Sejarah Dan Asal Usul Tari Piring
SEJARAH DAN ASAL-USUL TARI
PIRING
Disusun Oleh:
1. Syaiful Arif
SEJARAH
DAN
ASAL-USUL
TARI PIRING
http://finacikuciki.blogspot.com/
Tari piring merupakan tarian khas dari daerah Sumatera Barat,
Minang Kabau. Tarian khas ini sudah sangat terkenal di Indonesia.
Tari Piring dikatakan tercipta daripada ''wanita-wanita cantik yang
berpakaian indah,serta berjalan dengan lemah lembut penuh kesopanan dan
ketertiban
ketika
membawa
piring
berisi
makanan
yang
lezat
untuk
dipersembahkan kepada dewa-dewa sebagai sajian. Wanita-wanita ini akan
menari sambil berjalan, dan dalam masa yang sama menunjukan kecakapan
mereka membawa piring yang berisi makanan tersebut". Kedatangan Islam telah
membawa perubahan kepada kepercayaan dan konsep tarian ini. Tari Piring
tidak lagi dipersembahkan kepada dewa-dewa, tetapi untuk majlis-majlis
keramaian yang dihadiri bersama oleh raja-raja atau pembesar negeri.
Pada mulanya, Pada awalnya kegunaan tari piring di daerah
minangkabau, belum seperti kegunaan pada saat ini, yang dimana pada
awalnya kegunaan tari piring ini digunakan oleh minangkabau pada saat musim
panen tiba, yang dimana tari piring ini digunakan oleh masayarakat
Minangkabau pada saat itu bertujuan untuk memberikan ucapan syukur kepada
masyarakat setempat kepada dewa-dewa setelah mendapatkan hasil panen
yang melimpah ruah. Ritual dilakukan dengan membawa sesaji dalam bentuk
makanan yang kemudian diletakkan di dalam piring sembari melangkah dengan
gerakan yang dinamis.
Pada awalnya dulu kala Tari Piring diciptakan untuk memberi
persembahan kepada para dewa ketika memasuki masa panen, tapi setelah
datangnya agama islam di Minangkabau Tari Piring tidak lagi untuk
persembahan para dewa tapi ditujukan bagi majlis-majlis keramaian yang
dihadiri oleh para raja atau para pembesar negeri, Tari Piring juga dipakai dalam
acara keramaian lain misalnya seperti pada acara pesta perkawinan.
Kira-kira 8 (delapan) abad yang lalu, Tari Piring telah ada di wilayah
kehulauan Melayu. Tari Piring identik dengan Sumatera Barat. Hingga masa
kerajaan Sri Vilaya, eksistensinya masih ada bahkan semakin mentradisi. Pada
saat masa-masa kejayaan kerajaan Majapahitlah, tepatnya abad ke-16, kerajaan
Sri Vijaya dipaksa jatuh. Tari Piring juga dipercaya telah ada di Sumatra barat
dan berkembang hingga pada zaman Sri Wijaya. Setelah kemunculan Majapahit
pada abad ke 16 yang menjatuhkan Sri Wijaya, telah mendorong Tari Piring
berkembang ke negeri-negeri melayu yang lain bersamaan dengan pelarian
orang-orang sri wijaya saat itu.
http://finacikuciki.blogspot.com/
Namun demikian, Tari Piring tidak lantas ikut lenyap. Bahkan, Tari
Piring mengalami perkembangan ke wilayah-wilayah Melayu lain seiring
hengkangnya pengagum setia Sri Vijaya. Bergantinya pelaku peradaban
memaksa adanya perubahan konsep, orientasi dan nilai pada Tari Piring.
Setelah masuknya agama Islam ke Minangkabau, tradisi Tari
Piring tidak lagi digunakan sebagai ritual ucapan rasa syukur kepada dewadewa. Akan tetapi, tari tersebut digunakan sebagai sarana hiburan bagi
masyarakat banyak yang ditampilkan pada acara-acara keramaian.
Di Malaysia, tarian piring dipersembahkan ketika majelis perkawinan
terutama bagi keluarga berada, bangsawan dan hartawan di sebuah kampung.
Tarian ini biasa dilihat di kawasan Seremban, Kuala Pilah dan Rembau oleh
kumpulan tertentu. Ada yang dipersembahkan dengan pakaian lengkap dan
pakaian tarian tidak lengkap. Sedikit bayaran akan dikenakan jika menjemput
kumpulan tarian ini mempersembahkan tarian piring. 10 - 20 menit
diperuntukkan untuk persembahan tarian ini.
Namun, seiring dengan masuknya dan terbentuknya kerajaankerajaan yang terjadi pada daerah Minangkabau, seiring itu pula kegunaan dan
tujuan dari tari piring ini pun berubah. Dimana pada zaman kerajaan di
Minangkabau, tari piring ini digunakan oleh masyarakat Minangkabau sebagai
alat untuk memberikan rasa penghormatan kepada para anggota kerajaan,
terutama kepada raja yang memimpin pada saat itu. Tetapi, tari piring pada
zaman ini juga digunakan pada saat tamu-tamu agung kerajaan datang.
Setelah majunya dan juga telah bersatunya segala masyarakatmasyarakat yang ada di Negara ini dan terutama di daerah Minangkabau atau di
zaman yang telah modern ini, tari piring ini masih juga dipergunakan oleh
masyrakat Minangkabau, namun tujuan dari kegunaan tari piring ini juga pun ikut
berubah walaupun fungsinya tetap sama pada zaman dulu. Dimana pada saat
ini masyarakat Minangkabau mempergunakan atau mempestakan Tari Piring
pada saat adanya suatu pesta pernikahan atau perkawinan yang terjadi di
daerah Minangkabau ( masyarakat-masyarakat keturunan minangkabau). Yang
dimana pada saat ini fungsi dari Tari Piring ini tetap sama dengan fungsi dari Tari
Piring sebelumnya, namun bedanya pada zaman dulu Tari Piring ini berfungsi
untuk memberikan rasa pujian terhadap para raja, namun pada saat ini yang
dianggap raja dalam kegunaan Tari Piring ini adalah kedua mempelai yang
sedang menikah. Selain dipentaskan pada saat suatu acara pernikahan, Tari
http://finacikuciki.blogspot.com/
Piring pada saat ini juga dipentaskan pada saat ada suatu tamu agung yang
datang ke daerah Sumatera Barat.
Pada awalnya Tari Piring diperuntukkan buat sesembahan para dewa,
dibarengi dengan penyediaan sesaji dalam bentuk makanan yang lezat-lezat.
Tarian ini dibawakan oleh beberapa perempuan yang dengan penampilan
khusus, berbusana indah, sopan, tertib, dan lemah lembut.
Dalam perjalanannya, orientasi atau tujuan sesembahan Tari Piring
bergeser drastis. Ketika Islam datang, orientasi penyajian tidak lagi tertuju pada
para dewa, namun dipersembahkan kepada para raja dan pejabat, khususnya
saat ada pertemuan atau forum khusus dan istimewa lainnya. Selain itu, Tari
Piring juga semakin populer dan tidak hanya dikonsumsi oleh kalangan elit
tertentu.
Tidak cukup sampai disitu, perubahan orientasi terus dilakukan. Arti
dan makna Tari Piring diartikan secara agak luas. Dalam konteks ini, raja tidak
harus kepala negara atau pemimpin kekusaan politik pada rakyatnya, tapi bisa
dianalogikan dengan sepasang pengantin. Sang pengantin adalah raja, yaitu
“raja sehari”. Karena itulah tradisi Tari Piring kerap dipersembahkan dihadapan
“raja sehari” (pengantin) saat bersanding dipelaminan dalam acara walimatul
‘arsy.
Tari Piring atau dalam bahasa Minangkabau disebut dengan Tari
Piriang, adalah salah satu jenis Seni Tari yang berasal dari Sumatra Barat yaitu
masyarakat Minangkabau disebut dengan Tari Piring karena para penari saat
menari membawa piring.
Biasanya pementasaan Tari Piring ini dipentaskan oleh jumlah orang
yang tak tertentu, tetapi yang menjadi syarat utama dalam melaksanakan Tari
Piring adalah jumlah orang yang mementaskan Tari Piring ini harus berjumlah
ganjil, namun pada zaman dulu Tari Piring ini dipentaskan oleh 1 orang saja.
Dimana dalam pelaksanaan Tari Piring, para penari memegang tingkatantingkatan piring yang telah disusun dan sambil melakukan gerakan tari, dimana
semakin tinggi tingkatan piring semakin baik pula. Ketika alunan musik yang
mengikuti semakin cepat, piring yang dipegang oleh penari akan dilempar
keatas dan pecahan piring tersebut akan diinjak-injak oleh penari dan penari pun
tetap menari sampai musik yang mengikuti berhenti.
Dapat disimpulkan bahwa dalam Tari Piring memiliki nilai-nilai
trasedental, yang dimana nilai-nilai trasendental ini terdapat dalam tata cara
http://finacikuciki.blogspot.com/
pelaksanaan Tari Piring. Dimana piring-piring yang dipegang oleh para penari ini
disusun keatas,dimana menunjukan bahwa piring diatas bertujuan untuk kearah
tuhan(trasendental) dan juga terlihat dalam fungsi dan tujuan tari piring ini
merupakan mengucapakan rasa bersyukur dan terima kasih kepada yang ada
diatas, terhadap apa yang telah diberikan kepada masyarakat Minangkabau.
http://finacikuciki.blogspot.com/
PIRING
Disusun Oleh:
1. Syaiful Arif
SEJARAH
DAN
ASAL-USUL
TARI PIRING
http://finacikuciki.blogspot.com/
Tari piring merupakan tarian khas dari daerah Sumatera Barat,
Minang Kabau. Tarian khas ini sudah sangat terkenal di Indonesia.
Tari Piring dikatakan tercipta daripada ''wanita-wanita cantik yang
berpakaian indah,serta berjalan dengan lemah lembut penuh kesopanan dan
ketertiban
ketika
membawa
piring
berisi
makanan
yang
lezat
untuk
dipersembahkan kepada dewa-dewa sebagai sajian. Wanita-wanita ini akan
menari sambil berjalan, dan dalam masa yang sama menunjukan kecakapan
mereka membawa piring yang berisi makanan tersebut". Kedatangan Islam telah
membawa perubahan kepada kepercayaan dan konsep tarian ini. Tari Piring
tidak lagi dipersembahkan kepada dewa-dewa, tetapi untuk majlis-majlis
keramaian yang dihadiri bersama oleh raja-raja atau pembesar negeri.
Pada mulanya, Pada awalnya kegunaan tari piring di daerah
minangkabau, belum seperti kegunaan pada saat ini, yang dimana pada
awalnya kegunaan tari piring ini digunakan oleh minangkabau pada saat musim
panen tiba, yang dimana tari piring ini digunakan oleh masayarakat
Minangkabau pada saat itu bertujuan untuk memberikan ucapan syukur kepada
masyarakat setempat kepada dewa-dewa setelah mendapatkan hasil panen
yang melimpah ruah. Ritual dilakukan dengan membawa sesaji dalam bentuk
makanan yang kemudian diletakkan di dalam piring sembari melangkah dengan
gerakan yang dinamis.
Pada awalnya dulu kala Tari Piring diciptakan untuk memberi
persembahan kepada para dewa ketika memasuki masa panen, tapi setelah
datangnya agama islam di Minangkabau Tari Piring tidak lagi untuk
persembahan para dewa tapi ditujukan bagi majlis-majlis keramaian yang
dihadiri oleh para raja atau para pembesar negeri, Tari Piring juga dipakai dalam
acara keramaian lain misalnya seperti pada acara pesta perkawinan.
Kira-kira 8 (delapan) abad yang lalu, Tari Piring telah ada di wilayah
kehulauan Melayu. Tari Piring identik dengan Sumatera Barat. Hingga masa
kerajaan Sri Vilaya, eksistensinya masih ada bahkan semakin mentradisi. Pada
saat masa-masa kejayaan kerajaan Majapahitlah, tepatnya abad ke-16, kerajaan
Sri Vijaya dipaksa jatuh. Tari Piring juga dipercaya telah ada di Sumatra barat
dan berkembang hingga pada zaman Sri Wijaya. Setelah kemunculan Majapahit
pada abad ke 16 yang menjatuhkan Sri Wijaya, telah mendorong Tari Piring
berkembang ke negeri-negeri melayu yang lain bersamaan dengan pelarian
orang-orang sri wijaya saat itu.
http://finacikuciki.blogspot.com/
Namun demikian, Tari Piring tidak lantas ikut lenyap. Bahkan, Tari
Piring mengalami perkembangan ke wilayah-wilayah Melayu lain seiring
hengkangnya pengagum setia Sri Vijaya. Bergantinya pelaku peradaban
memaksa adanya perubahan konsep, orientasi dan nilai pada Tari Piring.
Setelah masuknya agama Islam ke Minangkabau, tradisi Tari
Piring tidak lagi digunakan sebagai ritual ucapan rasa syukur kepada dewadewa. Akan tetapi, tari tersebut digunakan sebagai sarana hiburan bagi
masyarakat banyak yang ditampilkan pada acara-acara keramaian.
Di Malaysia, tarian piring dipersembahkan ketika majelis perkawinan
terutama bagi keluarga berada, bangsawan dan hartawan di sebuah kampung.
Tarian ini biasa dilihat di kawasan Seremban, Kuala Pilah dan Rembau oleh
kumpulan tertentu. Ada yang dipersembahkan dengan pakaian lengkap dan
pakaian tarian tidak lengkap. Sedikit bayaran akan dikenakan jika menjemput
kumpulan tarian ini mempersembahkan tarian piring. 10 - 20 menit
diperuntukkan untuk persembahan tarian ini.
Namun, seiring dengan masuknya dan terbentuknya kerajaankerajaan yang terjadi pada daerah Minangkabau, seiring itu pula kegunaan dan
tujuan dari tari piring ini pun berubah. Dimana pada zaman kerajaan di
Minangkabau, tari piring ini digunakan oleh masyarakat Minangkabau sebagai
alat untuk memberikan rasa penghormatan kepada para anggota kerajaan,
terutama kepada raja yang memimpin pada saat itu. Tetapi, tari piring pada
zaman ini juga digunakan pada saat tamu-tamu agung kerajaan datang.
Setelah majunya dan juga telah bersatunya segala masyarakatmasyarakat yang ada di Negara ini dan terutama di daerah Minangkabau atau di
zaman yang telah modern ini, tari piring ini masih juga dipergunakan oleh
masyrakat Minangkabau, namun tujuan dari kegunaan tari piring ini juga pun ikut
berubah walaupun fungsinya tetap sama pada zaman dulu. Dimana pada saat
ini masyarakat Minangkabau mempergunakan atau mempestakan Tari Piring
pada saat adanya suatu pesta pernikahan atau perkawinan yang terjadi di
daerah Minangkabau ( masyarakat-masyarakat keturunan minangkabau). Yang
dimana pada saat ini fungsi dari Tari Piring ini tetap sama dengan fungsi dari Tari
Piring sebelumnya, namun bedanya pada zaman dulu Tari Piring ini berfungsi
untuk memberikan rasa pujian terhadap para raja, namun pada saat ini yang
dianggap raja dalam kegunaan Tari Piring ini adalah kedua mempelai yang
sedang menikah. Selain dipentaskan pada saat suatu acara pernikahan, Tari
http://finacikuciki.blogspot.com/
Piring pada saat ini juga dipentaskan pada saat ada suatu tamu agung yang
datang ke daerah Sumatera Barat.
Pada awalnya Tari Piring diperuntukkan buat sesembahan para dewa,
dibarengi dengan penyediaan sesaji dalam bentuk makanan yang lezat-lezat.
Tarian ini dibawakan oleh beberapa perempuan yang dengan penampilan
khusus, berbusana indah, sopan, tertib, dan lemah lembut.
Dalam perjalanannya, orientasi atau tujuan sesembahan Tari Piring
bergeser drastis. Ketika Islam datang, orientasi penyajian tidak lagi tertuju pada
para dewa, namun dipersembahkan kepada para raja dan pejabat, khususnya
saat ada pertemuan atau forum khusus dan istimewa lainnya. Selain itu, Tari
Piring juga semakin populer dan tidak hanya dikonsumsi oleh kalangan elit
tertentu.
Tidak cukup sampai disitu, perubahan orientasi terus dilakukan. Arti
dan makna Tari Piring diartikan secara agak luas. Dalam konteks ini, raja tidak
harus kepala negara atau pemimpin kekusaan politik pada rakyatnya, tapi bisa
dianalogikan dengan sepasang pengantin. Sang pengantin adalah raja, yaitu
“raja sehari”. Karena itulah tradisi Tari Piring kerap dipersembahkan dihadapan
“raja sehari” (pengantin) saat bersanding dipelaminan dalam acara walimatul
‘arsy.
Tari Piring atau dalam bahasa Minangkabau disebut dengan Tari
Piriang, adalah salah satu jenis Seni Tari yang berasal dari Sumatra Barat yaitu
masyarakat Minangkabau disebut dengan Tari Piring karena para penari saat
menari membawa piring.
Biasanya pementasaan Tari Piring ini dipentaskan oleh jumlah orang
yang tak tertentu, tetapi yang menjadi syarat utama dalam melaksanakan Tari
Piring adalah jumlah orang yang mementaskan Tari Piring ini harus berjumlah
ganjil, namun pada zaman dulu Tari Piring ini dipentaskan oleh 1 orang saja.
Dimana dalam pelaksanaan Tari Piring, para penari memegang tingkatantingkatan piring yang telah disusun dan sambil melakukan gerakan tari, dimana
semakin tinggi tingkatan piring semakin baik pula. Ketika alunan musik yang
mengikuti semakin cepat, piring yang dipegang oleh penari akan dilempar
keatas dan pecahan piring tersebut akan diinjak-injak oleh penari dan penari pun
tetap menari sampai musik yang mengikuti berhenti.
Dapat disimpulkan bahwa dalam Tari Piring memiliki nilai-nilai
trasedental, yang dimana nilai-nilai trasendental ini terdapat dalam tata cara
http://finacikuciki.blogspot.com/
pelaksanaan Tari Piring. Dimana piring-piring yang dipegang oleh para penari ini
disusun keatas,dimana menunjukan bahwa piring diatas bertujuan untuk kearah
tuhan(trasendental) dan juga terlihat dalam fungsi dan tujuan tari piring ini
merupakan mengucapakan rasa bersyukur dan terima kasih kepada yang ada
diatas, terhadap apa yang telah diberikan kepada masyarakat Minangkabau.
http://finacikuciki.blogspot.com/