INDRA Pengukuran Kerja dengan Cara Tidak

Pengukuran Kerja dengan Cara Tidak Langsung ( Indirect Time Study )

Pengukuran kerja dengan Stop-watch Time Study dan Sampling kerja, keduanya
merupakan kegiatan pengukuran secara langsung. Pengertian “langsung” dalam hal ini
dimaksudkan

bahwa

kegiatan

pengamatan/pengukuran

untuk

memperoleh

data

pengamatan (waktu atau prosentasi idle) haruslah dilaksanakan secara langsung di tempat
kegiatan yang ingin diukur dilaksanakan. Di lain pihak dikenal pula adanya pengukuran
kerja secara tidak langsung seperti Time Study Stsndard Data dan Predeterminal Time

System.
Seringkali elemen-elemen kerja dari suatu aktifitas berulangkali dilaksanakan atau
dijumpai dalam suatu kegiatan produksi. Dalam kasus ini tidak perlu dilakukan time
study secara detail untuk setiap aktifitas yang harus dilaksanakan; melainkan cukup
dilakukan time study secara detail sekali dan kemudian data mengenai elemen-elemen
aktifitas tersebut dicatat, dihitung, dan disimpan dalam sebuah standard data file.
Kemudian di lain kesempatan bila mana dijumpai suatu kegiatan lain tetapi memiliki
unsur-unsur elemen aktifitas yang sama dengan yang di standardkan tersebut maka kita
tinggal mengambil dan mengaplikasikannya langsung dari data yang dimiliki.
Time study standard data, bisa dikatakan sebagai nilai waktu normal yang tidak
didapatkan dari perhitungan waktu secara langsung, melainkan dari perhitungan waktu
langsung dari elemen yang bersangkutan yang telah dilakukan sebelumnya.
Kegunaan dari aplikasi standard data jelas banyak sekali. Meskipun demikian
harus dipahami bahwasannya standard data tidak selalu bisa diaplikasikan terutama sekali
bila dijumpai adanya elemen-elemen kerja yang belum pernah diamati ataupun diukur
waktunya. Untuk ini perlu dilakukan pengukuran untuk elemen-elemen kerjayang belum
ada data waktu standardnya tersebut dengan menggunakan prosedur umum.
Keuntungan pokok dari pemakain standard data antara lain sebagai berikut:



Pelaksanaan time study akan bisa lebih cepat dan murah.


Konsistensi dari hasil yang diperoleh bisa tetap dijaga untuk setiap aktifitas time study.
Demikian juga kemungkinan terjadi error pada studi bisa dikurangi.



Tidak diperlukan time study analyst yang terlalu trampil didalam penentuan waktu
standard.



Mengurangi kericuhan yang mungkin terjadi di lapangan seperti halnya yang biasa
dijumpai setiap kali aktivitas time study di selenggarakan.
Kerugian utamanya adalah proses perhimpunan standard data yang harus
dilaksanakan secara intensif pada aktifitas study sebelumnya yang mana dalam hal ini
akan memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Bilamana suatu pekerjaan atau kegiatan bisa dipecah dan dibagi dalam elemenelemen kegiatan yang kecil-kecil (dalam hal ini disimpulkan bahwa elemen kegiatan
terkecil adalah berbentuk elemen gerakan kerja),maka sampai pada suatu titik tertentu

kita akan menjumpai bahwa suatu kegiatan akan bisa disintesiskan dari elemen-elemen
gerakan tersebut. Dengan mengukur waktu dari setiap elemen-elemen gerakan atau
elemen-elemen kerja terkecil tersebut maka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
suatu kegiatan bisa ditentukan dengan cara mensintesiskan waktu-waktu elemen gerakan
yang sesuai. Pendekatan ini dikenal dengan Predetermined Time System.
Predetermined Time System pada prinsipnya hampir sama dengan dengan standard
data dimana dalam hal ini nilai-nilai waktu diperoleh dari tabel yang tercatat sebelumnya.
Kedua kegiatan ini diklasifikasikan sebagai pengukuran waktu kerja secara tidak
langsung. Ada dua macam aktifitas Predetermined Time System yang dikenal luas
aplikasinya yaitu faktor-faktor kerja (work factor) dan methods time measurement
(MTM). Disini nilai-nilai waktu dari berbagai macam elemen kerja dicari dari berbagai
macam cara. Cara yang umum diaplikasikan dalam hal ini adalah dengan menggunakan
movie

camera

yang

mencatat


gerakan-gerakan

kerja

secara

detail

(mikromotion analysis). Pendekatan lainnya adalah dengan menggunakan

dan

mikro

electronic

timing devices.
b. Cara tak langsung
Cara tak langsung adalah suatu cara untuk menentukan waktu baku yang
data-datanya tidak langsung dilakukan di tempat berlangsungnya

aktivitas/perkerjaan tetapi cukup menggunakan data-data masa lampau
yang telah dibukukan untuk pekerjaan-pekerjaan yang sejenis.
Cara ini dapat dibagi dua cara, yaitu :

- Pengukuran waktu data waktu baku
- Pengukuran data waktu gerakan
Dengan demikian waktu baku
menagplikasikan rumus berikut.

tersebut

dapat

diperoleh

dengan

Rumus (1) Merupakan Rumus sera umum yang paling banyak dipakai
menghitung waktu baku, Meskipun sebenarnya rumus tersebut kurang teliti
bilamana dibandingkan dengan rumus (2).

