Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar IPA Siswa SD Ditinjau dari Metode Mind Mapping dan Model Concept Sentence

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada BAB III telah dibahas mengenai penelitian yang akan dilaksanakan
pada kelas 5 SD Kota Salatiga. Populasi yang terdapat dalam penelitian ini adalah
seluruh kelas 5 SD di Kota Salatiga, dengan mengambil sampel penelitian yaitu
siswa kelas 5 SDN Salatiga 10 dan SDN Dukuh 01. Ada dau variabel yang
terdapat dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variable
bebas pada penelitian ini adalah metode pembelajaran Mind Mapping dan model
pembelajaran Concept Senctence, sedangkan variable terikatnya adalah hasil
belajar Ilmu Pengetahuan Alam.
Pada BAB IV ini akan dibahas mengenai hasil penelitian dan
pembahasan yang meliputi, hasil penelitian pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) dengan menggunakan metode pembelajaran Mind Mapping dan
model pembelajaran Concept Sentence pada kelompok eksperimen 1 dan 2,
deskripsi komparasi hasil pengukuran, hasil uji beda penelitian, hasil uji hipotesis,
hasil pembahasan dan keterbatasan penelitian.
4.1.

Hasil Penelitian


4.1.1 Hasil Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Menggunakan
Metode Pembelajaran Mind Mapping
Kelompok eksperimen yang akan diajarkan dengan metode mind mapping
terdiri atas siswa kelas 5 SDN Salatiga 10 dan SDN Dukuh 01. Mata pelajaran
yang akan diteliti adalah IPA, dengan materi pokok daur air. Standar Kompetensi
yang dipakai yaitu standar kompetensi 7, memahami perubahan yang terjadi di
alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam. Kompetensi dasar
yang digunakan yaitu 7.5 Mendeskripsikan perlunya penghematan air. Indikator
pembelajaran pada SDN Salatiga 10 disusun sebagai berikut: (a) menjelaskan
pengertian dari daur air, (b) menjelaskan tentang proses daur air, (c)
mengidentifikasi kegiatan manusia yang berhubungan dengan daur air. Sementara
itu, indikator pembelajaran pada SDN Dukuh 01 adalah: (a) menyebutkan manfaat

35

36

air, (b) memahami bahwa persediaan air bersih semakin berkurang, (c)
menyebutkan cara menghemat air.
Pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Mind Mapping

pada SDN Salatiga 10 dilakukan dipertemuan pertama, sedangkakan pada SDN
Dukuh 01 dilakukan pada dipertemuan kedua. Pertemuan pertama di SDN
Salatiga 10 dilaksanakan pada hari Selasa, 11 April 2017 dan bertempat di ruang
kelas 5 SDN Salatiga 10. Proses pembelajaran dilakukan dalam 1 kali pertemuan
(3x35 menit), di mana pemberian tindakan dilakukan sendiri oleh peneliti dan
diamati oleh Triningsih (guru kelas 5 SDN Salatiga 10). Perlaukuan yang sama
juga diterapkan terhadap 30 siswa kelas 5 SDN Dukuh 01. Kegiatan tersebut
dilaksanakan pada hari Kamis, 20 April 2017 dan bertempat di ruang pertemuan
SDN Dukuh 01. Pembelajaran dengan menggunakan metode Mind Mapping
dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan. Kegiatan pembelajaran dilakukan sendiri
oleh peneliti dengan diamati oleh wali kelas 5 SDN Dukuh 01.
Berdasarkan pengamatan yang sudah dilakukan oleh masing-masing guru
kelas, tingkat keterlaksanaan aktivitas guru dan siswa mendapatkan hasil yang
memuaskan. Presentase yang sama didapatkan di SDN Salatiga 10 dan SDN
Dukuh 01, yaitu sebesar 100% dari 14 poin kegiatan. Hal itu mengartikan bahwa
semua aspek aktivitas guru dan siswa telah dilakukan dengan tingkat
keterlaksanaan pembelajaran yang baik.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terhadap siswa kelas 5 SDN
Salatiga 10 dan SDN Dukuh 01 mencakup 3 tahapan. Pada tahapan pertama,
kegiatan pembelajaran diawali dengan salam, kemudian dilanjutkan dengan

apersepsi dan pemberian tujuan pembelajaran. Tahap selanjutnya adalah kegiatan
inti. Pada tahap ini, siswa diberikan perlakuan menggunakan metode
pembelajaran Mind Mapping. Metode ini mempunyai beberapa langkah dalam
pelaksanaannya. Langkah yang pertama adalah pemberian materi oleh guru,
sedangkan siswa diminta untuk mencatat hal yang mereka rasa penting. Kemudian
siswa dibagi ke dalam kelompok dan meminta mereka untuk membuat mind
mapping bersama dengan teman kelompok mereka. Setelah pembuatan mind

