BOOK Dian Purworini Strategi Perusahaan

STRATEGI PERUSAHAAN DALAM MERESPON
DUGAAN PELANGGARAN HUKUM :
ANALISIS KUALITATIF STRATEGI PERBAIKAN
IMAGE PADA KASUS BERAS “MAKNYUSS”
Dian Purworini
Universitas Muhammadiyah Surakarta
� Dian.Purworini@ums.ac.id

Pendahuluan
Masyarakat Indonesia dua bulan belakangan ini dikejutkan dengan
berita fenomenal tentang dugaan penipuan beras oleh salah satu
perusahaan besar PT Indo Beras Unggul (PT. IBU). Dalam berbagai
berita yang dimuat oleh media cetak dan elektronik baik skala lokal
maupun nasional, PT IBU diberitakan sebagai pihak yang melakukan
kecurangan dalam praktek bisnisnya.
Kasus yang membuat masyarakat terkejut ini dimulai ketika
Satuan Tugas Pangan Badan Reserse Kriminal Polri yang melakukan
penggerebekan di pabrik beras PT IBU di Bekasi. Diduga, salah satu
perusahaan besar yang memproduksi beras merek “Maknyuss” dan
“Ayam Jago” ini telah membeli harga gabah petani melebihi harga batas
yang ditetapkan pemerintah (kompas.com, 2017).

Perusahaan ini juga dinilai menyalahgunakan kekuasaan
mencampur beras kualitas rendah dengan beras kualitas tinggi untuk
dijual dengan harga premium. Selain itu, perusahaan ini juga diduga
memalsukan jumlah kalori produk yang berbeda dibandingkan dengan
aslinya.
Masyarakat tentu sangat resah dan terkejut dengan berita tersebut.
Hal ini tentu tidak lepas dari fakta bahwa beras adalah makanan
pokok bagi masyarakat Indonesia. Maka dari itu, berita ini secara
cepat menimbulkan penilaian negatif yang diberikan oleh masyarakat
terhadap PT IBU. Sebagai buktinya, saham PT IBU sempat mengalami
penurunan ketika berita ini semakin tersebar luas.

21

Kolase Komunikasi di Indonesia

Kehadiran media online membuat organisasi mau tidak mau
harus siap memahami bagaimana media ini bekerja. (Pang, Hassan, &
Chong, 2013) mengungkapkan bahwa krisis bisa menjadi besar karena
media online. Dari studi terhadap 5 kasus, mereka menemukan fakta

jika nilai berita media konvensional memilii pengaruh terhadap berita
di media online. Hal ini terjadi ketika berita tersebut memiliki nilai –
nilai tertentu, misalnya keterlibatan selebriti, konlik dan kepentingan
manusia, kebijakan, unsur kebaruan dan ketidakpuasan konsumen
dalam jumlah besar.
Dalam kasus yang terjadi di PT IBU, unsur nilai penting sangat
terlihat jelas ketika media menuliskan peran salah satu mantan politisi
dan pejabat negeri ini di jajaran komisaris PT IBU. Keterlibatan tokoh
penting dan besarnya jumlah produksi PT IBU menjadi sasaran tepat
untuk menjadikan kasus ini menjadi besar. Maka tidak mengherankan
jika berita ini juga sempat menjadi berita besar di media online.
Apa yang terjadi di kasus ini menunjukkan bukti bahwa image
memiliki peran penting bagi kredibiltas dan keberlangsungan hidup
organisasi. Organisasi tidak bisa menghilangkan peran penting
stakeholder karena mereka berperan dalam penilaian terhadap
efektivitas komunikasi organisasi. Apalagi ketika organisasi mengalami
krisis, dimana komunikasi semakin dIBUtuhkan keberadaannya.
Dengan melakukan komunikasi ketika krisis terjadi, maka organisasi
dapat memiliki peluang untuk meminimalisir rusaknya reputasi,
menjaga layanan organisasi dan menjauhkan dari omongan negative di

masyarakat (Coombs & Holladay, 2014).
Fediuk, Pace, & Botero (2010) meyakini jika krisis memiliki
potensi untuk disorot oleh media, maka kebutuhan untuk bekerjasama
dengan stakeholder semakin tinggi. Maka dari itu, PT IBU seharusnya
melibatkan stakeholder dalam menghadapi kasus ini. Stakeholder
yang dilibatkan tidak saja dari karyawan maupun jajaran komisaris
perusahaan, tetapi juga dari petani, distrIBUtor, konsumen, media
massa maupun pemerintah sendiri dll.
Penelitian yang dilakukan oleh Park & Reber (2011) tentang
pengaruh hubungan public dan organisasi terhadap persepsi public
akan krisis dan sikap terhadap organisasi menunjukkan temuan
menarik. Hasil penelitian tersebut menunjukkan jika selain tingkat
22

Dian Purworini, Strategi Perusahaan dalam...

