MAKALAH PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI MORAL

MAKALAH
PERKEMBANGAN SOSIAL, EMOSI, MORAL dan SIKAP ANAK
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik

DOSEN PENGAMPU :
Zuhriatul Fithriah, M.Pd

DI SUSUN OLEH :
1. Warda Firdausi Azizah
2. Yati Ludiana
3. Royis Banu Sholeh

UNIVERSITAS KH. A. WAHAB HASBULLAH
TAMBAKBERAS JOMBANG

7

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah swt, sebab karena rahmat dan nikmatNyalah saya dapat menyelesaikan sebuah tugas makalah Perkembangan Peserta Didik ini,
yang diberikan oleh Ibu Zuhriatul Fithriah, M.Pd. selaku dosen Pengampu mata kuliah
Perkembangan Peserta Didik.

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas kuliah dari dosen
yang bersangkutan agar memenuhi tugas yang telah ditetapkan, dan juga agar setiap
mahasiswa dapat terlatih dalam pembuatan makalah. Makalah ini berjudul “Perkembangan
Sosial, Emosi, Moral dan Sikap Anak”.
Adapun sumber-sember dalam pembuatan makalah ini, didapatkan dari beberapa
buku yang membahas tentang materi yang berkaitan. Kami sebagai penyusun makalah ini,
sangat berterima kasih kepada penyedia sumber walau tidak dapat secara langsung untuk
mengucapkannya.
Kami menyadari bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan, begitu pun dengan
kami yang masih seorang mahasiswa. Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih
banyak sekali kekurangan-kekurang yang ditemukan, oleh karena itu saya mengucapkan
mohon maaf yang sebesar-besarnya. kami mangharapkan ada kritik dan saran dari para
pembaca sekalian dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

7

8

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................i

DAFTAR ISI .........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ...........................................................................................................1
Rumusan Masalah ......................................................................................................1
Tujuan ........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
HAM (Hak Asasi Manusia).......................................................................................2
Perkembangan
HAM .....................................................................................................2
HAK dan
KEWAJIBAN ...............................................................................................9
HAM : Antara Universalitas dan
Relatifitas..................................................................9
Pelanggaran dan
Pengadilan ........................................................................................10
GENDER dan
HAM ....................................................................................................11
Sejarah Perjuangan Perempuan dalam Menegakkan
HAM.........................................12
Islam


dan

HAM .........................................................................................................16
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN ........................................................................................................20
SARAN ....................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................21

8

9

BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Sosial Anak
Perkembangan sosial adalah serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai
akibat dari proses kematangan dan pengalaman, baik dalam hal emosi, kepribadian,
maupun hubungan interpersonal yang diterima dari lingkungan sosial. Lingkungan sosial
inilah yang memberikan fasilitas dan arena bermain pada anak untuk pelaksanaan realisasi

diri. Seorang anak yang berdiri sendiri, terpisah secara total dari masyarakat dan dari
pengaruh kulturil orang dewasa, tidak mungkin jadi anak normal. Tanpa bantuan orang
dewasa, anak akan mati. Tanpa bantuan manusia lain, anak tidak mungkin mencapai taraf
kemanusiaan yang normal.
1.

Ciri-ciri Perkembangan Sosial
Dalam perkembangan sosial anak terdapat beberapa ciri dalam setiap periodenya, yaitu
sebagai berikut.
1. Periode Bayi (0-2 tahun)
Masa bayi adalah fase pertumbuhan dan perkembangan yang penting dalam sejarah
kehidupan manusia. Periode ini juga dianggap periode vital karena masa ini merupakan
masa pembentukan awal anak baik jasmani maupun mentalnya. Pada saat bayi lahir,
kemampuan otak telah terbentuk selama dalam kandungan sekitar 50% dan kemampuan itu
terus bertambah sampai dengan umur lima tahun. Pertumbuhan jasmani otak sangat
bergantung kepada kodisi kesehatan.
Pada usia 1-3 bulan, aktivitas bayi dalam sehari semalam 75%, sedangkan 25% sisanya
terdiri atas gerak spontan, makan, minum,reaksi negatif seperti menangis, dan keadaan
samar-samar.
Pada usia 4-6 bulan 50% aktivitas bayi dalam sehari semalam adalah tidur, sedangkan

50% lainnya diisi dengan aktivitas gerak spontan, makan-minum, reaksi negatif, bangun
yang tenang, antara bangun dan tidur, dan bereksperimen.

9

10

Pada usia 7-10 bulan 50% aktivitas bayi dalam sehari semalam tidur, 50% lainnya
digunakan untuk aktivitas makan, minum, bangun yang tenang, reaksi negatif, antara
bangun dan tidur, gerakan impulsif dan reaksi-reaksi lainnya. Beberapa perubahan aktivitas
bayi pada bulan ke 10, anak sudah jarang menangis, menampilkan ekspresi muka yang
lucu, dari merangkak mencoba belajar berdiri, berupaya menjangkau dan memegang benda
sekitarnya dan memasukannya ke mulut, mulai belajar mengucapkan kata-kata untuk
menyatakan pikiran dan perasaannya.
Berikut rincian perkembangan sosial anak pada periode sampai 2 tahun.
Usia

Keterangan

1-3 bulan


4-6 bulan

7-9 bulan

10-13 bulan

14-18 bulan

24 bulan

2.

Belum mampu membedakan objek dan benda
Otot mata sudah kuat dan mampu melihat pada orang atau objek dan mengikuti gerakan
Telinga sudah mampu membedakan suara. Mulai mampu membedakan objek dan orang, s
sosial.

