farmakologi Penentuan LC 50 Ekstrak Peka

LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM PENGANTAR FARMAKOLOGI LAUT
Mata Acara Praktikum : Penentuan LC 50 Ekstrak Pekat ( Uji Toksisitas Brine Shrimp Lethality Test )

Disusun oleh:
Ruth Bestria H
Kelompok 1
Shift 1

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JATINANGOR

2013

1

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI LAUT

Semester Genap, TA 2012/2013

Disusun Oleh,
Nama : Ruth Bestria H
NPM : 230210120010
Kelas : Ilmu Kelautan

Menyetujui,
Jatinangor, 5 Juni 2013
Pembimbing

Yeni Mulyani, S.Pi., M.si.
19790819 200801 2016

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan

kami ini mengenai Penentuan LC 50 Ekstrak Pekat ( Uji Toksisitas Brine Shrimp
Lethality Test ). Tujuan disusunnya laporan ini adalah sebagai pemenuhan tugas
mata kuliah Farmakologi Laut. Kami berterima kasih kepada dosen dan Asisten
Laboratorium yang telah memberikan tugas ini karena dengan adanya tugas ini,
kami menjadi tahu tentang ilmu yang terkait farmakologi laut.
Harapan penyusun, laporan ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan
kita semua tentang Penentuan LC 50 Ekstrak Pekat ( Uji Toksisitas Brine Shrimp
Lethality Test ). Akhir kata, penyusun mengucapkan mohon maaf jika laporan ini
kurang sempurna, karena itulah penyusun sangat berterima kasih apabila ada
pembaca yang memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan laporan ini.

Jatinangor, 5 Juni 2013

Ruth Bestria H

3

DAFTAR ISI

Bab


Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. vi
I.

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ............................................................................. 1
1.2 Tujuan Praktikum ........................................................................ 2
1.3 Prinsip Praktikum......................................................................... 2

II.

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Hewan Uji Daphnia sp..................................... 3
2.2 Tinjauan Umum Barringtonia asiatica........................................ 4
2.3 LC50............................................................................................ 5

2.4 EPA Probit.................................................................................... 6

III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum ..................................................... 7
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................ 7
3.3 Prosedur Praktikum ..................................................................... 8
3.4 Analisa Data ................................................................................ 8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ............................................................................................9
4.2 Pembahasan .................................................................................12
V.

KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 16
5.2 Saran ........................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 17
LAMPIRAN ........................................................................................18

4


DAFTAR TABEL

Nomor
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Judul

Halaman

Pengamatan Mortalitas Daphnia sp (jenis ekstrak : Barringtonia
Asiatica,konsentrasi : kontrol) …………………………………………….
Data Pengamatan Mortalitas Daphnia sp ( jenis ekstrak : Barringtonia
Asiatica, konsentrasi : 10 ppm )…………………………………………….

Data Pengamatan Mortalitas Daphnia sp ( jenis ekstrak : Barringtonia
Asiatica, konsentrasi : 100 ppm )……………………………………………
Data Pengamatan Mortalitas Daphnia sp ( jenis ekstrak : Barringtonia
Asiatica, konsentrasi : 1000 ppm )………………………………………….
Data Pengamatan Mortalitas Daphnia sp ( jenis ekstrak : Barringtonia
Asiatica, konsentrasi : 10000 ppm )………………………………………..
Data Pengamatan Mortalitas Daphnia sp (jenis ekstrak : Barringtonia
Asiatica, konsentrasi : 100000 ppm ) ..........................................................
Data Persentase Mortalitas Daphnia sp setelah 24 jam…………………….
Data Analis Probit Daphnia sp……………………………………………...

9
9
9
10
10
10
11
11


DAFTAR GAMBAR

Nomor

Judul

5

Halaman

1.
2.

Daphnia sp …………………………………………………
Barringtonia asiatica.............................................................