37

mapping selesai, beberapa kelompok akan diminta untuk maju ke depan kelas dan
menjelaskan mind mapping yang sudah mereka buat.
Setelah kegiatan inti selesai dilakukan, tahapan terakhir adalah kegiatan
penutup. Pada tahapan ini, dilakukan pemberian soal evaluasi untuk mengukur
tingkat hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD. Tingkat hasil belajarnya akan
dipaparkan melalui statistik deskriptif yang di dalamnya terdapat rata-rata skor
(mean), skor tertinggi (max), skor terendah (min), dan standar deviasi. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1.
Statistik Deskriptif Skor Posttest Kelompok Eksperimen Metode Mind Mapping

Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Posttest Kelompok 1
30
50
100
86.17
11.940
Posstest Kelompok 2
30
60
100
90.17
8.855
Valid N (listwise)
30


Berdasarkan

Tabel

4.1, dapat

lihat

bahwa skor

mean

kelas

eksperimen metode Mind Mapping untuk kelompok 1 (SDN Salatiga 10) adalah
sebesar 86,17 dengan standar deviasi 11,940, atau bisa dikatakan bahwa jarak
rata-rata setiap unit data terhadap rata-rata hitung (mean) adalah 11,940. Nilai
tertinggi pada kelompok ini adalah 100, sedangkan nilai terendahnya adalah 50.
Sementara itu, pada kelompok 2 didapatkan mean sebesar 90,17 dengan standar

deviasi 8,855, atau bisa dikatakan bahwa jarak rata-rata setiap unit data terhadap
rata-rata hitung (mean) adalah 8,855. Nilai tertinggi pada kelompok ini adalah 100
dan nilai terendahnya adalah 60.
Melihat banyaknya jumlah data yang disajikan, maka data disusun
melalui tabel distribusi frekuensi. Hal ini dilakukan agar penyajian data lebih
efisien dan mudah dipahami. Penentuan kelas interval yang terdapat pada tabel
distribusi frekuensi berpedoman pada rumus Sturges (Sugiyono, 2013: 35) yaitu
K= 1+3,3 log n; dimana K adalah jumlah kelas interval dan n adalah jumlah
data/siswa. Melalui rumus Sturges tersebut, dapat diperoleh kelas interval untuk
kelompok ekperimen 1 adalah K=1+3,3 log 30=1+3,3.1,47= 5,77 dibulatkan
menjadi 6. Interval kelas diperoleh dari hasil rentang data (skor maximum-skor
minimum) dibagi jumlah kelas yaitu

100−50
6

= 8,3 dibulatkan menjadi 9.

38


Sementara itu, kelas interval untuk kelompk eksperimen 2 adalah K=1+3,3 log
30=1+3,3.1,47= 5,77 dibulatkan menjadi 6. Interval kelas diperoleh dari hasil
rentang data (skor maximum-skor minimum) dibagi jumlah kelas yaitu 𝑥 =

100−60
6

=6,67 dibulatkan menjadi 7. Hasil distribusi frekuensi skor posttest

kelompok eksprimen 1 dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelompok Eksperimen Metode Mind Mapping
No.
Kelas
Nilai Postest kelompok 1
Kelas
Nilai Postest kelompok 2
Kel
Interval
Interval

as
Kelompok 1
Kelompok Frekuensi
Frekuensi
Persentase
Persentase
2
1.
50-58
1
3,33%
60-66
1
3,33%
2.
59-67
1
3,33%
67-73
0

0%
3.
68-76
4
13,33%
74-80
4
13,33%
4.
77-85
7
23,33%
81-87
6
20%
5.
86-94
9
30%
88-94

4
13,33%
6.
95-103
8
26,66%
95-101
15
50%
Jum
30
100%
30
100%
lah

Berdasarkan Tabel 4.2, dapat diketahui bahwa distribusi skor posttest
untuk kelompok eksperimen 1 dikelompokkan ke dalam 6 kelas dengan panjang
interval 9. Kelompok eksperimen 2 juga dikelompokkan ke dalam 6 kelas dengan
panjang intervalnya 7.

Berdasarkan keseluruhan jumlah siswa kelompok eksperimen 1, terdapat 1
siswa yang mendapat skor antara 50-58 dengan presentase 3,33%; 1 siswa dengan
nilai antara 59-67 dan presentase 3,33%; 4 siswa mendapatkan skor antara 68-76
dengan presentase 13,33%; 7 siswa mendapatkan skor antara 77-85 dengan
presentase 23,33%; 9 siswa mendapatkan nilai antara 86-94 dengan presentase
30%; dan 8 siswa dengan presentase 26,66%. Sementara itu, pada kelompok
eksperimen 2 terdapat 1 siswa yang mendapatkan skor 60-66 dengan presentase
3,33%; 0 siswa mendapatkan skor 67-73 dengan presentase 0%; 4 siswa
mendapatkan skor 74-80 dengan presentase 13,33%; 6 siswa mendapatkan skor
antara 81-87 dengan presentase 20%; 4 siswa mendapatkan presentase 13,33%
dengan skor antara 88-94; dan 15 siswa mendapatkan skor antara 95-100 dengan
presentase 50%. Lebih jelasnya disajikan pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.

