Peranan Dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati Sebagai Ibu Rumah Tangga

(1)

SEBAGAI IBU RUMAH TANGGA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)

KHODIJAH AWALIYAH NIM : 1110051000182

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M


(2)

SEBAGAI IBU RUMAH TAI{GGA

Skripsi

Diaj ukan Untuk Memenuh i Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana llmu Komunikasi Islam (S.Kom.l)

Oleh:

KHODIJAH AWALIYAH

NIM

:

I110051000182

DiBawah Bimbingan

JURUSAI\

KOMUNIKASI

DAN

PENYIARAN

ISLAM

FAKULTAS DAKWAH

DAN

ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS

ISLAM

NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKAR.TA

1435 Ht2014

M


(3)

Eurqurrqure6

100I€0166I rzz0696l'dIN

ffi

\-7

'11r[nEue6

'eloEEuy

900I€0z66rsIs0€96I'drN

@

:W

{eS

eloEEuy de>1Euerery"n1e)

qusobeuny4l Euep;g

yIOZ snlsn?V gZ'ep>Ief

'IIIslsI uererr{ue4

u€p

r$lllmuo)

IPnIS werEor4 eped (r'uro)'S) Iuels1 Ise>lluntuo) euehus ruleE qeloredrueru lere.& n1€s qel?s teEeqes stulrellp tlulel 1uI

Isdpls

7197 snlsnEy

97

pfl?w1 epud ege4e1 qqpp,(eplH JIrefS

NIn

Ise{lunwo) u€p q"l'r)eo

nurll

selln>I€C qesobeunl4l 8ueprs ruel€p ue>lln1p qepns ..u88uu1 quung

nq1 le8uqas pu^aurl

uqq

r1gd14 quzpulsn qu,ra{€O uuuured" lnpnfteq Isdlqs r00rt0086r6rr06n6

100zz1600z0190€86l'dIN

eloEEuy de>16uerery slreue{es


(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu pernyataan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini sudah saya cantumkan sesuai dengan keterangan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatulla Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bukan hasil karya asli saya atau merupakan

hasil jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 18 Agustus 2014


(5)

i

Peranan Dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati Sebagai Ibu Rumah Tangga

Ibu adalah sebagai tiang rumah tangga amatlah penting bagi terselenggaranya rumah tangga yang sakinah. Seorang ibu rumah tangga mempunyai peranan yang sangat besar di dalam kehidupan keluarganya. Ustadzah

Pipik adalah istri dari da’i Ustadz Jefri Al Buchori memiliki andil dalam kesuksesan karir suaminya dalam berdakwah. Setelah suaminya meninggal dunia Ustadzah Pipik di amanah kan empat anak-anaknya dan menjadi orang tua tunggal yang mengatur serta mengurus rumah tangga serta mengajarkan anak-anaknya berbagai macam ilmu pengetahuan terutama ilmu agama.

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah Bagaimana peranan dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati saat mendampingi suami ? Seperti apakah peranan dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati sebagai Ibu rumah tangga setelah meninggalnya suami?

Kemudian penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya peranan Ustadzah Pipik Dian Irawati sebagai ibu rumah tangga dan untuk mengetahui seperti apakah peranan Ustadzah Pipik Dian Irawati sebagai Ibu rumah tangganya. Karena dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui bagaimana peranan dakwah Ustadzah Pipik sebagai seorang ibu rumah tangga, peneliti disini ingin mengetahui secara mendalam kegiatan yang dilakukan Ustadzah Pipik. melalui observasi melihat pada realita yang dilakukan peneliti. Dan juga menggunakan wawancara langsung terhadap Ustadzah Pipik Dian Irawati. Subjek penelitian ini adalah keluarganya dari Ustadzah Pipik Dian Irawati. Namun peneliti ingin memfokuskan pada permasalahan peranan dakwah Ustadzah Pipik sebagai Ibu rumah tangga.

Menurut Gross Masson dan A. W. Mc Eachern sebagaimana dikutip oleh David Barry mendefinisikan peran sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenalkan pada individu yang menempatkan kedudukan sosial tertentu. Si sini peneliti mengkaitkan metode peranan, karena peneliti ingin mengetahui peranan ustadzah Pipik sebagai ibu rumah tangga dilihat dari segi kedudukan sosialnya ia sebagai seorang ibu rumah tangga.

Dari sini peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa Ustadzah Pipik Dian Irawati sebagai ibu rumah tangga memiliki peranan yang sangat penting dalam mendampingi suami serta kesuksesan dakwah suaminya. Ustadzah Pipik juga memiliki peranan yang sangat penting dalam mendakwahi keluarga terutama anak-anaknya karena seorang ibu merupakan madrasah bagi anak-anaknya.


(6)

ii

Assalamualaikum wr.wb.

Puji syukur kehadiran Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat serta hidayahnya yang telah di berikannya kepada peneliti sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peranan Dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati Sebagai Ibu Rumah Tangga”. Skripsi ini dibuat sebagai syarat untuk memperoleh gelar Strata 1 (S1) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda nabi besar kita yang membawa kita kepada peradaban jahiliyah menuju kepada cahaya terang benderang seperti sekarang ini yaitu nabi Muhammad SAW, dan para keluarganya, sahabatnya, serta mereka yang menegakan agama Islam.

Dengan segala kerendahan hati peneliti menyadari bahwa selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah peneliti untuk mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dan tak terhingga kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Dr. Suparto M.Ed selaku Pudek I, Drs. H. Jumroni, M.Si selaku Pudek II, dan Dr. H. Sunandar selaku Pudek III.

2. Rachmat Baihaky, MA, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Fita Fathurohmah, M.Si Selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(7)

iii

memberikan banyak ilmu dan meluangkan waktunya untuk saya dalam mengerjakan skripsi, sehingga skripsi dapat terselesaikan.

4. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Pepustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan kemudahan kepada peneliti.

5. Seluruh Bapak/Ibu dosen dan karyawan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan banyak ilmu, mudah-mudahan ilmunya menjadi bermanfaat.

6. Ayahanda tercinta Bpk. H. Toing, dan Ibundaku tercinta Ibu Hj. Armih yang selama hidupnya telah banyak memberikan seluruh kasih sayang dan doanya, serta membantu dalam penulisan skripsi, baik berupa moril maupun materil yang tak henti-hentinya hingga sampai sekarang.

7. Buat Kakak-kakakku tersayang Aman, S.Pd.I, Aminah, SH.I, Arsiah, Anita yang telah memberikan dukungan dan partisifasinya dalam penulisan skripsi dan tidak henti-hentinya selalu mendoakan dan memberikan dukungannya dalam penulisan skripsi saya.

8. Adik-adikku tersayang Ilham Syah dan Muhammad Afif Fadly yang telah memberikan motivasi yang tak henti-hentinya selama penulisan skripsi. 9. Buat tersayang Hendrik yang telah memberikan motivasinya dan memberikan

dukungannya berupa moril dan tenaganya dalam penulisan skripsi.

10.Para sahabat-sahabatku yang tercinta, teman-teman seperjuangan KPI F angkatan 2010/2011 dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu alhamdulilah berkat doa kalian semua dan kalian sudah banyak


(8)

iv terselesaikan.

Akhirnya kontribusi saran dan kritik Anda pembaca, semoga menjadi kebaikan untuk penulis dalam mengembangkan ilmu ke depan, serta menjadi amal kebaikan di akhirat kelak.

Jakarta, 18 Agustus 2014 Penulis,


(9)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 4

D. TinjauanPustaka ... 5

E. Metode Penelitian... 7

F. Sistematika Penulisan... 11

BAB II : TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Peranan……… 12

B. Pengertian Dakwah ... 14

C. Unsur-unsur Dakwah ... 16

D. Bentuk-bentuk Dakwah ... 23

E. Pengertian Ibu ... 24

F. Konsep Rumah Tangga Dalam Islam……… 27

BAB III : PROFIL USTADZAH PIPIK DIAN IRAWATI A. Riwayat Hidup Ustadzah Pipik Dian Irawati ... 32

B. Gambaran umum tentang Rumah Tangga Ustadzah Pipik Dian Irawati ... 37


(10)

vi

A. Peranan Dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati Sebagai

Ibu Rumah Tangga Saat Mendampingi Suami ... 41 B. Peranan Dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati Sebagai

Ibu Rumah Tangga Setelah Meninggalnya Suami ... 48

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ... 60 B. Saran-saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62


(11)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama dakwah1 artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah dengan kata lain bahwa dakwah menempati posisi yang tinggi dan mulia dalam kemajuan agama Islam, tidak dapat dibayangkan apabila kegiatan dakwah mengalami kelumpuhan yang disebabkan oleh berbagai faktor terlebih pada era globalisasi sekarang ini. Kegiatan dakwah merupakan aktivitas yang tidak pernah usai selama kehidupan dunia masih berlangsung dan akan terus melekat dalam situasi dan kondisi apapun bentuk dan coraknya. Tujuan dakwah Islam adalah mendorong dan mengharapkan potensi fitri manusia agar eksistensi mereka punya makna di hadapan tuhan dan sejarah. Tugas dakwah adalah tugas umat secara keseluruhan bukan hanya tugas kelompok tertentu umat Islam.2

Dakwah pada hakikatnya merupakan upaya untuk mempengaruhi kepribadian baik secara individual maupun kolektif. Dan dakwah pun dapat dilakukan dengan bil lisan yang lebih banyak memfokuskan pada penekanan informasi persuasif dan dakwah bil hal yang lebih menekankan kepada hal-hal yang bersifat praktis yang mampu merangsang agar mad’unya lebih cepat melakukan perubahan dalam kegiatan sehari-hari. Salah satu faktornya adalah penyampaian dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar, mudah

1

M. Amin Mansyur, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Jakarta:Al-Amin Press, 1997), h.8

2Syafi’

i Ma’rif, Islam dan Politik: Upaya Membingkai Peradapan, (Jakarta: Pustaka Dinamika, 1999), h.15


(12)

dipahami dan diserap oleh mad’u dengan tujuan agar dakwah yang disajikannya tidak menjenuhkan dan hambar yang mudah di abaikan.3

Kegiatan dakwah pun tidak hanya dipahami sebagai proses penyampaian ajaran Islam melalui mimbar, akan tetapi melahirkan kesadaran bahwa masyarakat sebagai sasaran atau objek dakwah (mad’u) tidak bersifat pasif dan dianggap tidak memiliki pemahaman dan harapan terhadap kegiatan

dakwah, yang menyebabkan para pelaku (da’i) merasa bebas menyampaikan

apapun sesuai dengan keyakinan.4

Pria dan wanita merupakan makhluk yang melengkapi satu sama lain dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya. Adanya perbedaan yang mendasar dalam peranan dan tujuan mereka, maka dapatlah diketahui bahwa pria dan wanita mempunyai perbedaan satu sama lain baik dalam watak atau perangai maupun dalam bentuk tubuh, yang mana masing-masing dilengkapi dengan apa yang secara semestinya dapat melengkapi peranan penting antara pria dan wanita. Mereka masing-masing memperoleh bagian dari apa yang diusahakannya, termasuk di dalamnya mengenai tanggung jawab masing-masing. Oleh karena itu sebagai manusia yang mengaku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka tidak diperbolehkan ada rasa iri satu sama lainnya.