(1) Wn = Ws x p
P adalah faktor penyesuaian
1 siklus rata-rata normal, p1 untuk bekerjanya terlalu lambat atau
sebaliknya..

Hitung waktu baku
(2) Wb = Wn = ( Wn x 1 )
Dimana 1 adalah kelonggaran atau allowance yang diberikan kepada pekerja
untuk menyelesaikan pekerjaannya disamping waktu normal .

Pengukuran Waktu
Sistem pengukuran kerja praktis mencakup :
1. Pengukuran waktu aktual yang diobservasi
2. Penyesuaian waktu yang diobservasi untuk memperoleh “waktu normal”
melalui pemeringkatan kerja

Contoh
pekerjaan
yang
operatornya

masih
menggunakan cara manual adalah proses pembuatan

GERABAH .
Proses pembuatan gerabah pada dasarnya memiliki tahapan yang
sama untuk setiap kriyawan. Demikianjuga halnya dengan proses
pembuatan gerabah yang dipasarkan di Bali, yang membedakan adalah
perbedaan alat yang dipakai dalam proses pengolahan bahan dan proses
pembentukan /perwujudan.
Perbedaan alat merupakan salah satu faktor penyebab perbedaan kualitas
akhir yang dicapai oleh masingmasing kriyawan. Misalnya dalam proses
pembentukan badan gerabah dengan teknik putar, ada kriyawan yang
menggunakan alat tradisional dengan tenaga gerak kaki atau tangan,
sementara kriyawan yang sudah lebih maju ada menggunakan alat putar
dengan tenaga listrik (electrick wheel). Kelebihan alat yang kedua
dibandingkan yang pertama adalah lebih stabil dalam pengoperasiannya
serta lebih efesien dalam waktu dan tenaga. Perbedaan alat tersebut dapat
dilihat pada contoh berikut.

Tahapan proses pembuatan gerabah :

a. Tahap persiapan
Dalam tahapan ini yang dilakukan kriyawan adalah :
1). Mempersiapkan bahan baku tanah liat (clay) dan menjemur
2). Mempersiapkan bahan campurannya
3). Mempersiapkan alat pengolahan bahan.

b. Tahap pengolahan bahan.
Pada tahapan ini bahan diolah sesuai dengan alat pengolahan bahan
yang dimiliki kriyawan. Alat pengolahan bahan yang dimiliki masing-masing
kriyawan gerabah dewasa ini banyak yang sudah
mengalami kemajuan jika dilihat dari perkembangan teknologi yang
menyertainya. Walaupun masih
banyak kriyawan gerabah yang masih bertahan dengan peralatan tradisi
dengan berbagai pertimbangan dianggap masih efektif. Pengolahan bahan
ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengolahan bahan secara kering
dan basah. Pada umumnya pengolahan bahan gerabah yang diterapkan
kriyawan gerabah tradisional di Indonesia adalah pengolahan bahan secara
kering. Teknik ini dianggap lebih efektif dibandingkan dengan pengolahan
bahan secara basah, karena waktu, tenaga dan biaya yang diperlukan lebih
lebih sedikit. Sedangkan pengolahan bahan dengan teknik basah biasanya

dilakukan oleh kriyawan yang telah memiliki peralatan yang lebih maju.
Karena pengolahan secara basah ini akan lebih banyak memerlukan
peralatan dibandingkan dengan pengolahan secara kering. Misalnya : bak
perendam tanah, alat pengaduk (mixer), alat penyerap air dan lain-lain.
Pengolahan bahan secara kering dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :
1). Penumbukan bahan sampai halus.
2). Pengayakan hasil tumbukan
3). Pencampuran bahan baku utama (tanah) dengan bahan tambahan (pasir
halus atau serbuk batu
padas, dll) dengan komposisi tertentu sesuai kebiasaan yang dilakukan
kriyawan gerabah masingmasing.
Kemudian tanah yang telah tercampur ditambahkan air secukupnya dan
diulek sampai rata
dan homogen. Selanjutnya bahan gerabah sudah siap dipergunakan untuk
perwujudan badan
gerabah. Pencampuran ini bertujuan untuk memperkuat body gerabah pada
saat pembentukan dan
pembakaran.
c. Tahap pembentukan badan gerabah.
Beberapa teknik pembentukan yang dapat diterapkan, antara lain :

teknik putar (wheel/throwing), teknik cetak (casting), teknik lempengan
(slab), teknik pijit (pinching), teknik pilin (coil), dan gabungan dari beberapa
teknik diatas (putar+slab, putar+pijit, dan lain-lain). Pembentukan gerabah
ini juga dapat dilihat dari dua tahapan yaitu tahap pembentukan awal (badan
gerabah) dan tahap pemberian dekorasi/ornamen.
Umumnya kriyawan gerabah dominan menerapkan teknik putar
walaupun dengan peralatan yang

sederhana. Teknik pijit adalah teknik dasar membuat gerabah sebelum
dikenal teknik pembentukan yang lain. Teknik ini masih digemari oleh
pembuat keramik Jepang untuk membuat mangkok yang
mementingkan sentuhan tangan yang khas.