hubungan public dan organisasi, persepsi public terhadap penyebab
krisis memiliki pengaruh penting dalam sikap public terhadap pihak
yang bertanggungjawab dalam krisis tersebut.
Meskipun penelitian dalam kajian Public Relations di Indonesia

telah banyak membahas tentang image, masih sedikit kajian yang
membahas tentang strategi perbaikan image dari Benoit. Maka dari
itu, tujuan utama dari penelitian ini yaitu untuk mengeskplorasi peran
strategi komunikasi dalam kondisi krisis. Dengan menggunakan
kategorisasi dari Benoit, penelitian ini meneliti strategi apa saja yang
digunakan organisasi untuk menghadapi krisis yang secara tiba tiba
menerpa organisasi.
Teori Image Repair
Teori perbaikan image yang dirumuskan oleh William L Benoit
menggunakan dua asumsi dasar, yaitu komunikasi sebagai kegiatan
yang memiliki tujuan tertentu dan kedua, bahwa menjaga reputasi
organisasi adalah tujuan utama komunikasi (Frandsen & Johansen,
2010). Berdasarkan kedua asumsi tersebut, terlihat bahwa komunikasi
dan reputasi merupakan dua konsep yang saling berkaitan. Reputasi
organisasi sebagai bukti pengakuan keberadaan organisasi di mata
stakeholder perlu dibangun melalui komunikasi, tidak saja dari aktivitas
pemasaran, keuangan atau kegiatan lain yang dilakukan organisasi.
Benoit merumuskan bahwa strategi perbaikan image dapat
dilakukan dengan 5 cara yaitu denial (menyangkal), evasion of
responsilibity (menghindari tanggungjawab), reducing ofensiveness

of event (mengurangi penolakan), corrective action (tindakan
memperbaiki) dan mortiikasi (meminta maaf) (Benoit, 1997).
Denial sendiri terdiri dari dua tipe yaitu simple denial (menghindar
secara biasa saja) dan juga shiting the blame (menyalahkan pihak
lain). Simple denial ini terjadi ketika perusahaan menolak sebagai
pihak yang bertanggung jawab atas kejadian yang merugikan. Adapun
shiting the blame dilakukan ketika perusahaan menuduh pihak lain
yang seharusnya bertanggung-jawab atas kejadian yang merugikan
(Benoit, 1997).
Evasion of responsibility terdiri dari provocation (provokasi),
defeasibility, accident (tidak sengaja), and good intentions (niat
baik). Strategi ini dilakukan perusahaan untuk menguransi kerugian
23

Kolase Komunikasi di Indonesia

akibat krisis atau kasus yang terjadi. Provokasi terjadi ketika tindakan
yang dinilai merugikan tersebut hanyalah respon dari tindakan lain.
Defeasilibity terjadi ketika perusahaan tidak memiliki informasi
yang lengkap sebagai bahan untuk mengambil kebijakan. Accident

terjadi karena apa yang dilakukan tersebut bukan karena kesengajaan
perusahaan dan good intention dilakukan ketika perusahaan meyakini
bahwa sebenarnya mereka hanya ingin melakukan suatu hal yang baik,
terlepas dari fakta yang terjadi kemudian (Benoit, 1997).
Strategi ketiga yaitu reducing the ofensiveness. Strategi ini
dapat dilakukan melalui bolstering (dengan menekankan pada
upaya kebaikan yang pernah dilakukan perusahaan), minimization
(menekankan bahwa kerugian yang ditimbulkan tidak signiikan),
diferentiation (bertindak tidak agresif), transcendence (tindakan yang
menimbulkan kerugian tersebut sebenarnya lebih ringan dibandingkan
ketika dilakukan tindakan lain), attacking one’s accuser (menyerang
kredibilitas pihak lain),dan compensation (memberikan ganti rugi
kepada pihak yang dirugikan) (Benoit, 1997).
Adapun kedua strategi lain yaitu corrective action dan
mortiication. Corrective action adalah ketika respon yang diambil
menunjukkan bahwa perusahaan ingin bertanggung jawab dan
memperbaiki keadaan agar tidak terjadi lagi di masa depan. Strategi
kelima yaitu mortiication, meliputi upaya yang dilakukan perusahaan
untuk mengakui dan meminta maaf bahwa mereka yang bertanggungjawab atas kerugian yang terjadi (Benoit, 1997).
Teori perbaikan image dari Benoit ini dipilih karena teori ini

dinilai menjadi salah satu teori penting dalam konteks perbaikan image
ketika krisis terjadi (Low, Varughese, & Pang, 2011).

Metode
Penelitian ini menggunakan analisis teks dari berita media. Adapun
media yang menjadi sampel penelitian yaitu www.kompas.com.
Analisis kualitatif yang dilakukan disini yaitu dengan menganalisis
teks sesuai dengan kategorisasi dari strategi perbaikan image yang
dirumuskan oleh Benoit.
Data dikumpulkan dari berita di www.kompas.com selama kurun
waktu bulan Juli sampai awal Agustus 2017. Tercatat ada 28 berita yang
24

Dian Purworini, Strategi Perusahaan dalam...

dimuat dari situs tersebut. Dalam studi dengan teori perbaikan image,
tujuan utamanya tidak melihat peran dari media massa dalam situasi
krisis yang merugikan image. Teks media justru menjadi sumber data
untuk memahami bagaimana organisasi mengkomunikasikan krisis
yang mereka alami (Low et al., 2011).