Senyum sosial (social smiles) apabila orang yang dikenalnya datang dan menangis apabila di
Meperlihatkan tingkah laku, memperhatikan apabila ada orang yang bicara

Tersenyum dengan bayi lain
Membuat Penyesuaian diri dengan tertawa pada seseorang
Kadang-kadang agresif, menjambak, mencakar, dan sebagainya.
Memegang, melihat, merebut benda dari bayi lain
Mengikuti suara-suara, tingkah laku yang sederhana
Meniru suara, mengeksplorasi bayi lain, menjambak, dan sebagainya. Bisa bermain dengan p

Mengenal larangan.
Mulai minat terhadap bayi lain.
Mulai minat terhadap bayi lain.
Memperlihatkan minat yan tinggi terhadap orang dewasa dan selalu ingin dekat serta mutasi
Dapat membantu melakukan aktivitas sederhana.
Menggunakan permainan sebagai alat untuk hubungan sosial. Disini mereka bermain bersam

Periode Kecil (2-3 tahun)
Ciri perkembangan penting pada masa anak kecil, ialah anak telah mencapai kematangan
dalam

perkembangan motorik, seperti berjalan, belari,menggulingkan badannya,


menangkap, melempar, memukul, menendang; dan juga mencapai kematangan dalam
berbicara, maka anak mulai memasuki fase “membebaskan diri” dari dekapan ibu dan
lingkungan perlakuan sebagai bayi. Dengan kematangan yang dicapai anak kecil mulai
10

11

bereksplorasi dengan lingkungan fisik dan sosial. Apa saja yang ada disekitarnya ingin di
pegang, dicari tahu apa, mengapa, bagaimana.
Rasa ingin tahu (sense of curiosity) anak mulai tumbuh. Anak mulai mengembangkan
hubungan sosial. Ia mulai ingin terlibat dalam aktivitas bermain dengan teman sebaya,
walaupun belum intensif, cenderung bermain dengan aktivitas sendiri. Ia hanya senang
berada di antara teman-temannya sambil mengamat-amati cara-cara dan aturan permainan.
Dalam hal menggambar, tampak anak sekedar mencoret-coret saja sebagai awal dari masa
menggambar sebenarnya.
Masa anak kecil adalah momentum awal bagi upaya melakukan pembimbingan secara
intensif, sistematis, dan profesional bagi anak sebab pada masa inilah anak mulai
mengembangkan kemampuan dalam simbol-simbol mental, berimaginasi, berbicara untuk
berkomunikasi, menggambar, dan bermain.
3.


Periode Prasekolah (4-5 tahun)
Adapun ciri sosialisasi periode prasekolah adalah sebagai berikut :

1.

Membuat kontaksosial dengan orang di luar rumahnya.

2.

Dikenal dengan istilah Pregang Age. Dikatakan pregang karena anak prasekolah
berkelompok belum mengikuti arti dari sosialisasi yang sebenarnya. Mereka mulai belajar
menyesuaikan diri dengan harapan lingkungan sosial.

3.

Hubungan dengan orang dewasa.
Melanjutkan hubungan dan selalu ingin dekat dengan orang dewasa baik dengan orang tua
maupun guru. Mereka berusaha untuk berkomunikasi dan menarik perhatian orang dewasa.


4.

Hubungan dengan teman sebaya

5.

3-4 tahun mulai bermain bersama (cooperative play). Mereka tampak mulai
mengobrol selama bermain, memilih teman untuk bermain, mengurangi tingkah laku
bermusuhan

4.

Periode Usia Sekolah
11

12

Minat terhadap kelompok makin besar, mulai mengurangi keikutsertaannya pada aktivitas
keluarga. Mereka membentuk kelompok (gang) sehingga ini disebut gang age. Oeranan
teman sebaya pada tahap ini sangat penting dan berpengaruh terhadap perkembangan sosial

anak. Di antara pengaruh yang ditimbulkannya pada keterampilan sosialisasi anak
diantaranya sebagai berikut :
1.

Membantu anak untuk belajar bersama dengan orang lain dan bertingkah laku yang
dapat diterima oleh kelompok.

2.

Membantu anak mengembangkan nila-nilai sosial lain di luar nilai orang tua.

3.

Membantu mengembangkan kepribadian yang mandiri dengan mendapatkan
kepuasan emosional dari rasa berkawan.

1.

Macam-macam Perkembangan Sosial

1.

Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak awal
Dari umur 2-6 tahun, anak belajar melakukan hubungan sosial dan begaul dengan orangorang dan bergaul di luar lingkungan rumah, terutama dengan anak-anak yang umurnya
sebaya. Masa kanak-kanak awal sering di sebut “ usia pragang” (pregang age) pada masa
ini sejumlah hubungan yang dilakukan anak dengan anak lain meningkat dan ini sebagian
menentukan bagaimana gerak maju perkembangan sosial mereka. Anak-anak yang
mengikuti pendidikan prasekolah melakukan penyesuain sosial yang lebih baik
dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mengikuti pendidikan prasekolah. Karena
mereka dipersiapkan secara lebih baik untuk melakukan partisipasi yang aktif dalam
kelompok dibandingkan dengan anak yang aktivitas sosialnya terbatas dengan anggota
keluarga dan anak-anak dari lingkungan tetangga terdekat. Keuntungan pendidikan pra
sekolah adalah memberikan pengalaman sosial dibawah bimbingan guru yang terlatih yang
membantu mengembangkan hubungan yang menyenamgkan dan berusaha agar anak-anak
tidak mendapat perlakuan yang mungkin menyebabkan mereka menghindari hubungan
sosial. Pola prilaku dalam situasi sosial pada masa kanak-kanak awal: kerja sama,
persaingan,

kemurahan

hati,

hasrat

akan

penerimaan

sosial,

simpati,

empati,

ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak mengasingkn diri sendiri, meniru, prilaku
kekuatan.
12