Beberapa teknik yang berkaitan dengan
pembentukan badan gerabah :
a. Teknik pinching (pilinan)
b. Teknik coil (pilinan)
c. Teknik membuat bahan lempengan
(slab).
d. Gabungan teknik cetak dan slab.

e. Teknik putar (wheel).

d. Tahap pengeringan.
Proses pengeringan dapat dilakukan dengan atau tanpa panas matahari.
Umumnya pengeringan gerabah dengan panas matahari dapat dilakukan
sehari setelah proses pembentukan selesai.

e. Tahap pembakaran.
Proses pembakaran (the firing process) gerabah umumnya dilakukan
sekali, berbeda dengan
badan keramik yang tergolong stoneneware atau porselin yang biasanya
dibakar dua kali yaitu pertama
pembakaran badan mentah (bisque fire) dan pembakaran glazur (glaze fire).
Kriyawan tradisional pada mulanya membakar gerabahnya di ruangan
terbuka seperti di halaman rumah, di ladang, atau di lahan kosong lainnya.
Menurut Daniel Rhodes model pembakaran seperti ini telah dikenal sejak
8000 B.C. dan disebut sebagai tungku pemula (early kiln). Penyempurnaan
bentuk tungku dan metode pembakarannya telah dilakukan pada jaman
prasejarah (Rhodes, Daniel, 1968:1). Sejalan dengan perkembangan
teknologi dewasa ini, penyempurnaan tungku pembakaran keramik juga
semakin meningkat dengan efesiensi yang semakin baik. Penyempurnaan
tungku ladang selanjutnya adalah : tungku botol, tungku bak, tungku
periodik (api naik dan api naik berbalik).

Beberapa contoh tungku gerabah/keramik

a. Desain tungku ladang (open pitfiring) .
b. Tungku ladang di Gwari TribeNigeria Utara. Tungku jenis ini disebut sebagai
‘primitive kiln’
c. Desain tungku bundar yangmerupakan penyerpurnaan dari tungku ladang.
d. Tungku bundar yang dipergunakan di Sokoto, Nigeria. Tungku jenis ini
masih
digolongkan sebagai ‘primitive kiln’.
e. Desain tungku botol, penyerpurnaan dari desain-desain tungku
sebelumnya.
f. Tungku botol di Abjuba, Nigeria Utara yang didesainoleh Michael Cardew.
(Sumber : Rhodes, Daniel, 1968 :3,8, 64).
g. Salah satu tungku ladang /pembakaran terbuka yang dipergunakan
pembuat gerabah Banten (Jawa Barat).
h. Tungku ladang juga diterapkan oleh pembuat gerabah
Banyuning, Kab. Buleleng, Bali.

d. Tahap Finishing
Finishing yang dimaksud disini adalah proses akhir dari gerabah setelah
proses pembakaran. Proses ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara
misalnya memulas dengan cat warna, melukis, menempel atau
menganyam dengan bahan lain, dan lain-lain.

Pengukuran kerja secara tidak langsung adalah pengukuran kerja dengan menggunakan metode standar
data. Pengukuran kerja secara tidak langsung antara lain menggunakan: a.
Data Waktu Baku (standard data)
Metode ini biasanya digunakan untuk mengukur kerja mesin atau satu operasi tertentu saja, diman data
yang diperoleh sama sekali tidak bisa digunakan untuk jenis operasi lainnya. Oleh karena itu, metode ini
khusus diaplikasikan untuk elemen kegiatan konstan seperti
set-up
,
loading/unloading, handling machine
dan sebagainya. Keuntungan dari metode ini yaitu akan mengurangi aktifitas pengukuran kerja tertentu,
mempercepat proses yang diperlukan untuk penetapan waktu baku yang dibutuhkan untuk penyelesaian
pekerjaan.
b. Data Waktu Gerakan (
Predetermined Time System
) Pengukuran waktu kerja secara tidak langsung dengan data waktu gerakan yaitu pengukuran waktu yang
tidak langsung berdasarkan elemen-elemen pekerjaaannnya, melainkan berdasarkan elemen-elemen
gerakannya. Elemen
II-4
gerkan timbul dari gagasan konsep
Therbligs
yang dikemukakan oleh Frank dan Lilian Gilberth. Secara garis besar masing-masing gerakan
Therbligs
dapat didefinisikan sebagai berikut (Wignjosoebroto, 1995) 1.
Mencari. 10. Memeriksa. 2.
Memilih. 11. Merakit. 3.
Memegang (Grasp). 12. Mengurai Rakit. 4.
Menjangau/Membawa Tanpa Beban. 13. Memakai. 5.
Membawa Dengan Beban. 14. Kelambatan yang Tidak Terhindarkan. 6.

