga tuntutan ganti kerugian dapat
dilakukan oleh setiap pihak yang dirugikan, walaupun tidak pernah terdapat
hubungan perjanjian antara pelaku usaha dengan konsumen. Dengan
demikian, pihak ketiga pun dapat menuntut ganti kerugian. 15
Dengan demikian Skripsi ini akan menyajikan pembahasan tentang
bagaimana Perlindungan terhadap Konsumen yang mengkonsumsi air minum
dalam kemasan yang ditinjau dari aturan-aturan yang telah berlaku. Oleh
karena itu, penulisan skripsi ini diberi judul “Tanggung Jawab Perusahaan
Air Minum Terhadap Konsumen ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen” (Studi Pada PT Tirta
Sibayakindo Berastagi).
B.
Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini :
1.
BagaimanaPengaturanTerkaitkeluhan yang dialami konsumen Pada
Perusahaan Air Minum PT. Tirta Sibayakindo ?
2.
Bagaimana Tanggung Jawab Produk Perusahaan Air Minum PT. Tirta
Sibayakindo terhadap keluhan yang dialami konsumen ?
15
Ibid., hlm. 129.
Universitas Sumatera Utara
3.
Bagaimana Mekanisme Penyelesaian Sengketa antara konsumen dengan
Perusahaan Air Minum PT. Tirta Sibayakindo ?
C.
Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan Penulisan
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka tujuan penulisan skripsi ini
secara singkat adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui keluhan-keluhan apa yang disampaikan
konsumen terhadap Perusahaan Air Minum PT. Tirta Sibayakindo.
b. Untuk mengetahui Tanggung Jawab Produkyang dilakukan
Perusahaan Air Minum PT. Tirta Sibayakindo terkait dalam
keluhan konsumen.
c. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa antara konsumen dengan
Perusahaan Air Minum PT. Tirta Sibayakindo atas keluhan dari
konsumen.
2. Manfaat Penulisan
Skripsi ini juga diharapkan bermanfaat baik secara teoritis maupun
praktis sebagai berikut :
a. Manfaat secara teoritis
Universitas Sumatera Utara
Secara teoritis, skripsi ini dapat bermanfaat memberikan masukan
sekaligus menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dalam dunia
akademis, khususnya tentang hal yang berhubungan dalam bidang
Hukum Perlindungan Konsumen studi pada PT. Tirta Sibayakindo
Berastagi.
b. Manfaat secara praktis
Secara praktis, skripsi ini diharapkan dapat menjadi masukan dan
dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi kalangan akademis
dalam menambah wawasan dalam melindungi kepentingan
konsumen. Diharapkan dengan adanya pembahasan tanggung
jawab perusahaan dalam skripsi ini, maka konsumen semakin
menyadari hak-hak yang dimiliki sebagai pengguna produk dan
lebih mengetahui bagaimana aspek perlindungan hukum terhadap
konsumen dalam kaitannya dengan tanggung jawab perusahaan air
minum terhadap konsumen pada PT. Tirta Sibayakindo.
D.
Metode Penelitian
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Jenis
penelitian
yang
digunakan
dalam
skripsi
ini
adalah
menggunakan penelitian yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif
adalah penelitian yang dilakukan berdasarkan bahan hukum utama
dengan cara menelaah teori-teori, konsep-konsep, asas-asas hukum
serta peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan
Universitas Sumatera Utara
penelitian ini. Penelitian ini dikenal pula dengan penelitian
kepustakaan, yakni dengan mempelajari buku-buku, peraturan
perundang-undangan dan dokumen lain yang berhubungan dengan
penelitian ini. 16 Sifat penelitian yang digunakan adalah metode
penelitian deskriptif analitis. Dalam penelitian deskriptif analitis, data
yang diperoleh (berupa kata-kata, gambar, perilaku) tidak dituangkan
dalam bentuk bilangan atau angka statistik, melainkan tetap dalam
bentuk kualitatif yang memiliki arti lebih kaya dari sekedar angka dan
frekuensi. 17Penelitian
deskriptif
analitis
yang
mengungkapkan
peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-teori
hukum yang menjadi objek penelitian. Demikian juga hukum dalam
pelaksanaannya di dalam
masyarakat
yang
berkenaan objek
penelitian. 18
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder
tersebut mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, sehingga meliputi
peraturan perundang-undangan, dokumen resmi, buku-buku literatur
yang berhubungan dengan obyek penelitian. 19 Data-data sekunder
16
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Penerbit Sinar Grafika, 2009),
hlm. 24.
17
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta : PT. Bumi
Aksara, 2006), hlm. 94.
18
Zainuddin Ali, Op.Cit., hlm. 105.
19
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : Penerbit Universitas
Indonesia, 1986), hlm. 2.
Universitas Sumatera Utara
merupakan data-data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka
meliputi : 20
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat,
dan terdiri dari peraturan dasar, peraturan perundang-undangan,
yang masih berlaku hingga saat ini. Dalam penulisan ini yaitu
Undang-Undang
No.