6

3
4


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Senyawa yang diduga memiliki aktivitas antikanker, harus diujikan terlebih
dahulu pada hewan percobaan. Metode Brine Shrimp Lethality Test (BST) dengan
menggunakan larva udang Daphnia sp sebagai hewan uji merupakan salah satu
metode yang banyak digunakan untuk pencarian senyawa antikanker baru yang
berasal dari tanaman. Hasil uji toksisitas dengan metode ini telah terbukti memiliki
korelasi dengan daya sitotoksis senyawa anti kanker. Selain itu, metode ini juga
mudah dikerjakan, murah, cepat dan cukup akurat (Meyer, 1982). Lebih dari itu uji
larva udang ini juga digunakan untuk praskrining terhadap senyawa-senyawa yang
diduga berkhasiat sebagai antitumor. Dengan kata lain, uji ini mempunyai korelasi
yang positif dengan potensinya sebagai antikanker (Anderson, 1991).
Pengujian Lethalitas telah digunakan dengan sukses untuk isolasi biomonitor dari
cytotoxic (Siqueira, M. J et. al., 1998), antimalaria (Perez, H, et.al., 1997), insektisida
(Oberlies, N. H.,et.al., 1998), dan antifeedent (Labbe, C., et.al., 1993) campuran dari
ektrak tumbuhan. Hasil dari skrening dari air, hydroalcoholic dan ekstrak alkohol dari
beberapa tumbuhan obat penting yang digunakan dalam pengobatan tradisional untuk
lethalitas merujuk pada larva Daphnia sp yang diperkenalkan.

Suatu konsentrasi mematikan (Lethal Concentration) adalah analisa secara
statistik yang menggunakan uji Whole Effluent Toxicity (WET) untuk menaksir
lethalitas sampel effluen. Menurut Meyer dkk. (1982) tingkat toksisitas dari ekstrak
tanaman dapat ditentukan dengan melihat harga LC50-nya. Apabila harga LC50 lebih
kecil dari 1000 μg/ml dikatakan toksik, sebaliknya apabila harga LC50 lebih besar
dari 1000 μg/ml dikatakan tidak toksik. Tingkat toksisitas tersebut akan memberi
makna terhadap potensi aktivitasnya sebagai antitumor. Semakin kecil harga LC50
semakin toksik suatu senyawa.

1

2

1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum Penentuan LC 50 Ekstrak Pekat ( Uji Toksisitas Brine
Shrimp Lethality Test ) yaitu :
- Memahami dan melakukan uji toksisitas dengan menggunakan metode BSLT (Brine
Shrimp Lethality Test )
- Mengetahui senyawa aktif yang terdapat dalam larva udang berdasarkan nilai LC50
( Lethal Concentration) dari ekstrak pekat Barringtonia asiatica

1.3 Prinsip Praktikum
Prinsip dari praktikum Penentuan LC 50 Ekstrak Pekat ( Uji Toksisitas Brine
Shrimp Lethality Test ) adalah uji toksisitas dari ekstrak Barringtonia asiatica yang
memiliki komponen bioaktif dan menghitung jumlah spesies Daphnia sp yang mati
dari setiap botol vial dengan perbedaan konsentrasi, dimulai dari kontrol sebagai
pembanding, konsentrasi 10 ppm, 100 ppm, 1000 ppm, 10000 ppm dan 100000 ppm
saat 50% dari populasi awal dengan EPA Probit.

2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Biota Uji

Gambar 1.

Daphnia sp.

(Sumber :


benihikangunungkidul.blogspot.com)
Daphnia sp. dapat hidup dalam air yang kandungan oksigen terlarutnya
sangat bervariasi yaitu dari hampir nol sampai lewat jenuh. Ketahanan
Daphnia sp. pada perairan yang miskin oksigen mungkin disebabkan oleh
kemampuannya dalam mensintesis haemoglobin (Mokoginta, 2003).
Daphnia sp. termasuk hewan filter feeder, memakan berbagai macam
macam bakteri, ragi, alga bersel tunggal, detritus, dan bahan organic terlarut
(Rodina dalam Casmuji, 2002). Daphnia sp. muda berukuran panjang kurang
dari satu millimeter menyaring partikel kecil ukuran 20-30 mikrometer,
sedangkan yang dewasa dengan ukuran 2-3 mm dapat menagkap partikel
sebesar 60-140 mikrometer (Fasil’eva dalam casmuji, 2002). Pada keadaan
baik Daphnia sp. berkembang secara parthenogenesis, dimana individu baru
berasal dari telur-telur yang tidak dibuahi. Pada saat kondisi kurang baik,
seperti kurangnya makanan dan akumulasi limbah, produksi telur secara

