asuhan keperawatan gerontik dengan diabe
BAB 1
PENDAHULUAN
.1. Latar belakang
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan
manusia. Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapantahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin
rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan,
pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring
meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan,
serta sistem organ. Pada usia lanjut terjadi perubahan anatomik-fisiologik dan dapat
timbul pula penyakit-penyakit pada sistem endokrin khususnya penyakit diabetes
mellitus. Perubahan tersebut pada umumnya berpengaruh pada kemunduran kesehatan
fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia.
Sehingga secara umum akan berpengaruh pada activity of daily living (Fatmah, 2010).
Usia harapan hidup lansia di Indonesia semakin meningkat karena pengaruh status
kesehatan, status gizi, tingkat pendidikan, ilmu pengetahuan dan sosial ekonomi yang
semakin meningkat sehingga populasi lansia pun meningkat.
Penyakit DM sering terjadi pada kaum lanjut usia. Diantara individu yang berusia
>65 tahun, 8,6 % menderita DM tipe II. Angka ini mencakup 15 % populasi pada panti
lansia (Steele, 2008). Laporan statistik dari International Diabetik Federation
menyebutkan, bahwa sudah ada sekitar 230 juta orang pasien DM. Angka ini terus
bertambah hingga 3 % atau sekitar 7 juta orang tiap tahunnya. Dengan demikian, jumlah
pasien DM diperkirakan akan mencapai 350 juta orang pada tahun 2025 dan setengah
dari angka tersebut berada di Asia, terutama India, Cina, Pakistan, dan Indonesia
(Tandra, 2007).
Kasus Diabetes Mellitus (DM) sebanyak 28.858 kasus diderita usia 45-64 tahun,
yang terdiri 4.438 DMTI (Diabetes Mellitus Tergantung Insulin) atau DM tipe 1 dan
24.420 DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin) atau DM tipe 2.
Sedangkan usia >65 tahun terdapat 11.212 kasus DM, yang terdiri 3.820 DMTI
(Diabetes Mellitus Tergantung Insulin) atau DM tipe 1 dan 7.392 DMTTI (Diabetes
Mellitus Tidak Tergantung Insulin) atau DM tipe 2 (Profil Kesehatan Kota Semarang,
2010).
Diabetes melitus pada lanjut usia umumnya adalah diabetes tipe yang tidak
tergantung insulin (NIDDM). Prevalensi diabetes melitus makin meningkat pada lanjut
usia. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus di beberapa negara berkembang akibat
peningkatan kemakmuran di negara yang bersangkutan dipengaruhi oleh banyak faktor
antara lain peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya hidup terutama di
kota besar menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif.
Hasil pendataan yang dilakukan oleh penulis di puskesmas tanjung rejo desa percut
kecamatan deli serdang tahun 2015 terdapat jumlah usia lanjut > 45 tahun sebanyak 16
orang dan lansia yang menderita penyakit diabetes melitus diwilayah kerja puskesmas
tanjung rejo desa percut sejumlah 14 pasien.
Berkaitan dengan data tersebut di atas penulis tertarik untuk mengetahui tentang
pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan keperawatan gerontik untuk “Asuhan
Keperawatan Gerontik Gangguan Sistem Endokrin Dengan Diabetes Mellitus Pada
Ny.S Di Dusun X Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang”.
.2. Tujuan penulisan
a. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kperawatan pada lansia secara profesional
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
b.
Tujuan khusus
Setelah melakukan kunjungan rumah keluarga lansia mahasiswa dapat :
1. Melakukan pengkajian keperawatan keluarga gerontik pada Ny.S dengan
diabetes mellitus.
2. Menganalisa masalah kesehatan keluarga Ny.S dengan diabetes mellitus.
3. Merencanakan tindakan keperawatan berdasarkan kebutuhan keluarga Ny.S
dengan diabetes mellitus.
4. Melakukan tindakan keperawatan dalam pencegahan, penyembuhan dan
pemulihan berdasarkan masalah yang dialami keluarga Ny.S dengan
diabetes mellitus.
5. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan pada keluarga
Ny.S dengan diabetes mellitus.
.3. Ruang lingkup
Adapun ruang lingkup dari laporan ini adalah 15 keluarga yang didata, dan penulis
hanya mengambil 3 keluarga binaan dan 1 keluarga gerontik menjadi kasus kelolaan
yaitu Ny.S dengan masalah : kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan
metabolik.
.4. Metode penulisan
Dalam penulisan laporan ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan studi kasus yang menggunakan tehnik :
1.
Wawancara
Diperoleh langsung dari pasien dengan metode tanya jawab pada keluarga Ny.S
tentang penyakit diabetes mellitus.
2.
Observasi
Pengamatan dan keterlibatan langsung terhadap kondisi pasien dalam penerapan
asuhan keperawatan gerontik dengan melakukan pemeriksaan fisik dan pemriksaan
tanda-tanda vital.
3.
Studi kepustakaan
Mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan keperawatan gerontik yaitu buku
ajar keperawatan gerontik, ilmu pengantar komunitas pengantar dan teori buku, aplikasi
asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan NANDA NIC-NOC.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
.1. Konsep medis lansia
.1.1. Definisi lansia
Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses
menua merupakan proses sepanjang hidup yang hanya di mulai dari satu waktu tertentu,
tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menua merupakan proses alamiah, yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua.
Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis, maupun psikologis. Memasuki usia tua
berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit
mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas,
penglihatan semakin memburuk, gerakan-gerakan lambat, dan postur tubuh yang tidak
proforsional (Nugroho, 2008).
.1.2.
Penyebab terjadinya penuaan pada lansia
Banyak faktor yang menyebabkan setiap orang menjadi tua melalui proses
penuaan. Pada dasarnya berbagai faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor
internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal adalah radikal bebas, hormon
yang menurun kadarnya, proses glikosilasi, sistem kekebalan tubuh yang menurun dan
juga faktor genetik. Sedangkan faktor eksternal adalah gaya hidup yang tidak sehat, diet
yang tidak sehat, kebiasaan hidup yang salah, paparan polusi lingkungan dan sinar
ultraviolet, stres dan penyebab sosial lain seperti kemiskinan. Kedua faktor ini saling
terkait dan memainkan peran yang besar dalam penyebab proses penuaan (Uchil Nissa,
2014).
.1.3.
Perubahan lansia pada sistem endokrin
Sekitar 50% lansia menunjukka intoleransi glukosa, dengan kadar gula puasa
yang normal. Penyebab dari terjadinya intoleransi glukosa ini adalah faktor diet,
obesitas, kurangnya olahraga, dan penuaan. Frekuensi hipertiroid pada lansia yaitu
sebanyak 25%, sekitar 75% dari jumlah tersebut mempunyai gejala, dan sebagian
menunjukkan “apatheic thyrotoxicosis”.
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem endokrin
akibat proses menua:
1. Kadar glukosa darah meningkat. Implikasi dari hal ini adalah glukosa
darah puasa 140 mg/dL dianggap normal.
2. Ambang batas ginjal untuk glukosa meningkat. Implikasi dari hal ini
adalah kadar glukosa darah 2 jam PP 140-200 mg/dL dianggap normal.
3. Residu urin di dalam kandung kemih meningkat. Implikasi dari hal ini
adalah pemantauan glukosa urin tidak dapat diandalkan.
4. Kelenjar tiroad menjadi lebih kecil, produksi T3 dan T4 sedikit menurun,
dan waktu paruh T3 dan T4 meningkat. Implikasi dari hal ini adalah
serum T3 dan T4 tetap stabil.
.1.4.
Patofisiologi penyakit diabetes akibat penuaan
Diabetes mellitus adalah “suatu gangguan metabolik yang melibatkan berbagai
sistem fisiologi, yang paling kritis adalah melibatkan metabolisme glukosa.” Fungsi
vaskular, renal, neurologis dan penglihatan pada orang yang mengalami diabetes dapat
terganggu dengan proses penyakit ini, walaupun perubahan-perubahan ini terjadi pada
jaringan yang tidak memerlukan insulin untuk berfungsi (Stanley, Mickey, 2006).
Beberapa kondisi dapat menjadi predisposisi bagi seseorang untuk mengalami
diabetes, walaupun terdapat dua tipe yang dominan. Diabetes mellitus tergantung
insulin (Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)), atau diabetes tipe I, terjadi bila
seseorang tidak mampu untuk memproduksi insulin endigen yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan tubuh. Tipe diabetes ini terutama dialami oleh orang yang lebih
muda. Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (Non-Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM)) atau diabetes tipe II, adalah bentuk yang paling sering pada
penyakit ini. Antara 85-90 % orang dengan diabetes memiliki tipe NIDDM, yang lebih
dekat dihubungkan dengan obesitas daripada dengan ketidakmampuan untuk
memproduksi insulin (Stanley, Mickey, 2006).
NIDDM, bentuk penyakit yang paling sering diantara lansia, adalah ancaman
serius terhadap kesehatan karena beberapa alasan. Pertama, komplikasi kronis yang
dialami dalam hubungannya dengan fungsi penglihatan, sirkulasi, neurologis, dan
perkemihan dapat lebih menambah beban pada sistem tubuh yang telah mengalami
penurunan akibat penuaan. Kedua, sindrom hiperglikemia hipeosmolar nonketotik,
suatu komplikasi diabetes yang dapat mengancam jiwa meliputi hiperglikemia,
peningkatan osmolalitas serum, dan dehidras, yang terjadi lebih sering di antara lansia
(Stanley, Mickey, 2006).
.1.5.
Karakteristik penyakit diabetes mellitus pada lansia
Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik
peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi akibat kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau keduanya. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang
dikonsumsi dan secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Insulin
merupakan suatu hormon yang diproduksi pankreas yang berfungsi mengendalikan
kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya (American
Diabetes Assosiation, 2004 dalam Smeltzer&Bare, 2008).
Secara klinis terdapat dua tipe DM yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. DM tipe 1
disebabkan karena kurangnya insulin secara absolut akibat proses autoimun sedangkan
DM tipe 2 merupakan kasus terbanyak (90-95% dari seluruh kasus diabetes) yang
umumnya mempunyai latar belakang kelainan diawali dengan resistensi insulin
(American Council on Exercise, 2001; Smeltzer&Bare, 2008). DM tipe 2 berlangsung
lambat dan progresif, sehingga tidak terdeteksi karena gejala yang dialami pasien sering
bersifat ringan seperti kelelahan, iritabilitas, poliuria,polidipsi dan luka yang lama
sembuh (Smeltzer&Bare, 2008).
.1.6. Pencegahan
1. Pencegahan primer
Pendidikan tentang kebutuhan diet mungkin diperlukan. Suatu perencanaan
makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% protein, dan 75% karbohidrat kompleks
direkomendasikan untuk mencegah diabetes. Kandungan rendah lemak dalam diet ini
tidak hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga meningkatkan aktivitas reseptor
insulin (Stanley, Mickey, 2006).
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Berjalan atau
berenang, dua aktivitas dengan dampak rendah, merupakan permulaan yang sanga baik
untuk para pemula.
2.
Pencegahan sekunder
a. Penapisan
Kadar gula darah harus diperiksa secara rutin sebagai komponen dari
penapisan, tetapi hasil yang negatif dalam gejala ringan yang lain tidak dapat
dianggap sebagai suatu kesimpulan. Tes toleransi glukosa oral pada umumnya
dianggap lebih sensitif dan merupakan indikator yang dapat diandalkan
daripada kadar glukosa darah puasa dan harus dilakukan untuk menentukan
diagnosis dan perawatan awal NIDDM (Stanley, Mickey, 2006).
b. Nutrisi
Perawat yang membantu lansia dalam merencanakan makan dapat mengambil
kesempatan untuk memberikan pendidikan kepada klien tentang prinsip umum
nutrisi yang baik. Perawat dapat mengajarkan klien tentang membaca label
untuk menghindari asupan sehari-hari, memilih sumber-sumber makanan
rendah kolesterol, dan memasukkan serat yang adekuat dalam diet mereka
(Stanley, Mickey, 2006).
c. Olahraga
Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung meningkatkan
fungsi fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa darah, meningkatkan
stamina dan kesejahteraan emosional, dan meningkatkan sirkulasi. Walaupun
berenang dan berjalan cepat telah dinyatakan sebagai pilihan yang sangat baik
untuk lansia dengan NIDDM, tipe aktivitas lainnya juga sama-sama
bermanfaat. Khususnya, aerobik yang menawarkan manfaat paling banyak.
Seseorang dengan NIDDM harus melakukan latihan minimal satu kali setiap 3
hari (Stanley, Mickey, 2006).
d. Pengobatan
Bila intervensi sebelumnya tidak berhasil dalam memodifikasi kadar gula
darah dan gejala-gejala, terapi agens oral dan insulin akan diperlukan untuk
menambah suplai dari tubuh (Stanley, Mickey, 2006).
.2. Konsep keperawatan gerontik
.2.1. Pengkajian
Tujuan :
1.
2.
3.
4.
Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri.
Melengkapi dasar – dasar rencana perawatan individu.
Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien.
Memberi waktu kepada klien untuk menjawab.
Meliputi aspek gerontik:
1. Fisik
.1. Wawancara
a. Pandangan lanjut usia tentang kesehatan.
b. Kegiatan yang mampu di lakukan lanjut usia.
c. Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri.
d. Kekuatan fisik lanjut usia : otot, sendi, penglihatan, dan pndengaran.
e. Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BAB/BAK.
f. Kebiasaan gerak badan / olahraga /senam lanjut usia.
g. Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan.
h. Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam minum
obat.
i. Masalah-masalah seksual yang telah di rasakan.
.2. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksanaan di lakukan dengan cara inspeksi, palpilasi, perkusi, dan
auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh.
b. Pendekatan yang di gunakan dalam pemeriksanaan fisik,yaitu : Head to toe.
.3. Psikologis
a. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan.
b. Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak.
c. Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan.
d. Bagaimana mengatasi stress yang di alami.
e. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri.
f. Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan.
g. Apakah harapan pada saat ini dan akan datang.
h. Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir, alam
perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaikan masalah.
.4. Sosial ekonomi
a. Darimana sumber keuangan lanjut usia
b. Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang.
c. Dengan siapa dia tinggal.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Kegiatan organisasi apa yang di ikuti lanjut usia.
Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya.
Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
Siapa saja yang bisa mengunjungi.
Seberapa besar ketergantungannya.
Apakah dapat menyalurkan hoby atau keinginannya dengan fasilitas yang ada.
