PKN Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

Rahayu Dwi Harnum
1305957
Fisika C
Pancasila Sebagai Ideologi Nasional Bangsa
Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesia maka Pancasila pada hakikatnya bukan
hanya merupakan suatu hasil perenungan dan pemikiran seseorang atau kelompok orang
sebagaimana ideologi-ideologi lain didunia, namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai adatistiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup
masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara, dengan kata lain unsur-unsur yang
merupakan materi (bahan) Pancasila tidak lain diangkat dari pandangan hidup masyarakat
Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini merupakankausa materialistis (asal bahan) Pancasila.
Unsur-unsur Pancasila tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri negara,
sehingga Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi bangsa dan negara
Indonesia. Dengan demikian Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia berakar
pada pandangan hidup dan budaya bangsa, dan bukannya mengangkat atau mengambil
ideologi dari bangsa lain. Selain itu Pancasila juga bukan hanya merupakan ide-ide atau
perenungan dari seseorang saja, yang hanya memperjuangkan suatu kelompok atau golongan
tertentu, melainkan Pancasila berasal dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa sehingga
Pancasila pada hakikatnya untuk seluruh lapisan serta unsur-unsur bangsa secara
komprehensif. Oleh karena ciri khas Pancasila itu maka memiliki kesesuaian dengan bangsa
Indonesia.
Apa itu Ideologi?

Secara etimologis, istilah ideologi berasal dari kata Yunani yaitu ‘idea’ yang berarti
pemikiran, gagasan dan konsep keyakinan serta ‘logos’ yang berarti pengetahuan. Dengan
demikian, konsep ideologi pada dasarnya adalah ilmu pengetahuan tentang gagasan, konsep
keyakinan atau pemikiran. Ideologi dapat dibedakan menjadi dua jenis:
Pertama: ideologi doktriner. Ideologi ini bersifat ketat dan mengandung ajaran-ajaran yang
disusun secara jelas dan sistematis, serta diindoktrinasikan pada komunitasnya dengan
pengawasan ketat dalam rangka pelaksanaan ideologi dan seringkali dimonopoli oleh rezim
yang berkuasa. Dalam hal ini, berarti pemimpin suatu negara memiliki kendali penuh dan
kekuasaan dalam pelaksanaan negara beserta ideologi yang dianut. Kedudukan pemimpin
negara seolah berada di atas kedudukan ideologi dan sistem pemerintahan akan bersifat
otoriter.
Kedua: ideologi pragmatis. Ideologi ini bersifat tidak ketat dan mengandung ajaran-ajaran
yang tidak disusun secara rinci, tidak diindoktrinasikan, serta tidak memiliki pengawasan
yang ketat dalam pelaksanaannya (Emile Durkheim dalam George Simpson, New York, Free
Press, 1964.54).

Implikasi Logis Pancasila Sebagai Ideologi
Sejak dirumuskannya Pancasila sebagai ideologi bangsa, secara eksplisit maupun implisit
Pancasila mengandung konsekuensi logis bagi seluruh organ-organ dan masyarakat yang
hidup tumbuh berkembang dalam Negara Indonesia merdeka untuk menyandarkan kehidupan

berbangsa, bernegara dan bermasyarakat atas dasar Pancasila. Ideologi Pancasila juga
memberikan sandaran bagi lalu lintas kehidupan umat manusia di Indonesia.
Suatu ideologi yang dibuat harus berorientasi pada kehidupan masyarakat, mengapa? Hal ini
dikarenakan dalam setiap proses pergaulan, apalagi dalam terminologi bangsa yang plural
dan heterogen seperti Indonesia haruslah dibutuhkan suatu ‘aturan main’ yang tentunya
disepakati bersama untuk memberikan arahan agar setiap konflik pluralitas dan heterogenitas
yang mungkin muncul akan dapat terminimalisir, serta bagaimana nilai-nilai dalam ideologi
tersebut mengkonstruk struktur sosial yang mempunyai visi kebangsaan yang sama meski
berawal dari keragaman (kepentingan). Namun demikian, bukan berarti kehidupan
masyarakat semata-mata merupakan manifestasi ideologi. Sebab, selalu saja dialektika yang
berkesinambungan antara ideologi dengan kenyataan kehidupan masyarakatnya akan
menentukan kualitas dari ideologi tersebut.

Kolerasi Ideologi dengan Realitas Sosial
Sebuah ideologi bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri dan lepas dari kenyataan hidup
masyarakat, namun ideologi adalah sebuah produk atau hasil dari kebudayaan masyarakat.
Dan karenanya, dalam artian tertentu merupakan manifestasi sosial dari keinginan luhur
masyarakat. Artinya, perumusan suatu ideologi Pancasila seharusnya dimaknai dari adanya
keinginan untuk mewujudkan suatu struktur dan konstruk masyarakat yang diidealisasikan
sesuai dengan keadaannya.


Pada hakikatnya sebuah ideologi tidak lain merupakan sebuah refleksi manusia atas
kemampuannya dalam mengadakan distansi terhadap dunia kehidupannya. Maksud kalimat
tersebut adalah bahwa antara ideologi dan kenyataan hidup masyarakat terjadi sebuah
hubungan dialektis yang menimbulkan kelangsungan pengaruh hubungan timbal balik yang
terwujud dalam sebuah interaksi. Dengan demikian, ideologi mencerminkan cara berpikir dan
bertata kehidupan masyarakat serta membentuk masyarakat menuju cita-cita yang telah
diharapkan bersama sehingga ideologi seharusnya tidak hanya dianggap sebagai pengetahuan
teoritis saja, namun lebih merupakan sesuatu yang dihayati menjadi sebuah keyakinan.

Kekuatan Pancasila Sebagai Sebuah Ideologi
Dimensi Realitas, dimana sebuah ideologi mengandung makna bahwa nilai-nilai dasar yang
terkandung di dalamnya bersumber dari nilai-nilai riil yang hidup dalam masyarakatnya.
Dimensi Idealitas, dimana suatu ideologi harus mengandung cita-cita yang ingin dicapai
dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Melalui
idealisme atau cita-cita yang terkandung dalam ideologi, suatu masyarakat akan mampu
mengetahui ke mana mereka ingin membangun kehidupan bersama.
Dimensi Fleksibilitas, dimana sebuah ideologi harus memiliki keluwesan yang
memungkinkan dan bahkan merangsang pengembangan pemikiran baru yang relevan tanpa
menghilangkan atau mengingkari hakikat yang terkandung dalam nilai-nilai dasarnya.

Berdasar pada ketiga dimensi tersebut, Pancasila jelas memenuhi standar realitas, idealitas
dan fleksibilitas, karena dinamika internal yang terkandung dalam sifatnya sebagai ideologi
terbuka. Secara ideal-konseptual, Pancasila adalah ideologi yang kuat, tangguh, kenyal dan
bermutu tinggi. Dinamika internal yang terkandung dalam suatu ideologi biasanya
mempermantap, mempermapan dan memperkuat relevansi ideologi tersebut dalam
masyarakatnya.
Namun hal tersebut tetap bergantung pada kehadiran beberapa faktor di dalamnya yaitu:
kualitas nilai dasar yang terkandung dalam ideologi tersebut; persepsi, sikap, dan tingkah
laku masyarakat terhadapnya; kemampuan masyarakat dalam mengembangkan pemikiranpemikiran baru yang relevan terhadap ideologinya; serta menyangkut seberapa jauh nilai-nilai
yang terkandung di dalam ideologi tersebut membudaya dan diamalkan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan berbagai dimensinya.