Dalam sebuah rumah tangga, biasanya ada peran-peran yang dilekatkan pada para anggotanya, seperti seorang suami berperan sebagai kepala rumah tangga, sedangkan seorang istri berperan sebagai seorang ibu rumah tangga. peran-peran tersebut muncul biasanya karena ada pembagian

3

Djamal Abidin ASS, Komunikasi dan Bahasa Dakwah (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), cet. ke-1, h. 1.

4

Enjang AS, dan Aliyudin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah (Bandung: Widya Padjadjaran, 2009) cet. ke-1, h. 3.


(13)

tugas di antara mereka di dalam rumah tangga. seorang suami berperan sebagai kepala rumah tangga oleh karena ia mendapat bagian tugas yang lebih berat, yakni mencari nafkah untuk seluruh anggota rumah tangga. disamping itu, ia sebagai kepala rumah tangga juga diberi tanggung jawab untuk melindungi dan mengayomi rumah tangganya, sehingga rumah tangga tersebut dapat berjalan sesuai dengan nilai-nilai Islam.5

Wanita mempunyai peranan tertentu yang berbeda dengan kaum pria, seperti mengandung, menyusui, yang jelas-jelas memerlukan kelengkapan emosional sekaligus intelektual tertentu agar membuat wanita siap dan dapat menjalankan tugasnya yang paling sulit ini.6

Kepemimpinan dan fungsi keluarga itu lebih banyak dilakukan oleh pihak istri dengan kelembutannya seorang istri sebagai ibu rumah tangga dapat berperan sebagai faktor penyeimbangan suami dalam kehidupan seperti mengatur urusan rumah tangga, memasak, mengasuh, mendidik anak-anak, menyiapkan keperluan suami maupun anak-anaknya dan sebagainya.7

Karena seorang ibu adalah panutan buat anak-anaknya menjadi pribadi yang lebih baik. Ustadzah Pipik Dian Irawati adalah istri dari seorang da’i muda Ustadz Jefri Al Buchori. Perannya Ustadzah Pipik saat mendampingi suami dalam keadaan susah maupun senang dan dalam keadaan apapun selalu ada untuk suaminya. Setelah suaminya meninggal dunia Ustadzah Pipik Dian Irawati berperan sebagai kepala rumah tangga. Disamping kesibukannya sebagai pendakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati tidak melupakan perannya

5

Ratna Batara Munti, Perempuan Sebagai Kepala Rumah Tangga (Jakarta: Lembaga Kajian Agama, 1999), h. 6.

6

Rafuidin, Menjadi Wanita Idaman (Jakarta: Al-Kautsar Prima, 2010), cet. ke-1 h. 7. 7


(14)

sebagai ibu rumah tangga dalam mengurusi anak-anaknya. Didalam mengatur rumah tangganya. Tentu ia ada suatu hambatan, apalagi ditambah aktivitas dakwahnya yang sangat padat.

Melihat latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat

dalam sebuah penelitian yang berjudul “PERANAN DAKWAH USTADZAH PIPIK DIAN IRAWATI SEBAGAI IBU RUMAH

TANGGA”

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak meluas maka peneliti membuat batasan yang akan diteliti, yaitu peneliti hanya berfokus pada Peranan Dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati Sebagai Ibu Rumah Tangga 2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan di atas, maka pokok permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Bagaimana peranan dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati sebagai ibu rumah tangga pada saat mendampingi suami?

b. Seperti apakah peranan dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati sebagai ibu rumah tangga setelah meninggal suami?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini dilakukan sebagai :

1. Untuk mengetahui peranan dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati sebagai ibu rumah pada saat mendampingi suami.


(15)

2. Untuk mengetahui peranan dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati sebagai ibu rumah tangga setelah meninggalnya suami.

Sedangkan manfaat penelitian ini dilakukan sebagai berikut : 1. Manfaat Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dibidang studi Dakwah dan Ilmu Komunikasi mengenai peranan dakwah serta dapat menjadi referensi atau perbandingan bagi studi-studi yang akan datang. 2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan praktisi dakwah dalam melakukan peranan dakwah dan memberikan sumbang saran kepada praktisi di bidang kelembagaan agama.

D. Tinjauan Pustaka

Sebelum menentukan judul skripsi dan mengadakan penelitian lebih lanjut, penulis telah melakukan tinjauan pustaka di Perpustakaan Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi dan di Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Jakarta. Maksud dan tujuan pustaka ini antara lain untuk menghindari kesamaan dalam penelitian.

Walaupun ada beberapa skripsi yang membahas tentang rumah tangga, tetapi Subjek dan Formatnya berbeda, dan penelitian tidak menemui skripsi yang membahas tentang skripsi yang peneliti akan tulis skripsi itu antara lain. 1. Leni Widia mahasiswa UIN Jakarta dalam skripsinya yang berjudul

“Peranan Suami Dalam Membina Rumah Tangga Sakinah”.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah suami adalah rumah tangga pada dirinya terletak responsibilitas yang besar, kewajiban


(16)

yang bermacam-macam terhadap keluarganya, dirinya dan agamanya yang ia letakan secara seimbang. Tanggung jawab suami dalam Islam memiliki cangkupan yang sangat luas meliputi tanggung jawab terhadap agama, diri, istri, anak, keluarga, harta, ilmunya dan pekerjaan. Seorang suami yang sholeh pasti tahu peranannya, yang menjadi kewajibannya dan sangat menentukan akan terwujudnya rumah tangga yang sakinah, sehingga ia bertanggung jawab terhadap apa yang telah menjadi tugasnya, maka suami akan memimpin, mendidik dan memberikan teladan bagi anak-anaknya dalam segala hal.8

2. Ela Yulia Mahasiswa UIN Jakarta dalam skripsinya yang berjudul

“Peranan Istri Dalam Pendidikan Keluarga Sakinah”. Permasalahan yang

dibahas dalam penelitian ini adalah istri adalah pemimpin dalam rumah tangga. orang yang selalu disorot dalam kehidupan rumah tangga adalah seorang istri, karena dia memang dianggap sebagai orang yang paling bertanggung jawab tentang kehidupan didalam rumah tangga. istri dapat mengerjakan apa yang tidak dapat (sempat) dikerjakan oleh suami, seperti mengatur rumah tangga, memasak, mengasuh, mendidik anak-anak, menyiapkan keperluan suami maupun anak-anaknya. keistimewaan yang dimiliki seorang istri lebih mendukung, tugasnya sebagai pemberi rasa damai dan tenang kepada suami serta lebih mendukung fungsinya dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya.9

8

Leni Widia, Peranan Suami Dalam Membina Keluarga Sakinah (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2007)

9

Ela Yulia, Peranan Istri Dalam Pendidikan Keluarga Sakinah (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2012)


(17)

3. Lailatul Furqoniyah UIN Jakarta dalam sripsinya yang berjudul “Konsep Keluarga Sakinah Menurut Keluarga Single Parent (Studi Kasus di Desa Gumeng Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik)”. Permasalahan yang di bahas dalam penelitian ini adalah mengulas tentang konsep keluarga sakinah menurut keluarga single parent di Desa Gumeng Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik berserta hambatan-hambatannya di hadapi oleh seorang single parent dalam membentuk keluarga sakinah.10

Judul penelitian di atas merupakan beberapa judul tentang “Keluarga” yang ada di Perpustakaan baik Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atau Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Semua judul tersebut membahas tentang Peranan Rumah Tangga, yang membedakan dengan penelitian ini yaitu terletak pada subjek dan objeknya dan tidak ditemukan judul skripsi yang membahas tentang peranan dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati sebagai ibu rumah tangga.

E. Metode Penelitian

Pada penyusunan skripsi ini penulis akan membagi kedalam beberapa bagian yaitu :

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analisis, yakni penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara holistik, dan dengan cara

10

Lailatul Furqoniyah, Konsep Keluarga Sakinah Menurut Keluarga Single Parent (Studi Kasus di Desa Gumeng Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2011)


(18)

deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.11

Dalam buku Metodelogi Penelitian Kualitatif karya Lexy J. Moelong terhadap pendapat yang dikemukakan oleh Bogdan dan Tylor.

“Metodelogi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang diamati”. 12

Pendekatan yang digunakan karena beberapa pertimbangan yaitu bersifat luwes atau fleksibel, tidak terlalu rinci, tidak lazim mengidentifikasi suatu konsep, serta memberikan kemungkinan perubahan-perubahan manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar, menarik, dan unik bermakna dilapangan.13

Pertimbangan penulis menggunakan pendekatan kualitatif, karena penulis bermaksud meneliti secara mendalam, menyajikan data secara akurat, dan menggambarkan kondisi sebenarnya secara jelas.

Selain itu, melalui pendekatan kualitatif ini penulis berharap dapat menggambarkan dan menganalisis Peranan Dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati Sebagai Ibu Rumah Tangga.

2. Sumber Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini adalah semua orang yang terlibat dalam memberikan informasi baik tentang subjek maupun objek dalam penelitian ini.

11

Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009), h. 6.

12

Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, h. 4.

13

Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2005), h. 39.


(19)

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Ustadzah Pipik Dian Irawati, Anaknya Muhammad Abizar Al-Ghifari objek dalam penelitian ini adalah peranan dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati sebagai ibu rumah tangga. 4. Waktu Penelitian

Penelitian ini mulai dilakukan pada bulan Maret 2014 sampai bulan Agustus 2014, dari mulai mengurusi perizinan sampai tahap pengumpulan data yang dilakukan secara insidental (sesuai dengan keperluan dalam melengkapi data).

5. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

Metode observasi yaitu untuk memperoleh dan mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan langsung dilapangan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam fenomena yang diselidiki.14 Observasi yang dilakukan adalah untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan penelitian dalam pencatatan apa yang bisa dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, diraba oleh tangan dan kemudian peneliti tuangkan dalam penelitian ini.

b. Wawancara

Wawancara adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya jawab sambil bertatap muka antara

14

E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi (Jakarta: LPSP3-UI, 1998), h. 62.


(20)

pewawancara dengan orang yang diwawancarai.15 Penulis mengadakan wawancara langsung dengan Ustadzah Pipik Dian Irawati anaknya bernama Muhammad Abizar Al-Ghifari.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu pencarian sumber data berupa catatan-catatan resmi tentang Peranan Dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati Sebagai Ibu Rumah Tangga yang berupa catatan, transkip, buku dan foto-foto yang menyangkut dengan penelitian guna mendukung data penelitian. 6. Teknik Analisis Data

Data-data yang terkumpul melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi dikumpulkan dan dianalisis dengan landasan teori mengenai strategi komunikasi yang akan penulis gunakan. Nantinya akan digunakan untuk menjadi acuhan pada saat menganalisis data. Fase ini merupakan proses penyederhanaan bentuk data agar mudah dibaca dan dipahami. Setelah itu menganalisis data dengan menyusun kata-kata kedalam tulisan yang lebih luas. Informasi dan keterangan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah menggunakan filed research

(penelitian lapangan) dengan menggunakan deskriptif (menggunakan data kualitatif).16

7. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku pedoman akademik yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2010.

15

Moh. Nazim, Metode Penelitian (Bandung: Galia Indonesia, 1999), h. 234.

16

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 245.


(21)

F. Sistematika Penulisan

Untuk ketertiban pembahasan serta untuk mempermudah analisis materi dalam penulisan penelitian, maka penulis menjelaskan dalam sistematika penulisan. Penulisan dalam penelitian ini dibagi menjadi lima bab, setiap bab dirinci dalam beberapa sub bab sebagai berikut :

Bab I: Pendahuluan, Yang meliputi: latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II: Tinjauan Teoritis tentang pengertian metode yang meliputi Pengertian peranan, Pengertian dakwah, Unsur-unsur dakwah, Bentuk-bentuk dakwah, Pengertian ibu, Konsep rumah tangga dalam Islam

Bab III : Pembahasan mengenai profil Riwayat Hidup Ustadzah Pipik Dian Irawati, Gambaran umum tentang Rumah Tangga Ustadzah Pipik Dian Irawati.

Bab IV : Pembatasan mengenai Peranan Dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati Sebagai Ibu Rumah Tangga Saat Mendampingi Suami, Peranan Dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati Sebagai Ibu Rumah Tangga Setelah Meninggalnya Suami.

Bab V: Penutup meliputi Kesimpulan Saran, Daftar Pustaka, dan Lampiran


(22)

12

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Peranan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata peranan berarti bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan.1 Bisa jadi suatu yang jadi bagian atau memegang pimpinan yang terutama dalam terjadinya suatu hal atau peristiwa.2 Dalam kamus populer, peran diartikan sebagai fungsi, kedudukan atau bagian dari kedudukan, seseorang dikatakan berperan atau memiliki peranan karena dia (orang tersebut) mempunyai status dalam masyarakat, walaupun kedudukannya ini berbeda antara satu dengan yang lainnya, akan tetapi masing-masing dirinya berperan sesuai dengan statusnya. Menurut Soejono

Soekanto, “pesan dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.”3

Teori peran (Role Theory) adalah teori yang merupakan sebuah perpaduan berbagi teori orientasi maupun disiplin ilmu yang pada dasarnya tidak bisa dipisahkan dengan status kedudukan, walaupun keduanya berbeda, akan tetapi saling berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya, karenanya peranan diibaratkan dua sisi mata uang yang berbeda akan tetapi kelekatannya sangat terasa sekali.4

1

Muhammad Ali, Kamus Besar Bahasa Indonesia Modern (Jakarta: Pustaka Amani,

2002), h. 304.

2

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 667.

3

Soejono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet. ke-1,

h. 667.

4

Sarlito Wirawan Saryono, Teori Psikologi Sosial (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,


(23)

Sedangkan menurut Gross Masson dan A. W. Mc Eachern sebagaimana dikutip oleh David Barry mendefinisikan peran sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenalkan pada individu yang menempatkan kedudukan sosial tertentu.5

Menurut David Berry harapan-harapan tersebut merupakan imbangan-imbangan dari norma-norma sosial, oleh karena itu dapat dikatakan peranan-peranan itu ditentukan oleh norma-norma masyarakat. Artinya diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan oleh masyarakat di dalam pekerjaannya dan dalam pekerjaan-pekerjaan lainnya.

Sarlito Wirawan juga mengemukakan hal yang sama bahwa “harapan

tentang peran adalah harapan lain pada umumnya tentang perilaku-perilaku yang pantas yang seyogyanya ditentukan oleh seseorang yang mempunyai

peran tertentu”.6

Dari pengertian di atas dapat dikatakan, apabila seseorang atau kelompok berperan, telah menjalankan perannya ketika menduduki karakterisasi (posisi) dalam struktur sosial. Juga dikatakan menjalankan peranan manakala ia menjalankan hak dan kewajiban yang merupakan statusnya, seperti peranan seorang ibu terhadap anaknya, yaitu bagaimana seseorang yang berstatus sebagai ibu menjalankan hak dan kewajibannya antara lain bagaimana mengajari, membimbing, dan mengawasi anaknya.

5

N. Gross, W. S. Masson, A. W. Mc Eachern. Exploritation In Role Analiysis, dalam

David Barry, Pokok-Pokok Pikiran Sosiologi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), cet. ke-3,

h. 99.

6

Sarlito Wirawan Sarwono, Teori Psikologi Sosial (Jakarta: CV Rajawali, 1995), cet.


(24)

B. Pengertian Dakwah

Secara umum masyarakat mengartikan dakwah dikaitkan dengan agama Islam. Kata dakwah tersebut sesuai dengan arti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa dakwah berarti penyiaran, propaganda. Penyiaran agama dikalangan masyarakat dan pengembangannya seruan untuk memeluk dan mempelajari dan mengamalkan ajaran agama.7 Dengan demikian dakwah artinya seruan, ajakan, atau panggilan. Mendakwahkan sesuatu keyakinan artinya mempropogandakan sesuatu keyakinan. Sedangkan dakwah Islamiyah artinya menyampaikan umat manusia agar menerima dan mempercayai keyakinan dan pandangan hidup Islam.8

Dakwah sendiri dapat ditinjau dari dua aspek, dari aspek etimologi dan aspek terminologis. Secara etimologi dakwah berasal dari bahasa Arab

merupakan bentuk masdar dari kata kerja (fi’il) yaitu : da’a. yad’u, da’watan

yang berarti menyeru, memanggil dan mengajak.9 Kemudian kata jamak yaitu

da’watan yang artinya ajakan, seruan, undangan atau panggilan.10

Kata dakwah juga berarti do’a (al-du’a), yakni harapan, permohonan kepada Allah SWT atau seruan (al-mid’a). Doa atau seruan pada sesuatu berarti dorongan atau ajakan untuk mencapai sesuatu itu agar semuanya

tercapai. Dakwah dalam arti do’a ini terbaca jelas dalam ayat ini11

7

Departemen Pendidikan dan Budaya, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

Pustaka, 1998), h. 181.

8

Isa Anshary, Mujahid Dakwah (Bandung : CV. Diponegoro, 1991), h. 17.

9

Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah

Penafsiran Al-Qura’an, 1990), h. 127.

10

Ahmad Ghulusy, Al- Dakwahal-Islamiyah ( Kairo: Dar Al-Kitab, 1987), h. 9.

11

A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub (Jakarta: PT. Penamadani Jakarta,


(25)















Artinya : “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Q.S Al -Baqarah : 186)

Secara terminologis (istilah), para pakar memiliki pengertian yang berbeda-beda dalam mengartikan apa itu dakwah. Namun pada dasarnya mereka memiliki dasar yang sama yaitu : “Menyerukan agar umat Islam

melakukan perbuatan amar ma’aruf dan menjauhkan yang munkar”.

Menurut M. Nasarudin Latif dalam bukunya Teori dan Praktek Dakwah Islamiah menyatakan bahwa dakwah : “Berarti sikap usaha atau aktivitas baik lisan maupun tulisan yang bersikap menyeru, memanggil manusia untuk mentaati Allah SWT sesuai dengan garis-garis aqidah dan syari’at serta

akhlak Islamiyah”.12

Sementara itu Prof. Dr. Quraisy Syihab mendefinisikan dakwah sebagai seruan atau ajakan kepada keinsyafan, atau usaha mengubah situasi tertentu kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat dan dakwah seharusnya berperan dalam pelaksanaan ajaran Islam secara lebih menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan.13

Ibnu Taimiyah dakwah merupakan suatu proses usaha untuk mengajak agar orang beriman kepada Allah, percaya dan mentaati apa yang telah

12

Nasarudin Latif, Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah (Jakarta: Firma Dara, 1997),

hal. 11.

13

Quraisy Shihab, Membumikan Al-Qura’an: Fungsi dan Peran Wahyu Dalam


(26)

diberitakan oleh rasul serta mengajak agar dalam menyembah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya.14

Berdasarkan pendapat di atas, maka dakwah Islam dapat diberi pengertian mengajak umat manusia supaya masuk kejalan Allah SWT (Sistem Islam) secara menyeluruh baik dengan perbuatan sebagai ikhtiar seorang muslim dalam mewujudkan ajaran Islam menjadi kenyataan dalam kehidupan

pribadi, keluarga, jama’ah dan umat dalam semua segi kehidupan. Dengan

harapan dapat menyelamatkan dan membahagiakan manusia baik di dunia maupun di akhirat.15

Sistematis dalam hal ini ditandai dengan interaksi unsur-unsur utama dakwah yang saling berkaitan satu sama lainnya dan tidak boleh terpisahkan. Sehingga dakwah bertujuan untuk memberi tahu dan memberi pemahaman apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang oleh Allah. Tujuan dakwah tidak hanya terbatas pada penyampaian perintah dan larangan Allah saja, tetapi juga meliputi segala hal yang dibutuhkan dalam menunaikan dakwah, misalnya sarana, prasarana, cara penyampaian dakwah dilingkungan masyarakat.