13

Hubungan dengan orang dewasa



Dengan berkembangnya keinginan terhadap kebebasan, anak-anak mulai melawan otoritas
orang dewasa. Jika mereka telah memperoleh kepuasaan prilaku kelekatan pada masa
kanak-kanak, mereka akan terus berusaha membina hubungan yang bersahabat dengan
orang dewasa, terutama anggota keluarga.
Hubungan dengan anak lain



Sebelum usia 2 tahun anak kecil terlibat dalam permainan seorang diri atau searah. Sejak
umur 3 atau 4 tahun, anak-anak mulai bermain bersama dengan kelompok, berbicara satu
sama lain pada saat bermain, dan memilih dari anak-anak yang hadir siapa yang akan
dipilih untuk bermain.
Bentuk umum prilaku sosial



Landasan yang diletakkan pada masa kanak-kanak awal akan menentukan cara anak
menyesuaikan diri dengan orang lain dan situasi sosial jika lingkungan merekan semakin
meluas dan jika mereka tidak mempunyai perlindungan dan bimbingan dari orang tua sejak
bayi. Terjadinya peningkatan prilaku sosial akan tergantung pada tiga hal:
1.

Seberapa kuat keinginan untuk diterima secara social

2.

Pengetahuan mereka tentang cara memperbaiki perilaku

3.

Kemampuan

intelektual

yang

semakin

berkembang

dan

memungkinkan

pemahaman hubungan antara prilaku mereka dengan penerimaan sosial.
1.

Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak akhir
Pada waktu mulai sekolah, anak memasuki usia geng yaitu usia pada saat itu kesadaran
sosial berkembang pesat. Menjadi pribadi yang sosial merupakan satu tugas perkembangan
yang terutama. Pada masa transisi dari usia pragang masa kanak-kanak akhir, anak beralih
dari satu kelompok ke kelompok lain atau dari aktivitas ke kelompok ke aktivitas
individual. Pola prilaku yang dipelajari dari keangotaan gang:

1.

Kerentanan (susceptibility) terhadap penerimaan dan penolakan sosial
13

14

2.

Kepekaan yang belebihan

3.

Mudah dipengaruhi dan tidak mudah dipengaruhi

4.

Persaingan

5.

Sikap sportif

6.

Tanggung jawab

7.

Wawasan sosial

8.

Diskriminasi sosial

9.

Prasangka

10.

Antagonisme jenis kelamin
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial AUD
Menurut Hurlock (1998) factor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak yaitu :

1.

Keluarga
Hubungan antar orang tua, antar saudara antar anak dengan orang tua. Hubungan
anak dengan orangtua ataupun saudara akan terjalin rasa kasih sayang, dimana anak akan
lebih terbuka dalam melakukan interaksi karena terjalinnya hubungan yang baik yang di
tunjang oleh komunikasi yang tepat. Peran orang tua akan membimbing sang anak untuk
mengenal lingkungan sekitar tempat tinggalnya.

2.

Urutan anak dalam keluarga (sulung/tengah/bungsu)
Urutan posisi anak dalam keluarga berpengaruh pada anak misalnya sang anak merupakan
anak terakhir maka dipastikan sang anak selalu bergantung pada orangtua dan saudaranya.
Jika hal ini terjadi akan berpengaruh pada tingkat kemandirian anak tersebut.

3.

Jumlah keluarga

14

15

Pada dasarnya jumlah anggota yang besar berbeda dengan jumlah anggota yang sedikit,
maka perhatian, waktu dan kasih saying lebih banyak tercurahkan, dimana segala bentuk
aktifitas dapat ditemani ataupun dibantu. Hal ii berbeda dengan anak dengan keluarga yang
besar.
4.

Perlakuan keluarga terhadap anak
Adanya perlakuan keluarga terhadap anak prasekolah secara langsung mempengaruhi
pribadi dan gerakan sang anak, dimana dalam keluarga tertanam rasa saling perhatian,
tidak kasar dan selalu merespon setiap kegiatan anak, maka dapat berpengaruh terhadap
perkembangan anak yang lebih baik dan terarah.

5.

Harapan orang tua terhadap anak
Setiap orangtua memiliki harapan mempunyai anak yang baik, cerdas dan terarah dalam
masa depannya. Harapan orangtua adalah mempunyai anak yang memilikiperkembangan
sesuai dengan pertumbuhannya. Artinya bahwa perkembangan anak pra sekolah yang
sekolah bertujuan mempunyai arah sesuai perkembangannya.

2.

Factor diluar keluarga

3.

Interaksi dengan teman sebaya
Setiap anak jika mempunyai perkembangan yang baik, maka secara alami dapat
berinteraksi dengan temannya tanpa harus disuruh atau dditemani keluarga karena anak
memiliki arahan yang jelas.

1.