Memegang Untuk Memakai. 15. Kelambatan yang Dapat Terhindarkan. 7.
Melepas. 16. Merencanakan. 8.
Mengarahkan. 17. Istirahat Untuk Menghilangkan Lelah. 9.
Mengarahkan Awal. Menetapkan waktu baku dengan pengukuran metode ini menggunakan data waktu
gerakan yang terdiri atas sekumpulan data waktu dan prosedur sistematis yang dilakukan dengan
menganalisa dan membagi setiap operasi kerja yang dilakukan secara manual kedalam gerakan-gerakan
kerja, gerakan anggota tubuh/gerakan-gerakan manual lainnya. Data waktu gerakan ini terdiri dari: a)
Work Faktor
(WF)
System
Faktor kerja (
work factor
) adalah salah satu sistem diantara data sistem-sistem yang dikembangkan sebagai data waktu gerakan.
Pada factor kerja, suatu pekerjaan dibagi atas elemen-elemen gerak Menjangkau (
Reach
), Membawa (
Move
), Memegang (
Grasp
), Mengarahkan Sementara (
Preposition
), Merakit (
Assembly
), Lepas Rakit (
Diassemble
), Memakai (
Use
), Melepaskan (
Release
), dan Proses Mental (
Mental Process
), sesuai dengan pekerjaan yang bersangkutan
1. Waktu Baku
Berisi data dari waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang telah ditelit
pada waktu yang lalu.
Dengan demikian bila ada kegiatan yang sama dengan kegiatan yang waktunya sudah ada
sebelumnya, maka waktu penyelesaian pekerjaan itu sudah dapat ditentukan.
Waktu yang dibutuhkan secara WAJAR oleh pekerja NORMAL untuk menyelesaikan pekerjaannya
yang dikerjakan dalam system kerja Terbaik Saat Itu.

WB = WN + 1

No
1

Kelebihan
Setiap elemen gerakan diketahui

No
1

Kekurangan
Belum ada data waktu gerakan berupa tabel-

waktunya, jadi waktu penyelesaian

tabel waktu gerakan yang menylurah dan

dapat ditentukan sebelum pekerjaan

terperinci .

dilakukan.

2

Relatif singkat

Tabel yang digunakan ntuk orang erop saja
tidak cocok untuk orang indonesia

2

Biaya lebih murah

3

3

Pengembangan metode kerja lama

seorang pengamat, karna akan berpengaruh

Perancangan

terhadap hasil perhitungan

produk,

jika

produknya berpengaruh terhadap
4

4

waktu kerja.

Dibutuhkan untuk ketelitian yang tinggi untuk

Data waktu pekejaan harus sesuaidengan
kondisi pekerjaan.

2. Waktu normal
Waktu penyelesaian pekerjaan yang diselesaikan pekerja dalam kondisi wajar
WB = WN + 1

3. Data Waktu Gerakan
Pengertan : data waktu dari elemen-elemen gerakan baku, bukan data elemen pekerjaan tapi
jauh lebih detl lagi yaitu elemen gerakan Terdiri dari :
a. Analisa waktu gerakan (MTA)
b. Waktu gerakan baku (MTS)
c. Waktu gerakan dimensi (DMT)
d. Faktor kerja (WF)
e. Pengukuran waktu metode (MTM)
f.

Maynard operation sequence time (MOST)

A. Metode time measurement (MTM)
Pengukuran Waktu Metoda (Methods-Time Measurement) adalah suatu sistem penetapan awal
waktu baku yang dikembangkan berdasarkan studi gambar gerakan-gerakan kerja dari suatu operasi
kerja industri yang direkam dalam film.
Sistem ini didefenisikan sebagai suatu prosedur untuk menganalisa setap operasi atau metoda
kerja (manual operaton) ke dalam gerakan-gerakan dasar yang diperlukan untuk melaksanakan kerja
tersebut, dab kemudian menetapkan stantard waktu dari masing-masing gerakan tersebut
berdasarkan ,acam gerakan dan kondisi-kondisi kerja masing-masing yang ada.
The data for the development of MTM was obtained from motion pictures (using mechanical
cameras) of skilled workers performing a wide range of motions.
Each motion was separately defined and tabulated for setting the standard times, MTM was
accepted as a standard method in many countries all over the world
MTM-1 – the basic MTM module
Basic time unit: TMU = time Measurement Unit
1 TMU

= 0.00001 hour
= 0.0006 min
= 0.036 sec

Elemen dasar

 Reach (R): move the hand or finger to a destination – affected by the length of the motion and
the type of reach

 Move (M): transport an object to a destination – affected by length of a motion, the weight of
the object and the type of move

