Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerja Tenaga Kerja Asing Pada PT. Toyo Kanetsu Indonesia (Studi Pada Kawasan Industri Batu Ampar, Batam)

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kita hidup dalam zaman ketika orang semakin tidak bergantung lagi pada
jarak, tempat, dan secara relatif juga dari perbedaan waktu. Sejak orang memulai
kegiatan ekonomi dengan perdagangan barter, banyak sekali yang telah terjadi.
Kegiatan perdagangan berkembang hingga mencapai tingkat frekuensi dan kerumitan
yang tinggi seperti yang terjadi dewasa ini.1
Era perdagangan bebas mengacu bukan hanya pada sektor perdagangan,
namun terkait juga pada aspek permodalan. Semakin banyak modal yang digunakan
akan

memacu

tingkat

pertumbuhan


tenaga

kerja.

Indonesia tidak

hanya

mengandalkan modal dalam negeri, tetapi juga menerima masukan dari modal asing.
Isu Penanaman Modal Asing (PMA) dewasa ini semakin ramai dibicarakan.
Hal ini mengingat bahwa untuk kelangsungan pembangunan nasional dibutuhkan
banyak dana. Dana yang dibutuhkan untuk investasi tidak mungkin dicukupi dari
pemerintah dan swasta nasional. Keadaan ini yang makin mendorong untuk
mengupayakan semaksimal mungkin menarik penanaman modal asing ke Indonesia. 2
Dengan adanya Penanaman Modal Asing (PMA), banyak memberikan
kelebihan, selain sifatnya yang permanen/jangka panjang, penanaman modal asing
1

Budiono Kusumohamidjodjo, Dasar-Dasar Merancang Kontrak, PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta, 1998, hal. 1

2
Pandji Anoraga, Perusahaan Multinasional dan Penanaman Modal Asing, Pustaka jaya,
Jakarta, 1995, hal. 46

1

Universitas Sumatera Utara

2

memberi andil dalam alih teknologi, alih keterampilan manajemen dan membuka
lapangan kerja baru. Lapangan kerja ini penting diperhatikan

mengingat bahwa

masalah menyediakan lapangan kerja merupakan masalah yang cukup memusingkan
pemerintah.3
Adanya pemasukan penanaman modal asing dan penanaman modal dalam
negeri tersebut telah memungkinkan masuknya atau digunakannya tenaga kerja warga
negara asing pendatang.4

Masuknya TKA diawali dengan Indonesia yang menjadi bagian dari
komunitas seperti WTO (World Trade Organization), AFTA (Asean Free Trade
Area), dan APEC (Asia Pasific Economic Cooperation) yang memberi peluang besar
bagi masuknya TKA ke Indonesia.
Awal sejarah orang asing masuk ke Indonesia tidak lepas dari masa-masa jika
mengingat tentang sejarah migrasi di Indonesia. Migrasi dalam awal sejarah
Indonesia ditandai dengan kedatangan suku bangsa asing yang membawa dan
memperkenalkan sebuah sistem ekonomi baru yang didasarkan pada hubungan
kepemilikan budak.5 Kemudian bangsa-bangsa yang lebih maju peradabannya seperti
India, Arab dan Cina datang ke Indonesia mulanya sebagai tempat persinggahan,
kemudian lama-lama berkembang menjadi upaya untuk penguasaan wilayah, hasil
bumi dan jalur perdagangan. Pada masa kolonialisme Belanda proses migrasi

3

Ibid.
H.S. Syarif, Pedoman Penggunaan Tenaga Kerja Asing di Indonesia dan Peraturan
peraturannya, Sinar Grafika, Jakarta, 1996, hal.2
5
Ibid.

4

Universitas Sumatera Utara

3

berlangsung sepenuhnya dikontrol oleh kebijakan dan kolonial Belanda. VOC banyak
mendatangkan orang-orang dari luar yaitu Cina, India, Eropa ,dan Arab untuk
diperkerjakan membantu perdagangan dan pengelolaan pertanian di Batavia.6
Pada masa Soeharto Indonesia menjadi sasaran imperialisme asing (Amerika
Serikat, Inggris dan Jepang). Pembangunan Indonesia sangat bergantung pada
investasi modal asing baik berupa bantuan maupun hutang dan sumber kekayaan
alam dikuasai perusahaan asing. Oleh sebab itu hutang Indonesia pada luar negeri
terbilang cukup banyak dan besar jumlahnya.
Sejak dibukanya pasar kerja bebas pada abad 20, seiring dengan globalisasi
dan liberalisasi dan semenjak tingkat persaingan kerja dalam negeri dan luar negeri
semakin meningkat yang ditandai dengan banyaknya penanaman modal asing yang
masuk ke Indonesia membawa dampak yang cukup signifikan terhadap bertambahnya
tenaga kerja yang berasal dari luar negara Indonesia yang masuk ke Indonesia dan
mengancam keberadaan Tenaga Kerja Indonesia khususnya yang tidak memiliki

keahlian khusus.
Sejak adanya organisasi WTO yang membahas perdagangan dalam sektor
jasa, dan mewajibkan kepada setiap negara anggotanya untuk membuka akses
pasarnya bagi penyedia jasa asing. Oleh karena itu Indonesia yang telah ikut sebagai
anggota dan telah sepakat menyetujui bahwa pasar kerja bebas khususnya sektor
perdagangan barang dan jasa di kawasan ASEAN sudah dimulai pada tahun 2003,

6

Komite pendidikan IMWU, Sejarah Singkat Migrasi di Indonesia,
Http://imwuinhkmultiply.com/reviews/item/28?&showinterstitial=%2previews%2fiten, diakses
tanggal 12 Oktober 2012

Universitas Sumatera Utara

4

sedangkan kawasan Asia Pasifik diberlakukan mulai tahun 2010 dan perdagangan
bebas GATS-WTO di kawasan dunia direncanakan mulai tahun 2020. Di tingkat
AFTA-ASEAN perdagangan bebas di ASEAN ditargetkan tahun 2015.7

