PSIKOLOGI PENDIDIKAN dalam pembelajaran sastra (1)

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2004







BAB I
PENDAHULUAN

PENGANTAR
ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN
DEFINISI PENDIDIKAN
SEJARAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN
KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI
TEORI & PRAKTEK PENDIDIKAN

• METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI
PENDIDIKAN

A. PENGANTAR
• Manfaat Psikologi Pendidikan
• Psikologi Pendidikan = Ilmu Terapan
• Long Life Education

B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN
• Pendidikan Informal
• Pendidikan Formal
• Pendidikan Non-formal

B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN
1. Pendidikan Informal
“Proses belajar yang relatif tak disadari yang
kemudian menjadi kecapakan dan sikap hidup
sehari-hari”

Contoh: pendidikan di rumah, tempat ibadah,

lapangan permainan, perpustakaan, radio, televisi,
dsb.

B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN
2. Pendidikan Formal
“Pendidikan yang dilaksanakan dengan sengaja
dengan tujuan dan bahan ajar yang dirumuskan
secara jelas dan diklasifikasikan secara tegas”.
Contoh: jenjang pendidikan sekolah (TK, SD, SMP,
SMA, PT)

B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN
3. Pendidikan Non Formal
“Pendidikan yang dilaksanakan dengan sengaja
tetapi tidak memenuhi syarat untuk termasuk
dalam jenjang pendidikan formal”.

Contoh: kursus menjahit, memasak, bahasa,
musik, dsb.


C. DEFINISI PENDIDIKAN
• Definisi Awam
• Definisi Psikologi
• Definisi Uu Sisdiknas No.2/2003

C. DEFINISI PENDIDIKAN
1. Definisi Awam
“Suatu cara untuk mengembangkan ketrampilan,
kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat
membuat seseorang menjadi warga negara yang
baik”.
“Tujuannya untuk mengembangkan atau mengubah
kognisi, afeksi dan konasi seseorang”.

C. DEFINISI PENDIDIKAN
2. Definisi Psikologi
• PROSES

“Mencakup segala bentuk aktivitas yang akan
memudahkan dalam kehidupan

bermasyarakat”
• HASIL

“Mencakup segala perubahan yang terjadi
sebagai konsekuensi atau akibat dari
partisipasi individu dalam kegiatan belajar

D. SEJARAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN





DEMOCRITUS
PLATO&ARISTOTELES
ARISTOTELES
JOHN AMOS
COMENICUS
• ROUSSEAU
• JOHN LOCKE


• JOHN HEINRICH
PESTALOZZI
• FRANCIS GALTON
• STANLEY HALL
• WILLIAM JAMES
• CATTEL
• BINET
• ABAD KE-20

E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI
PENDIDIKAN BAGI TEORI &
PRAKTEK PENDIDIKAN
• Kontribusi Bagi Proses Pendidikan
• Kontribusi Bagi Peserta Didik
• Kontribusi Bagi Pendidik

E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI TEORI
& PRAKTEK PENDIDIKAN
1. Kontribusi Bagi Proses Pendidikan

• Penggunaan audio visual aids
• Membantu dalam pengelolaan sekolah
• Membantu dalam penyusunan jadwal pelajaran
• Membantu terhadap produksi buku pelajaran
• Memberi dasar bagi penyusunan kurikulum

E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI
TEORI & PRAKTEK PENDIDIKAN
2. Kontribusi Bagi Peserta Didik
• Mengerti hakekat belajar
• Pendidikan yang lebih kooperatif dan demokratif
bagi siswa
• Membantu perkembangan kepribadian siswa
melalui kegiatan ekstra/intra kurikuler

E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI
TEORI & PRAKTEK PENDIDIKAN
3. Kontribusi Bagi Pendidik
• Pendidik lebih terbuka terhadap perbedaan
individu

• Mengetahui metode mengajar yang efektif
• Memahami permasalahan anak didik
• Membantu dalam evaluasi belajar
• Meningkatkan kemampuan meneliti
• Mengarahkan pendidik dalam menangani anakanak khusus

F. METODE-METODE DALAM
PSIKOLOGI PENDIDIKAN







Introspeksi
Observasi
Metode Klinis
Metode Diferensial
Metode Ilmiah

Metode Eksperimen

F. METODE-METODE DALAM
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
1. Instrospeksi
Melakukan pengamatan ke dalam diri sendiri/self
observation yaitu dengan melihat keadaan mental
pada waktu tertentu.