8 tahun 1999
tentang
perlindungan
konsumen, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, Undang-Undang No 7 tahun 2004 tentang Sumber
Daya Air, dan peraturan lainnya yang berhubungan dengan
penelitian ini.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer seperti, rancangan undang-undang,
hasil-hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum dan
seterusnya. Dalam penulisan ini yaitu buku-buku tentang
perlindungan konsumen, internet, dan seterusnya.
c. Bahan hukum Tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder,
seperti kamus bahasa, kamus hukum, ensiklopedia, dan seterusnya.
3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini
adalah melalui penelitian kepustakaan 21(Library Research), yaitu
dengan mempelajari peraturan perundang-undangan, buku, situs
20
21
Ibid., hlm. 106.
Ibid., hlm. 107.
Universitas Sumatera Utara
internet. Penelitian Lapangan (Field Research) atau wawancara dengan
Informan yaitu Bapak Wirnos selaku Senior Manager pada PT. Tirta
Sibayakindo Brastagi dan wawancara dengan Informan Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang dapat dijadikan sumber
yang berkaitan dengan skripsi ini yang dapat dipergunakan sebagai
dasar dalam penelitian dan menganalisa masalah-masalah yang
dihadapi.
4. Metode analisis data
Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang telah disusun
secara sistematis kemudian dianalisis secara kualitatif.Analisis
Kualitatif yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk menentukan isi
atau makna suatu aturan yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan
permasalahan hukum yang menjadi obyek kajian. 22
Metode Penarikan Kesimpulan
Metode penarikan kesimpulan yang digunakan terhadap data-data yang
berhasil dikumpulkan dilakukan dengan menggunakan metode
deduktif sehingga dapat diperoleh jawaban terhadap permasalahan
yang
dibuat.Suatu
analisis
yuridis
normatif
pada
hakikatnya
menekankan pada metode deduktif sebagai pegangan utama.Penalaran
deduktif berpangkal dari suatu pernyataan umum yang kebenarannya
22
Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), hlm.107.
Universitas Sumatera Utara
telah diketahui atau diyakini dan berakhir pada suatu pengetahuan baru
yang bersifat khusus. 23
E. Keaslian Penulisan
Skripsi ini didasarkanoleh ide, gagasan maupun pemikiran secara
pribadi dari awal hingga akhir berdasarkan penelusuran di perpusatakaan,
penulisan mengenai masalah Tanggung Jawab Perusahaan Air Minum
Terhadap Konsumen ditinjau dari UU. No. 8 Tahun 1999 tentangPerlindungan
Konsumen belum pernah dibuat oleh mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara sebelumnya.
Kalaupun terdapat kesamaan, hal tersebut tidak merupakan suatu
kesengajaan dan tentunya dilakukan dengan pendekatan masalah yang
berbeda, seperti :
1. Nama : Kartini Elisabet Purba
Nim
: 070200188
Judul : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam
Mengkonsumsi Air Minum Depot IsiUlang Di Kota Medan
Ditinjau DariUndang-Undang Nomor
8Tahun 1999 Tentang
Perlindungan KonsumenDanKeputusan Menteri Kesehatan Nomor
23
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 166.
Universitas Sumatera Utara
907/MENKES/SK/VII/2002
Tentang
Syarat-Syarat
Dan
Pengawasan Kualitas Air Minum.
Rumusan Masalah :
A. Bagaimanakah pengaturan air minum depot isi ulang dalam
hukum perlindungan konsumen di Indonesia serta apakah
permasalahan yang dialami oleh konsumen dalam rangka
mengkonsumsi air minum depot isi ulang?
B. Bagaimanakah bentuk perlindungan hukum terhadap konsumen
air minum isi ulang serta pembinaan dan pengawasan
pemerintah dan instansi terkait terhadap pengelolaan depot air
minum isi ulang?
C. Bagaimanakah mekanisme penyelesaian sengketa konsumen
yang
dapat
ditempuh
untuk
menyelesaikan
berbagai
pelanggaran air minum depot isi ulang di Kota Medan?
2. Nama : Nasruddin
Nim
: 000200123
Judul : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Air Minum
(Studi Kasus di PDAM Cabang Medan)
Rumusan Masalah :
A. Bagaimana Standar Pelayanan minimum yang dilakukan
PDAM di dalam melayani konsumen ?
B. Bagaimana mekanisme penyampaian keluhan konsumen air
minum dalam transaksi air minum ?
Universitas Sumatera Utara
C. Bagaimana Alternatif penyelesaian sengketa yang timbul antara
PDAM dengan konsumen air minum ?
3. Nama : Fenny Uli Ceami
Nim
: 090200311
Judul :
Penerapan Prinsip Product Liability Oleh Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi Dalam Meningkatkan
Kualitas Air Minum Yang Didistribusikan Kepada Konsumen.
Rumusan Masalah :
A. Bagaimana pengaturan prinsip product liability dalam UndangUndang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
maupun dalam peraturan perundang-undangan lainnya dalam
kaitannya dengan kualitas air minum yang dihasilkan oleh
PDAM Tirtanadi ?
B. Bagaimana PDAM Tirtanadi menerapkan prinsip product
liability tersebut dalam meningkatkan kualitas air minum yang
didistribusikan kepada konsumen ?