Gelombang liberasasi pasar kerja ini diprediksi akan bergerak semakin cepat
dan sulit dibendung. Hal ini akan membuat Indonesia harus siap menghadapi serbuan
liberalisasi khususnya di bidang jasa menyangkut kemampuan untuk mempersiapkan
kualitas sumber daya manusia sebagai tenaga kerja agar mampu bersaing merebut
pasar kerja lokal dan internasional.8
Dengan masuknya Tenaga Kerja Asing (untuk selanjutnya disebut TKA) ke
Indonesia untuk bekerja maka sepatutnya perlu dibuat suatu perjanjian kerja layaknya
seperti perjanjian kerja pada umumnya.
Perjanjian kerja adalah merupakan syarat terjadinya hubungan kerja antara
buruh/karyawan dengan pengusaha (majikan)/pemberi kerja. Zaman dahulu sebelum
manusia mengenal tulisan, setiap perjanjian yang dilakukan oleh orang-orang tetap
dilakukan dengan secara lisan untuk menimbulkan adanya suatu hubungan kerja
antara majikan dengan buruh. Tetapi seiring dengan perkembangan zaman yang
semakin maju perjanjian kerja semakin mempunyai pandangan dan arti yang luas
bagi setiap individu yang melakukannya.
Wiwoho Soedjono menyebutkan bahwa “pengertian perjanjian kerja ialah
suatu perjanjian antara orang-perorangan pada satu pihak dengan pihak lain sebagai
pengusaha untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan mendapatkan upah.”9

7


Agusmidah, Dinamika Hukum Ketenagakerjaan Indonesia,USU Press, Medan, hal 111
Ibid, hal. 111-112.
9
Saiful Anwar, Sendi-sendi Hubungan Pekerja dengan Pengusaha, Penerbit Kelompok Studi
Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2007, hal 44
8

Universitas Sumatera Utara

5

Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran
Negara Nomor 19 tahun 2003), mengatur tentang perjanjian kerja yang sebelumnya
diatur dalam Bab 7A buku III KUH Perdata, dan dalam Peraturan Menteri Tenaga
Kerja Nomor: PER 02/MEN/1993 tentang kesepakatan kerja waktu tertentu sudah
tidak berlaku lagi. Dengan demikian lahirlah sudah perjanjian kerja nasional yang
diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Perjanjian kerja dapat dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja, termasuk
perjanjian kerja yang dibuat antara warga negara asing (dalam hal ini TKA) dengan

pengusaha, prinsipnya sama dengan perjanjian kerja yang dilakukan pengusaha
dengan tenaga kerja dalam negeri (lokal).
Macam perjanjian kerja, perjanjian kerja terdiri atas:
1. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu, yaitu perjanjian kerja antara
pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam
waktu tertentu atau untuk pekerjaan tertentu selanjutnya disebut PKWT.
2. Perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu, yaitu perjanjian kerja antara
pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja tetap,
selanjutnya disebut dengan PKWTT10.
Menurut Pasal 42 ayat 4 Undang-Undang Ketenagakerjaan disebutkan bagi
TKA yang dapat dipekerjakan di Indonesia adalah hanya dalam hubungan kerja untuk
jabatan tertentu dan waktu tertentu.

10

F.X. Djumialdji, Perjanjian Kerja, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hal 11

Universitas Sumatera Utara

6


Perjanjian kerja harus dibuat atas dasar kesepakatan kedua belah pihak dan
pekerjaan yang diperjanjikan tidak boleh bertentangan dengan ketentuan perjanjian
kerja, ketertiban umum, kesusilaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Perjanjian kerja sekurang-kurangnya harus memuat besarnya upah dan cara
pembayarannya, serta syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha
dan pekerja/buruh. Kedua aspek perjanjian kerja tersebut harus sesuai dengan
peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Menurut

Undang-Undang

Ketenagakerjaan

bagi

perusahaan

yang


memperkerjakan pekerja/buruh sekurang-kurangnya 10 orang, yang tidak memiliki
perjanjian kerja bersama wajib membuat peraturan perusahaan yang harus disahkan
oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk. Sekurang-kurangnya peraturan ini harus
memuat hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja/buruh dalam perusahaan, syaratsyarat kerja, tata tertib perusahaan dan jangka waktu berlakunya peraturan perusahaan
yang masa berlakunya adalah paling lama dua tahun.
Kehidupan berbangsa dan bernegara pada kenyataannya memungkinkan suatu
bangsa mempunyai hubungan dengan bangsa atau negara lain. Bahkan dapat
dikatakan suatu negara atau bangsa tidak akan maju dan berkembang apabila
mengisolasi dirinya dari perkembangan dunia luar baik itu dalam bidang
internasional, politik, ekonomi, kebudayaan, militer, dan kepentingan lainnya.
Berkaitan dengan hal itu mayoritas negara di dunia menggunakan TKA di negaranya

Universitas Sumatera Utara

7

untuk alih teknologi dan memenuhi kebutuhan untuk mengisi lowongan kerja apalagi
dalam era globalisasi yang telah disepakati bersama.
Arus masuk TKA ke Indonesia tidak dapat dihindari hanya dengan

memperhatikan kepentingan pasar kerja bebas (globalisasi dan liberalisasi) serta
kepentingan nasional (national interest), bahwa dalam pembangunan nasional
diperlukan modal/investasi, teknologi dan tenaga ahli asing, karena pasar kerja
dalam negeri belum sepenuhnya mampu menyediakan tenaga ahli/skill baik
secara kuantitas maupun kualitas.11
Berdasarkan hal tersebut tentunya peranan TKA sangat besar dan penting bagi
pembangunan nasional Indonesia. Indonesia yang dikenal sebagai negara sedang
berkembang, memerlukan banyak sokongan dan bantuan dari negara-negara lain
termasuk negara tetangga yang diwujudkan dalam bentuk kerjasama dengan negara
lain/luar, hal itu semata karena Indonesia ingin mampu maju dan bersaing di pasar
kerja bebas (globalisasi dan liberalisasi).
Walaupun Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 20
tahun 2004 tentang Tata Cara Mempekerjakan Tenaga Asing telah diberlakukan (kini
berubah menjadi Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 2 tahun
2008). Namun faktanya hampir semua industri masih banyak pelanggaran yang
terjadi misalnya dalam hal penempatan TKA ke Indonesia yang mana misalnya
seperti jabatan atau posisi-posisi yang seharusnya dapat dilakukan atau diisi oleh
tenaga kerja Indonesia sendiri, tapi tidak diisi oleh tenaga kerja kita,malah lebih
cenderung menggunakan tenaga kerja asing, misalnya dalam jabatan manajer
keuangan, manajer administrasi, dan juga beberapa bidang-bidang pekerjaan yanag

11

Saiful Anwar, Op.Cit., hal 13

Universitas Sumatera Utara

8

sebenarnya tidak begitu terlalu penting untuk diadakan posisi manajer,maka
diadakan/diciptakan posisi tersebut. Contohnya Manajer Welder, Quality Control, dan
lain-lain. Hal ini sangat tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku seperti untuk
industri perminyakan, petrokimia, tambang, dan lain sebagainya. Sebagai pilot
project mungkin seharusnya pemerintah dapat mensosialisasikannya ke industri yang
memang tidak perlu lagi penempatan TKA secara mencolok seperti posisi HRD,
administrasi umum atau lembaga-lembaga khusus yang harusnya sudah dapat
dilakukan oleh putra-putri Indonesia yang cerdas dan brilian.12
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor Per. 02/MEN/III/2008 tentang Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing
menyebutkan bahwa “ Tenaga Kerja Asing selanjutnya disebut TKA adalah warga
negara asing pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia, sedangkan
pengusaha yang tidak lain adalah disebut sebagai pemberi kerja bagi tenaga kerja
asing adalah badan hukum atau badan-badan lainnya yang memperkerjakan TKA
dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.”13
Pengusaha dalam hal ini ialah perusahaan yang memperkerjakan TKA
tersebut. Perusahaan menurut Undang-Undang Ketenagakerjaan adalah:
a.

Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan,
milik persekutuan atau milik badan hukum baik swasta maupun milik negara

12
NM. Wahyu Kuncoro, Tenaga Kerja Asing Kenapa Gitu loohh,
http://advokatku.blogspot.com/2006/01/tenaga-kerja-asing-kenapa-gitu-loohhh.html, diakses pada
tanggal 4 April 2011
13
Himpunan Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 13 tahun 2003, dan Undangundang Nomor 2 tahun 2004, Exaudi, 2006 hal 190 (lihat pasal 1 angka (1) dan (3))

Universitas Sumatera Utara

9

b.

yang memperkerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam
bentuk lain.
Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan
memperkerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalan bentuk
lain.14
Salah satu bentuk hak asasi adalah persamaan kesempatan, dan perlakuan

dalam pekerjaan dan jabatan. Persamaan tersebut sesuai dengan nilai-nilai Pancasila
dan telah diatur dalam UUD 1945 Pasal 27.15 Oleh karena itu TKA yang bekerja di
Indonesia pun berhak atas persamaan hak-hak asasi tersebut.
Adanya kebutuhan akan penggunaan TKA dan masuknya TKA ke Indonesia
melalui perjanjian kerja antara perusahaan dengan TKA, tidak dapat dilepaskan
dalam rangka “Indonesianisasi”, ialah usaha pemerintah untuk menyediakan dan
mendidik tenaga kerja Indonesia untuk menggantikan tenaga kerja asing.16 Oleh
karena sebab alasan itu yang menjadi salah satu faktor dari kekurangan negara kita,
sehingga tidaklah heran adanya bila Indonesia sampai saat ini masih perlu tenaga
asing. Proses “Indonesia” tenaga kerja di perusahaan asing merupakan masalah yang
cukup berat dan kompleks. Untuk itu kebijakan untuk melindungi tenaga kerja
Indonesia (lokal) dari serbuan tenaga kerja asing (TKA) dibutuhkan karena hal-hal
seperti problem pengangguran dari angkatan kerja yang produktif yang meluas akibat
dampak melemahnya rupiah oleh karena kenaikan harga minyak dunia serta alokasi
TKA yang semakin tidak terkontrol oleh instansi pemerintah sehingga regenerasi
tenaga kerja Indonesia (lokal) untuk menggantikan TKA menjadi lambat.
14

Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
UUD RI No. 13 Tahun 2003, Tentang Ketenagakerjaan, Karina, Surabaya, 2003, hal.155
16
H.S. Syarif, Op.Cit hal. 2-3
15

Universitas Sumatera Utara

10

Permasalahan yang esensial dari pada TKA lebih banyak di sektor
ketergantungan kita pada investor asing.17 Salah satunya adalah perusahaan PT. Toyo
Kanetsu Indonesia, perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan penanaman
modal asing yang berada di Indonesia. PT. Toyo Kanetsu adalah perusahaan
penanaman modal asing milik negara Jepang yang bergerak dibidang pembuatan
(fabrikasi) tanki-tanki minyak dan gas bumi seperti di LNG dan Pertamina,
khususnya dalam spesifikasi pembuatan tanki bola. PT. Toyo Kanetsu Indonesia
didirikan pada tanggal 9 September 1974, sebagai usaha patungan antara Pertamina
sebagai salah satu produsen minyak terbesar di dunia, dengan PT. Toyo Kanetsu
Kobe, Jepang (TKK) yakni perusahan pemimpin dalam bisnis tangki yang terkenal di
dunia dan kegiatan lainnya. Terakhir pada awal tahun 1999, PT Toyo Kanetsu
Indonesia menjadi Perusahaan Penanaman Modal Asing Lengkap (PMA), yang
berkantor pusat di Jakarta dan pabriknya berada di Batam Jalan Tenggiri, Batu
Ampar, Batam PT. Toyo Kanetsu Indonesia mempunyai fasilitas pabrik yang berada
di Batam, melayani industri perminyakan, gas alam dan petrokimia di Indonesia dan
Negara tetangga dalam bidang rekayasa, fabrikasi dan kontruksi dari berbagai tipe
dan ukuran tangki selama beberapa tahun. PT. Toyo Kanetsu Indonesia telah berhasil
membangun beberapa tangki LNG terbesar di dunia, dengan kapasitas 127.000 m3.
Dengan ratusan tangki yang telah terpasang di seluruh Indonesia, PT. Toyo Kanetsu

17

NM. Wahyu Kuncoro, Tenaga Kerja Asing Kenapa Gitu Loohh,
http://advokatku.blogspot.com/2006/01/tenaga-kerja-asing-kenapa-gitu-loohhh.html, diakses pada
tanggal 4 April 2011

Universitas Sumatera Utara

11

Indonesia telah dikenal sebagai pemimpin di bidangnya. Dan terus membuat catatan
baru untuk ukuran dan tingkat keamanan.18
Metode fabrikasi yang handal, dipadukan dengan pengalaman kontruksi yang
kaya yang telah dibangun selama beberapa tahun telah mendapatkan pujian dan
penghargaan yang tinggi dari para klien. Dalam menghargai kepemimpinannya, PT.
Toyo Kanetsu Indonesia mendapatkan sejumlah proyek utama di Indonesia.
Termasuk tangki, proyek ini termasuk fabrikasi atau pembuatan fasilitas baja struktur,
tungku dan lingkungan. Pengalaman dan komitmen PT. Toyo Kanetsu Indonesia
untuk memproduksi produk yang handal dengan mutu tinggi telah membuat PT. Toyo
Kanetsu Indonesia diakui sebagai pemimpin industri.
Peraturan tentang ketenagakerjaan khususnya mengenai tenaga kerja asing
diatur dalam Undang-Undang No. 13 tahun 2003 dan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Nomor 02 tahun 2008 tentang Pelaksanaan Tata Cara
Penggunaan Tenaga Kerja Asing.
Berdasarkan uraian di atas, untuk itu penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul: Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerja Tenaga Kerja Asing Pada
PT. Toyo Kanetsu Indonesia: Studi Pada Kawasan Industri Batu Ampar, Batam.
B. Perumusan Masalah
Bertitik tolak dari uraian latar belakang di atas maka yang menjadi pokok
permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

18

Company Profile PT. Toyo Kanetsu Indonesia, 2012

Universitas Sumatera Utara

12

1.

