ASUHAN KEPERAWATAN NY. H DENGAN DIAGNOSA

ASUHAN KEPERAWATAN NY. H
DENGAN DIAGNOSA POST OPERASI SECTIO CAESAREA HARI KE-3
DI RUANG PERAWATAN LONTARA 4 BAWAH BELAKANG (NIFAS)
RS WAHIDIN SUDIROHUSODO

KELOMPOK 3
YULINAR SYAM
LENI DIRGAHAYU
IRNA SATRIANI
IKA JULIANTY A
INDAH GITA CAHYANI

CI LAHAN

CI INSTITUSI

Mulhaeriah, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp. Kep. Mat

PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

2018

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya sehingga Laporan Asuhan Keperawatan Ny. H dengan Diagnosa Post Operasi Sectio
Caesarea Hari ke-2 di Ruang Perawatan Lontara 4 Bawah Belakang (Nifas) Rs
Wahidin Sudirohusodo sebagai salah satu tugas pada stase maternitas dapat terselesaikan
dengan baik. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah untuk menyelesaikan tugas
yang diberikan oleh dosen pembimbing kepada kami sebagai mahasiswa Program Studi
Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Hasnuddin.
Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari cara penulisan maupun isi
dari laporan ini, karenanya kami siap menerima baik kritik maupun saran dari pembimbing
dan pembaca demi tercapainya kesempurnaan dalam pembuatan berikutnya.
Kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini,
kami sampaikan penghargaan dan terima kasih. Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa
melimpahkan berkat dan bimbingannya kepada kita semua.
Makassar, 5 Agustus 2018
Kelompok 3

i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A.

Latar belakang...........................................................................................................1

B.

Tujuan penulisan.......................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................3
BAB III ANALISIS KASUS....................................................................................................7
A.

Pengkajian Post Partum...........................................................................................7

B.


Analisa Data.............................................................................................................13

C.

Intervensi Keperawatan..........................................................................................14

D.

Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan............................................................19

BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................................33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................35
A.

Kesimpulan..............................................................................................................35

B.

Saran.........................................................................................................................35


DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................36

ii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Persalinan merupakan fase terakhir dalam kehamilan. kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil di
sebut dengan masa nifas. Masa nifas berlangsung selama 6-8 minggu. Selma masa nifas
perlu diperhatikan ibu, karena angka kematian pada ibu 359 per 100.000 kelahiran terjadi
pada masa nifas (kementrian kesehatan RI, 2014). KI merupakan sebagai pengukuran
untuk menilai keadaan pelayanan obstretri disuatu negara. Bila AKI masih tinggi berarti
pelayanan obstretri masih buruk, sehingga memerlukan perbaikan. Dari laporan WHO di
Indonesia merupakan salah satu angka kematian ibu tergolong tinggi yaitu 420 per
100.000 kelahiran hidup, bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Penyebab dari meningkatnya angka kematian ibu yaitu adanya komplikasi yang
dialami oleh ibu. Berdasarkan laporan WHO (2013), kematian ibu di dunia disebabkan
pre-eklamsi 28%, perdarahan 27%, eklampsi 14%, aborsi tidak aman 8%, infeksi 11%,

penyulit persalinan 9%, dan emboli 14%. Menurut Profil Kesehatan Indonesia (2012)
kasus obstetrik terbanyak (56,06%) disebabkan oleh penyulit kehamilan, persalinan dan
masa nifas lainnya diikuti dengan kehamilan yang berakhir abortus (26%). Penyebab
kematian terbesar adalah pre eklampsi dan eklampsi dengan case fatality rate (CFR)
2,35%, proporsi kasusnya 49 % dari keseluruhan kasus obstetri. Di Indonesia angka
kejadian operasi sesar juga terus meningkat baik di rumah sakit pemerintah maupun di
rumah sakit swasta. Menurut Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
menunjukkan terjadi kecenderungan peningkatan operasi sesar di Indonesia dari tahun
1991 sampai tahun 2007 yaitu 1,3-6,8 persen. Persalinan sesar di kota jauh lebih tinggi
dibandingkan di desa yaitu 11 persen dibandingkan 3,9 persen. Hasil Riskesdas tahun