C. Unsur-unsur Dakwah

Agama Islam dapat bertahan sampai saat ini berkat adanya kegiatan dakwah. Dakwah merupakan suatu proses, sehingga memerlukan unsur-unsur dakwah dengan tujuan agar tidak menemui kesalahan dalam pelaksanaannya. Adapun unsur-unsur dakwah ialah :

14

Munir Samsul Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), cet. ke-1, h. 5.

15


(27)

1. Subyek dakwah atau Da’i

Subjek dakwah (da’i) yaitu orang atau sekelompok orang yang

melaksanakan tugas dakwah, da’i sebagai pelaku dakwah atau pelaksana

dakwah. Juru dakwah menurut A. Hasjmy dalam bukunya Dustur Dakwah Menurut al-Qur’an adalah penasehat, para pemimpin dan pemberi ingat, yang memberi nasihat dengan baik, mengarang dan berkhutbah, memusatkan kegiatan jiwa raganya dalam membicarakan tentang kampung akhirat untuk melepaskan orang-orang yang karam dalam gelombang dunia.16

Dengan pendidikan yang khusus tentang penguasaan ilmu agama yang luas dan dalam seorang da’i juga harus mempunyai ilmu pengetahuan yang universal yaitu mengenal ilmu-ilmu lain. Dalam abad teknologi modern ini berkembangnya isu-isu hangat di masyarakat, maka dengan menguasai teknologi dapat digunakan cara untuk menompang materi dakwah yang disampaikan supaya tidak kering dan kaku. Selain itu da’i harus benar-benar mendalami ilmu mengenai ushul (pokok) dan furu’ (cabang) Islam, sehingga apabila ia berdakwah benar-benar memahami hakikat risalah yang sempurna. Bahwa Islam adalah hubungan dengan Tuhan yang membimbing mukmin dalam seluruh aspek kehidupannya.

Di dalam pendakwah terletak inti dari gerakan dakwah Islam yang jiwanya terisi dengan kebenaran, kesadaran, kemauan, keberanian, tegas dan semangat untuk siap menegakkan amar ma’ruf nahi munkardan orang lain dapat mengambil manfaat darinya. Seorang juru dakwah juga harus

16

Siti Uswatun Hasanah, Berdakwah Dengan Jalan Debat Antara Muslim Dan Non


(28)

bertauhid dengan sempurna artinya mengenal Tuhannya sebagai Sang Pencipta dengan kekuasaan yang mutlak. Seorang juru dakwah harus

berakhlak karimah, karena merupakan cerminan bagi orang yang di dakwahi.17

Secara umum dapat dikatakan bahwa da’i adalah pelaksana dalam berdakwah atau da’i adalah manusia baik laki-laki maupun perempuan yang mempunyai kewajiban untuk menyampaikan ajaran Islam ditengah-tengah kehidupan manusia serta menjadi panutan atau tempat orang mencontoh cara hidup yang Islami dan menjadi penyejuk di tengah kehidupan umat, justru itu tidak semua orang (umat Islam) dapat dikatakan

da’i, karena begitu besar tanggung jawabnya.

2. Objek Dakwah atau Mad’u

Mad’u dalam arti isim maf’ul dari da’a berarti orang yang mengajak, atau dikenakan perbuatan dakwah. Mad’u adalah obyek sekaligus subyek

dalam dakwah yaitu seluruh manusia tanpa terkecuali. Siapapun mereka, laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda, seorang bayi yang baru

lahir ataupun orang tua menjelang ajalnya, semua adalah mad’u dalam

dakwah Islam.18

Mad’u (objek dakwah) yaitu masyarakat sebagai penerima dakwah.

Masyarakat baik individu maupun kelompok sebagai objek dakwah, memiliki strata dan tingkatan yang berbeda-beda.19

17

Faizah dan Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah (Jakarta : Kencana, 2006), hal. 197.

18

Cahaya Takariawan, Prinsip-PrinsipDakwah (Yogyakarta: Izzam Pustaka, 2005), cet.

ke-4, h. 25.

19


(29)

Mad’u (objek dakwah) adalah manusia, baik seseorang atau lebih

yaitu masyarakat. Pemahaman mengenai masyarakat itu biasa beragam, tergantung dari cara memandangnya.20

Mad’u dapat disebut sebagai obyek atau sasaran dakwah, yaitu orang -orang yang di seru, di panggil atau di undang. Maksudnya ialah -orang yang di ajak ke dalam Islam atau sesuai dengan ajaran Islam sebagai penerima dakwah.21

Menurut Asmani Syukir, menjelaskan bahwa, yang di maksud dengan objek dakwah adalah masyarakat luas, yang merupakan salah satu unsur terpenting di dalam sistem dakwah yang tidak kalah penting perannya dibadingkan dengan unsur-unsur dakwah yang lain.22

Menurut peneliti dari beberapa pendapat tentang pemaparan objek

dakwah adalah setiap seorang da’I wajib mengajak manusia kepada jalan yang benar yang dapat menyakinkan dan meluruskan agama Islam yang yang hakiki (sebenar-benarnya).

3. Metode Dakwah

Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan yaitu “meta

(melalui) dan “hodos” (jalan cara). Dengan demikian dapat diartikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.23

20

Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah (Jakarta: Logos, 1997), cet. ke-1,

h. 35.

21

Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum Dalam Berdakah Di Indonesia

(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. ke-1, h. 34.

22

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983),

h. 66.

23

Munzier Saputra, Harjani Hefni, Metode Dakwah (Jakarta: Kecana, 2003), cet. ke-1,


(30)

Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan dan dalam bahasa Arab disebut thariq.24

Metode dakwah merupakan cara-cara penyampaian dakwah, baik terhadap individu, kelompok atau masyarakat luas agar pesan-pesan dakwah itu mudah diterima. Metode dakwah harus tepat dan sesuai dengan

situasi dan kondisi mad’u sebagai penerima pesan dakwah, dimana

penerapan metode dakwah harus mendapat perhatian yang utama dari pada

da’i

Sehingga metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan

oleh seorang da’i kepada mad’u yang telah diatur melalui proses

pemikiran untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.

4. Media Dakwah

Media berawal dari kata “median” yang berasal dari bahasa latin

yang artinya perantara. Pengertian media secara istilah adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat (perantara) untuk mencapai tujuan tertentu.25

Media dakwah adalah perantara yang digunakan untuk menyampaikan atau menyalurkan materi dakwah.26 Dewasa ini, jenis-jenis media atau sarana dakwah sangat banyak jumlahnya antara lain radio, televisi, video, rekaman, surat kabar, tabloid, majalah dan bahkan melalui media internet. Media dakwah merupakan saran untuk menyampaikan pesan agama dengan mendayagunakan alat-alat temuan teknologi modern yang ada pada zaman ini. Dengan begitu banyak media dakwah yang

24

Hasanuddin, Hukum Dakwah (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet, ke-1, h. 35.

25

Ahmad Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, hal. 165.

26


(31)

tersedia. Maka seorang da’i memilih salah satu atau beberapa media saja

sesuai dengan tujuannya dapat tercapai dengan efektif dan efisien.

Media dakwah Islam adalah saran atau prasarana yang membantu

subjek dakwah atau da’i dan da’iyyah dalam memberikan dan

menyampaikan pesan dakwahnya secara efektif dan efisien. Dengan demikian media dakwah sebagai alat bantu untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan. Media dakwah ini dapat berupa orang, materi, tempat kondisi tertentu dan sebagainya.

Fungsi media massa dalam dakwah untuk memberikan informasi, pendidikan, hiburan dan mempengaruhi para mad’u. Media dakwah juga merupakan hal yang sangat penting dalam proses dakwah, untuk menentukan keberhasilan dakwah itu sendiri kepada masyarakat.

5. Tujuan Dakwah

Didalam kehidupan perubahan akan selalu terjadi, pasang surut kehidupan makanan setiap hari, hidup bagaikan roda yang berputar selalu berganti demikian juga iman dan taqwa seseorang selalu mengalami naik turun, adakalahnya iman seseorang dapat mempertahankan kadar keimanannya.

Wardi Bahtiar mengungkapkan tujuan dakwah adalah mencapai masyarakat yang adil dan makmur serta ridha Allah SWT.27 Sedangkan menurut Tarmizi Taher bahwa hakikat tujuan dakwah adalah mempertemukan kembali fitrah manusia dengan agama atau menyadarkan manusia supaya mengakui kebenaran Islam dan mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi orang baik.28

27

Wardi Bahtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, h. 37.

28


(32)

Dari uraian diatas disimpulkan bahwa hakikatnya tujuan dakwah adalah adanya perubahan yang positif pada seseorang dari buruk kearah yang baik dan dari baik kearah yang lebih baik.

Dakwah yang dilaksanakan harus mempunyai tujuan tertentu. Tujuan ini dapat dirumuskan sedemikian rupa sehingga jelas apa yang hendak dicapai. Di dalam proses dakwah, tujuan adalah merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Dengan tujuan itulah dapat di rumuskan suatu landasan tindakan dalam pelaksanaan dakwah.29

Dakwah merupakan usaha memindahkan umat situasi negatif ke situasi positif, seperti dari situasi kekufuran kepada keimanan, dari kemelaratan kepada kemakmuran, dari perpecahan kepada persatuan, dari kemaksiatan kepada ketaatan untuk mencapai ridho Allah SWT.

Tujuan utama dakwah adalah nilai atau hasil akhir yang ingin dicapai satu diperoleh dari keseluruhan tindakan dakwah. Untuk mencapai tujuan utama inilah, penyusunan semua rencana dan tindakan dakwah harus ditunjukan dan diarahkan. Dengan kata lain tujuan dakwah bukan memperbanyak pengikut tetapi memperbanyak orang yang sadar akan

kebenaran Islam dan mengamalkan amar ma’ruf nahi munkar.

Dan titik tujuan dakwah, yaitu memberi peringatan kepada umat manusia agar mengambil segala ajaran Allah yang terkandung dalam

Al-Qur’an menjadi jalan hidupnya.30

Pada hakikatnya tujuan dakwah adalah untuk mengajak manusia berlomba-lomba dalam menunaikan kewajiban dan saling menjaga dan

29

Hasanuddin, Hukum Dakwah (Jakarta: PT Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. ke-3, h. 3.

30

A. Hasjmy, Dustur Dakwah Menurut Al-Qur’an(Jakarta: PT Bulan Bintang, 1994), cet.


(33)

menghormati hak sesama sehingga terbentuk keadilan dan kestabilan di dalam masyarakat. Selain itu juga dakwah Islam memiliki tujuan agar supaya timbul dalam diri umat manusia suatu pengertian tentang nilai-nilai ajaran Islam serta pengalaman terhadap agama yang ikhlas.