Bagaimana pengaturan perundang-undangan tentang tenaga kerja asing di
Indonesia?

2.

Bagaimanakah kedudukan perjanjian kerja terhadap tenaga kerja asing dalam
kerangka hukum di Indonesia?

3.

Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap para pihak apabila terjadi
perselisihan hubungan kerja pada PT. Toyo Kanetsu Indonesia di kota Batam?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada beberapa permasalahan diatas, maka yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah:
1.

Untuk mengetahui pengaturan perundang-undangan tentang tenaga kerja asing di
Indonesia.

2.

Untuk mengetahui bagaimana kedudukan perjanjian kerja terhadap tenaga kerja
asing dalam kerangka hukum di Indonesia

3.

Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap para pihak apabila terjadi
perselisihan hubungan kerja pada PT. Toyo Kanetsu Indonesia di kota Batam.

D. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara praktis
maupun secara teoritis, yakni:
1.

Secara Praktis
Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan masukan dan manfaat pada

masyarakat, para praktisi hukum, pemerintah dan pengusaha untuk pengembangan
ilmu pengetahuan khususnya bidang ilmu hukum ketenagakerjaan terutama yang
berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian kerja antara perusahaan dengan tenaga kerja
asing.

Universitas Sumatera Utara

13

2.

Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh pengetahuan yang lebih

mendalam tentang suatu perjanjian kerja khususnya mengenai masalah tenaga kerja
asing. Selain itu juga menambah literatur dan bahan kajian mengenai masalah tenaga
kerja asing tersebut.
E. Keaslian Penelitian
Sepanjang sepengetahuan dan berdasarkan informasi yang ada dan didapat
serta melalui penelusuran dan pemeriksaan yang dilakukan baik itu di kepustakaan
Pascasarjana Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dan kepustakaan
umum Universitas Sumatera Utara, bahwa penelitian tentang “Tinjauan Yuridis
Perjanjian Kerja Tenaga Kerja Asing Pada PT. Toyo Kanetsu Indonesia: Studi Pada
Kawasan Industri Batu Ampar Batam” belum pernah dilakukan oleh karena itu
penelitian ini adalah asli adanya, artinya penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan
kebenaran dan kemurniannya.
Adapula penelitian-penelitian yang lain yang ditemukan peneliti yang hampir
mendekati dengan judul penelitian ini adalah penelitian yang dibuat oleh Yulianti
dengan judul “Tinjauan Yuridis Atas Kontrak Perjanjian Pekerjaan Perbaikan Kapal
di PT. Sinbad Precast Teknindo Indonesia di Pulau Batam”. Adapun permasalahan
yang dibahas dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kedudukan hukum kontrak perjanjian pekerjaan perbaikan kapal
di PT. Sinbad Precast Teknindo berdasarkan hukum Indonesia?
2. Bagaimana kedudukan para pihak dalam kontrak di PT. Sinbad Precast
Teknindo dilihat dari hak dan kewajiban masing-masing?

Universitas Sumatera Utara

14

3. Bagaimana cara penyelesaian sengketa dalam kontrak di PT. Sinbad Precast
Teknindo?
Selain itu ada pula penelitian dengan judul “Analisis Hukum Perjanjian Kerja
Outsourcing di Sumatera Utara (Implementasi Undang-Undang Ketenagakerjaan
Nomor 13 Tahun 2003)” yang dibuat oleh

Swari Natalia Tarigan yang mana

penelitian tersebut lebih memfokuskan pada masalah perjanjian kerja outsourcing.
Adapun permasalahan yang dibahas dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana klasifikasi pekerjaan utama dan pekerjaan penunjang perusahaan
yang merupakan dasar pelaksanaan outsourcing?
2. Bagaimana hubungan hukum antara karyawan outsourcing dengan perusahaan
pengguna jasa outsourcing?
3. Bagaimana penyelesaian sengketa terhadap karyawan outsourcing yang
melanggar aturan kerja pada perusahaan pemberi kerja?
Dilihat dari judul dan permasalahan, maka dapat diketahui bahwa penelitian
ini adalah asli dan dapat dipertanggung jawabkan keaslian dan kebenarannya dari
penulisan ini.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1.

Kerangka Teori
Sebelum membahas tentang kerangka teori penelitian ini, ada baiknya

mengetahui bahwa bagi suatu penelitian teori atau kerangka teoritis mempunyai
beberapa kegunaan. Kegunaan tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut: 19
19

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta,
1984, hal 121

Universitas Sumatera Utara

15

a.
b.
c.
d.

e.

Teori berguna untuk lebih mempertajam dan mengkhususkan faktor-faktor yang
hendak diselidiki atau diuji kebenarannya.
Teori sangat berguna di dalam mengembangkan sistim klasifikasi fakta,
membina struktur konsep-konsep serta mengembangkan definisi-definisi.
Teori biasanya merupakan suatu ikhtisar dari pada hal-hal yang telah diketahui
serta diuji kebenarannya yang menyangkut obyek yang diteliti.
Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh karena
telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan mungkin faktor-faktor
tersebut akan timbul lagi pada masa mendatang.
Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada
pengetahuan peneliti.
Teori berfungsi untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik

atau suatu proses tertentu terjadi.20
Teori diartikan sebagai suatu sistem yang berisikan proporsi-proporsi yang
telah diuji kebenarannya. Suatu teori juga mungkin memberikan pengarahan pada
aktivitas penelitian yang dijalankan dan memberikan taraf pemahaman tertentu.21
Karena itu teori dapat dikatakan merupakan suatu pencapaian akan sesuatu secara
generalisasi, yang telah diuji dan hasilnya mempunyai ruang lingkup yang sangat luas
terhadap fakta-fakta yang bersangkutan, teori hukum akan senantiasa berkembang
sesuai dinamika masyarakat. Sedangkan kerangka teori adalah kerangka pemikiran
atau butir-butir pendapat, teori mengenai suatu kasus atau permasalahan (problem)
yang menjadi bahan perbandingan, pegangan, teoritis.22
Kerangka teori yang dijadikan pisau analisis dalam penelitian ini adalah teori
keadilan dan juga didukung oleh teori tujuan hukum. Menurut pendapat John Rawls