Berita media yang memuat kalimat atau berita yang dikemukakan
oleh perwakilan PT IBU dianalisis sebagai respon mereka terhadap
kasus yang terjadi. Dari 28 berita yang memuat kasus tersebut, hanya
ada 8 berita yang memuat respon dari PT IBU ketika menghadapi
kasus ini. Opini editorial yang muncul dalam berita tidak dimasukkan
sebagai subjek penelitian.
Analisis data dilakukan secara bertahap. Analisis pertama
dimulai dengan identiikasi isu penting dari kasus tersebut beserta
perkembangan berita. Di tahap ini, peneliti mencermati seputar
pemberitaan untuk menentukan apa isu utama yang dimunculkan oleh
media.
Tahapan kedua yaitu mengidentiikasi bagaimana perkembangan
isu tersebut. Dalam tahap ini, akan mulai diidentiikasi bagaimana
gambaran umum strategi komunikasi PT IBU.
Selanjutnya yaitu tahapan ketiga. Pada tahap ini, tipe kategori
perbaikan image yang dirumuskan oleh Benoit akan mulai digunakan
untuk mencermati bagaimana PT IBU menanggapi kasus yang
mereka hadapi. Setiap pernyataan yang dikeluarkan oleh PT IBU akan
dikelompokkan sesuai dengan kategori 5 tipe strategi perbaikan image.


Penyajian data
PT IBU adalah salah satu anak perusahaan PT Tiga Pilar Sejahtera
Food yang berdiri tahun 1992 di kota Karanganyar Jawa Tengah.
Perusahaan yang telah meraih ISO 9001 : 2000 ini mulai terjun ke
industry beras pada tahun 2010 . PT IBU dalam pernyataan yang
dimuat oleh media nasional ini telah menggunakan beberapa strategi
untuk memperbaiki imagenya. Dalam waktu kurang dari 2 bulan
setelah pemberitaan dimuat di media, ternyata tidak banyak berita
yang menyajikan pernyataan mereka. Berita cenderung memuat kasus
PT IBU dari perspektif pihak luar perusahaan.

25

Kolase Komunikasi di Indonesia

Strategi denial melalui simple denial dan shit the blame
Dalam merespon terhadap berbagai tuduhan yang menyebutkan
bahwa beras yang dijual PT IBU adalah beras berkualitas rendah atau
beras untuk jatah orang miskin, PT IBU melalui juru bicaranya, Jo
Tjong Seng mengatakan kepada harian ini seperti tersebut ini, “ Kami

tidak gunakan beras berubsidi, atau raskin untuk produksi kami. Kami
membeli gabah dari petani. Gabah umum yang dihasilkan kelompok
tani di sekitar pabrik kami. Ini umum dilakukan para pengusaha”
(kompas.com, 2017) .
Pernyataan yang dimuat tanggal 22 Juli 2017 juga dimuat kembali
pada tanggal 25 Juli 2017. PT IBU juga menunjukkan jika beras yang
diproduksi perusahaannya sudah sesuai dengan deskripsi mutu
Standar Nasional Indonesia (SNI) yang sertiikasinya diperoleh dari
Badan Standardisasi Nasional (BSN) (Kompas.com, 2017d).
Dengan pernyataan tersebut mereka meyangkal apa yang
dituduhkan kepada mereka. Pernyataan yang diberikan oleh juru bicara
menunjukkan bahwa manajemen PT IBU secara kompak menolak
bahwa mereka melakukan kecurangan dalam proses produksi produk
mereka dan menilai bahwa apa yang mereka lakukan sama dengan
yang dilakukan oleh produsen beras lain.
Selanjutnya sebagai upaya untuk menguatkan penolakan mereka,
PT IBU menyatakan bahwa mereka masih bekerja seperti biasanya.
Dalam pernyataan berikut ini, “Kami tetap lanjutkan kegiatan
operasional biasanya. Produksi jalan tetap normal. Kami tunggu
keterangan dari otoritas yang berwenang,”. PT IBU memahami bahwa

mereka tidak bersalah maka dari itu mereka tetap melakukan kegiatan
operasional seperti biasa.
Mereka juga menunjukkan jika pabrik masih beroperasi normal
karena tidak ada penyegelan dari kepolisian, seperti dikutip dalam
pernyataan berikut ini, “Kami tidak lakukan pelanggaran. Pabrik
kami juga tidak disegel, hanya diberi police line dari otoritas yang
berwenang,”(Kompas.com, 2017a). Pernyataan dari juru bicara PT IBU
tersebut, tidak hanya dimuat pada tanggal 22 Juli 2017 tetapi juga pada
tanggal 24 Juli 2017 (Kompas.com, 2017b). Ini menunjukkan bahwa
ada upaya dari pihak media untuk kembali mengingatkan pembaca
akan pernyataan PT IBU sebelumnya.
26

Dian Purworini, Strategi Perusahaan dalam...