3

4

parthenogenesis menjadi berkurang bahkan beberapa menetas dan telur berkembang
menjadi individu jantan (Hickman, 1967 dalam Casmuji, 2002). Dengan munculnya
Daphnia jantan, maka populasi mulai bereproduksi secara seksual.
Daphnia sp. dikenal sebagai kutu air. Klasifikasi Daphnia sp. menurut
Pennak (1953) dan Ivleva (1973) dalam Casmuji (2002) adalah sebagai
berikut:
Kelas
Subkelas
Divisio
Ordo
Famili
Genus

: Crustacea
: Branchiopoda
: Oligobranchiopoda
: Cladocera
: Daphnidae
: Daphnia

Spesies

: Daphnia sp.

2.2 Tinjauan Umum Barringtonia asiatica
Senyawa aktif dalam biji buah ini, yang diduga kuat memiliki
efek penyembuhan dalam pengobatan adalah dari golongan saponin.
Beberapa jenis saponin telah berhasil diidentifikasi. saponin yang berasal dari
buah keben merupakan saponin jenis baru. Dengan kandungan senyawa
tersebut buah keben telah dilaporkan memiliki banyak aktivitas farmakologis
seperti anti bakteri, anti jamur, analgesik, dan anti tumor.

Gambar 2.
Barringtonia asiatica
(Sumber : http://buahkeben.blogspot.com)

5

Dari penelitian-penelitian lain diketahui bahwa selain saponin, buah dan
biji keben juga mengandung asam galat hidrosianat yang terdiri dari
monosakarida serta triterpenoid yang terdiri dari asam bartogenat, asam 19epibartogenat, dan asam anhidro-bartogenat. Asam Keben mengandung
senyawa saponin, terpen, alkaloid, triterpenoid, fenolik dan tanin (Duryatmo,
2006 dalam Khairun, Ahmad. 2011).
2.3 LC 50
Suatu konsentrasi mematikan (Lethal Concentration) adalah analisa secara
statistik yang menggunakan uji Whole Effluent Toxicity (WET) untuk
menaksir lethalitas sampel effluen. Test akut digunakan di Wisconsin untuk
menaksir kondisi "akhir dari pipa" (yaitu, effluent yang tidak dilemahkan,
sebagai adanya dibebaskan pada lingkungan).
Konsentrasi effluen dimana 50% dari organisme mati selama test (LC50)
digunakan sebagai pemenuhan titik akhir (endpoint) untuk Test Whole
Effluent Toxicity (WET) akut. Dalam rangka mengkalkulasi LC50, salah satu
dari konsentrasi test harus menyebabkan > 50% kematian. LC50, yang lebih
rendah berarti semakin beracun effluent tersebut. Sebagai contoh, LC50 >
100% berarti kekuatan penuh effluent tersebut tidak membunuh lebih dari
separuh organisme. LC50 sama dengan 50% berarti separuh effluent
mempunyai kekuatan membunuh 50% dari organisme tersebut.
Menurut Meyer dkk. (1982) tingkat toksisitas dari ekstrak tanaman dapat
ditentukan dengan melihat harga LC50-nya. Apabila harga LC50 lebih kecil
dari 1000 μg/ml dikatakan toksik, sebaliknya apabila harga LC50 lebih besar
dari 1000 μg/ml dikatakan tidak toksik. Tingkat toksisitas tersebut akan
memberi makna terhadap potensi aktivitasnya sebagai antitumor. Semakin
kecil harga LC50 semakin toksik suatu senyawa.
2.4 EPA Probit

6

EPA Probit merupakan salah satu metode analisis statistik yang digunakan
untuk
menghitung besarnya LC50 dengan menggunakan analisis probit. Analisis tersebut
diperkenalkan oleh Finney tahun 1971. Metode regresi linear digunakan untuk
mendapatkan grafik garis lurus apabila probit kematian ditransformasikan pada log
konsentrasi. Konsentrasi yang dapat mengakibatkan kematian 50% populasi hewan
diperoleh dengan menarik garis dari 50% probit kematian (Finney, 1971).