20

J.J.J. M. Wisman, Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Asas-asas, Fakultas Ekonomi, Universitas
Indonesia, Jakarta, 1996, hal 203
21
Soerjono Seokanto, Op Cit, hal 6
22
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, hal 80

Universitas Sumatera Utara

16

yang menginginkan “Keadilan sebagai Kesetaraan” (Justice as Fairness). Maksudnya
ialah bahwa teori tersebut dapat mengakomodasikan pribadi individu secara serius
tanpa mempertahankan kesejahteraan atau hak-hak demi kebaikan orang lain.
Menurut Rawls “ setiap pribadi memiliki hak yang setara terhadap sistem total yang
paling luas bagi kebebasan-kebebasan dasar yang mirip dengan sistem kebebasan
serupa bagi semuanya”. Artinya mereka akan memisahkan kebebasan manusiawi
dasar kita dan melindunginya terhadap pembagian apapun yang tidak setara.23
Menurut pendapat Ulpianus keadilan adalah kehendak yang terus menerus dan
tetap memberikan kepada masing-masing apa yang menjadi hak atau memberikan
kepada setiap orang yang menjadi haknya. Perumusan ini dengan tegas mengakui hak
masing-masing perseorangan terhadap hal lainnya serta apa yang seharusnya menjadi
bagiannya demikian pula sebaliknya.24
Sejalan dengan pendapat itu LJ. Van Apeldoorn, J. Van Kan dan J.H.
Beekhuis juga mengemukakan bahwa keadilan itu memperlakukan sama terhadap hal
yang

sama

dan

memperlakukan

yang

tidak

sama

sebanding

dengan

ketidaksamaannya.25
Tentang tujuan hukum, menurut Jhering, hukum itu dibuat dengan sengaja
oleh manusia untuk mencapai hasil-hasil tertentu yang diinginkan. Hukum terutama
dibuat dengan penuh kesadaran oleh negara dan ditujukan kepada tujuan tertentu.26

23

Karen Lebacqz, Teori-teori Keadilan Six Theories of Justice, Nusa Media, Bandung, 2011, hal 53
Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial, Kencana,
Jakarta, 2010, hal. 48
25
Ibid, hal. 51
24

26

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, Hal. 12.

Universitas Sumatera Utara

17

Tujuan tersebut antara lain: a) tercapainya kepastian hukum, b) keadilan hukum, c)
kemanfaatan hukum.
Adanya kepastian hukum dikatakan apabila, seseorang yang mengalami
persoalan hukum maka aturan-aturan atau Pasal-Pasal yang terkandung dalam
undang-undang dapat diterapkan dengan benar. Adanya kemanfaatan hukum, apabila
hukum bermanfaat bagi masing-masing individu. Manfaat bagi masing-masing
individu berbeda-berbeda, ada ukuran-ukuran tentang yang dipakai untuk itu. Terkait
juga dengan hal tujuan keadilan juga dipandang sesuai ukuran atau standar dari
masing-masing individu. Oleh karenanya adil itu relatif. Maka tujuan hukum dapat
dipandang sesuai ukuran atau standar masing-masing individu dengan tidak
mengabaikan teori, doktrin, serta aturan perundang-undangan yang berlaku.
Beberapa teori tersebut bila ditelaah ada kaitannya dengan ketenagakerjaan
dan hukum perjanjian kerja. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai perjanjian
kerja antara tenaga kerja asing dengan perusahaan maka terlebih dahulu

perlu

diketahui apa yang dimaksud dengan perjanjian dan tenaga kerja asing.
Perjanjian menurut Pasal 1313 KUH Perdata dikatakan bahwa suatu
perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang lain atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Suatu perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka (para pihak) yang
membuatnya.
Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian yang berisi bahwa pihak pertama
(buruh/pekerja) mengikatkan diri untuk bekerja dengan pihak kedua (pengusaha)

Universitas Sumatera Utara

18

selama waktu yang disepakati dengan menerima imbalan berupa upah (KUH Perdata
Pasal 1601.a).
Sedangkan perjanjian kerja menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 angka 14 adalah perjanjian antara pekerja/buruh
dengan pengusaha atau pemberi kerja yang menurut syarat-syarat kerja, hak dan
kewajiban para pihak. Kemudian dalam Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 disebutkan hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan
pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang memuat unsur pekerjaan, upah dan
perintah.
Agar disebut sebagai perjanjian kerja harus memenuhi 3 (tiga) unsur yaitu
sebagai berikut: 27
1.

Ada orang di bawah pimpinan orang lain

2.

Penuaian kerja

3.

Adanya upah.
Pada prinsipnya dalam perjanjian kerja unsur-unsur yang ditentukan dalam

Pasal 1320 KUH Perdata, masih menjadi pegangan yang harus diterapkan, agar suatu
perjanjian kerja tersebut dianggap sah keberadaannya dan konsekuensinya dianggap
sebagai undang-undang. Sebagian perjanjian kerja adalah merupakan perikatan yang
lahir karena perjanjian. Oleh karena itu sebagai bagian dari perjanjian pada
umumnya, maka sahnya suatu perjanjian kerja harus sesuai dengan syarat yang
ditentukan dalam Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu sebagai berikut:
27

F.X. Djumialdji, Op Cit, hal. 7-8

Universitas Sumatera Utara

19

a.

Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.

b.

Cakap untuk membuat suatu perikatan

c.

Suatu hal tertentu

d.

Suatu sebab yang halal
Terkait dengan asas hukum kontrak, perjanjian kerja seperti yang disebutkan

diatas merupakan bagian dari perjanjian pada umumnya, dimana dari berbagai asas
hukum yang terdapat dalam hukum kontrak ada 4 asas yang dianggap sebagai saka
guru hukum kontrak yaitu:28
a.

Asas Kebebasan Berkontrak
Azas ini bemakna bahwa setiap orang bebas melakukan kontrak dengan siapapun
dan mengenai apa pun itu, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan.

b.

Asas Konsensualisme
Di dalam asas ini terkandung kehendak para pihak untuk saling mengikatkan diri
dan menimbulkan kepercayaan di antara para pihak terhadap pemenuhan
perjanjian.29

c.

