PSIKOLOGI PENDIDIKAN dalam pembelajaran sastra (1)
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2004
•
•
•
•
•
BAB I
PENDAHULUAN
PENGANTAR
ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN
DEFINISI PENDIDIKAN
SEJARAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN
KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI
TEORI & PRAKTEK PENDIDIKAN
• METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI
PENDIDIKAN
A. PENGANTAR
• Manfaat Psikologi Pendidikan
• Psikologi Pendidikan = Ilmu Terapan
• Long Life Education
B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN
• Pendidikan Informal
• Pendidikan Formal
• Pendidikan Non-formal
B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN
1. Pendidikan Informal
“Proses belajar yang relatif tak disadari yang
kemudian menjadi kecapakan dan sikap hidup
sehari-hari”
Contoh: pendidikan di rumah, tempat ibadah,
lapangan permainan, perpustakaan, radio, televisi,
dsb.
B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN
2. Pendidikan Formal
“Pendidikan yang dilaksanakan dengan sengaja
dengan tujuan dan bahan ajar yang dirumuskan
secara jelas dan diklasifikasikan secara tegas”.
Contoh: jenjang pendidikan sekolah (TK, SD, SMP,
SMA, PT)
B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN
3. Pendidikan Non Formal
“Pendidikan yang dilaksanakan dengan sengaja
tetapi tidak memenuhi syarat untuk termasuk
dalam jenjang pendidikan formal”.
Contoh: kursus menjahit, memasak, bahasa,
musik, dsb.
C. DEFINISI PENDIDIKAN
• Definisi Awam
• Definisi Psikologi
• Definisi Uu Sisdiknas No.2/2003
C. DEFINISI PENDIDIKAN
1. Definisi Awam
“Suatu cara untuk mengembangkan ketrampilan,
kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat
membuat seseorang menjadi warga negara yang
baik”.
“Tujuannya untuk mengembangkan atau mengubah
kognisi, afeksi dan konasi seseorang”.
C. DEFINISI PENDIDIKAN
2. Definisi Psikologi
• PROSES
“Mencakup segala bentuk aktivitas yang akan
memudahkan dalam kehidupan
bermasyarakat”
• HASIL
“Mencakup segala perubahan yang terjadi
sebagai konsekuensi atau akibat dari
partisipasi individu dalam kegiatan belajar
D. SEJARAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN
•
•
•
•
DEMOCRITUS
PLATO&ARISTOTELES
ARISTOTELES
JOHN AMOS
COMENICUS
• ROUSSEAU
• JOHN LOCKE
• JOHN HEINRICH
PESTALOZZI
• FRANCIS GALTON
• STANLEY HALL
• WILLIAM JAMES
• CATTEL
• BINET
• ABAD KE-20
E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI
PENDIDIKAN BAGI TEORI &
PRAKTEK PENDIDIKAN
• Kontribusi Bagi Proses Pendidikan
• Kontribusi Bagi Peserta Didik
• Kontribusi Bagi Pendidik
E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI TEORI
& PRAKTEK PENDIDIKAN
1. Kontribusi Bagi Proses Pendidikan
• Penggunaan audio visual aids
• Membantu dalam pengelolaan sekolah
• Membantu dalam penyusunan jadwal pelajaran
• Membantu terhadap produksi buku pelajaran
• Memberi dasar bagi penyusunan kurikulum
E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI
TEORI & PRAKTEK PENDIDIKAN
2. Kontribusi Bagi Peserta Didik
• Mengerti hakekat belajar
• Pendidikan yang lebih kooperatif dan demokratif
bagi siswa
• Membantu perkembangan kepribadian siswa
melalui kegiatan ekstra/intra kurikuler
E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI
TEORI & PRAKTEK PENDIDIKAN
3. Kontribusi Bagi Pendidik
• Pendidik lebih terbuka terhadap perbedaan
individu
• Mengetahui metode mengajar yang efektif
• Memahami permasalahan anak didik
• Membantu dalam evaluasi belajar
• Meningkatkan kemampuan meneliti
• Mengarahkan pendidik dalam menangani anakanak khusus
F. METODE-METODE DALAM
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
•
•
•
•
•
•
Introspeksi
Observasi
Metode Klinis
Metode Diferensial
Metode Ilmiah
Metode Eksperimen
F. METODE-METODE DALAM
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
1. Instrospeksi
Melakukan pengamatan ke dalam diri sendiri/self
observation yaitu dengan melihat keadaan mental
pada waktu tertentu.
F. METODE-METODE DALAM
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
2. Observasi
Kegiatan melihat sesuatu di luar diri sehingga
yang diperoleh merupakan data overt behavior
(perilaku yang tampak).
F. METODE-METODE DALAM
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
3. Metode Klinis
Digunakan untuk mengumpulkan data secara lebih
rinci mengenai perilaku penyesuaian dan kasuskasus perilaku menyimpang.
Studi Kasus Klinis
Studi Kasus Perkembangan
• Longitudinal
• Cross-Sectional
F. METODE-METODE DALAM
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
4. Metode Diferensial
Digunakan untuk meneliti perbedaan-perbedaan
individual yang terdapat di antara anak didik.
Menggunakan berbagai macam teknik pengukuran
(contoh: tes, angket,dsb) serta menggunakan statistik
untuk menganalisis.
F. METODE-METODE DALAM
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
5. Metode Ilmiah
Merupakan prosedur yang sistematik dalam
memecahkan permasalahan dan merupakan suatu
pendekatan objektif yang terbuka untuk
dikritik,dikonfirmasikan, dimodifikasi atau bahkan
mungkin ditolak kebenarannya oleh penelitian
berikutnya.