Hubungan dengan orang dewasa diluar rumah
Jika seorang anak selalu bergaul dengan siapa saja maka sang anak dapat menyesuaikan
lingkungan orang dewasa dimana anak tanpa malu-malu berinteraksi dengan orang yang
lebih dewasa darinya.
Juga menurut Hurlock:
Kemampuan untuk dapat diterima dikelompok



15

16

Anak-anak yang populer dan melihat kemungkinan memperoleh penerimaan kelompok
lebih di pengaruhi kelompok, kurang di pengaruhi keluarga dibangdingkan hubungan anakanak yang pergaulannya dengan kelompok tidak begitu akrab. Anak-anak yang hanya
melihat adanya kesempatan kecil untuk dapat diterima kelompok mempunyai motivasi
kecil pula untuk menyesuaikan diri dengan standar kelompok
Keamanan karena status dalam kelompok



Anak-anak yang merasa aman dalam kelompok akan lebih bebas dalam mengekspresikan
ketidak cocokan mereka dengan pendapat anggota lainnya. Sebaliknya, mereka yang
merasa tidak aman akan menyesuikan diri sebaik mungkin dan mengukuti anggota lainnya.
Tipe kelompok



Pengaruh kelompok berasal dari jarak sosial yaitu derajat hubungan kasih sayang diantara
para anggota kelompok. Pada kelompok primer ( antara lain keluarga atau kelompok
teman sebaya) ikatan hubungan dalam kelompok lebih kuat dibandingkan dengan pada
kelompok sekunder(antara lain kelompok bermain yang diorganisasikan atau perkumpulan
sosial) atau pada kelompok tertier ( antara lain orang-orang yang berhubungan dengan anak
minsalnya di dalam bus)
Perbedaan keanggotaan dalam kelompok



Dalam sebuah kelompok, pengaruh terbesar biasanya timbul dari pemimpin kelompok dan
pengaruh yang terkecil berasal dari anggota yang paling tidak populer.
Kepribadiaan



Anak-anak yang merasa tak mampu atau rendah diri lebih banyak dipengaruhi oleh
kelompok di bandingkan dengan mereka yang memiliki kepercayaan pada diri sendiri yang
besar dan yang lebih menerima diri sendiri.
Motif menggabungkan diri



16

17

Semakin kuat motif anak-anak untuk menggabungkan diri ( affilation motive) yaitu,
keinginan untuk diterima, semakin rentan mereka terhadap pengaruh anggota lainnya,
terutama pengaruh dari mereka yang mempunyai status tinggi dalam kelompok.
B. Perkembangan emosi pada anak
1. Pengertian Emosi
Istilah emosi berasal dari kata emotus atau emovere atau mencerca (to stir up)
yang berarti sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu, missal emosi

gembira

mendorong untuk tertawa, atau dengan perkataan lain emosi didefinisikan sebagai
suatu keadaan gejolak penyesuaian diri yang berasal dari dalam dan melibatkan
hamper keseluruhan

diri individu (Sujiono, 2005). Menurut Sarlito Wirawan

Sartono berpendapat bahwa emosi merupakan setiap keadaan pada diri seseorang yang
disertai warna afekti. Yang dimaksud warna efektif ini adalah perasaan-perasaan
tertentu yang dialami pada saat menghadapi (menghayati) suatu situasi tertentu
contohnya: gembira, bahagia, takut dan lain-lain. Sedangkan menurut Goleman Bahasa
emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran. Pikiran khasnya, suatu keadaan
biologis dan psikologis serta rangkaian kecenderungan untuk bertindak (Syamsu,
2008).
Berdasarkan

pendapat

dari

para

ahli

di

atas

maka

dapat

disimpulkan bahwa emosi adalah suatu keadaan yang kompleksi dapat berupa
perasaan / pikiran yang di tandai oleh perubahan biologis yang muncul dari
perilaku seseorang.
2. Pengelompokan Emosi
Emosi dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu emosi sensoris dan
emosi kejiwaan (psikis).
a. Emosi Sensoris, yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar terhadap
tubuh, seperti rasa dingin, manis, sakit, lelah, kenyang dan lapar.

17

b. Emosi Psikis, yaitu emosi yang mempunyai alasan – alasan kejiwaan.
Yang termasuk emosi jenis ini diantaranya adalah :
1) Perasaan Intelektual, yaitu yang mempunyai sangkut paut dengan ruang lingkup
kebenaran. Perasaan ini diwujudkan dalam bentuk : a) Rasa yakin dan tidak yakin
terhadap suatu hasil karya ilmiah
b) Rasa gembira karena mendapat suatu kebenaran
c) Rasa puas karena dapat menyelesaikan persoalan – persoalan ilmiah yang harus
dipecahkan
2) Perasaan Sosial, yaitu perasaan yang menyangkut hubungan dengan orang lain,
baik bersifat perorangan maupun kelompok. Wujud perasaan ini seperti :
a) Rasa solidaritas
b) Persaudaraan (ukhuwah)
c) Simpati
d) Kasih sayang, dan sebagainya
3) Perasaan Susila, yaitu perasaan yang berhubungan dengan nilai –
nilai baik dan buruk atau etika (moral). Contohnya :
a) Rasa tanggung jawab (responsibility)
b) Rasa bersalah apabila melanggar norma c) Rasa tentram
dalam mentaati norma
4) Perasaan Keindahan (estetis), yaitu perasaan yang berkaitan erat dengan keindahan
dari sesuatu, baik bersifat kebendaan ataupun kerohanian
5)

Perasaan Ketuhanan, yaitu merupakan kelebihan manusia sebagai makluk Tuhan,
dianugrahi fitrah (kemampuan atau perasaan) untuk mengenal

Tuhannya.

Dengan

kata lain, manusia dianugerahi insting religius (naluri beragama). Karena memiliki
fitrah ini, maka manusia di juluki sebagai “Homo Divinans” dan “Homo Religius” atau
makluk yang berke-Tuhan-an atau makhluk beragama (Syamsu, 2008).

18

3. Pengaruh Emosi Terhadap Perilaku dan Perubahan Fisik Individu
Ada beberapa contoh pengaruh emosi terhadap perilaku individu diantaranya
:
a.

Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas hasil yang
telah dicapai.

b.

Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan sebagai
puncak dari keadaan ini ialah timbulnya rasa putus asa (frustasi).

c.

Menghambat atau mengganggu konsentrsi belajar, apabila sedang mengalami
ketegangan emosi dan bisa juga menimbulkan sikap gugup (nervous) dan gagap dalam
berbicara.

d. Terganggu penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati.
e. Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan
mempengaruhi sikapnya dikemudian hari, baik terhadap dirinya sendiri maupun
terhadap orang lain
Tabel 2.1 Jenis – jenis emosi dan dampaknya pada perubahan fisik
Jenis emosi

Perubahan fisik

1. Terpesona

1. Reaksi elektris pada kulit

2. Marah

2. Peredaraan darah bertambah cepat

3. Terkejut

3. Denyut jantung bertambah cepat

4. Kecewa

4. Bernafas panjang

5. Sakit / marah

5. Pupil mata bertambah besar

6. Takut / tegang

6. Air liur mongering

7. Takut

7. Berdiri bulu roma

8. Tegang

8. Otot – otot menegang atau
bergetar

4. Mekanisme Emosi
Proses terjadinya emosi dalam diri seseorang menurut Lewis and
Rose Blum ada 5 tahapan yaitu :

19

a.

Elicitors

yaitu adanya dorongan

peristiwa

yang terjadi contoh : Peristiwa

banjir, gempa bumi maka timbullah perasaan emosi seseorang.
b.

Receptors yaitu kegiatan yang berpusat pada sistem syaraf contoh : Akibat
peristiwa banjir tersebut maka berfungsi sebagai indera penerima.

c. State yaitu perubahan spesifik yang terjadi dalam aspek fisiologi contoh : Gerakan
reflex atau terkejut pada sesuatu yang terjadi.
d. Experission yaitu terjadinya perubahan pada rasiologis. Contoh : Tubuh tegang
pada saat tatap muka.
Menurut Syamsuddin Kelima komponen tadi digambarkan dalam 3 variabel
yaitu:
a. Variabel Stimulus: rangsangan yang menimbulkan emosi.
b. Variabel

Organismik:

Perubahan

fisiologis

yang

terjadi

saat mengalami

emosi.
c. Variabel

Respon

:

Pada

sambutan

ekspresik

atas

terjadinya pengalaman

emosi (Reza dkk, 2010)
5. Perkembangan emosi pada anak usia sekolah Perkembangan emosi
pada anak melalui beberapa fase yaitu : a. Pada bayi hingga 18 bulan
1) Pada fase ini, bayi butuh belajar dan mengetahui bahwa lingkungan di sekitarnya aman
dan familier. Perlakuan yang diterima pada fase ini berperan dalam membentuk rasa
percaya diri, cara pandangnya terhadap orang lain serta interaksi dengan orang lain.
Contoh ibu yang memberikan ASI secara teratur memberikan rasa aman pada bayi.
2) Pada minggu ketiga atau keempat bayi mulai tersenyum jika ia merasa nyaman
dan tenang. Minggu ke delapan ia mulai tersenyum jika melihat wajah dan suara orang
di sekitarnya.
3) Pada bulan keempat sampai kedelapan bayi mulai belajar mengekspresikan emosi
seperti gembira, terkejut, marah dan takut.

20

Pada bulan ke-12 sampai 15, ketergantungan bayi pada orang yang merawatnya akan
semakin besar. Ia akan gelisah jika ia dihampiri orang asing yang belum dikenalnya.
Pada umur 18 bulan bayi mulai mengamati dan meniru reaksi emosi yang di tunjukan
orang- orang yang berada di sekitar dalam merespon kejadian tertentu.
b. 18 bulan sampai 3 tahun
1)

Pada fase ini, anak mulai mencari-cari aturan dan batasan yang berlaku di
lingkungannya. Ia mulai melihat akibat perilaku dan perbuatannya yang akan banyak
mempengaruhi perasaan dalam menyikapi posisinya di lingkungan. Fase ini anak
belajar membedakan cara benar dan salah dalam mewujudkan keinginannya.

2)

Pada anak usia dua tahun belum mampu menggunakan banyak kata untuk
mengekspresikan emosinya. Namun ia akan memahami keterkaitan ekspresi wajah
dengan emosi dan perasaan. Pada fase ini orang tua dapat membantu anak
mengekspresikan emosi dengan bahasa verbal. Caranya orang tua menerjemahkan
mimik dan ekspresi wajah dengan bahasa verbal.

3) Pada usia antara 2 sampai 3 tahun anak mulai mampu mengekspresikan emosinya
dengan bahasa verbal. Anak mulai beradaptasi dengan kegagalan, anak mulai
mengendalikan prilaku dan menguasai diri.
c. Usia antara 3 sampai 5 tahun
1) Pada

fase

ini

anak

mulai

mempelajari

kemampuan

untuk mengambil

inisiatif sendiri. Anak mulai belajar dan menjalin hubungan pertemanan yang baik
dengan anak lain, bergurau dan melucu serta mulai mampu merasakan apa yang
dirasakan oleh orang lain.
2) Pada fase ini untuk pertama kali anak mampu memahami bahwa satu peristiwa
bisa menimbulkan reaksi emosional yang berbeda

21

pada beberapa orang. Misalnya suatu pertandingan akan membuat pemenang merasa
senang, sementara yang kalah akan sedih.
d. Usia antara 5 sampai 12 tahun
1) Pada usia 5-6 anak mulai mempelajari kaidah dan aturan yang berlaku. Anak
mempelajari konsep keadilan dan rahasia. Anak mulai mampu menjaga rahasia. Ini
adalah keterampilan yang menuntut kemampuan untuk menyembunyikan informasiinformasi secara.
2)

Anak usia 7-8 tahun perkembangan

emosi pada masa ini anak telah

menginternalisasikan rasa malu dan bangga. Anak dapat menverbalsasikan konflik
emosi yang dialaminya. Semakin bertambah usia anak, anak semakin menyadari
perasaan diri dan orang lain.
3) Anak usia 9-10 tahun anak dapat mengatur ekspresi emosi dalam situasi sosial dan dapat
berespon terhadap distress emosional yang terjadi pada orang lain. Selain itu dapat
mengontrol emosi negatif seperti takut dan sedih. Anak belajar apa yang membuat
dirinya sedih, marah atau takut sehingga belajar beradaptasi agar emosi tersebut dapat
dikontrol (Suriadi & Yuliani, 2006).
4) Pada masa usia 11-12 tahun, pengertian anak tentang baik-buruk, tentang norma-norma
aturan serta nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya menjadi bertambah dan juga
lebih fleksibel, tidak sekaku saat di usia kanak-kanak

awal. Mereka mulai

memahami bahwa penilaian baik-buruk atau aturan-aturan dapat diubah tergantung dari
keadaan atau situasi munculnya perilaku tersebut. Nuansa emosi mereka juga makin
beragam.
6. Fungsi emosi pada anak
Fungsi dan peranan emosi pada perkembangan anak yang dimaksud
adalah :

22

a. Merupakan bentuk komunikasi.
b. Emosi berperan dalam mempengaruhi kepribadian dan penyesuaian diri anak
dengan lingkungan sosialnya.
c. Emosi dapat mempengaruhi iklim psikologis lingkungan.
d. Tingkah laku yang sama dan ditampilkan secara berulang dapat menjadi satu
kebiasaan.
e. Ketegangan emosi yang di miliki anak dapat menghambat aktivitas motorik dan
mental anak (Resa, 2010).
7. Ciri Khas Emosi Anak
Ciri khas emosi pada anak antara lain :
a. Emosi yang kuat
Anak kecil bereaksi dengan intensitas yang sama, baik terhadap situasi yang
remeh maupun yang serius. Anak pra remaja bahkan bereaksi dengan emosi yang
kuat terhadap hal-hal yang tampaknya bagi orang dewasa merupakan soal sepele.
b. Emosi seringkali tampak
Anak-anak seringkali memperlihatkan emosi yang meningkat dan mereka
menjumpai bahwa ledakan emosional seringkali mengakibatkan
mereka belajar untuk menyesuaikan

hukuman, sehingga

diri dengan situasi yang membangkitkan

emosi. Kemudian mereka akan berusaha mengekang ledakan emosi mereka atau
bereaksi dengan cara yang lebih dapat diterima.
c. Emosi bersifat sementara
Peralihan

yang

cepat

pada

anak-anak

kecil

dari

tertawa kemudian

menangis, atau dari marah ke tersenyum, atau dari cemburu ke rasa sayang
merupakan akibat dari 3 faktor, yaitu :
1) Membersihkan sistem emosi yang terpendam dengan ekspresi terus terang.
2) Kekurangsempurnaan

pemahaman

terhadap

intelektual dan pengalaman yang terbatas.

23

situasi

karena ketidakmatangan

3) Rentang perhatian yang pendek sehingga perhatian itu mudah dialihkan.

Dengan

meningkatnya usia anak, maka emosi mereka menjadi lebih menetap.
d. Reaksi mencerminkan individualitas
Semua bayi yang baru lahir mempunyai pola reaksi yang sama. Secara bertahap
dengan adanya pengaruh faktor belajar dan lingkungan, perilaku yang menyertai
berbagai macam emosi semakin diindividualisasikan.

Seorang anak akan berlari

keluar dari ruangan jika mereka ketakutan, sedangkan anak lainnya mungkin
akan menangis dan anak lainnya lagi mungkin akan bersembunyi di belakang
kursi atau di balik punggung seseorang.
e. Emosi berubah kekuatannya
Dengan meningkatnya usia anak, pada usia tertentu emosi yang sangat kuat
berkurang kekuatannya, sedangkan emosi lainnya yang tadinya lemah berubah
menjadi kuat. Variasi ini sebagian disebabkan oleh perubahan dorongan, sebagian
oleh perkembangan intelektual, dan sebagian lagi oleh perubahan minat dan nilai.
f. Emosi dapat diketahui melalui gejala perilaku
Anak-anak mungkin tidak memperlihatkan reaksi emosional mereka
langsung,

tetapi

mereka

memperlihatkannya

kegelisahan, melamun, menangis, kesukaran berbicara,

secara

secara tidak langsung melalui
dan tingkah yang gugup,

seperti menggigit kuku dan mengisap jempol.
8. Tingkat perkembangan emosi
Tiga reaksi emosi yang paling kuat adalah rasa marah, kaku, dan takut, yang
terjadi akibat dari peristiwa – peristiwa eksternal maupun proses tak langsung.
Reaksi tersebut dapat tercermin dalam individu yang meningkatkan aktivitas kelenjar
tertentu dan mengubah temperature tubuh. Reaksi umumnya berkurang sesuai proporsi
kematangan individu. Hal ini disebabkan oleh pebedaan jenis reaksi emosi, misalnya
dengan penyebab

24

ketakutan pada diri seseorang anak mungkin disebabkan oleh jenis emosi yang
berbeda sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Tingkat perkembangan emosi tidak terlepas dari tingkat kestabilan emosi
seseorang yang meliputi :
a. Emosi stabil
Pada seseorang yang mempunyai emosi stabil mempunyai kecenderungan
percaya diri, cermat, kukuh. Mereka selaulu menjaga pikiran walaupun dalam
keadaan kritis, sedangkan orang-orang di sekitarnya kehilangan kendali.
b. Emosi stabil rata-rata
Seseorang yang mempunyai derajat rata-rata tingkat emosional mempunyai
kecenderungan emosi keseimbangan yang baik, sabar, tak memihak, berkepala dingin.
Mereka tidak kebal atas rasa khawatir dan terkadang menunjukkan emosi yang aneh,
namun ini adalah pengecualian daripada kebiasaan.
c. Emosi labil
Seseorang yang mempunyai emosi yang labil, tergesa-gesa, bernafsu,
sentimental, mudah tergugah, khawatir dan bimbang. Mereka mungkin

agaknya

tertekan oleh kehidupan, hal ini membuat mereka mudah terkena hal-hal negatif dan
positif, sekaligus kerap dipengaruhi oleh tragedi dan kesenangan serta tiak ada upaya
untuk bereaksi mengatasi peristiwa-peristiwa tersebut dalam hidup (Wijaya, 2004).
9. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
a. Keadaan anak
Keadaan individu pada anak, misalnya cacat tubuh ataupun kekurangan pada
diri anak akan sangat mempengaruhi perkembangan emosional, bahkan akan
berdampak lebih jauh pada kepribadian anak. Misalnya: rendah diri, mudah
tersinggung, atau menarik diri dari lingkunganya.

25

b. Faktor belajar
Pengalaman belajar anak akan menentukan reaksi potensial mana yang
mereka gunakan untuk marah. Pengalaman belajar yang menunjang perkembangan
emosi antara lain:
1) Belajar dengan coba-coba
Anak belajar dengan coba-coba untuk mengekspresikan emosinya dalam
bentuk perilaku yang memberi pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberi
kepuasan.
2) Belajar dengan meniru
Dengan cara meniru dan mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang
lain, anak bereaksi dengan emosi dan metode yang sama dengan orang-orang yang
diamati.
3) Belajar dengan mempersamakan diri
Anak meniru reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangan
yang sama dengan rangsangan yang telah membangkitkan emosi orang yang ditiru.
Disini anak hanya meniru orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang
kuat dengannya.
4) Belajar melalui pengondisian
Dengan metode ini objek, situasi yang mulanya gagal memancing
emosional

kemudian

berhasil

dengan

reaksi

cara asosiasi. Pengondisian terjadi dengan

mudah dan cepat pada awal- awal kehidupan karena anak kecil kurang menalar,
mengenal betapa tidak rasionalnya reaksi mereka.
5) Belajar dengan bimbingan dan pengawasan.
Anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi terangsang.
Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang
biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi
secara emosional terhadap rangsangan yang membangkitkan
menyenangkan (Fatimah, 2006)

26

emosi yang tidak

c. Konflik – konflik dalam proses perkembangan
Setiap anak melalui berbagai konflik dalam menjalani fase-fase perkembangan
yang pada umumnya dapat dilalui dengan sukses. Namun jika anak tidak dapat
mengamati konflik-konflik tersebut, biasanya mengalami gangguan-gangguan emosi
d. Lingkungan keluarga
Salah satu fungsi keluarga adalah sosialisasi nilai keluarga mengenai bagaimana
anak bersikap dan berperilaku. Keluarga adalah lembaga yang pertama kali
mengajarkan individu (melalui contoh yang diberikan orang tua) bagaimana individu
mengeksplorasi emosinya. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama
bagi perkembangan anak. Keluarga sangat berfungsi dalam menanamkan dasar-dasar
pengalaman emosi, karena disanalah pengalaman pertama didapatkan oleh anak.
Keluarga merupakan lembaga pertumbuhan dan belajar awal (learning and growing)
yang dapat mengantarkan anak menuju pertumbuhan dan belajar selanjutnya.
Gaya pengasuhan keluarga akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan
emosi anak. Apabila anak dikembangkan dalam lingkungan
emosinya

positif,

maka

keluarga

yang

perkembangan emosi anak akan menjadi positif. Akan

tetapi, apabila kebiasaan orang tua dalam mengekspresikan emosinya negatif seperti,
melampiaskan kemarahan dengan sikap agresif, mudah marah, kecewa dan pesimis
dalam menghadapi masalah, maka perkembangan emosi anak akan menjadi negatif
(Syamsu, 2008).
Keterkaitan secara teoritik antara lingkungan keluarga dengan pengungkapan
emosi juga dijelaskan oleh Goleman (2000), yang meninjau terjadinya proses
pengungkapan emosi sejak awal yaitu pada masa anak-anak. Goleman (2000)
menjelaskan bahwa cara-cara yang digunakan orang tua untuk menangani masalah
anaknya memberikan pelajaran yang membekas pada perkembangan emosi anak. Gaya
mendidik orang tua yang mengabaikan perasaan anak, yang tercermin