 Grasp (G): secure sufficient control on one or more objects with the fingers or hand in order to
permit the performance of the next required motion – affected by the size shape and location of
the object

 Position (P): align, orient, and engage object with another object (when only minor motions
required) – affected by the ease of handling, symmetry and the amount of pressure required for
insertion

 Release (RL): relinquish control of an object by the fingers or hand
 Disengage (D): break contact between one object to another – affected by the amount of effort
required

 Turn (T): the motion employed to turn the hand, either empty or loaded, by a movement that
rotates the hand, wrist, and forearm about the long axis of the forearm – affected by the degree
of rotation and by the weight of the object
Apply pressure (AP)
Eye Travel (ET): considered only when the eyes must direct the hand or the body movements
(includes eye focus and eye travel time) – affected by the distance between the travel points and the
distance between the eye to the line of travel
Body leg and foot motion (BMF): other motions which are associated with the body and legs
(walking, standing, bending etc.)

B. MOST
Atau lebih sederhana dikatakan sebagai perpindahan objek. Dalam metode MOST objek dipindahkan
menurut dua cara


Diambil dan dipindahkan secara bebas



Diambil dan digerakkan dengan menggeser diatas permukaan benda lain
Untuk tap tpe kegiatan bisa terjadi urutan gerakan yang berbeda-beda. Oleh sebab itu

dilakukan pemisahan model urutan kegiatan dalam metode MOST.

Pemisahan model urutan gerakan ini dibedakan atas 3 urutan gerakan yang ketga-tganya
menggambarkan kerja manual.
1. Urutan Gerakan Umum (The general move sequence).
2. Urutan gerakan terkendali (The controlled move sequence).
3. Urutan gerakan memakai alat (The tool use sequence).
Urutan Gerakan Umum (The general move sequence).


Pemindahan objek secara manual dari satu tempat ke tempat lain secara bebas.



Dengan urutan kegiatan dalam gerakan umum :


A : jarak gerakan (acton distance), terutama dalam arah horizontal



B : gerakan badan (body moton), terutama dalam arah vertkal



G : proses pengendalian (gain control)



P : penempatan (place)

Urutan gerakan terkendali (The controlled move sequence).


A meliput semua gerakan atau perpindahan jari, tangan, kaki, dengan dengan pembebanan atau
tdak.



B gerakan badan



G semua gerakan manual yang dilakukan untuk mendapatkan pengendalian objek dan juga gerak
melepaskan pengendalian.



P meluruskan objek, mengurut objek, sebelum pengendalian objek dilepaskan

Urutan gerakan memakai alat (The tool use sequence).



A meliput semua gerakan atau perpindahan jari, tangan, kaki, dengan dengan pembebanan atau
tdak.



B gerakan badan



G semua gerakan manual yang dilakukan untuk mendapatkan pengendalian objek dan juga gerak
melepaskan pengendalian.



P meluruskan objek, mengurut objek, sebelum pengendalian objek dilepaskan.

Activity
General Move

Manual Handling
Seguence Model
ABG ABP A

Controlled Move

ABG MXIA

Tool Use

ABG ABP ABPA

Subactivities
A - Action Distances
B - Body Motion
G - Gain Control
P – Place
M - Move controlled
X - Process time
I – Align
F – Fasten
L- Loosen
C - Cut
S - Surface treat
R – Record
M - Measure

BAB III
PEMBAHASAN

Dalam studi ini kami mencoba membahas studi kasusu ini mengunakan penghitungan kerja secara
tdak langsung dengan mencarri waktu baku terlebih dahulu dari
Data waktu baku
Data waktu Proses pewarnaan
Pengukuruan Tidak Langsung
Sebagai contoh akan kami coba untuk menetapkan waktu baku untuk proses pewarnaan pada
sarung tenun ikat Tradisional

N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Deskripsi Kegiatan
Mengambil benang yang sudah di ikat
Memindahkan air pada bak pencelupan
Memindahkan benang pada bak pencelupan
Mencelupkan benang
Memukuli benang dengan alat
Memeras benang
Pengulangan pemeresan
Pencelupan benang dengan bahan pewarna
Pengulangan pencelupan
Mengambil benang
Membawa ketempat pengeringan
Menempatkan benang pada tempat pengeringan
Pelepasan benang dengan solder
Total

Perhitungan

Waktu/mnt
0.5
0.3
0.2
0.1
5
2
1
3
6
0.5
3
1
5
30,7

Waktu Normal
Wn = Ws x p
Wn = 30,7 x 1
= 30,7
Wn = waktu normal
Ws = waktu standart
P = 1 bekerja secara normal
P < bekrja terlalu lambat
P > bekerja terlalu cepat

Waktu baku
WB = WN + 1 (ellowance)
WB = 30,7 + 1
= 31,7

Waktu siklus
Ws = ∑ Xi / N
Ws = 30,7 / 13
= 2,36

Jadi didapatkan perhitungan waktu sebagai berikut
Waktu normal : 30,7

Waktu baku

: 31,7 menit
Waktu siklus

: 2,36 menit

BAB III
KESIMPULAN
4. Waktu Baku
Berisi data dari waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang telah ditelit
pada waktu yang lalu.
Dengan demikian bila ada kegiatan yang sama dengan kegiatan yang waktunya sudah ada
sebelumnya, maka waktu penyelesaian pekerjaan itu sudah dapat ditentukan.
Waktu yang dibutuhkan secara WAJAR oleh pekerja NORMAL untuk menyelesaikan pekerjaannya
yang dikerjakan dalam system kerja Terbaik Saat Itu.