Selain denial dengan simple denial, PT IBU juga menggunakan
strategi denial melalui shit the blame. Strategi ini dilakukan dengan
menunjuk bahwa ada orang lain atau organisasi lain yang seharusnya
bertanggung-jawab atas tindakan yang dinilai merugikan tersebut
(Benoit, 1997).
Setelah memberikan pernyataan yang membantah tuduhan
pelanggaran, PT IBU menilai bahwa tuduhan tersebut tidak terjadi
karena mereka , tetapi justru karena aturan dari pemerintah yang tidak
jelas tentang produksi beras. Khudori menyatakan seperti berikut,
: “Oleh karena itu, momentum Ini menjadi penting untuk perbaikan
atau memperbaiki merakit ulang kebijakan yang umurnya sudah
setengah “Supaya negara tak jadi pasukan tanpa amunisi dan tanpa
senjata,” selain itu mereka juga menyatakan agar “Supaya negara tak
jadi pasukan tanpa amunisi dan tanpa senjata,” (kompas.com, 2017).
Strategi denial dengan tipe menyalahkan pihak lain adalah salah
satu strategi yang memiliki resiko. Jika perusahaan benar maka hal
ini semakin menguatkan mereka, tetapi jika perusahaan salah maka
hal ini bisa jadi semakin memperburuk hubungan mereka dengan
pihak yang dituduhkan. Adapun dalam kasus ini, pernyataan PT IBU
bahwa peraturan pemerintah tidak jelas juga ternyata diakui oleh pihak
pemerintah sendiri.
Pemerintah melalui menteri sosial, Khoifah Indar menyatakan
jika kejadian yang menimpa PT IBU menunjukkan jika saat ini belum
ada regulasi yang mengatur persentase jumlah beras medium yang
benih dan pupuknya disubsidi oleh pemerintah. Menurut menteri
sosial, “ ada hikmah untuk bisa disiapkan regulasinya. Artinya kalau
ada padi yang disubsidi pupuknya dan benihnya harusnya ini masuk
CBP (Cadangan Beras Pemerintah),” ujar Khoifah (Kompas.com,
2017c).
Pernyataan dari pemerintah yang dimuat pada tanggal 27 Juli 2017
tersebut secara tidak langsung mendukung pernyataan PT IBU bahwa
kasus ini tidak serta merta terjadi karena kesalahan PT IBU, tetapi juga
karena belum jelasnya regulasi tentang produksi beras.
Pernyataan yang bernada menyalahkan pihak lain juga dilakukan PT
IBU ketika merespon tuduhan bahwa mereka memainkan harga di tingkat
konsumen. Menurut juru bicara PT IBU, “Kami jual beras dengan harga
27

Kolase Komunikasi di Indonesia

jual yg wajar. Kami business to business (B To B). Harga jual di tingkat
konsumen ditentukan outlet yang menjual. Kami tak punya kuasa tentukan
harga di tingkat konsumen,” (Kompas.com, 2017).
Pernyataan tersebut menunjukkan jika bukan PT IBU yang
memiliki kekuatan untuk mengolah harga di tingkat konsumen, tetapi
itu terjadi karena mekanisme pasar. Sehingga wajar jika kemudian
harga berbeda-beda. Selain itu, untuk menguatkan argumentasinya,
PT IBU juga menyatakan bahwa “Kami memberikan pilihan kepada
konsumen yang ingin beli beras.
Pilihan yang kami tawarkan sesuai mutu yang jelas. Mahal tidaknya
kembali ke konsumen. Konsumen bisa pilih produk kami atau produk
lain sejenis yang ada di pasar,” (Kompas.com, 2017).Pernyataan tersebut
memberikan gambaran bahwa sebagai penjual mereka sudah berusaha
memberikan pilihan bagi konsumen agar memilih mana yang sesuai
dengan keinginan mereka. Maka dari itu, pernyataan mereka yang
menunjuk mekanisme pasar menjadi tidak menjatuhkan pihak lain.
Evasion of responsibility melalui good intentions
Dari empat tipe strategi evasion of responsibility yang dirumuskan
Benoit, salah satunya digunakan oleh PT IBU yaitu melalui good
intentions. Strategi ini dilakukan oleh perusahaan ketika mereka ingin
menekankan jika tindakan mereka yang disalahkan oleh pihak lain
tersebut sebenarnya dilakukan dengan niat baik (Benoit, 1997).
Dari strategi yang awalnya berbentuk denial, maka evasion of
responsibility dengan menunjukkan adanya niat baik ini menunjukkan
adanya rasa tanggung-jawab PT IBU. Dalam pernyataannya, PT IBU menilai
bahwa, “ Diskripsi mutu yang dikeluarkan SNI berdasarkan parameter
visual. Bukan pada jenis atau varietas berasnya. Kami dapat SNI melalui
laboratorium yang terakreditasi. Jadi deskripsi mutu sesuai SNI nomor
6128-2008,” (Kompas.com, 2017). Tindakan PT IBU dengan melakukan
tes melalui laboratorium yang terakreditasi menunjukkan bahwa mereka
memiliki niat dan tanggung-jawab baik dalam memproduksi beras.
Selanjutnya mereka juga menunjukkan bahwa mereka ingin
memberikan produk yang bermanfaat bagi konsumen mereka. Mereka
menyatakan, “Nilai kandungan gizi dan AKG yang dicantumkan sejalan
dengan hasil laboratorium yang terakreditasi saat ini. Beda angka, tapi
masih masuk standar toleransi,”(Kompas.com, 2017). Pernyataan yang
28