39

10
8
6
4
2
0

Nilai Frekuensi Posttest kelompok 1
9
8
7

4
1

Nilai Frekuensi
Posttest
kelompok 1

1

nilai interval
Gambar 4.1
Grafik Distribusi Frekuensi Skor Posstest Mind Mapping Kelompok Eksperimen 1

Nilai Frekuensi Posttest Kelompok 2
20
15
10
5
0

15
1

0

4

6

4

Nilai
Frekuensi
Posttest
Kelompok 2

Nilai Interval

Gambar 4.2
Grafik Distribusi Frekuensi Skor Posstest Mind Mapping Kelompok Eksperimen 2

4.1.2 Hasil Pembelajaran IPA dengan Menggunakan Model Pembelajaran
Concept Sentence
Kelompok eksperimen

yang akan diberi perlakuan dengan model

pembelajaran Concept Sentence adalah siswa kelas 5 SDN Salatiga 10 dan SDN
Dukuh 01. Mata pelajaran yang akan diteliti adalah IPA, dengan materi pokok
daur air. Standar Kompetensi yang dipakai yaitu 7, memahami perubahan yang
terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam.
Kompetensi dasar yang digunakan yaitu 7.5 Mendeskripsikan perlunya
penghematan air. Indikator pembelajaran pada SDN Dukuh 01 disusun sebagai
berikut: (a) menyebutkan manfaat air, (b) memahami bahwa persediaan air bersih

40

semakin berkurang, (c) menyebutkan cara menghemat air. Sementara itu,
indicator pembelajaran pada SDN Salatiga 10 disusun sebagai berikut: (a)
menjelaskan pengertian dari daur air, (b) menjelaskan tentang proses daur air, (c)
mengidentifikasi kegiatan manusia yang berhubungan dengan daur air.
Pemberian perlakuan pada SDN Salatiga 10 dilakukan pada hari Sabtu, 15
April 2017 dan bertempat di ruang kelas 5 SDN Salatiga 10. Pembelajaran ini
dilakukan dalam 1 kali pertemuan (3x35 menit) dan diikuti oleh 30 orang
siswa. Sementara itu, pembelajaran pada SDN Dukuh 01 dilakukan pada hari
Kamis, 13 April 2017. Kegiatan ini dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan (3x35
menit) dan dibertempat di ruang kelas 5 SDN Dukuh 01. Pemberian perlakuan
pada kedua sekolah dilakukan sendiri oleh peneliti dan diamati oleh guru kelas.
Berdasarkan pengamatan yang sudah dilakukan oleh masing-masing guru
kelas, tingkat keterlaksanaan aktivitas guru dan siswa mendapatkan hasil yang
memuaskan. Presentase yang didapatkan pada SDN Salatiga 10 dan SDN Dukuh
01 mencapai 100% dari 14 poin kegiatan. Hal ini mengartikan bahwa semua
aspek aktivitas guru dan siswa telah dilakukan dan berada pada kategori sangat
baik.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terhadap siswa kelas 5 SDN
Salatiga 10 dan SDN Dukuh 01 mencakup 3 tahapan. Pada tahapan pertama,
kegiatan diawali dengan salam, kemudian dilanjutkan dengan apersepsi dan
pemberian tujuan pembelajaran. Tahapan selanjutnya adalah kegiatan inti. Pada
ini siswa diberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran Concept
Sentence. Model pembelajaran Concept Sentence memiliki beberapa langkah
dalam pelaksanaannya. Langkah yang pertama adalah pemberian materi oleh
guru. Tahap selanjutnya membagi siswa ke dalam kelompok. Di dalam kelompok,
mereka akan diberikan kata kunci yang berhubungan dengan materi yang sudah
disampaikan sebelumnya, kemudian kata kunci tersebut disusun ke dalam kalimat.
Kelompok yang berhasil menyelesaikan susunan kalimat terlebih dahulu, diminta
untuk maju ke depan kelas dan membacakan hasil kerja kelompok mereka. Ketika
salah satu kelompok maju di depan, kelompok yang lainnya diminta untuk
memperhatikan agar dapat memberikan tanggapan terhadap hasil diskusi mereka.

41

Setelah kegiatan inti pembelajaran sudah selesai dilakukan, tahap terakhir
adalah pemberian soal evaluasi untuk mengukur tingkat hasil belajar IPA siswa
kelas 5 SD. Tingkat hasil belajar akan dipaparkan melalui statistik deskriptif yang
di dalamnya terdapat rata-rata skor (mean), skor tertinggi (max), skor terendah
(min), dan standar deviasi. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dalam Tabel 4.3.
Tabel 4.3
Statistik Deskriptif Skor Posttest Kelompok Eksperimen Model Concept Sentence
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Posttest Kelompok 1
Posstest Kelompok 2
Valid N (listwise)