WB = WN + 1

No
1

Kelebihan
Setiap elemen gerakan diketahui

No
1

Kekurangan
Belum ada data waktu gerakan berupa tabel-

waktunya, jadi waktu penyelesaian

tabel waktu gerakan yang menylurah dan

dapat ditentukan sebelum pekerjaan

terperinci .

dilakukan.

2

Relatif singkat

Tabel yang digunakan ntuk orang erop saja
tidak cocok untuk orang indonesia

2

Biaya lebih murah

3

3

Pengembangan metode kerja lama

seorang pengamat, karna akan berpengaruh

Perancangan

terhadap hasil perhitungan

produk,

jika

produknya berpengaruh terhadap
4

waktu kerja.

4

Dibutuhkan untuk ketelitian yang tinggi untuk

Data waktu pekejaan harus sesuaidengan
kondisi pekerjaan.

5. Waktu normal
Waktu penyelesaian pekerjaan yang diselesaikan pekerja dalam kondisi wajar
WB = WN + 1

6. Data Waktu Gerakan
Pengertan : data waktu dari elemen-elemen gerakan baku, bukan data elemen pekerjaan tapi
jauh lebih detl lagi yaitu elemen gerakan Terdiri dari :
a. Analisa waktu gerakan (MTA)
b. Waktu gerakan baku (MTS)
c. Waktu gerakan dimensi (DMT)
d. Faktor kerja (WF)
e. Pengukuran waktu metode (MTM)
f.

Maynard operation sequence time (MOST)

A. Metode time measurement (MTM)
Pengukuran Waktu Metoda (Methods-Time Measurement) adalah suatu sistem penetapan awal
waktu baku yang dikembangkan berdasarkan studi gambar gerakan-gerakan kerja dari suatu operasi
kerja industri yang direkam dalam film.
Sistem ini didefenisikan sebagai suatu prosedur untuk menganalisa setap operasi atau metoda
kerja (manual operaton) ke dalam gerakan-gerakan dasar yang diperlukan untuk melaksanakan kerja
tersebut, dab kemudian menetapkan stantard waktu dari masing-masing gerakan tersebut
berdasarkan ,acam gerakan dan kondisi-kondisi kerja masing-masing yang ada.
The data for the development of MTM was obtained from motion pictures (using mechanical
cameras) of skilled workers performing a wide range of motions.
Each motion was separately defined and tabulated for setting the standard times, MTM was
accepted as a standard method in many countries all over the world
MTM-1 – the basic MTM module
Basic time unit: TMU = time Measurement Unit
1 TMU

= 0.00001 hour

= 0.0006 min
= 0.036 sec
Elemen dasar

 Reach (R): move the hand or finger to a destination – affected by the length of the motion and
the type of reach

 Move (M): transport an object to a destination – affected by length of a motion, the weight of
the object and the type of move

 Grasp (G): secure sufficient control on one or more objects with the fingers or hand in order to
permit the performance of the next required motion – affected by the size shape and location of
the object

 Position (P): align, orient, and engage object with another object (when only minor motions
required) – affected by the ease of handling, symmetry and the amount of pressure required for
insertion

 Release (RL): relinquish control of an object by the fingers or hand
 Disengage (D): break contact between one object to another – affected by the amount of effort
required

 Turn (T): the motion employed to turn the hand, either empty or loaded, by a movement that
rotates the hand, wrist, and forearm about the long axis of the forearm – affected by the degree
of rotation and by the weight of the object
Apply pressure (AP)
Eye Travel (ET): considered only when the eyes must direct the hand or the body movements
(includes eye focus and eye travel time) – affected by the distance between the travel points and the
distance between the eye to the line of travel
Body leg and foot motion (BMF): other motions which are associated with the body and legs
(walking, standing, bending etc.)

B. MOST
Atau lebih sederhana dikatakan sebagai perpindahan objek. Dalam metode MOST objek dipindahkan
menurut dua cara


Diambil dan dipindahkan secara bebas



Diambil dan digerakkan dengan menggeser diatas permukaan benda lain
Untuk tap tpe kegiatan bisa terjadi urutan gerakan yang berbeda-beda. Oleh sebab itu

dilakukan pemisahan model urutan kegiatan dalam metode MOST.
Pemisahan model urutan gerakan ini dibedakan atas 3 urutan gerakan yang ketga-tganya
menggambarkan kerja manual.
4. Urutan Gerakan Umum (The general move sequence).
5. Urutan gerakan terkendali (The controlled move sequence).
6. Urutan gerakan memakai alat (The tool use sequence).
Urutan Gerakan Umum (The general move sequence).


Pemindahan objek secara manual dari satu tempat ke tempat lain secara bebas.



Dengan urutan kegiatan dalam gerakan umum :


A : jarak gerakan (acton distance), terutama dalam arah horizontal



B : gerakan badan (body moton), terutama dalam arah vertkal



G : proses pengendalian (gain control)



P : penempatan (place)

Urutan gerakan terkendali (The controlled move sequence).


A meliput semua gerakan atau perpindahan jari, tangan, kaki, dengan dengan pembebanan atau
tdak.



B gerakan badan



G semua gerakan manual yang dilakukan untuk mendapatkan pengendalian objek dan juga gerak
melepaskan pengendalian.



P meluruskan objek, mengurut objek, sebelum pengendalian objek dilepaskan

Urutan gerakan memakai alat (The tool use sequence).



A meliput semua gerakan atau perpindahan jari, tangan, kaki, dengan dengan pembebanan atau
tdak.



B gerakan badan



G semua gerakan manual yang dilakukan untuk mendapatkan pengendalian objek dan juga gerak
melepaskan pengendalian.



P meluruskan objek, mengurut objek, sebelum pengendalian objek dilepaskan.

Activity
General Move

Manual Handling
Seguence Model
ABG ABP A

Controlled Move

ABG MXIA

Tool Use

ABG ABP ABPA

Subactivities
A - Action Distances
B - Body Motion
G - Gain Control
P – Place
M - Move controlled
X - Process time
I – Align
F – Fasten
L- Loosen
C - Cut
S - Surface treat
R – Record
M - Measure

BAB III
PEMBAHASAN

Dalam studi ini kami mencoba membahas studi kasusu ini mengunakan penghitungan kerja secara
tdak langsung dengan mencarri waktu baku terlebih dahulu dari
Data waktu baku
Data waktu Proses pewarnaan
Pengukuruan Tidak Langsung
Sebagai contoh akan kami coba untuk menetapkan waktu baku untuk proses pewarnaan pada
sarung tenun ikat Tradisional

N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Deskripsi Kegiatan
Mengambil benang yang sudah di ikat
Memindahkan air pada bak pencelupan
Memindahkan benang pada bak pencelupan
Mencelupkan benang
Memukuli benang dengan alat
Memeras benang
Pengulangan pemeresan
Pencelupan benang dengan bahan pewarna
Pengulangan pencelupan
Mengambil benang
Membawa ketempat pengeringan
Menempatkan benang pada tempat pengeringan
Pelepasan benang dengan solder
Total

Perhitungan

Waktu/mnt
0.5
0.3
0.2
0.1
5
2
1
3
6
0.5
3
1
5
30,7

Waktu Normal
Wn = Ws x p
Wn = 30,7 x 1
= 30,7
Wn = waktu normal
Ws = waktu standart
P = 1 bekerja secara normal
P < bekrja terlalu lambat
P > bekerja terlalu cepat

Waktu baku
WB = WN + 1 (ellowance)
WB = 30,7 + 1
= 31,7

Waktu siklus
Ws = ∑ Xi / N
Ws = 30,7 / 13
= 2,36

Jadi didapatkan perhitungan waktu sebagai berikut
Waktu normal : 30,7

Waktu baku

: 31,7 menit
Waktu siklus

: 2,36 menit

BAB III
KESIMPULAN

PMTS

2.2.1 Pengukuran Kerja secara Langsung
Metode pengukuran langsung yaitu mengamati secara langsung pekerjaan yang dilakukan oleh
operator dan mencatat waktu yang diperlukan oleh operator dalam melakukan pekerjaannya
dengan terlebih dahulu membagi operasi kerja dalam elemen-elemen kerja yang sedetail
mungkin dengan syarat masih bisa diamati dan diukur. Kemudian dari hasil pengamatan dan
pengukuran tersebut akan didapatkan waktu baku ataupun distribusi waktu operator untuk
mengerjakan pekerjaan tersebut. Ada dua metode yang digunakan pada pengukuran langsung
yaitu metode jam henti
(Stopwatch Time Study)
dan metode
work sampling
.
3
2.2.1.1
Metode Stopwatch Time Study (STS)
Pengukuran waktu kerja menggunakan jam henti diperkenalkan Frederick W. Taylor pada abad
ke-19. Metode ini baik untuk diaplikasikan pada pekerjaan yang singkat dan berulang (
repetitive
). Dari hasil pengukuran akan diperoleh waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan
yang akan dipergunakan sebagai waktu standar penyelesaian suatu pekerjaan bagi semua pekerja
yang akan melaksanakan pekerjaan yang sama. Dalam pengukuran kerja, hal-hal penting yang
harus diketahui dan ditetapkan adalah untuk apa hasil pengukuran (dalam hal ini tentu saja waktu
baku) tersebut digunakan dalam kaitannya dengan proses produksi. Biasanya, penetapan waktu
baku akan dikaitkan dengan maksud-maksud pemberian insentif/bonus pekerja langsung (

direct labour
). Pengukuran kerja ini dapat diaplikasikan pada industri manufaktur dengan jumlah output
yang konstan untuk selang waktu yang lama.
2.2.1.2
Metode
Work Sampling
Work Sampling, Ratio Delay Study,
atau
Random Delay Study
adalah suatu teknik kerja untuk mengadakan sejumlah pengamatan terhadap aktivitas kerja dari
mesin, proses atau pekerja/operator. Pengukuran kerja dengan metode
work sampling
ini seperti halnya dengan pengukuran kerja dengan jam henti diklasifikasikan sebagai
pengukuran kerja secara langsung karena pelaksanaan kegiatan pengukuran harus secara
langsung di tempat kerja yang diteliti. Teknik
sampling
kerja pertama kali digunakan oleh seorang sarjana Inggris bernama L.H.C. Tippett dalam
aktivitas penelitianya di industri tekstil. Selanjutnya cara atau metode
sampling
kerja telah terbukti sangat efektif dan efisien untuk digunakan dalam mengumpulkan informasi
mengenai kerja mesin atau operatornya. Dikatakan efektif karena metode ini dengan cepat dan
mudah dapat dipakai untuk menentukan waktu longgar (
allowance time)
yang tersedia dalam suautu pekerjaan, pendayagunaan mesin sebaik-baiknya, dan penetapan
waktu baku untuk proses produksi. Dibandingkan dengan metoda kerja yang lain, metode ini
akan terasa jauh lebih efisien karena informasi yang dikehendaki akan didapatkan dalam waktu
relatif lebih singkat dengan biaya yang tidak terlalu besar.
2.2.2 Pengukuran Kerja Secara Tidak Langsung
Metode pengukuran secara tidak langsung yaitu merekam pekerjaan yang dilakukan oleh
operator menggunakan alat bantu (video) dan kemudian mencatat waktu operasinya di lain
tempat kemudian menganalisanya menggunakan metode tabel PMTS, MOST, dan sebagainya.
Waktu-waktu yang diamati dicatat berdasarkan jarak antar tempat kerja dan elemen-elemen kerja
yang sedetail mungkin dengan syarat masih bisa diamati dan diukur. Kemudian dari hasil
pengamatan dan pengukuran tersebut akan didapatkan waktu baku ataupun distribusi waktu
operator untuk mengerjakan pekerjaan tersebut.
4
2.2.2.1
Westing House System’s Rating
Dalam pengukuran kerja, baik secara langsung maupun secara tidak langsung, menggunakan
performance rating yang dapat dijadikan sebagai dasar nilai terhadap kemampuan kerja yang
dapat dilakukan oleh operator. Sebagai dasar acuannya, penulis menggunakan Westing House
System Rating untuk menetapkan performansi kerja yang dapat diberikan oleh pekerja selama

melakukan kerja. Westig House menetapkan 4 faktor yang dapat dijadikan bahan penilaian
pekerja (dua diantaranya ditambahakan dari faktor yang dinyatakan oleh Beudeux), yaitu
kecakapan (skill), usaha (effort), kondisi kerja (condition), dan kekonsistensian pekerja
(consistency) dari operator dalam melakukan kerja. Untuk ini,
westing house
telah membuat suatu tabel
performance rating
yang berisikan nilai

nilai angka yang berdasarkan tingkatan yang ada untuk masing

masing faktor tersebut sesuai dengan yang tertera pada tabel 1.1. Tabel 1.1
Performance rating Westing House System
SKILL EFFORT Kelas Lambang Penyesuaian Kelas Lambang Penyesuaian Superskill A1 +0,15
Superskill A1 +0,13 A2 +0,13 A2 +0,12 Excellent B1 +0,11 Excellent B1 +0,10 B2 +0,08 B2
+0,08 Good C1 +0,06 Good C1 +0,05 C2 +0,03 C2 +0,02 Average D 0,00 Average D 0,00 Fair
E1 -0,05 Fair E1 -0,04 E2 -0,10 E2 -0,08 Poor F1 -0,16 Poor F1 -0,12 F2 -0,22 F2 -0,17
CONDITION CONSISTENSY Kelas Lambang Penyesuaian Kelas Lambang Penyesuaian Ideal
A +0,06 Ideal A +0,04 Excellent B +0,04 Excellent B +0,03 Good C +0,02 Good C +0,01
Average D 0,00 Average D 0,00 Fair E -0,03 Fair E -0,02 Poor F -0,07 Poor F -0,04 Nilai dari
performance rating didapat dari menjumlahkan seluruh penyesuaian dari masing-masing fakot
kemudian ditambah 1. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada rumus (2-1). Performance Rating
(p) = 1+(
skill + effort + condition + consestency
) (2-1