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum
Praktikum Penentuan LC50 Ekstrak Pekat (Uji Toksisitas Brine Shrimp Lethality
Test) dilaksanakan pada hari Jumat, 31 Mei 2013 pukul 10.00-12.00 WIB di
Laboratorium Bioteknologi Perikanan dan Kelautan, Gedung 4 Lantai 3 Universitas
Padjajaran, Jatinangor.
3.2 Alat dan Bahan


Alat
Alat yang digunakan adalah :
- Akuarium, sebagai tempat larva Daphnia sp
- Botol vial, sebagai tempat pengamatan hewan uji
- Micropipet, untuk mengambil pelarut dalam jumlah kecil ± 1000µL



Bahan
Bahan yang digunakan adalah :
- Air, sebagai medium Daphnia sp
- Akuades, sebagai medium kontrol
- Barringtonia asiatica , sebagai ekstrak sampel
- Daphnia sp, sebagai hewan uji

3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Penentuan LC50 Ekstrak Pekat
Prosedur kerja penentuan LC50 ekstrak pekat (uji toksisitas Brine Shrimp
Lethality Test) adalah :
1. Dibuat larutan uji awal dengan kadar 10, 100, 1000,10000, dan 100000 ppm.
2. Diisi 4 ml air medium (ai tawar) pada botol vial.

7

3. Dimasukkan larva Daphnia ke dalam botol vial sebanyak 10 ekor.

8

9

4. Dimasukkan larutan sampel (bahan toksik) dengan variasi konsentrasi ke dalam
botol vial sebanyak 1% (50 µL).
5. Untuk kontrol botol vial diisi 4 ml air medium (air tawar) dan larva Daphnia
sebanyak 10 ekor tanpa penambahan bahan toksik.
6. Dilakukan pengamatan selama 24 jam dengan selang pengamatan 15 menit, 30
menit, 1 jam,2 jam, 4 jam, 16 jam dan 24 jam. Mortalitas diamati dengan cara
menghitung jumlah larva yang diamati.
7. Dihitung nilai LC50 dengan menggunakan program EPA probit.
3.2.2 Pengenceran Bertingkat dan Pengenceran Stock
Prosedur pengenceran bertingkat dan pengenceran stock adalah :
1. Disiapkan sampel Barringtonia asiatica.
2. Disiapkan 4 tabung reaksi dalam rak tabung beri tanda 1 s/d 4.
3. Ditambahkan 1 ml aquades masing-masing pada tabung reaksi 2 s/d 4.
4. Pada tabung reaski 1 tambah 2 ml larutan stok.
5. Pada tabung reaksi 2 tambah 1 ml larutan yang diambil dari tabung reaksi
6. Dicampurkan dengan baik.
7. Pada tabung reaksi 3 tambah 1 ml larutan yang diambil dari tabung reaksi
8. Dicampurkan dengan baik.
3.3 Analisis Data
Analisa data berdasarkan perhitungan mortalitas larva yang mati pada
pengamatan 24 jam dan perhitungan nilai lethal concentration 50% (LC50)
oleh analisis probit dengan program EPA probit.
Data dianalisis dengan cara membandingkan data praktikum yang
diperoleh dari ketiga shift dengan literatur mengenai nilai LC50 dari ekstrak
pekat sampel Barringtonia asiatica untuk Daphnia sp dengan konsentrasi
yang naik dari 10 ppm hingga 100.000 ppm (naik 10 kali lipat setiap
kelompok penguji). Setelah itu data disajikan dengan menggunakan tabel.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Data Pengamatan Mortalitas Daphnia sp (jenis ekstrak : Barringtonia Asiatica,
konsentrasi : kontrol)
Waktu
Daphnia
Keterangan
Dedah
(1)
(2)
(3)
15 menit
30 menit
1 jam
2
2 jam
1
4 jam
2
6 jam
5
4
4
8 jam
1
3
2
16 jam
2
1
1
24 jam
Jumlah
9
10
9
Tabel 2. Data Pengamatan Mortalitas Daphnia sp ( jenis ekstrak : Barringtonia Asiatica,
konsentrasi : 10 ppm )
Waktu
Daphnia
Keterangan
Dedah
(1)
(2)
(3)
15 menit
1
30 menit
1
1
1 jam
1
1
2 jam
4 jam
3
2
2
6 jam
1
2
1
8 jam
4
16 jam
2
2
24 jam
2
2
Jumlah
10
8
10
Tabel 3. Data Pengamatan Mortalitas Daphnia sp ( jenis ekstrak : Barringtonia Asiatica,
konsentrasi : 100 ppm )
Waktu
Daphnia
Keterangan
Dedah
(1)
(2)
(3)
15 menit
1
0
1
30 menit
1
1
0
1 jam
2
1
3

10

11

2 jam
4 jam
6 jam
8 jam
16 jam
24 jam
Jumlah

6
4
10

2
2
1
1
2
10

2
1
3
10

Tabel 4. Data Pengamatan Mortalitas Daphnia sp ( jenis ekstrak : Barringtonia Asiatica,
konsentrasi : 1000 ppm )
Waktu
Daphnia
Keterangan
Dedah
(1)
(2)
(3)
15 menit
30 menit
1 jam
2 jam
7
6
4
4 jam
1
2
3
6 jam
2
2
1
8 jam
2
16 jam
24 jam
Jumlah
10
10
10

Tabel 5. Data Pengamatan Mortalitas Daphnia sp ( jenis ekstrak : Barringtonia Asiatica,
konsentrasi : 10000 ppm )
Waktu
Daphnia
Keterangan
Dedah
(1)
(2)
(3)
15 menit
1
0
3
30 menit
1
2
1
1 jam
6
1
4
2 jam
1
6
2
4 jam
1
1
6 jam
8 jam
16 jam
24 jam
Jumlah
10
10
10
Tabel 6. Data Pengamatan Mortalitas Daphnia sp (jenis ekstrak : Barringtonia Asiatica,
konsentrasi : 100000 ppm )
Waktu
Daphnia
Keterangan
Dedah
(1)
(2)
(3)

12

15 menit
30 menit
1 jam
2 jam
4 jam
6 jam
8 jam
16 jam
24 jam
Jumlah

Ulangan
1
2
3
Rata rata

3
4
2
1
10

4
6
10

6
3
1
10

Tabel 7. Data Persentase Mortalitas Daphnia sp setelah 24 jam
Konsentrasi
10 ppm
100 ppm
1000 ppm
10000 ppm
100000 ppm
100%
100%
100%
100%
100%
80%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
93%
100%
100%
100%
100%
Tabel 8. Data Analis Probit Daphnia sp

d
(konsentrasi
hewan uji)

N
(jumlah
hewan
uji)

R
(mortalitas
hewan uji)

P
(%
mortalitas)

X
(log
konsentrasi)

10
100
1000
10000
100000
Jumlah
(∑)

30
30
30
30
30
150

28
30
30
30
30
148

93
99.9
99.9
99.9
99.9

1
2
3
4
5
15

Y
(nilai
Probit %
mortalitas)

6.48
8.09
8.09
8.09
8.09
38.84

Perhitungan nilai LC50 Metode Hubert:

XY

6.48
16.18
24.27
32.36
40.45
119.74

X2

1
4
9
16
25
55

13

Maka, dapat dilakukan perhitungan terhadap nilai a dan nilai b sebagai berikut :
1
(15 x 38,84)
30
1
55− (15)2
30

119,74−
b=

a=

1
(38,84−0,322 x 15)
30

b=

119,74−19,42
55−7,5

a=

1
(38,84−4,83)
30

b=

100,32
47,5

a=

1
(34,01)
30

b = 2,112

m=

5−a
b

m=

5−1,133
2,112

m=1,8309

a=1,133

Maka, LC50-24h = anti log m
LC50-24h = Log-1(1,8309)
LC50-24h = 67,74855

4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini yaitu Penentuan LC50 Ekstrak Pekat (Uji Toksisitas Brine
Shrimp Lethality Test) yang bertujuan untuk menentukan konsentrasi yang
dibutuhkan untuk ekstrak pekat sampel Barringtonia asiatica dalam membunuh
setengah populasi awal hewan uji, sehingga dapat ditentukan nilai LC50 yang tepat
ekstrak pekat Barringtonia asiatica. Dengan menggunakan ekstrak pekat
Barringtonia asiatica dan hewan uji Daphnia sp sebanyak 10 ekor, masing masing

14

kelompok menguji dengan ekstrak yang berbeda dan pengulangan uji penentuan
LC50 terhadap Daphnia sp sampai tiga kali (shift 1 hingga shift 3).
Awalnya, ekstrak pekat Barringtonia asiatica dibuat larutan uji dengan kadar 10,
100, 1000, 10000, dan 100000 ppm. Perbedaan konsentrasi dimaksudkan untuk
mengetahui rata-rata Daphnia sp yang mati sejumlah setengahya dari populasi awal.
Kemudian, botol vial diisi dengan 4 ml air medium (air tawar) dan dimasukkan 10
ekor Daphnia sp ke dalam botol vial. Selanjutnya, larutan sampel (bahan toksik) yang
akan diuji kadar LC50 –nya dengan variasi konsentrasi tertentu diatas dimasukkan ke
dalam botol vial sebanyak 1% (50µL). Botol vial yang akan dijadikan sebagai control
diisi dengan 4ml air medium dan 10 ekor Daphnia sp tanpa penambahan ekstrak
pekat Barringtonia asiatica. Pengamatan dilakukan selama 24 jam dengan kondisi
botol vial terbuka agar Daphnia sp mendapatkan udara (O2). Pengamatan dilakukan
secara periode waktu 15 menit, 30 menit, 1 jam, 2 jam, 4 jam, 8 jam, 16 jam, dan 24
jam. Mortalitas (kematian) diamati dengan cara menghitung jumlah larva yang mati.
Selanjutnya, nilai LC50 dihitung dengan menggunakan EPA Probit.
Dari ekstrak sampel digunakan, ada 5 konsentrasi yang bertingkat dari setiap
kelompok semua shift. Pengujian juga dilakukan dengan larutan aquadest di dalam
botol kontrol sebagai pembanding atau acuan untuk data yang diperoleh. Botol
kontrol ini adalah botol yang tidak diberikan ekstrak sampel Barringtonia asiatica.
Untuk kelompok satu, menguji dengan botol kontrol dan konsentrasi 10 ppm,
kelompok dua menguji dengan konsentrasi 100 ppm, kelompok tiga menguji dengan
konsentrasi ekstrak sampel 1000 ppm, kelompok empat menguji dengan konsentrasi
10000 ppm dan yang terakhir kelompok lima mengujinya dengan menggunakan
100000 ppm ekstrak pekat sampel Barringtonia asiatica.
Untuk botol kontrol, Daphnia sp shift satu mengalami kematian pertama pada jam
kedua, jumlah yang mati hanya satu, setelah jam keenam, Daphnia yang mati
bertambah lima, pada jam kedelapan daphnia yang mati bertambah satu, pada jam
keenambelas, Daphnia sp tidak tersisa lagi. Pada botol kontrol kematian Daphnia sp

15

tidak berlangsung cepat, dibutuhkan 2 jam untuk toksik yang terdapat pada sampel
untuk membunuh daphnia. Kematian ini bisa disebabkan karena oksigen yang
terkandung dalam botol amat minim. Karena selama enam jam, botol dalam keadaan
tertutup. Sehingga tidak ada suplai oksigen. Seharusnya daphnia dapat bertahan jika
hanya dalam kurun waktu enam jam dengan oksigen yang terkendali.
Daphnia sp shift satu mengalami kematian pertama pada jam kedua sebanyak
satu ekor, sedangkan untuk shift dua mengalami kematian pertama pada jam keempat
dengan jumlah Daphnia sp dua, untuk shift tiga kematian Daphnia sp terjadi pada
jam kesatu pengamatan dengan jumlah yang mati dua ekor. Kematian terakhir untuk
botol control rata-rata terjadi pada jam keenambelas. Pada botol kontrol, kematian
daphnia tidak berlangsung cepat namun berangsur-angsur, jika dilihat pada tabel
dibutuhkan minimal enam puluh menit untuk dapat membunuh Daphnia sp.
Kematian ini tidak disebabkan toksik karena larutan atau medium tumbuh Daphnia
sp tidak ditambahi ekstrak pekat sampel, tapi bias jadia disebabkan karena tidak
adanya makanan atau nutrisi bagi tumbuh kembangnya Daphnia sp, namun juga bisa
disebabkan karena oksigen yang terkandung dalam botol amat minim. Karena selama
kurang lebih enam jam untuk botol shift satu, botol dibiarkan dalam keadaan tertutup.
Sehingga tidak ada suplai oksigen untuk proses respirasi Daphnia sp. Seharusnya
daphnia dapat bertahan sekurang-kurangnya hidup dalam jangka waktu enam jam
dengan oksigen yang terkendali.
Untuk medium tumbuh Daphnia sp dengan konsentrasi ekstrak sampel 10
ppm yang diamati oleh kelompok satu dari semua shift, Daphnia sp yang diamati
oleh kelompok satu shift tiga mengalami kematian tercepat, yaitu pada menit kelima
belas dari pengamatan.
Untuk persentase rata-rata mortalitas Daphnia sp setelah 24 jam dalam berbagai
konsentrasi adalah sebagai berikut; untuk konsentrasi 10 ppm rata-ratanya adalah
93% ; untuk konsentrasi 100ppm rata-ratanya adalah 100%; untuk konsentrasi 1000

16

ppm rata-ratanya adalah 100%; konsentrasi 10000ppm rata-ratanya adalah 100% dan
terakhir untuk konsentrasi 100000 ppm rata-ratanya adalah 93%.
Selanjutnya, dilakukan analisis probit Daphnia sp dengan menggunakan Metode
Hubert. Pertama, mencari nilai a dan b dan selanjutnya m (mortalitas) untuk
kemudian mendapatkan nilai LC50-24h (nilai uji LC50 dalam ekstrak Barringtonia
asiatica selama 24 jam terhadap hewan uji Daphnia sp) dengan membuat kalkulasi
anti log terhadap m. Nilai m yang didapat adalah mortalitas, merupakan nilai yang
mutlak sehingga perhitungan dilakukan dengan membuat antilog terhadap nilai m,
sehingga didapat anti log m = anti log 1,8309adalah 67,74855.
Sehingga, nilai LC50 yang diperoleh dari ekstrak pekat Barringtonia asiatica yang
diujikan kepada Daphnia sp pada praktikum kali ini yaitu 0,74789. Nilai tersebut
merupakan konsentrasi yang dibutuhkan untuk mematikan setengah dari populasi
(50%) Daphnia sp.
Konsentrasi Barringtonia asiatica yang dibutuhkan untuk mematikan setengah
dari populasi Daphnia sp cukup besar yaitu 67,74855 (lebih dari 50%). Nilai tersebut
menunjukkan bahwa jika nilai LC50 dari konsentrasi ekstrak pekat Barringtonia
asiatica lebih besar dari 67,74855, maka semakin toksik ekstrak tersebut dan jika
nilai LC50 dari konsentrasi ekstrak pekat Barringtonia asiatica lebih kecil dari
67,74855maka ekstrak tersebut memiliki aktivitas farmakologis bagi makhluk hidup.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
-

Salah satu metoda yang digunakan untuk menguji senyawa yang memiliki
bioaktivitas sebagai antikanker dari senyawa yang diisolasi adalah Brine shrimp
lethality test (BSLT), dimana tujuan dari penggunaan metode ini adalah sebagai
uji pendahuluan yang dapat mendukung penemuan senyawa-senyawa antikanker
(Mudi & Salisu, 2009). Hewan uji yang digunakan pada praktikum ini adalah
Daphnia sp.

-

Menurut Meyer dkk. (1982) tingkat toksisitas dari ekstrak tanaman dapat
ditentukan dengan melihat harga LC50-nya.

-

Ekstrak buah keben Barringtonia asiatica mengandung senyawa saponin,
terpenoid, alkaloid, triterpenoid, fenolik dan tanin (Duryatmo, 2006 dalam
Khairun, Ahmad. 2011) yang bersifat toksik bila dalam konsentrasi tinggi, dan
memiliki aktivitas farmakologis dalam konsentrasi tertentu.

5.2 Saran
Pembuatan laporan akhir sangat mengacu pada hasil praktikum. Sebaiknya
praktikan melakukan semua praktikum sesuai dengan buku acuan atau modul agar
praktikan dapat mengerti saat menyusun laporan akhir.

17

DAFTAR PUSTAKA
Bimami, Elfahry. 2009. Uji Toksisitas (Brine Shrimp Lethality Test).
elfahrybima.blogspot.com (Diakses pada 3 Juni 2013 pukul 22.56 WIB)
Damar. 2013. Barringtonia asiatica. http://damarweb.blogspot.com. Diakses pada
tanggal 2 Juni 2013 pukul 15.00 WIB.
Dripa. 2006. Uji toksisitas akut. http://www.fk.unair.ac.id. Diakses pada tanggal 4
Juni 2013 pukul 22.21 WIB.
Eka. 2007. LC50 96 Jam Insektisida Baycarb 500 EC terhadap ikan mas
http://library.um.ac.id. Diakses pada tanggal 4 Juni 2013 pukul 22.27
WIB.
Fadhli.

2013.

Uji

Toksisitas

(Brine

Shrimp

Lethality

Test)

http://haiyulfadhli.blogspot.com. Diakses pada tanggal 4 Juni 2013
pukul 21.00 WIB.
Nadjeeb. 2010. BSLT (Brine Shrimp Lethality Test). Fitokimiaumi.wordpress.com
(Diakses pada pada 3 Juni 2013 pukul 23.26 WIB)
Poberson.

2011.

Daphnia,

klasifikasi,

morfologi

dan

reproduksi.

http://pobersonaibaho.wordpress.com. Diakses pada tanggal 4 Juni 2013
pukul 21.30 WIB.
Rabis. 2010. Daphnia. http://rrabis.wordpress.com. Diakses pada tanggal 1 Juni 2013
pukul 13.00 WIB.
Yunithafafa. 2012. Toksisitas Akut dengan BLST. http://yunithafafa.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 4 Juni 2013 pukul 22.05 WIB.

18

LAMPIRAN 1. DOKUMENTASI. PRAKTIKUM PENENTUAN LC50
EKSTRAK PEKAT (UJI TOKSISITAS BRINE SHRIMP LETHALITY TEST)
GAMBAR

KETERANGAN

Alat-alat yang
praktikum.

digunakan

untuk

Proses pengenceran.

Ekstraksi Barringtonia asiatica.

19

20

Cawan petri yang berisi Daphnia sp.

Proses pengambilan Daphnia sp dari
cawan petri ke dalam botol vial.

Botol vial untuk kontrol yang sudah
berisi Daphnia sp. dan botol vial
untuk 10 ppm yang sudah berisi
Daphnia sp.