27

pada persepsi negatif orang tua terhadap emosi, emosi anak dilihat sebagai gangguan
atau sesuatu yang selalu direspon orang tua dengan penolakan. Pada masa dewasa,
anak tersebut tidak akan menghargai emosinya
keterbatasan

sendiri

yang

menimbulkan

dalam mengungkapkan emosinya. Sebaliknya, pada kelurga yang

menghargai emosi anak yang dibuktikan dengan penerimaan orang tua terhadap
ungkapan emosi anak, pada masa dewasa nanti anak akan menghargai emosinya sendiri
sehingga ia mampu mengungkapkan emosinya pada orang lain.
10. Pola Emosi pada Anak menurut Syamsu (2008)
a. Rasa takut
Takut yaitu perasaan terancam oleh suatu objek yang membahayakan. Rasa
takut terhadap sesuatu berlangsung melalui tahapan.
1) Mula-mula tidak takut, karena anak belum sanggup melihat kemungkinan yang
terdapat pada objek
2) Timbulnya rasa takut setelah mengenal bahaya
3) Rasa takut bias hilang kembali setelah mengetahui cara-cara menghindari
bahaya
b. Rasa malu
Rasa malu merupakan bentuk ketakutan yang ditandai oleh penarikan diri dari
hubungan dengan orang lain yang tidak dikenal atau tidak sering berjumpa.
c. Rasa canggung
Seperti halnya rasa malu, rasa canggung adalah reaksi takut terhadap manusia,
bukan ada obyek atau situasi. Rasa canggung berbeda dengan rasa malu daam hal
bahwa kecanggungan tidak disebabkan oleh adanya orang yang tidak dikenal atau
orang yang sudah dikenal yang memakaai pakaian tidak seperti biasanya, tetapi
lebih disebabkan oleh keraguan-raguan tentang penilaian orang lain terhadap prilaku
atau diri seseorang. Oleh karena itu, rasa canggung

28

merupakan keadaan khawatir yang menyangkut kesadaran-diri (self- conscious
distress).
d. Rasa khawatir
Rasa khawatir biasanya dijelaskan sebagai khayalan ketakutan atau

gelisah

tanpa alasan. Tidak seperti ketakutan yang nyata, rasa khawatir tidak langsung
ditimbulkan oleh rangsangan dalam lingkungan tetapi merupakan produk pikiran anak
itu sendiri. Rasa khawatir timbul karena karena membayangkan situasi berbahaya yang
mungkin akan meningkat. Kekhawatiran adalah normal pada masa kanak-kanak,
bahkan pada anak-anak yang penyesuaiannya paling baik sekalipun.
e. Rasa cemas
Rasa cemas ialah keadaan mental yang tidak enak berkenaan dengan sakit yang
mengancam

atau yang

dibayangkan.

Rasa cemas ditandai oleh kekhwatiran,

ketidakenakan, dan merasa yang tidak baik yang tidak

dapat

dihindari

oleh

seseorang; disertai dengan perasaan tidak berdaya karena merasa menemui jalan
buntu; dan di sertai pula dengan

ketidakmampuan

menemukan

pemecahan

masalah yang dicapai.
f. Rasa marah
Rasa marah adalah ekspresi yang lebih sering diungkapkan pada
kanak-kanak

jika

dibandingkan

dengan

rasa

masa

takut. Alasannya ialah karena

rangsangan yang menimbulkan rasa marah lebih banyak, dan pada usia yang dini
anak-anak

mengetahui

bahwa kemarahan merupakan cara yang efektif untuk

memperoleh perhatian atau memenuhi keinginan mereka.
g. Rasa cemburu
Rasa cemburu adalah reaksi normal terhadap kehilangan kasih sayang
nyata, dibayangkan, atau ancaman kehilangan kasih sayang.

29

yang

h. Duka cita
Duka cita adalah trauma psikis, suatu kesengsaraan emosional yang disebabkan
oleh hilangnya sesuatu yang dicintai.
i.

Keingintahuan
Rangsangan

yang

menimbulkan

keingintahuan

anak-anak sangat banyak.

Anak-anak menaruh minat terhadap segala sesuatu di lingkungan mereka, termasuk diri
sendiri.
j.

Kegembiraan
Kegembiraan adalah emosi yang menyenangkan yang juga dikenal dengan

keriangan, kesenangan,

atau kebahagian.

Setiap anak berbeda-beda intensitas

kegembiraan dan jumlah kegembiraannya serta cara mengepresikannya sampai batasbatas tertentu dapat diramalkan. Sebagai contoh ada kecenderungan umur yang dapat
diramalkan, yaitu anak-anak yang lebih muda merasa gembira dalam bentuk yang lebih
menyolok dari pada anak-anak yang lebih tua.

Daftar pustaka
http://elvirakhori.16mb.com/paud/mata-kuliah/perkembangan-sosial-anak-usia-dini/
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-jumiatig2a-5475-3-babii.pdf

30