C. Bagaimana pertanggung jawaban PDAM Tirtanadi apabila
kualitas air minum yang didistribusikannya kepada konsumen
ternyata tidak memenuhi standar kualitas air minum ?
Oleh karena itu, keaslian penulisan ini terjamin adanya, walaupun
ada pendapat atau kutipan dalam penulisan ini semata-mata adalah sebagai
faktor pendukung dan perlengkapan dalam penulisan yang memang sangat
dibutuhkan untuk penyempurnaan tulisan.
Universitas Sumatera Utara
F. Sistematika Penulisan
Penulisan ini dibuat secara terperinci dan sistematis agar memberikan
kemudahan bagi pembacanya dalam memahami maknanya dan memperoleh
manfaatnya. Gambaran secara keseluruhan mengenai skripsi ini akan
dijabarkan dengan cara menguraikan sistematika penulisannya yang terdiri
atas 5 (lima) bab yaitu :
Bab I Pendahuluan merupakan bab yang memberikan ilustrasi guna
memberikan informasi yang bersifat umum dan menyeluruh serta sistematis
dari skripsi ini yang terdiri dari latar belakang, permasalahan, tujuan dan
manfaat penulisan, metode penelitian, keaslian penulisan, dan sistematika
penulisan.
Bab II Tinjauan Umum Mengenai Tanggung Jawab Perusahaan dalam
Upaya Perlindungan Konsumen. Bab ini berisikan tentang Pengaturan
Perlindungan Konsumen di Indonesia yang terdiri dari pengertian konsumen
dan pelaku usaha, hak-hak dan kewajiban konsumen dan pelaku usaha, dan
Prinsip-prinsip pertanggung jawaban pelaku usaha.
Bab III Hubungan Transaksi Antara Pelaku Usaha dan Konsumen serta
Profil Perusahaan Air Minum Tirta Sibayakindo. Bab ini berisikan tentang
Pemgertian transaksi konsumen, tahapan transaksi konsumen dan bentukbentuk transaksi konsumen.Profil perusahaan berisikan tentang Sejarah
Perusahaan, Struktur Organisasi, Tugas dan tanggung jawab jabatan.
Bab IV Tanggung Jawab Perusahaan Air Minum Terhadap Konsumen
ditinjau dari UU No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Studi
Universitas Sumatera Utara
pada PT. Tirta Sibayakindo Berastagi) merupakan pembahasan pokok dari
penulisan yang terdiri dari keluhan yang di alami konsumen pada Perusahaan
PT. Tirta Sibayakindo, Tanggung Jawab Produk Perusahaan Air Minum Tirta
Sibayakindo terhadap Keluhan yang di alami Konsumen, dan Mekanisme
Penyelesaian Sengketa antara Konsumen dengan Perusahaan PT. Tirta
Sibayakindo.
Bab V Kesimpulan dan Saran merupakan bab penutup yang di
dalamnya dirumuskan kesimpulan dan saran yang kesimpulannya diambil dari
pembahasan dalam skripsi ini dan diakhiri dengan saran-saran. Sebagai
pelengkap skripsi ini, pada bagian terakhir disertakan daftar pustaka.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perkembangan industri dan perdagangan yang pesatpadazaman
modern inimemberikan gambaran dimana dunia usaha nasional menjadi arena
persaingan yang ketat. Teknologi yang mampu mempersingkat jarak, waktu
serta komunikasi yang membuat negara-negara didunia bersatu dalam
perdagangan, dimana saling ketergantungan dan saling mempengaruhi.
Pada dasarnya manusia membutuhkan barang dan atau jasa untuk
memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan manusia sangat beraneka ragam dan
dapat dibedakan atas berbagai macam kebutuhan. Jika dilihat dari
tingkatannya, maka kebutuhan konsumendapat terbagi menjadi tiga yaitu
kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Selain itu kebutuhan manusia juga
dapat dibagi menjadi kebutuhan jasmani dan rohani. 1
Salah satu kebutuhan manusia adalah Air sebagai kebutuhan dasar
yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Air merupakan sarana
yang
sangat
vital
bagi
kelangsungan
hidup,
baik
itu
manusia,
1
Soerjono Soekanto, Sendi-Sendi Ilmu Hukum dan Tata Hukum (Bandung :Citra Aditya
Bakti, 1989), hlm. 45.