Dian Purworini, Strategi Perusahaan dalam...

sama juga dimuat di tanggal 25 Juli 2017 (kompas.com, 2017). Dengan
menunjukkan bahwa beras mereka juga memiliki standar gizi dan AKG,
PT IBU berharap bahwa masyarakat dan pemerintah mengerti bahwa
mereka tidak melakukan kecurangan untuk merugikan konsumen.
Terkait dengan dugaan bahwa mereka menjual beras murah
dengan harga premium, PT IBU tidak hanya membantahnya tetapi
juga meyakinkan bahwa beras yang mereka jual memiliki kualitas
lebih tinggi dari beras biasa. “Kami jual beras dengan deskripsi mutu
premium sesuai SNI, bukan varietas. IR64 bisa jadi beras medium, bisa
jadi premium. SNI bicara soal parameter isik,” (kompas.com, 2017).
Dalam menanggapi beras yang disita polisi, PT IBU melalui Jo Tjong
Seng sebagai juru bicara, juga mengunakan bentuk evasion of responsibility
berupa good intentions. Menurut Jo Tjong Seng, “Yang disita 1.000-1.200
ton. Stok itu untuk mencukupi kebutuhan seminggu ke depan,”. Lebih
lanjut juru bicara menilai jika, “Industri bisa punya stok, untuk kebutuhan
produksi atau jangka waktu tertentu. Jumlah stok yang diizinkan untuk tiga
bulan. Nah saat ini kapasitas produksi kami 4.000 ton per bulan. Jadi kami
tidak lakukan penimbunan,” (kompas.com, 2017).
Reducing ofensiveness melalui minimization dan bolstering
Strategi ketiga yang digunakan oleh PT IBU adalah melalui
reducing ofensiveness atau mengurangi ketegangan. Menurut
Benoit (1997) perusahaan yang dituduh melakukan kesalahan dapat
mengurangi ketegangan atau penolakan dari masyarakat dengan
menerapkan beberapa strategi dalam tipe reducing ofensiveness.
Strategi mengurangi penolakan tersebut juga dilakukan oleh PT IBU
dalam merespon kasus yang menerpa mereka. Mereka menggunakan
minimization untuk mengurangi penolakan yang terlanjur muncul di
masyarakat melalui gencarnya pemberitaan.
Upaya ini muncul ketika PT IBU merespon penyidikan pihak
kepolisian yang telah mengamankan gudang dengan memberi garis
polisi, PT IBU menilai bahwa upaya tersebut tidak menghambat
produksi mereka. “Kami tetap lanjutkan kegiatan operasional biasanya.
Produksi jalan tetap normal. Kami kooperatif, tunggu keterangan dari
otoritas yang berwenang,” demikian yang dipaparkan juru bicara PT
IBU (kompas.com, 2017). Pernyataan PT IBU bahwa mereka akan
kooperatif dengan pemeriksaan polisi menunjukkan bahwa mereka
29

Kolase Komunikasi di Indonesia

ingin memperbaiki masalah yang ada dengan menunjukkan niat baik
mereka.
Pernyataan serupa juga diungkapkan dengan berjanji untuk
bekerjasama dengan pihak kepolisian. “Otoritas bwrwenang punya dasar
tertentu dalam menentukan pemeriksaan dan lain-lain. Itu dalam rangka
menjalankan tanggung jawabnya. Kami kooperatif. Kami belum akan
lakukan upaya hukum apapun,” kupas juru bicara PT IBU (kompas.com,
2017).
Pernyataan tersebut setidaknya menunjukkan bahwa mereka tidak
akan lari dari tuduhan polisi dan mereka berusaha membuka komunikasi
dengan polisi. Meski mereka terpojok dengan pemeriksaan ini, mereka
tetap mengatakan positif di depan media demi menjaga ketenangan di
masyarakat. Ketika mereka melakukan upaya mengurangi suasana panas
maka akan dinilai masyarakat sebagai upaya baik perusahaan.
Mereka menyadari bahwa upaya komunikasi yang mereka lakukan
dalam situasi genting seperti ini akan menentukan keberlangsungan
kehidupan mereka. Maka dari itu, mereka berusaha menunjukkan cara
untuk mengurangi persepsi negative yang berkembang demi menjaga
image dan reputasi mereka.
Upaya kedua untuk mengurangi penolakan yaitu melalui bolstering.
Upaya ini menguatkan image positif terhadap perusahaan untuk
mengurangi persepsi negative yang muncul karena tindakan mereka yang
dinilai merugikan (Benoit, 1997).
Tanggal 25 Juli 2017 misalnya, PT IBU membantah tuduhan dari
polisi bahwa mereka melakukan praktek monopoli dengan membeli harga
tinggi dari petani yang diindikasikan merugikan prodosen beras lainnya.
Akan tetapi, PT IBU tidak serta membantah tetapi justru membantah
dengan menunjukkan bukti bahwa mereka melakukan kebaikan. Berikut
kutipan pernyataan dari juru bicara PT IBU, “Konsumsi beras nasional
kita per bulan sekitar 3 juta ton. Pangsa pasar beras PT IBU masih di
bawah 1 persen, jadi masih jauh kemungkinan menuju monopoli atau
oligopoli,” (kompas.com, 2017). pernyataan tersebut secara tersirat ingin
menunjukkan jika mereka membantu kebutuhan konsumsi masyarakat
dengan menyediakan beras dengan jumlah yang memadai.
Mereka kembali mengaku jika selama ini sudah memberikan
kontrIBUsi positif kepada petani dengan membayar gabah dengan harga