1

2013 menunjukkan kelahiran dengan metode operasi sesar sebesar 9,8 persen dari total
49.603 kelahiran sepanjang tahun 2010 sampai dengan 2013, dengan proporsi tertinggi di
DKI Jakarta (19,9%) dan terendah di Sulawesi Tenggara (3,3%).
Perawatan pada ibu postpartum perlu diperhatikan. Perawatan Perawatan masa
nifas mencakup berbagai aspek mulai dari pengaturan dalam mobilisasi, anjuran untuk
kebersihan diri , pengaturan diet, pengaturan miksi dan defekasi, perawatan payudara
(mamma) yang ditujukan terutama untuk kelancaran pemberian air susu ibu guna

pemenuhan nutrisi bayi, serta kondisi psikologis ibu. Perawatan pada postpartum ini
sangat berfungsi untuk peningkatan kesehatan pada ibu sehingga lebih mudah dalam
merawat anaknya.
B. Tujuan penulisan
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada ibu postpartum P1A0
C. Manfaat
Manfaat sejalan dengan tujuan yaitu dapat digunakan untuk mengetahui asuhan
keperawatan pada ibu postpartum P1A0.

2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Postpartum
Postpartum atau nifas merupakan keadaan dimana masa pemulihan alat-alat
reproduksi seperti sebelum hamil. Dalam masa nifas perlu melakukan perawatan
untuk membantu proses involusi misalnya mobilisasi, diet, miksi, defekasi, laktasi,
perawatan payudara dan dan perawatanperineum.
World Health Organization (WHO) 2013 menggambarkan periode pascanatal
sebagai fase paling kritis dan paling diabaikan dalam kehidupan ibu dan bayi,

sebagian besar kematian ibu dan/ atau bayi baru lahir terjadi selama periode
pascanatal.
Postpartum merupakan situasi dimana krisis bagi ibu, pasangan dan keluarga
karena adanya berbagai perubahan yang terjadi baik secara fisik, psikologis, maupun
struktur keluarga dan terjadi proses adaptasi/penyesuaian. Adaptasi dimulai dari bayi
lahir sampai kembalinya kondisi tubuh ibu seperti semula sebelum hamil, dan
berlangsung dalam kurun waktu 6-8 minggu (Murray & McKinney, 2007). Selama
waktu ini, ibu dipantau untuk fungsi perdarahan, usus dan kandung kemih, dan
perawatan bayi, dan kesehatan bayi juga dipantau (Vernon. D, 2007).
Periode postpartum 6-12 jam ibu biasanya dipantau oleh perawat atau bidan
karena komplikasi dapat timbul pada periode ini. Perdarahan postpartum dapat terjadi.
Setelah melahirkan di mana plasenta menempel pada dinding uterus, dan uterus
berkontraksi untuk mencegah kehilangan darah. Setelah kontraksi berlangsung fundus
(atas) rahim dapat dipalpasi sebagai massa yang kuat di tingkat pusar. Penting bahwa
uterus tetap kuat dan perawat atau bidan akan sering melakukan penilaian terhadap
fundus dan jumlah perdarahan. Pijat uterus biasanya digunakan untuk membantu
kontraksi Rahim (Mayo Clinic staff, 2015).
Pada waktu 2-4 hari pasca persalinan produksi ASI ibu mulai diproduksi,
namun masih kesulitan dalam menyusui Tidur ibu sering terganggu karena malam
hari terjaga normal pada bayi baru (McGuire E, 2013). Dalam masa postpartum

tersebut perubahan dan adaptasi pada ibu postpartum yaitu fisiologis dan dan
psikologis. Adaptasi fisiologis dan psikologis yang terjadi pada ibu postpartum, yaitu:
1. Adaptasi fisiologis