Digunakan untuk menyelesaikan permasalahan
perilaku yang lebih kompleks yang harus bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
F. METODE-METODE DALAM
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
6. Metode Eksperimen
Melakukan pengontrolan secara ketat terhadap
faktor-faktor atau variabel-variabel yang
diperkirakan dapat mencemari atau mengotori hasil
penelitian.
BAB II
BAKAT & INTELEGENSI
•
•
•
•
•
•
•
PENDAHULUAN
INTELEGENSI
BAKAT
LINGKUNGAN & HEREDITAS
KELAS SOSIAL & IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
DIKOTOMI DESA-KOTA
JENIS KELAMIN
A.
PENDAHULUAN
• Bakat & intelegensi merupakan kemampuan
mental individu
B. INTELEGENSI
•
•
•
•
•
Sejarah Intelegensi
Pengertian Intelegensi
Teori-teori Intelegensi
Pengukuran Intelegensi
Kurve Normal Dalam Intelegensi
B. INTELEGENSI
1. Sejarah Intelegensi
Wundt(Jerman), Galton(Inggris), Cattel(AS) tes untuk
anak-anak. Hasilnya:ada perbedaan ketepatan dan
kecepatan individu dalam mengerjkan tes.
Pra 1800-an tes hanya untuk mengukur satu
kemampuan
1880 Ebbinghause menemukan berbagai tes memori
Alfred Binet & Theopile Simon membedakan
intelegensi anak normal dengan anak lemah pikir Tes
Binet-Simon
Tes Binet direvisi 1916 menjadi Tes Stanford Binet
B. INTELEGENSI
2. Pengertian Intelegensi
TERMAN Suatu kemampuan untuk berpikir
berdasarkan atas gagasan yang abstrak.
BINET Intelegensi mencakup 4 hal yaitu:pemahaman,
hasil penemuan, arahan dan pembahasan.
STREN Kapasitas umum dari individu yang secara
sadar dapat menyesuaikan jiwa yang umum dengan
masalah dan kondisi hidup baru.
THORNDIKE Daya kekuatan respon yang baik dari
sudut pandang kebenaran dan kenyataan. Tiga aspek
intelegensi: ketinggian, keluasan dan kecepatan.
B. INTELEGENSI
3. Teori-teori Intelegensi
CHARLES SPEARMAN
Dua faktor intelegensi, yaitu:
Faktor G: mencakup semua kegiatan
intelektual dan dimiliki oleh semua orang.
Faktor S: mencakup semua faktor khsusus
tertentu yang relevan dengan tugas tertentu.
B. Intelegensi
3. Teori-teori Intelegensi
THURSTONE
Intelegensi beroperasi pada empat tingkat trial & error yaitu :
Perilaku nyata (trial & error)
Perseptual (trial & error)
Ideational
Konseptual dijadikan acuan bagi pengukuran
intelegensi
B. INTELEGENSI
3. Teori-teori Intelegensi
KEMAMPUAN KONSEPTUAL THURSTONE:
Verbal Comprehention (V)
Number (N)
Spatial Relation (S)
Word Fluency (W)
Memory (M)
Reasoning (R)
B. INTELEGENSI
4. Pengukuran Intelegensi
KUALITATIF Perbedaan intelegensi
disebabkan karena kualitas individu yang berbeda.
KUANTITATIF Perbedaan intelegensi
disebabkan karena terdapat perbedaan kuantitas
individu.
B. INTELEGENSI
4. Pengukuran Intelegensi
ALFRED BINET
TES STANFORD BINET
MA
IQ =
X 100
CA
IQ = Intelligence Quotient
MA = Mental Age
CA = Chronological Age
B. INTELEGENSI
4. Pengukuran Intelegensi
Klasifikasi IQ Menurut Stanford-Binet
KLASIFIKASI
Genius
Sangat cerdas
Cerdas (superior)
Di atas rata-rata
Rata-rata
Di bawah rata-rata
Garis Batas (bodoh)
Moron (lemah pikir)
Imbisil,idiot
IQ
140 ke atas
130 – 139
120 – 129
110 – 119
90 – 109
80 – 89
70 – 79
50 – 69
49 ke bawah
B. INTELEGENSI
4. Pengukuran Intelegensi
DAVID WECHSLER
Wechsler-Bellevue Intellegence Scale (1939)
Wechsler Intellegence Scale for Children (1949)
Wechsler Adult Intellegence Scale (1955)
B. INTELEGENSI
4. Pengukuran Intelegensi
Klasifikasi IQ Menurut Wechsler
KLASIFIKASI
Very Superior
Superior
Bright Normal
Average
Dull Normal
Borderline
Mental Deffective
IQ
130 ke atas
120 –129
110 –119
90 – 109
80 – 89
70 –79
69 ke bawah
B. INTELEGENSI
5. Kurve Normal Dalam Intelegensi
C. BAKAT
•
•
•
•
Sejarah Bakat
Pengertian Bakat
Bakat & Intelegensi
Pengukuran Bakat
C. Bakat
1. Sejarah Bakat
Pendidikan = Bakat
Aplikasi Bakat
Ideal
pendidikan & lapangan kerja
Thorndike
Tiga jenis intelegensi :
Abstrak
Mekanis
Sosial
Spearman
Teori faktor G & faktor S dalam intelegensi
C. Bakat
2. Pengertian Bakat
Crow dan Crow : Bakat merupakan kualitas yang dimiliki
oleh semua orang dalam tingkat yang beragam
William B. Michael : bakat adalah kapasitas seseorang dalam
melakukan tugas, yang dedikit sekali dipengaruhi atau
tergantung dari latihan
Brigham : Bakat kondisi, kualitas, atau sekumpulan kualitas
yang dititik beratkan pada apa yang dapat dilakukan individu
(segi performance/kinerja) setelah individu mendapat latihan.