Universitas Sumatera Utara
binatangmaupun tumbuhan. 2Kebutuhan air minum yang layak dan aman
untuk dikonsumsi semakin meningkat setiap harinya, sedangkan ketersediaan
air layak diminum yang berkualitas dan terjamin dari segi kesehatan semakin
sulit diperoleh. Kebutuhan tersebut juga sudah menjadi hak konstitusional
setiap warga negara, yang bisa diartikan bahwa keberadaan air bagi rakyat
tidak bisa lagi dalam pemenuhannya tergantung pada Undang-undang atau
Peraturan Pemerintah yang berlaku di sebuah negara, misalkan dibatasi
dengan keberadaan oleh adanya Undang-undang No.7 Tahun 2004 tentang
Sumber Daya Air (SDA). 3
Semakin lama kesadaran masyarakat semakin tinggi tentang
pentingnya air minum yang sehat sebagai salah satu kebutuhan yang
mendasar untuk beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari.Kebutuhan akan air
yang layak untuk dikonsumsi tersebut pun akan meningkat dari tahun ke
tahun sehingga harus ada instrumen hukum yang mengatur tentang
perlindungan konsumen, Pemerintah Indonesia menerbitkan Undang Undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Perkembangan
itu
dapat
dilakukan
dan
diimbangi
dengan
beroperasinyaperusahaan air minum dalam kemasan, Indonesia merupakan
salah satu negara yang cukup banyak mempunyai perusahaan air
2
Asfawi S, Analisis Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Kualitas Bakteriologis Air
Minum Isi Ulang Pada Tingkat Produsen(Semarang :Program Pasca Sarjana Universitas
Diponegoro, 2004), hlm. 27.
3
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentangSumberDaya Air (Sda).
Universitas Sumatera Utara
minumdengan bermacam-macam sumber mata air, salah satunya berasal dari
pegunungan.
Salah satu perusahaan yang menghasilkan air minum dalam kemasan
adalah
PT.
Tirta
Sibayakindo
dengan
merek
produksinya
adalah
AQUA.AQUA berasal dari bahasa Latin yang artinya air, dimana pada
awalnya di jual untuk orang asing, tetapi kemudian pendirinya Tirto Utomo
melihat
pasar
Indonesia
juga
memiliki
potensi.Produksi
pertama
AQUA diluncurkan dalam bentuk kemasan botol kaca ukuran 950 ml
(Sembilan ratus lima puluh mili liter) dari pabrik di Bekasi juga ada di
Sibolangit Berastagi dan juga produksi kemasan Gallon untuk konsumsi
rumah tangga dan perkantoran. Hal ini ternyata sukses dan banyak diminati
olehkalanganmasyarakat dan merupakan salah satubukti bahwa masyarakat
Indonesia membutuhkan air minum yang aman dikonsumsi. 4
Dalam suatu bisnis pasti tidak selalu berjalan dengan mulus.
Adakalanya suatu perusahaan itu mengalami persaingan, kerugian ataupun
keluhan-keluhan dari para konsumen. 5 Keluhan-keluhan yang disampaikan
oleh konsumen harus diselesaikan dengan positif oleh pelaku usaha, dimana
pelaku usaha harus bertanggung jawab atas semua kerugian yang di derita
konsumen.
4
Sejarah Berdirinya Aqua melalui http://info-biografi.co.id/2013/03/sejarah-berdirinyaaqua.html, diakses pada tanggal 13 Januari 2016.
5
Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia (jakarta : PT
Raja Grafindo Persada, 2014), hlm. 204.
Universitas Sumatera Utara
Contoh satu kasus atau keluhan dari konsumen pada Perusahaan PT.
Tirta Sibayakindo yaitu 6terkait penemuan besi berulir di dalam kemasan
AQUA gelas (cup) yang bercampur dengan air mineral isi 240 ml (Dua ratus
empat puluh mili liter) produk Tirta Sibayakindo Doulu dengan kode kotak
388.86008101047 (Code Barcodecarton box Aqua 240 ml untuk keperluan
scanning produk), yang di duga berasal dari salah satu dispenser pabrik air
mineral. Kepala dinas Pertambangan dan Energi (Pertamben) Pemkab Karo
Robet Peranginangin dengan tegas memerintahkan kepada pihak produsen
agar lebih berhati-hati dan cermat dalam mengontrolkualitas produksinya,
karena
dapat
membahayakan
kesehatan
konsumen.
Menurutnya
di
temukannya besi berulir di dalam kemasan Aqua gelas (cup) produksi PT.
Tirta Sibayakindo Doulu merupakan satu kecerobohan pihak produsen
(Quality Control)air mineral itu, sebagai perusahaan besar, seharusnya hal itu
tidak perlu terjadi karena bila pihak perusahaan tidak ada niat baiknya
melakukan pengontrolan hasil produksinya, tentunya akan berdampak kepada
resiko kesehatan konsumen.
Dengan adanya contoh kasus diatas, maka pelaku usaha kedepannya
harus lebih cermat dan teliti lagi dalam mengontrol kualitas produksinya,
karena jika produk tersebut telah sampai ke tangan konsumen dan ada barang
6
Sumut Berita, “Kadis Tamben Karo Minta PT Tirta Sibayakindo Lebih Cermat
Mengontrol Kualitas Produksinya” melalui http://www.sumutberita.com/2013/06/14/kadistamben-karo-minta-pt-tirta-sibayakindo-lebih-cermat-mengontrol-kualitas-produksinya,diakses
pada tanggal 19 Desember 2015.
Universitas Sumatera Utara
yang cacat, maka pelaku usaha harus memberikan ganti rugi atas barang yang
mengalami kerusakan tersebut.
Dalam Undang-UndangNomor 8 tahun 1999 Pasal 19tentang
Perlindungan Konsumen ditentukan :
“bahwa pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas
kerusakan, pencemaran, atau kerugian konsumen akibat
mengkonsumsi barang atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.
Ganti rugi tersebut dapat berupa pengembalian uang atau pergantian
barang atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan
kesehatan yang harus dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh)
hari setelah tanggal transaksi”
Makadenganadanyapasal
di
atas,
adanyaprodukbarang
yang
cacatbukanmerupakansatu-satunyadasarpertanggungjawabanpelakuusaha.Hal
iniberartibahwatanggungjawabpelakuusahameliputisegalakerugian
yang
dialamikonsumen 7danpelakuusahamempunyaihakatasdirinyasendiri.
Salah satu hak dari pelaku usaha adalah menerima pembayaran sesuai
dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang atau jasa yang
diperdagangkan. 8Salah satu kewajiban pelaku usaha yaitu memberikan
informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan
jasa
serta
memberikan
penjelasan
penggunaan,perbaikan
danpemeliharaan, dan pelaku usaha tidak boleh menutupi sesuatu yang
berkaitan dengan haknya konsumen. 9
7
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta : Rajawali
Pers, 2014), hlm. 126.
8
Pasal 6 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
(UUPK).
9
Az Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen; suatu pengantar, (Jakarta, CV. Tiagra
Utama, 2002), hlm. 7.
Universitas Sumatera Utara
Secara umum dan mendasar, hubungan antara pelaku usaha dengan
konsumen merupakan hubungan yang terus menerus dan berkesinambungan.
Hubungan tersebut terjadi karena keduanya memang saling menghendaki dan
mempunyai tingkat ketergantungan yang cukup tinggi antara satu dengan
yang lain. 10Pelaku usaha membutuhkan dan sangat bergantung atas dukungan
konsumen sebagai pelanggan. Tanpa dukungan konsumen, tidak mungkin
pelaku usaha dapat terjamin kelangsungan usahanya. Sebaliknya, konsumen
kebutuhannya
sangat
bergantung
dari
pihak
pelaku
usaha.Saling
ketergantungan tersebut dapat menciptakan suatu hubungan yang terusmenerus dan berkesinambungan sepanjang masa, sesuai dengan tingkat
ketergantungan akan kebutuhan yang tidak terputus-putus.
Perlunya Undang-Undang perlindungan konsumen tidak lain karena
lemahnya posisi konsumen dibandingkan posisi pelaku usaha. Tujuan hukum
perlindungan konsumen secara langsung adalah meningkatkan martabat dan
kesadaran konsumen. Secara tidak langsung, hukum ini juga akan mendorong
pelaku
usaha
untuk
melakukan
usaha
dengan
penuh
tanggung
jawab. 11Namun, semua tujuan tersebut hanya dapat dicapai bila hukum
perlindungan konsumen dapat diterapkan secara konsekuen.
Undang-undang perlindungan konsumen diharapkan menjadi penegak
aturan hukum dan upaya perlindungan serta tanggung jawab produk
(productliability) PT Tirta Sibayakindo dalam meningkatkan kualitas air
minum yang didistribusikan kepada konsumen dan diberlakukan sama bagi
10
Sri Redjeki Hartono, Aspek-Aspek Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta : Sinar
Grafika, 2014), hlm. 36.
11
Ibid.,hlm. 37.
Universitas Sumatera Utara
setiap konsumen maupun pelaku usaha. Dimana Undang-Undang ini
merupakan payung hukum masyarakat untuk melindungi haknya atau setidaktidaknya konsumen telah memiliki senjata mempertahankan haknya.
Diharapkan pelaku usaha dapat meningkatkan citranya dengan meningkatkan
kualitas produk jasanya.
Pertanggung jawaban yang diberikan pelaku usaha terhadap produkproduk yang dihasilkan harus sesuai dengan prinsip pertanggung jawaban
produk yang dikenal dalam dunia hukum sebagai “Produk Liability”, yaitu : 12
“suatu tanggung jawab secara hukum dari orang atau badan yang
menghasilkan suatu produk (producer, manufacture) atau dari orang
atau badan yang bergerak dalam suatu proses untuk menghasilkan suatu
produk (processor, assembler) atau dari orang atau badan yang menjual
atau mendistribusikan (seller) produk tersebut.”
Dalam kaitan dengan konsumen ini maka pembahasan akan dilakukan
khususnya dalam bentuk tanggung jawab perusahaan air minum terhadap
konsumen yang didistribusikan oleh PT Tirta Sibayakindo.
Setiap pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha yang
menerbitkan kerugian kepada konsumen merupakan pelanggaran atas prestasi
pelaku usaha yang diperjanjikan sebelumnya kepada konsumen, dalam hal ini
konsumen berhak menuntut pembatalan perjanjian, meminta penggantian atas
segala biaya, dan kerugian aktual yang diderita konsumen. Dalam hal
demikian konsumen berkewajiban untuk secara langsung menyampaikan
kerugian yang dideritanya kepada pelaku usaha.
12
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta : Sinar Grafika,
2014), hlm. 101.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Pasal 19 Undang-Undang Nomor 8 tentang Perlindungan
Konsumen, sesungguhnya memiliki kelemahan yang sifatnya merugikan
konsumen, terutama dalam hal konsumen menderita suatu penyakit. Melalui
pasal tersebut yang harus menyatakan adanya ganti rugi, konsumen hanya
mendapatkan salahsatu bentuk penggantian kerugian yaitu ganti rugi atas
harga barang atau hanya berupa perawatan kesehatan, padahalkonsumen telah
menderita kerugian bukan hanya kerugian atas harga barang tetapi juga
kerugian yang timbul dari biaya perawatan kesehatan. Melalui perubahan
seperti ini, kalau kerugian itu menyebabkan sakitnya konsumen, maka selain
mendapat penggantian harga barang juga mendapatkan perawatan kesehatan.
Secara umum, tuntutan ganti kerugian atas kerugian yang di alami
oleh konsumen sebagai akibat penggunaan produk air minum, baik yang
bersifat materi, fisik maupun jiwa, dapat didasarkan pada beberapa ketentuan
yang telah disebutkan yang secara garis besarnya hanya ada dua kategori,
yaitu 13 tuntutan ganti kerugian berdasarkan wanprestasi dan tuntutan ganti
kerugian yang berdasarkan perbuatan melanggar hukum.
Apabila tuntutan ganti kerugian didasarkan pada wanprestasi maka
terlebih dahulu pelaku usaha dengan konsumen terikat suatu perjanjian.
Dengan demikian pihak ketiga (yang tidak terikat dalam perjanjian) yang
dirugikan
tidak
dapat
menuntut
ganti
kerugian
dengan
alasan
wanprestasi. 14Berbeda dengan tuntutan ganti kerugian yang didasarkan pada
13
Ahmad Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta : Rajawali
Pers, 2014), hlm. 127.
14
Ibid., hlm. 128.
Universitas Sumatera Utara
perikatan lahir dari perjanjian, tuntutan ganti kerugian yang didasarkan pada
perbuatan melanggar hukum tidak perlu di dahului dengan perjanjian antara
pelaku usaha dengan konsumen, sehingga tuntutan ganti kerugian dapat
dilakukan oleh setiap pihak yang dirugikan, walaupun tidak pernah terdapat
hubungan perjanjian antara pelaku usaha dengan konsumen. Dengan
demikian, pihak ketiga pun dapat menuntut ganti kerugian. 15
Dengan demikian Skripsi ini akan menyajikan pembahasan tentang
bagaimana Perlindungan terhadap Konsumen yang mengkonsumsi air minum
dalam kemasan yang ditinjau dari aturan-aturan yang telah berlaku. Oleh
karena itu, penulisan skripsi ini diberi judul “Tanggung Jawab Perusahaan
Air Minum Terhadap Konsumen ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen” (Studi Pada PT Tirta
Sibayakindo Berastagi).
B.
Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini :
1.
BagaimanaPengaturanTerkaitkeluhan yang dialami konsumen Pada
Perusahaan Air Minum PT. Tirta Sibayakindo ?
2.
Bagaimana Tanggung Jawab Produk Perusahaan Air Minum PT. Tirta
Sibayakindo terhadap keluhan yang dialami konsumen ?
15
Ibid., hlm. 129.
Universitas Sumatera Utara
3.
Bagaimana Mekanisme Penyelesaian Sengketa antara konsumen dengan
Perusahaan Air Minum PT. Tirta Sibayakindo ?
C.
Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan Penulisan
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka tujuan penulisan skripsi ini
secara singkat adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui keluhan-keluhan apa yang disampaikan
konsumen terhadap Perusahaan Air Minum PT. Tirta Sibayakindo.
b. Untuk mengetahui Tanggung Jawab Produkyang dilakukan
Perusahaan Air Minum PT. Tirta Sibayakindo terkait dalam
keluhan konsumen.
c. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa antara konsumen dengan
Perusahaan Air Minum PT. Tirta Sibayakindo atas keluhan dari
konsumen.
2. Manfaat Penulisan
Skripsi ini juga diharapkan bermanfaat baik secara teoritis maupun
praktis sebagai berikut :
a. Manfaat secara teoritis
Universitas Sumatera Utara
Secara teoritis, skripsi ini dapat bermanfaat memberikan masukan
sekaligus menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dalam dunia
akademis, khususnya tentang hal yang berhubungan dalam bidang
Hukum Perlindungan Konsumen studi pada PT. Tirta Sibayakindo
Berastagi.
b. Manfaat secara praktis
Secara praktis, skripsi ini diharapkan dapat menjadi masukan dan
dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi kalangan akademis
dalam menambah wawasan dalam melindungi kepentingan
konsumen. Diharapkan dengan adanya pembahasan tanggung
jawab perusahaan dalam skripsi ini, maka konsumen semakin
menyadari hak-hak yang dimiliki sebagai pengguna produk dan
lebih mengetahui bagaimana aspek perlindungan hukum terhadap
konsumen dalam kaitannya dengan tanggung jawab perusahaan air
minum terhadap konsumen pada PT. Tirta Sibayakindo.
D.