3

a. Uterus terjadi proses involusi dimana kembalinya uterus ke keadaan normal
setelah melahirkan, adanya kontraksi pada uterus, nyeri.
b. Serviks akan terasa lunak setelah melahirkan
c. Vagina yang tadinya terdistensi dengan dinding yang halus perlahan akan
mengecil dan tonusnya akan kembali
d. Abdomen masih tampak menonjol seperti saat hamil, dan selama dua minggu
pertama akan berelaksasi. Butuh 6 minggu agar didnding abdomen kembali ke
keadaan sebelum hamil
e. Sistem pencernaan. Pada ibu postpartum akan merasa lapar setelah melahirkan
dan porsi makan meningkat. Defekasi spontan baru akan terjadi 2-3 setelah
postpartum karena berkurangnya tonus otot diusus selama melahirkan, masa
nifas, dehidrasi.
f. Payudara pada ibu postpartum terjadi penurunan kadar kadar hormone
(estrogen, progesteron, hCG, prolactin, kortisol, dan insulin). Selama 24 jam

pertama pada terjadi perubahan jaringan payudara. Keluar kolostrum, cairan
kuning, dan jernih. Payudara akan terasa penuh setelah dan berat saat
kolostrum berubah menjadi susu dalam 72-96 jam setelah melahirkan.
g. Perubahan pada volume darah ibu postpartum bergantung pada beberapa
faktor seperti hilangnya darah saat melahirkan dan jumlah cairan
ekstravaskular.
h. Peningkatan curah jantung pada postpartum akan tetap meningkat minimal 48
jam pertama karena peningkatan volume sekuncup.
i. Perubahan postpartum pada sistem saraf karena adaptasi ibu hamil serta
trauma selama persalina dan melahirkan
j. Perubahan sistem muskoloskeletal ibu terjadi saat hamil dan kembali saat
masa nifas yang mana termasuk relaksasi dan hipermobilitas sendi dan
perubahan pusat gravitasi ibu sebagai respon terhadap uterus yang membesar.
Sebagian sendi kembali sebelum hamil, dan sendi kaki tidak kembali.
k. Pada ibu postpartum akan keluar cairan dari uterus setelah melahirkan. Cairan
berwarna merah (Lokia rubra), Cairan berwarna merah muda atau kecoklatan
(Lokia Serosa), cairan berwarna putih atau kekuningan (Lokia Alba).
2. Adaptasi psikoligis

4


1. Fase taking In biasanya ditetapkan 1 hingga 2 hari setelah melahirkan, waktu
refleksi karena dalam jangka waktu 2 hingga 3 bersifat pasif atau hanya peduli
pada diri sendiri. Untuk hari pertama atau kedua setelah kelahiran, ibu baru
membutuhkan makanan tambahan dan istirahat. Ibu dengan bedah caesar
bahkan membutuhkan lebih banyak istirahat. Semua ibu baru juga perlu
"mengasuh" diri mereka agar mereka dapat berhasil melahirkan bayi baru
mereka. Para ayah baru juga mungkin mengalami kesulitan menyesuaikan diri
dengan menjadi orang tua.
2. Fase Taking Hold berlangsung mulai 3 sampai 10 hari setelah melahirkan,
waktu untuk melakukan tindakan sendiri dan membuat keputusan tanpa
bergantung pada orang lain. Selama fase ini, orang tua fokus pada belajar
merawat bayi baru mereka. Perubahan suasana hati sementara dan perasaan
rentan di pihak ibu baru tidak jarang terjadi. Setiap pasangan mungkin merasa
terabaikan karena mereka menjadi lebih terlibat dengan bayi, mengabaikan
kebutuhan atau perasaan pasangan mereka
3. Fase Letting Go berlangsung dari 10 setelah melahirkan, fase menerima
tanggung jawab baru. Fase ini Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan diri
dengan ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan
bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri dalam

memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga
dapat membantu merawat bayi. Kebutuhan akan istirahat masih diperlukan ibu
untuk menjaga kondisi fisiknya.
B. Sectio Cesarea (SC)
WHO (2015) operasi Caesar atau seksio sesarea (SC) sering diperlukan ketika
persalinan per vaginam akan membahayakan bayi atau ibu. Persalinan SC dilakukan
karena adanya permasalahan saat persalinan atau ada masalah pada ibu maupun bayi,
seperti kehamilan kembar, tekanan darah tinggi pada ibu, kelahiran sungsang, atau
masalah dengan plasenta atau tali pusat. Persalinan caesar dapat dilakukan
berdasarkan bentuk panggul ibu atau riwayat riwayat operasi caesar sebelumnya,
kelahiran pervagina setelah bedah caesar dimungkinkan. SC dilakukan hanya ketika
diperlukan secara medis. Namun saat ini, SC dilakukan tanpa alasan medis atas
permintaan oleh seseorang biasanya ibu.