30
30
30

50
60

100
100

86.67
86.33

12.058
9.091

Berdasarkan Tabel 4.3, dapat lihat bahwa skor mean kelas eksperimen
model Concept Sentence untuk kelompok 1 (SDN Salatiga 10) adalah sebesar
86,67 dengan standar deviasi 12,058, atau bisa dikatakan bahwa jarak rata-rata
setiap unit data terhadap rata-rata hitung (mean) adalah 12,058. Pada kelompok ini
didapatkan nilai tertingginya adalah 100, sedangkan nilai terendahnya adalah 50.
Pada kelompok 2 didapatkan mean sebesar 86,33 dengan standar deviasi 9,091,
atau bisa dikatakan bahwa jarak rata-rata setiap unit data terhadap rata-rata hitung
(mean) adalah 9,091. Nilai tertinggi pada kelompok ini adalah 100, sedangkan
nilai terendahnya adalah 60.
Melihat banyaknya jumlah data yang disajikan, maka data disusun melalui
tabel distribusi frekuensi. Hal ini dilakukan agar penyajian data lebih efisien dan
mudah dipahami. Penentuan kelas interval yang terdapat pada tabel distribusi
frekuensi berpedoman pada rumus Sturges (Sugiyono, 2013: 35) yaitu K= 1+3,3
log n; dimana K adalah jumlah kelas interval dan n adalah jumlah data/siswa.
Melalui rumus Sturges tersebut dapat diperoleh kelas interval untuk kelompok
ekperimen 1 adalah K=1+3,3 log 30=1+3,3.1,47= 5,77 dibulatkan menjadi 6.
Interval kelas diperoleh dari hasil rentang data (skor maximum-skor minimum)
dibagi jumlah kelas yaitu

100−50
6

= 8,3 dibulatkan menjadi 9. Sementara itu kelas

interval untuk kelompok eksperimen 2 adalah K=1+3,3 log 30=1+3,3.1,47= 5,77
dibulatkan menjadi 6. Interval kelas diperoleh dari hasil rentang data (skor

42

maximum-skor minimum) dibagi jumlah kelas yaitu 𝑥 =

100−60
6

=6,67 dibulatkan

menjadi 7. Hasil distribusi frekuensi skor posttest kelompok eksprimen 1 dapat
dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelompok Eksperimen Model Concept Sentence
No.
Kelas
Nilai Postest kelompok
Kelas
Nilai Postest kel ompok 2
Kelas
Interval
1
Interval
Kelompok 1
Frekuensi Persentase Kelompok Frekuen
Persentase
2
si
1.
50-58
1
3,33%
60-66
1
3,33%
2.
59-67
0
0%
67-73
1
3,33%
3.
68-76
5
16,66%
74-80
7
23,33%
4.
77-85
8
26,66%
81-87
7
23,33%
5.
86-94
3
10%
88-94
5
16,66%
6.
95-103
13
43,33%
95-101
9
30%
Jumlah
30
100%
30
100%

Berdasarkan Tabel 4.4, dapat diketahui distribusi skor posttest kelompok
eksperimen 1 dikelompokkan ke dalam 6 kelas dengan panjang interval 9.
Kelompok eksperimen 2 dikelompokkan ke dalam 6 kelas dengan panjang
interval 7.
Berdasarkan keseluruhan jumlah siswa kelompok eksperimen 1, terdapat
1 siswa yang mendapatkan skor antara 50-58 dengan presentase 3,33%; 0 siswa
dengan skor antara 59-67 mendapatkan presentase 0%; 5 siswa dengan skor antara
68-76 mendapatkan presentase 16,66%; 8 siswa dengan skor antara 77-85
mendapatkan presentase 26,66%; 3 siswa dengan skor antara 86-94 mendapatkan
presentase 10%; dan 13 siswa dengan skor antara 95-103 mendapatkan presentase
43,33%. Sementara itu, pada kelompok eksperimen 2 terdapat 1 siswa yang
mendapatkan skor antara 60-66 dengan persentase 3,33%; 1 siswa yang
mendapatkan skor antara 67-73 dengan persentase 3,33%; 7 siswa yang
mendapatkan skor antara 74-80 dengan persentase 23,33%; 6 siswa yang
mendapatkan skor antara 81-87 dengan persentase 23,33%; 5 siswa yang
mendapatkan skor antara 88-94 dengan persentase 16,66%; 9 siswa yang
mendapat skor antara 95-101 dengan persentase 30%. Lebih jelasnya distribusi

43

frekuensi skor posttest kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2
disajikan pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4.

14
12
10
8
6
4
2
0

Nilai Frekuensi Posttest Kelompok 1
13
8
5
1

3
Nilai Frekuensi
Posttest
Kelompok 1

0

Nilai Interval
Gambar 4.3
Grafik Distribusi Frekuensi Skor Posstest Concept Sentence Kelompok Eksperimen 1

Nilai Frekuensi Posttest Kelompok 2
10
8
6
4
2
0

9
7

7
5

1

1

Nilai Frekuensi
Posttest
Kelompok 2

Nilai Interval
Gambar 4.4
Grafik Distribusi Frekuensi Skor Posstest Concept Sentence Kelompok Eksperimen 2

4.1.3. Deskripsi Komparasi Hasil Pengukuran
Perbandingan hasil pengukuran berdasarkan dari hasil posttest antara
kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 dapat dipaparkan pada
sebuah deskripsi komparasi. Deskripsi komparasi ini akan disajikan dalam bentuk
tabel dan grafik yang di dalamnya tedapat perbedaan antara kelompok eksperimen
1 dan kelompok eksperimen 2. Masing-masing kelompok akan mendapatkan dua
perlakuan, perlakuan yang pertama yaitu metode pembelajaran Mind Mapping,
sedangkan perlakuan yang kedua adalah model pembelajaran Concept Sentence.