D. Bentuk-bentuk Dakwah

Menurut para pelaku dakwah, dakwah Islam merupakan operasionalisasi yang dilakukan, sehingga ada tiga kategori di dalamnya, yaitu:31

1. Bil Lisan

Dakwah bil lisan, adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan, dapat berupa ceramah, diskusi, khutbah, brain stroming dan sebagainya.

2. Bil Qolam

Dakwah bil qolam, adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui tulisan, dapat berupa buku, majalah, surat kabar, sepanduk, pamphlet, bulletin dakwah dan lain sebagainya.

3. Bil Hal

Dakwah bil hal, adalah dakwah melalui perbuatan yang nyata perilaku atau sopan santun sesuai dengan ajaran Islam, memelihara lingkungan, mencari nafkah dengan tekun, sabar, kerja sama dan saling tolong menolong sesama manusia. Islam memerintahkan manusia agar dapat mencontoh (teladan) dari para ahlil fikr (orang-orang yang berfikir), ahli kebenaran dan mereka yang berkaidah lurus.32

31

Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, h. 34.

32


(34)

Sebagai da’i dan da’iyyah yang mempunyai misi ajaran kepada Islam

kepada manusia, dan juga berkewajiban meneladani sifat-sifat dan kepribadian Rasulullah SAW.

Pada dasarnya dakwah inilah yang lebih efektif dan mengena pada sasaran dibanding dengan bentuk-bentuk dakwah yang lainnya. Tetapi sampai detik ini umat Islam masih kurang memperhatikan efektivitas dari dakwah bil hal ini dan masih menganggap bahwa dakwah bil lisan lebih efektif.

E. Pengertian Ibu

Ibu adalah sebagai "tiang rumah tangga" amatlah penting bagi terselenggaranya rumah tangga yang sakinah yaitu keluarga yang sehat dan bahagia, karena di atas yang mengatur, membuat rumah tangga menjadi surga bagi anggota keluarga, menjadi mitra sejajar yang saling menyayangi bagi suaminya. Untuk mencapai ketentraman dan kebahagiaan dalam keluarga dibutuhkan istri yang shalehah, yang dapat menjaga suami dan anak-anaknya, serta dapat mengatur keadaan rumah sehingga tempat rapih, menyenangkan, memikat hati seluruh anggota keluarga.

Menurut Baqir Sharif al-Qarashi bahwa para ibu merupakan sekolah-sekolah paling utama dalam pembentukan kepribadian anak, serta saran, untuk memenuhi mereka dengan berbagai sifat mulia, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW. yang artinya: "Surga di bawah telapak kaki ibu", menggambarkan tanggung jawab ibu terhadap masa depan anaknya.

Dari segi kejiwaan dan pendidikan, sabda Nabi di atas ditunjukan kepada para orang tua khususnya para ibu, harus bekerja keras mendidik anak dan mengawasi tingkah laku mereka dengan menanamkan dalam benak mereka


(35)

berbagai perilaku terpuji serta tujuan-tujuan mulia, adapun tugas-tugas para ibu mendidik anak-anaknya yaitu :

1. Para ibu harus membiasakan perbuatan-perbuatan terpuji pada anak. 2. Para ibu harus memperingatkan anak-anak mereka akan segala kejahatan

dan kebiasaan buruk, perilaku yang tidak sesuai dengan kebiasaan sosial dan agama.

3. Para ibu harus memiliki kesucian dan moralitas sebagai jalan pendidikan untuk putra-putri mereka.

4. Para ibu jangan berlebihan dalam memanjakan anak.

5. Para ibu harus menanamkan pada anak rasa hormat pada ayah mereka. 6. Para ibu jangan pernah menentang suami, sebab akan menciptakan aspek

kebencian dengan kedengkian satu sama lain.

7. Para ibu harus memberi tahukan pada kepala keluarga setiap penyelewengan tingkah laku anak-anak mereka.

8. Para ibu harus melindungi anak dari hal-hal buruk menggoda serta dorongan-dorongan perilaku anti sosial.

9. Para ibu harus menghilangkan segala ajaran atau metode yang dapat mencederai kesucian serta kemurnian atau meruntuhkan moral dan etika. 10.Para ibu harus memelihara kesucian dan perilaku terpuji.33

Ibu adalah orang yang telah mengandung anaknya selama 9 bulan, melahirkan dan merawat anaknya dari bayi sampai benar dan telah mencurahkan segala kasih sayangnya untuk anaknya. ibu juga yang telah memberi dorongan untuk melakukan segala hal dan selalu mendoakan anaknya. ibu juga seseorang yang istimewa yang harus dihormati, dan sayangi.

33

http://www.ranau.16mb.com/index.php?option=com_content&view=article&id=127:per anan-ibu-dalam-rumah-tangga&catid=31:general&Itemid=146, tanggal 12 Mei 2014 jam 10:26


(36)

Tentunya tanpa ibu kita tidak akan pernah bisa hidup didunia ini. Teman Nabi

Muhammad pernah bertanya kepada beliau “saya yang pertama harus saya hormati?” dan Nabi Muhammad menajwab “ibumu” sampai tiga kali ia

bertanya dan jawabannya sama, baru yang ke empatnya Nabi menajwab

“Ayahmu”.

Seorang ibu melahirkan anaknya ke dunia dengan susah payah, rasa sakit yang luar biasa dan dengan pengorbanan hidupnya. Ketika anaknya lahir ke dunia. Beliau menyusui bayinya hingga berumur 2 tahun dan memberikan makanan tambahan, beliau rela mengorbankan waktunya untuk mengajari, membimbing dan memberikan anaknya bekal untuk masa depannya. Sang ibu selalu berharap dalam hati agar anaknya bisa hidup dengan baik di dunia dan menjadi anak berbakti. Peranan ibu lebih dominan dari pada peranan bapak dalam keluarga, bila dilihat dari sisi pendidikan. Sebab ibu lebih banyak menyertai anaknya, pengaruhnya telah umum dan luas.

Seorang penyihir pernah berkata “ibu laksana sekolahan. Bila kau persiapkan, maka kau telah persiapkan satu bangsa yang baik pangkalnya”.34

Islam telah berpesan melalui al-Qur’an dan sunnah tentang kedudukan orang tua. Terlebih khusus lagi, adanya penekanan untuk senantiasa berbuat baik kepada ibu. Allah berfirman :









34

Al-Tahir, Al-Hada, Wanita Dalam Syariat dan Masyarakat (Jakarta: Pustaka


(37)

Artinya : “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.(Q.S. al-Isra :23)35

Ada satu hal yang tidak boleh dilupakan oleh seorang ibu kapan pun juga, yaitu ia tetap sebagai seorang istri dari suaminya, baik yang sebelum maupun setelah memiliki anak. Kehidupan rumah tangga suami istri memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kejiwaan dan perasaan emosinal anak-anak.

F. Konsep Rumah Tangga Dalam Islam

Pernikahan salah satu ketentuan Allah yang umum berlaku pada semua makhluk baik pada manusia, hewan maupun tumbuhan Allah tidak mau menjadikan manusia itu seperti makhluk lainnya yang hidup bebas mengikuti nalurinya dan berhubungan antara jantan dan betinanya secara anarki, dan tidak ada satu aturan. Akan tetapi, demi menjaga kehormatan dan martabat kemuliaan manusia. Allah adakan hukum sesuai dengan martabatnya. Sehingga hubungan laki-laki dan perempuan diatur secara terhormat dan berdasarkan saling ridha meridhai, dihadiri para saksi yang menyaksikan kedua pasangan laki-laki dan perempuan itu telah saling terikat.36

Perkawinan dan sudut pandang Islam merupakan sistem peraturan dari Allah SWT yang mengandung karunia yang besar dan hikmah yang agung. Melalui perkawinan dapat diatur hubungan laki-laki dan wanita (yang secara fitrahnya saling tertarik) dengan aturan yang khusus. Dari hasil pertemuan ini

35

Adil Fathi Abdullah, Menjadi Ibu Ideal (Jakarta: Pustaka al-Kautsar 2003), h.7.

36


(38)

juga akan berkembang jenis keturunan sebagai salah satu tujuan dari perkawinan tersebut. Dari perkawinan itu pulalah terbentuk keluarga yang diatasnya didirikan peraturan hidup khusus dan sebagai konsekuensi dari sebuah perkawinan.

Rumah tangga atau keluarga adalah suatu struktur dalam masyarakat yang bersifat khusus, satu sama lain saling mengikat. Dalam sebuah negara rumah tangga itu ibarat sebuah bibit tanaman. Jika bibit tanamannya baik dan sehat akan tumbuh menjadi pohon yang berdaun rindang dan berbuah lebat. Rumah tangga muslim yang mampu merencanakan sinar Islam. Pastilah anak melahirkan sebuah negara yang benar-benar adil, makmur, dengan ridha Allah SWT.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ibu rumah tangga dapat diartikan sebagai seorang wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan rumah tangga, atau dengan pengertian lain ibu rumah tangga merupakan seorang istri (ibu) yang hanya mengurusi berbagai pekerjaan dalam rumah tangga (tidak bekerja di kantor).

Islam membangun pondasi rumah tangga yang sakinah, mengikatnya dengan atas yang kuat dan sangat kokoh sehingga menggapai awan dan bintang-bintang. Jika bintang-bintang adalah perhiasan langit. Maka rumah tangga adalah perhiasan sebuah masyarakat, karena pada rumah tangga ada suatu keindahan, kebanggaan, pertumbuhan yang menyenangkan, kebersamaan dengan orang-orang tercinta sehingga Allah SWT. Mewariskan bumi serta isinya. Dari keluargalah kenikmatan abadi yang bisa diperoleh


(39)

manusia atau sebaliknya dari keluarga juga penderitaan berkepanjangan yang tiada bertepi yang di ujikan Allah kepadanya.37

Struktur rumah tangga dapat terbangun melalui hubungan darah ataupun pernikahan. Menurut ajaran Islam, pernikahan itu mengandung tanggung jawab dan sekaligus ras saling memiliki dan saling berharap. Disamping terikat menurut hukum Islam, juga terjalin dalam ikatan batin.38 Berhasil atau gagalnya pendidikan keluarga dalam Islam sepanuhnya bergantung pada kemampuan kita memahami sebagaimana pandangan Islam terhadap manusia dan nilai kemanusiaannya. 39

Keluarga dalam Islam merupakan komunitas ideal pertama bagi manusia muslim untuk membentuk masyarakat yang diridhai Allah. Di dalam Islam, keluarga menempati posisi dasar pembentukan insan yang sempurna. Bila memandang unsur pengelolaan yang baik dan adil atau amanah yang harus dijaga dan istri memperlakukan suami sebagai amanah yang harus dimuliakan serta keduanya melaksanakan amanah untuk membesarkan dan mengasuh anak-anaknya untuk menjadi hamba-hamba Allah. Rumah tangga adalah amanah bersama. Titik ini semestinya menjadi acuan awal ketika menempati masalah rumah tangga sebagai sentral pembinaan umat. Biasanya masalah-masalah yang timbul dalam keluarga karena masing-masing pihak tidak bisa memenuhi amanah tersebut.