Metode Penelitian
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Jenis
penelitian
yang
digunakan
dalam
skripsi
ini
adalah
menggunakan penelitian yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif
adalah penelitian yang dilakukan berdasarkan bahan hukum utama
dengan cara menelaah teori-teori, konsep-konsep, asas-asas hukum
serta peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan
Universitas Sumatera Utara
penelitian ini. Penelitian ini dikenal pula dengan penelitian
kepustakaan, yakni dengan mempelajari buku-buku, peraturan
perundang-undangan dan dokumen lain yang berhubungan dengan
penelitian ini. 16 Sifat penelitian yang digunakan adalah metode
penelitian deskriptif analitis. Dalam penelitian deskriptif analitis, data
yang diperoleh (berupa kata-kata, gambar, perilaku) tidak dituangkan
dalam bentuk bilangan atau angka statistik, melainkan tetap dalam
bentuk kualitatif yang memiliki arti lebih kaya dari sekedar angka dan
frekuensi. 17Penelitian
deskriptif
analitis
yang
mengungkapkan
peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-teori
hukum yang menjadi objek penelitian. Demikian juga hukum dalam
pelaksanaannya di dalam
masyarakat
yang
berkenaan objek
penelitian. 18
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder
tersebut mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, sehingga meliputi
peraturan perundang-undangan, dokumen resmi, buku-buku literatur
yang berhubungan dengan obyek penelitian. 19 Data-data sekunder
16
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Penerbit Sinar Grafika, 2009),
hlm. 24.
17
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta : PT. Bumi
Aksara, 2006), hlm. 94.
18
Zainuddin Ali, Op.Cit., hlm. 105.
19
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : Penerbit Universitas
Indonesia, 1986), hlm. 2.
Universitas Sumatera Utara
merupakan data-data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka
meliputi : 20
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat,
dan terdiri dari peraturan dasar, peraturan perundang-undangan,
yang masih berlaku hingga saat ini. Dalam penulisan ini yaitu
Undang-Undang
No.
8 tahun 1999
tentang
perlindungan
konsumen, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, Undang-Undang No 7 tahun 2004 tentang Sumber
Daya Air, dan peraturan lainnya yang berhubungan dengan
penelitian ini.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer seperti, rancangan undang-undang,
hasil-hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum dan
seterusnya. Dalam penulisan ini yaitu buku-buku tentang
perlindungan konsumen, internet, dan seterusnya.
c. Bahan hukum Tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder,
seperti kamus bahasa, kamus hukum, ensiklopedia, dan seterusnya.
3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini
adalah melalui penelitian kepustakaan 21(Library Research), yaitu
dengan mempelajari peraturan perundang-undangan, buku, situs
20
21
Ibid., hlm. 106.
Ibid., hlm. 107.
Universitas Sumatera Utara
internet. Penelitian Lapangan (Field Research) atau wawancara dengan
Informan yaitu Bapak Wirnos selaku Senior Manager pada PT. Tirta
Sibayakindo Brastagi dan wawancara dengan Informan Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang dapat dijadikan sumber
yang berkaitan dengan skripsi ini yang dapat dipergunakan sebagai
dasar dalam penelitian dan menganalisa masalah-masalah yang
dihadapi.
4. Metode analisis data
Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang telah disusun
secara sistematis kemudian dianalisis secara kualitatif.Analisis
Kualitatif yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk menentukan isi
atau makna suatu aturan yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan
permasalahan hukum yang menjadi obyek kajian. 22
Metode Penarikan Kesimpulan
Metode penarikan kesimpulan yang digunakan terhadap data-data yang
berhasil dikumpulkan dilakukan dengan menggunakan metode
deduktif sehingga dapat diperoleh jawaban terhadap permasalahan
yang
dibuat.Suatu
analisis
yuridis
normatif
pada
hakikatnya
menekankan pada metode deduktif sebagai pegangan utama.Penalaran
deduktif berpangkal dari suatu pernyataan umum yang kebenarannya
22
Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), hlm.107.
Universitas Sumatera Utara
telah diketahui atau diyakini dan berakhir pada suatu pengetahuan baru
yang bersifat khusus. 23
E. Keaslian Penulisan
Skripsi ini didasarkanoleh ide, gagasan maupun pemikiran secara
pribadi dari awal hingga akhir berdasarkan penelusuran di perpusatakaan,
penulisan mengenai masalah Tanggung Jawab Perusahaan Air Minum
Terhadap Konsumen ditinjau dari UU. No. 8 Tahun 1999 tentangPerlindungan
Konsumen belum pernah dibuat oleh mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara sebelumnya.
Kalaupun terdapat kesamaan, hal tersebut tidak merupakan suatu
kesengajaan dan tentunya dilakukan dengan pendekatan masalah yang
berbeda, seperti :
1. Nama : Kartini Elisabet Purba
Nim
: 070200188
Judul : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam
Mengkonsumsi Air Minum Depot IsiUlang Di Kota Medan
Ditinjau DariUndang-Undang Nomor
8Tahun 1999 Tentang
Perlindungan KonsumenDanKeputusan Menteri Kesehatan Nomor
23
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 166.
Universitas Sumatera Utara
907/MENKES/SK/VII/2002
Tentang
Syarat-Syarat
Dan
Pengawasan Kualitas Air Minum.