.5. Spiritual
a. Apakah secara teratur malakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya.
b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan,
misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin.
c. Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa.
d. Apakah lanjut usia terlihat tabah dan tawakal.
.2.2. Diagnosa keperawatan
1. Aspek fisik atau biologis
a. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tidak mampu dalam memasukkan, memasukan, mencerna, mengabsorbsi
makanan karena factor biologi.
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam waktu lama,
terbangun lebih awal atau terlambat bangun dan penurunan kemampuan fungsi
yng ditandai dengan penuaan perubahan pola tidur dan cemas.
c. Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan keterbatasan neuromuskular
yang ditandai dengan waktu yang diperlukan ke toilet melebihi waktu untuk
menahan pengosongan bladder dan tidak mampu mengontrol pengosongan.
d. Gangguan proses berpikir berhubungan dengan kemunduran atau kerusakan
memori sekunder.
e. Seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang ditandai
dengan perubahan dalam mencapai kepuasan seksual.
f. Kelemahan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal dan
neuromular.
g. Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik kurang.
h. Risiko kerusakan integritas kulit.
i. Kerusakan memori berhubungan dengan gangguan neurologis.
(NANDA, 2006)
2.
Aspek psikososial
a. Koping tidak efektif berhubungan dengan percaya diri tidak adekuat dalam
kemampuan koping, dukungan social tidak adekuat yang dibentuk dari
karakteristik atau hubungan.
b. Isolasi social berhubungan dengan perubhaan penampilan fisik, peubahan
keadaan sejahtera, perubahan status mental.
c. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran,
perubahan citra tubuh dan fungsi seksual.
d. Cemas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, status kesehatan,
pola interaksi, fungsi peran, lingkungan, status ekonomi.
e. Resiko kesendirian.
(NANDA, 2006)
3.
Aspek spiritual
Distress spiritual berhubungan dengan peubahan hidup, kematian atau sekarat diri
atau orang lain, cemas, mengasingkan diri, kesendirian atau pengasingan social, kurang
sosiokultural (NANDA, 2006).
.2.3.
Intervensi keperawatan (NANDA, 2006)
No
Diagnosa keperawatan
.
Aspek fisik atau biologis
1. Ketidakseimbangan
NOC
Status nutrisi
NIC
Manajemen
nutrisi : kurang dari
Setelah dilakukan intervensi ketidakteraturan makan
kebutuhan tubuh
keperawatan selama 3x24
(eating disorder
berhubungan dengan
jam pasien diharapkan
management)
tidak mampu dalam
mampu:
1. Kolaborasi dengan
memasukkan,
1. Asupan nutrisi tidak
anggota tim kesehatan
memasukan, mencerna,
bermasalah
2. Asupan makanan dan
untuk memuat
mengabsorbsi makanan
karena factor biologi.
cairan tidak
bermasalah
3. Energy tdak
bermasalah
4. Berat badan ideal
perencanaan
perawatan jika sesuai.
2. Diskusikan dengan
tim dan pasien untuk
membuat target berat
badann, jika berat
badan pasien tdak
sesuia dengan usia
dan bentuk tubuh.
3. Diskusikan dengan
ahli gizi untuk
menentukan asupan
kalori setiap hari
supaya mencapai dan
atau mempertahankan
berat badan sesuai
target.
4. Ajarkan dan kuatkan
konsep nutrisi yang
baik pada pasien
5. Kembangkan
hubungan suportif
dengna pasien.
6. Dorong pasien untuk
memonitor diri
sendiri terhadap
asupan makanan dan
kenaikan atau
pemeliharaan berat
badan.
7. Gunakan teknik
modifikasi tingkah
laku untuk
meningkatkan berat
badan dan untuk
menimimalkan berat
badan.
8. Berikan pujian atas
peningkatan berat
badan dan tingkah
laku yang mendukung
peningkatan berat
2.
Gangguan pola tidur
Setelah dilakukan tindakan
badan.
Peningkatan tidur
berhubungan dengan
keperawatan selama 2x24
1. Tetapkan pola
insomnia dalam waktu
jam pasien diharapkan
lama, terbangun lebih
dapat memperbaiki pola
awal atau terlambat
tidurnya dengan kriteria :
bangun dan penurunan
1. Mengatur jumlah jam
kemampuan fungsi yng
tidurnya
2. Tidur secara rutin
3. Miningkatkan pola
ditandai dengan penuaan
perubahan pola tidur dan
cemas.
tidur
4. Meningkatkan kualitas
kegiatan dan tidur
pasien.
2. Monitor pola tidur
pasien dan jumlah
jam tidurnya.
3. Jelaskan pentingnya
tidur selama sakit dan
stress fisik.
4. Bantu pasien untuk
tidur
5. Tidak ada gangguan
menghilangkan situasi
stress sebelum jam
tidur
3.
Inkontinensia urin
tidurnya.
Setelah dilakukan intervensi Perawatan inkontinensia
fungsional berhubungan
keperawatan selama 3x24
urin
dengan keterbatasan
jam diharapkan pasien
1. Monitor eliminasi
neuromuskular yang
mampu :
urin.
2. Bantu klien
ditandai dengan waktu
yang diperlukan ke toilet
melebihi waktu untuk
menahan pengosongan
bladder dan tidak mampu
mengontrol pengosongan.
1. Kontinensia urin
2. Merespon dengan
cepat keinginan buang
air kecil (BAK)
3. Mampu mencapai
mengembangkan
sensasi keinginan
BAK.
3. Modifikasi baju dan
toilet dan
lingkungan untuk
mengeluarkan urin
memudahkan klien ke
secara tepat waktu
4. Mengosongkan bladder
dengan lengkap
5. Mampu memprediksi
toilet.
4. Instruksikan pasien
untuk mengonsumsi
air minum sebanyak
pengeluaran urin
4.
Gangguan proses berpikir
1500 cc/hari.
Setelah dilakukan intervensi Latihan daya ingat
berhubungan dengan
keperawatan selama 2x24
kemunduran atau
jam pasien diharapkan
pasien dan keluarga
kerusakan memori
dapat meningkatkan daya
beberapa masalah
sekunder.
ingat dengan kriteria :
1. Mengingat dengan
segera informasi yang
tepat
2. Mengingat inormasi
yang baru saja
disampaikan
3. Mengingat informasi
yang sudah lalu
1. Diskusi dengan
ingatan.
2. Rangsang ingatan
dengan mengulang
pemikiran pasien
kemarin dengan
cepat.
3. Mengenangkan
tentang pengalaman
di masalalu dengan
pasien.
5.
Seksual berhubungan
Fungsi seksual
dengan perubahan
1. Mengekspresikan
struktur tubuh/fungsi
kenyamanan
2. Mengekspresikan
yang ditandai dengan
perubahan dalam
kepercayaan diri
Konseling seksual
1. Bantu pasien untuk
mengekspresikan
perubahan fungsi
tubuh termasuk organ
mencapai kepuasan
seksual seiring
seksual.
dengan bertambahnya
usia.
2. Diskusikan beberapa
pilihan agar dicapai
6.
Kelemahan mobilitas
Level mobilitas (mobility
kenyamanan.
Latihan dengan terapi
fisik berhubungan dengan level)
gerakan (exercise
kerusakan
Setelah dilakukan intervensi
therapy ambulation)
musculoskeletal dan
keperawatan selama 2x24
1. Kosultasi kepada
neuromular.
jam diharapkan pasien
pemberi terapi fisik
dapat :
mengenai rencana
1. Memposisikan
penampilan tubuh
2. Ambulasi : berjalan
3. Menggerakan otot
4. Menyambung
gerakan/mengkolabora
sikan gerakan
gerakan yang sesuai
dengan kebutuhan.
2. Dorong untuk
bergerak secara bebas
namun masih dalam
batas yang aman.
3. Gunakan alat bantu
untuk bergerak, jika
tidak kuat untuk
berdiri (mudah
goyah/tidak kokoh).
7.
Kelelahan berhubungan
Activity tolerance
dengan kondisi fisik
Setelah dilakukan intervensi
kurang.
keperawatan selama 2x24
Energy management
1. Monitor intake nutrisi
untuk memastikan
jam diharapkan pasien
dapat:
1. Memonitor usaha
bernapas dalam respon
aktivitas
2. Melaporkan aktivitas
harian
3. Memonitor ECG dalam
8.
adekuat.
2. Tentukan keterbatasan
fisik pasien.
3. Tentukan penyebab
kelelahan.
4. Bantu pasien untuk
jadwal istirahat.
Risiko kerusakan
batas normal
4. Memonitor warna kulit
Kontrol risiko (risk control)
Penjagaan terhadap kulit
integritas kulit
Setelah dilakukan intervensi
(skin surveillance)
keperawatan selama 2x24
1. Monitor area kulit
jam diharapkan pasien
yang terlihat
dapat :
kemerahan dan
1. Kontrol perubahan
status kesehatan
2. Gunakan support
system pribadi untuk
mengontrol risiko
3. Mengenal perubahan
status kesehatan
4. Monitor factor risiko
yang berasal dari
9.
sumber energi yang
adanya kerusakan.
2. Monitor kulit yang
sering mendapat
tekanan dan gesekan.
3. Monitor warna kulit.
4. Monitor suhu kulit.
5. Periksa pakaian, jika
pakaian terlihat
terlalu ketat.
Kerusakan memori
lingkungan
Orientasi kognitif
berhubungan dengan
Setelah dilakukan intervensi (memory training)
gangguan neurologis.
keperawatan selama 2x24
Pelatihan memori
1. Stimulasi memory
jam diharapkan pasien
dengan mengulangi
dapat :
pembicaraan secara
1. Mengenal diri sendiri
2. Mengenal orang atau
hal penting
3. Mengenal tempatnya
jelas di akhir
pertemuan dengan
pasien.
2. Mengenang
sekarang
4. Mengenal hari, bulan,
dan tahun dengan
benar
pengalaman masa lalu
dengan pasien.
3. Menyediakan gambar
untuk mengenal
ingatannya kembali.
4. Monitor perilaku
pasien selama terapi.
Aspek psikososial
1. Koping tidak efektif
berhubungan dengan
Koping (coping)
Setelah dilakukan intervensi
percaya diri tidak adekuat keperawatan selama 3x24
dalam kemampuan
jam pasien secara konsisten
koping, dukungan social
diharapkan mampu :
Koping enhancement
1. Dorong aktifitas
social dan komunitas
2. Dorong pasien untuk
mengembangkan
tidak adekuat yang
1. Mengidentifikasi pola
hubungan.
3. Dorong berhubungan
dibentuk dari
koping efektif
2. Mengedentifikasi pola
dengan seseorang
karakteristik atau
hubungan.
koping yang tidak
efektif
3. Melaporkan penurunan
stress
4. Memverbalkan control
perasaan
5. Memodifikasi gaya
hidup yang dibutuhkan
6. Beradaptasi dengan
perubahan
perkembangan
7. Menggunakan
dukungan social yang
tersedia
8. Melaporkan
yang memiliki tujuan
dan ketertarikan yang
sama.
4. Dukung pasein untuk
menguunakan
mekanisme
pertahanan yang
sesuai.
5. Kenalkan pasien
kepada seseorang
yang mempunyai latar
belakang pengalaman
yang sama.
peningkatan
2.
Isolasi social
kenyamanan psikologis
Lingkungan keluarga :
Keterlibatan keluarga
berhubungan dengan
internal (family
(family involvement)
perubhaan penampilan
environment: interna)
fisik, peubahan keadaan
Setelah dilakukan intervensi
kemampuan anggota
sejahtera, perubahan
keperawatan selama 3x24
keluarga untuk
status mental.
jam pasien secara konsisten
terlibat dalam
diharapkan mampu :
1. Berpatisipasi dalam
aktifitas bersama
2. Berpatisipasi dalam
tradisi keluarga
3. Menerima kunjungan
dari teman dan anggota
keluarga besar
4. Memberikan dukungan
satu sama lain
5. Mengekspresikan
perasaan dan masalah
kepada yang lain.
6. Mendorong anggota
keluarga untuk tidak
ketergantungan
7. Berpatisipasi dalam
1. Mengidentifikasikan
perawatan pasien.
2. Menentukan sumber
fisik, psikososial dan
pendidikan pemberi
pelayanan kesehatan
yang utama.
3. Mengidentifkasi
deficit perawatan diri
pasien.
4. Menentukan tinggat
ketergantungan pasien
terhadap keluarganya
yang sesuai dengan
umur atau
penyakitnya.
rekreasi dan acara
3.
Gangguan harga diri
aktifitas komunitas
8. Memecahkan masalah
Setelah dilakukan tindakan
berhubungan dengan
intervensi keperawatan
ketergantungan,
selama 2x24 jam pasien
diri terhadap
perubahan peran,
diharapkan akan bisa
kemampuan pasien
perubahan citra tubuh dan memperbaiki konsep diri
fungsi seksual.
dengan criteria :
1. Mengidentifikasi pola
koping terdahulu yang
efektif dan pada saat
ini tidak mungkin lagi
Peningkatan harga diri
1. Kuatkan rasa percaya
mengndalikan situasi.
2. Menguatkan tenaga
pribadi dalam
mengenal dirinya.
3. Bantu pasien untuk
memeriksa kembali
digunakan akibat
persepsi negative
penyakit dan
tentang dirinya.
penanganan
(pemakaian alkohol
dan obat-obatan;
penggunaan tenaga
yang berlebihan)
2. Pasien dan keluarga
mengidentifikasi dan
mengungkapkan
perasaan dan reaksinya
terhadap penyakit dan
perubahan hidup yang
diperlukan
3. Mencari konseling
profesional, jika perlu,
untuk menghadapi
perubahan akibat
penyakitnya
4. Melaporkan kepuasan
dengan metode
4.
Cemas berhubungan
ekspresi seksual
Anxiety control
dengan perubahan dalam
Setelah dilakukan intervensi
status peran, status
keperawatan selama 2x24
menidentifikasi
kesehatan, pola interaksi,
jam diharapkan pasien
situasi percepatan
fungsi peran, lingkungan,
dapat:
status ekonomi.
1. Memonitor intensitas
cemas
2. Melaporkan tidur yang
adekuat
3. Mengontrol respon
cemas
Anxiety reduction
1. Bantu pasien untuk
cemas.
2. Dampingi pasien
untuk
mempromosikan
kenyamanan dan
mengurangi
ketakutan.