44

Berdasarkan Tabel 4.5, dapat diketahui adanya perbedaan skor rata-rata pada
tahap pengukuran posttest antara kelompok eksperimen metode pembelajaran
Mind Mapping dengan kelompok eksperimen model pembelajaran Concept
Sentence. Pada tahap pengukuran posstest ini, skor rata-rata kelompok eksperimen
Mind Mapping lebih unggul dibandingkan skor rata-rata kelompok eksperimen
Concept Sentence. Selisih antara keduanya sebesar 1,67. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 4.5. dan Gambar 4.5.
Tabel 4.5
Komparasi Skor Postest Mind Mapping dan Concept Sentence
Grup
Jumlah Skor Posttest Kelompok
Eksperimen Mind Mapping
Eksperimen Concept Sentence
Kelompok Eksperimen 1
2585
2600
Kelompok Eksperimen 2
2705
2590
Rerata
88.17
86.5

Komparasi Skor Posttest Mind Mapping dan Concept Sentence
92.00
90.00
88.00
86.00
84.00

90.17
86.67
86.17

1= mind mapping 1
2= concept sentence

86.33

posttest 1
posttest 2

2

Gambar 4.5
Komparasi Skor Postest Mind Mapping dan Concept Sentence

4.1.4

Uji Prasyarat
Uji normalitas dan uji homogenitas dilakukan sebagai uji prasyarat

sebelum dilakukan uji ANOVA dua arah. Uji normalitas dilakukan untuk
mengetahui apakah data berasal dari distribusi yang normal atau tidak normal.
Pada uji normalitas kali ini, dasar pengambilan keputusannya adalah; jika nilai
signifikansi/probabilitas < 0,05, maka data berdistribusi tidak normal. Namun,
apabila nilai signifikansi/probabilitas > 0,05, maka data berdistribusi normal.
Lebih jelasnya, uji normalitas terhadap kelompok eksperimen 1 dan kelompok
eksperimen 2 disajikan dalam Tabel 4.6.

45

Tabel 4.6
Hasil Uji Normalitas Skor Posttest Kelompok Eksperimen 1 dan Kelompok Eksperimen 2
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
eksperimen
eksperimen1_01 eksperimen2_01 eksperimen1_02
2_02
N

30

30

30

30

86.17

86.67

90.17

86.33

11.940

12.058

8.855

9.091

Most Extreme Absolute
Differences
Positive

.228

.189

.207

.142

.123

.134

.133

.104

Negative

-.228

-.189

-.207

-.142

1.247

1.033

1.136

.776

.089

.236

.151

.583

Normal
Parametersa

Mean
Std. Deviation

Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan Tabel 4.6., dapat dilihat bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed)
posttest pada kelompok eksperimen 1 adalah 0,089 dan 0,236. Sementara itu,
pada posttest kelompok eksperimen 2, didapatkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed)
sebesar 0,151 dan 0,583. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa nilai
signifikansi/probabilitas Asymp. Sig. (2-tailed) pada kelompok eksperimen 1 dan
kelompok eksperimen 2 > 0,05, sehingga bisa dikatakan bahwa persebaran data
hasil posttest kedua kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Setelah didapatkan hasil uji normalitas, langkah selanjutnya adalah
melakukan uji homogenitas. Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui
apakah varian kedua kelompok homogen atau tidak homogen. Dasar pengambilan
keputusan pada uji

homogenitas

dapat

dilihat

dari nilai

probabilitasnya. Apabila nilai signifikansi/ probabilitas < 0,05,

signifikansi/
maka

data

dikatakan tidak homogen. Namun, apabila nilai signifikansi/ probabilitas > 0,05,
maka data dikatakan homogen. Hasil uji homogenitas, disajikan dalam Tabel 4.7.
Tabel 4.7.
Hasil Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic
df1
posttest1
posttest2

.200
.032

1
1

df2

Sig.
58
58

.656
.858

46

Berdasarkan Tabel 4.7., dapat diketahui bahwa nilai signifikansi/
probabilitas posttest, pada kedua kelompok adalah sebesar 0,821 dan 0,363. Oleh
karena itu, bisa dikatakan bahwa nilai signifikansi keduanya > 0,05, sehingga bisa
disimpulkan bahwa skor posttest kelompok eksperimen Mind Mapping dan
kelompok eksperimen Concept Sentence adalah homogen atau sama.