30

Dian Purworini, Strategi Perusahaan dalam...

yang menguntungkan petani. “Harga (gabah) yang dibayar oleh PT IBU
(kepada petani) sudah termasuk insentif bagi petani yang memenuhi
parameter mutu PT IBU,” demikian yang dikatakan juru bicara PT IBU
(kompas.com, 2017). Mereka percaya jika petani memiliki kesempatan
untuk menjual gabah mereka kepada siapapun baik itu bulog, penggilingan
atau kepada pihak lain. Maka dari itu, yang dilakukan PT IBU dengan
membeli gabah bersih dari kelompok tani merupakan upaya positif untuk
memberikan kesejahteraan bagi petani.
Ditambahkan oleh juru bicara PT IBU, adanya harga acuan yang
ditetapkan Kementrian Perdagangan juga diakui oleh mereka. “Artinya,
jika harga pasar di bawah harga acuan, maka pemerintah akan menjaga
pendapatan petani di tingkat harga acuan,” paparnya di Gedung BEJ,
Jakarta Selatan, Selasa (kompas.com, 2017).
Selanjutnya, PT IBU menilai jika pembelian gabah yang dilakukan
mereka mengikuti harga pasar yang berlaku saat itu dimana harga pasar
lebih tinggi dari harga acuan. Menurut juru bicara PT IBU, “dengan adanya
harga pasar yang lebih tinggi dari harga acuan, petani sudah diuntungkan,”
(kompas.com, 2017). Mereka mengaku bahwa mereka selalu membeli
gabah yang berkualitas maka mereka juga memiliki tindakan positif dengan
memberikan insentif kepada petani yang menjual gabah berkualitas sesuai
standar kepada mereka. Dengan demikian, kehadiran PT IBU di industry
beras justru dapat mendorong petani untuk bekerja dengan optimal agar
menghasilkan gabah yang berkualitas tinggi.
Corrective Action
Strategi terakhir yang digunakan oleh PT IBU adalah corrective
action. Strategi ini biasanya dilakukan perusahaan dengan berjanji
bahwa mereka akan memperbaiki kesalahan dan tidak melakukan
kesalahan lagi di depan (Benoit, 1997). Di antara berbagai pernyataan
yang dikeluarkan oleh juru bicara PT IBU, hampir tidak ada pernyataan
yang menunjukkan corrective action. Hal ini tentu wajar mengingat PT
IBU cenderung menggunakan strategi denial.
Salah satu pernyataan yang menunjukkan upaya untuk memperbaiki
keadaan dikeluarkan oleh komisaris independen PT IBU, Bondan.
Sebagai seorang public igure yang terkenal sebagai pakar kuliner, Bondan
menyatakan dukungannya kepada PT IBU. “Sejak 2009 saya sudah berada
di dalam TPS sebagai Komisaris Independen. I stand behind the Company
31

Kolase Komunikasi di Indonesia

and its product. Saya paham business model process maupun proses
produksi di lingkungan TPS. Bila perusahaan melakukan kesalahan, kami
akan mengoreksinya,” urai Bondan.
Pernyataan Bondan tersebut tidak berarti bahwa PT IBU mengakui
akan tuduhan yang dialamatkan kepada mereka. Bondan menggunakan
kata-kata jika, sebagai bentuk pengandaikan untuk menunjukkan bahwa
mereka siap memperbaiki jika tuduhan tersebut benar adanya. Kemudian,
menarik untuk dicermati ketika Bondan menceritakan bahwa kasus
ini sudah dikomunikasikan dengan pihak terkait termasuk otoritas
berwenang dan pemegang saham (kompas.com, 2017). Tindakan tersebut
menunjukkan bahwa PT IBU memiliki komunikasi yang positif dengan
pihak lain ketika mereka menangani kasus yang terjadi.