Menurut konsep Islam pembentukan keluarga dilakukan lembaga pernikahan. Keluarga dapat diwujudkan apabila fasilitas kehidupan dan

37

Abdul Hamid Kimid, Konsep Rumah Tangga (Bandung: Mizan,1992) h. 20.

38

Anshari Thayib, Struktur Rumah Tangga Muslim (Surabaya: Risalah Gusti, 1992), h.1.

39

Shodiq Ihsan, Keluarga Muslim Dalam Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya. 1994),


(40)

kebutuhan hidup keluarga, baik lahir dan batin dapat terpenuhi secara baik. Dalam upaya mewujudkan keluarga yang bahagia manusia dapat menempuh dan mengupayakan melalui usaha lahiriyah dalam bentuk perencanaan yang matang dan persiapan yang mantap, menempuh prinsip monogami, dan melalui keluarga berencana. Menurut konsep Islam bekal utama yang harus dijadikan modal dalam upaya mewujudkan keluarga yang bahagia ialah iman yang kokoh, akhlak yang mulia dan ketaqwaan yang tinggi.40

Keluarga yang Islami mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Dibentuk lewat akad pernikahan menurut ajaran Islam.

2. Yang dinamakan keluarga sekurang-kurangnya terdiri dari seorang laki-laki yang berstatus sebagai suami dan seorang perempuan yang berstatus sebagai istri.. Ini adalah keluarga pokok yang dapat menjadi keluarga inti jika ditambahi anak-anak.

3. Dalam keluarga Islam, terdapat nilai-nilai dan norma-norma yang dianut. Nilai dan norma ini bersumber dari ajaran Islam.

4. Setiap anggota keluarga memiliki hak dan kewajiban dengan status dan kedudukannya, menurut ajaran Islam, tujuan pembentukan keluarga Islam ialah kebahagiaan dan ketentraman hidup berumah tangga dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Jadi rumah tangga Islam adalah rumah tangga yang didalamnya ditegakan adab-adab Islam, baik yang menyangkut indvidu maupun keseluruhan anggota rumah tangga. rumah tangga Islami adalah sebuah rumah tangga yang didirikan di atas landasan ibadah. Mereka bertemu dan berkumpul karena

40

Ibrahim Husen, Membina Keluarga Bahagia (Jakarta: Pustaka Antara PT (Anggota


(41)

Allah saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran, serta saling

menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Karena

kecintaan mereka kepada Allah serta teladan yang menjadi panutan dan dambaan umat. Mereka betah tinggal di dalamnya karena kesejukan iman dan kekayaan rohani.

Rumah tangga Islami adalah rumah yang didalamnya terdapat sakinah, mawaddah dan warahmah (perasaan cinta dan kasih sayang). Perasaan itu senantiasa melingkupi suasana rumah tangga setiap harinya. Seluruh anggota keluarga merasakan suasana surga didalamnya . inilah ciri khas rumah tangga Islami. Mereka berserikat dalam rumah tangga itu untuk berkhitmat pada aturan Allah SWT. Mereka bergaul dan bekerja sama didalamnya untuk saling menguatkan dalam beribadah kepada Allah.41

Tidak dapat diragukan lagi bahwa rumah tangga Islami itu muntiara-muntiara masyarakat yang baik. Oleh karena itu, haruslah sungguh-sungguh memelihara syariat yang mengatur soal akad nikah perkawinan menurut Islam itu, karena betul-betul tidak ada cacat celanya, jauh dari perbuatan sia-sia, mengukuhkan hubungan kasih sayang dan ketenangan jiwa suami istri dalam rumah tangga itu, inilah salah satu tanda kesempurnaan kodrat Tuhan.42

41

Cahyadi Takariawan, Pernik-Pernik Rumah Tangga Islam (Jakarta: Intermedia, 2008),

h. 21.

42

Muhammad Alwi Al-Maliki Al-Hasani, Etika Dalam Rumah Tangga (Surabaya: PT


(42)

32

PROFIL USTADZAH PIPIK DIAN IRAWATI

A. Profil Ustadzah Pipik Dian Irawati

Ustadzah Pipik memiliki nama lengkap Pipik Dian Irawati. Wanita kelahiran Semarang 26 November 1977 ini memiliki paras yang begitu cantik yang dibaluti dengan jilbab semakin membuat ia tampak begitu anggun dan cantik. Ustadzah Pipik Dian Irawati lebih dikenal dengan sapaan Ummi. Ustadzah Pipik Dian Irawati merupakan anak bungsu dari enam bersaudara 4 perempuan 2 laki-laki dari pasangan H. Imam Martono bin Mardjani dengan Hj. Riyanti. Pada usia 12 tahun ibu dari Ustadzah Pipik Dian Irawati meninggal dunia.1

Pendidikan Ustadzah Pipik Dian Irawati berawal di kota Semarang yaitu di SD Widosari di Semarang lanjut ke SMP dan SMA Mataram di Semarang. Sekitar tahun 1996 Ustadzah Pipik melanjutkan kuliah bagian Manajemen Informasi tetapi tidak sampai setahun karena ada panggilan kerja sebagai model di salah satu model sampul dimajalah Aneka pada tahun 1995-1996. Selain belajar di pendidikan formal beliau juga pernah belajar di sekolah informal yaitu di Pendidikan Mubaligh Al Azhar. Dari pengalaman pendidikan di PMA inilah beliau mulai belajar menjadi seorang pendakwah. 2

Pada saat Ustadzah Pipik masih menjadi model majalah Aneka Ustadzah Pipik Dian Irawati mengaku memiliki kebiasaan yang kurang baik. Istri

1

Pipik Dian Irawati, Wawancara Pribadi, di Rumah Pipik Dian Irawati, Senin 12 Mei

2014.

2

Pipik Dian Irawati, Wawancara Pribadi, di Rumah Pipik Dian Irawati, Senin 12 Mei


(43)

almarhum Uje itu senang keluar masuk dunia malam, diskotik atau dugem. Kondisi seperti ini dianggapnya sebagai masa kegelapan dalam masa hidupnya.3

Perubahan hidup Ustadzah Pipik terjadi ketika Uje membawanya bertemu dengan ibunya, Umi Tatu. Ketika itu Uje menggambarkan soal keseriusan hubungannya dengan Ustadzah Pipik. Umi Tatu pun memberi restu kepada mereka berdua untuk menikah. Meski awalnya berat hati, Ustadzah Pipik mengikuti saran Umi Tatu.

Sebelum menikah Ustadzah Pipik belum mengenakan Hijab setelah menikah Ustadzah Pipik mulai mengenakan hijab karena tuntutan dari ibunda Uje yaitu Umi Tatu, karena dilingkungan keluarga suami Ustadzah Pipik begitu sangat agamis sekali. Dari sinilah Ustadzah Pipik mulai merubah penampilannya yang biasa mengenakan baju seksi hingga sampai mengenakan pakaian yang menutupi auratnya sampai sekarang. Ustadzah Pipik mulai istiqomah untuk terus mengenakan hijabnya sampai sekarang. 4

Pertemuan dengan Ustadz Jefri Al Buchori dengan Ustadzah Pipik Dian Irawati pertama kali saat sedang menyantap nasi goreng di Menteng tahun 1996-1997. Waktu itu Ustadzah Pipik Dian Irawati bersama Gugun Gondrong lagi di dalam mobil yang memperkenalkan sebagai adik Gugun Gondrong.

Sebetulnya pada waktu itu Ustadzah Pipik juga ingin berkenalan dengan Ustadz Jefri Al Buchori, yang dikenalnya sebagai pemain sinetron

“Kerinduan” dan kebetulan Ustadzah Pipik menyukainya. Mungkin karena

3

Pipik Dian Irawati, Wawancara Pribadi, di Rumah Pipik Dian Irawati, Senin 12 Mei

2014.

4

Pipik Dian Irawati, Wawancara Pribadi, di Rumah Pipik Dian Irawati, Jum’at 04 Juli


(44)

Gugun paham dengan tingkah laku Ustadz Jefri Al Buchori, maka Gugun pun menolak keinginan Ustadzah Pipik. Tetapi karena mungkin sudah jodoh, Allah kembali mempertemukan Ustadz Jefri Al Buchori dengan Ustadzah Pipik. Pada saat buka puasa dirumah Pontjo Sutowo, saat itulah perkenalan antar dua insan itu terjadi, mulai dekat hingga akhirnya bertukar nomor telepon.5

Pada saat pertama kali keluar bareng, waktu itu Ustadz Jefri Al-Buchori hanya mengenakan jins dan sepatu boots serta uang Rp. 50 ribu didompet, lalu mereka naik taksi untuk nonton film. Dan selama dibioskop, mereka hanya membisu dan menonton sendiri-sendiri. Karena memiliki kesamaan hobi yang sama yaitu makan dan nonton, akhirnya Ustadz Jefri Al Buchori dan Ustadzah Pipik sering keluar bareng walau banyak teman-teman Ustadz Jefri Al Buchori yang mencibir dan tidak habis mengapa Ustadzah Pipik mau-maunya berpacaran dengan Ustadz Jefri Al Buchori.

Karena keduanya memiliki kesibukan masing-masing, terutama Ustadzah Pipik yang sibuk untuk keluar kota karena tuntutan profesinya sebagai seorang model inilah yang membuat mereka jarang bertemu, bahkan sempat putus lalu pertemukan lagi. Akhirnya, untuk menghindari maksiat Ustadz Jefri Al Buchori dan Ustadzah Pipik menikah dibawah tangan tahun 1999, lalu mereka tinggal dirumah ibunda Ustadz Jefri Al Buchori, sekitar 4-5 bulan kemudian baru mereka menikah secara resmi di Semarang pada tanggal 7 September 1999. Pernikahan keduanya kemudian dikaruniai empat orang anak, Adiba

5

Yusuf Mansur, Siapa Penerus Saya ?Memoar Kehidupan Ustadz Jeffry Al Buchori


(45)

Khanza Az-Zahra, Muhammad Abidzar Al-Ghifari, Ayla Azuhro dan Attaya Bilal Rizkillah.6

Awal-awal berat harus mereka lalui dalam menjalani biduk rumah tangga dan hidup seadanya, Ibunda Ustadz Jefri Al Buchori lah yang membiayai hidup mereka. Saat itulah Ustadz Jefri Al Buchori pun masih sempat kambuh, hingga pernah ngebut depan Ustadzah Pipik, sampai pakai Uang Ustadzah Pipik, untunglah sang istri begitu setia dan selalu mengingatkan Ustadz Jefri Al Buchori untuk berubah.