Pacta Sunt Servanda (Asas Daya Mengikat Kontrak)
Asas mengikat kontrak dipahami sebagai mengikatnya kewajiban kontraktual
yang harus dilaksanakan para pihak. Pada dasarnya janji itu mengikat sehingga

28

Hal ini disampaikan oleh Nindyo Pramono dalam makalah yang berjudul, “Kontrak
Komersial: Pembuatan dan penyelesaian Sengketa”,dalam acara Pelatihan hukum Perikatan bagi
Dosen dan Praktisi, Fakultas Hukum Universitas Airlangga,Surabaya, 6-7 September 2006, hal.1-3
29
Agus Yudha Hernoko, Op.Cit. hal.121

Universitas Sumatera Utara

20

perlu diberikan kekuatan untuk berlakunya kontrak, sehingga mempunyai
kekuatan mengikat setara dengan daya berlaku dan mengikatnya undangundang.30
d.

Asas Iktikad Baik
Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata menyatakan bahwa “Perjanjian-perjanjian harus
dilaksanakan dengan iktikad baik”. Perjanjian itu dilaksanakan menurut
kepatutan dan keadilan.
Walaupun dikatakan bahwa kontrak formal lahir setelah dilakukan secara

tertulis tidak semua kontrak tertulis dikatakan kontrak formal karena kontrak yang
dibuat secara tertulis kemungkinan dilatar belakangi dua hal yaitu:
a.

Perintah Undang-undang

b.

Kehendak para pihak
Kontrak yang tertulis dapat dibagi dalam kontrak yang seluruh isinya

dinegosiasikan oleh para pihak dan kontrak yang isinya pada umumnya ditentukan
oleh salah satu pihak, kontrak seperti ini biasa disebut kontrak standar atau kontrak
baku.
Kontrak baku adalah kontrak yang klausul-klausulnya telah ditetapkan atau
dirancang oleh salah satu pihak. Penggunaan kontrak baku dalam kontrak-kontrak
yang biasanya dilakukan oleh pihak yang banyak melakukan kontrak yang sama
terhadap pihak lain.31

30
31

Ibid.,hal.123-124
Ahmad Miru, Hukum Kontrak Perancangan Kontrak, Rajawali Pers, Jakarta, 2010, hal.39

Universitas Sumatera Utara

21

Seperti halnya dalam kontrak perjanjian kerja dimana pengusaha/ perusahaan
banyak melakukan kontrak yang sama terhadap para karyawan/pekerjanya. Hal ini
didasarkan pada Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata bahwa perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa perjanjian kerja merupakan tergolong

jenis

perjanjian kontrak baku.
Berdasarkan hal itu kontrak baku yang mendukung klausul eksonerasi cirinya
adalah sebagai berikut:
1.

Pada umumnya isinya ditetapkan oleh pihak yang posisinya lebih kuat.

2.

Pihak lemah pada umunya tidak ikut menentukan isi perjanjian yang merupakan
unsur aksidentalia dari perjanjian.

3.

Terdorong oleh kebutuhannya, pihak lemah terpaku menerima perjanjian
tersebut.

4.

Bentuknya tertulis

5.

Dipersiapkan terlebih dahulu secara massal atau individual.32
Rijken mengatakan bahwa klausul eksonerasi adalah klausul yang

dicantumkan dalam suatu perjanjian dengan mana satu pihak menghindarkan diri
untuk memenuhi kewajibannya membayar ganti rugi seluruhnya atau terbatas yang
terjadi karena ingkar janji atau perbuatan melanggar hukum.33

32
33

Ibid , hal. 42
Ibid, hal. 40

Universitas Sumatera Utara

22

Sluijter mengatakan bahwa kontrak baku bukan merupakan perjanjian, sebab
kedudukan pengusaha dalam perjanjian itu adalah seperti pembentuk undang-undang
swasta. Syarat-syarat yang ditentukan pengusaha dalam perjanjian itu adalah undangundang, bukan perjanjian. Sedangkan Pitlo menggolongkan kontrak baku sebagai
perjanjian paksa (dwang contract), yang walaupun secara teoretis yuridis kontrak
baku ini tidak memenuhi ketentuan undang-undang dan oleh beberapa ahli hukum
ditolak, namun kenyataanya kebutuhan masyarakat berjalan dalam arah yang
berlawanan dengan keinginan hukum.34
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 1 menyebutkan
tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau
masyarakat. Pengertian tenaga kerja ini lebih luas dari pengertian pekerja atau buruh,
karena pengertian tenaga kerja mencakup tenaga kerja atau buruh, yaitu tenaga kerja
yang sedang terikat dalam suatu hubungan kerja.35
Yang dimaksud tenaga kerja asing (TKA) adalah warga negara asing
pemegang visa dengan maksud bekerja di Indonesia (Pasal 1 butir 13 UndangUndang Ketenagakerjaan). Ciri khas atau keterikatan antara tenaga kerja dan
perjanjian kerja dalam hubungan kerja adalah sebagai berikut:
1. Adanya Upah
2. Adanya Perintah

34
35

Ibid , hal. 44
Hardijan Rusli, Hukum Ketenagakerjaan 2003, Ghalia Indonesia,Jakarta,2004,hal.12-13

Universitas Sumatera Utara

23

3. Adanya Pekerjaan.36
Apabila membicarakan mengenai hak dan kewajiban antara para pihak yang
satu dengan yang lainnya merupakan suatu kebalikan, jika di satu pihak merupakan
suatu hak maka dipihak lainnya adalah merupakan kewajiban. Kewajiban dari
penerima kerja yaitu TKA/pegawai pada umumnya tersimpul dalam hak majikan
yaitu pengusaha/perusahaan, seperti juga sebaliknya hak TKA tersimpul dalam
kewajiban pengusaha/perusahaan.
Pada prinsipnya orang asing tidak dilarang bekerja di Indonesia, tetapi
dibatasi sepanjang pekerjaan tersebut belum mampu dikerjakan oleh tenaga kerja
Indonesia. Menteri Tenaga Kerja bekerjasama dengan instansi terkait menentukan
jabatan/pekerjaan yang terbuka atau tertutup sama sekali bagi tenaga kerja.37 Sesuai
dengan Pasal 46 Undang-Undang Ketenagakerjaan bahwa tenaga kerja asing dilarang
menduduki jabatan yang mengurusi personalia dan/atau jabatan tertentu. Selanjutnya
jabatan tertentu tesebut yang dimaksud lebih lanjut diatur dengan Keputusan Menteri.
Setiap pemberi kerja/perusahaan yang memperkerjakan TKA wajib memiliki
izin tertulis dari Menteri atau Pejabat yang ditunjuk (Pasal 42 ayat (1) UndangUndang Ketenagakerjaan), yaitu Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Izin tertulis
itu adalah Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA). Rencana Penggunaan
Tenaga Kerja Asing tersebut digunakan sebagai dasar untuk mendapatkan IMTA