Rumusan Masalah :
A. Bagaimanakah pengaturan air minum depot isi ulang dalam
hukum perlindungan konsumen di Indonesia serta apakah
permasalahan yang dialami oleh konsumen dalam rangka
mengkonsumsi air minum depot isi ulang?
B. Bagaimanakah bentuk perlindungan hukum terhadap konsumen
air minum isi ulang serta pembinaan dan pengawasan
pemerintah dan instansi terkait terhadap pengelolaan depot air
minum isi ulang?
C. Bagaimanakah mekanisme penyelesaian sengketa konsumen
yang
dapat
ditempuh
untuk
menyelesaikan
berbagai
pelanggaran air minum depot isi ulang di Kota Medan?
2. Nama : Nasruddin
Nim
: 000200123
Judul : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Air Minum
(Studi Kasus di PDAM Cabang Medan)
Rumusan Masalah :
A. Bagaimana Standar Pelayanan minimum yang dilakukan
PDAM di dalam melayani konsumen ?
B. Bagaimana mekanisme penyampaian keluhan konsumen air
minum dalam transaksi air minum ?
Universitas Sumatera Utara
C. Bagaimana Alternatif penyelesaian sengketa yang timbul antara
PDAM dengan konsumen air minum ?
3. Nama : Fenny Uli Ceami
Nim
: 090200311
Judul :
Penerapan Prinsip Product Liability Oleh Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi Dalam Meningkatkan
Kualitas Air Minum Yang Didistribusikan Kepada Konsumen.
Rumusan Masalah :
A. Bagaimana pengaturan prinsip product liability dalam UndangUndang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
maupun dalam peraturan perundang-undangan lainnya dalam
kaitannya dengan kualitas air minum yang dihasilkan oleh
PDAM Tirtanadi ?
B. Bagaimana PDAM Tirtanadi menerapkan prinsip product
liability tersebut dalam meningkatkan kualitas air minum yang
didistribusikan kepada konsumen ?
C. Bagaimana pertanggung jawaban PDAM Tirtanadi apabila
kualitas air minum yang didistribusikannya kepada konsumen
ternyata tidak memenuhi standar kualitas air minum ?
Oleh karena itu, keaslian penulisan ini terjamin adanya, walaupun
ada pendapat atau kutipan dalam penulisan ini semata-mata adalah sebagai
faktor pendukung dan perlengkapan dalam penulisan yang memang sangat
dibutuhkan untuk penyempurnaan tulisan.
Universitas Sumatera Utara
F. Sistematika Penulisan
Penulisan ini dibuat secara terperinci dan sistematis agar memberikan
kemudahan bagi pembacanya dalam memahami maknanya dan memperoleh
manfaatnya. Gambaran secara keseluruhan mengenai skripsi ini akan
dijabarkan dengan cara menguraikan sistematika penulisannya yang terdiri
atas 5 (lima) bab yaitu :
Bab I Pendahuluan merupakan bab yang memberikan ilustrasi guna
memberikan informasi yang bersifat umum dan menyeluruh serta sistematis
dari skripsi ini yang terdiri dari latar belakang, permasalahan, tujuan dan
manfaat penulisan, metode penelitian, keaslian penulisan, dan sistematika
penulisan.
Bab II Tinjauan Umum Mengenai Tanggung Jawab Perusahaan dalam
Upaya Perlindungan Konsumen. Bab ini berisikan tentang Pengaturan
Perlindungan Konsumen di Indonesia yang terdiri dari pengertian konsumen
dan pelaku usaha, hak-hak dan kewajiban konsumen dan pelaku usaha, dan
Prinsip-prinsip pertanggung jawaban pelaku usaha.
Bab III Hubungan Transaksi Antara Pelaku Usaha dan Konsumen serta
Profil Perusahaan Air Minum Tirta Sibayakindo. Bab ini berisikan tentang
Pemgertian transaksi konsumen, tahapan transaksi konsumen dan bentukbentuk transaksi konsumen.Profil perusahaan berisikan tentang Sejarah
Perusahaan, Struktur Organisasi, Tugas dan tanggung jawab jabatan.
Bab IV Tanggung Jawab Perusahaan Air Minum Terhadap Konsumen
ditinjau dari UU No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Studi
Universitas Sumatera Utara
pada PT. Tirta Sibayakindo Berastagi) merupakan pembahasan pokok dari
penulisan yang terdiri dari keluhan yang di alami konsumen pada Perusahaan
PT. Tirta Sibayakindo, Tanggung Jawab Produk Perusahaan Air Minum Tirta
Sibayakindo terhadap Keluhan yang di alami Konsumen, dan Mekanisme
Penyelesaian Sengketa antara Konsumen dengan Perusahaan PT. Tirta
Sibayakindo.
Bab V Kesimpulan dan Saran merupakan bab penutup yang di
dalamnya dirumuskan kesimpulan dan saran yang kesimpulannya diambil dari
pembahasan dalam skripsi ini dan diakhiri dengan saran-saran. Sebagai
pelengkap skripsi ini, pada bagian terakhir disertakan daftar pustaka.
Universitas Sumatera Utara