Pembahasan dan Kesimpulan
Dalam suatu waktu menyalahkan pihak lain (shiting the blame)
juga bermanfaat untuk perusahaan, tetapi strategi ini bukan merupakan
tindakan yang efektif untuk memperbaiki image (Benoit, 1997). Dalam
kasus ini strategi menyalahkan pihak lain juga dilakukan oleh PT IBU,
terutama ketika menyangkut regulasi pemerintah. Akan tetapi strategi
ini tidak tepat jika dilakukan beberapa kali. Masyarakat yang mengikuti
perkembangan kasus ini tentu berharap bahwa kebenaran akan terbuka
dan seolah bersembunyi di bawah regulasi bukan merupakan strategi
yang efektif. Hal yang cermat adalah, PT IBU hanya melakukannya
sekali dalam pernyataan resmi nya. Sehingga masyarakat tidak dengan
serta merta justru semakin menyalahkan PT IBU.
Strategi memperbaiki image memerlukan konsistensi untuk
melakukannya (McHale, 1999). Rancangan harus disusun secermat
mungkin agar terjadi perubahan yang berkelanjutan. Dalam kasus ini,
PT IBU dapat dinilai kurang maksimal dalam merespon berita yang
menimbulkan penilaian negative di sebagian masyarakat.
PT IBU seharusnya dapat lebih menggunakan strategi bolstering
dengan menjelaskan berbagai kontrIBUsi mereka terhadap penyediaan
konsumsi beras dan dukungan kepada petani local dengan menggunakan
merek mereka. Ini penting untuk dilakukan karena strategi bolstering
tanpa melibatkan merek yang selama ini dinilai negative tidak akan efektif
untuk memperbaiki image (Benoit, 2005).

32

Dian Purworini, Strategi Perusahaan dalam...

Hal ini dapat dilihat dari upaya komunikasi yang mereka tunjukkan
yang hanya berfokus pada retorika. Seandainya mereka menggunakan
bukti-bukti untuk menunjukkan keberhasilan positif yang selama ini
mereka lakukan, justru akan semakin menguatkan respon yang mereka
berikan.
Upaya perbaikan image yang dilakukan oleh PT IBU untuk
menghadapi kasus dugaan pelanggaran hukum tampaknya belum
maksimal untuk merubah persepsi negative yang muncul sesaat ketika
kasus ini muncul di permukaan.
Menurut Benoit (1997), strategi yang paling efektif untuk memperbaiki
image adalah mortiikasi (meminta maaf). Tidak mudah bagi perusahaan
baik yang benar bersalah atau tidak untuk meminta maaf, tetapi strategi
ini efektif untuk menimbulkan simpati masyarakat. Apalagi di konteks
masyarakat Indonesia yang kental dengan sikap empati dan mudah
memaakan. Akan tetapi justru strategi ini yang belum tampak dari respon
yang diberikan oleh PT IBU.
Dari berbagai strategi perbaikan image PT IBU, strategi corrective
action (memperbaiki kesalahan) dapat dinilai sebagai strategi yang paling
tepat. Strategi ini selain dapat menyelesaikan dampak negative dari tuduhan
juga dapat mencegah kasus yang sama terjadi lagi di masa depan (Lauzen,
2016). Ketika komisaris independen yang juga public igure angkat bicara,
akan mempermudah PT IBU untuk kembali mendapatkan kepercayaan
dari masyarakat. Ditambah lagi, kehadiran public igure tersebut yang
diterima dengan baik di masyarakat sebagai sosok dengan reputasi positif.
Penelitian ini memberikan gambaran pentingnya peran public
relations perusahaan untuk merespon secara strategis ketika diterpa berita
negative oleh media (Purworini, Kuswarno, Hadisiwi, & Rahmat, 2016)
. Salah satunya, karena media memiliki peran yang sangat besar dalam
pembentukan opini public (White, 2009).
Penelitian ini memiliki keterbatasan berkaitan dengan jumlah
data. Durasi pemberitaan yang ternyata hanya booming di bulan Juli
membuat penelitian ini hanya terbatas pada pernyataan-pernyataan
awal ketika kasus mulai mencuat. Ke depan, penelitian ini dapat
dilanjutkan dengan melihat pembentukan bingkai berita dengan
menggunakan analisis framing, atau dapat juga dilanjutkan dengan
melihat dominasi strategi perbaikan image PT IBU di berbagai media.
33