4.1.5

Hasil Uji Hipotesis
Uji ANOVA dua arah digunakan untuk mengetahui apakah terdapat

perbedaan hasil belajar yang signifikan antara penggunaan metode pembelajaran
Mind Mapping dan model pembelajaran Concept Sentence. Hasil uji ANOVA dua
arah dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8.
Hasil Uji ANOVA Dua Arah
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:nilai
Type III Sum of
Squares

Source

Df

Mean Square

F

Sig.

a

3

108.333

.965

.412

Intercept
Sekolah

915253.333

1

915253.333

8.153E3

.000

100.833

1

100.833

.898

.345

treatment

83.333

1

83.333

.742

.391

140.833
13021.667

1
116

140.833
112.256

1.255

.265

928600.000

120

13346.667

119

Corrected Model

sekolah * treatment
Error
Total
Corrected Total

325.000

a. R Squared = .024 (Adjusted R Squared = -.001)

Berdasarkan Tabel 4.8, terdapat dua jenis analisis yang dapat dilakukan.
Analisis yang pertama adalah melakukan uji beda mean berdasarkan variabel yang
berbeda, sedangkan analisis yang kedua adalah uji interaksi antar variabel
kategori. Jika melihat Tabel 4.8, uji beda mean berdasarkan variabel yang berbeda
ada dua macam. Uji beda mean yang pertama adalah uji beda mean nilai
berdasarkan sekolah. Pada uji ini, dasar pengambilan keputusannya berpedoman
pada nilai probabilitas. Apabila nilai probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima,
atau mean nilai siswa di sekolah 1 dan 2 adalah sama. Namun, apabila nilai

47

probabilitasnya < 0,05, maka H0 ditolak, atau mean nilai siswa di sekolah 1 dan 2
tidak sama. Pada Tabel 4.8, didapatkan nilai probabilitas sekolah adalah sebesar
0,345, sehingga bisa dikatakan bahwa H0 diterima, karena 0,345 > 0,05.
Berdasarkan hasil tersebut, dapat diartikan bahwa mean nilai siswa di sekolah 1
dan 2 adalah sama atau tidak ada perbedaan.
Uji beda mean yang kedua adalah uji beda mean nilai dengan berdasarkan
treatment. Hasil yang didapatkan pada uji yang kedua ini menunjukkan nilai
probabilitasnya sebesar 0,391, sehingga bisa dikatakan bahwa H0 diterima.
Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa mean nilai siswa dengan
treatment 1 dan 2 adalah sama atau tidak ada perbedaan.
Analisis kedua yang dilakukan berdasarkan Tabel 4.8 adalah analisis uji
interaksi antara variabel. Pada uji interaksi antara variabel, pengambilan
keputusan juga didasarkan pada nilai probabilitasnya. Apabila nilai probabilitas >
0,05, maka dapat dikatakan bahwa antar variabel tidak ada interaksi. Namun,
apabila nilai probabilitasnya < 0,05, maka bisa dikatakan bahwa antar variabel
terdapat interaksi. Berdasarkan Tabel 4.8, didapat nilai probabilitas sebesar 0,265,
sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada interaksi antara sekolah
dengan treatment.
Berdasarkan dari uji-uji yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
tidak ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara penggunaan metode
pembelajaran Mind Mapping dan model pembelajaran Concept Sentence yang
dilakukan terhadap siswa SDN Salatiga 10 dan SDN Dukuh 01.

4.2.

Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat

perbedaan hasil belajar IPA antara metode pembelajaran Mind Mapping dengan
model pembelajaran Concept Sentence, yang dilakukan terhadap siswa kelas 5
SDN Salatiga 10 dan SDN Dukuh 01. Siswa kelas 5 pada SDN Salatiga 10
berperan sebagai kelompok eksperimen 1, sedangkan siswa kelas 5 pada SDN
Dukuh 01 berperan sebagai kelompok eksperimen 2. Berdasarkan rata-rata pada
kedua kelompok eksperimen, terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara metode

48

pembelajaran Mind Mapping dengan model pembelajaran Concept Sentence.
Hasil belajar IPA pada metode pembelajaran Mind Mapping memiliki rata-rata
sebesar 88,17, lebih tinggi dari pada Concept Sentence yang hanya memiliki ratarata sebesar 86,5.
Hasil yang berbeda didapatkan pada uji ANOVA dua arah. Hasil uji
ANOVA dua arah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan hasil belajar IPA
yang signifikan antara penggunaan metode pembelajaran Mind Mapping dengan
model pembelajaran Concept Sentence, yang dilakukan terhadap siswa kelas 5
SDN Salatiga 10 dan SDN Dukuh 01. Berdasarkan hasil tersebut, bisa
disimpulkan bahwa keduanya bisa digunakan oleh seorang pendidik untuk
meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 SD.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mengapa rata-rata hasil belajar
siswa berbeda di tiap pertemuan. Salah satunya adalah materi pelajaran yang
disampaikan. Pada pertemuan pertama, materi yang disampaikan adalah tentang
daur air, sementara pada pertemuan kedau materi yang disampaikan berisikan
tentang manfaat air, berkurangnya air bersih dan cara menghemat air. Materi pada
pertemuan kedua dirasa lebih mudah dipahami oleh siswa, sehingga hasil belajar
yang lebih baik didapat pada pertemuan kedua. Faktor lainnya adalah situasi yang
terjadi dalam proses penelitian. Situasi yang terjadi pada pertemuan kedua
dirasakan lebih mendukung daripada pertemuan yang pertama. Pada pertemuan
pertama, di SDN Salatiga 10 sedang dilakukan kegiatan olahraga senam dengan
menggunakan lagu. Ruang untuk penelitian jaraknya berdekatan dengan tempat
yang digunakan untuk kegiatan olahraga senam, sehingga suara dari lagu
membuat keadaan di dalam kelas menjadi kurang kondusif dan konsentrasi siswa
menjadi terganggu. Situasi yang didapatkan di SDN Dukuh 01 juga tidak jauh
berbeda. Pada pertemuan yang pertama, di lapangan sedang diadakan kegiatan
penilaian untuk olahraga. Jarak antara tempat untuk penilaian olahraga dan ruang
kelas 5 berdekatan, sehingga membuat keadaan kelas menjadi kurang kondusif.
Situasi yang berbeda didapatkan pada pertemuan yang kedua. Pada
pertemuan yang kedua, proses penelitian dilakukan di ruang pertemuan. Hal ini
dikarenakan ruang kelas 5 di SDN Dukuh 01 sedang digunakan untuk tryout

49

agama. Pindahnya ruangan dan suasana tryout membuat keadaan kelas menjadi
jauh lebih tenang. Situasi yang hampir sama juga terjadi pada pertemuan kedua
yang dilakukan di SDN Salatiga 10. Pada pertemuan ini, tidak ada kegiatan
olahraga yang dilakukan disekitar kelas, sehingga membuat suasana kelas juga
menjadi lebih tenang. Keadaan yang tenang lebih kondusif ini membuat siswa
lebih fokus dalam melakukan proses pembelajaran, sehingga berdampak juga
pada hasil belajar yang mereka dapat.
Pada penelitian ini, perlakuan yang diberikan kepada siswa menggunakan
metode pembelajaran Mind Mapping dan model pembelajaran Concept Sentence.
Menurut Huda (2013), metode pembelajaran Mind Mapping dikembangkan
sebagai metode efektif untuk meningkatkan kreatifitas siswa dalam mencatat.
Catatan yang dibuat dalam Mind Mapping menggukan gagasan-gagasan yang
dikembangkan melalui rangkaian gambar dan garis yang diberi warna. Buzan
(2006) juga mengatakan bahwa Mind Mapping merupakan cara mencatat yang
kreatif, efektif dan akan memetakan pikiran kita ke dalam bentuk gambar, garis
dan tulisan. Pendapat yang hampir sama juga diutarakan oleh DePorter dan
Hernacky (2013). Mereka beranggapan bahwa Mind Mapping merupakan
pengingat visual yang disusun dalam suatu pola yang berkaitan. Berdasarkan
beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa Mind Mapping merupakan
metode pembelajaran yang mampu mengembangkan kreatifitas mencatat siswa
dengan menggunakan gambar, garis dan tulisan yng disusun dalam pola yang
berkaitan.
Telaah hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya juga
menyatakan bahwa keduanya berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Salah
satunya adalah hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan Syam dan Ramlah
(2015). Pada penelitian tersebut, peningkatan hasil belajar IPS didapatkan setelah
model pembelajaran Mind Mapping diterapkan kepada siswa. Risnawati, dkk
(2014) juga melakukan penelitian dengan jenis yang sama. Penelitian tersebut
dilakukan terhadap siswa kelas 7 SMP Negeri 24 Makasar. Hasil yang didapat
menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan Mind Mapping mampu
meningkatkan daya ingat siswa. Perlakuan dengan menggunakan Mind Mapping

50

juga mampu meningkatkan hasil belajar fisika siswa yang mencapai KKM.
Sebelum dilakukan pembelajaran dengan Mind Mapping, presentase awalnya
adalah 58,06%, kemudian setelah diberi perlakuan, presentasenya meningkat
menjadi 83,87%. Penerapan metode pembelajaran Mind Mapping pada penelitian
yang dilakukan Herlina (2012) juga berdampak postif terhadap hasil belajar. Hasil
yang didapat pada penelitian ini menyatakan bahwa penerapan pembelajaran Mind
Mapping mampu mengubah pembelajaran menjadi mudah dan menyenangkan,
sehingga hasil belajar siswa yang diperoleh siswa menjadi lebih meningkat.
Hasil yang hampir sama juga ditemukan dalam jenis penelitian jenis
eksperimen. Pada penelitian jenis ini, ditemukan hasil yang menyatakan bahwa
penggunaan metode pembelajaran Mind Mapping mampu mempengaruhi hasil
belajar siswa. Hal ini terlihat pada penelitian yang dilakukan oleh Hidayat dan
Kusmanto (2016). Penelitian yang mereka lakukan mendapatkan hasil yang
menyatakan bahwa metode pembelajaran Mind Mapping dan model pembelajaran
think pair share berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa.
Tahun 2015, Devi, dkk. juga melakukan penelitian dengan jenis yang sama. Pada
penelitian tersebut, penggunaan metode Mind Mapping berpengaruh terhadap
pemahaman konsep yang dimikiki oleh siswa. Siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan metode Mind Mapping, pemahaman konsepnya lebih baik
daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa. Widiari, dkk (2014) juga
melakukan penelitian dengan jenis eksperimen. Penelitian ini dilakukan pada
siswa kelas 3 SDN 1 Banjar Jawa, SDN 3 Banjar Jawa, SDN 5 Banjar Jawa dan
SDN 1 Astina. Hasil yang didapat pada penelitian ini menyatakan bahwa hasil
belajar matematika siswa kelompok eksperimen lebih baik daripada hasil belajar
matematika kelompok kontrol.
Sebagai pembandingnya, pada penelitian ini juga digunakan model
pembelajaran Concept Sentence. Model pembelajaran Concept Sentence
merupakan model pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan kata kunci
kepada siswa, kemudian kata kunci tersebut disusun ke dalam sebuah kalimat
(Huda, 2013). Menyusun kalimat dengan menggunakan kata kunci mampu
meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep pelajaran yang sudah mereka