C. Bakat
2. Pengertian Bakat
Woodworth dan Marquis : bakat adalah prestasi yang dapat
diramalkan dan dapat diukur melalui tes khusus.
Bakat merupakan kemampuan yang memiliki tiga arti, yaitu:
1. Achievement
Kemampuan aktual
2. Capacity
Kemampuan potensial
3. Aptitude
Kualitas
C. Bakat
2. Pengertian Bakat
Guilford : bakat adalah kemampuan kinerja yang mencakup
dimensi perseptual, dimensi psikomotor, dan dimensi intelektual
Suryabrata : Analisis mengenai bakat selalu merupakan analisis
mengenai tingkah laku. Tingkah laku mengandung tiga aspek :
aspek tindakan (performance/act)
aspek sebab atau akibatnya (a person causes a result)
aspek ekspresif
Aspek kedua banyak dibahas terutama bila dikaitkan
dengan bakat
C. Bakat
3. Bakat dan Intelegensi
Binet dan Weschler menekankan pada
berfungsinyaseluruh kemampuan mental individu.
Hasil tes intelegensi bisa mengukur bakat.
Pengukuran intelegensi bersifat meramalkan
tentang keberhasilan seseorang dalam
menyelesaikan beberapa tugas pekerjaan yang
memerlukan kemampuan mental.
Pengukuran bakat bertujuan menunjukkan
kemampuan yang berhasil dalam bidang khusus.
C. Bakat
4. Pengukuran Bakat
Prosedur pengukuran bakat (Suryabrata, 1995) :
a. Analisis jabatan/lapangan
b. Deskripsi jabatan/lapangan studi
c. Menemukan persyaratan yang diperlukan
d. Menyusun alat pengungkap bakat, biasanya
berbentuk tes
D. LINGKUNGAN & HEREDITAS
• Studi terhadap keluarga
• Studi terhadap anak kembar
D. Lingkungan & Hereditas
1. Studi terhadap Keluarga
Galton
orang tua IQ tinggi = IQ anak tinggi
Asumsi dulu: IQ dipengaruhi faktor keturunan
Asumsi sekarang: IQ kemungkinan dipengaruhi faktor
lingkungan
D. Lingkungan & Hereditas
2. Studi terhadap Anak Kembar
Penelitian Hardy dan Heyes, 1988:
Kembar monozigotik dibesarkan bersama:
IQ hampir sama
IQ yang berbeda jauh
besar
faktor nature berperan besar
faktor nuture berperan
Kembar monozigotik dibesarkan, terpisah
IQ hampir sama
IQ yang berbeda jauh
kecil
faktor nature berperan kecil
faktor nuture berperan
E. KELAS SOSIAL
• Havighurst kelas sosial & intelegensi, laki-laki &
perempuan
• Makin tinggi kelas sosial, makin tinggi tingkat
intelegensi
• Tidak ada perbedaan laki-laki & perempuan
F. DIKOTOMI DESA-KOTA
• Crow & Crow (1989) intelegensi anak kota
anak desa
• Colleman, dkk prestasi anak metropolitan
anak non metropolitan
G. JENIS KELAMIN
• Intelegensi laki-laki = perempuan (Cage & Berliner,
1979;Crow & Crow, 1989)
G. JENIS KELAMIN
Perbedaan laki-laki & perempuan (Cage & Berliner,
1979):
Kemampuan verbal (p l)
Kemampuan matematika (l p)
Kemampuan spasial (l p)
Problem solving (l p)
Orientasi prestasi
BAB III
KEMAMPUAN KHUSUS INDIVIDU &
ANTISIPASI PENDIDIKAN
•
•
•
•
PENDAHULUAN
PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
PENDIDIKAN BAGI SLOW LEARNER
PENDIDIKAN ANAK KHUSUS
A. PENDAHULUAN
• Aplikasi konsep-konsep bakat & intelegensi pada
lapangan pendidikan
• Pendidikan harus sesuai dengan kondisi peserta
didik
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
• Kondisi di manca negara(AS, Jepang, Inggris,
Korea, Taiwan) dan di Indonesia
• Anak berbakat
• Identifikasi anak berbakat
• Model identifikasi
• Layanan pendidikan anak berbakat
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
1. Di Mancanegara dan Indonesia
1958; Amerika mencoba memikirkan pendidikan untuk menjaring
anak berbakat. Aplikasi teori psikologi (teori belajar dan konsep kognitif)
dan pengkajian teknologi merupakan hal yang berpengaruh terhadap
masalah bakat dan aktualisasi diri di AS.
Jepang menggunakan “Sistem Nasional Pendidikan Universal” untuk
mengidentifikasi anak berbakat.