4. Merencanakan strategi
koping dalam situasi
stress
3. Identifikasi ketika
perubahan level
cemas.
4. Instuksikan pasien
dalam teknik
5.
Resiko kesendirian
Family Coping
relaksasi.
Family support
Setelah dilakukan intervensi
1. Bantu pekembangan
keperawatan selama 2x24
harapan yang realistis.
2. Identifikasi alami
jam diharapkan pasien
dapat:
1. Mendemontrasikan
fleksibelitas peran
2. Mengatur masalah
3. Menggunakan strategi
pengurangan stress
4. Menghadapi masalah
dukungan spiritual
bagi keluarga.
3. Berikan kepercayaan
dalam hubungan
dengan keluarga.
4. Dengarkan untuk
berhubungan dengan
keluarga, perasan dan
6.
Gangguan citra tubuh
pertanyaan.
Setelah dilakukan intervensi Peningkatan citra tubuh
berhubungan dengan
keperawatan selama 2x24
perubahan dan
jam pasien diharapkan
mendiskusikan
ketergantungan fisik
meningkatkan citra
perubahan karena
(ketidakseimbangan
tubuhnya dengan criteria :
penyakit atau
mobilitas) serta
1. Merasa puas dengan
psikologis yang
penampilan tubuhnya
2. Merasa puas dengan
disebabkan penyakit atau
terapi.
fungsi anggota
badannya
3. Mendiskripsikan
bagian tubuh tambahan
1. Bantu pasien untuk
pembedahan.
2. Memutuskan apakah
perubahan fisik yang
baru saja diterima
dapat masuk dalam
citra tubuh pasien.
3. Memudahkan
hubungan dengan
individu lain yang
mempunyai penyakit
yang sama.
Aspek spiritual
1. Distress spiritual
Pengharapan (hope)
Penanaman harapan
berhubungan dengan
Setelah dilakukan intervensi
(hope instillation)
peubahan hidup,
keperawatan selama 3x24
1. Mengkaji pasian atau
kematian atau sekarat diri
jam pasien secara luas
keluarga untuk
atau orang lain, cemas,
diharapkan mampu :
mengidentifikasi area
mengasingkan diri,
kesendirian atau
pengasingan social,
kurang sosiokultural.
1. Mengekspresikan
orientasi masa depan
yang positif
2. Mengekspresikan arti
kehidupan
3. Mengekspresikan rasa
optimis
4. Mengekspresikan
perasaan untuk
mengontrol diri sendiri
5. Mengekspresikan
kepercayaan
6. Mengekspresikan rasa
percaya pada diri
sendiri dan orang lain
pengharapan dalam
hidup.
2. Melibatkan pasien
secara aktif dalam
perawatan diri.
3. Mengajarkan keluarga
tentang aspek positif
pengharapan.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan gerontik ini dilaksanakan didusun X
pada tanggal 7-11 Desember 2015, yang mana penulis mengadakan kunjungan
rumah sebanyak 15 kepala keluarga diobservasi dengan usia lansia 55-65 tahun
keatas sebanyak 5 orang. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan gerontik
penulis melakukan pelayanan kesehatan hanya pada Ny.S, adapun langkahlangkah pembuatan asuhan keperawatan gerontik dapat dijelaskan sebagai berikut:
.1. Pengkajian
.1.1.
1.
Pengumpulan data
Identitas
Ny.S berumur 60 tahun, jenis kelamin perempuan, sudah kawin, beragama
islam, suku jawa dan berkebangsaan Indonesia.
2.
Riwayat pekerjaan dan status ekonomi
Tn.Z mengatakan semenjak sakit diabetes tidak bekerja lagi hanya Tn.Z
menjaga warung disamping rumahnya, pekerjaan sebelumnya Tn.Z sebagai
nelayan dan menjual ikan hasil tangkapannya ke pasar sedangkan Ny.S bekerja
sebagai petani dan membantu suaminya untuk bertani disawah. Pendapatan Ny.S
tidak menentu dalam 1 bulan, yaitu ± 350.000/bulan. Dan anak satu-satunya
terkadang mau memberi uang tambahan pada orang tuanya.
3.
Lingkungan tempat tinggal kebersihan dan kerapihan
Rumah Tn.Z merupakan rumah milik pribadi dengan ukuran kurang lebih 100
m2. Termasuk rumah permanent, berdinding tembok lantainya dari semen.
Mempunyai 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 ruang makan, 1 dapur , 1 kamar mandi
dan WC. Saat dilakukan pengkajian ventilasi rumah sudah mencukupi 10% dari
total bangunan dan lingkungannya tampak kurang bersih, banyak lawa-lawa
diventilasi dan jendela.
Penerangan dalam ruangan dirumah Tn.Z kurang terang pada siang hari
dikarenakan jendela rumah jarang dibuka sehingga sirkulasi dalam ruangan tidak
nyaman, keadaan kamar tidur kurang rapi, dapur terlihat berantakan karena alatalat dapur tidak disusun dengan rapi, kamar mandi tampak kotor dan berlumut.
Keluarga memperoleh air minum dari sumur pompa yang ada dirumahnya.
Kualitas air jernih dan tidak berbau. Keluarga selalu memasak air sumur sampai
mendidih.Persediaan air mencukupi kebutuhan keluarga, apabila pompa rusak
keluarga berusaha untuk membeli air minum.
Keluarga mempunyai jamban sendiri, pembuangan tinja melalui septik tank.
Kebiasaan keluarga Tn.Z memelihara jamban tidak dimanfaatkan dengan baik
sehingga jamban menjadi tumpukan sampah, tidak terpelihara dan berbau.
Keluarga memiliki tempat pembuangan sampah dan biasanya keluarga
membakar sampah dibelakang rumahnya. Pengolahan air limbah keluarga kurang
baik, dibuang ke selokan dan tersumbat akibat sampah yang dibuang
sembarangan.
Lingkungan rumah Ny.S tampak bersih, pekarangan tidak dimanfaatkan
secara maksimal hanya ada beberapa tanaman saja.
4.
Riwayat kesehatan
a.
Status kesehatan saat ini
Keadaan Ny.S saat ini kurang membaik. Klien mengeluh dengan penyakitnya,
klien mengatakan menderita penyakit diabetes, ada luka pada ibu jari kaki sebelah
kanan berwarna merah sekitar 2 cm dan tidak sembuh sejak 3 bulan yang lalu.
Luka sudah diobati, namun belum bisa sembuh sampai sekarang. Ny.S merasa
banyak minum tapi juga banyak kencing walaupun pada dasarnya Ny.S juga udah
sering minum banyak. Klien tampak lemas, sering ngantuk, berat badan menurun
dari 75 kg menjadi 60 kg, mukosa mulut dan bibir klien kering, pandangan kabur
dan klien cemas dengan kondisinya saat ini. Keluarga mengatakan Ny.S dibawa
berobat ke puskesmas namun penyakitnya tidak bisa sembuh karena jarang
kontrol ke puskesmas.
b.
Riwayat kesehatan masa lalu
Tn.Z mengatakan tidak ada penyakit masa lalu dan tidak ada alergi terhadap
makanan, obat-obatan dan tidak pernah anggota keluarga yang mengalami
kecelakaan. Ny.S mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit, Ny.S hanya
meminum obat yang ada diwarungnya dan jika tidak sembuh juga Ny.S berusaha
membawa berobat ke klinik maupun puskesmas. Keluarga juga mengatakan tidak
pernah dirawat dirumah sakit.
5.
Pola fungsional
a.
Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan
Keluarga mengatakan selalu menjaga kesehatannya dengan makan teratur.
Klien tidak ada riwayat merokok maupun minum-minuman keras. Jika anggota
keluarga sakit, keluarga meminum obat yang ada diwarungnya maupun obat yang
telah diresepkan oleh dokter.
b.
Nutrisi metabolik
Kebiasaan keluarga untuk makan dan minum setiap anggota keluarga tidak
sama. Ny.S mempunyai kebiasaan makan tidak tentu kadang 2x atau bisa lebih,
suka makan-makanan yang manis dan kadang tidak tentu berapa kali dalam sehari
namun untuk minum klien lebih senang minum teh yang kental dan manis. Klien
mengatakan setelah mengetahui menderita diabetes, klien mengurangi makanmakanan yang manis. Klien mengatakan setiap makan hanya menghabiskan ½
porsi karena takut gula darah semakin naik. Sedangkan Tn.Z dan anaknya makan
seadanya 3x sehari, kebiasaan minum tergantung aktivitas, ketika aktivitasnya
berat minumnya bisa lebih dari 2 liter perhari, ketika aktivitasnya biasa hanya
minum 4-5 gelas berupa air putih dan air teh.
c.
Eliminasi
Ny. S biasa BAB 1x/hari, BAK tergantung banyaknya air yang Tn.Z minum
kalau minumnya banyak BAK bisa lebih dari 3x. Ny.S banyak minum sehingga di
sering kali kencing terkadang sampai 10 kali sedangkan untuk BAB biasanya 1
kali sehari.
d.
Aktivitas pola latihan rutinitas
Keluarga mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, keramas sekali 2
hari, dan ganti pakaian tiap kali selesai mandi.
Kegiatan yang biasa dilakukan Ny.S dan Tn.Z adalah jalan-jalan disekitar
rumah sambil berbincang-bincang dengan tetangga dekat rumah mereka. Tn.Z
mengatakan kadang-kadang kakinya kesemutan.
e.
Pola istirahat dan tidur
Tn.Z jarang sekali tidur siang, karena tiap hari pergi kesawah. Tidur siang
jamnya tidak tentu dan tidur malam dari pukul 22.00 sampai dengan 04.30 WIB
atau ketika adzan subuh setelah itu tidak tidur lagi sedangkan Ny. S jarang tidur
siang atau hampir tidak pernah tidur siang, untuk malam biasanya tidur diatas
pukul 21.00 sampai dengan 05.00 WIB dan setelah itu tidak tidur lagi.
f.
Pola kognitif-persepsi
Ny.S mengatakan mata sebelah kiri tidak bisa melihat dengan jelas,
pangangan kabur terutama menjelang malam hari. Klien mengatakan apabila
keluar ruangan atau jalan-jalan di sekitar rumah harus memegang dinding terlebih
dahulu sebagai sokongan. Klien tampak berjalan sambil memegang dinding atau
pakai tongkat. Klien tampak tidak tahu dan tidak melihat dengan jelas pada saat
seseorang datang kerumah dan menanyakan kepada perawat siapa yang datang.
Klien mengatakan tidak tahu komplikasi dari diabetes mellitus, penyebab dan
perawatan diabetes terutama pada luka yang ada dijari kaki sebelah kanannya.
g.
Persepsi diri-pola konsepsi diri
Ny. S beranggapan bahwa ia mampu membiayai kebutuhan hidup. Ny. S
masih tetap semangat meskipun sudah tua dan suami tak dapat bekerja lagi. Ny.S
mengatakan tetangga-tetangganya sangat baik kepada mereka dan mau saling
membantu dengan sesama.
h.
Pola peran-hubungan
Tn. Z mengatakan perannya sebagai ayah dan suami dikeluarga sangat
penting dan berharga meskipun istri saat ini sedang mengalami penyakit diabetes.
Dan Ny. S sebagai istri hanya bisa membantu untuk menjaga warung dirumah dan
mendapat penghasilan secukupnya, sedangkan An.A yang berperan sebagai anak
dan bekerja mengajar anak SMP dan mau membantu kedua orang tuanya untuk
melakukan aktivitas sehari-hari.
i.
Sexualitas
Ny.S mempunyai 1 orang anak yang sudah dewasa dan belum menikah. Ny.S
sudah tidak pernah melakukan hubungan seksual lagi karena menderita penyakit
diabetes.
j.
Koping-pola toleransi stress
Tn.Z mengatakan jika ada kesulitan dalam keluarga, masih mampu untuk
mengatasinya dengan cara bermusyawarah dengan anggota keluarga dirumah.
k.
Nilai keyakinan
Ny.S menganut agama Islam dan percaya terhadap agam yang dianutnya.
Ny.S mengatakan selalu berdoa kepada Tuhan jika keluarga ada masalah.
6.
Pemeriksaan fisik
a.
Keadaan umum : compos mentis
b.
TTV
c.
:
-
TD
: 130/80 mmhg
-
T/P
: 36,2o C/82 x/i
-
RR
: 20 x/i
BB/TB
: 60 kg/155 cm
d.
.1.2.
No.
1.
Kepala
:
-
Rambut
: pendek, lurus dan hitam dan mulai memutih
-
Mata
: konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik
-
Telinga
: bersih, tidak ada serumen
-
Mulut
: kotor dan terdapat karang gigi
-
Gigi
: tidak lengkap, sudah ada yang berlubang dan ompong
-
Bibir
: tampak lembab
-
Dada
: simetris dan tidak ada pembengkakan
-
Abdomen
: simetris, tidak terdapat nyeri tekan
-
Kulit
: berwarna sawo matang, dan tidak pucat
-
Ekstremitas : simetris, dan kekuatan otot baik.
Analisa data
Sign sympton
Ds :
- Klien mengatakan ada luka
pada ibu jari kaki sebelah
kanan yang tidak sembuh
sejak 3 bulan yang lalu. Luka
sudah diobati, namun sampai
sekarang luka tersebut tidak
sembuh-sembuh.
- Klien mengatakan setelah
mengetahui menderita
diabetes, klien mengurangi
makan-makanan yang manis.
- Klien mengatakan setiap
makan hanya menghabiskan ½
porsi karena takut gula darah
semakin naik.
Etiologi
Gangguan
Problem
Kerusakan
metabolisme
integritas kulit
Do :
- Ditemukan adanya luka pada
ibu jari kaki sebelah kanan
berwarna merah sekitar 2 cm.
- Klien tampak lemas dan sering
ngantuk.
- Berat badan klien menurun
dari 75 kg menjadi 60 kg.
- Mukosa mulut dan bibir klien
2.
kering.
Ds :
Penurunan
-
Klien mengatakan mata
ketajaman
sebelah kiri tidak bisa melihat
penglihatan
dengan jelas, pandangan kabur
terutama menjelang malam
hari.
-
Klien mengatakan apabila
keluar ruangan atau jalan-jalan
di sekitar rumah harus
memegang dinding terlebih
dahulu sebagai sokongan.
Do :
-
Klien tampak tidak tahu dan
tidak melihat dengan jelas
pada saat seseorang datang
kerumah dan menanyakan
kepada perawat siapa yang
datang.