F. METODE-METODE DALAM
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
2. Observasi
Kegiatan melihat sesuatu di luar diri sehingga
yang diperoleh merupakan data overt behavior
(perilaku yang tampak).

F. METODE-METODE DALAM
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
3. Metode Klinis
Digunakan untuk mengumpulkan data secara lebih

rinci mengenai perilaku penyesuaian dan kasuskasus perilaku menyimpang.
 Studi Kasus Klinis

 Studi Kasus Perkembangan
• Longitudinal

• Cross-Sectional

F. METODE-METODE DALAM
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
4. Metode Diferensial
Digunakan untuk meneliti perbedaan-perbedaan
individual yang terdapat di antara anak didik.

Menggunakan berbagai macam teknik pengukuran
(contoh: tes, angket,dsb) serta menggunakan statistik
untuk menganalisis.

F. METODE-METODE DALAM
PSIKOLOGI PENDIDIKAN

5. Metode Ilmiah
Merupakan prosedur yang sistematik dalam
memecahkan permasalahan dan merupakan suatu
pendekatan objektif yang terbuka untuk
dikritik,dikonfirmasikan, dimodifikasi atau bahkan
mungkin ditolak kebenarannya oleh penelitian
berikutnya.
Digunakan untuk menyelesaikan permasalahan
perilaku yang lebih kompleks yang harus bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

F. METODE-METODE DALAM
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
6. Metode Eksperimen
Melakukan pengontrolan secara ketat terhadap
faktor-faktor atau variabel-variabel yang
diperkirakan dapat mencemari atau mengotori hasil
penelitian.

BAB II

BAKAT & INTELEGENSI








PENDAHULUAN
INTELEGENSI
BAKAT
LINGKUNGAN & HEREDITAS
KELAS SOSIAL & IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
DIKOTOMI DESA-KOTA
JENIS KELAMIN

A.
PENDAHULUAN
• Bakat & intelegensi merupakan kemampuan
mental individu

B. INTELEGENSI






Sejarah Intelegensi
Pengertian Intelegensi
Teori-teori Intelegensi
Pengukuran Intelegensi
Kurve Normal Dalam Intelegensi

B. INTELEGENSI
1. Sejarah Intelegensi

 Wundt(Jerman), Galton(Inggris), Cattel(AS) tes untuk
anak-anak. Hasilnya:ada perbedaan ketepatan dan
kecepatan individu dalam mengerjkan tes.

 Pra 1800-an  tes hanya untuk mengukur satu
kemampuan

 1880  Ebbinghause menemukan berbagai tes memori

 Alfred Binet & Theopile Simon  membedakan
intelegensi anak normal dengan anak lemah pikir  Tes
Binet-Simon
 Tes Binet  direvisi 1916 menjadi Tes Stanford Binet

B. INTELEGENSI
2. Pengertian Intelegensi
 TERMAN  Suatu kemampuan untuk berpikir
berdasarkan atas gagasan yang abstrak.

 BINET  Intelegensi mencakup 4 hal yaitu:pemahaman,
hasil penemuan, arahan dan pembahasan.

 STREN  Kapasitas umum dari individu yang secara
sadar dapat menyesuaikan jiwa yang umum dengan
masalah dan kondisi hidup baru.

 THORNDIKE  Daya kekuatan respon yang baik dari
sudut pandang kebenaran dan kenyataan. Tiga aspek
intelegensi: ketinggian, keluasan dan kecepatan.

B. INTELEGENSI
3. Teori-teori Intelegensi
CHARLES SPEARMAN

 Dua faktor intelegensi, yaitu:

 Faktor G: mencakup semua kegiatan
intelektual dan dimiliki oleh semua orang.

 Faktor S: mencakup semua faktor khsusus
tertentu yang relevan dengan tugas tertentu.

B. Intelegensi
3. Teori-teori Intelegensi

THURSTONE

 Intelegensi beroperasi pada empat tingkat trial & error yaitu :
 Perilaku nyata (trial & error)
 Perseptual (trial & error)
 Ideational

 Konseptual  dijadikan acuan bagi pengukuran
intelegensi

B. INTELEGENSI
3. Teori-teori Intelegensi
KEMAMPUAN KONSEPTUAL THURSTONE:
 Verbal Comprehention (V)

 Number (N)

 Spatial Relation (S)
 Word Fluency (W)
 Memory (M)

 Reasoning (R)

B. INTELEGENSI
4. Pengukuran Intelegensi
 KUALITATIF  Perbedaan intelegensi
disebabkan karena kualitas individu yang berbeda.

 KUANTITATIF  Perbedaan intelegensi
disebabkan karena terdapat perbedaan kuantitas
individu.

B. INTELEGENSI
4. Pengukuran Intelegensi
ALFRED BINET

 TES STANFORD BINET
MA
IQ =

X 100
CA

IQ = Intelligence Quotient
MA = Mental Age
CA = Chronological Age

B. INTELEGENSI
4. Pengukuran Intelegensi
Klasifikasi IQ Menurut Stanford-Binet
KLASIFIKASI
Genius
Sangat cerdas
Cerdas (superior)
Di atas rata-rata
Rata-rata
Di bawah rata-rata
Garis Batas (bodoh)
Moron (lemah pikir)
Imbisil,idiot

IQ
140 ke atas
130 – 139
120 – 129
110 – 119
90 – 109
80 – 89
70 – 79
50 – 69
49 ke bawah

B. INTELEGENSI
4. Pengukuran Intelegensi
DAVID WECHSLER

 Wechsler-Bellevue Intellegence Scale (1939)

 Wechsler Intellegence Scale for Children (1949)
 Wechsler Adult Intellegence Scale (1955)

B. INTELEGENSI
4. Pengukuran Intelegensi
Klasifikasi IQ Menurut Wechsler

KLASIFIKASI
Very Superior
Superior
Bright Normal
Average
Dull Normal
Borderline
Mental Deffective

IQ
130 ke atas
120 –129
110 –119
90 – 109
80 – 89
70 –79
69 ke bawah

B. INTELEGENSI
5. Kurve Normal Dalam Intelegensi

C. BAKAT





Sejarah Bakat
Pengertian Bakat
Bakat & Intelegensi
Pengukuran Bakat

C. Bakat
1. Sejarah Bakat
Pendidikan = Bakat
Aplikasi Bakat

Ideal
pendidikan & lapangan kerja

Thorndike

Tiga jenis intelegensi :
Abstrak
Mekanis
Sosial

Spearman

Teori faktor G & faktor S dalam intelegensi

C. Bakat
2. Pengertian Bakat
 Crow dan Crow : Bakat merupakan kualitas yang dimiliki
oleh semua orang dalam tingkat yang beragam
 William B. Michael : bakat adalah kapasitas seseorang dalam
melakukan tugas, yang dedikit sekali dipengaruhi atau
tergantung dari latihan
 Brigham : Bakat kondisi, kualitas, atau sekumpulan kualitas
yang dititik beratkan pada apa yang dapat dilakukan individu
(segi performance/kinerja) setelah individu mendapat latihan.

C. Bakat
2. Pengertian Bakat
 Woodworth dan Marquis : bakat adalah prestasi yang dapat
diramalkan dan dapat diukur melalui tes khusus.
 Bakat merupakan kemampuan yang memiliki tiga arti, yaitu:
1. Achievement
Kemampuan aktual
2. Capacity
Kemampuan potensial
3. Aptitude
Kualitas

C. Bakat
2. Pengertian Bakat
 Guilford : bakat adalah kemampuan kinerja yang mencakup
dimensi perseptual, dimensi psikomotor, dan dimensi intelektual

 Suryabrata : Analisis mengenai bakat selalu merupakan analisis
mengenai tingkah laku. Tingkah laku mengandung tiga aspek :
aspek tindakan (performance/act)
aspek sebab atau akibatnya (a person causes a result)
aspek ekspresif

Aspek kedua banyak dibahas terutama bila dikaitkan
dengan bakat

C. Bakat
3. Bakat dan Intelegensi
 Binet dan Weschler menekankan pada
berfungsinyaseluruh kemampuan mental individu.
 Hasil tes intelegensi bisa mengukur bakat.

 Pengukuran intelegensi bersifat meramalkan
tentang keberhasilan seseorang dalam
menyelesaikan beberapa tugas pekerjaan yang
memerlukan kemampuan mental.

 Pengukuran bakat bertujuan menunjukkan
kemampuan yang berhasil dalam bidang khusus.

C. Bakat
4. Pengukuran Bakat
Prosedur pengukuran bakat (Suryabrata, 1995) :
a. Analisis jabatan/lapangan
b. Deskripsi jabatan/lapangan studi
c. Menemukan persyaratan yang diperlukan
d. Menyusun alat pengungkap bakat, biasanya
berbentuk tes

D. LINGKUNGAN & HEREDITAS
• Studi terhadap keluarga
• Studi terhadap anak kembar

D. Lingkungan & Hereditas
1. Studi terhadap Keluarga

Galton

orang tua IQ tinggi = IQ anak tinggi

 Asumsi dulu: IQ dipengaruhi faktor keturunan

 Asumsi sekarang: IQ kemungkinan dipengaruhi faktor
lingkungan

D. Lingkungan & Hereditas
2. Studi terhadap Anak Kembar
Penelitian Hardy dan Heyes, 1988:




Kembar monozigotik dibesarkan bersama:

 IQ hampir sama

 IQ yang berbeda jauh
besar

faktor nature berperan besar

faktor nuture berperan

Kembar monozigotik dibesarkan, terpisah

 IQ hampir sama

 IQ yang berbeda jauh
kecil

faktor nature berperan kecil
faktor nuture berperan

E. KELAS SOSIAL
• Havighurst  kelas sosial & intelegensi, laki-laki &
perempuan
• Makin tinggi kelas sosial, makin tinggi tingkat
intelegensi
• Tidak ada perbedaan laki-laki & perempuan

F. DIKOTOMI DESA-KOTA
• Crow & Crow (1989)  intelegensi anak kota 
anak desa
• Colleman, dkk  prestasi anak metropolitan 
anak non metropolitan

G. JENIS KELAMIN
• Intelegensi laki-laki = perempuan (Cage & Berliner,
1979;Crow & Crow, 1989)

G. JENIS KELAMIN
Perbedaan laki-laki & perempuan (Cage & Berliner,
1979):
Kemampuan verbal (p  l)
Kemampuan matematika (l  p)
Kemampuan spasial (l  p)
Problem solving (l  p)
Orientasi prestasi

BAB III
KEMAMPUAN KHUSUS INDIVIDU &
ANTISIPASI PENDIDIKAN





PENDAHULUAN
PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
PENDIDIKAN BAGI SLOW LEARNER
PENDIDIKAN ANAK KHUSUS

A. PENDAHULUAN
• Aplikasi konsep-konsep bakat & intelegensi pada
lapangan pendidikan
• Pendidikan harus sesuai dengan kondisi peserta
didik

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
• Kondisi di manca negara(AS, Jepang, Inggris,
Korea, Taiwan) dan di Indonesia
• Anak berbakat
• Identifikasi anak berbakat
• Model identifikasi
• Layanan pendidikan anak berbakat

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
1. Di Mancanegara dan Indonesia
 1958; Amerika mencoba memikirkan pendidikan untuk menjaring
anak berbakat. Aplikasi teori psikologi (teori belajar dan konsep kognitif)
dan pengkajian teknologi merupakan hal yang berpengaruh terhadap
masalah bakat dan aktualisasi diri di AS.
 Jepang menggunakan “Sistem Nasional Pendidikan Universal” untuk
mengidentifikasi anak berbakat.
 Inggris tidak mengenal pengelompokkan Gifted & Talented. Hal itu
akan membuat anak di luar kelompok itu merasa inferior secara
intelektual. Identifikasi anak berbakat merupakan tugas guru

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
1. Di Mancanegara dan Indonesia
 Korea. Pengembangan pendidikan anak berbakat melalui dua tingkat:
a. Tingkat Nasional
b. Tingkat Swasta
Untuk penjaringan anak berbakat dengan:
a. Akselerasi

b. Undang-undang (1996) yang mengatur beragam ukuran untuk
menjamin adanya suatu bentuk belajar mengajar yang berbeda-beda
yang diarahkan pada diversifikasi, kebutuhan individual pengajar dan
untuk memaksimalkan pengembangan potensi individu.

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
1. Di Mancanegara dan Indonesia
 Taiwan. Faktor dalam pengembangan pendidikan di taiwan: kebutuhan
nasional akan pendidikan bagi Gifted & Talented, kebutuhan akan
pengembangan individual dan kebutuhan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan.

 Taiwan
SEL (Special Education Laws) 1984, mengartikan Gifted
& Talented meliputi individu yang memiliki satu atau lebih kualitas di bawah
ini:
a. Gifted dalam kemampuan umum
b. Gifted dalam bakat akademik
c. Gifted dalam talent khusus

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
1. Di Mancanegara dan Indonesia

 Indonesia.

1974, beasiswa bagi anak unggulan yang tidak mampu
1980, pilot project untuk identifikasi dan seleksi anak berbakat.
Prosesnya:

1. Penjaringan umum 20-25 % anak berbakat dari populasi sekolah.
Berdasarkan penilaian guru, nilai rapor dan tes IQ.
2. Proses seleksi dengan baterai tes IQ, tes kreativitas, skala perilaku
siswa dan tes hasil belajar.
1989, UU No.2/1989 (Sisdiknas) ps 8:”Warga negara yang memiliki
kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian
khusus.

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
2. Anak Berbakat
 Keberbakatan: beberapa anak berbakat (child giftted) yang memilik
kinerja dengan tingkat potensi aktivitas manusia yang bernilai dan secara
konsisten luar biasa. (Paul Witty)

 Gifted (berbakat): 1.memiliki suatu derajat kemampuan intelektual yang
tinggi, IQ > 140 atau lebih; 2.memiliki satu bakat non-intelektual, misalnya
musik atau olahraga sampai pada tingkat tinggi sekali.

 Talent: suatu bentuk kemampuan khusus, seperti kemungkinan musikal
yang diwarisi orang tua dan memungkinkan seseorang memperoleh
keuntungan dari hasil latihannya sampai tingkat yang tinggi (bakat)
(sumber:Chaplin, 1995).

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
3. Identifikasi Anak Berbakat
 Penjaringan Anak Berbakat.
A. Didasarkan pada anggapan bahwa dalam skala makro terdapat 1 %
dari seluruh populasi adalah anak berbakat unggul (Ward dalam
Semiawan, 1994).
B. Pada populasi anak berbakat terdapat 10 % dengan IQ = 120-137
(moderately gifted)
C. Sampel identifikasi awal = 15 - 25 % (Penelitian Balitbang dalam
Semiawan, 1994)

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
3. Identifikasi Anak Berbakat
 Penyaringan Anak Berbakat
Tujuan: memberikan dasar terhadap penilaian pada kemampuan, sifat,
sikap atau perilaku seseorang. Penyaringan berguna bagi peramalan
tentang kinerja tertentu pada masa yang akan datang.

Identifikasi anak berbakat harus meliputi semua aspek secara
komprehensif yaitu IQ, kreativitas, motivasi dan kepemimpinan.
Berbagai kemampuan tersebut merupakan manifestasi dari berbagai
bakat sebagai kapasitas mental (Semiawan, 1994)

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
4. Model Identifikasi Renzulli

IQ >
Rata-rata

Task
comitment

Kreativitas

THREE-RINGS INTERACTION

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
4. Model Identifikasi Triandis
Sekolah

Teman Sebaya

Keuletan

Kreativitas

Anak cerdas
tinggi
Intelegensi

Keluarga

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
5. Layanan Pend.Anak Berbakat
Menurut Ward, Kitano & Kirby (dalam Semiawan, 1994):

 Pendidikan anak berbakat seyogyanya berbeda dengan menekankan
pada aspek intelektual.

 Diwarnai kecepatan dan tingkat kompleksitas sesuai kemampuan anak
berbakat di atas rata-rata.
 Penekanan pada perkembangan kreatif dan proses berpikir tinggi.

 Penekanan pada orientasi penemuan dan pendekatan induktif.

 Memerlukan pertimbangan khsusus dalam pendidikan.
 Kurikulum berdiferensiasi (Semiawan, 1994)

C. MENTAL RETARDATION
• Karakteristik MR
• Kategori MR
• Faktor-faktor penyebab MR

C. MENTAL RETARDATION
1. Karakteristik MR
Menurut PPDGJ III:
a. IQ = 75 ke bawah
b. Kesulitan dalam memenuhi tuntutan sosial

c. Adaptive behavior buruk
MR merupakan fenomena sosiokultural yang kompleks karena
melibatkan hal-hal yang kompleks:

 hubungan antar keluarga

 menjadi beban semua orang

 hambatan bagi pembangunan

C. MENTAL RETARDATION
2. Kategori MR
1). Ditinjau dari skala IQ
a. Mild MR
- Stanford Binet

: 52 - 67

- Wechsler

: 55 - 69

b. Moderate MR
- Stanford Binet

: 36 - 51

- Wechsler

: 40 - 54

C. MENTAL RETARDATION
2. Kategori MR
c. Severe MR
- Stanford Binet

: 20 - 35

- Wechsler

: 25 - 39

d. Profound MR
- Stanford Binet

: