Melihat Pembangunan Haiti dari Teori Ket

Nama : Putri Mulya Sari
NIM : 1310103010057
MK

: Pembangunan Politik

PEMBAGUNAN DI NEGARA HAITI
Haiti merupakan republik pertama di dunia yang dipimpin orang kulit hitam dan
negara merdeka pertama di Karibia ketika mengusir koloni Prancis dan menghentikan
perbudakan melalui serangkaian perang pada awal abad XIX. Namun, beberapa dasawarsa
kemiskinan, penelantaran lingkungan, tindak kekerasan, gejolak dan kediktatoran
menyebabkan Haiti menjadi salah satu negara termiskin di benua Amerika.
Sebagian besar wilayah Haiti bergunung-gunung dengan iklim tropis. Lokasi, sejarah
dan budaya Haiti - termasuk praktik voodoo - pernah mengantarnya menjadi tempat potensial
bagi industri wisata, namun gejolak dan tindak kekerasan, khususnya sejak tahun 1980-an,
sangat memupuskan peluang tersebut.
Mayoritas warga Haiti adalah orang kulit hitam dari Afrika Setelah itu, pemimpin
hasil pemilihan mengambil alih kekuasaan dari pemerintah sementara dan pasukan stabilisasi
PBB dikerahkan di sana. Namun, Haiti masih dirundung konfrontasi yang diwarnai tindak
kekerasan antara geng dan kelompok politik yang bersaing. PBB menggambarkan situasi hak
asasi manusia di negara itu "malapetaka".

Sementara itu, masalah sosial mendasar yang paling serius, kesenjangan kesejahteraan
antara mayoritas warga kulit hitam penutur bahasa Creole - bahasa gado-gado antara bahasa
Prancis dan bahasa lain - dan minoritas penutur bahasa Prancis, masih belum teratasi. Orangorang minoritas yang hanya 1% dari total 10 juta jiwa penduduk Haiti menguasai setengah
kekayaan negara tersebut. Banyak warga Haiti mencari pekerjaan dan kehidupan yang lebih
baik di Amerika Serikat atau negara di kawasan Karibia, termasuk Republik Dominika, yang
menampung ratusan ribu migran Haiti.
Lebih dari itu, sistem prasarana di Haiti bisa dikatakan ambruk, sementara bisnis
narkoba menjadi sumber korupsi di lingkungan sistem peradilan dan kepolisian. Haiti juga

kesiapan untuk menangangi dampak badai tropis yang sering menerjang pulau tersebut,
sementara deforestasi parah menyebabkan wilayahnya rentan terhadap banjir.1
Haiti adalah satu negara penghasil di sektor pertanian. Hasil ekspor mereka berupa
mangga, kakao, dan kopi. Dan impor utama mereka adalah setengah kebutuhan makanan dan
80%nya adalah beras.2 Sektor agrikultur Haiti juga merupakan sektor yang penting terhadap
perekonomian Haiti, lebih dari 50% masyarakat Haiti bergantung pada sektor ini. Masyarakat
perdesaan Haiti memiliki mata pencaharian utama sebagai petani dan pedagang, yang samasama mempekerjakan lebih dari 85% penduduk desa.
Meskipun begitu Haiti tidak menghasilkan jumlah produksi pangan yang cukup untuk
memberi makan rakyatnya, para petani terpaksa mengandalkan beberapa kegiatan lain untuk
menambah pendapatannya. Hanya satu dari lima petani yang pendapatannya murni dari
bertani. Negara ini harus mengimpor 60% dari makanan yang dibutuhkan, termasuk sebanyak