51

diterima. Pendapat yang hampir sama juga dikatakan oleh Suprijono (2012). Dia
menyebutkan bahwa Concept Sentence merupakan salah satu ragam pembelajaran
aktif yang dilakukan dengan penyajian beberapa kata kunci sesuai materi yang
disajikan, kekmudian kata kunci tersebut disusun ke dalam kalimat. Berdasarkan
kedua pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa model pembelajaran Concept
Sentence mengajarkan siswa untuk membuat kalimat dengan menggunakan kata
kunci yang sudah disiapkan sehingga dapat membuat siswa lebih memahami
konsep atau materi yang sudah mereka terima.
Pendapat yang diutarakan oleh para pakar sejalan dengan telaah hasil-hasil
penelitian sebelumnya yang menggunakan model pembelajaran Concept Sentence.
Beberapa

peneliti

mendapatkan

hasil

yang

menyatakan

bahwa

model

pembelajaran Concept Sentence efektif terhadap berbagai variabel. Hal ini
terbukti pada penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Munirah (2017).
Penggunakan model pembelajaran Concept Sentence mampu meningkatkan
kemampuan menulis siswa kelas 10 SMA Muhammadiyah Makasar. Kemampuan
menulis siswa berada pada kategori yang baik, dari 30 siswa hanya 2 orang yang
mendapat nilai di bawah KKM. Penelitian dengan jenis eksperimen yang
dilakukan oleh Sumerti, dkk, (2014) terhadap siswa kelas 5 SDN 22 Dauh Puri,
Denpasar, juga memperoleh hasil yang hampir sama. Pada penelitian dengan jenis
ini, diperoleh hasil yang menyatakan bahwa model pembelajaran Concept
Sentence berbantu gambar berseri, berpengaruh terhadap keterampilan menulis
pada pembelajaran Bahasa Indonesia.
Berdasarkan uraian tersebut, bisa disimpulkan bahwa penggunaan metode
pembelajaran Mind Mapping dan model pembelajaran Concept Sentence memiliki
dampak positif terhadap hasil belajar siswa. Keduanya mampu membuat siswa
lebih kreatif dalam mencatat dan dapat membantu mereka dalam memahami suatu
konsep pelajaran. Pada penelitian dengan menggunakan metode pembelajaran
Mind Mapping dan model pembelajaran Concept Sentence, siswa diminta untuk
bekerja dalam kelompok. Mengerjakan sesuatu secara berkelompok sesuai dengan
karakteristik siswa kelas 5 SD yang berada pada tahap perkembangan operasional
konkrit. Pada tahap ini, siswa sudah mampu untuk berpikir logis matematis,

52

namun konkrit dalam wadah interaksi di lingkungan teman sebaya. Interaksi yang
terjadi antara siswa satu dengan yang lainnya, akan membuat merela menjadi
lebih santai dalam menerima pelajaran. Metode pembelajaran Mind Mapping dan
model pembelajaran Concept Sentece memiliki kelebihan mereka masing-masing.
Namun, keduanya memiliki peranan yang hampir sama untuk membantu suatu
proses pembelajaran, sehingga siswa mampu mendapatkan hasil belajar yang
maksimal. Hal tersebut mengartikan bahwa tidak ada perbedaan hasil belajar yang
signifikan antara penggunaan metode pembelajran Mind Mapping dan model
pembelajaran Concept Sentence. Keduanya memberikan dampak terhadap
pencapaian hasil belajar siswa yang maksimal.

4.3.

Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini masih terdapat kekurangan atau keterbatasan dalam

pelaksanaannya. Kekurangan dalam penelitian ini ialah proses pembelajaran yang
berlangsung masih dilakukan oleh peneliti sendiri, sehingga perhatian siswa tidak
terfokus pada proses pembelajaran. Selain itu, penelitian ini hanya mengukur
hasil belajar siswa pada ranah kognitif saja, di mana semestinya hasil belajar
siswa

diukur

melalui

3

ranah

(kognitif,

afektif,

dan

psikomotorik).

Pengambilan sampel pada penelitian ini tidak dilakukan secara random,
namun peneliti menunjuk beberapa SD di Kota Salatiga yaitu SDN Salatiga 10
dan SDN Dukuh 01 sebagai sampel penelitian. Belajar dari kelemahan penelitian
ini, maka dihimbau kepada peneliti berikutnya untuk merancang penelitian
secara lebih matang sehingga dapat menghindari atau meminimalisir kelemahan
yang sudah dilakukan peneliti.

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24