Kolase Komunikasi di Indonesia

Datar pustaka
Benoit, W. L. (1997). Image Repair Discourse and Crisis Communication.
Public Relations Review, 23(2), 177–186.
Benoit, W. L. (2005). Image Restoration heory. In R. L. Heath (Ed.),
Encyclopedia of public relations (Vol. 1, pp. 407–410). housand
Oaks, CA: Sage Publications, Inc.
Coombs, W. T., & Holladay, S. J. (2014). How publics react to crisis
communication eforts : Comparing crisis response reactions
across sub-arenas. Journal of Communication Management, 18(1),
40–57. https://doi.org/10.1108/JCOM-03-2013-0015
Fediuk, T. A., Pace, K. M., & Botero, I. C. (2010). Crisis Response
Efectiveness: Methodological Considerations for Advancement
in Empirical Investigation into Response Impact. In W. T. Coombs
& S. J. Holladay (Eds.), he Handbook of Crisis Communication
(pp. 221–242). Malden, MA: Wiley-Blackwell.
Frandsen, F., & Johansen, W. (2010). Corporate crisis communication
across cultures. In A. Trosborg (Ed.), Pragmatics across languages
and cultures (pp. 543–570). New York: Walter de Gruyter GmbH
& Co.
Lauzen, M. M. (2016). Image repair: A case study of hierry Frémaux
and the Cannes Film Festival. Public Relations Review, 42(1),
170–175. https://doi.org/10.1016/j.pubrev.2015.11.002
Low, Y. S.-Y., Varughese, J., & Pang, A. (2011). Communicating crisis: how
culture inluences image repair in Western and Asian governments.
Corporate Communications: An International Journal, 16(3), 218–
242. https://doi.org/10.1108/13563281111156880
McHale, J. P. (1999). Kenneth Starr â€TM s image repair discourse viewed
in 20 / 20. Communication Quarterly, 47(3), 265–280.
Pang, A., Hassan, N. B. B. A., & Chong, A. C. Y. (2013). Negotiating
crisis in the social media environment: Evolution of crises
online, gaining credibility oline. Corporate Communications:
An International Journal, 19(1), 96–118. https://doi.org/10.1108/
CCIJ-09-2012-0064
Park, H., & Reber, B. H. (2011). he Organization-Public Relationship
and Crisis Communication: he Efect of the Organization-Public
Relationship on Publics’ Perceptions of Crisis and Attitudes

34

Dian Purworini, Strategi Perusahaan dalam...

Toward the Organization. International Journal of Strategic
Communication, 5(4), 240–260. https://doi.org/10.1080/155311
8X.2011.596870
Purworini, D., Kuswarno, E., Hadisiwi, P., & Rahmat, A. (2016). he
Naturalization Policy in Online News Media. Mimbar, 32(2),
456–464.
White, C. (2009). Examining a crisis communication void: he role of
context to mitigate issues. Journal of Communication Management,
13(2), 176–190. https://doi.org/10.1108/13632540910951777
Berita Online
kompas.com. (2017). “ Pemerintahan Bisa Jatuh kalau Tak Mampu
Kelola Beras .” Retrieved December 8, 2017, from http://nasional.
kompas.com/read/2017/07/29/15034711/-pemerintahan-bisajatuh-kalau-tak-mampu-kelola-beraskompas.com. (2017). Disebut Beli Gabah Petani dengan Harga Tinggi
, Ini Komentar PT IBU. Retrieved August 8, 2017, from http://
ekonomi.kompas.com/read/2017/07/25/151700526/disebutbeli-gabah-petani-dengan-harga-tinggi-ini-komentar-pt-ibu 1
kompas.com. (2017). Heboh Beras Maknyuss , Dianggap Curang
hingga Anjlok di Pasar. Retrieved August 8, 2017, from http://
nasional.kompas.com/read/2017/07/25/08103571/heboh-berasmaknyuss-dianggap-curang-hingga-anjlok-di-pasar?page=all 1
Kompas.com. (2017). Gudang Digerebek , PT Indo Beras Unggul Klaim
Produksi Berasnya Tak Terganggu. Retrieved August 8, 2017,
from http://ekonomi.kompas.com/read/2017/07/22/225824726/
gudang-digerebek-pt-indo-beras-unggul-klaim-produksiberasnya-tak-terganggu 1
Kompas.com. (2017). Jadi Komisaris , Bondan Winarno Angkat Bicara
soal Penggerebekan Gudang Beras. Retrieved August 8, 2017, from
http://ekonomi.kompas.com/read/2017/07/24/092733126/jadikomisaris-bondan-winarno-angkat-bicara-soal-penggerebekangudang-beras
Kompas.com. (2017). Mensos Sebut Beras PT IBU Bukan untuk
Program Beras Sejahtera. Retrieved August 8, 2017, from http://
nasional.kompas.com/read/2017/07/24/17421441/mensossebut-beras-pt-ibu-bukan-untuk-program-beras-sejahtera

35

Kolase Komunikasi di Indonesia

Kompas.com. (2017). Produsen Beras “ Maknyuss ” dan “ Cap Ayam
Jago ” Bantah Pakai Beras IR64. Retrieved August 8, 2017, from
http://ekonomi.kompas.com/read/2017/07/22/200325926/
produsen-beras-maknyuss-dan-cap-ayam-jago-bantah-pakaiberas-ir64
Kompas.com. (2017). PT IBU : Mahalnya Harga Beras “ Maknyuss ” dan
“ Cap Ayam Jago ” Ditentukan Pengecer. Retrieved August 9, 2017,
from http://ekonomi.kompas.com/read/2017/07/23/095700826/
pt-ibu--mahalnya-harga-beras-maknyuss-dan-cap-ayam-jagoditentukan-pengecer 1

36