-
Klien
tampak berjalan sambil
Resiko terjadi
cedera
memegang dinding atau pakai
tongkat.
-
Penerang
an dalam ruangan dirumah Tn.
Z kurang terang pada siang
hari dikarenakan jendela
3.
rumah jarang dibuka.
Ds :
Ketidakmampua
Kurang
n keluarga
pengetahuan
sebelah kiri tidak bisa melihat
merawat anggota
mengenai
dengan jelas, pandangan kabur
keluarga yang
penyakit
sakit
diabetes mellitus
- Klien mengatakan mata
terutama menjelang malam
hari.
- Klien mengatakan tidak tahu
komplikasi dari diabetes
mellitus, penyebab dan
perawatan diabetes terutama
pada luka yang ada dijari kaki
sebelah kanannya.
Do :
-
Terdapat
luka pada ibu jari kaki sebelah
kanan berwarna merah sekitar
2 cm dan tidak sembuh sejak 3
bulan yang lalu. Luka sudah
diobati, namun belum bisa
sembuh sampai sekarang.
-
Klien
tampak cemas dengan
kondisinya.
.2. Diagnosa keperawatan
No.
1.
Diagnosa keperawatan
Kerusakan integritas kulit
Tanggal
Ditemukan
Teratasi
7 Desember 2015
Paraf
berhubungan dengan gangguan
metabolik yang ditandai dengan
klien mengatakan ada luka pada ibu
jari kaki sebelah kanan yang tidak
sembuh sejak 3 bulan yang lalu.
Luka sudah diobati, namun sampai
sekarang luka tersebut tidak sembuhsembuh. Klien mengatakan setelah
D
mengetahui menderita diabetes, klien
E
mengurangi makan-makanan yang
S
manis. Klien mengatakan setiap
I
makan hanya menghabiskan ½ porsi
karena takut gula darah semakin
Y
naik. Ditemukan adanya luka pada
A
ibu jari kaki sebelah kanan berwarna
N
merah sekitar 2 cm, klien tampak
T
lemas dan sering ngantuk, berat
I
badan klien menurun dari 75 kg
menjadi 60 kg, mukosa mulut dan
2.
bibir klien kering.
Resiko terjadi cedera berhubungan
dengan penurunan ketajaman
penglihatan yang ditandai dengan
klien mengatakan mata sebelah kiri
tidak bisa melihat dengan jelas,
7 Desember 2015
pandangan kabur terutama
menjelang malam hari. Klien
mengatakan apabila keluar ruangan
atau jalan-jalan di sekitar rumah
harus memegang dinding terlebih
dahulu sebagai sokongan. Klien
tampak tidak tahu dan tidak melihat
dengan jelas pada saat seseorang
datang kerumah dan menanyakan
kepada perawat siapa yang datang.
Klien tampak berjalan sambil
D
memegang dinding atau pakai
E
tongkat. Penerangan dalam ruangan
S
dirumah Tn.Z kurang terang pada
I
siang hari dikarenakan jendela rumah
3.
jarang dibuka.
Kurang pengetahuan mengenai
penyakit diabetes mellitus
berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit yang
ditandai dengan klien mengatakan
mata sebelah kiri tidak bisa melihat
dengan jelas, pandangan kabur
terutama menjelang malam hari.
Klien mengatakan tidak tahu
komplikasi dari diabetes mellitus,
penyebab dan perawatan diabetes
terutama pada luka yang ada dijari
kaki sebelah kanannya. Terdapat luka
Y
7 Desember 2015
A
N
T
I
pada ibu jari kaki sebelah kanan
berwarna merah sekitar 2 cm dan
tidak sembuh sejak 3 bulan yang
lalu. Luka sudah diobati, namun
belum bisa sembuh sampai sekarang.
Klien tampak cemas dengan
kondisinya.
.3. Intervensi keperawatan
No.
1.
Diagnosa keperawatan
Kerusakan integritas
NOC
Setelah
kulit berhubungan
tindakan
dengan gangguan
3x30 menit klien mampu
adanya faktor resiko
metabolik.
mempertahankan
yang
dilakukan 1. Kaji
keperawatan
keutuhan
kulit
mengatur
pola
NIC
pengetahuan
klien
dan
Paraf
mengenai
dapat
menyebabkan
makan
kerusakan kulit.
secara adekuat dengan 2. Pantau warna, suhu,
kriteria:
- Mukosa
mulut
dan
bibir tidak kering.
- Berat
badan
dan kelembapan kulit
D
pada klien.
E
3. Identifikasi makanan
S
yang disenangi oleh
I
dalam
batas normal.
klien.
4. Libatkan
keluarga
Y
dalam
perencanaan
A
makan
sesuai
N
indikasi.
T
5. Kolaborasi
I
melakukan
pemeriksaan
2.
gula
darah.
1.
Ajarkan kepada
Resiko terjadi cedera
Setelah dilakukan
berhubungan dengan
tindakan keperawatan
keluarga untuk
penurunan ketajaman
selama 3x30 menit,
menyediakan
penglihatan.
cedera tidak terjadi pada
lingkungan yang
klien dengan kriteria:
aman untuk pasien.
- Klien terbebas dari
cedera
2.
Identifikasi
kebutuhan keamanan
- Klien mampu
pasien, sesuai dengan
menjelaskan cara
kondisi fisik dan
untuk mencegah
fungsi kognitif pasien
cedera
dan riwayat penyakit
- Klien mampu
menjelaskan manfaat
terdahulu pasien.
3.
senam mata
Ajarkan kepada
keluarga dan klien
- Klien mampu
untuk menghindarkan
mendemonstrasikan
lingkungan yang
senam mata
berbahaya (misalnya
memindahkan
perabotan berbahaya,
kebersihan lantai
rumah dan kamar
mandi).
4.
Ajarkan kepada
keluarga untuk
memberikan
penerangan yang
cukup di dalam
rumah.
5.
Jelaskan manfaat
senam mata.
6.
3.
Ajarkan gerakan
senam mata
1. Jelaskan pada klien
Kurang pengetahuan
Setelah dilakukan
mengenai penyakit
tindakan keperawatan
penyebab diabetes
diabetes mellitus
1x30 menit keluarga
mellitus.
berhubungan dengan
dapat mengenal masalah
ketidakmampuan
kesehatan dengan
2. Jelaskan pada klien
tanda dan gejala
D
E
S
I
Y
A
N
T
I
keluarga merawat
kriteria:
anggota keluarga yang
-
sakit.
-
-
Klien dapat
3. Jelaskan pada klien
menyebutkan
komplikasi diabetes
penyebab diabetes
mellitus yang dapat
mellitus.
terjadi.
Klien dapat
4. Jelaskan pada
menyebutkan tanda
keluarga cara
dan gejala diabetes
perawatan pada
mellitus.
diabetes mellitus.
Klien dapat
menyebutkan
komplikasi diabetes
mellitus.
-
diabetes mellitus
Keluarga dapat
merawat anggota
keluarga yang sakit
diabetes mellitus.
D
E
S
I
Y
A
N
T
I
.4. Implementasi dan evaluasi keperawatan
.4.
.4. Tanggal
.4. 7 Des
2015
.4. Diagnosa keperawatan
.4.
Kerusakan
.4. Jam
.4.
.4. Implementasi
1.
integritas kulit berhubungan
dengan gangguan
2.
metabolik.
.4. Evaluasi
Mengucapkan salam kepada .4. S : -
4.
sudah mengetahui keadaan
.4.
Salam dijawab oleh pasien dan
kulitnya.
.4.
.4. O : -
Klien tampak
.4.
Menjelaskan tujuan yang akan
merasa gatal dan sakit pada
.4.
disampaikan pada klien.
kulitnya
.4.
Mengkaji pengetahuan klien .4.
- Klien tidak menjawab
.4.
tentang keadaan kulit yang
semua pertanyaan dengan
.4. D
tampak
sempurna.
.4. E
pada
klien
(lanjut
usia).
5.
6.
.4.
pasien dan keluarga.
keluarga.
3.
Klien mengatakan
.4. Paraf
.4. A : Masalah belum teratasi.
.4. S
Mendiskusikan pada klien cara .4. P : Lanjutkan rencana
.4. I
untuk mencegah kulit yang
.4.
tindakan.
pecah-pecah atau ada luka, .4.
.4.
(klien
tidak .4.
.4.
mampu melakukannya karena .4.
.4.
tidaknya).
.4.
Memberi
mengatakan
kesempatan
pada
.4.
klien untuk bertanya apabila
.4.
ada materi yang belum jelas
.4.
(klien mengatakan sudah lupa
.4.
tentang cara mencegah kulit
.4.
pecah-pecah atau mengobati
.4.
luka yang sudah ada).
7.
.4.
Menjelaskan kembali kepada
.4. Y
klien
untuk
.4. A
kulit yang sudah
.4. N
klien
mencegah
cara
kering.
8.
.4. T
Memberi
kesempatan
klien
untuk bertanya.
9.
.4.
Menanyakan kembali kepada
klien tentang pengobatan luka
pada
kulit-kulitnya
(klien
menjawab dengan baik tetapi
tidak sempurna).
10. Memberi
pujian
kemampuan
mendengar
atas
klien
,dan
.4. I
menjawab
sebagian
pertanyaan
dari
perawat.
11. Kontrak
.4. 9 Des
.4.
1.
2015
waktu
kembali
dengan klien.
Menyampaikan salam, pasien .4. S : menjawab.
2.
Membicarakan
dengan
Klien mengatakan
.4.
mengerti sedikit tentang
.4.
penyakit yang dialaminya.
.4.
keluarga tentang ruangan dan .4. O : lingkungan
terhadap
yang
aman
resiko
cedera
3.
Memotivasi
menuntun
4.
5.
.4. D
defektif terhadap
.4. E
lingkungan dan ruangan.
.4. S
berhubungan dengan keadaan .4. A : pasien.
Klien hati-hati dan
Masalah belum
.4. I
teratasi.
keluarga
pasien
untuk .4. P : -
dorongan
.4.
Lanjutkan rencana
.4.
tindakan
.4.
dan lingkungan.
.4.
.4.
Membicarakan
.4.
.4.
penatalaksanaan kenyamanan
.4.
rumah baik dari segi fasilitas
.4.
dan kondisi ruangan.
.4.
Mengidentifikasi
tingkat
ketajaman penglihatan pasien
.4.
.4.
dengan uji lapangan pandang.
6.
Merapikan
membantu
ruangan
keluarga
dan
untuk
.4. Y
penataan ruangan yang aman
.4. A
dari kondisi pasien.
7.
Memotivasi
pasien
.4. N
untuk
.4. T
makan siang. Makanan habis 1
.4. I
porsi.
8.
.4.
Menganjurkan pasien untuk
.4.
istirahat siang. Pasien dapat
.4.
tidur dengan nyenyak.
.4.
11
.4.
9.
Menganjurkan
1.
keluarga untuk perawatan diri.
Salam
pembuka, .4. S : -
Des 2015
2.
3.
pasien
dan
Klien mengatakan
.4.
mengingatkan dengan kontrak
udah lupa ,lebih mudah
.4.
yang disepakati.
mengingat yang dulu dari
.4.
Menjelaskan tujuan pertemuan
pada penjelasan yang
.4.
dilakukan.
disampaikan .
.4.
Mengakaji pengetahuan klien .4. O : tentang
kejadian-kejadian
dimasa lampau.
Klien menceritakan
.4.
kejadian yang dulu kepada
.4.
perawat.
.4. D
4.
Membantu
mengembalikan .4. A : -
Masalah teratasi.
.4. E
daya
klien
Lanjutkan rencana
.4. S
ingat
menunjukan
dengan .4. P : -
gambar-gambar
atau album foto yang ada pada .4.
keluarga.
5.
.4. I
.4.
.4. Y
Memberi
kesempatan
pada
.4. A
klien untuk menanyakan atau
.4. N
tehnik yang belum jelas (klien
.4. T
mengatakan lebih ingat dengan
.4. I
kejadian dulu daripada yang
.4.
sekarang, klien mudah lupa).
6.
keperawatan
Menjelaskan pada klien bahwa
kejadian atau hal yang dialami
pada klien itu karena pengaruh
dari
usia
yang
semakin
bertambah tua, dimana organ
tubuh sudah mulai menurun
fungsinya
(klien
misalnya
mendengar
antusias).
otak,
dengan
7.
Menganjurkan klien agar tetap
melatih daya ingat.
8.
Memberi
motivasi
kepada
keluarga dan klien.
9.
Mengevaluasi
pengetahuan
tingkat
keluarga
dan
klien tentang apa yang yang
.4. 7 Des
2015
.4.
Resiko terjadi
.4.
1.
cedera berhubungan dengan
penurunan ketajaman
2.
penglihatan.
3.
4.
sudah diberikan.
Mengucapkan salam kepada .4. S : Klien mengatakn tidak ingat
.4.
pasien dan keluarga.
.4.
tentang materi yang dijelskan.
Salam dijawab oleh pasien dan .4.
O : Klien tampak duduk
.4.
keluarga.
santai disamping istri
.4.
Menjelaskan tujuan yang akan .4. A : Masalah belum teratasi
.4. D
disampaikan pada klien.
.4. E
Memberi
kesempatan
.4. P : Lanjutkan tindakan
pada
keperawatan
.4. S
klien untuk bertanya apabila .4.
.4. I
ada materi yang belum jelas .4.
.4.
(klien mengatakan sudah lupa
.4.
tentang cara mencegah kulit
.4.
pecah-pecah atau mengobati
.4.
luka yang sudah ada).
.4.
5.
Menjelaskan kembali kepada
klien
klien
mencegah
cara
.4.
untuk
.4.
kulit yang sudah
.4.
kering.
6.
Memberi
kesempatan
.4.
klien
.4.
untuk bertanya.
7.
Memberi
pujian
kemampuan
mendengar
sebagian
.4.
atas
.4. Y
klien
,dan
.4. A
menjawab
pertanyaan
.4. N
dari
.4. T
perawat.
.4. 9 Des
2015
.4.
8.
Kontrak
waktu
1.
dengan klien.
Menyampaikan salam.
2.
3.
.4. I
kembali
.4.
.4. S : -
Klien mengatakan
.4. D
Pasien menjawab salam.
mengerti sedikit tentang
.4. E
Membicarakan
masalah lantai yang kotor
.4. S
dan licin.
.4. I
dengan
keluarga tentang ruangan dan
lingkungan
terhadap
yang
resik
PENDAHULUAN
.1. Latar belakang
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan
manusia. Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapantahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin
rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan,
pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring
meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan,
serta sistem organ. Pada usia lanjut terjadi perubahan anatomik-fisiologik dan dapat
timbul pula penyakit-penyakit pada sistem endokrin khususnya penyakit diabetes
mellitus. Perubahan tersebut pada umumnya berpengaruh pada kemunduran kesehatan
fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia.
Sehingga secara umum akan berpengaruh pada activity of daily living (Fatmah, 2010).
Usia harapan hidup lansia di Indonesia semakin meningkat karena pengaruh status
kesehatan, status gizi, tingkat pendidikan, ilmu pengetahuan dan sosial ekonomi yang
semakin meningkat sehingga populasi lansia pun meningkat.
Penyakit DM sering terjadi pada kaum lanjut usia. Diantara individu yang berusia
>65 tahun, 8,6 % menderita DM tipe II. Angka ini mencakup 15 % populasi pada panti
lansia (Steele, 2008). Laporan statistik dari International Diabetik Federation
menyebutkan, bahwa sudah ada sekitar 230 juta orang pasien DM. Angka ini terus
bertambah hingga 3 % atau sekitar 7 juta orang tiap tahunnya. Dengan demikian, jumlah
pasien DM diperkirakan akan mencapai 350 juta orang pada tahun 2025 dan setengah
dari angka tersebut berada di Asia, terutama India, Cina, Pakistan, dan Indonesia
(Tandra, 2007).
Kasus Diabetes Mellitus (DM) sebanyak 28.858 kasus diderita usia 45-64 tahun,
yang terdiri 4.438 DMTI (Diabetes Mellitus Tergantung Insulin) atau DM tipe 1 dan
24.420 DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin) atau DM tipe 2.
Sedangkan usia >65 tahun terdapat 11.212 kasus DM, yang terdiri 3.820 DMTI
(Diabetes Mellitus Tergantung Insulin) atau DM tipe 1 dan 7.392 DMTTI (Diabetes
Mellitus Tidak Tergantung Insulin) atau DM tipe 2 (Profil Kesehatan Kota Semarang,
2010).
Diabetes melitus pada lanjut usia umumnya adalah diabetes tipe yang tidak
tergantung insulin (NIDDM). Prevalensi diabetes melitus makin meningkat pada lanjut
usia. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus di beberapa negara berkembang akibat
peningkatan kemakmuran di negara yang bersangkutan dipengaruhi oleh banyak faktor
antara lain peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya hidup terutama di
kota besar menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif.
Hasil pendataan yang dilakukan oleh penulis di puskesmas tanjung rejo desa percut
kecamatan deli serdang tahun 2015 terdapat jumlah usia lanjut > 45 tahun sebanyak 16
orang dan lansia yang menderita penyakit diabetes melitus diwilayah kerja puskesmas
tanjung rejo desa percut sejumlah 14 pasien.
Berkaitan dengan data tersebut di atas penulis tertarik untuk mengetahui tentang
pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan keperawatan gerontik untuk “Asuhan
Keperawatan Gerontik Gangguan Sistem Endokrin Dengan Diabetes Mellitus Pada
Ny.S Di Dusun X Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang”.
.2. Tujuan penulisan
a. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kperawatan pada lansia secara profesional
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
b.
Tujuan khusus
Setelah melakukan kunjungan rumah keluarga lansia mahasiswa dapat :
1. Melakukan pengkajian keperawatan keluarga gerontik pada Ny.S dengan
diabetes mellitus.
2. Menganalisa masalah kesehatan keluarga Ny.S dengan diabetes mellitus.
3. Merencanakan tindakan keperawatan berdasarkan kebutuhan keluarga Ny.S
dengan diabetes mellitus.
4. Melakukan tindakan keperawatan dalam pencegahan, penyembuhan dan
pemulihan berdasarkan masalah yang dialami keluarga Ny.S dengan
diabetes mellitus.
5. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan pada keluarga
Ny.S dengan diabetes mellitus.
.3. Ruang lingkup
Adapun ruang lingkup dari laporan ini adalah 15 keluarga yang didata, dan penulis
hanya mengambil 3 keluarga binaan dan 1 keluarga gerontik menjadi kasus kelolaan
yaitu Ny.S dengan masalah : kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan
metabolik.
.4. Metode penulisan
Dalam penulisan laporan ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan studi kasus yang menggunakan tehnik :
1.
Wawancara
Diperoleh langsung dari pasien dengan metode tanya jawab pada keluarga Ny.S
tentang penyakit diabetes mellitus.
2.
Observasi
Pengamatan dan keterlibatan langsung terhadap kondisi pasien dalam penerapan
asuhan keperawatan gerontik dengan melakukan pemeriksaan fisik dan pemriksaan
tanda-tanda vital.
3.
Studi kepustakaan
Mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan keperawatan gerontik yaitu buku
ajar keperawatan gerontik, ilmu pengantar komunitas pengantar dan teori buku, aplikasi
asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan NANDA NIC-NOC.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
.1. Konsep medis lansia
.1.1. Definisi lansia
Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses
menua merupakan proses sepanjang hidup yang hanya di mulai dari satu waktu tertentu,
tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menua merupakan proses alamiah, yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua.
Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis, maupun psikologis. Memasuki usia tua
berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit
mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas,
penglihatan semakin memburuk, gerakan-gerakan lambat, dan postur tubuh yang tidak
proforsional (Nugroho, 2008).
.1.2.
Penyebab terjadinya penuaan pada lansia
Banyak faktor yang menyebabkan setiap orang menjadi tua melalui proses
penuaan. Pada dasarnya berbagai faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor
internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal adalah radikal bebas, hormon
yang menurun kadarnya, proses glikosilasi, sistem kekebalan tubuh yang menurun dan
juga faktor genetik. Sedangkan faktor eksternal adalah gaya hidup yang tidak sehat, diet
yang tidak sehat, kebiasaan hidup yang salah, paparan polusi lingkungan dan sinar
ultraviolet, stres dan penyebab sosial lain seperti kemiskinan. Kedua faktor ini saling
terkait dan memainkan peran yang besar dalam penyebab proses penuaan (Uchil Nissa,
2014).
.1.3.
Perubahan lansia pada sistem endokrin
Sekitar 50% lansia menunjukka intoleransi glukosa, dengan kadar gula puasa
yang normal. Penyebab dari terjadinya intoleransi glukosa ini adalah faktor diet,
obesitas, kurangnya olahraga, dan penuaan. Frekuensi hipertiroid pada lansia yaitu
sebanyak 25%, sekitar 75% dari jumlah tersebut mempunyai gejala, dan sebagian
menunjukkan “apatheic thyrotoxicosis”.
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem endokrin
akibat proses menua:
1. Kadar glukosa darah meningkat. Implikasi dari hal ini adalah glukosa
darah puasa 140 mg/dL dianggap normal.
2. Ambang batas ginjal untuk glukosa meningkat. Implikasi dari hal ini
adalah kadar glukosa darah 2 jam PP 140-200 mg/dL dianggap normal.
3. Residu urin di dalam kandung kemih meningkat. Implikasi dari hal ini
adalah pemantauan glukosa urin tidak dapat diandalkan.
4. Kelenjar tiroad menjadi lebih kecil, produksi T3 dan T4 sedikit menurun,
dan waktu paruh T3 dan T4 meningkat. Implikasi dari hal ini adalah
serum T3 dan T4 tetap stabil.
.1.4.
Patofisiologi penyakit diabetes akibat penuaan
Diabetes mellitus adalah “suatu gangguan metabolik yang melibatkan berbagai
sistem fisiologi, yang paling kritis adalah melibatkan metabolisme glukosa.” Fungsi
vaskular, renal, neurologis dan penglihatan pada orang yang mengalami diabetes dapat
terganggu dengan proses penyakit ini, walaupun perubahan-perubahan ini terjadi pada
jaringan yang tidak memerlukan insulin untuk berfungsi (Stanley, Mickey, 2006).
Beberapa kondisi dapat menjadi predisposisi bagi seseorang untuk mengalami
diabetes, walaupun terdapat dua tipe yang dominan. Diabetes mellitus tergantung
insulin (Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)), atau diabetes tipe I, terjadi bila
seseorang tidak mampu untuk memproduksi insulin endigen yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan tubuh. Tipe diabetes ini terutama dialami oleh orang yang lebih
muda. Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (Non-Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM)) atau diabetes tipe II, adalah bentuk yang paling sering pada
penyakit ini. Antara 85-90 % orang dengan diabetes memiliki tipe NIDDM, yang lebih
dekat dihubungkan dengan obesitas daripada dengan ketidakmampuan untuk
memproduksi insulin (Stanley, Mickey, 2006).
NIDDM, bentuk penyakit yang paling sering diantara lansia, adalah ancaman
serius terhadap kesehatan karena beberapa alasan. Pertama, komplikasi kronis yang
dialami dalam hubungannya dengan fungsi penglihatan, sirkulasi, neurologis, dan
perkemihan dapat lebih menambah beban pada sistem tubuh yang telah mengalami
penurunan akibat penuaan. Kedua, sindrom hiperglikemia hipeosmolar nonketotik,
suatu komplikasi diabetes yang dapat mengancam jiwa meliputi hiperglikemia,
peningkatan osmolalitas serum, dan dehidras, yang terjadi lebih sering di antara lansia
(Stanley, Mickey, 2006).
.1.5.
Karakteristik penyakit diabetes mellitus pada lansia
Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik
peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi akibat kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau keduanya. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang
dikonsumsi dan secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Insulin
merupakan suatu hormon yang diproduksi pankreas yang berfungsi mengendalikan
kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya (American
Diabetes Assosiation, 2004 dalam Smeltzer&Bare, 2008).
Secara klinis terdapat dua tipe DM yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. DM tipe 1
disebabkan karena kurangnya insulin secara absolut akibat proses autoimun sedangkan
DM tipe 2 merupakan kasus terbanyak (90-95% dari seluruh kasus diabetes) yang
umumnya mempunyai latar belakang kelainan diawali dengan resistensi insulin
(American Council on Exercise, 2001; Smeltzer&Bare, 2008). DM tipe 2 berlangsung
lambat dan progresif, sehingga tidak terdeteksi karena gejala yang dialami pasien sering
bersifat ringan seperti kelelahan, iritabilitas, poliuria,polidipsi dan luka yang lama
sembuh (Smeltzer&Bare, 2008).
.1.6. Pencegahan
1. Pencegahan primer
Pendidikan tentang kebutuhan diet mungkin diperlukan. Suatu perencanaan
makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% protein, dan 75% karbohidrat kompleks
direkomendasikan untuk mencegah diabetes. Kandungan rendah lemak dalam diet ini
tidak hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga meningkatkan aktivitas reseptor
insulin (Stanley, Mickey, 2006).
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Berjalan atau
berenang, dua aktivitas dengan dampak rendah, merupakan permulaan yang sanga baik
untuk para pemula.
2.
Pencegahan sekunder
a. Penapisan
Kadar gula darah harus diperiksa secara rutin sebagai komponen dari
penapisan, tetapi hasil yang negatif dalam gejala ringan yang lain tidak dapat
dianggap sebagai suatu kesimpulan. Tes toleransi glukosa oral pada umumnya
dianggap lebih sensitif dan merupakan indikator yang dapat diandalkan
daripada kadar glukosa darah puasa dan harus dilakukan untuk menentukan
diagnosis dan perawatan awal NIDDM (Stanley, Mickey, 2006).
b. Nutrisi
Perawat yang membantu lansia dalam merencanakan makan dapat mengambil
kesempatan untuk memberikan pendidikan kepada klien tentang prinsip umum
nutrisi yang baik. Perawat dapat mengajarkan klien tentang membaca label
untuk menghindari asupan sehari-hari, memilih sumber-sumber makanan
rendah kolesterol, dan memasukkan serat yang adekuat dalam diet mereka
(Stanley, Mickey, 2006).
c. Olahraga
Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung meningkatkan
fungsi fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa darah, meningkatkan
stamina dan kesejahteraan emosional, dan meningkatkan sirkulasi. Walaupun
berenang dan berjalan cepat telah dinyatakan sebagai pilihan yang sangat baik
untuk lansia dengan NIDDM, tipe aktivitas lainnya juga sama-sama
bermanfaat. Khususnya, aerobik yang menawarkan manfaat paling banyak.
Seseorang dengan NIDDM harus melakukan latihan minimal satu kali setiap 3
hari (Stanley, Mickey, 2006).
d. Pengobatan
Bila intervensi sebelumnya tidak berhasil dalam memodifikasi kadar gula
darah dan gejala-gejala, terapi agens oral dan insulin akan diperlukan untuk
menambah suplai dari tubuh (Stanley, Mickey, 2006).
.2. Konsep keperawatan gerontik
.2.1. Pengkajian
Tujuan :
1.
2.
3.
4.
Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri.
Melengkapi dasar – dasar rencana perawatan individu.
Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien.
Memberi waktu kepada klien untuk menjawab.
Meliputi aspek gerontik:
1. Fisik
.1. Wawancara
a. Pandangan lanjut usia tentang kesehatan.
b. Kegiatan yang mampu di lakukan lanjut usia.
c. Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri.
d. Kekuatan fisik lanjut usia : otot, sendi, penglihatan, dan pndengaran.
e. Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BAB/BAK.
f. Kebiasaan gerak badan / olahraga /senam lanjut usia.
g. Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan.
h. Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam minum
obat.
i. Masalah-masalah seksual yang telah di rasakan.
.2. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksanaan di lakukan dengan cara inspeksi, palpilasi, perkusi, dan
auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh.
b. Pendekatan yang di gunakan dalam pemeriksanaan fisik,yaitu : Head to toe.
.3. Psikologis
a. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan.
b. Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak.
c. Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan.
d. Bagaimana mengatasi stress yang di alami.
e. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri.
f. Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan.
g. Apakah harapan pada saat ini dan akan datang.
h. Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir, alam
perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaikan masalah.
.4. Sosial ekonomi
a. Darimana sumber keuangan lanjut usia
b. Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang.
c. Dengan siapa dia tinggal.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Kegiatan organisasi apa yang di ikuti lanjut usia.
Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya.
Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
Siapa saja yang bisa mengunjungi.
Seberapa besar ketergantungannya.
Apakah dapat menyalurkan hoby atau keinginannya dengan fasilitas yang ada.
.5. Spiritual
a. Apakah secara teratur malakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya.
b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan,
misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin.
c. Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa.
d. Apakah lanjut usia terlihat tabah dan tawakal.
.2.2. Diagnosa keperawatan
1. Aspek fisik atau biologis
a. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tidak mampu dalam memasukkan, memasukan, mencerna, mengabsorbsi
makanan karena factor biologi.
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam waktu lama,
terbangun lebih awal atau terlambat bangun dan penurunan kemampuan fungsi
yng ditandai dengan penuaan perubahan pola tidur dan cemas.
c. Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan keterbatasan neuromuskular
yang ditandai dengan waktu yang diperlukan ke toilet melebihi waktu untuk
menahan pengosongan bladder dan tidak mampu mengontrol pengosongan.
d. Gangguan proses berpikir berhubungan dengan kemunduran atau kerusakan
memori sekunder.
e. Seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang ditandai
dengan perubahan dalam mencapai kepuasan seksual.
f. Kelemahan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal dan
neuromular.
g. Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik kurang.
h. Risiko kerusakan integritas kulit.
i. Kerusakan memori berhubungan dengan gangguan neurologis.
(NANDA, 2006)
2.
Aspek psikososial
a. Koping tidak efektif berhubungan dengan percaya diri tidak adekuat dalam
kemampuan koping, dukungan social tidak adekuat yang dibentuk dari
karakteristik atau hubungan.
b. Isolasi social berhubungan dengan perubhaan penampilan fisik, peubahan
keadaan sejahtera, perubahan status mental.
c. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran,
perubahan citra tubuh dan fungsi seksual.
d. Cemas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, status kesehatan,
pola interaksi, fungsi peran, lingkungan, status ekonomi.
e. Resiko kesendirian.
(NANDA, 2006)
3.
Aspek spiritual
Distress spiritual berhubungan dengan peubahan hidup, kematian atau sekarat diri
atau orang lain, cemas, mengasingkan diri, kesendirian atau pengasingan social, kurang
sosiokultural (NANDA, 2006).
.2.3.
Intervensi keperawatan (NANDA, 2006)
No
Diagnosa keperawatan
.
Aspek fisik atau biologis
1. Ketidakseimbangan
NOC
Status nutrisi
NIC
Manajemen
nutrisi : kurang dari
Setelah dilakukan intervensi ketidakteraturan makan
kebutuhan tubuh
keperawatan selama 3x24
(eating disorder
berhubungan dengan
jam pasien diharapkan
management)
tidak mampu dalam
mampu:
1. Kolaborasi dengan
memasukkan,
1. Asupan nutrisi tidak
anggota tim kesehatan
memasukan, mencerna,
bermasalah
2. Asupan makanan dan
untuk memuat
mengabsorbsi makanan
karena factor biologi.
cairan tidak
bermasalah
3. Energy tdak
bermasalah
4. Berat badan ideal
perencanaan
perawatan jika sesuai.
2. Diskusikan dengan
tim dan pasien untuk
membuat target berat
badann, jika berat
badan pasien tdak
sesuia dengan usia
dan bentuk tubuh.
3. Diskusikan dengan
ahli gizi untuk
menentukan asupan
kalori setiap hari
supaya mencapai dan
atau mempertahankan
berat badan sesuai
target.
4. Ajarkan dan kuatkan
konsep nutrisi yang
baik pada pasien
5. Kembangkan
hubungan suportif
dengna pasien.
6. Dorong pasien untuk
memonitor diri
sendiri terhadap
asupan makanan dan
kenaikan atau
pemeliharaan berat
badan.
7. Gunakan teknik
modifikasi tingkah
laku untuk
meningkatkan berat
badan dan untuk
menimimalkan berat
badan.
8. Berikan pujian atas
peningkatan berat
badan dan tingkah
laku yang mendukung
peningkatan berat
2.
Gangguan pola tidur
Setelah dilakukan tindakan
badan.
Peningkatan tidur
berhubungan dengan
keperawatan selama 2x24
1. Tetapkan pola
insomnia dalam waktu
jam pasien diharapkan
lama, terbangun lebih
dapat memperbaiki pola
awal atau terlambat
tidurnya dengan kriteria :
bangun dan penurunan
1. Mengatur jumlah jam
kemampuan fungsi yng
tidurnya
2. Tidur secara rutin
3. Miningkatkan pola
ditandai dengan penuaan
perubahan pola tidur dan
cemas.
tidur
4. Meningkatkan kualitas
kegiatan dan tidur
pasien.
2. Monitor pola tidur
pasien dan jumlah
jam tidurnya.
3. Jelaskan pentingnya
tidur selama sakit dan
stress fisik.
4. Bantu pasien untuk
tidur
5. Tidak ada gangguan
menghilangkan situasi
stress sebelum jam
tidur
3.
Inkontinensia urin
tidurnya.
Setelah dilakukan intervensi Perawatan inkontinensia
fungsional berhubungan
keperawatan selama 3x24
urin
dengan keterbatasan
jam diharapkan pasien
1. Monitor eliminasi
neuromuskular yang
mampu :
urin.
2. Bantu klien
ditandai dengan waktu
yang diperlukan ke toilet
melebihi waktu untuk
menahan pengosongan
bladder dan tidak mampu
mengontrol pengosongan.
1. Kontinensia urin
2. Merespon dengan
cepat keinginan buang
air kecil (BAK)
3. Mampu mencapai
mengembangkan
sensasi keinginan
BAK.
3. Modifikasi baju dan
toilet dan
lingkungan untuk
mengeluarkan urin
memudahkan klien ke
secara tepat waktu
4. Mengosongkan bladder
dengan lengkap
5. Mampu memprediksi
toilet.
4. Instruksikan pasien
untuk mengonsumsi
air minum sebanyak
pengeluaran urin
4.
Gangguan proses berpikir
1500 cc/hari.
Setelah dilakukan intervensi Latihan daya ingat
berhubungan dengan
keperawatan selama 2x24
kemunduran atau
jam pasien diharapkan
pasien dan keluarga
kerusakan memori
dapat meningkatkan daya
beberapa masalah
sekunder.
ingat dengan kriteria :
1. Mengingat dengan
segera informasi yang
tepat
2. Mengingat inormasi
yang baru saja
disampaikan
3. Mengingat informasi
yang sudah lalu
1. Diskusi dengan
ingatan.
2. Rangsang ingatan
dengan mengulang
pemikiran pasien
kemarin dengan
cepat.
3. Mengenangkan
tentang pengalaman
di masalalu dengan
pasien.
5.
Seksual berhubungan
Fungsi seksual
dengan perubahan
1. Mengekspresikan
struktur tubuh/fungsi
kenyamanan
2. Mengekspresikan
yang ditandai dengan
perubahan dalam
kepercayaan diri
Konseling seksual
1. Bantu pasien untuk
mengekspresikan
perubahan fungsi
tubuh termasuk organ
mencapai kepuasan
seksual seiring
seksual.
dengan bertambahnya
usia.
2. Diskusikan beberapa
pilihan agar dicapai
6.
Kelemahan mobilitas
Level mobilitas (mobility
kenyamanan.
Latihan dengan terapi
fisik berhubungan dengan level)
gerakan (exercise
kerusakan
Setelah dilakukan intervensi
therapy ambulation)
musculoskeletal dan
keperawatan selama 2x24
1. Kosultasi kepada
neuromular.
jam diharapkan pasien
pemberi terapi fisik
dapat :
mengenai rencana
1. Memposisikan
penampilan tubuh
2. Ambulasi : berjalan
3. Menggerakan otot
4. Menyambung
gerakan/mengkolabora
sikan gerakan
gerakan yang sesuai
dengan kebutuhan.
2. Dorong untuk
bergerak secara bebas
namun masih dalam
batas yang aman.
3. Gunakan alat bantu
untuk bergerak, jika
tidak kuat untuk
berdiri (mudah
goyah/tidak kokoh).
7.
Kelelahan berhubungan
Activity tolerance
dengan kondisi fisik
Setelah dilakukan intervensi
kurang.
keperawatan selama 2x24
Energy management
1. Monitor intake nutrisi
untuk memastikan
jam diharapkan pasien
dapat:
1. Memonitor usaha
bernapas dalam respon
aktivitas
2. Melaporkan aktivitas
harian
3. Memonitor ECG dalam
8.
adekuat.
2. Tentukan keterbatasan
fisik pasien.
3. Tentukan penyebab
kelelahan.
4. Bantu pasien untuk
jadwal istirahat.
Risiko kerusakan
batas normal
4. Memonitor warna kulit
Kontrol risiko (risk control)
Penjagaan terhadap kulit
integritas kulit
Setelah dilakukan intervensi
(skin surveillance)
keperawatan selama 2x24
1. Monitor area kulit
jam diharapkan pasien
yang terlihat
dapat :
kemerahan dan
1. Kontrol perubahan
status kesehatan
2. Gunakan support
system pribadi untuk
mengontrol risiko
3. Mengenal perubahan
status kesehatan
4. Monitor factor risiko
yang berasal dari
9.
sumber energi yang
adanya kerusakan.
2. Monitor kulit yang
sering mendapat
tekanan dan gesekan.
3. Monitor warna kulit.
4. Monitor suhu kulit.
5. Periksa pakaian, jika
pakaian terlihat
terlalu ketat.
Kerusakan memori
lingkungan
Orientasi kognitif
berhubungan dengan
Setelah dilakukan intervensi (memory training)
gangguan neurologis.
keperawatan selama 2x24
Pelatihan memori
1. Stimulasi memory
jam diharapkan pasien
dengan mengulangi
dapat :
pembicaraan secara
1. Mengenal diri sendiri
2. Mengenal orang atau
hal penting
3. Mengenal tempatnya
jelas di akhir
pertemuan dengan
pasien.
2. Mengenang
sekarang
4. Mengenal hari, bulan,
dan tahun dengan
benar
pengalaman masa lalu
dengan pasien.
3. Menyediakan gambar
untuk mengenal
ingatannya kembali.
4. Monitor perilaku
pasien selama terapi.
Aspek psikososial
1. Koping tidak efektif
berhubungan dengan
Koping (coping)
Setelah dilakukan intervensi
percaya diri tidak adekuat keperawatan selama 3x24
dalam kemampuan
jam pasien secara konsisten
koping, dukungan social
diharapkan mampu :
Koping enhancement
1. Dorong aktifitas
social dan komunitas
2. Dorong pasien untuk
mengembangkan
tidak adekuat yang
1. Mengidentifikasi pola
hubungan.
3. Dorong berhubungan
dibentuk dari
koping efektif
2. Mengedentifikasi pola
dengan seseorang
karakteristik atau
hubungan.
koping yang tidak
efektif
3. Melaporkan penurunan
stress
4. Memverbalkan control
perasaan
5. Memodifikasi gaya
hidup yang dibutuhkan
6. Beradaptasi dengan
perubahan
perkembangan
7. Menggunakan
dukungan social yang
tersedia
8. Melaporkan
yang memiliki tujuan
dan ketertarikan yang
sama.
4. Dukung pasein untuk
menguunakan
mekanisme
pertahanan yang
sesuai.
5. Kenalkan pasien
kepada seseorang
yang mempunyai latar
belakang pengalaman
yang sama.
peningkatan
2.
Isolasi social
kenyamanan psikologis
Lingkungan keluarga :
Keterlibatan keluarga
berhubungan dengan
internal (family
(family involvement)
perubhaan penampilan
environment: interna)
fisik, peubahan keadaan
Setelah dilakukan intervensi
kemampuan anggota
sejahtera, perubahan
keperawatan selama 3x24
keluarga untuk
status mental.
jam pasien secara konsisten
terlibat dalam
diharapkan mampu :
1. Berpatisipasi dalam
aktifitas bersama
2. Berpatisipasi dalam
tradisi keluarga
3. Menerima kunjungan
dari teman dan anggota
keluarga besar
4. Memberikan dukungan
satu sama lain
5. Mengekspresikan
perasaan dan masalah
kepada yang lain.
6. Mendorong anggota
keluarga untuk tidak
ketergantungan
7. Berpatisipasi dalam
1. Mengidentifikasikan
perawatan pasien.
2. Menentukan sumber
fisik, psikososial dan
pendidikan pemberi
pelayanan kesehatan
yang utama.
3. Mengidentifkasi
deficit perawatan diri
pasien.
4. Menentukan tinggat
ketergantungan pasien
terhadap keluarganya
yang sesuai dengan
umur atau
penyakitnya.
rekreasi dan acara
3.
Gangguan harga diri
aktifitas komunitas
8. Memecahkan masalah
Setelah dilakukan tindakan
berhubungan dengan
intervensi keperawatan
ketergantungan,
selama 2x24 jam pasien
diri terhadap
perubahan peran,
diharapkan akan bisa
kemampuan pasien
perubahan citra tubuh dan memperbaiki konsep diri
fungsi seksual.
dengan criteria :
1. Mengidentifikasi pola
koping terdahulu yang
efektif dan pada saat
ini tidak mungkin lagi
Peningkatan harga diri
1. Kuatkan rasa percaya
mengndalikan situasi.
2. Menguatkan tenaga
pribadi dalam
mengenal dirinya.
3. Bantu pasien untuk
memeriksa kembali
digunakan akibat
persepsi negative
penyakit dan
tentang dirinya.
penanganan
(pemakaian alkohol
dan obat-obatan;
penggunaan tenaga
yang berlebihan)
2. Pasien dan keluarga
mengidentifikasi dan
mengungkapkan
perasaan dan reaksinya
terhadap penyakit dan
perubahan hidup yang
diperlukan
3. Mencari konseling
profesional, jika perlu,
untuk menghadapi
perubahan akibat
penyakitnya
4. Melaporkan kepuasan
dengan metode
4.
Cemas berhubungan
ekspresi seksual
Anxiety control
dengan perubahan dalam
Setelah dilakukan intervensi
status peran, status
keperawatan selama 2x24
menidentifikasi
kesehatan, pola interaksi,
jam diharapkan pasien
situasi percepatan
fungsi peran, lingkungan,
dapat:
status ekonomi.
1. Memonitor intensitas
cemas
2. Melaporkan tidur yang
adekuat
3. Mengontrol respon
cemas
Anxiety reduction
1. Bantu pasien untuk
cemas.
2. Dampingi pasien
untuk
mempromosikan
kenyamanan dan
mengurangi
ketakutan.
4. Merencanakan strategi
koping dalam situasi
stress
3. Identifikasi ketika
perubahan level
cemas.
4. Instuksikan pasien
dalam teknik
5.
Resiko kesendirian
Family Coping
relaksasi.
Family support
Setelah dilakukan intervensi
1. Bantu pekembangan
keperawatan selama 2x24
harapan yang realistis.
2. Identifikasi alami
jam diharapkan pasien
dapat:
1. Mendemontrasikan
fleksibelitas peran
2. Mengatur masalah
3. Menggunakan strategi
pengurangan stress
4. Menghadapi masalah
dukungan spiritual
bagi keluarga.
3. Berikan kepercayaan
dalam hubungan
dengan keluarga.
4. Dengarkan untuk
berhubungan dengan
keluarga, perasan dan
6.
Gangguan citra tubuh
pertanyaan.
Setelah dilakukan intervensi Peningkatan citra tubuh
berhubungan dengan
keperawatan selama 2x24
perubahan dan
jam pasien diharapkan
mendiskusikan
ketergantungan fisik
meningkatkan citra
perubahan karena
(ketidakseimbangan
tubuhnya dengan criteria :
penyakit atau
mobilitas) serta
1. Merasa puas dengan
psikologis yang
penampilan tubuhnya
2. Merasa puas dengan
disebabkan penyakit atau
terapi.
fungsi anggota
badannya
3. Mendiskripsikan
bagian tubuh tambahan
1. Bantu pasien untuk
pembedahan.
2. Memutuskan apakah
perubahan fisik yang
baru saja diterima
dapat masuk dalam
citra tubuh pasien.
3. Memudahkan
hubungan dengan
individu lain yang
mempunyai penyakit
yang sama.
Aspek spiritual
1. Distress spiritual
Pengharapan (hope)
Penanaman harapan
berhubungan dengan
Setelah dilakukan intervensi
(hope instillation)
peubahan hidup,
keperawatan selama 3x24
1. Mengkaji pasian atau
kematian atau sekarat diri
jam pasien secara luas
keluarga untuk
atau orang lain, cemas,
diharapkan mampu :
mengidentifikasi area
mengasingkan diri,
kesendirian atau
pengasingan social,
kurang sosiokultural.
1. Mengekspresikan
orientasi masa depan
yang positif
2. Mengekspresikan arti
kehidupan
3. Mengekspresikan rasa
optimis
4. Mengekspresikan
perasaan untuk
mengontrol diri sendiri
5. Mengekspresikan
kepercayaan
6. Mengekspresikan rasa
percaya pada diri
sendiri dan orang lain
pengharapan dalam
hidup.
2. Melibatkan pasien
secara aktif dalam
perawatan diri.
3. Mengajarkan keluarga
tentang aspek positif
pengharapan.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan gerontik ini dilaksanakan didusun X
pada tanggal 7-11 Desember 2015, yang mana penulis mengadakan kunjungan
rumah sebanyak 15 kepala keluarga diobservasi dengan usia lansia 55-65 tahun
keatas sebanyak 5 orang. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan gerontik
penulis melakukan pelayanan kesehatan hanya pada Ny.S, adapun langkahlangkah pembuatan asuhan keperawatan gerontik dapat dijelaskan sebagai berikut:
.1. Pengkajian
.1.1.
1.
Pengumpulan data
Identitas
Ny.S berumur 60 tahun, jenis kelamin perempuan, sudah kawin, beragama
islam, suku jawa dan berkebangsaan Indonesia.
2.
Riwayat pekerjaan dan status ekonomi
Tn.Z mengatakan semenjak sakit diabetes tidak bekerja lagi hanya Tn.Z
menjaga warung disamping rumahnya, pekerjaan sebelumnya Tn.Z sebagai
nelayan dan menjual ikan hasil tangkapannya ke pasar sedangkan Ny.S bekerja
sebagai petani dan membantu suaminya untuk bertani disawah. Pendapatan Ny.S
tidak menentu dalam 1 bulan, yaitu ± 350.000/bulan. Dan anak satu-satunya
terkadang mau memberi uang tambahan pada orang tuanya.
3.
Lingkungan tempat tinggal kebersihan dan kerapihan
Rumah Tn.Z merupakan rumah milik pribadi dengan ukuran kurang lebih 100
m2. Termasuk rumah permanent, berdinding tembok lantainya dari semen.
Mempunyai 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 ruang makan, 1 dapur , 1 kamar mandi
dan WC. Saat dilakukan pengkajian ventilasi rumah sudah mencukupi 10% dari
total bangunan dan lingkungannya tampak kurang bersih, banyak lawa-lawa
diventilasi dan jendela.
Penerangan dalam ruangan dirumah Tn.Z kurang terang pada siang hari
dikarenakan jendela rumah jarang dibuka sehingga sirkulasi dalam ruangan tidak
nyaman, keadaan kamar tidur kurang rapi, dapur terlihat berantakan karena alatalat dapur tidak disusun dengan rapi, kamar mandi tampak kotor dan berlumut.
Keluarga memperoleh air minum dari sumur pompa yang ada dirumahnya.
Kualitas air jernih dan tidak berbau. Keluarga selalu memasak air sumur sampai
mendidih.Persediaan air mencukupi kebutuhan keluarga, apabila pompa rusak
keluarga berusaha untuk membeli air minum.
Keluarga mempunyai jamban sendiri, pembuangan tinja melalui septik tank.
Kebiasaan keluarga Tn.Z memelihara jamban tidak dimanfaatkan dengan baik
sehingga jamban menjadi tumpukan sampah, tidak terpelihara dan berbau.
Keluarga memiliki tempat pembuangan sampah dan biasanya keluarga
membakar sampah dibelakang rumahnya. Pengolahan air limbah keluarga kurang
baik, dibuang ke selokan dan tersumbat akibat sampah yang dibuang
sembarangan.
Lingkungan rumah Ny.S tampak bersih, pekarangan tidak dimanfaatkan
secara maksimal hanya ada beberapa tanaman saja.
4.
Riwayat kesehatan
a.
Status kesehatan saat ini
Keadaan Ny.S saat ini kurang membaik. Klien mengeluh dengan penyakitnya,
klien mengatakan menderita penyakit diabetes, ada luka pada ibu jari kaki sebelah
kanan berwarna merah sekitar 2 cm dan tidak sembuh sejak 3 bulan yang lalu.
Luka sudah diobati, namun belum bisa sembuh sampai sekarang. Ny.S merasa
banyak minum tapi juga banyak kencing walaupun pada dasarnya Ny.S juga udah
sering minum banyak. Klien tampak lemas, sering ngantuk, berat badan menurun
dari 75 kg menjadi 60 kg, mukosa mulut dan bibir klien kering, pandangan kabur
dan klien cemas dengan kondisinya saat ini. Keluarga mengatakan Ny.S dibawa
berobat ke puskesmas namun penyakitnya tidak bisa sembuh karena jarang
kontrol ke puskesmas.
b.
Riwayat kesehatan masa lalu
Tn.Z mengatakan tidak ada penyakit masa lalu dan tidak ada alergi terhadap
makanan, obat-obatan dan tidak pernah anggota keluarga yang mengalami
kecelakaan. Ny.S mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit, Ny.S hanya
meminum obat yang ada diwarungnya dan jika tidak sembuh juga Ny.S berusaha
membawa berobat ke klinik maupun puskesmas. Keluarga juga mengatakan tidak
pernah dirawat dirumah sakit.
5.
Pola fungsional
a.
Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan
Keluarga mengatakan selalu menjaga kesehatannya dengan makan teratur.
Klien tidak ada riwayat merokok maupun minum-minuman keras. Jika anggota
keluarga sakit, keluarga meminum obat yang ada diwarungnya maupun obat yang
telah diresepkan oleh dokter.
b.
Nutrisi metabolik
Kebiasaan keluarga untuk makan dan minum setiap anggota keluarga tidak
sama. Ny.S mempunyai kebiasaan makan tidak tentu kadang 2x atau bisa lebih,
suka makan-makanan yang manis dan kadang tidak tentu berapa kali dalam sehari
namun untuk minum klien lebih senang minum teh yang kental dan manis. Klien
mengatakan setelah mengetahui menderita diabetes, klien mengurangi makanmakanan yang manis. Klien mengatakan setiap makan hanya menghabiskan ½
porsi karena takut gula darah semakin naik. Sedangkan Tn.Z dan anaknya makan
seadanya 3x sehari, kebiasaan minum tergantung aktivitas, ketika aktivitasnya
berat minumnya bisa lebih dari 2 liter perhari, ketika aktivitasnya biasa hanya
minum 4-5 gelas berupa air putih dan air teh.
c.
Eliminasi
Ny. S biasa BAB 1x/hari, BAK tergantung banyaknya air yang Tn.Z minum
kalau minumnya banyak BAK bisa lebih dari 3x. Ny.S banyak minum sehingga di
sering kali kencing terkadang sampai 10 kali sedangkan untuk BAB biasanya 1
kali sehari.
d.
Aktivitas pola latihan rutinitas
Keluarga mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, keramas sekali 2
hari, dan ganti pakaian tiap kali selesai mandi.
Kegiatan yang biasa dilakukan Ny.S dan Tn.Z adalah jalan-jalan disekitar
rumah sambil berbincang-bincang dengan tetangga dekat rumah mereka. Tn.Z
mengatakan kadang-kadang kakinya kesemutan.
e.
Pola istirahat dan tidur
Tn.Z jarang sekali tidur siang, karena tiap hari pergi kesawah. Tidur siang
jamnya tidak tentu dan tidur malam dari pukul 22.00 sampai dengan 04.30 WIB
atau ketika adzan subuh setelah itu tidak tidur lagi sedangkan Ny. S jarang tidur
siang atau hampir tidak pernah tidur siang, untuk malam biasanya tidur diatas
pukul 21.00 sampai dengan 05.00 WIB dan setelah itu tidak tidur lagi.
f.
Pola kognitif-persepsi
Ny.S mengatakan mata sebelah kiri tidak bisa melihat dengan jelas,
pangangan kabur terutama menjelang malam hari. Klien mengatakan apabila
keluar ruangan atau jalan-jalan di sekitar rumah harus memegang dinding terlebih
dahulu sebagai sokongan. Klien tampak berjalan sambil memegang dinding atau
pakai tongkat. Klien tampak tidak tahu dan tidak melihat dengan jelas pada saat
seseorang datang kerumah dan menanyakan kepada perawat siapa yang datang.
Klien mengatakan tidak tahu komplikasi dari diabetes mellitus, penyebab dan
perawatan diabetes terutama pada luka yang ada dijari kaki sebelah kanannya.
g.
Persepsi diri-pola konsepsi diri
Ny. S beranggapan bahwa ia mampu membiayai kebutuhan hidup. Ny. S
masih tetap semangat meskipun sudah tua dan suami tak dapat bekerja lagi. Ny.S
mengatakan tetangga-tetangganya sangat baik kepada mereka dan mau saling
membantu dengan sesama.
h.
Pola peran-hubungan
Tn. Z mengatakan perannya sebagai ayah dan suami dikeluarga sangat
penting dan berharga meskipun istri saat ini sedang mengalami penyakit diabetes.
Dan Ny. S sebagai istri hanya bisa membantu untuk menjaga warung dirumah dan
mendapat penghasilan secukupnya, sedangkan An.A yang berperan sebagai anak
dan bekerja mengajar anak SMP dan mau membantu kedua orang tuanya untuk
melakukan aktivitas sehari-hari.
i.
Sexualitas
Ny.S mempunyai 1 orang anak yang sudah dewasa dan belum menikah. Ny.S
sudah tidak pernah melakukan hubungan seksual lagi karena menderita penyakit
diabetes.
j.
Koping-pola toleransi stress
Tn.Z mengatakan jika ada kesulitan dalam keluarga, masih mampu untuk
mengatasinya dengan cara bermusyawarah dengan anggota keluarga dirumah.
k.
Nilai keyakinan
Ny.S menganut agama Islam dan percaya terhadap agam yang dianutnya.
Ny.S mengatakan selalu berdoa kepada Tuhan jika keluarga ada masalah.
6.
Pemeriksaan fisik
a.
Keadaan umum : compos mentis
b.
TTV
c.
:
-
TD
: 130/80 mmhg
-
T/P
: 36,2o C/82 x/i
-
RR
: 20 x/i
BB/TB
: 60 kg/155 cm
d.
.1.2.
No.
1.
Kepala
:
-
Rambut
: pendek, lurus dan hitam dan mulai memutih
-
Mata
: konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik
-
Telinga
: bersih, tidak ada serumen
-
Mulut
: kotor dan terdapat karang gigi
-
Gigi
: tidak lengkap, sudah ada yang berlubang dan ompong
-
Bibir
: tampak lembab
-
Dada
: simetris dan tidak ada pembengkakan
-
Abdomen
: simetris, tidak terdapat nyeri tekan
-
Kulit
: berwarna sawo matang, dan tidak pucat
-
Ekstremitas : simetris, dan kekuatan otot baik.
Analisa data
Sign sympton
Ds :
- Klien mengatakan ada luka
pada ibu jari kaki sebelah
kanan yang tidak sembuh
sejak 3 bulan yang lalu. Luka
sudah diobati, namun sampai
sekarang luka tersebut tidak
sembuh-sembuh.
- Klien mengatakan setelah
mengetahui menderita
diabetes, klien mengurangi
makan-makanan yang manis.
- Klien mengatakan setiap
makan hanya menghabiskan ½
porsi karena takut gula darah
semakin naik.
Etiologi
Gangguan
Problem
Kerusakan
metabolisme
integritas kulit
Do :
- Ditemukan adanya luka pada
ibu jari kaki sebelah kanan
berwarna merah sekitar 2 cm.
- Klien tampak lemas dan sering
ngantuk.
- Berat badan klien menurun
dari 75 kg menjadi 60 kg.
- Mukosa mulut dan bibir klien
2.
kering.
Ds :
Penurunan
-
Klien mengatakan mata
ketajaman
sebelah kiri tidak bisa melihat
penglihatan
dengan jelas, pandangan kabur
terutama menjelang malam
hari.
-
Klien mengatakan apabila
keluar ruangan atau jalan-jalan
di sekitar rumah harus
memegang dinding terlebih
dahulu sebagai sokongan.
Do :
-
Klien tampak tidak tahu dan
tidak melihat dengan jelas
pada saat seseorang datang
kerumah dan menanyakan
kepada perawat siapa yang
datang.
-
Klien
tampak berjalan sambil
Resiko terjadi
cedera
memegang dinding atau pakai
tongkat.
-
Penerang
an dalam ruangan dirumah Tn.
Z kurang terang pada siang
hari dikarenakan jendela
3.
rumah jarang dibuka.
Ds :
Ketidakmampua
Kurang
n keluarga
pengetahuan
sebelah kiri tidak bisa melihat
merawat anggota
mengenai
dengan jelas, pandangan kabur
keluarga yang
penyakit
sakit
diabetes mellitus
- Klien mengatakan mata
terutama menjelang malam
hari.
- Klien mengatakan tidak tahu
komplikasi dari diabetes
mellitus, penyebab dan
perawatan diabetes terutama
pada luka yang ada dijari kaki
sebelah kanannya.
Do :
-
Terdapat
luka pada ibu jari kaki sebelah
kanan berwarna merah sekitar
2 cm dan tidak sembuh sejak 3
bulan yang lalu. Luka sudah
diobati, namun belum bisa
sembuh sampai sekarang.
-
Klien
tampak cemas dengan
kondisinya.
.2. Diagnosa keperawatan
No.
1.
Diagnosa keperawatan
Kerusakan integritas kulit
Tanggal
Ditemukan
Teratasi
7 Desember 2015
Paraf
berhubungan dengan gangguan
metabolik yang ditandai dengan
klien mengatakan ada luka pada ibu
jari kaki sebelah kanan yang tidak
sembuh sejak 3 bulan yang lalu.
Luka sudah diobati, namun sampai
sekarang luka tersebut tidak sembuhsembuh. Klien mengatakan setelah
D
mengetahui menderita diabetes, klien
E
mengurangi makan-makanan yang
S
manis. Klien mengatakan setiap
I
makan hanya menghabiskan ½ porsi
karena takut gula darah semakin
Y
naik. Ditemukan adanya luka pada
A
ibu jari kaki sebelah kanan berwarna
N
merah sekitar 2 cm, klien tampak
T
lemas dan sering ngantuk, berat
I
badan klien menurun dari 75 kg
menjadi 60 kg, mukosa mulut dan
2.
bibir klien kering.
Resiko terjadi cedera berhubungan
dengan penurunan ketajaman
penglihatan yang ditandai dengan
klien mengatakan mata sebelah kiri
tidak bisa melihat dengan jelas,
7 Desember 2015
pandangan kabur terutama
menjelang malam hari. Klien
mengatakan apabila keluar ruangan
atau jalan-jalan di sekitar rumah
harus memegang dinding terlebih
dahulu sebagai sokongan. Klien
tampak tidak tahu dan tidak melihat
dengan jelas pada saat seseorang
datang kerumah dan menanyakan
kepada perawat siapa yang datang.
Klien tampak berjalan sambil
D
memegang dinding atau pakai
E
tongkat. Penerangan dalam ruangan
S
dirumah Tn.Z kurang terang pada
I
siang hari dikarenakan jendela rumah
3.
jarang dibuka.
Kurang pengetahuan mengenai
penyakit diabetes mellitus
berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit yang
ditandai dengan klien mengatakan
mata sebelah kiri tidak bisa melihat
dengan jelas, pandangan kabur
terutama menjelang malam hari.
Klien mengatakan tidak tahu
komplikasi dari diabetes mellitus,
penyebab dan perawatan diabetes
terutama pada luka yang ada dijari
kaki sebelah kanannya. Terdapat luka
Y
7 Desember 2015
A
N
T
I
pada ibu jari kaki sebelah kanan
berwarna merah sekitar 2 cm dan
tidak sembuh sejak 3 bulan yang
lalu. Luka sudah diobati, namun
belum bisa sembuh sampai sekarang.
Klien tampak cemas dengan
kondisinya.
.3. Intervensi keperawatan
No.
1.
Diagnosa keperawatan
Kerusakan integritas
NOC
Setelah
kulit berhubungan
tindakan
dengan gangguan
3x30 menit klien mampu
adanya faktor resiko
metabolik.
mempertahankan
yang
dilakukan 1. Kaji
keperawatan
keutuhan
kulit
mengatur
pola
NIC
pengetahuan
klien
dan
Paraf
mengenai
dapat
menyebabkan
makan
kerusakan kulit.
secara adekuat dengan 2. Pantau warna, suhu,
kriteria:
- Mukosa
mulut
dan
bibir tidak kering.
- Berat
badan
dan kelembapan kulit
D
pada klien.
E
3. Identifikasi makanan
S
yang disenangi oleh
I
dalam
batas normal.
klien.
4. Libatkan
keluarga
Y
dalam
perencanaan
A
makan
sesuai
N
indikasi.
T
5. Kolaborasi
I
melakukan
pemeriksaan
2.
gula
darah.
1.
Ajarkan kepada
Resiko terjadi cedera
Setelah dilakukan
berhubungan dengan
tindakan keperawatan
keluarga untuk
penurunan ketajaman
selama 3x30 menit,
menyediakan
penglihatan.
cedera tidak terjadi pada
lingkungan yang
klien dengan kriteria:
aman untuk pasien.
- Klien terbebas dari
cedera
2.
Identifikasi
kebutuhan keamanan
- Klien mampu
pasien, sesuai dengan
menjelaskan cara
kondisi fisik dan
untuk mencegah
fungsi kognitif pasien
cedera
dan riwayat penyakit
- Klien mampu
menjelaskan manfaat
terdahulu pasien.
3.
senam mata
Ajarkan kepada
keluarga dan klien
- Klien mampu
untuk menghindarkan
mendemonstrasikan
lingkungan yang
senam mata
berbahaya (misalnya
memindahkan
perabotan berbahaya,
kebersihan lantai
rumah dan kamar
mandi).
4.
Ajarkan kepada
keluarga untuk
memberikan
penerangan yang
cukup di dalam
rumah.
5.
Jelaskan manfaat
senam mata.
6.
3.
Ajarkan gerakan
senam mata
1. Jelaskan pada klien
Kurang pengetahuan
Setelah dilakukan
mengenai penyakit
tindakan keperawatan
penyebab diabetes
diabetes mellitus
1x30 menit keluarga
mellitus.
berhubungan dengan
dapat mengenal masalah
ketidakmampuan
kesehatan dengan
2. Jelaskan pada klien
tanda dan gejala
D
E
S
I
Y
A
N
T
I
keluarga merawat
kriteria:
anggota keluarga yang
-
sakit.
-
-
Klien dapat
3. Jelaskan pada klien
menyebutkan
komplikasi diabetes
penyebab diabetes
mellitus yang dapat
mellitus.
terjadi.
Klien dapat
4. Jelaskan pada
menyebutkan tanda
keluarga cara
dan gejala diabetes
perawatan pada
mellitus.
diabetes mellitus.
Klien dapat
menyebutkan
komplikasi diabetes
mellitus.
-
diabetes mellitus
Keluarga dapat
merawat anggota
keluarga yang sakit
diabetes mellitus.
D
E
S
I
Y
A
N
T
I
.4. Implementasi dan evaluasi keperawatan
.4.
.4. Tanggal
.4. 7 Des
2015
.4. Diagnosa keperawatan
.4.
Kerusakan
.4. Jam
.4.
.4. Implementasi
1.
integritas kulit berhubungan
dengan gangguan
2.
metabolik.
.4. Evaluasi
Mengucapkan salam kepada .4. S : -
4.
sudah mengetahui keadaan
.4.
Salam dijawab oleh pasien dan
kulitnya.
.4.
.4. O : -
Klien tampak
.4.
Menjelaskan tujuan yang akan
merasa gatal dan sakit pada
.4.
disampaikan pada klien.
kulitnya
.4.
Mengkaji pengetahuan klien .4.
- Klien tidak menjawab
.4.
tentang keadaan kulit yang
semua pertanyaan dengan
.4. D
tampak
sempurna.
.4. E
pada
klien
(lanjut
usia).
5.
6.
.4.
pasien dan keluarga.
keluarga.
3.
Klien mengatakan
.4. Paraf
.4. A : Masalah belum teratasi.
.4. S
Mendiskusikan pada klien cara .4. P : Lanjutkan rencana
.4. I
untuk mencegah kulit yang
.4.
tindakan.
pecah-pecah atau ada luka, .4.
.4.
(klien
tidak .4.
.4.
mampu melakukannya karena .4.
.4.
tidaknya).
.4.
Memberi
mengatakan
kesempatan
pada
.4.
klien untuk bertanya apabila
.4.
ada materi yang belum jelas
.4.
(klien mengatakan sudah lupa
.4.
tentang cara mencegah kulit
.4.
pecah-pecah atau mengobati
.4.
luka yang sudah ada).
7.
.4.
Menjelaskan kembali kepada
.4. Y
klien
untuk
.4. A
kulit yang sudah
.4. N
klien
mencegah
cara
kering.
8.
.4. T
Memberi
kesempatan
klien
untuk bertanya.
9.
.4.
Menanyakan kembali kepada
klien tentang pengobatan luka
pada
kulit-kulitnya
(klien
menjawab dengan baik tetapi
tidak sempurna).
10. Memberi
pujian
kemampuan
mendengar
atas
klien
,dan
.4. I
menjawab
sebagian
pertanyaan
dari
perawat.
11. Kontrak
.4. 9 Des
.4.
1.
2015
waktu
kembali
dengan klien.
Menyampaikan salam, pasien .4. S : menjawab.
2.
Membicarakan
dengan
Klien mengatakan
.4.
mengerti sedikit tentang
.4.
penyakit yang dialaminya.
.4.
keluarga tentang ruangan dan .4. O : lingkungan
terhadap
yang
aman
resiko
cedera
3.
Memotivasi
menuntun
4.
5.
.4. D
defektif terhadap
.4. E
lingkungan dan ruangan.
.4. S
berhubungan dengan keadaan .4. A : pasien.
Klien hati-hati dan
Masalah belum
.4. I
teratasi.
keluarga
pasien
untuk .4. P : -
dorongan
.4.
Lanjutkan rencana
.4.
tindakan
.4.
dan lingkungan.
.4.
.4.
Membicarakan
.4.
.4.
penatalaksanaan kenyamanan
.4.
rumah baik dari segi fasilitas
.4.
dan kondisi ruangan.
.4.
Mengidentifikasi
tingkat
ketajaman penglihatan pasien
.4.
.4.
dengan uji lapangan pandang.
6.
Merapikan
membantu
ruangan
keluarga
dan
untuk
.4. Y
penataan ruangan yang aman
.4. A
dari kondisi pasien.
7.
Memotivasi
pasien
.4. N
untuk
.4. T
makan siang. Makanan habis 1
.4. I
porsi.
8.
.4.
Menganjurkan pasien untuk
.4.
istirahat siang. Pasien dapat
.4.
tidur dengan nyenyak.
.4.
11
.4.
9.
Menganjurkan
1.
keluarga untuk perawatan diri.
Salam
pembuka, .4. S : -
Des 2015
2.
3.
pasien
dan
Klien mengatakan
.4.
mengingatkan dengan kontrak
udah lupa ,lebih mudah
.4.
yang disepakati.
mengingat yang dulu dari
.4.
Menjelaskan tujuan pertemuan
pada penjelasan yang
.4.
dilakukan.
disampaikan .
.4.
Mengakaji pengetahuan klien .4. O : tentang
kejadian-kejadian
dimasa lampau.
Klien menceritakan
.4.
kejadian yang dulu kepada
.4.
perawat.
.4. D
4.
Membantu
mengembalikan .4. A : -
Masalah teratasi.
.4. E
daya
klien
Lanjutkan rencana
.4. S
ingat
menunjukan
dengan .4. P : -
gambar-gambar
atau album foto yang ada pada .4.
keluarga.
5.
.4. I
.4.
.4. Y
Memberi
kesempatan
pada
.4. A
klien untuk menanyakan atau
.4. N
tehnik yang belum jelas (klien
.4. T
mengatakan lebih ingat dengan
.4. I
kejadian dulu daripada yang
.4.
sekarang, klien mudah lupa).
6.
keperawatan
Menjelaskan pada klien bahwa
kejadian atau hal yang dialami
pada klien itu karena pengaruh
dari
usia
yang
semakin
bertambah tua, dimana organ
tubuh sudah mulai menurun
fungsinya
(klien
misalnya
mendengar
antusias).
otak,
dengan
7.
Menganjurkan klien agar tetap
melatih daya ingat.
8.
Memberi
motivasi
kepada
keluarga dan klien.
9.
Mengevaluasi
pengetahuan
tingkat
keluarga
dan
klien tentang apa yang yang
.4. 7 Des
2015
.4.
Resiko terjadi
.4.
1.
cedera berhubungan dengan
penurunan ketajaman
2.
penglihatan.
3.
4.
sudah diberikan.
Mengucapkan salam kepada .4. S : Klien mengatakn tidak ingat
.4.
pasien dan keluarga.
.4.
tentang materi yang dijelskan.
Salam dijawab oleh pasien dan .4.
O : Klien tampak duduk
.4.
keluarga.
santai disamping istri
.4.
Menjelaskan tujuan yang akan .4. A : Masalah belum teratasi
.4. D
disampaikan pada klien.
.4. E
Memberi
kesempatan
.4. P : Lanjutkan tindakan
pada
keperawatan
.4. S
klien untuk bertanya apabila .4.
.4. I
ada materi yang belum jelas .4.
.4.
(klien mengatakan sudah lupa
.4.
tentang cara mencegah kulit
.4.
pecah-pecah atau mengobati
.4.
luka yang sudah ada).
.4.
5.
Menjelaskan kembali kepada
klien
klien
mencegah
cara
.4.
untuk
.4.
kulit yang sudah
.4.
kering.
6.
Memberi
kesempatan
.4.
klien
.4.
untuk bertanya.
7.
Memberi
pujian
kemampuan
mendengar
sebagian
.4.
atas
.4. Y
klien
,dan
.4. A
menjawab
pertanyaan
.4. N
dari
.4. T
perawat.
.4. 9 Des
2015
.4.
8.
Kontrak
waktu
1.
dengan klien.
Menyampaikan salam.
2.
3.
.4. I
kembali
.4.
.4. S : -
Klien mengatakan
.4. D
Pasien menjawab salam.
mengerti sedikit tentang
.4. E
Membicarakan
masalah lantai yang kotor
.4. S
dan licin.
.4. I
dengan
keluarga tentang ruangan dan
lingkungan
terhadap
yang
resik