5

American Congress of Obstetricians and Gynecologists (2013) menjelaskan
SC dapat meningkatkan kemungkinan keberhasilan persalinan pada ibu hamil ynag
memiliki resiko pada kehamilan berisiko. SC membutuhkan waktu lebih lama untuk
sembuh

sekitar

enam

minggu,

daripada

kelahiran

normal.

Yenie

(2016)

mengemukakan Peningkatan risiko termasuk masalah pernapasan pada bayi dan
emboli cairan ketuban dan perdarahan postpartum pada ibu. SC tidak digunakan
sebelum 39 minggu kehamilan tanpa alasan medis.
Turner R (1990) operasi caesar dianjurkan ketika persalinan normal mungkin
menimbulkan risiko bagi ibu atau bayi. Kondisi yang memungkinkan terjadiya resiko
bagi ibu dan bayi yaitu:
1. Persalinan lama atau gagal berkembang (distosia)
2. Gawat janin
3. Prolaps tali pusat
4. Ruptur uterus
5. Hipertensi pada ibu atau bayi setelah ketuban pecah (air pecah)
6. Takikardia pada ibu atau bayi setelah ketuban pecah (air pecah)
7. Masalah plasenta (plasenta praevia, plasenta abruption atau plasenta akreta)
8. Induksi persalinan gagal
9. Bayi besar dengan berat> 4.000 gram (makrosomia)
10. Presentasi abnormal (posisi sungsang atau melintang).
Komplikasi lain kehamilan, kondisi yang sudah ada sebelumnya dan penyakit
penyerta, seperti:
1. Infeksi HIV pada ibu dengan viral load yang tinggi (HIV dengan viral load ibu
yang rendah tidak selalu merupakan indikasi untuk operasi caesar)
2. Pre-eclampsia
3. Penyakit menular seksual, seperti wabah herpes genital sebelum onset persalinan
(yang dapat menyebabkan infeksi pada bayi jika lahir melalui vagina)
4. Seksio caesar sebelumnya (longitudinal)
5. Ruptur uterus sebelumnya
6. Masalah sebelumnya dengan penyembuhan perineum (dari persalinan sebelumnya
atau penyakit Crohn)
7. Nyeri Bicornuate

6

BAB III
ANALISIS KASUS
A. Pengkajian Post Partum
Nama Mahasiswa
Nim

: Kelompok 3
: -

Tgl. Pengkajian/Jam
Ruangan/RS

: 23 Juli 2018/09.00WITA
: L4BB (Nifas)

Data Umum Klien
Initial
Usia
Status Perkawinan
Pekerjaan
Pendidikan Terakhir
Diagnosis

:
:
:
:
:
:

Ny. H
14 thn
Kawin
IRT
SD
Post Partum Sectio
Caesarea Hari ke-3

Initial
Usia
Status Perkawinan
Pekerjaan
Pendidikan Terakhir

:
:
:
:
:

Tn. M
22 thn
Kawin
Wiraswasta

SMA

Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang Dulu
No

1

Tahun

2018

Tipe
Persalinan
Sectio
Caesarea

Penolong

Dokter

Pengalaman menyusui : ya / tidak

Jenis
Kelamin

Perempuan

Berat
Badan
Lahir

Keadaan Bayi
Waktu Lahir

Masalah
Kehamilan

2540

Menangis
spontan dan
tidak ada trauma
persalinan

-

Berapa lama : tidak pernah

Riwayat Kehamilan saat ini
1. Berapa kali periksa kehamilan

2. Masalah kehamilan

: 6 kali yaitu 2 kali di trimester pertama, 3 kali
di trimester kedua dan 1 kali di trimster tiga di
puskesmas di Jeneponto
: Klien mengatakan mual muntah, sering
pusing pada trimester I dan sering buang air
kecil pada trimester III

Riwayat Persalinan
1. Jenis persalinan
2. JK , BB / PB Bayi
3. Perdarahan
4. Masalah dalam persalinan

: Spontan (letkep/letsu) / Tindakan (EV,EF)
Sectio Caesarea - 21 Juli 2018, 09.00 WITA
: L / P , 2.540 gram / 48 cm
: ± 800 cc
: Tidak ada

7

Riwayat Ginekologi
1. Masalah ginekologi : Tidak ada
2. Riwayat KB
: Tidak pernah

Data Umum Klien Saat Ini
Status obstetrik

: P1A0H3

Keadaan umum
: Baik
BB saat hamil / TB : 55 kg / 145 cm
BB sebelum hamil : 62 kg
Tanda Vital
Tekanan darah
Suhu

: 110/80 mmHg
: 36,5 0C

Bayi rawat gabung
Jika tidak, alasan
Kesadaran

Nadi
Pernapasan

: Ya / Tidak
:
: Composmentis

: 78 x/menit
: 19 x/menit

Keluhan saat pengkajian: Klien mengatakan nyeri pada area post operasi. Selain itu,
klien juga mengeluh bahwa puting susunya masuk kedalam sehingga pada saat
menyusui, bayinya selalu menolak dan menangis. Klien mengatakan sudah BAB sejak 1
hari post operasi dan klien tampak BAK lancar. Klien juga mengatakan sering terbangun
tengah malam akibat bayi yang menangis. Klien juga mengatakan ini merupakan
kelahiran pertama dan klien mengatakan ingin mengetahui cara merawat bayi yang
benar.
Kepala dan Leher
Kepala
Mata
Hidung
Mulut
Telinga
Leher

Masalah khusus

: Tidak ada rambut rontok, tidak ada benjolan maupun luka
dan tidak ada nyeri tekan
: Tidak ada ikterus, konjungtiva anemis, dan tidak terasa
nyeri
: Tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada secret
yang menghambat pernapasan dan tidak ada nyeri tekan
: Bibir tampak sedikit kering dan lidah tampak bersih
: Telinga tampak simetris, tidak ada benjolan dan tidak ada
nyeri tekan
: Tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembesaran tiroid maupun pembesaran kelenjar getah
bening
: Tidak ada

8

Dada
Jantung
Paru
Payudara
Puting susu
Pengeluaran ASI
Masalah khusus

: Bentuk dada tampak simetris dan bunyi jantung normal
: Pengembangan dada simetris dan tidak terdengar suara
tambahan
: Payudara tampak simetris, areola menghitam dan tidak
ada nyeri tekan
: Puting masuk ke dalam
: Produksi ASI banyak
: Ketidakefektifan pemberian ASI

Abdomen
Involusi uterus
Fundus uteri

Kontraksi
Posisi
Kandung kemih
Diastasis rectus abdominis
Fungsi pencernaan
Masalah khusus

: 1 jari di bawah
umbilikus
(10 cm dari
simpisis pubis)
: Kuat
: Tengah
: Tidak ada distensi kandung kemih
: 10 cm × 3 cm
: Klien BAB 1x sehari sejak post operasi/peristaltic
usus terdengar (5 kali/menit)
: Tampak luka bekas operasi pada bagian abdomen
klien. Klien mengatakan terkadang merasa nyeri pada
bagian luka operasi. Terkadang klien menunjukkan
ekspresi meringis. Hasil pengkajian nyeri
menggunakan NRS, meliputi:
P= luka jahitan bekas operasi dan sangat dirasakan
saat berjalan
Q= seperti teriris
R= bagian abdomen, tidak menjalar
S= skala 3
T= 1-2 menit

TANDA REEDA
R : Reedness

: ada kemerahan

E : Edema

: tidak ada

E : Ekimosis

: tidak ada

D : Discharge

: darah

A : Approximate

: tertutup

Perineum dan Genitalia
Vagina

: Integritas kulit = baik/tidak, edema/memar/hematoma
9

Perineum
Kebersihan
Lokia
Jumlah
Jenis/warna
Konsistensi
Bau
Hemoroid
Derajat
Lokasi
Berapa lama
Nyeri
Masalah khusus

: Utuh / episiotomi / ruptur
: Bersih
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

2 kali ganti pembalut (25-50ml/pembalut)
Rubra/merah kecoklatan
Cair dan terdapat stosel (seperti saat haid)
Amis
Tidak ada
Ya / tidak
Tidak ada

Ekstremitas
Ekstremitas Atas
Edema : Ya / tidak
Varises : Ya / tidak
Ekstremitas Bawah
Edema : Ya / tidak
Varises : Ya / tidak
Masalah khusus
: Tidak ada
Eliminasi
Urine
Fekal

: Kebiasaan BAK
BAK saat ini
: Kebiasaan BAB
BAB saat ini

:
:
:
:

3-4 x/hari
3-4 x/hari
1 x/hari
1vx/hari

Nyeri / tidak
Konstipasi / tidak

Istirahat dan Kenyamanan
Pola tidur

Pola tidur saat ini
Keluhan
ketidaknyamanan
Sifat
Lokasi
Intensitas

: Kebiasaan, tidur 6-7 jam, tidak pernah terbangun pada
malam hari.
Klien tidak merasa puas karena sering merasa
: terbangun tengah malam dan tidurnya hanya 3-4 jam.
Pada saat dikaji, klien tampak mengantuk.
: Ya / tidak
: nyeri saat berjalan, terbangun saat tengah malam dan
ruangan panas
: Luka post op bagian abdomen
Hilang timbul

Mobilisasi dan Latihan
Tingkat mobilisasi
Latihan/senam
Masalah khusus

: Miring kanan dan kiri, duduk, berjalan
: Tidak ada
: Tidak ada

Nutrisi dan Cairan
10

Asupan nutrisi
:
Sesuai diet
Nafsu makan
:
Meningkat
Asupan cairan
:

Masalah khusus
:
Tidak ada

Keadaan Mental

Adaptasi psikologis
:
Taking hold
Penerimaan terhadap bayi
:
Kehadiran bayi sangat diharapkan
Masalah khusus
:
Tidak ada
Kemampuan menyusui
:
Saat ini belum mampu menyusui dengan baik karena putting susu masuk ke dalam.
Obat-obatan yang Dikonsumsi Saat Ini :
1. Ketorolac 30 mg/8 jam/Intravena
2. Ranitidine 50 mg/8 jam/Intravena
3. Asam Traneksamat 500 mg/8 jam/intravena
4. Cefotaxine 90 mg/24 jam/intravena
5. Fetrosus sulfat 200 mg/24 jam oral
6. Asam mefenamat 500 mg/8 jam/oral
11

Hasil Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan
21 Juli 2018
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
WBC
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
PLT
RDW-CV
PDW
MPV
PCT
NEUT
LYMPH
MONO
EO
BASO
Koagulasi
Waktu Bekuan
Waktu Perdarahan
KIMIA DARAH
Glukosa
GDS
Fungsi Ginjal
Ureum
Kreatinin
Fungsi Hati
SGOT
SGPT
Kimia Lain
Elektrolit
Natrium
Kalium
Klorida
IMUNOSEROLOGI
Penanda Hepatitis
HBs Ag (ICT)

Hasil

Rentang normal

Interpretasi

7,31 (103/uL)
2,93 (106/uL)
8,9 gr/dl
26,8 %
91,5 fl
91,5 pg
30,4 gr/dl
169 (103/uL)
15,2
12,1 fl
10,7 fl
0,18 %
4,99 %
24,6 %
5,7 %
0,09 %
0,03 %

4,00-10,00 (103/uL)
4,00-6,00 (106/uL)
12,0-16,0 gr/dl
37,0-48,0 %
80,0-97,0 fl
26,5-33,5 pg
31,5-35,0 gr/dl
150-400 (103/uL)
10,0-15,0
10,0-18,0 fl
6,50-11,0 fl
0,15-0,50 %
52,0-75,0 %
20,0-40,0 %
2,00-8,00 %
1,00-3,00 %
0,00-0,10 %

Normal
Menurun
Menurun
Menurun
Normal
Meningkat
Menurun
Meningkat
Meningkat
Normal
Normal
Normal
Menurun
Normal
Normal
Menurun
Normal

7 menit
2 menit

4-10 menit
1-7 menit

Normal
Normal

150 mg/dl

140 mg/dl

10 mg/dl
0,48 mg/dl

10-50 mg/dl
L(