80% dari jumlah konsumsi beras. Beras merupakan makanan impor yang paling signifikan di
Haiti.
Setelah berhasil swasembada beras pada tahun 1980an, Haiti kini telah mengimpor
sekitar 80% dari konsumsi berasnya. Sejak 1995 hasil pertanian Haiti turun sebesar 0.9%
pertahunnya. Sedangkan komoditas beras Haiti dianggap sebagai produk mewah
dibandingkan dengan varietas beras dari Amerika Serikat, hal ini dikarenakan persediaan
yang terbatas sehingga harga yang ditawarkan menjadi lebih tinggi.
Dalam perkembanganya Haiti adalah salah satu negara yang masih dikatagorikan
kedalam negara miskin di benua Amerika. Tidak mampu menghasilkan sumber daya pangan
untuk dapat memenuhi kehidupan masyarakatnya, negara Haiti harus mengimpor dari negara
maju yang ada disekitarnya, seperti Amerika serikat dan Prancis.3
. Haiti menjadi dikenal ketika diktator vooodo Francois "Papa Doc" Duvalier dan
putranya, Jean-Claude, atau "Baby Doc" berkuasa. Puluhan ribu orang tewas sepanjang masa
kekuasaan mereka yang berlangsung 29 tahun. Harapan bahwa pemilihan tahun 1990 yang
mengantar Jean-Bertrand Aristide, seorang mantan pendeta, akan mengawali masa depan
yang lebih cerah pupus ketika dia digulingkan militer tidak lama kemudian.

1 http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2010/01/100114_haitimisery.shtml di Akses 25 April 2015
2 https://sayedmuddasir.wordpress.com/2014/05/01/profil-negara-haiti/ di Akses 25 April 2015
3 http://journal.unair.ac.id/filerPDF/JurnalSkripsiNikoAdityaSasintha.pdf di Akses 25 April 2015


Meski sanksi ekonomi dan intervensi militer pimpinan Amerika memaksa Haiti
kembali ke pemerintahan konstitusional pada tahun 1994, nasib Haiti tidak kunjung
membaik, sementara tuduhan mengenai kecurangan pemilihan, pembunuhan di luar proses
hukum, penyiksaan dan kebrutalan terus berlanjut. Pemberontakan berdarah, dan tekanan dari
Amerika Serikat dan Prancis, memaksa Aristide keluar dari Haiti pada tahun 2004.4
Oleh karena itu banyaknya pemberontakan yang berdarah darah serta ditambah
dengan tekanan dari Amerika Serikat dan Perancis selaku sekutunya, menjadikan pula sistem
pemerintahan dan demokrasi di Haiti tidak berjalan dengan baik. Sehingga terlihat bahwa
Haiti hanya menjadi budak bagi negara-negara besar yang hanya menginginkan sesuatu dari
tanah Haiti itu. 5
Haiti adalah negara yang komplek permasalahannya ketika dilihat dari sudut pandang
ekonomi dan politik yang ternyata masih banyak campur tangan dari negara lain, sehingga
negara ini hanya bisa ikut dalam permainan negara maju yang menguasainya, atau mau tidak
mau harus bergantung kepada negara lain, untuk dapat mempertahankan kehidupan dalam
negaranya.
Amerika adalah salah satu negara yang banyak mengintervensi Haiti. Awal dari
keterlibatan Amerika di Haiti ini dimulai pada akhir abad kesembilan belas, ketika imigran
Amerika pertama berusaha mengambil keuntungan dari lokasi perdagangan maritim Haiti.
Jerman, Prancis, Inggris, dan pasukan Amerika mengklaim sejumlah besar kekayaan orang

Haiti, mengambil langsung dari National Bank of Haiti. Tak lama kemudian Marinir Amerika
mendukung kekerasan pemberontakan melawan pemerintah Haiti.
Selanjutnya adanya pengaruh Amerika serikat dan negara sekutunya Haiti, juga
terlihat ketika gempa bumi yang meratakan hampir 3.000.000 rumah di Haiti terjadi. Ternyata
bencana ini, dimanfaatkan oleh para pembuat kebijakan contohnya Amerika yang buru-buru
menggambarkan diri mereka sebagai juara (penolong) untuk "dunia ketiga." Namun, seperti
yang terjadi di hampir setiap negara selatan khatulistiwa, kebijakan Amerika Serikat adalah
berusaha mengabadikan bencana, perselisihan sipil, dan ketergantungan asing (alias
ketergantungan pada barang-barang Amerika).
Amerika dan sekutu-sekutunya juga egois dalam berkontribusi terhadap kemiskinan
Haiti dengan memaksa mereka untuk menghapus tarif pada makanan Amerika. Sebelum ini,
4 http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2010/01/100114_haitimisery.shtml di Akses 25 April 2015
5 http://www.anneahira.com/haiti.htm di Akses 25 April 2015

Haiti adalah produsen makanan mandiri. Sekarang, sekitar 80%, Haiti tergantung pada
barang-barang asing, dan pengangguran membanjiri kota-kota. Lebih jauh lagi, kebijakan ini
menyebabkan Haiti menjadi sebuah bangsa di mana setiap tahun orang banyak mati
kelaparan.
Masalah lain di Haiti ini diperparah dengan ketidakmampuan para petani Haiti untuk
menghentikan program-program bantuan PBB yang secara nahas menempatkan para petani

ini keluar dari bisnis, karena tidak ada yang bisa bersaing dengan harga $ 0 per pon. Program
makanan gratis pun malah menyebabkan pengangguran. Ini adalah kebijakan yang
diimplementasikan di seluruh dunia. Mesir pernah menjadi pusat pertanian dunia, sekarang
negara ini selalu pasti membutuhkan bantuan Amerika Serikat untuk bertahan hidup.6
Dari beberapa pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa ternyata masih adanya
pengaruh dari negara adi kuasa dalam memainkan perannya di Negara Haiti, semenjak akhir
abad kesembilan belas, sampai pasca terjadinya gempa yang melanda Haiti beberapa tahun
silam. Sehingga dari faktor luar ini menyebabkan pembangunan Haiti tidak bisa berjalan
dengan baik, karena adanya sentuhan negara lain yang mendominasi. Oleh sebab itu jelas
bahwa gambaran negara Haiti pasca abad kesembilan belas dan pasca gempa dapat kita
kaitkan dengan beberapa teori pembangunan ekonomi politik yaitu teori tentang kreatinisme
dan imprialisme kolonialisme.
Pertama dijelaskan dalam teorinya Paul Baran, Negara berkembang yang berada di
status pinggiran, perkembangan kapitalismenya akan terhambat atau tetap kerdil karena
menderita penyakit “kretinisme”. Yang dimana negara pinggiran tersebut tidak mampu
berkembang dengan baik karena adanya sentuhan dari negara maju. Sentuhan ini
menyebabkan negara pinggiran dikecilkan dan tidak dibiarkan untuk berkembang untuk
membangun negaranya. 7
Teori Paul Baran ini melukiskan keadaan Haiti yang sesungguhnya, ketika masih
banyaknya campur tangan dari negara Amerika Serikat terhadap Haiti, menyebabkan negara

Haiti tidak bisa membangun negaranya secara independent, merasa di kerdilkan Haiti hanya
bisa mengikuti alur permainan negara Amerika Serikat, yang telah mengintervensi dari segi
pelaksanaan sistem politik atau pemeritahan seperti yang terjadi pada saat penggulingan
presiden terpilih Haiti Jean-Bertrand Aristide, yang merupakan ulah intervensi militer dari
6 http://www.eramuslim.comberitadunia-islam/sejarah-kelam-amerika-di-haiti.htm di Akses 25 April 2015
7 Salim, Agus, Perubahan Sosial, Yogyakarta, PT Tiara Wacana Yogya, 2002. Hlm. 77

Amerika, yang dipilih secara demokrasi,

dan dipaksakan untuk melaksanakan kembali

pemerintahan konstitusional, yang ternyata juga tidak mampu memberikan perubahan yang
lebih baik kepada Haiti.
Telihat juga dalam segi ekonomi, dimana Haiti sangat bergantung impor dari Amerika
Serikat, terutama dalam bidang pangan yang 80%nya adalah beras, serta barang-barang yang
ada di Haiti juga sangat bergantung kepada barangnya Amerika serikat. Penguasaan Amerika
Serikat dalam segi ekonomi terlihat sangat kuat, yang dimana selain bergantung kepada
barangnya Amerika, hal ini juga diperparah dengan pemaksaan Amerika untuk menghapus
tarif harga barangnya di Haiti, sehingga dengan demikian barang Amerika dapat dijual
dengan mudah di Haiti.

Beralih pada pembahasan selanjutnya, pasca gempa yang terjadi di Haiti beberapa
tahun silam, telah membawa negara ini kepada kehancuran pembangunan, artinya bahwa
gempa menyebabkan Haiti sangat terpuruk dan butuh belas kasih dari tangan-tangan negara
lainnya. Menanggapi kejadian inipun Amerika dengan sigap langsung memberikan bantuan
besar-besaran kepada Haiti. Namun lantas apa yang terjadi, ternyata bantuan dari Amerika ini
hanyalah sebuah taktik atau cara Amerika untuk bisa membuat Haiti bergantung kepada
barang-barang Amerika.8
Hal ini sesuai dengan teorinya Marxis tentang Imprialisme dan Kolonialisme, yang
dijelaskan bahwa adanya ketergantungan dan keterbelakangan sebuah negara terjadi karena
akar dunia yang eksploitasi serta juga adanya ambisi dari bangsa Eropa untuk melakukan
ekspansi keluar dan menguasai bangsa-bangsa lain, baik secara politis maupun ekonomis. 9
Haiti saat setelah terjadinya gempa, negaranya sangat dikuasi oleh Amerika Serikat, dengan
berdalih untuk membantu, Amerika mempunyai niat lain yang terselubung, yang artinya
bahwa bantuan yang diberikan oleh Amerika Serikat, membuat Haiti menjadi ketergantungan
dan keterbelakangan yang karena tidak mampu membangun negaranya sendiri, terutama
dalam segi ekonomi.
Contoh lain dari adanya imprialisme dan kolonialisme di Haiti adalah, ketika Haiti
dihadapkan pada permasalahan negaranya yang tidak mempunyai kemampuan dari para
petani Haiti untuk menghentikan program-program bantuan PBB yang secara nahas
8 http://www.eramuslim.comberitadunia-islam/sejarah-kelam-amerika-di-haiti.htm di Akses 25 April 2015

9 Ibid, Hlm 7

menempatkan para petani ini keluar dari bisnis, karena tidak ada yang bisa bersaing dengan
harga $ 0 per pon. Dimana adanya Program makanan gratis dari PBB pun malah
menyebabkan

pengangguran

di

Haiti.

Dan

hal

ini

merupakan


kebijakan

yang

diimplementasikan di seluruh dunia. Contohnya saja Mesir pernah menjadi pusat pertanian
dunia, sekarang negara ini selalu pasti membutuhkan bantuan Amerika Serikat untuk bertahan
hidup.
Dalam hai ini kita melihat bahwa, bantuan yang diberikan oleh suatu negara kenegara
lain, contohnya Amerika ke Haiti, cenderung berdampak kepada akan adanya ketergantungan
negara yang menerima bantuan terhadap negara yang memberi bantuan, sehingga baik
program maupun kebijakan yang diambil oleh negara Amerika harus diikuti oleh Haiti itu
sendiri, dan akibatnya pembangunan negara Haitipun terhambat. Memang sudah menjadi
suatau kebiasaan bahwa, negara yang cenderung sudah maju melakukan imprialisme kepada
negara pinggiran, karena kekuasaan dan dominasi negara maju tersebut. Haiti adalah
contohnya.