Segala cara mereka lakukan berdua untuk bisa menghidupi biduk rumah tangga yang baru dibangun, termasuk berdagang kue dengan dititipkan ke toko yang ternyata malah tidak laku. Ustadz Jefri Al Buchori dan Ustadzah Pipik sama-sama saling belajar menerima kelebihan dan kekurangan satu sama lain.Pelan-pelan, hidup Ustadz Jefri Al Buchori mulai berubah menjadi lebih baik, terutama setelah Ustadzah Pipik hamil. Selain itu juga, mungkin karena Ustadz Jefri Al Buchori sudah capek dengan kehidupan yang seperti itu.

Bahkan Ustadzah Pipik pernah melepas hijabnya demi uang yang akan diterimanya dan ia menuturkan sempat mendapat cobaan untuk melepas hijabnya lantaran bayaran yang diterimanya cukup menggiurkan. Tawaran ini pun diterima Ustadzah Pipik dengan sangat hati-hati karena saat itu sedang membutuhkan uang untuk melangsungkan pernikahannya dengan Ustadz Jefri dimana saat itu belum menjadi Ustadz.7

Pada bulan Maret 2010 Ustadzah Pipik membentuk group vocal religi yang diberi nama Fatimah voice. Group vocal ini terdiri dari Nia Paramitha,

6

Yusuf Mansur, Siapa Penerus Saya ?Memoar Kehidupan Ustadz Jeffry Al Buchori, h.

32.

7

http:/bluesand-pampuliina.blogspot.com/2014/01/pipik-dian-irawati-tanpa-berhijab.html, tanggal 13 Juni 2014 jam 11:00


(46)

Pipik Dian Irawati dan Puput melati. Ketiga personil ini sudah cukup lama berkecimpung di dunia entertaiment sebelum menggabungkan diri dalam group vocal bernafaskan dakwah Islamiah. Awalnya membentuk group Fatimah hanya bertujuan untuk penggalangan dana untuk Palestina. Bersama Fatimah Voice, Ustadzah Pipik bisa menjalankan dakwahnya sendiri. Setelah usai dari dunia menyanyi di group Fatimah, Ustadzah Pipik diajak berduet bersama suaminya dan membentuk sebuah group vokal ini yang diusung oleh Ustadz Jefri Al Bukhori sendiri. Dan anak-anaknya pun ikut dinobatkan dalam pembuatan album yang berjudul “sholawat badruh”. Dan pada tahun 2013 Ustadzah Pipik pernah menulis sebuah buku yang berjudul Beauty And Fabulos Hijab yang berisi tentang cara mengenakan hijab yang bertemakan kerja, kasual dan formal dan juga menampilkan gaya hijab beach and garden serta melalui buku terbitan kawan pustaka ini Ustadzah Pipik mengajak para muslimah untuk tampil cantik, anggun, mengagumkan, dan syar’i dalam segala suasana dan kegiatan.8

Awal mulainya Ustadzah Pipik merambah dunia bisnis butik tercetus karena sering menemani sang suami, Ustadz Jefri Al Buchori untuk berceramah ke berbagai tempat, maka Ustadzah Pipik menjadi terinspirasi untuk mendesain baju muslim untuk suami tercinta. Karena jika sedang berkeliling dalam sehari suaminya bisa 3-4 kali ganti baju.

Dalam perkembangannya Ustadzah Pipik tidak hanya mendesainkan untuk suaminya saja namun Ustadzah Pipik mengelola butik dan toko berlabel Uje Collection. Awalnya berlokasi di ITC Cempaka Mas, Jakarta Pusat, Selama dua tahun. Kemudian pindah ke Radio Dalam, Jakarta Selatan selama

8


(47)

dua tahun. Hingga akhirnya kembali pidah ke Mall Tangerang City. Sejak kontrak di Tangerang City habis, banyak jamaah yang meminta agar Ustadzah Pipik dapat membuka butiknya di rumah saja karena terlalu jauh di Tangerang City.9

Walaupun Ustadzah Pipik mempunyai kesibukan menjadi seorang da’i

yang jadwal ceramah yang padat dan juga sering keluar kota, namun tidak menghilangkan kodratnya sebagai seorang ibu yang mengurusi anak-anaknya serta dapat membagi waktu antara keluarga dengan ceramahnya.10

B. Gambaran umum tentang Rumah Tangga Ustadzah Pipin Dian Irawati

Wanita (istri) adalah pemimpin dalam urusan rumah tangga, sedangkan suami adalah pemimpin dalam urusan keluarga, hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah

“Setiap manusia keturunan adam adalah kepala, maka seorang pria adalah kepala keluarga, sedangkan wanita adalah kepala rumah tangga. (HR. Abu Hurairah)”

Di dalam kehidupan berumah tangga merupakan amanah dari Allah SWT yang wajib dipelihara dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Dalam menjalankan konsep ini dituntut adanya kerjasama yang baik antara suami istri dan kesadaran akan adanya hak dan kewajiban dalam berumah tangga. Apabila konsep hak dan kewajiban dapat berjalan dengan baik, niscaya ikatan perkawinan antara suami istri tersebut akan langgeng dan tercipta keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah.11

9

Pipik Dian Irawati, Wawancara Pribadi, di Rumah Pipik Dian Irawati, Senin, 12 Mei 2014

10

Pipik Dian Irawati, Wawancara Pribadi, di Rumah Pipik Dian Irawati, Senin, 12 Mei 2014

11


(48)

Dengan berumah tangga akan terwujudlah kerjasama yang bertanggung jawab serta dilandasi dengan kasih sayang dan juga untuk menutup sebagian dosa perbuatan maksiat, disamping itu rumah tangga juga merupakan unit atau kelompok terkecil dari masyarakat. Apabila setiap rumah tangga mampu membina anggota keluarganya dengan baik, maka terwujudlah masyarakat yang baik. 12

Tahun 2013 adalah tahun kesedihan bagi Ustadzah Pipik dan keempat anaknya, karena, tepatnya Jum'at, tanggal 26 April 2013, suaminya tewas dalam kecelakaan tunggal saat mengendarai motor Kawasaki ER-6n bernomor polisi B 3590 SGQ yang sedang dikendarai.

Bagaikan hujan disiang bolong Ustadzah Pipik mendapatkan kenyataan bahwa orang yang di cintainya serta yang telah memberikannya empat orang anak itu telah pergi meninggalkannya secara mendadak. Ustadz Jefri Al Buchori meninggal dunia dengan meninggalkan seorang istri Pipik Dian Irawati serta meninggal 2 orang putra dan 2 orang putriya itu Adiba Khanza Az-Zahra, Mohammad Abidzar Al-Ghifari, Ayla Azuhro dan Attaya Bilal Rizkillah.

Setelah suaminya meninggal dunia kehidupan Ustadzah Pipik mulai rapuh dan sempat sakit sampai dirawat dirumah sakit akibat sakit yang diderita Ustadzah Pipik diharuskan dibawa kedokter untuk mendapat perawatan intensif dirumah sakit Pondok Indah diJakarta. Setelah ditinggal oleh suami tercintanya Ustadzah Pipik memiliki peranan ganda yaitu menjadi seorang ibu sekaligus bapak buat anak-anaknya.

Setelah Ustadz Jefri Al Buchori wafat, rupanya Allah masih memberikan

12

H. Sidi Nazar Bakry, Kunci Keutuhan Rumah Tangga (keluarga yang sakinah) (Jakarta:


(49)

ujian kepada istri dan anak-anaknya yang ditinggalkan. Pada hari Jum'at, 20 Juni2014, rumah yang ditinggali keluarga Ustad Jefri Al Buchori kebakaran. Hal itu bermula ketika jam 03.00 WIB, terdengar sebuah letupan dari ruang tamu namun tercium bau asap datang dari ruang itu. Api pun cepat menjalar karena banyaknya sofa serta wallpaper yang mengiasi kediaman Ustadz Jefri Al Buchori. Pukul 03.30, Ustadzah Pipik terbangun karena alarmnya menyala. Pada saat itu, Ustadzah Pipik sudah merasakan hawa yang benar-benar panas. Setelah keluar kamar, ternyata ruang tamunya sudah terbakar. Ia segera membangunkan anak-anaknya. Karena sudah tidak ada jalan lagi, akhirnya Ustadzah Pipik beserta keempat anaknya meloncat dari lantai dua rumahnya. Untungnya, semua selamat. Termasuk Taufik, supir keluarga Uje yang kebetulan berada di sana lalu membopong Ustadzah Pipik. Tidak ada korban jiwa, hanya Abidzar yang kakinya terkilir dan membiru. Sedangkan Ustadzah Pipik mengalami sesak nafas dan kakinya retak sehingga harus dilarikan ke rumah sakit.13

Menurut Pipik istri mendiang Ustadz Jefri Al Buchori (Uje), berencana akan menjual rumahnya usai direnovasi nanti. Sebelumnya, rumah yang biasa

ia tempati mengalami kebakaran, Jum’at 20 juli 2014 lalu. Rencana untuk

menjual rumah tersebut diakui oleh Pipik bukan lantaran karena habis kebakaran, melainkan sudah terpikirkan saat Uje masih hidup.

Nantinya, uang dari penjualan rumah tersebut akan dia gunakan untuk membangun tempat tinggal khusus untuk menampung anak-anak yatim yang kurang mampu. Keinginannya untuk menjual rumah tersebut juga disambut

13

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Pipik_Dian_Irawati., tanggal 9 Agustus 2014 jam 10:00 Wib


(50)

baik oleh anak-anaknya. Pipik dan keempat anaknya bersama anak-anak yatim, akan tinggal dalam satu atap di istana yatim yang ingin dibuatnya nanti setelah rumahnya laku terjual.

Bahkan Abizar telah memesan kepada ibunya, kalau nantinya rumah yatim itu jadi dibuat ia ingin ada beberapa tempat olahraga yang akan dijadikannya tempat bermain bersama anak-anak yatim. 14

14

http://www.tribunnews.com/seleb/2014/08/19/pipik-dian-irawati-berpikir-akan-tinggalkan-rumah-kenangan-uje. tanggal 9Agustus 2014 jam 12:00


(51)

41

ANALISIS PERANAN DAKWAH USTADZAH PIPIK DIAN IRAWATI SEBAGAI IBU RUMAH TANGGA

A. Peranan Dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati Sebagai Ibu Rumah Tangga Saat Mendampingi Suami

Ustadzah Pipik Dian Irawati adalah seorang istri dari seorang penda’i

muda Ustadz Jefri Al Buchori atau yang lebih dikenal di masyarakat sebagai Ustadz gaul (Uje), Ustadzah Pipik memiliki peranan dalam hal kesuksesan sang suami.

Peranan Ustadzah Pipik terhadap karier suaminya begitu besar. Berawal dari permintaan kakak kedua Ustadz Jefri Al Buchori yaitu Ustadz Fathul Hayat untuk menggantikannya untuk memberikan kutbah Jumat di Mangga Dua, yang pada waktu itu Ustadz Fathul Hayat harus meninggalkan tanah air karena diminta menjadi imam besar di sebuah masjid di Singapura.

Awal pertama kali ceramah Ustadz Jefri Al Buchori sempat ragu, namun dengan dukungan dari istri yang ikut membantu dalam menuliskan teks ceramah yang harus disampaikan pada saat itu. Hasilnya Ustadz Jefri mendapatkan honor Rp. 35 ribu. Uang dalam Amplop di serahkan ke Ustadzah Pipik dan dikatakan kepadanya, ini uang halal yang biasa Ustadz Jefri berikan kepadanya. Pada Saat itu, Ustadz Fathul Hayat meminta Ustadz Jefri untuk terus melanjutkan dakwahnya dan memulai menjadi Ustadz.1

Namun jauh sebelum itu, Ustadz Jefri Al Buchori yang pernah terjerumus dalam kehidupan yang nyaris membawanya ke balik jeruji besi, karena rasa

1

Yusuf Mansur, Siapa Penerus Saya ?Memoar Kehidupan Ustadz Jeffry Al Buchori, Pena Semesta, (Surabaya, 2013) hal. 32


(52)

sayang Allah SWT kepada Ustadz Jefri Al Buchori akhirnya dikirimkan seorang yang akan menjadi pendamping hidupnya, dialah Pipik Dian Irawati seorang gadis asal Semarang yang juga model sampul majalah Aneka tahun 1995.

Ketika itu Ustadz Jefri masih belum menjadi Ustadz, ia tidak tahu bahwa suaminya adalah seorang pecandu berat sampai ada orang yang bilang beliau stres, disini ia merawat suaminya karena pada saat itu suaminya merasa butuh seseorang yang bisa mengobatinya. Hingga akhirnya ia membawa suaminya ke psikiater. Disinilah peran seorang istri yang selalu mendampingi suaminya yang sedang sakit, ia juga selalu memberikan nasehat kepada suaminya agar senantiasa selalu beristigfar dan berdzikir kepada Allah SWT. Ia selalu meminta agar suaminya cepat sembuh dan bisa menjadi orang yang lebih baik. Peranan Ustadzah Pipik dalam mendakwahi suaminya dengan melakukan dakwah melalui:

1. Dakwah Bi lisan

Yaitu dakwah yang dilakukan Ustadzah Pipik dengan menggunakkan lisannya, seperti: Dengan melalui ceramah, diskusi, berkomunikasi, serta

bertatap muka dengan suami, karena ia menyampaikan dakwahnya kepada suaminya dengan fastabiqul khoirat. ia juga berusaha untuk menyampaikan dakwahnya dengan lemah lembut dengan mengajak suami berdiskusi tentang kehidupan, ataupun dalam hal keluarga, serta ia pun selalu memberikan motivasi dan nasehat-nasehat yang baik kepada suaminya.


(53)

2. Dakwah Bil amal

Yaitu dakwah yang dilakukan dengan perbuatannya, seperti ia mendakwahi suaminya dengan cara memberikan perhatian disaat beliau over dosis ia berusaha untuk memberikan kasih sayang serta pengabdian, penghormatan, serta kepatuhannya terhadap suaminya begitu besar, ia pun berusaha untuk senantiasa menjadi istri yang shalehah untuk suaminya. 2

Usaha yang dilakukan Ustadzah Pipik membuahkan hasil berkat doa dan ikhtiarnya kepada Allah untuk bisa merubah suaminya menjadi orang yang lebih baik lagi. Walaupun suaminya seperti itu ia tetap menerima suaminya dalam keadaan apapun. Karena tugas seorang istri adalah menjadi mendamping hidup hingga akhir kelak.

Ia adalah seorang istri yang mempunyai andil dalam merubah dan memperbaiki kehidupan suaminya. Perannya sebagai seorang istri hanya mensuport suami, dan mendoakan. Perannya bukan hanya seorang istri namun juga seorang malaikat yang akan merubahnya menjadi seorang ustadz. Berkat kesabaran dan ketegaran yang dimiliki hingga kini ia bisa memberikan banyak sekali nasehat dalam memberikan kehidupan dalam suaminya.

Ia mendakwahi suaminya dan anak-anaknya, karena mendakwahi keluarganya adalah suatu kewajiban seorang istri sekaligus seorang ibu kepada keluarganya. Sebelum ia mendakwahi orang lain ia mendakwahi suami dan anak-anaknya terlebih dahulu, dan selalu memberikan contoh yang baik untuk keluarganya, serta menjadikan seorang istri yang patuh kepada suami. Sebelum suaminya meninggal dunia Ustadzah Pipik memang sudah mulai

2

Pipik Dian Irawati, Wawancara Pribadi, di Rumah Pipik Dian Irawati, Jumat, 29 Agustus 2014


(54)

melakukan tugasnya sebagai seorang pendakwah, ketertarikannya dalam dunia berdakwah diawali dari kesadaran bahwa kewajiban menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada setiap muslim dan muslimah. Sebelum ia mendakwahi suaminya ia belajar mendakwahi dirinya terlebih dahulu, karena seorang pendakwah harus bisa membenahi dirinya terlebih dulu, dan ia selalu berusaha untuk belajar memahami al-Qur’an dan hadits.

Ia selalu berusaha untuk menjadi istri yang sholehah karena seorang istri adalah pendamping hidup, sekaligus menjadi penolong ketika suami susah maupun senang, serta ia selalu berusaha untuk saling menyanyangi, dan memberikan rasa tentram dan kenyamanan antara satu sama lain. ia juga berusaha untuk selalu menerima kekurangan ataupun kelebihan dari suaminya. Menjadikan ia penolong dalam kehidupan suaminya. Dan selalu belajar untuk menjadi istri dan ibu yang sholehah. Seorang ibu juga harus bisa membuat suasanan di dalam rumah merasa nyaman dan tentram untuk semua keluarganya.3 Dan selalu menjadi penasehat di dalam keluarganya karena di dalam ayat Al-Qur’an surat At-Tahrim ayat 6 yang berbunyi :









Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”

Dari ayat tersebut bahwa seorang istri wajib mendakwahi keluarganya baik itu suami ataupun anak-anaknya untuk memberikan keselamatan buat keluarganya, karena tiket seorang istri dan anak-anaknya berada di tangan suaminya untuk menuju surga. Oleh sebab itu al-Qur’an sudah sangat

3


(55)

menjelaskan secara jelas bahwa kewajiban seorang istri wajib mendakwahi keluarganya.4

Karena baginya kriteria istri sholehah adalah menyenangkan bila dipandang. Menjaga kehormatan bila ditinggal suami, dan dapat memegang amanah. Hambatan dalam mencapai usaha menjadi istri yang sholehah baginya adalah ujian dari Allah, dan selama ini ia selalu belajar dan iqra, sehingga ia selalu dapat menjawab ujian itu dengan baik. Menurut kita untuk menjaga pernikahan tetap langgeng adalah dengan mencontoh keluarga Rasulullah, saling mencintai, menyayangi, mengingatkan kebenaran satu sama lainnya dan menerima bahwa satu sama lainnya adalah makluk yang tidak sempurna.

Karena buatnya membina mahligai rumah tangga atau hidup berkeluarga merupakan perintah agama bagi setiap muslim dan muslimah. Melalui rumah tangga yang Islami kehidupan keluarga dibina dan dididik dengan baik, sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam, maka pada akhirnya akan terbentuk keluarga yang Islami.

Setiap orang pasti ingin mempunyai rumah tangga yang sakinah mawadah warahmah. Tapi bagaimana kita harus cari tahu artinya dari mana rumah tangga. Kenapa rumah tangga disebut rumah tangga kenapa bukan rumah tembok atau rumah kayu karena setiap rumah tangga pasti ada tangga-tangga yang mesti di naiki untuk menuju rumah tangga-tangga yang sakinah didalamnya terdapat ujian-ujiannya. Lalu naik lagi menuju tangga mawwadah dengan ujian-ujiannya juga lalu naik lagi menuju tangga warahmah dengan

4

Pipik Dian Irawati, Wawancara Pribadi, di Rumah Pipik Dian Irawati, Jumat, 29 Agustus 2014


(1)

(2)

(3)

Wawancara Pribadi Di Kediaman Ustadzah Pipik Dian Irawati pada tanggal 12 Mei 2014


(4)

(5)

Pada saat mengenang almarhum Ustadz Jefri Al Buchori (Uje) yang ke 1 tahun bertempat dikediaman beliau Ustadz Jefri Al-Buchori Rempoa, Bukit Mas, Jakarta Selatan, pada tanggal 26 April 2014 lalu, Ustadzah Pipik banyak menghadirkan teman-teman beliau. Disamping itu juga ustadzah Pipik sambil mengenang mendiang suaminya ia pun mengadakan pembagian santunan kepada anak-anak Yatim Piatu. Serta anak-anak dari Almarhum memberikan single Album terbaru

“Ayah” yang mempersembahkan lagu tersebut untuk mengenang ayah


(6)

Saat memperingati 1 tahun Alhmarhum Ustadz Jefri Al Buchori pada tanggal 26 april 2014 dengan ke empat anak-anaknya Adiba Khanza, Muhammad Abizar Al Ghifari, Ayla, Azuhro, Attaya Rizkillah dan memberikan santunan anak Yatim Piatu.