36

Whimbo Pitoyo, Panduan Praktis Hukum Ketenagakerjaan, Visi Media, Jakarta, 2010,

hal 32.
37

Hadi Setia Tunggal, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Harvarindo, Jakarta,
2009, hal. 32

Universitas Sumatera Utara

24

(Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing). Agar terkendali penggunaan TKA di
Indonesia, maka penerbitan izin harus didasarkan alasan yang jelas dan realistis.38
Penerbitan izin tersebut lebih lanjutnya diatur dalam Per.02/MEN/III/2008
tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing. Selanjutnya alasan penggunaan
TKA adalah antara lain :
a. Alih keterampilan dan teknologi dari TKA kepada tenaga kerja lokal.
b. Memenuhi jabatan yang belum dapat diisi oleh tenaga kerja lokal
c. Mengamankan modal investasi asing di Indonesia
d. Meningkatkan hubungan bilateral antar dua negara atau lebih.
Sasaran penggunaan TKA adalah agar terwujud alih teknologi melalui
program pendidikan/latihan bagi pendamping Tenaga Kerja Warga Negara Asing
pendatang (TKWNAP).39
Setiap hubungan kerja yang terjadi khususnya hubungan kerja yang terjadi
antara pengusaha dengan pekerja/pegawai pasti sedikit banyaknya pernah terjadi
perselisihan atau sengketa antara para pihak, oleh karena itu suatu hubungan kerja
kadang tidak berlangsung dengan lancar. Keinginan dari salah satu pihak (umumnya
pekerja) tidak selalu di penuhi oleh pihak lainnya (pengusaha) dan juga kondisi dalam
masyarakat, kehidupan sehari-hari yang berpengaruh terhadap kelangsungan
hubungan kerja.
Penelitian yang dilakukan oleh Departemen Tenaga Kerja, menemukan bahwa
penyebab munculnya keresahan tersebut antara lain: tingkat pendidikan yang masih
38
39

Saiful Anwar, Op.Cit, hal. 15
Hadi Setia Tunggal, Loc.Cit, hal.32-33.

Universitas Sumatera Utara

25

rendah yang menyebabkan kendala dalam berbagai hal, seperti kendala dalam
berkomunikasi. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi tingkat emosi dan cenderung
tinggi, sulit menerima pendapat orang lain dan mudah tersinggung. Dalam keadaan
yang demikian, rasa solidaritas menjadi kuat.40
Dalam suatu perselisihan, ada lebih dari satu pihak atau setidaknya ada dua
pihak, yang saling berbeda pendapat mengenai sesuatu hal. Perbedaaan pendapat ini
mengakibatkan pertentangan.
Iman soepomo menyebutkan dua bentuk perselisihan yang mungkin terjadi
dalam suatu hubungan kerja. Pertama perselisihan hak (rechtsgeschillen), yaitu jika
masalah yang diperselisihkan termasuk bidang hubungan kerja, maka yang
diperselisihkan adalah mengenai hal yang telah diatur atau ditetapkan dalam suatu
perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau dalam suatu peraturan perundangundangan. Kedua, perselisihan kepentingan (belangengeschillen), yaitu tidak adanya
persesuaian paham mengenai syarat-syarat kerja dan/atau keadaan perburuhan,
biasanya berupa tuntutan kerja dan/atau keadaan perburuhan.41
Undang-Undang Ketenagakerjaan menyebut perselisihan ini dengan sebutan
Perselisihan Hubungan Industrial (PHI). Cara penyelesaian perselisihan antara TKA
dengan pengusaha lebih ditekan dalam isi perjanjian kontrak kerja antara mereka. Hal
ini disebabkan antara lain karena perbedaan negara yang otomatis juga tampak pada
perbedaan

peraturan-peraturan

hukum

yang

berlaku

antar

negara

dalam

menyelesaikan permasalahan-permasalahan mengenai perselisihan yang terjadi dalam
hubungan kerja antara TKA dengan perusahaaan.

40
41

Ibid, hal.215
Ibid, hal. 215-216

Universitas Sumatera Utara

26

2. Konsepsi
Suatu konsep atau suatu kerangka konsepsionil pada hakekatnya merupakan
suatu pengarah atau pedoman yang lebih konkret dari pada kerangka teoritis yang
seringkali masih bersifat abstrak, namun kerangka konsepsionil kadang-kadang
dirasakan masih abstrak, sehingga diperlukan defenisi-defenisi operasionil yang akan
dapat menjadi pegangan konkret di dalam proses penelitian.42 Defenisi-defenisi
tersebut biasanya didasarkan atau diambil dari peraturan perundangan-undangan
tertentu, sekaligus merumuskan defenisi-defenisi tertentu yang dapat dijadikan
pedoman operasional dalam proses pengumpulan, pengolahan, analisa dan konstruksi
data.43
Maka dari itu harus didefenisikan beberapa konsep dasar dalam penelitian ini
agar secara operasional diperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah
ditentukan yakni sebagai berikut:
a. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun masyarakat.44
b. Tenaga kerja asing adalah warga negara asing pemegang visa dengan maksud
bekerja di wilayah Indonesia.45
c. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau
imbalan dalam bentuk lain.46

42

Soerjono Soekanto, Op.Cit, hal. 133
Ibid , hal. 137
44
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Ketenagakerjaan
45
Pasal 1 angka 13 Undang-Undang Ketenagakerjaan
46
Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Ketenagakerjaan
43

Universitas Sumatera Utara

27

d. Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum atau badanbadan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau
imbalan dalam bentuk lain.47
e. Perusahaan adalah bentuk usaha yang berbadan hukum milik swasta yakni PT.
Toyo Kanetsu Indonesia yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar
upah atau imbalan dalam bentuk lain.
f. Pengusaha adalah orang perseorangan,persekutuan, atau badan hukum yang
berada di Indonesia yaitu PT. Toyo Kanetsu Indonesia yang mewakili perusahaan
yaitu PT. Toyo Kanetsu Kobe yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
g. Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh (TKA) dengan pengusaha
atau pemberi kerja (PT. Toyo Kanetsu Indonesia) yang membuat syarat-syarat
kerja, hak dan kewajiban para pihak.
h. Perselisihan adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara
pengusaha (PT. Toyo Kanetsu Indonesia) dengan pekerja/TKA karena adanya
perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan, dan perselisihan pemutusan
hubungan kerja serta hanya dalam satu perusahaan.
G. Metode Penelitian
1.

Spesifikasi Penelitian
Sesuai dengan rumusan permasalahan dan tujuan penelitian ini, maka

penelitian ini adalah penelitian normatif yang bersifat preskriptif analistis maksudnya
penelitian ini adalah penelitian yang menggambarkan, menelaah, menjelaskan dan
menganalisis hukum serta dimaksudkan juga untuk memberikan argumentasi berupa

47

Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Ketenagakerjaan

Universitas Sumatera Utara

28

penilaian atas hasil penelitian yang telah dilakukan.48 Penelitian ini termasuk ruang
lingkup penelitian yang menggambarkan, menelaah dan menjelaskan secara tepat
serta menganalisa peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan yang
berkaitan dengan TKA serta perjanjian kerja yang dibuat antar TKA dengan
perusahaan.
2.

Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

pendekatan Perundang-undangan (Statute Approach). Pendekatan dilakukan dengan
menganalisis data sekunder dengan cara melihat peraturan perundang-undangan
sebagai dasar awal melakukan analisis, dan juga melihat bahan-bahan kepustakaan
seperti literatur-literatur tentang pokok permasalahan yang diteliti yang berkaitan
dengan perjanjian kerja TKA pada PT.Toyo Kanetsu Indonesia di kota Batam.
3.

Sumber Data
Untuk terlaksananya penelitian ini diperlukan sejumlah data. Pengumpulan

data diperoleh dari penelitian kepustakaan yang didukung penelitian lapangan. Data
tersebut dikelompokkan menurut jenis dan sumber bahannya, yaitu:
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mengikat.
Sebagai landasan utama yang dipakai dalam rangka penelitian ini diantaranya
adalah:
1. Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
2. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per
02/MEN/III/2008 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing

48

Mukti Fajar.ND, Yulianto Achmad,MH, Dualisme penelitian Hukum Normatif dan empiris,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010, hal. 184

Universitas Sumatera Utara

29

b. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer, seperti buku-buku, hasil-hasil penelitian, hasil
seminar dan karya ilmiah dari kalangan hukum, yang berkaitan dengan hukum
ketenagakerjaan, khususnya mengenai perjanjian kerja dengan TKA.
c. Bahan hukum tertier atau non-hukum adalah bahan pendukung di luar bidang
hukum seperti kamus, ensiklopedia, majalah, surat kabar dan artikel-artikel
yang berkaitan dengan TKA.
Selanjutnya sebagai data penunjang untuk lebih mendukung penelitian ini
maka dilakukan wawancara dengan pihak yang dijadikan sebagai narasumber yaitu:
Kepala Bagian Personalia/HRD (Human Resource Development) pada PT. Toyo
Kanetsu Indonesia, Batam, Tenaga Kerja Asing pada PT. Toyo Kanetsu Indonesia,
Batam, dan pihak Dinas Tenaga Kerja Kota Batam.
4.

Alat Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan 2 (dua) alat pengumpulan data yaitu:
a. Studi dokumen untuk mengumpulkan data sekunder yang terkait dengan
permasalahan yang diajukan, dengan cara mempelajari buku-buku, hasil
penelitian dan dokumen-dokumen perundang-undangan yang terkait dengan
hukum ketenagakerjaan khususnya perjanjian kerja yang dibuat antara TKA
dengan pihak PT.Toyo Kanetsu Indonesia di Batam.
b. Pedoman wawancara, yang dilakukan dengan pedoman wawancara yang
terstruktur dan sistematis kepada beberapa narasumber yang mengetahui dan
memahami tentang perjanjian kerja antara TKA dengan pihak perusahaan
PT.Toyo Kanetsu Indonesia, di Batam.

Universitas Sumatera Utara

30

5.

Analisis Data
Setelah pengumpulan data dilakukan, baik dengan studi kepustakaan dan

wawancara mendalam maka data tersebut dianalisa secara kualitatif.49 Yaitu
melakukan pengamatan dan pengelompokan data-data yang diperoleh dari hasil
penelitian dan menghubungkan tiap-tiap data yang diperoleh tersebut dengan
ketentuan-ketentuan ataupun asas-asas hukum yang terkait dengan permasalahan
yang diteliti, setelah selesai pengolahan data baru ditarik kesimpulan dengan
menggunakan metode induktif. Analisis data yang dilakukan dengan pembuktian
induktif, yaitu didefenisikan dengan proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan
pada satu atau dua fakta atau bukti-bukti.
Proses pembentukan hipotesa dan pengambilan kesimpulan berdasarkan data
yang diobservasi dan dikumpulkan terlebih dahulu disebut proses induksi dan
metodenya disebut metode induktif. Dengan demikian pendekatan induksi
mengumpulkan data terlebih dahulu bagi hipotesis dibuat jika diinginkan atau
konklusi langsung diambil jika hipotesis tidak digunakan.

49

Bambang Sunggono, Metodeologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997, hal. 10

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerja Tenaga Kerja Asing Pada PT. Toyo Kanetsu Indonesia (Studi Pada Kawasan Industri Batu Ampar, Batam)

4 53 186

Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemborongan Kerja Milik Pemerintah Antara CV. Dina Utama Dengan Dinas Penataan Ruang Dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara

2 55 134

Analisis Yuridis Perjanjian Pekerjaan Konstruksi Pembangunan/Rehabilitasi Depo Pemasaran Hasil Perikanan Antara Dinas Pertanian, Perikanan Dan Kehutanan Kota Padangsidimpuan Dengan Cv. Via Anugrah

1 38 98

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN KERJA KARYAWAN KONTRAK DENGAN PT TYFOUNTEX INDONESIA BERDASARKAN Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Kerja Karyawan Kontrak Dengan Pt Tyfountex Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Ketenagakerjaan.

0 3 19

PROSEDUR PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING OLEH PT. PHILIPS INDUSTRIES BATAM.

0 0 16

Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerja Tenaga Kerja Asing Pada PT. Toyo Kanetsu Indonesia (Studi Pada Kawasan Industri Batu Ampar, Batam)

0 0 15

Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerja Tenaga Kerja Asing Pada PT. Toyo Kanetsu Indonesia (Studi Pada Kawasan Industri Batu Ampar, Batam)

0 0 2

Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerja Tenaga Kerja Asing Pada PT. Toyo Kanetsu Indonesia (Studi Pada Kawasan Industri Batu Ampar, Batam)

0 3 28

Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerja Tenaga Kerja Asing Pada PT. Toyo Kanetsu Indonesia (Studi Pada Kawasan Industri Batu Ampar, Batam)

0 0 6

Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerja Tenaga Kerja Asing Pada PT. Toyo Kanetsu Indonesia (Studi Pada Kawasan Industri Batu Ampar, Batam)

0 0 2