Inggris tidak mengenal pengelompokkan Gifted & Talented. Hal itu
akan membuat anak di luar kelompok itu merasa inferior secara
intelektual. Identifikasi anak berbakat merupakan tugas guru
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
1. Di Mancanegara dan Indonesia
Korea. Pengembangan pendidikan anak berbakat melalui dua tingkat:
a. Tingkat Nasional
b. Tingkat Swasta
Untuk penjaringan anak berbakat dengan:
a. Akselerasi
b. Undang-undang (1996) yang mengatur beragam ukuran untuk
menjamin adanya suatu bentuk belajar mengajar yang berbeda-beda
yang diarahkan pada diversifikasi, kebutuhan individual pengajar dan
untuk memaksimalkan pengembangan potensi individu.
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
1. Di Mancanegara dan Indonesia
Taiwan. Faktor dalam pengembangan pendidikan di taiwan: kebutuhan
nasional akan pendidikan bagi Gifted & Talented, kebutuhan akan
pengembangan individual dan kebutuhan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan.
Taiwan
SEL (Special Education Laws) 1984, mengartikan Gifted
& Talented meliputi individu yang memiliki satu atau lebih kualitas di bawah
ini:
a. Gifted dalam kemampuan umum
b. Gifted dalam bakat akademik
c. Gifted dalam talent khusus
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
1. Di Mancanegara dan Indonesia
Indonesia.
1974, beasiswa bagi anak unggulan yang tidak mampu
1980, pilot project untuk identifikasi dan seleksi anak berbakat.
Prosesnya:
1. Penjaringan umum 20-25 % anak berbakat dari populasi sekolah.
Berdasarkan penilaian guru, nilai rapor dan tes IQ.
2. Proses seleksi dengan baterai tes IQ, tes kreativitas, skala perilaku
siswa dan tes hasil belajar.
1989, UU No.2/1989 (Sisdiknas) ps 8:”Warga negara yang memiliki
kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian
khusus.
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
2. Anak Berbakat
Keberbakatan: beberapa anak berbakat (child giftted) yang memilik
kinerja dengan tingkat potensi aktivitas manusia yang bernilai dan secara
konsisten luar biasa. (Paul Witty)
Gifted (berbakat): 1.memiliki suatu derajat kemampuan intelektual yang
tinggi, IQ > 140 atau lebih; 2.memiliki satu bakat non-intelektual, misalnya
musik atau olahraga sampai pada tingkat tinggi sekali.
Talent: suatu bentuk kemampuan khusus, seperti kemungkinan musikal
yang diwarisi orang tua dan memungkinkan seseorang memperoleh
keuntungan dari hasil latihannya sampai tingkat yang tinggi (bakat)
(sumber:Chaplin, 1995).
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
3. Identifikasi Anak Berbakat
Penjaringan Anak Berbakat.
A. Didasarkan pada anggapan bahwa dalam skala makro terdapat 1 %
dari seluruh populasi adalah anak berbakat unggul (Ward dalam
Semiawan, 1994).
B. Pada populasi anak berbakat terdapat 10 % dengan IQ = 120-137
(moderately gifted)
C. Sampel identifikasi awal = 15 - 25 % (Penelitian Balitbang dalam
Semiawan, 1994)
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
3. Identifikasi Anak Berbakat
Penyaringan Anak Berbakat
Tujuan: memberikan dasar terhadap penilaian pada kemampuan, sifat,
sikap atau perilaku seseorang. Penyaringan berguna bagi peramalan
tentang kinerja tertentu pada masa yang akan datang.
Identifikasi anak berbakat harus meliputi semua aspek secara
komprehensif yaitu IQ, kreativitas, motivasi dan kepemimpinan.
Berbagai kemampuan tersebut merupakan manifestasi dari berbagai
bakat sebagai kapasitas mental (Semiawan, 1994)
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
4. Model Identifikasi Renzulli
IQ >
Rata-rata
Task
comitment
Kreativitas
THREE-RINGS INTERACTION
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
4. Model Identifikasi Triandis
Sekolah
Teman Sebaya
Keuletan
Kreativitas
Anak cerdas
tinggi
Intelegensi
Keluarga
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
5. Layanan Pend.Anak Berbakat
Menurut Ward, Kitano & Kirby (dalam Semiawan, 1994):
Pendidikan anak berbakat seyogyanya berbeda dengan menekankan
pada aspek intelektual.
Diwarnai kecepatan dan tingkat kompleksitas sesuai kemampuan anak
berbakat di atas rata-rata.
Penekanan pada perkembangan kreatif dan proses berpikir tinggi.
Penekanan pada orientasi penemuan dan pendekatan induktif.
Memerlukan pertimbangan khsusus dalam pendidikan.
Kurikulum berdiferensiasi (Semiawan, 1994)
C. MENTAL RETARDATION
• Karakteristik MR
• Kategori MR
• Faktor-faktor penyebab MR
C. MENTAL RETARDATION
1. Karakteristik MR
Menurut PPDGJ III:
a. IQ = 75 ke bawah
b. Kesulitan dalam memenuhi tuntutan sosial
c. Adaptive behavior buruk
MR merupakan fenomena sosiokultural yang kompleks karena
melibatkan hal-hal yang kompleks:
hubungan antar keluarga
menjadi beban semua orang
hambatan bagi pembangunan
C. MENTAL RETARDATION
2. Kategori MR
1). Ditinjau dari skala IQ
a. Mild MR
- Stanford Binet
: 52 - 67
- Wechsler
: 55 - 69
b. Moderate MR
- Stanford Binet
: 36 - 51
- Wechsler
: 40 - 54
C. MENTAL RETARDATION
2. Kategori MR
c. Severe MR
- Stanford Binet
: 20 - 35
- Wechsler
: 25 - 39
d. Profound MR
- Stanford Binet
:
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2004
•
•
•
•
•
BAB I
PENDAHULUAN
PENGANTAR
ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN
DEFINISI PENDIDIKAN
SEJARAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN
KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI
TEORI & PRAKTEK PENDIDIKAN
• METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI
PENDIDIKAN
A. PENGANTAR
• Manfaat Psikologi Pendidikan
• Psikologi Pendidikan = Ilmu Terapan
• Long Life Education
B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN
• Pendidikan Informal
• Pendidikan Formal
• Pendidikan Non-formal
B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN
1. Pendidikan Informal
“Proses belajar yang relatif tak disadari yang
kemudian menjadi kecapakan dan sikap hidup
sehari-hari”
Contoh: pendidikan di rumah, tempat ibadah,
lapangan permainan, perpustakaan, radio, televisi,
dsb.
B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN
2. Pendidikan Formal
“Pendidikan yang dilaksanakan dengan sengaja
dengan tujuan dan bahan ajar yang dirumuskan
secara jelas dan diklasifikasikan secara tegas”.
Contoh: jenjang pendidikan sekolah (TK, SD, SMP,
SMA, PT)
B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN
3. Pendidikan Non Formal
“Pendidikan yang dilaksanakan dengan sengaja
tetapi tidak memenuhi syarat untuk termasuk
dalam jenjang pendidikan formal”.
Contoh: kursus menjahit, memasak, bahasa,
musik, dsb.
C. DEFINISI PENDIDIKAN
• Definisi Awam
• Definisi Psikologi
• Definisi Uu Sisdiknas No.2/2003
C. DEFINISI PENDIDIKAN
1. Definisi Awam
“Suatu cara untuk mengembangkan ketrampilan,
kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat
membuat seseorang menjadi warga negara yang
baik”.
“Tujuannya untuk mengembangkan atau mengubah
kognisi, afeksi dan konasi seseorang”.
C. DEFINISI PENDIDIKAN
2. Definisi Psikologi
• PROSES
“Mencakup segala bentuk aktivitas yang akan
memudahkan dalam kehidupan
bermasyarakat”
• HASIL
“Mencakup segala perubahan yang terjadi
sebagai konsekuensi atau akibat dari
partisipasi individu dalam kegiatan belajar
D. SEJARAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN
•
•
•
•
DEMOCRITUS
PLATO&ARISTOTELES
ARISTOTELES
JOHN AMOS
COMENICUS
• ROUSSEAU
• JOHN LOCKE
• JOHN HEINRICH
PESTALOZZI
• FRANCIS GALTON
• STANLEY HALL
• WILLIAM JAMES
• CATTEL
• BINET
• ABAD KE-20
E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI
PENDIDIKAN BAGI TEORI &
PRAKTEK PENDIDIKAN
• Kontribusi Bagi Proses Pendidikan
• Kontribusi Bagi Peserta Didik
• Kontribusi Bagi Pendidik
E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI TEORI
& PRAKTEK PENDIDIKAN
1. Kontribusi Bagi Proses Pendidikan
• Penggunaan audio visual aids
• Membantu dalam pengelolaan sekolah
• Membantu dalam penyusunan jadwal pelajaran
• Membantu terhadap produksi buku pelajaran
• Memberi dasar bagi penyusunan kurikulum
E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI
TEORI & PRAKTEK PENDIDIKAN
2. Kontribusi Bagi Peserta Didik
• Mengerti hakekat belajar
• Pendidikan yang lebih kooperatif dan demokratif
bagi siswa
• Membantu perkembangan kepribadian siswa
melalui kegiatan ekstra/intra kurikuler
E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI
TEORI & PRAKTEK PENDIDIKAN
3. Kontribusi Bagi Pendidik
• Pendidik lebih terbuka terhadap perbedaan
individu
• Mengetahui metode mengajar yang efektif
• Memahami permasalahan anak didik
• Membantu dalam evaluasi belajar
• Meningkatkan kemampuan meneliti
• Mengarahkan pendidik dalam menangani anakanak khusus
F. METODE-METODE DALAM
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
•
•
•
•
•
•
Introspeksi
Observasi
Metode Klinis
Metode Diferensial
Metode Ilmiah
Metode Eksperimen
F. METODE-METODE DALAM
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
1. Instrospeksi
Melakukan pengamatan ke dalam diri sendiri/self
observation yaitu dengan melihat keadaan mental
pada waktu tertentu.
F. METODE-METODE DALAM
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
2. Observasi
Kegiatan melihat sesuatu di luar diri sehingga
yang diperoleh merupakan data overt behavior
(perilaku yang tampak).
F. METODE-METODE DALAM
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
3. Metode Klinis
Digunakan untuk mengumpulkan data secara lebih
rinci mengenai perilaku penyesuaian dan kasuskasus perilaku menyimpang.
Studi Kasus Klinis
Studi Kasus Perkembangan
• Longitudinal
• Cross-Sectional
F. METODE-METODE DALAM
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
4. Metode Diferensial
Digunakan untuk meneliti perbedaan-perbedaan
individual yang terdapat di antara anak didik.
Menggunakan berbagai macam teknik pengukuran
(contoh: tes, angket,dsb) serta menggunakan statistik
untuk menganalisis.
F. METODE-METODE DALAM
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
5. Metode Ilmiah
Merupakan prosedur yang sistematik dalam
memecahkan permasalahan dan merupakan suatu
pendekatan objektif yang terbuka untuk
dikritik,dikonfirmasikan, dimodifikasi atau bahkan
mungkin ditolak kebenarannya oleh penelitian
berikutnya.
Digunakan untuk menyelesaikan permasalahan
perilaku yang lebih kompleks yang harus bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
F. METODE-METODE DALAM
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
6. Metode Eksperimen
Melakukan pengontrolan secara ketat terhadap
faktor-faktor atau variabel-variabel yang
diperkirakan dapat mencemari atau mengotori hasil
penelitian.
BAB II
BAKAT & INTELEGENSI
•
•
•
•
•
•
•
PENDAHULUAN
INTELEGENSI
BAKAT
LINGKUNGAN & HEREDITAS
KELAS SOSIAL & IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
DIKOTOMI DESA-KOTA
JENIS KELAMIN
A.
PENDAHULUAN
• Bakat & intelegensi merupakan kemampuan
mental individu
B. INTELEGENSI
•
•
•
•
•
Sejarah Intelegensi
Pengertian Intelegensi
Teori-teori Intelegensi
Pengukuran Intelegensi
Kurve Normal Dalam Intelegensi
B. INTELEGENSI
1. Sejarah Intelegensi
Wundt(Jerman), Galton(Inggris), Cattel(AS) tes untuk
anak-anak. Hasilnya:ada perbedaan ketepatan dan
kecepatan individu dalam mengerjkan tes.
Pra 1800-an tes hanya untuk mengukur satu
kemampuan
1880 Ebbinghause menemukan berbagai tes memori
Alfred Binet & Theopile Simon membedakan
intelegensi anak normal dengan anak lemah pikir Tes
Binet-Simon
Tes Binet direvisi 1916 menjadi Tes Stanford Binet
B. INTELEGENSI
2. Pengertian Intelegensi
TERMAN Suatu kemampuan untuk berpikir
berdasarkan atas gagasan yang abstrak.
BINET Intelegensi mencakup 4 hal yaitu:pemahaman,
hasil penemuan, arahan dan pembahasan.
STREN Kapasitas umum dari individu yang secara
sadar dapat menyesuaikan jiwa yang umum dengan
masalah dan kondisi hidup baru.
THORNDIKE Daya kekuatan respon yang baik dari
sudut pandang kebenaran dan kenyataan. Tiga aspek
intelegensi: ketinggian, keluasan dan kecepatan.
B. INTELEGENSI
3. Teori-teori Intelegensi
CHARLES SPEARMAN
Dua faktor intelegensi, yaitu:
Faktor G: mencakup semua kegiatan
intelektual dan dimiliki oleh semua orang.
Faktor S: mencakup semua faktor khsusus
tertentu yang relevan dengan tugas tertentu.
B. Intelegensi
3. Teori-teori Intelegensi
THURSTONE
Intelegensi beroperasi pada empat tingkat trial & error yaitu :
Perilaku nyata (trial & error)
Perseptual (trial & error)
Ideational
Konseptual dijadikan acuan bagi pengukuran
intelegensi
B. INTELEGENSI
3. Teori-teori Intelegensi
KEMAMPUAN KONSEPTUAL THURSTONE:
Verbal Comprehention (V)
Number (N)
Spatial Relation (S)
Word Fluency (W)
Memory (M)
Reasoning (R)
B. INTELEGENSI
4. Pengukuran Intelegensi
KUALITATIF Perbedaan intelegensi
disebabkan karena kualitas individu yang berbeda.
KUANTITATIF Perbedaan intelegensi
disebabkan karena terdapat perbedaan kuantitas
individu.
B. INTELEGENSI
4. Pengukuran Intelegensi
ALFRED BINET
TES STANFORD BINET
MA
IQ =
X 100
CA
IQ = Intelligence Quotient
MA = Mental Age
CA = Chronological Age
B. INTELEGENSI
4. Pengukuran Intelegensi
Klasifikasi IQ Menurut Stanford-Binet
KLASIFIKASI
Genius
Sangat cerdas
Cerdas (superior)
Di atas rata-rata
Rata-rata
Di bawah rata-rata
Garis Batas (bodoh)
Moron (lemah pikir)
Imbisil,idiot
IQ
140 ke atas
130 – 139
120 – 129
110 – 119
90 – 109
80 – 89
70 – 79
50 – 69
49 ke bawah
B. INTELEGENSI
4. Pengukuran Intelegensi
DAVID WECHSLER
Wechsler-Bellevue Intellegence Scale (1939)
Wechsler Intellegence Scale for Children (1949)
Wechsler Adult Intellegence Scale (1955)
B. INTELEGENSI
4. Pengukuran Intelegensi
Klasifikasi IQ Menurut Wechsler
KLASIFIKASI
Very Superior
Superior
Bright Normal
Average
Dull Normal
Borderline
Mental Deffective
IQ
130 ke atas
120 –129
110 –119
90 – 109
80 – 89
70 –79
69 ke bawah
B. INTELEGENSI
5. Kurve Normal Dalam Intelegensi
C. BAKAT
•
•
•
•
Sejarah Bakat
Pengertian Bakat
Bakat & Intelegensi
Pengukuran Bakat
C. Bakat
1. Sejarah Bakat
Pendidikan = Bakat
Aplikasi Bakat
Ideal
pendidikan & lapangan kerja
Thorndike
Tiga jenis intelegensi :
Abstrak
Mekanis
Sosial
Spearman
Teori faktor G & faktor S dalam intelegensi
C. Bakat
2. Pengertian Bakat
Crow dan Crow : Bakat merupakan kualitas yang dimiliki
oleh semua orang dalam tingkat yang beragam
William B. Michael : bakat adalah kapasitas seseorang dalam
melakukan tugas, yang dedikit sekali dipengaruhi atau
tergantung dari latihan
Brigham : Bakat kondisi, kualitas, atau sekumpulan kualitas
yang dititik beratkan pada apa yang dapat dilakukan individu
(segi performance/kinerja) setelah individu mendapat latihan.
C. Bakat
2. Pengertian Bakat
Woodworth dan Marquis : bakat adalah prestasi yang dapat
diramalkan dan dapat diukur melalui tes khusus.
Bakat merupakan kemampuan yang memiliki tiga arti, yaitu:
1. Achievement
Kemampuan aktual
2. Capacity
Kemampuan potensial
3. Aptitude
Kualitas
C. Bakat
2. Pengertian Bakat
Guilford : bakat adalah kemampuan kinerja yang mencakup
dimensi perseptual, dimensi psikomotor, dan dimensi intelektual
Suryabrata : Analisis mengenai bakat selalu merupakan analisis
mengenai tingkah laku. Tingkah laku mengandung tiga aspek :
aspek tindakan (performance/act)
aspek sebab atau akibatnya (a person causes a result)
aspek ekspresif
Aspek kedua banyak dibahas terutama bila dikaitkan
dengan bakat
C. Bakat
3. Bakat dan Intelegensi
Binet dan Weschler menekankan pada
berfungsinyaseluruh kemampuan mental individu.
Hasil tes intelegensi bisa mengukur bakat.
Pengukuran intelegensi bersifat meramalkan
tentang keberhasilan seseorang dalam
menyelesaikan beberapa tugas pekerjaan yang
memerlukan kemampuan mental.
Pengukuran bakat bertujuan menunjukkan
kemampuan yang berhasil dalam bidang khusus.
C. Bakat
4. Pengukuran Bakat
Prosedur pengukuran bakat (Suryabrata, 1995) :
a. Analisis jabatan/lapangan
b. Deskripsi jabatan/lapangan studi
c. Menemukan persyaratan yang diperlukan
d. Menyusun alat pengungkap bakat, biasanya
berbentuk tes
D. LINGKUNGAN & HEREDITAS
• Studi terhadap keluarga
• Studi terhadap anak kembar
D. Lingkungan & Hereditas
1. Studi terhadap Keluarga
Galton
orang tua IQ tinggi = IQ anak tinggi
Asumsi dulu: IQ dipengaruhi faktor keturunan
Asumsi sekarang: IQ kemungkinan dipengaruhi faktor
lingkungan
D. Lingkungan & Hereditas
2. Studi terhadap Anak Kembar
Penelitian Hardy dan Heyes, 1988:
Kembar monozigotik dibesarkan bersama:
IQ hampir sama
IQ yang berbeda jauh
besar
faktor nature berperan besar
faktor nuture berperan
Kembar monozigotik dibesarkan, terpisah
IQ hampir sama
IQ yang berbeda jauh
kecil
faktor nature berperan kecil
faktor nuture berperan
E. KELAS SOSIAL
• Havighurst kelas sosial & intelegensi, laki-laki &
perempuan
• Makin tinggi kelas sosial, makin tinggi tingkat
intelegensi
• Tidak ada perbedaan laki-laki & perempuan
F. DIKOTOMI DESA-KOTA
• Crow & Crow (1989) intelegensi anak kota
anak desa
• Colleman, dkk prestasi anak metropolitan
anak non metropolitan
G. JENIS KELAMIN
• Intelegensi laki-laki = perempuan (Cage & Berliner,
1979;Crow & Crow, 1989)
G. JENIS KELAMIN
Perbedaan laki-laki & perempuan (Cage & Berliner,
1979):
Kemampuan verbal (p l)
Kemampuan matematika (l p)
Kemampuan spasial (l p)
Problem solving (l p)
Orientasi prestasi
BAB III
KEMAMPUAN KHUSUS INDIVIDU &
ANTISIPASI PENDIDIKAN
•
•
•
•
PENDAHULUAN
PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
PENDIDIKAN BAGI SLOW LEARNER
PENDIDIKAN ANAK KHUSUS
A. PENDAHULUAN
• Aplikasi konsep-konsep bakat & intelegensi pada
lapangan pendidikan
• Pendidikan harus sesuai dengan kondisi peserta
didik
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
• Kondisi di manca negara(AS, Jepang, Inggris,
Korea, Taiwan) dan di Indonesia
• Anak berbakat
• Identifikasi anak berbakat
• Model identifikasi
• Layanan pendidikan anak berbakat
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
1. Di Mancanegara dan Indonesia
1958; Amerika mencoba memikirkan pendidikan untuk menjaring
anak berbakat. Aplikasi teori psikologi (teori belajar dan konsep kognitif)
dan pengkajian teknologi merupakan hal yang berpengaruh terhadap
masalah bakat dan aktualisasi diri di AS.
Jepang menggunakan “Sistem Nasional Pendidikan Universal” untuk
mengidentifikasi anak berbakat.
Inggris tidak mengenal pengelompokkan Gifted & Talented. Hal itu
akan membuat anak di luar kelompok itu merasa inferior secara
intelektual. Identifikasi anak berbakat merupakan tugas guru
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
1. Di Mancanegara dan Indonesia
Korea. Pengembangan pendidikan anak berbakat melalui dua tingkat:
a. Tingkat Nasional
b. Tingkat Swasta
Untuk penjaringan anak berbakat dengan:
a. Akselerasi
b. Undang-undang (1996) yang mengatur beragam ukuran untuk
menjamin adanya suatu bentuk belajar mengajar yang berbeda-beda
yang diarahkan pada diversifikasi, kebutuhan individual pengajar dan
untuk memaksimalkan pengembangan potensi individu.
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
1. Di Mancanegara dan Indonesia
Taiwan. Faktor dalam pengembangan pendidikan di taiwan: kebutuhan
nasional akan pendidikan bagi Gifted & Talented, kebutuhan akan
pengembangan individual dan kebutuhan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan.
Taiwan
SEL (Special Education Laws) 1984, mengartikan Gifted
& Talented meliputi individu yang memiliki satu atau lebih kualitas di bawah
ini:
a. Gifted dalam kemampuan umum
b. Gifted dalam bakat akademik
c. Gifted dalam talent khusus
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
1. Di Mancanegara dan Indonesia
Indonesia.
1974, beasiswa bagi anak unggulan yang tidak mampu
1980, pilot project untuk identifikasi dan seleksi anak berbakat.
Prosesnya:
1. Penjaringan umum 20-25 % anak berbakat dari populasi sekolah.
Berdasarkan penilaian guru, nilai rapor dan tes IQ.
2. Proses seleksi dengan baterai tes IQ, tes kreativitas, skala perilaku
siswa dan tes hasil belajar.
1989, UU No.2/1989 (Sisdiknas) ps 8:”Warga negara yang memiliki
kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian
khusus.
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
2. Anak Berbakat
Keberbakatan: beberapa anak berbakat (child giftted) yang memilik
kinerja dengan tingkat potensi aktivitas manusia yang bernilai dan secara
konsisten luar biasa. (Paul Witty)
Gifted (berbakat): 1.memiliki suatu derajat kemampuan intelektual yang
tinggi, IQ > 140 atau lebih; 2.memiliki satu bakat non-intelektual, misalnya
musik atau olahraga sampai pada tingkat tinggi sekali.
Talent: suatu bentuk kemampuan khusus, seperti kemungkinan musikal
yang diwarisi orang tua dan memungkinkan seseorang memperoleh
keuntungan dari hasil latihannya sampai tingkat yang tinggi (bakat)
(sumber:Chaplin, 1995).
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
3. Identifikasi Anak Berbakat
Penjaringan Anak Berbakat.
A. Didasarkan pada anggapan bahwa dalam skala makro terdapat 1 %
dari seluruh populasi adalah anak berbakat unggul (Ward dalam
Semiawan, 1994).
B. Pada populasi anak berbakat terdapat 10 % dengan IQ = 120-137
(moderately gifted)
C. Sampel identifikasi awal = 15 - 25 % (Penelitian Balitbang dalam
Semiawan, 1994)
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
3. Identifikasi Anak Berbakat
Penyaringan Anak Berbakat
Tujuan: memberikan dasar terhadap penilaian pada kemampuan, sifat,
sikap atau perilaku seseorang. Penyaringan berguna bagi peramalan
tentang kinerja tertentu pada masa yang akan datang.
Identifikasi anak berbakat harus meliputi semua aspek secara
komprehensif yaitu IQ, kreativitas, motivasi dan kepemimpinan.
Berbagai kemampuan tersebut merupakan manifestasi dari berbagai
bakat sebagai kapasitas mental (Semiawan, 1994)
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
4. Model Identifikasi Renzulli
IQ >
Rata-rata
Task
comitment
Kreativitas
THREE-RINGS INTERACTION
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
4. Model Identifikasi Triandis
Sekolah
Teman Sebaya
Keuletan
Kreativitas
Anak cerdas
tinggi
Intelegensi
Keluarga
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
5. Layanan Pend.Anak Berbakat
Menurut Ward, Kitano & Kirby (dalam Semiawan, 1994):
Pendidikan anak berbakat seyogyanya berbeda dengan menekankan
pada aspek intelektual.
Diwarnai kecepatan dan tingkat kompleksitas sesuai kemampuan anak
berbakat di atas rata-rata.
Penekanan pada perkembangan kreatif dan proses berpikir tinggi.
Penekanan pada orientasi penemuan dan pendekatan induktif.
Memerlukan pertimbangan khsusus dalam pendidikan.
Kurikulum berdiferensiasi (Semiawan, 1994)
C. MENTAL RETARDATION
• Karakteristik MR
• Kategori MR
• Faktor-faktor penyebab MR
C. MENTAL RETARDATION
1. Karakteristik MR
Menurut PPDGJ III:
a. IQ = 75 ke bawah
b. Kesulitan dalam memenuhi tuntutan sosial
c. Adaptive behavior buruk
MR merupakan fenomena sosiokultural yang kompleks karena
melibatkan hal-hal yang kompleks:
hubungan antar keluarga
menjadi beban semua orang
hambatan bagi pembangunan
C. MENTAL RETARDATION
2. Kategori MR
1). Ditinjau dari skala IQ
a. Mild MR
- Stanford Binet
: 52 - 67
- Wechsler
: 55 - 69
b. Moderate MR
- Stanford Binet
: 36 - 51
- Wechsler
: 40 - 54
C. MENTAL RETARDATION
2. Kategori MR
c. Severe MR
- Stanford Binet
: 20 - 35
- Wechsler
: 25 - 39
d. Profound MR
- Stanford Binet
: